Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu perceraian yang dibolehkan oleh syariat adalah dengan Talak,
khuluk dan fasakh. Sepintas terlihat bahwa permainan pihak suami terhadap istri atas
hak talak yang dimilikinya, sehingga syari’at khuluk tidak banyak dipahami dan
dipraktekkan dalam kehidupan keluarga muslim. Banyak kalangan menilai bahwa
syari’at telah memberikan porsi hak yang berlebihan kepada suami dalam ikatan
perkawinan. Sehingga kehidupan rumah tangga selalu saja di warnai oleh hegomoni
,arogansi suami atas istri yang tidak seimbang dalam rumah tangga. Penilain tersebut
merupakan suatu penilaain yang tidak komprehensif di dalam menafsirkan kandungan
teks al-quran maupun hadis yang berkenaan tentang perceraian. dan akan semakin
biasa manakala ayat-ayat tentang perceraian di dekati melalui perpektif HAM,
kesetaraan gender, kebebasan , demokratisasi dll. 

Tentu saja penilaian demikian akan memberikan citra buruk terhadap ajaran
Islam tentang perceraian, dan seolah-olah syari’at telah terlanjur memberikan porsi
yang tidak seimbang bagi istri, padahal syari’at telah meletakkan posisi suami istri
dalam bingkai keseimbangan dan keadilan dalam kehidupan rumah tangga . Bila
syari’at telah meletakkan hak talak ada di tangan suami , maka syari’at khuluk
diletakkan di tangan istri. Tentunya semua itu diatur dalam ketentuan hukum dan
perundang-undangan, agar masing-masing orang tidak begitu seenaknya
menggunakan hak yang telah diberikan kepadanya.

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 1


B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian talak?
2. Apa saja macam-macam talak?
3. Bagaimana hukum talak dan dalil hukumnya?
4. Apa saja rukun dan syarat talak?
5. Bagaimana ungkapan cerai (sighat thalaq)?
6. Bagaimana cara perhitungan talak?
7. Apa saja akibat talak?
8. Apa pengertian fasakh?
9. Apa saja hal-hal yang menyebabkan fasakh?
10. Apa saja bebtuk-bentuk fasakh?
11. Apa akibat dari fasakh?
12. Apa perbedaan talak dan fasakh?
13. Bagaimana hasil penelitian dari talak?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian talak
2. Untuk mengetahui macam-macam talak
3. Untuk mngetahui hukum talak dan dalil hukumnya
4. Untuk mngetahui rukun dan syarat talak
5. Untuk mengetahui ungkapan cerai (sighat thalaq)
6. Untuk mengetahui cara perhitungan talak
7. Untuk mengetahui akibat talak
8. Untuk mengetahui pengertian fasakh
9. Untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan fasakh
10. Untuk mengetahui bebtuk-bentuk fasakh
11. Untuk mengetahui akibat dari fasakh
12. Untuk mengetahui talak dan fasakh
13. Untuk mengetahui hasil penelitian dari talak

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 2


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TALAK

Talak berasal dari kata ithlaq ( ‫ ) أآلطآلق‬yang berarti melepaskan atau


meninggalkan. Dalam istilah agama talak berarti melepaskan ikatan perkawinan atau
bubarnya hubungan perkawinan.

Al-jaziry mendefinisikan :‫الطالق ازالة النكاح او نقصان حله بلفظ محصوص‬

“ Talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan


ikatanya dengan menggunakan kata-kata tertentu.”

Menurut abu zakaria al-anshari,talak ialah: ‫حل عقد النكاح بلفظ الطالق ونحوه‬

“ melepas tali akad nikah dengan kata talak dan yang semacamnya.”

Jadi,talak itu ialah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah


hilangnya ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya.

Melepaskan ikatan pernikahan,artinya membubarkan hubungan suami istri


sehingga berakhirlah perkawinan atau terjadi perceraaian. Menurut sayyid sabiq
(1987:7),apabila telah terjadi perkawinan,yang harus dihindari adalah
perceraain,meskipun perceraaian bagian dari hukum adanya persatuan atau
perkawinan itu sendiri. Perceraain mendatangkan kemudharatan, sedangkan sesuatu
yang memudharatkan harus di tinggalkan, meskipun cara meninggalkanya senantiasa
berdampak buruk bagi yang lainnya.

