Anda di halaman 1dari 23

PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT

Mata Kuliah: Matematika SD


Dosen Pengampu: Prof. Dr. I Made Ardana, M.Pd.

oleh:
Kelompok I/Kelas B1

1. Dewa Ayu Sri Pudjiastuti (1629041045)


2. Andi Wapa (1629041061)
3. Ida Ayu Putu Ary Puspita Dewi (1629041062)
4. Gusti Ayu Made Taria Dewi (1629041063)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan


Yang Maha Esa karena atas asung kerta wara nugraha-Nya, makalah yang
berjudul “Penjumlahan Bilangan Bulat” dapat diselesaikan tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Matematika SD. Melalui kesempatan ini disampaikan terimakasih kepada Prof.
Dr. I Made Ardana, M.Pd. selaku pengampu mata kuliah Matematika SD di kelas
B I atas arahan dan petunjuk sehingga makalah ini bisa diselesaikan.
Disadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat
keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki. Sehingga kritik dan saran demi
perbaikan makalah ini sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat diterima dan
bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 28 Maret 2017

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI..................... ................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Permasalahan ...................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.4 Tujuan ................................................................................................. 2
1.5 Manfaat ............................................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Makna Penjumlahan dalam Matematika ............................................ 4
2.2 Cara Baru dalam Mengajarkan Penjumlahan Bilangan Bulat ............ 5
2.3 Keunggulan Cara Baru dalam Mengajarkan Penjumlahan
Bilangan Bulat .................................................................................... 11
2.4 Perbandingan Cara Baru dan Konvensional dalam Mengajarkan
Penjumlahan Bilangan Bulat .............................................................. 12
2.5 Aplikasi Pemakaian Cara Baru dan Konvensional di Kelas Awal
dan Kelas Tinggi ................................................................................. 12
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ............................................................................................. 17
3.2 Saran ................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk
dipelajari. Matematika merupakan sumber dari ilmu-ilmu lain yang sangat
bermanfaat bagi pendidikan siswa secara keseluruhan, baik pengembangan
kemampuan untuk memahami, menyampaikan dan pembentukan sikap untuk
menghadapi masalah. Pendidikan Matematika pada jenjang pendidikan dasar
mempunyai peranan yang sangat penting sebab jenjang ini merupakan pondasi
yang sangat menentukan dalam membentuk sikap, kecerdasan, dan kepribadian
anak. Oleh karena itu, pelajaran Matematika yang diberikan terutama pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan agar pada akhir setiap tahap
pendidikan, peserta didik memiliki kemampuan tertentu bagi kehidupan
selanjutnya.
Pembelajaran Matematika sampai saat ini masih merupakan mata
pelajaran yang ditakuti oleh sebagian siswa. Hal ini dikarenakan kurangnya
pemahaman konsep yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, guru harus
menanamkan konsep Matematika pada siswanya dengan baik dan melibatkan
siswa secara aktif, sehingga siswa tidak mengalami kesuliatan dalam
menyelesaikan soal-soal dandapat memahami pembelajaran Matematika dengan
baik.
Sama halnya saat membelajarkan materi penjumlahan bilangan bulat
kepada siswa. Karena himpunan bilangan bulat terdiri atas bilangan bulat negatif,
nol dan bilangan bulat positif (Japa & Suarjana, 2012). Sehingga pembelajaran
operasi bilangan bulat sering menyulitkan karena sering tercampurnya tanda
positif dan negatif bilangan bulat dan tanda operasi penjumlahan serta
pengurangan. Hal ini mengakibatkan konsep operasi bilangan bulat tidak
dipahami dengan baik oleh siswa. Jadi, sangat penting bagi guru untuk
menanamkan konsep bilangan bulat terlebih dahulu sebelum menyajikan materi
dan operasinya. Pemahaman konsep bilangan bulat khususnya dalam penjumlahan

