oleh:
Kelompok I/Kelas B1
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan pengurangan sangat mendukung penguasaan konsep materi selanjutnya,
karena banyak materi yang saling terjalin dengan konsep penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat.
Dengan demikian, dibutuhkan suatu alternatif untuk mengembangkan
pembelajaran agar adanya peningkatan aktivitas dan pemahaman konsep siswa.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam membelajarkan materi
penjumlahan bilangan bulat adalah dengan menggunakan cara-cara yang lebih
kreatif dan inovatif atau mempergunakan cara baru yang dipandang lebih efektif
dari pada cara konvensional. Pembelajaran Matematika yang disajikan dengan
cara-cara baru yang bersifat student centered akan mengindarkan siswa dari rasa
bosan dan siswa pun akan lebih mudah memahami penjumlahan bilangan bulat
ini.
Pembahasan tentang teori ini sangat menarik untuk dibahas lebih lanjut.
Untuk itu, kami bermaksud membahas tinjauan mengenai penjumlahan bilangan
bulat.
2
2. Untuk mengetahui cara baru dalam mengajarkan penjumlahan bilangan bulat.
3. Untuk mengetahui keunggulan cara baru dalam mengajarkan penjumlahan
bilangan bulat.
4. Untuk mengetahui perbandingan cara baru dan konvensional dalam
mengajarkan penjumlahan bilangan bulat.
5. Untuk mengetahui aplikasi pemakaian cara baru dan konvensional di kelas
awal dan kelas tinggi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Tetapi bila sedikitnya satu dari a dan b merupakan bilangan bulat negatif, maka
definisi penjumlahannya sebagai berikut.
1. a + (- b) = - (a + b) jika a dan b bilangan bulat tak negatif.
2. a + (-b) = a – b jika a dan b bilangan bulat tak negatif serta a > b.
3. a + (-b) = 0 jika a dan b adalah bilangan bulat tak negatif dan a = b.
4. a + (-b) = - (b – a) jika a dan b adalah bilangan bulat tak negatif dan a < b.
Kebenaran penambahan dasar terbentuk dengan mengkombinasikan
seluruh 1 digit angka. Ketika angka nol dimasukkan, ada 100 dasar penambahan.
Penambahan sering dikelompokkan menjadi kombinasi-kombinasi yang memiliki
hasil 10 atau kurang dan hasil lebih dari 10. Yang pertama disebut penambahan
mudah dan yang kedua disebut penambahan sulit. Faktanya kata mudah dan sulit
nyatanya memiliki sedikit arti dalam tingkat kesulitan, contoh banyak siswa
menemukan 9 + 2 lebih mudah daripada 5 + 4.
○ ○ ○ ○ ○
○ ○ ○ ○ ○ ○
○ ○ ○
○ ○5 3 8
○ ○
○
5
Siswa 2 → memakai tanda (panah) untuk menginterprestasikan masalah
penjumlahan tersebut yaitu:
1 2 3 4 5 6 7 8
Siswa 3 → memakai
1. garis bilangan untuk menginterprestasikan masalah
penjumlahan tersebut yaitu:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6
memindahkan 1 stik di tangan kanan ke tangan kiri, berapa jumlah stiknya?
(tujuh) → cara tulisnya menjadi 2 + 5 = 7. Penggunaan model stik ini dapat
dibuat dari rangka daun kelapa,bambu, plastik ataupun benda lain yang mudah
dijumpai siswa
2. Menggunakan alat bantu hitung misalnya: sempoa (di Indonesia)
3. Menggunakan mesin fungsi
Dengan cara memasukkan potongan cokelat, salah satu siswa bisa jadi
programernya. Pada akhir nanti, potongan cokelat yang keluar merupakan
hasil penjumlahannya.
7
((
( 0,4 ) 4
( 2,6 )
( 2, 2 ) 5
( 2, 3 ) 6
( 0,8 )
( 1, 3) 7 8
( 2,7 ) ( 3, 1) 9
( 2,4 )
5 + 6 = 11
9+3=
8+7=
6 + 8 = 14
7+9=
8
Gambar 01. Penjumlahan dengan Neraca Bilangan
(Sumber:https://www.google.co.id)
(Tarigan, 2006)
9
Untuk meragakan penjumlahan bilangan dapat juga diperagakan dengan
menggunakan batang Cusenaire. Cara penggunaan alat itu adalah sebagai
berikut.
1. Ambilah satu batang duaan, yaitu batang yang berwarna merah
(menunjukkan angka 2);
2. Kemudian ambilah satu batang tigaan, yaitu batang yang berwarna hijau
muda (menunjukkan angka 3);
10
5. Ternyata batang yang sama panjangnya dengan kedua batang itu adalah
batang berwarna kuning. Panjang batang kuning adalah 5 satuan. Ini
berarti bahwa 2 + 3 = 5
11
5. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam cara baru hendaknya
merupakan kombinasi dua kumpulan dan menghitung hasil akhir
6. Pengembangan ide-ide matematika dapat dilakukan dengan rekan sejawat
terkait dengan penjumlahan, hal ini dilakukan untuk menempatkan fondasi
yang kuat pada konsep dasar penjumlahan, agar siswa tidak mengalami
kesulitan pada tahapan selanjutnya
7. Pendekatan cara baru dalam pembelajaran matematika tentang penjumlahan
lebih ditekankan pada kalimat matematika, atau pemecahan masalah pada
setiap level soal perlu diperhatikan.