Perceraain hanya boleh dilakukan apabila mengandung unsur kemaslahatan


dan setoap jalan perdamaian antara suami istri yang bertikai tidak menghasilkan
kebaikan. Perceraain setidaknya merupakan alternatif yang lebih mendidik kedua
belah pihak. Ketika terjadi konflik suami istri,salah satu jalan harus di pilih:

1. Meneruskan perkawinan tersebut yang berarti membiarkan kehidupan rumah


tangga sebagai neraka
2. Mengadakan perpisahan secara jasmaniah ,sementara tetap dalam status sebagai
suami istri, merupakan penyiksaan lahir batin terutama bagi pihak istri

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 3


3. Melakukan perceraian dan masing masing pihak menjadi bebas dan leluasa untuk
merenungkan dan mempertimbangkan kenbali kehidupan rumah tangganya.
Mereka bebas untuk meneruskan perceraian dan bebas pula untuk rukun kembali.

Jika ikatan antara suami istri sedemikian kuatnya maka tidak sepantasnya
apabila hubungan tersebut di rusak dan di sepelekan, setiap usaha untuk
menyepelekan hubungan pernikahan dan melemahkannya sangat dibenci oleh Islam
karena ia merusak kebaikan dan menghilangkan kemaslahatan antara suami istri.
Ibnu umar berkata bahwa rasulullah saw,bersabda:

‫ أبغض الحالل الى اهلل الطالق { روه ابو‬: ‫ قال‬.‫عن ابن عمر ان رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬

} ‫داود والحاكم وصححه‬


“ Perbuatan halal yang sangat di benci oleh Allah adalah talak” (HR abu dawud dan
hakim dan di shahihkan olehnya)
Siapapun yang merusak hubungan antara suami istri dia tidak mempunyai
tempat terhormat dalam islam. Demikian dijelaskan dalam sebuah hadist Nabi Saw
Artinya:
“Rasulullah SAW bersabda “ tidak termasuk golongan kami seseorang yang
merusak hubungan seseorang perempuan dari suaminya” (HR.Abu dawud dan nasai)
a. isteri yang ditalak sudah pernah digauli, bila belum pernah digauli maka bukan
termasuk talak sunni.

B. MACAM-MACAM TALAK
a) Talak ditinjau dari waktu melakukan talak dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Talak Sunni yaitu talak yang dijatuhkan sesuai dengan tuntutan sunnah.
Dikatakan talak sunni jika memenuhi 4 (empat) syarat yaitu :

 isteri yang ditalak sudah pernah digauli, bila belum pernah digauli
maka bukan termasuk talak sunni.
 isteri dapat segera melakukan menunggu ‘iddah’ suci setelah ditalak
yaitu dalam keadaan suci dari haid

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 4


 talak itu dijatuhkan ketika isteri dalam keadaan suci, baik dipermulaan,
dipertengahan maupun diakhir suci, kendati beberapa saat lalu datang
haid.
 suami tidak pernah menggauli isteri selama masa suci di mana talak itu
dijatuhkan. Talak yang dijatuhkan oleh suami ketika isteri dalam
keadaan suci dari haid tetapi pernah digauli, tidak termasuk talak
sunni.

b. Talak Bid’i yaitu talak yang dijatuhkan tidak sesuai atau bertentangan dengan
tuntutan sunnah dan tidak memenuhi ketentuan syarat-syarat talak sunni.
Termasuk dalam talak bid’i adalah :

 talak yang dijatuhkan terhadap isteri pada waktu haid (menstruasi) baik
dipermulaan haid maupun dipertengahannya.
 talak yang dijatuhkan terhadap isteri dalam keadaan suci tetapi pernah
digauli oleh suaminya dalam keadaan suci dimaksud. 

b) Talak ditinjau dari jelas tidaknya ucapan talak dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Talak Sharih yaitu talak dengan mempergunakan kata-kata yang jelas dan
tegas, dapat dipahami sebagai pernyataan talak atau cerai seketika diucapkan,
tidak mungkin ada pemahaman lagi. Contoh Talak Sharih yaitu:

 Engkau saya talak sekarang juga.


 Engkau saya firaq sekarang juga.

Apabila suami menjatuhkan talak terhadap isterinya dengan talak sharih maka
menjadi jatuhlah talak itu dengan sendirinya sepanjang ucapan itu dinyatakan
dalam keadaan sadar dan atas kemauannya sendiri.

b. Talak Kinayah yaitu talak dengan menggunakan kata-kata sindiran, samar-


samar seperti contoh :

 Engkau sekarang telah jauh dariku.


 Pulanglah kerumah ibumu.