1
dan pengurangan sangat mendukung penguasaan konsep materi selanjutnya,
karena banyak materi yang saling terjalin dengan konsep penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat.
Dengan demikian, dibutuhkan suatu alternatif untuk mengembangkan
pembelajaran agar adanya peningkatan aktivitas dan pemahaman konsep siswa.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam membelajarkan materi
penjumlahan bilangan bulat adalah dengan menggunakan cara-cara yang lebih
kreatif dan inovatif atau mempergunakan cara baru yang dipandang lebih efektif
dari pada cara konvensional. Pembelajaran Matematika yang disajikan dengan
cara-cara baru yang bersifat student centered akan mengindarkan siswa dari rasa
bosan dan siswa pun akan lebih mudah memahami penjumlahan bilangan bulat
ini.
Pembahasan tentang teori ini sangat menarik untuk dibahas lebih lanjut.
Untuk itu, kami bermaksud membahas tinjauan mengenai penjumlahan bilangan
bulat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
1. Apakah makna penjumlahan dalam Matematika?
2. Bagaimanakah cara baru dalam mengajarkan penjumlahan bilangan bulat?
3. Bagaimanakah keunggulan cara baru tersebut dalam mengajarkan
penjumlahan bilangan bulat?
4. Bagaimanakah perbandingan cara baru dan konvensional dalam mengajarkan
penjumlahan bilangan bulat?
5. Bagaimanakah aplikasi pemakaian cara baru dan konvensional di kelas awal
dan kelas tinggi?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahuimakna penjumlahan dalam Matematika.

2
2. Untuk mengetahui cara baru dalam mengajarkan penjumlahan bilangan bulat.
3. Untuk mengetahui keunggulan cara baru dalam mengajarkan penjumlahan
bilangan bulat.
4. Untuk mengetahui perbandingan cara baru dan konvensional dalam
mengajarkan penjumlahan bilangan bulat.
5. Untuk mengetahui aplikasi pemakaian cara baru dan konvensional di kelas
awal dan kelas tinggi.

1.4 Manfaat Penulisan


Di dalam penulisan ini diperoleh beberapa manfaat diantaranya, adalah
sebagai berikut.
1. Bagi Penulis
Makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih dalam
mengenai materi yang dibahas.
2. Bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi sehingga
dapat menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca mengenai materi
yang dibahas.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Makna Penjumlahan dalam Matematika


Penjumlahan adalah pembedahan pasangan yang selalu ditunjukkan dalam
2 angka. 5 + 7 + 3 → ( 5 + 7 ) + 3 = 15. Angka yang dijumlahkan disebut
penambah, sedangkan hasilnya disebut jumlah. Dalam terminologi modern
penjumlahan diartikan sebagai kumpulan pembedahan yang ditunjukkan pada
pemisahan kumpulan tersebut. (Alan C. Riedesel, 1980:150)
Sukayati dalam (Balemba, dkk:2015) Penjumlahan merupakan suatu
aturan yang mengaitkan setiap pasangan bilangan dengan bilangan yang lain.
Penjumlahan ini mempunyai beberapa sifat yaitu: sifat pertukaran (komutatif),
sifat identitas, dan sifat pengelompokan asosiatif.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Penjumlahan adalah
proses, cara, perbuatan menjumlahkan atau hitungan. Penjumlahan juga diartikan
sebagai salah satu operasi aritmatika dasar. Penjumlahan merupakan penambahan
sekelompok bilangan atau lebih menjadi suatu bilangan yang merupakan jumlah
(Wikipedia:2017).
Dari berbagai definisi mengenai penjumlahan, dapat disimpulkan
pengertian penjumlahan adalah pembedahan pasangan yang selalu ditunjukkan
dalam 2 angka, memiliki suatu aturan yang mengaitkan setiap pasangan bilangan
dengan bilangan yang lain. Dengan proses penambahan sekelompok bilangan atau
lebih menjadi suatu bilangan yang merupakan jumlah.
Operasi penjumlahan pada bilangan cacah merupakan aturan yang
mengaitkan setiap pasang bilangan cacah dengan bilangan cacah yang lain. Jika a
dan b adalah bilangan cacah, maka jumlah dari kedua bilangan tersebut
dilambangkan dengan “a + b” yang di baca “a tambah b” atau “jumlah dari a dan
b”. Jumlah dari a dan b diperoleh dengan menentukan bilangan cacah gabungan
himpunan yang mempunyai sebanyak a anggota dan himpunan yang mempunyai
b anggota, asalkan kedua himpunan tersebut tidak mempunyai unsur persekutuan.
Jika a dan b bilangan cacah, maka definisi penjumlahan bilangan tersebut a + b.