2.5 Aplikasi Pemakaian Cara Baru dan Konvensional di Kelas Awal dan
Kelas Tinggi
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak persoalan yang muncul dalam
kaitannya dengan operasi penjumlahan bilangan bulat diantaranya bagaimana
memberikan penjelasan dan cara menanamkan pengertian operasi tersebut secara
12
konkret, karena kita tahu pada umumnya siswa SD masih berada pada tahap
operasional konkret dan pola pikirnya masih diarahkan dari hal-hal yang bersifat
konkret menuju hal-hal yang bersifat abstrak.
Riedesel C. Alan dalam bukunya Teaching Elementary School
Mathematics, menyebutkan bahwa siswa harus mengikuti 3 langkah program
dalam mengembangkan konsep matematika abstrak, diantaranya:
1. Tahap enaktive (benda nyata), dalam tahapan ini siswa bekerja dengan benda-
benda nyata.
2. Tahap ikonik (gambar/semi nyata), dalam tahapan ini alat hitung dan gambar
digunakan untuk menggantikan benda nyata.
3. Tahap simbolik (abstrak), tahap ini menggambarkan bilangan atau angka.
Wia, dkk (1994) mengenalkan konsep operasi hitung pada bilangan bulat dapat
dilakukan melalui 3 tahap yaitu:
1. Tahap pengenalan konsep secara konkret sebaiknya diperkenalkan melalui
alat peraga, seperti model stik dari rangka daun kelapa, dari bambu atau dari
plastik untuk mengajarkan konsep penjumlahan bilangan bulat di kelas awal,
dapat juga dengan bahan manipulatif, bahan manipulatif yaitu bahan yang
dapat “dimain-mainkan” dengan tangan. Bahan ini berfungsi untuk
menyederhanakan konsep yang sulit/sukar, menyajikan bahan yang relatif
abstrak menjadi lebih nyata, menjelaskan pengertian atau konsep secara
lebih konkret, menjelaskan sifat-sifat tertentu yang terkait dengan operasi
hitung, serta memperlihatkan fakta, salah satunya contoh yang dapat
diterapkan di kelas awal adalah pembuatan bahan manipulatif yaitu dengan
membuat alat peraga manik-manik dari kertas manila atau karton bekas yang
sudah tidak terpakai, contoh di kelas awal (1 & 2) cara konvensional yang
dilakukan oleh guru dalam mengajarkan konsep penjumlahan dengan
menggunakan media lidi, cara baru yang dapat membangkitkan minat dan
ketertarikan siswa bisa dengan memanfaatkan karton manila untuk membuat
alat peraga manik-manik yang akan digunakan sebagai media pengajaran
konsep dasar penjumlahan.
2. Tahap pengenalan konsep secara semi konkret atau semi abstrak dalam hal ini
dapat menggunakan garis bilangan, tahap ini bisa diterapkan pada masa
13
peralihan dari kelas awal menuju ke kelas tinggi, kelas III dan IV SD yang
nantinya bersinergi pada operasi hitung pengurangan dan penjumlahan
bilangan bulat dalam penggunaan garis bilangan di kelas selanjutnya.
Pembelajaran yang masih konvensional yaitu ketika guru mengajar di kelas
terkadang hanya mengejar target kurikulum dan hanya sekedar hafalan dan
mengingat fakta saja. Dengan model pembelajaran yang konvensional seperti
ini, siswa hanya sebagai objek yang cenderung pasif sehingga pembelajaran
Matematika kurang bermakna dan terasa membosankan bagi siswa hal ini
berakibat pada rendahnya kemampuan serta hasil belajar siswa, banyak
metode serta cara baru yang dapat digunakan pada kelas III & IV diantaranya
garis bilangan dengan wayang, pita garis bilangan dengan model
orang/mobil-mobilan, mesin fungsi, peta fungsi, diagram cusseinare sehingga
diharapkan dengan cara baru ini siswa bisa tertarik mendalami konsep
penjumlahan sebagai fondasi nantinya untuk mempelajari konsep operasi
bilangan bulat di kelas berikutnya.