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 5


Ucapan-ucapan tersebut mengandung sebuah kemungkinan cerai dan
mengandung kemungkinan lain. Tentang kedudukan talak dengan kata-kata
kinayah atau sindiran sebagaimana dikemukakan oleh Taqiyuddin Al Husaini,
tergantung kepada niatnya seseorang artinya jika suami dengan kata-kata
tersebut berniat untuk menjatuhkan talak maka talak jatuh, akan tetapi jika
tidak berniat untuk menjatuhkan talak, maka talak tidak jatuh.

c) Talak ditinjau dari kemungkinan ruju’ atau tidak dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Talak Raj’i yaitu  talak yang dijatuhkan suami terhadap isterinya yang telah
digauli, talak yang pertama kali dijatuhkan atau yang kedua kalinya. Setelah
terjadi talak raj’i, maka isteri wajib ber iddah, bila kemudian suami hendak
kembali kepada isteri sebelum berakhir masa iddah, maka hal itu dapat
dilakukan dengan jalan rujuk, tetapi jika dalam masa iddah tersebut suami
tidak menyatakan rujuknya, maka talak tersebut berubah menjadi talak bain
dengan berakhir iddahnya.: kemudian jika sesudah berakhir iddahnya itu
suami ingin kembali kepada bekas isterinya, maka wajib dilakukan dengan
akad nikah baru dan dengan mahar yang baru pula. Talak raj’i hanya terjadi
dengan talak yang pertama dan kedua saja.
b. Talak Ba’in yaitu talak yang tidak memberi hak merujuk bagi bekas suami
terhadap bekas isterinya. Untuk mengembalikan bekas isteri ke dalam ikatan
perkawinan harus melalui akad nikah baru lengkap dengan rukun dan syarat-
syaratnya. Adapun talak ba’in dibagu menjadi dua:

 Talak Ba’in Sughra yaitu talak bain yang menghilangkan kepemilikan


bekas suami terhadap isteri tetapi tidak menghilangkan kehalalan bekas
suami untuk menikahkan kembali dengan bekas isterinya tersebut.
Termasuk talak bain sughra adalah:

Talak sebelum berkumpul.


Talak dengan pergantian harta dari isteri atau disebut talak
khulu’.

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 6


Talak karena adanya aib (cacat), karena salah seorang
dipenjara, talak karena penganiayaan atau semacamnya dan
lain-lain.

 Talak Bain Kubra yaitu talak yang menghilangkan pemilikan bekas


suami terhadap bekas isteri serta menghilangkan kehalalan bekas
suami untuk kawin kembali dengan bekas isterinya, kecuali setelah
bekas isteri itu kawin lagi dengan lelaki lain, telah berkumpul dengan
suami kedua serta telah bercerai secara wajar dan telah selesai
menjalankan iddahnya. Talak ba’in kubra terjadi pada talak yang
ketiga.

d) Talak ditinjau dari cara menyampaikan talak ada empat, yaitu:


a. Talak dengan ucapan yaitu talak yang disampaikan oleh suami dengan ucapan
dihadapan isterinya dan isteri mendengar secara langsung ucapan tersebut.
b. Talak dengan tulisan yaitu talak yang disampaikan oleh suami secara tertulis
lalu disampaikan kepada isterinya, kemudian isteri membacanya dan
memahami isi dan maksudnya. Talak yang dinyatakan secara tertulis dapat
dianggap sah, meski yang bersangkutan dapat mengucapkannnya,
sebagaimana talak dengan ucapan ada talak sharih dan kinayah, maka talak
dengan tulisan pun demikian pula.

c. Talak dengan isyarat yaitu talak yang dilakukan dalam bentuk isyarat oleh
suami  yang tuna wicara. Isyarat bagi suami yang tuna wicara dapat dipandang
sebagai alat komunikasi untuk memberikan pengertian dan menyampaikan
maksud dan isi hati. Oleh karena itu, isyarat baginya sama dengan ucapan bagi
yang dapat berbicara dalam menjatuhkan talak, sepanjang isyarat itu jelas dan
meyakinkan bermaksud talak atau mengakhiri perkawinan.
d. Talak dengan utusan yaitu talak yang disampaikan oleh suami kepada isteri
melalui perantaraan orang lain

C. HUKUM TALAK DAN DALIL HUKUMNYA

Syari’at Islam menjadikan pertalian suami istri dalam ikatan perkawinan


sebagai pertaian yang suci dan kokoh, sebagaimana Al-Qur’an memberikan istilah

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 7


pertalian itu dengan mitsaq ghalizh (janji kukuh). Firman Allah dalam surat An-Nisa’
ayat 21 menyatakan:

ً‫َخ ْذ َن ِمن ُكم ِم ْيثَاقًا غَلِيظا‬


َ ‫َوأ‬

Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu janji yang kuat.