4
Tetapi bila sedikitnya satu dari a dan b merupakan bilangan bulat negatif, maka
definisi penjumlahannya sebagai berikut.
1. a + (- b) = - (a + b) jika a dan b bilangan bulat tak negatif.
2. a + (-b) = a – b jika a dan b bilangan bulat tak negatif serta a > b.
3. a + (-b) = 0 jika a dan b adalah bilangan bulat tak negatif dan a = b.
4. a + (-b) = - (b – a) jika a dan b adalah bilangan bulat tak negatif dan a < b.
Kebenaran penambahan dasar terbentuk dengan mengkombinasikan
seluruh 1 digit angka. Ketika angka nol dimasukkan, ada 100 dasar penambahan.
Penambahan sering dikelompokkan menjadi kombinasi-kombinasi yang memiliki
hasil 10 atau kurang dan hasil lebih dari 10. Yang pertama disebut penambahan
mudah dan yang kedua disebut penambahan sulit. Faktanya kata mudah dan sulit
nyatanya memiliki sedikit arti dalam tingkat kesulitan, contoh banyak siswa
menemukan 9 + 2 lebih mudah daripada 5 + 4.

2.2 Cara Baru dalam Mengajarkan Penjumlahan Bilangan Bulat


2.2.1 Menemukan cara-cara yang berkaitan dengan penjumlahan
Siswa memiliki beragam cara dalam menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan masalah penjumlahan.
Contoh:
Mereka diberikan sebuah ilustrasi Mary memiliki 5 panah dan kakeknya memberi
3 panah, berapa panah yang Mary miliki sekarang?
Untuk menyelesaikan masalah penjumlahan di atas siswa diminta untuk
menggunakan berbagai cara yang bisa digunakan untuk menemukan perolehan
jawaban benar.
Siswa 1 → memakai tanda ○ (bulatan kecil) untuk menginterpretasikan
permasalahan penjumlahan tersebut yaitu:

○ ○ ○ ○ ○
○ ○ ○ ○ ○ ○
○ ○ ○
○ ○5 3 8
○ ○

5
Siswa 2 → memakai tanda (panah) untuk menginterprestasikan masalah
penjumlahan tersebut yaitu:

1 2 3 4 5 6 7 8

Siswa 3 → memakai
1. garis bilangan untuk menginterprestasikan masalah
penjumlahan tersebut yaitu:

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Setelah siswa memberikan cara-cara berbeda dalam menyelesaikan masalah


penjumlahan tersebut, guru menegaskan kembali kepada peserta didik bahwa
ilustrasi tersebut bisa diganti dengan pertanyaan “5 dengan 3 sama dengan angka
berapa anak-anak?” Pada kesempatan berikutnya, guru kembali menanyakan
ketika kita mengkombinasikan 6 dengan 3 kita biasa mengatakan 6 ditambah 3
sama dengan berapa ? Kemudian guru terus melatih siswa dengan inductive
discovery dan deductive discovery, siswa diharapkan mampu selalu mengingat
kombinasinya.