3. Tahap pengenalan konsep secara abstrak dapat diberikan melalui contoh soal
yang memiliki suatu pola keistimewaan. Pada pengenalan konsep secara
konkret dan semi konkret mempunyai keterbatasan yaitu jika contohnya:
14
1. Mengenalkan (+) + (+) = (+) 2 + 5 = 7
bahwa hasil dari
operasi hitung
bilangan bulat
positif dengan
positif akan
menghasilkan
bilangan positif
2. Jumlah bilangan (+) + (–) = (+) / (–) 2 + ( -5 ) = – 3
bulat positif dengan 2 + 5 = 3
bilangan bulat
negatif hasilnya
dapat berupa bulat
positif atau bilangan
bulat negatif
tergantung dari
bilangan-bilangan
yang dijumlahkan
3. Jumlah dua (–) + (–) = (–) -2 + ( – 2 ) = – 4
bilangan bulat
negatif dengan
bilangan bulat
negatif hasilnya
adalah negatif
15
yang berkaitan dengan penjumlahan. Pada siswa kelas tinggi umumnya operasi
hitung penjumlahan menjangkau bilangan yang cukup besar, maka akan
mengalami hambatan jika mengggunakan garis bilangan. Kita perlu menjadikan
konsep abstrak tersebut dalam tahapan. Contoh bilangan bulat positif jika
ditambahkan dengan bilangan bulat negatif hasilnya akan negatif/positif. Misalnya
250 + (-250) = -130.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, simpulan dari makalah ini adalah sebagai
berikut ini.
Penjumlahan adalah pembedahan pasangan yang selalu ditunjukkan dalam
dua angka, memiliki suatu aturan yang mengaitkan setiap pasangan bilangan
dengan bilangan yang lain. Dengan proses penambahan sekelompok bilangan atau
lebih menjadi suatu bilangan yang merupakan jumlah.
Cara-cara dalam mengembangkan pengajaran penjumlahan dapat
dilakukan dengan cara menemukan angka berbeda dengan menggunakan stik,
menggunakan alat bantu hitung misalnya: sempoa (di Indonesia), menggunakan
mesin fungsi, dengan peta fungsi, dengan lembar kerja semiprogram, dengan
timbangan bilangan matematika, dan dengan batang cusenaire.
Keunggulan cara baru dalam mengajarkan penjumlahan bilangan bulat
adalah (1) anak akan menyadari bahwa terdapat beragam cara untuk menemukan
hasil penjumlahan, (2) pengenalan situasi penjumlahan bisa menggunakan
aktivitas laboratorium dan masalah verbal, (3) program yang menekankan
hubungan antara kombinasi penjumlahan dapat lebih menantang siswa untuk
menggeneralisasi daripada menghafal kombinasi tersebut, (4) dalam mengajarkan
cara baru penjumlahan perlu adanya kombinasi dari angka yang kecil ke angka
yang lebih besar, (5) pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam cara baru
hendaknya merupakan kombinasi dua kumpulan dan menghitung hasil akhir, (6)
pengembangan ide-ide matematika dapat dilakukan dengan rekan sejawat terkait
dengan penjumlahan, hal ini dilakukan untuk menempatkan fondasi yang kuat
pada konsep dasar penjumlahan, agar siswa tidak mengalami kesulitan pada
tahapan selanjutnya, dan (7) pendekatan cara baru dalam pembelajaran
matematika tentang penjumlahan lebih ditekankan pada kalimat matematika, atau
pemecahan masalah pada setiap level soal perlu diperhatikan.
17
Dalam mengajarkan penjumlahan bilangan bulat di Sekolah Dasar,
terdapat dua cara pengajaran yang dilakukan oleh guru, yakni dengan cara
konvesional dan cara baru. Pengajaran dengan cara konvensional adalah cara
mengajarkan penjumlahan bilangan bulat yang umum dilakukan oleh para guru
yakni dengan menuliskan lambang bilangan di papan tulis dan menggunakan
media gambar yang disertai dengan lambang bilangan di bawah gambar yang
biasanya ditempelkan guru di papan tulis. Sedangkan cara mengajarkan
penjumlahan bilangan bulat dengan cara baru yakni guru mengajarkan
penjumlahan dengan menggunakan alat peraga seperti garis bilangan, neraca atau
timbangan bilangan, batang cusenaire, dll.
Mengenalkan konsep operasi hitung pada bilangan bulat untuk di kelas
awal dapat dilakukan melalui 3 tahap yaitu: (1) tahap pengenalan konsep secara
konkret sebaiknya diperkenalkan melalui alat peraga, seperti model stik dari
rangka daun kelapa, dari bambu atau dari plastik. (2) tahap pengenalan konsep
secara semi konkret atau semi abstrak dalam hal ini dapat menggunakan garis
bilangan. (3) tahap pengenalan konsep secara konkret atau dikenal dengan
enaktive dapat menggunakan alat peraga maupun bahan manipulatif siswa
menjadi tertarik pada pembelajaran matematika dan tidak menganggap
matematika sebagai momok yang menakutkan. Sedangkan di kelas tinggi
penerapan konsep penjumlahan dapat diberikan ke tingkat yang lebih abstrak,
karena anak-anak kelas tinggi cukup dewasa dalam berpikir abstrak dan siswa pun
dapat memilih sendiri metode yang sesuai.
18
3.2 Saran
Saran yang penulis dapat sampaikan melalui makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagi Penulis
Hendaknya memanfaatkan makalah ini sebagai bahan untuk dapat
menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih dalam mengenai materi
yang dibahas.
2. Bagi Pembaca
Hendaknya dapat menjadikan makalah ini sebagai salah satu sumber
informasi sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan para
pembaca mengenai materi yang dibahas.
19
DAFTAR RUJUKAN
Wia P., dkk. 1994. Penuntun Belajar Matematika. Bandung: Ganesha Exact.
20