Oleh karena itu suami-istri wajib memelihara hubungannya tali pengikat itu,
dan tidak sepantasnya mereka berusaha merusak dan memutuskan tali pengikat
tersebut. Meskipun dalam hukum Islam suami diberi kewenangan menjatuhkan talak,
namun tidak dibenarkan suami menggunakan hak nya itu dengan gegabah dan sesuka
hati, apalagi hanya menurutkan hawa nafsunya.

Menjatuhkan talak tanpa alasan dan sebab yang dibenarkan adalah termasuk
perbuatan tercela, terkutuk dan dibenci oleh Allah.

ِ ‫ض اْلحاَل َل إِلَى‬
‫اهلل الطَّاَل ُق‬ َ ُ َ‫أ َْبغ‬

Perkara halal yang paling dibenci Allah adalah menjatuhkan talak.

Hadits ini menjadi dalil bahwa diantara jalan halal itu ada yang dimurkai Allah
jika tidak dipergunakan sebagaimana mestinya. Maka menjatuhkan talak itu sama
sekali tidak ada pahalanya dan tidak dapat dipandang sebagai perbuatan ibadah.
Hadits ini juga menjadi dalil bahwa suami wajib selalu menjauhkan diri dari
menjatuhkan talak selagi masih ada jalan untuk menghindarkannya. Suami hanya
dibenarkan menjatuhkan talak jika terpaksa, tidak ada jalan lain untuk
menghindarinya, dan talak itulah salah satunya jalan terciptanya kemaslahatan.

Istri yang meminta talak kepada suaminya tanpa sebab dan alasan yang
dibenarkan adalah perbuatan tercela, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

‫ْجن َِّة‬ ِ ٍ ‫َت َز ْو َج َها طَاَل قًا ِم ْن غَْي ِر بَأ‬


ْ ‫أَيُّ َما إِ ْم َرأ ٍَة َسأَل‬
َ ‫ْس فَ َح َر ٌام َعلَْي َها َراء َحةُ ال‬

Manakala istri menuntut cerai dari suaminya tanpa adanya suatu alasan, maka
haram baginya bau surga.

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 8


Tentang hukum talak ini para ahli fiqih berbeda pendapat. Pendapat yang
paling benar diantara semua itu adalah yang mengatakan “terlarang”, kecuali karena
alasan yang benar. Mereka yang berpendapat begini adalah golongan Hanafi dan
Hambali. Alasannya yaitu:

‫اق ِمطَاَل ٍق‬


ٍ ‫ ل ََعن اهلل ُك َّل ذَ َّو‬:‫قال رسو ل هلل صلى اهلل عليه وسلم‬
ُ َ

Rasulullah SAW bersabda: “Allah melaknat tiap-tiap orang yang suka merasai dan
bercerai.” (Maksudnya: suka kawin dan bercerai).

Ini disebabkan karena carai itu kufur terhadap nikmat Allah. Sedangkan kawin
adalah satu nikmat dan kufur terhadap nikmat adalah haram. Jadi tidak halal bercerai,
kecuali karena ada darurat.

Darurat yang membolehkan cerai yaitu bila suami meragukan kebersihan


tingkah laku istrinya, atau tidak punya cinta dengannya. Sebab soal hati hanya terletak
dalam genggaman Allah. Tetapi jika tidak ada alasan apapun, maka bercerai yang
demikian berarti kufur terhadap nikmat Allah, berlaku jahat kepada istri. Maka itu
dibenci dan terlarang.

Syara’ menjadikan talak sebagai jalan yang sah untuk bercerainya suami-istri,
namun syara’ membenci terjadinya perbuatan ini dan tidak merestui dijatuhkannya
talak tanpa adanya sebab atau alasan. Adapun sebab-sebab dan alasan-alasan untuk
jatuhnya talak itu adakalanya menyebabkan kedudukan hukum talak menjadi wajib,
adakalanya menjadi haram, adakalanya menjadi mubah, dan adakalanya menjadi
sunnah. Asy-Syekh Muhammad bin Qasim Al-Ghaziy dalam kitabnya fat-hul Qorib
mengemukakan hukum talak dapat dibagi menjadi: Talak wajib, talak sunnah, talak
makruh, dan talak haram.