2.2.2 Cara-cara dalam mengembangkan pengajaran penjumlahan


Ketika siswa sudah mulai bosan dengan apa yang telah mereka pelajari di
kelas I mengenai penjumlahan dasar, teknik permainan dan tugas bisa digunakan
untuk menumbuhkan pemikiran bahwa mereka masih perlu lebih banyak
pemahaman tentang konsep penjumlahan, antara lain:
1. Menemukan angka berbeda dengan menggunakan stik
Misalnya: siswa diminta mengambil 4 stik dengan tangan kiri dan 3 stik
dengan tangan kanan, kemudian mereka diminta menghitung berapa jumlah
stik yang dimiliki (tujuh), bagaimana cara menuliskan penjumlahan ini (Guru
bertanya). 3 + 4 = 7, atau dapat dikombinasikan dengan cara meminta siswa

6
memindahkan 1 stik di tangan kanan ke tangan kiri, berapa jumlah stiknya?
(tujuh) → cara tulisnya menjadi 2 + 5 = 7. Penggunaan model stik ini dapat
dibuat dari rangka daun kelapa,bambu, plastik ataupun benda lain yang mudah
dijumpai siswa
2. Menggunakan alat bantu hitung misalnya: sempoa (di Indonesia)
3. Menggunakan mesin fungsi
Dengan cara memasukkan potongan cokelat, salah satu siswa bisa jadi
programernya. Pada akhir nanti, potongan cokelat yang keluar merupakan
hasil penjumlahannya.

4. Dengan Peta Fungsi


Disajikan diagram peta fungsi, siswa diminta mencocokkan dengan benar
antara peta fungsi kiri (penjumlahan) dan peta fungsi kanan (hasil
penjumlahan) misalnya: (0,4) berarti 0 + 4 hasilnya 4, siswa kemudian
menarik garis untuk menghubungkannya. Caranya yaitu dengan gambar
berikut.

7
((
( 0,4 ) 4
( 2,6 )
( 2, 2 ) 5
( 2, 3 ) 6
( 0,8 )
( 1, 3) 7 8
( 2,7 ) ( 3, 1) 9
( 2,4 )

5. Dengan Lembar Kerja Semiprogram


Siswa diberikan lembar kerja dengan hasil penjumlahan yang diacak,
kemudian diminta untuk menemukan hasil penjumlahan yang pas

5 + 6 = 11
9+3=
8+7=
6 + 8 = 14
7+9=

6. Dengan Timbangan Bilangan Matematika


Timbangan bilangan dapat digunakan untuk meragakan penjumlahan
bilangan.

8
Gambar 01. Penjumlahan dengan Neraca Bilangan
(Sumber:https://www.google.co.id)
(Tarigan, 2006)

Timbangan bilangan dengan posisi 6 + 4 = 10 atau 4 + 6 = 10. Cara


penggunaan alat itu dalam penjumlahan 6 + 4 adalah sebagai berikut.
a. Mula-mula diambil satu keping batu timbangan dan dikaitkan pada posisi
angka 6.
b. Kemudian ambil lagi satu keping batu timbangan lain dan dikaitkan pada
posisi 4 pada tangan timbangan yang sama.
c. Agar timbangan tersebut seimbang, harus diambil satu lagi anak
timbangan dan diletakkan pada posisi yang membuat timbangan tersebut
seimbang, setelah dilakukan percobaan ditemukan bahwa posisi angka 10
yang membuat timbangan tersebut seimbang. Sehingga ditemukan
jawaban sebagai berikut.
6 + 4 = 10

7. Dengan Batang Cusenaire

Gambar 01. Penjumlahan dengan Batang Cusenaire


(Sumber:https://edutoys.en.alibaba.com)
(Tarigan, 2006)

9
Untuk meragakan penjumlahan bilangan dapat juga diperagakan dengan
menggunakan batang Cusenaire. Cara penggunaan alat itu adalah sebagai
berikut.
1. Ambilah satu batang duaan, yaitu batang yang berwarna merah
(menunjukkan angka 2);

2. Kemudian ambilah satu batang tigaan, yaitu batang yang berwarna hijau
muda (menunjukkan angka 3);

3. Sambungkanlah kedua batang tersebut;

4. Selanjutnya carilah sebuah batang yang persis sama panjangnya dengan


kedua batang tadi;

10
5. Ternyata batang yang sama panjangnya dengan kedua batang itu adalah
batang berwarna kuning. Panjang batang kuning adalah 5 satuan. Ini
berarti bahwa 2 + 3 = 5

2.3 Keunggulan Cara Baru dalam Mengajarkan Penjumlahan Bilangan


Bulat
Cara baru dalam mengajarkan penjumlahan bilangan bulat kepada siswa
dipandang lebih efektif dan memiliki berbagai macam keunggulan diantaranya
adalah sebagai berikut.
1. Anak akan menyadari bahwa terdapat beragam cara untuk menemukan hasil
penjumlahan
2. Pengenalan situasi penjumlahan bisa menggunakan aktivitas laboratorium dan
masalah verbal. Masalah verbal memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
- Menyediakan situasi dimana siswa dapat mengabstrakkan ide-ide
matematika ke dunia nyata
- Menunjukkan alasan bahwa betapa pentingnya memahami dasar
penjumlahan
3. Program yang menekankan hubungan antara kombinasi penjumlahan dapat
lebih menantang siswa untuk menggeneralisasi daripada menghafal
kombinasi tersebut.
4. Dalam mengajarkan cara baru penjumlahan perlu adanya kombinasi dari
angka yang kecil ke angka yang lebih besar. Untuk pertama kalinya dasar
pengerjaan penjumlahan pertama kalinya yaitu 1 + 1 ataupun 2 + 1, ini
dimaksudkan agar siswa memiliki kesempatan untuk memecahkan situasi
penjumlahan sederhana, tetapi ini tidak terlalu menantang bagi anak yang
memiliki kemampuan rata-rata, sehingga perlu divariasikan lagi misalnya
dengan 5 + 3 , dst.

11
5. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam cara baru hendaknya
merupakan kombinasi dua kumpulan dan menghitung hasil akhir
6. Pengembangan ide-ide matematika dapat dilakukan dengan rekan sejawat
terkait dengan penjumlahan, hal ini dilakukan untuk menempatkan fondasi
yang kuat pada konsep dasar penjumlahan, agar siswa tidak mengalami
kesulitan pada tahapan selanjutnya
7. Pendekatan cara baru dalam pembelajaran matematika tentang penjumlahan
lebih ditekankan pada kalimat matematika, atau pemecahan masalah pada
setiap level soal perlu diperhatikan.

2.4 Perbandingan Cara Baru dan Konvensional dalam Mengajarkan


Penjumlahan Bilangan Bulat
Telah dijelaskan bahwa dalam mengajarkan penjumlahan bilangan bulat di
Sekolah Dasar, terdapat dua cara pengajaran yang dilakukan oleh guru, yakni
dengan cara konvesional dan cara baru. Pengajaran dengan cara konvensional
adalah cara mengajarkan penjumlahan bilangan bulat yang umum dilakukan oleh
para guru yakni dengan menuliskan lambang bilangan di papan tulis dan
menggunakan media gambar yang disertai dengan lambang bilangan di bawah
gambar yang biasanya ditempelkan guru di papan tulis. Sedangkan cara
mengajarkan penjumlahan bilangan bulat dengan cara baru yakni guru
mengajarkan penjumlahan dengan menggunakan alat peraga seperti garis
bilangan, neraca atau timbangan bilangan, batang cusenaire, dll. Dengan
penggunaan alat peraga ini, anak lebih mengeksplorasi kemampuannya dalam
pemecahan masalah. Misalnya pada timbangan bilangan, anak akan mencari
angka yang sesuai agar timbangannya seimbang sehingga pembelajaran sangat
menyenangkan bagi anak.