Talak wajib, yaitu talak yang dalam hal terjadi kasus syiqaq yakni talak yang
dijatuhkan oleh pihak hakam (penengah), apabila kedua hakam berpendapat bahwa
talak itulah satu-satunya jalan untuk mengakhiri persengketaan suami-istri. Demikian
pula dalam kasus ila’, yakni suami bersumpah tidak akan mencampuri istrinya dan
telah berlalu masa empat bulan setelah sumpah tersebut si suami tidak mencabut
sumpahnya itu, berdasarkan firman Allah dalam QS. Al-baqarah 226-227:

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 9


‫ َوإِ ْن َع َز ُمواْ الطالق فَِإ َّن اهلل‬.‫يم‬ ِ ‫ فَِإ َّن اهلل غَ ُف‬5‫لّلَّ ِذين ي ْؤلُو َن ِمن نّسائِ ِهم َتربُّص أَربع ِة أَ ْشه ٍر فَِإن فَآءو‬
ٌ ‫ور َّرح‬
ٌ ُ ُ ََْ ُ َ ْ َ َُ

)227-226: ‫يم (البقرة‬ِ ‫س ِم‬


ٌ ‫يع َعل‬
ٌ َ

kepada orang-orang yang meng-ila’ istrinya diberi tangguh empat bulan (lamanya).
Kemudian jika mereka kembali (kepada istrinya) maka sesungguhnya Allah maha
pengampun lagi maha penyayang. Dan jika mereka berazam (bertetap hati untuk)
talak, maka sungguh Allah maha mendengar lagi maha tahu.

Dengan sumpah ini seorang istri menderita karena tidak disetubuhi dan tidak
pula diceraikan. Setelah empat bulan berselang sumpah suami dan tidak hendak
kembali kepada istrinya, maka wajiblah ia menjatuhkan talak-nya, agar dengan
demikian istri tidak terkatung-katung seperti orang digantung, sedangkan jika suami
berkehendak untuk kembali lagi, maka ia wajib membayar kafarat sumpah.

Talak juga menjadi wajib bagi suami atas permintaan istri dalam hal suami
tidak mampu menunaikan hak-hak istri serta menunaikan kewajibannya sebagai
suami, seperti suami tidak mampu lagi mendatangi istri. Dalam hal ini istri berhak
menuntut talakdari suaminya, dan suaminya wajib menuruti tuntutan istri.

Talak sunnah, yaitu dikarenakan istri mengabaikan kewajibannya kepada


Allah dan tidak normal keadaannya, seperti istri yang meninggalkan shalat dan rusak
moralnya, padahal suami tidak mampu memaksakannya agar istri menjalankan
kewajibannya tersebut, atau istri kurang rasa malunya.

Imam Ahmad berkata: Tidak patut memegang istri seperti ini. Karena hal itu
dapat mengurangi keimanan suami, tidak membuat aman ranjangnya dari perbuatan
rusaknya. Dalam hal ini suami tidak salah untuk bertindak keras kepada istrinya, agar
ia mau menebus dirinya dengan mengembalikan maharnya untuk bercerai. Allah
SWT berfirman dalam QS. An-Nisa’ ayat 19:

ِ ‫ض ما ءاَتيتموه َّن إِالَّ أَن يأْتِين بَِف‬


)19 :‫اح َش ٍة ُّمَبّينَ ٍة (النسا‬ ِ
َ َ ُ ُ ُ ْ َ ِ ‫وه َّن لتَ ْذ َهبُواْ بَِب ْع‬
ُ ُ‫ضل‬
ُ ‫َوالَ َت ْع‬

Dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil


kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila
mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata.

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 10


Maksud dari ayat tersebut adalah, bahwasannya seorang suami tidak boleh
menyusahkan istrinya dengan menghalanginya untuk mengawini laki-laki lain dengan
menahan mereka, padahal suami tersebut sudah tidak ada keinginan lain terhadap
mereka selain menyusahkan belaka karena hendak mengambil kembali sebagian apa
yang telah ia berikannya kepada istrinya berupa mahar, kecuali jika istri tersebut
melakukan pekerjaan keji yang nyata, dalam artian zina atau nusyuz, maka ketika itu
bolehlah seorang suami menyusahkan mereka hingga mereka melakukan khulu’ atau
menebus diri mereka.

Ibn Qudamah berkata: Talak dalam salah satu dari keadaan diatas (yaitu tidak
taat kepada Allah dan kurang rasa malunya) barangkali wajib. Katanya pula: Talak
sunnah yaitu talak karena perpecahan antara suami-istri yang sudah berat dan bila istri
keluar rumah dengan meminta khulu’ karena ingin terlepas dari bahaya.

Talak makruh, menurut yaitu talak perempuan yang normal keadaannya.


Dalam riwayat lain dikatakan bahwa talak makruh adalah talak yang tanpa sebab,
berdasarkan hadits yang menetapkan bahwa talak merupakan jalan halal yang paling
dibenci Allah, yakni dibenci jika tidak ada sebab yang dibenarkan, sedangkan Nabi
menamakannya halal, juga karena talak itu menghilangkan perkawinan yang di
dalamnya terkandung kemaslahatan-kemaslahatan yang disunahkan, sehingga talak
itu hukumnya makruh.