2.5 Aplikasi Pemakaian Cara Baru dan Konvensional di Kelas Awal dan
Kelas Tinggi
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak persoalan yang muncul dalam
kaitannya dengan operasi penjumlahan bilangan bulat diantaranya bagaimana
memberikan penjelasan dan cara menanamkan pengertian operasi tersebut secara

12
konkret, karena kita tahu pada umumnya siswa SD masih berada pada tahap
operasional konkret dan pola pikirnya masih diarahkan dari hal-hal yang bersifat
konkret menuju hal-hal yang bersifat abstrak.
Riedesel C. Alan dalam bukunya Teaching Elementary School
Mathematics, menyebutkan bahwa siswa harus mengikuti 3 langkah program
dalam mengembangkan konsep matematika abstrak, diantaranya:
1. Tahap enaktive (benda nyata), dalam tahapan ini siswa bekerja dengan benda-
benda nyata.
2. Tahap ikonik (gambar/semi nyata), dalam tahapan ini alat hitung dan gambar
digunakan untuk menggantikan benda nyata.
3. Tahap simbolik (abstrak), tahap ini menggambarkan bilangan atau angka.
Wia, dkk (1994) mengenalkan konsep operasi hitung pada bilangan bulat dapat
dilakukan melalui 3 tahap yaitu:
1. Tahap pengenalan konsep secara konkret sebaiknya diperkenalkan melalui
alat peraga, seperti model stik dari rangka daun kelapa, dari bambu atau dari
plastik untuk mengajarkan konsep penjumlahan bilangan bulat di kelas awal,
dapat juga dengan bahan manipulatif, bahan manipulatif yaitu bahan yang
dapat “dimain-mainkan” dengan tangan. Bahan ini berfungsi untuk
menyederhanakan konsep yang sulit/sukar, menyajikan bahan yang relatif
abstrak menjadi lebih nyata, menjelaskan pengertian atau konsep secara
lebih konkret, menjelaskan sifat-sifat tertentu yang terkait dengan operasi
hitung, serta memperlihatkan fakta, salah satunya contoh yang dapat
diterapkan di kelas awal adalah pembuatan bahan manipulatif yaitu dengan
membuat alat peraga manik-manik dari kertas manila atau karton bekas yang
sudah tidak terpakai, contoh di kelas awal (1 & 2) cara konvensional yang
dilakukan oleh guru dalam mengajarkan konsep penjumlahan dengan
menggunakan media lidi, cara baru yang dapat membangkitkan minat dan
ketertarikan siswa bisa dengan memanfaatkan karton manila untuk membuat
alat peraga manik-manik yang akan digunakan sebagai media pengajaran
konsep dasar penjumlahan.
2. Tahap pengenalan konsep secara semi konkret atau semi abstrak dalam hal ini
dapat menggunakan garis bilangan, tahap ini bisa diterapkan pada masa

13
peralihan dari kelas awal menuju ke kelas tinggi, kelas III dan IV SD yang
nantinya bersinergi pada operasi hitung pengurangan dan penjumlahan
bilangan bulat dalam penggunaan garis bilangan di kelas selanjutnya.
Pembelajaran yang masih konvensional yaitu ketika guru mengajar di kelas
terkadang hanya mengejar target kurikulum dan hanya sekedar hafalan dan
mengingat fakta saja. Dengan model pembelajaran yang konvensional seperti
ini, siswa hanya sebagai objek yang cenderung pasif sehingga pembelajaran
Matematika kurang bermakna dan terasa membosankan bagi siswa hal ini
berakibat pada rendahnya kemampuan serta hasil belajar siswa, banyak
metode serta cara baru yang dapat digunakan pada kelas III & IV diantaranya
garis bilangan dengan wayang, pita garis bilangan dengan model
orang/mobil-mobilan, mesin fungsi, peta fungsi, diagram cusseinare sehingga
diharapkan dengan cara baru ini siswa bisa tertarik mendalami konsep
penjumlahan sebagai fondasi nantinya untuk mempelajari konsep operasi
bilangan bulat di kelas berikutnya.
3. Tahap pengenalan konsep secara abstrak dapat diberikan melalui contoh soal
yang memiliki suatu pola keistimewaan. Pada pengenalan konsep secara
konkret dan semi konkret mempunyai keterbatasan yaitu jika contohnya:

14
1. Mengenalkan (+) + (+) = (+) 2 + 5 = 7
bahwa hasil dari
operasi hitung
bilangan bulat
positif dengan
positif akan
menghasilkan
bilangan positif
2. Jumlah bilangan (+) + (–) = (+) / (–) 2 + ( -5 ) = – 3
bulat positif dengan 2 + 5 = 3
bilangan bulat
negatif hasilnya
dapat berupa bulat
positif atau bilangan
bulat negatif
tergantung dari
bilangan-bilangan
yang dijumlahkan
3. Jumlah dua (–) + (–) = (–) -2 + ( – 2 ) = – 4
bilangan bulat
negatif dengan
bilangan bulat
negatif hasilnya
adalah negatif

Berdasarkan pendapat di atas, tahap pengenalan konsep secara konkret atau


dikenal dengan enaktive dapat diterapkan pada konsep operasi penjumlahan
bilangan bulat di kelas awal, dengan menggunakan alat peraga maupun bahan
manipulatif siswa menjadi tertarik pada pembelajaran matematika dan tidak
menganggap matematika sebagai momok yang menakutkan, selain itu guru dapat
meningkatkan kreativitas dalam membuat media peraga yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik. Dalam prakteknya, terkadang siswa tidak
membutuhkan ketiga tahapan tersebut, hal ini diasumsikan anak-anak cukup
dewasa dalam berpikir abstrak, jadi terkadang kesempatan harus diberikan kepada
siswa dalam memilih metode yang sesuai untuk menghadapi cara hitung yang
berkaitan dengan penjumlahan. Sedangkan untuk di kelas tinggi, penerapan
konsep penjumlahan dapat diberikan ke tingkat yang lebih abstrak. Hal tersebut
dikarenakan anak-anak kelas tinggi cukup dewasa dalam berpikir abstrak dan
siswa dapat memilih sendiri metode yang sesuai untuk menghadapi cara hitung

15
yang berkaitan dengan penjumlahan. Pada siswa kelas tinggi umumnya operasi
hitung penjumlahan menjangkau bilangan yang cukup besar, maka akan
mengalami hambatan jika mengggunakan garis bilangan. Kita perlu menjadikan
konsep abstrak tersebut dalam tahapan. Contoh bilangan bulat positif jika
ditambahkan dengan bilangan bulat negatif hasilnya akan negatif/positif. Misalnya
250 + (-250) = -130.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, simpulan dari makalah ini adalah sebagai
berikut ini.
Penjumlahan adalah pembedahan pasangan yang selalu ditunjukkan dalam
dua angka, memiliki suatu aturan yang mengaitkan setiap pasangan bilangan
dengan bilangan yang lain. Dengan proses penambahan sekelompok bilangan atau
lebih menjadi suatu bilangan yang merupakan jumlah.
Cara-cara dalam mengembangkan pengajaran penjumlahan dapat
dilakukan dengan cara menemukan angka berbeda dengan menggunakan stik,
menggunakan alat bantu hitung misalnya: sempoa (di Indonesia), menggunakan
mesin fungsi, dengan peta fungsi, dengan lembar kerja semiprogram, dengan
timbangan bilangan matematika, dan dengan batang cusenaire.
Keunggulan cara baru dalam mengajarkan penjumlahan bilangan bulat
adalah (1) anak akan menyadari bahwa terdapat beragam cara untuk menemukan
hasil penjumlahan, (2) pengenalan situasi penjumlahan bisa menggunakan
aktivitas laboratorium dan masalah verbal, (3) program yang menekankan
hubungan antara kombinasi penjumlahan dapat lebih menantang siswa untuk
menggeneralisasi daripada menghafal kombinasi tersebut, (4) dalam mengajarkan
cara baru penjumlahan perlu adanya kombinasi dari angka yang kecil ke angka
yang lebih besar, (5) pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam cara baru
hendaknya merupakan kombinasi dua kumpulan dan menghitung hasil akhir, (6)
pengembangan ide-ide matematika dapat dilakukan dengan rekan sejawat terkait
dengan penjumlahan, hal ini dilakukan untuk menempatkan fondasi yang kuat
pada konsep dasar penjumlahan, agar siswa tidak mengalami kesulitan pada
tahapan selanjutnya, dan (7) pendekatan cara baru dalam pembelajaran
matematika tentang penjumlahan lebih ditekankan pada kalimat matematika, atau
pemecahan masalah pada setiap level soal perlu diperhatikan.

17
Dalam mengajarkan penjumlahan bilangan bulat di Sekolah Dasar,
terdapat dua cara pengajaran yang dilakukan oleh guru, yakni dengan cara
konvesional dan cara baru. Pengajaran dengan cara konvensional adalah cara
mengajarkan penjumlahan bilangan bulat yang umum dilakukan oleh para guru
yakni dengan menuliskan lambang bilangan di papan tulis dan menggunakan
media gambar yang disertai dengan lambang bilangan di bawah gambar yang
biasanya ditempelkan guru di papan tulis. Sedangkan cara mengajarkan
penjumlahan bilangan bulat dengan cara baru yakni guru mengajarkan
penjumlahan dengan menggunakan alat peraga seperti garis bilangan, neraca atau
timbangan bilangan, batang cusenaire, dll.
Mengenalkan konsep operasi hitung pada bilangan bulat untuk di kelas
awal dapat dilakukan melalui 3 tahap yaitu: (1) tahap pengenalan konsep secara
konkret sebaiknya diperkenalkan melalui alat peraga, seperti model stik dari
rangka daun kelapa, dari bambu atau dari plastik. (2) tahap pengenalan konsep
secara semi konkret atau semi abstrak dalam hal ini dapat menggunakan garis
bilangan. (3) tahap pengenalan konsep secara konkret atau dikenal dengan
enaktive dapat menggunakan alat peraga maupun bahan manipulatif siswa
menjadi tertarik pada pembelajaran matematika dan tidak menganggap
matematika sebagai momok yang menakutkan. Sedangkan di kelas tinggi
penerapan konsep penjumlahan dapat diberikan ke tingkat yang lebih abstrak,
karena anak-anak kelas tinggi cukup dewasa dalam berpikir abstrak dan siswa pun
dapat memilih sendiri metode yang sesuai.

18
3.2 Saran
Saran yang penulis dapat sampaikan melalui makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagi Penulis
Hendaknya memanfaatkan makalah ini sebagai bahan untuk dapat
menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih dalam mengenai materi
yang dibahas.
2. Bagi Pembaca
Hendaknya dapat menjadikan makalah ini sebagai salah satu sumber
informasi sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan para
pembaca mengenai materi yang dibahas.

19
DAFTAR RUJUKAN

Banalemba, dkk. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Penjumlahan dan


Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Metode Diskusi Pada Siswa Kelas
IV SDN Baleura. Jurnal. (diakses tanggal 28 Maret 2017).

Japa, Ngurah & Suarjana. 2012. Pembelajaran Matematika SD. Singaraja:


Universitas Pendidikan Ganesha.

Riedesel, C. Alan.1973. Teaching Elemnentary School Marthematics. New York.


Starte University of New York, Buffalo.

Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direk
Ketenagakerjaan.

Wia P., dkk. 1994. Penuntun Belajar Matematika. Bandung: Ganesha Exact.

20

Anda mungkin juga menyukai