Talak haram, sebagaimana dikemukakan oleh Asy-Syekh Muhammad bin


Qasim Al-Ghazy yaitu talak bid’ah, yaitu suami menjatuhkan talak kepada istrinya
yang sedang haid atau suci tetapi suami telah melakukan jimak dengannya.

Abd. Rahman Ghazaly menyatakan bahwa talak itu diharamkan jika dengan
talak itu kemudian suami berlaku serong, baik dengan bekas istrinya ataupun dengan
wanita lain, suami diharamkan menjatuhkan talak jika hal itu mengakibatkan
terjatuhnya suami kedalam perbuatan haram.

Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa talak diharamkan jika dengan talak itu
akan merugikan bagi suami dan istri, dan tidak adanya kemaslahatan yang mau
dicapai dengan perbuatan talaknya itu. Maka diharamkannya talak itu seperti
haramnya merusak harta benda, karena demikian itu bertentangan dengan sabda
Rasulullah SAW:

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 11


ِ ‫ضرر واَل‬
‫ض َر َار‬ َ َ َ َ ‫اَل‬

Tidak boleh timbul madharat dan tidak boleh saling menimbulkan madharat.

Dalam riwayat lain talak serupa hal yang dibenci sebagaimana sabda Nabi SAW:

)‫ض إِل َْي ِه ِم َن الْطَاَل ُق (رواه أبوداود‬


ُ َ‫َح َّل اهللُ َش ْيأً أ َْبغ‬
َ ‫َما أ‬

Tidak ada sesuatu yang dihalalkan Allah, tetapi dibenci-Nya selain daripada talak.

Talak itu dibenci bila tidak ada suatu alasan yang benar, sekalipun Nabi SAW
mengatakannya halal. Karena ia merusak perkawinan yang mengandung kebaikan-
kebaikan yang dianjurkan oleh agama. Karena itu talak seperti ini dibenci.

Talak itu mubah hukumnya ketika ada keperluan untuk itu, yakni karena
jeleknya perilaku istri, bukanya sikap istri terhadap suami, atau suami menderita
madharat lantaran tingkah laku istri, atau suami tidak mencapai tujuan perkawinan
dari istri.

Imam Haramain memberikan isyarat pada talak yang mubah, yaitu talak yang
dijatuhkan oleh suami kepada istrinya yang tidak dia sukai dan tidak mau menjual
murah terhadap dirinya dengan memberikan pembiayaan kepada istrinya tanpa
menikmati kesenangan.

D. RUKUN DAN SYARAT TALAK


Rukun talak adalah unsur pokok yang harus ada dalam talak dan terwujudnya
talak bergantung ada dan lengkapnya unsur-unsur dimaksud. Diantara rukun talak
adalah:
a. Suami: Islam memberikan hak talak hanya kepada laki-laki saja. Karena ia yang
lebih bersikeras untuk melanggengkan tali perkawinannya yang dibiayai dengan
hartanya, sehingga jika ia hendak cerai atau kawin lagi ia perlu membiayainya lagi
dengan jumlah yang lebih besar. Selain itu, laki-laki menurut kadar dan tabiatnya
bersifat lebih sabar menghadapi perangai istrinya yang tidak disukainya. Ia juga
tidak terburu-buru untuk bercerai karena rasa marah atau kejelekan istrinya.
Sedangkan perempuan biasanya lebih cepat marah, kurang pertimbangannya,

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 12


tidak menanggung biaya-biaya perceraian dengan segala akibatnya dan tidak pula
mengeluarkan belanja seperti yang diwajibkan kepada laki-laki.
Untuk sahnya talak, maka suami harus memenuhi beberapa syarat diantaranya:
1. Berakal. Suami yang gila tidak sah menjatuhkan talak. Yang dimaksud dengan
gila dalam hal ini adalah hilang akal atau rusak akal karena sakit, termasuk
didalamnya adalah sakit pitam,hilang akal karena sakit panas, atau sakit
ingatan karena rusak syaraf otaknya.
2. Baligh. Tidak dipandang jatuh talak yang dinyatakan oleh orang yang belum
dewasa. Dalam hal ini ulama Hanabilah mengatakan bahwa talak oleh anak
yang sudah mumayyiz kendati umur anak itu kurang dari 10 tahun asalkan ia
telah mengenal arti talak dan mengetahui akibatnya, telah dipandang jatuh.
3. Atas kemauan sendiri. Yang berarti jatuhnya talak tersebut bukan karena
paksaan. Kehendak dan kesukarelaan melakukan perbuatan menjadi dasar
taklif dan pertanggungjawaban. Oleh karena itu, orang yang dipaksa
melakukan sesuatu (dalam hal ini menjatuhkan talak) tidak bertanggungjawab
atas perbuatannya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

‫استَ ْك ِر ُه ْوا َعلَْي ِه‬ ِ ‫ضع َعن أ َُّمتِى ال َخطَأ والنِّسي‬


ْ ‫ان َو َما‬َْ َ ْ َ َ ‫إِ َّن اهللَ َو‬
Sungguh Allah melepaskan dari umatku tanggung jawab dari dosa, lupa dan
sesuatu yang dipaksakan kepadanya.
b. Istri. Perempuan hanya dapat dijatuhi talak bila ia jadi objeknya. Perempuan
dikatakan jadi objek talak bila ada dalam keadaan sebagai berikut:
1. Berada dalam ikatan suami-istri yang sah. Jika ia menjadi istri dengan akad
nikah yang bathil, seperti akad nikah terhadap wanita dalam masa iddahnya,
atau akad nikah dengah dengan perempuan saudara istrinya (memadu antara
dua perempuan bersaudara), atau akad nikah dengan perempuan saudara
istrinya (memadu antara dua perempuan bersaudara), atau akad nikah dengan
anak tirinya sedangkan suami itu pernah menggauli ibu dari ibunya dan anak
tiri itu berada dalam pemeliharaannya, maka talak yang demikian itu tidak
dipandang ada.
2. Istri itu masih tetap berada dalam perlindungan kekuasaan suami. Istri yang
menjalin masa iddah talak raj’i atau iddah talak ba’in sughra dari suaminya
oleh hukum Islam dipandang masih berada dalam perlindungan kekuasaan
suami. Karenanya bila dalam masa itu suami menjatuhkan talak lagi

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 13


dipandang jatuh talaknya. Sehingga menambah jumlah talak yang dijatuhkan
dan mengurangi hak talak yang dimiliki suami. Dalam hal talak ba’in, bekas
suami tidak berhak menjatuhkan talak lagi terhadap bekas istrinya, meski
dalam masa iddahnya, karena dengan talak ba’in itu bekas istri tidak lagi
berada dalam perlindungan kekuasaan bekas suami.
3. Jika perempuan berada dalam pisah badan karena dianggap sebagai talak,
seperti pisah badan karena suami tidak mau jadi Islam, bila istrinya masuk
Islam, atau karena ila’. Pisah badan dalam keadaan seperti ini dianggap talak
oleh golongan Hanafi.
4. Jika perempuan dalam ‘iddah karena pisah badan yang dianggap sebagai
fasakh, tetapi pada dasarnya akadnya tidak batal, seperti karena istri murtad.
Fasakh dalam hal seperti ini terjadi karena adanya halangan yang
membatalkan kelangsungan ikatan perkawinan, bila kemurtadannya benar-
benar terbukti.
c. Sighat talak, yaitu kata-kata yang diucapkan oleh suami terhadap istrinya yang
menunjukkan talak, baik itu sharih (jelas) atau kinayah (sindiran), baik berupa
ucapan/lisan, tulisan, isyarat bagi suami tunawicara ataupun dengan suruhan orang
lain. talak tidak dipandang jatuh jika perbuatan suami terhadap istrinya
menunjukkan kemarahannya, mengantarkannya kerumah orang tuanya,
menyerahkan barang-barangnya, tanpa disertai pernyataan talak. Demikian pula
niat talak atau masih berada dalam pikiran dan angan-angan, tidak diucapkan,
tidak dipandang sebagai talak.
d. Qoshdu (sengaja), artinya bahwa dengan ucapan talak itu memang dimaksudkan
oleh ayng mengucapkannya untuk talak, bukan untuk maksud lain. oleh karena itu
salah ucap yang tidak di maksud ubtuk talak tidak dipandang jatuh talak.

E. UNGKAPAN CERAI (SHIGHAT THALAQ)


Perceraian dapat terjadi dengan segala cara yang menunjukkan berakhirnya
hubungan suami istri, baik dinyatakan dengan kata-kata, atau dengan surat kepada
istrinya, atau dengan isyarat oleh orang orang yang bisu atau dengan mengirimkan
seorang utusan. Jika seseorang berniat menalaq istrinya didalam hatinya tanpa
diungkapkan atau semacamnya maka tidak terjadi talak menurut umumnya orang-
orang berilmu. Diantaranya Atha’, Jabir bin Zaid, Said bin Zubair, Yahya bin Abi
Katsir, Asy-Syafi’i, Ishak, Al-Qasim, Salim, dan Al-Hasan. Berkenaan hal ini Zuhri
FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 14
berkata: “Jika seseorang berazam demikian, maka terjadilah talak.” Ibn Sirin
berkenaan orang yang menalaq istrinya dalam hati berkata: “Tidakkah Allah
mengetahuinya?” Sedangkan pendapat jumhur Ulama’ lebih kuat karena sabda
Rasulullah SAW:
ِ ِ ْ َ‫إِ َّن اهلل تَجاو َز َعن أ َُّمتِي ما ح َّدث‬
ْ ‫ت بِه أَْن ُفس َها َما ل‬
‫َم َت ْع َم ْل أ َْو َتتَ َكلَّ ْم‬ َ َ ْ ْ ََ َ
Sesungguhnya Allah melewati umatku (tidak ada sanksinya) apa yang dikatakan
hati selagi belum dikerjakan atau belum diungkapkan. (HR. Al-Bukhari, An-Nasa’i,
dan At-Tirmidzi)
Hadits ini hasan shahih (shahih lighairihi) sebagaimana talak menghilangkan
kepemilikan, ia tidak terjadi jika hanya dengan niat seperti jual beli dan hibah. Berikut
ini adalah beberapa ungkapan talak:
1. Talak dengan Kata-kata
Ucapan talak dengan kata-kata ada dua macam, yaitu sharih (jelas) dan
kinayah (sindiran). Talak sharih adalah talak yang diungkapkan dengan kata yang
terus terang yaitu kata-kata yang mudah dipahami artinya dan tidak mengandung
sesuatu lain selain talak itu sendiri. Sedangkan Talak kinayah adalah setiap kata
yang mirip talak dan lainnya atau talak yang mengandung sesuatu selain talak.
Talak sharih terjadi tanpa tanpa niat. Talak sharih itu menggunakan tiga lafal
yaitu: Cerai (thalaq), pisah (firaq),dan terlepas (sarah). Lafal pertama sudah
popular, baik secara bahasa maupun syara’. Lafal kedua dan ketiga terdapat dalam
Al-Qur’an dengan makna terpisah antara kedua pasang suami dan istri. Keduanya
diungkapkan secara jelas seperti lafal talak. Allah SWT berfirman: Maka
menahan dengan baik atau melepaskan dengan baik. (QS. Al-Baqarah (2): 229)
dan Tahanlah mereka dengan baik atau pisahlah dengan baik. (QS. Al-Baqarah
(2): 231) dan firman-Nya: Dan jika mereka berpisah Allah mengkayakan mereka
dari keluasan-Nya. (QS. An-Nisa’ (4): 130).
Ayat kedua dan ketiga dengan jelas mengungkapkan talak menurut Imam Asy-
Syafi’i. Sedangkan oposisinya, berpendapat keduanya merupakan sindiran karena
tidak popular dengan arti talak. Contoh lafal talak seperti: Hai orang yang tertalak

(‫الِ ُق‬55َ‫)ياَ ط‬, wanita tertalak (5ٌ‫ ة‬5‫)مطَلَّ َق‬, ِ ِ


ُ engkau seorang tertalak (‫ال ٌق‬5َ‫)أَنْت ط‬, dan aku talak
ِ ُ‫( ) طَلَ ْقت‬.
engkau‫ك‬

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 15


Semua lafal diatas tegas dan jelas (sharih) wanita tertalak dengan lafal-lafal
tersebut, baik seorang suami berniat talak maupun tidak selama ia mengerti
maksud lafal tersebut dan sengaja melafalkannya. Baik ia bersungguh-sungguh
maupun bercanda, karena sabda Rasulullah SAW:

َّ ‫اح َوالطَّاَل ُق َو‬ ِ ُ ‫ث ِجد‬


5ُ‫الر ْج َعة‬ ُ ‫ُّه َّن َو َه ْزل ُُه َّن ج ٌّد النِّ َك‬ ٌ ‫ثَاَل‬
Ada tiga perkara, kesungguhannya menjadi sungguh-sungguh dan
bercandanya pun dianggap sungguh-sungguh, yakni talak, nikah, dan rujuk.
Jika seseorang mengatakan salah satu lafal tersebut kemudian mengatakan aku
bermaksud yang lain, hanya saja lisanku terlanjur mengucapkannya, maka tidak
diterima perkataan orang tersebut karena menyalahi lahirnya. Hal itu urusan antara
dirinya dan Allah karena bisa saja diartikan seperti pengakuannya, tetapi
Rasulullah SAW bersabda: Aku menghukumi yang lahir dan Allah-lah yang
menguasai yang tersembunyi.
Lafal talak sindiran yaitu suatu kalimat yang mempunyai arti cerai atau yang
lain. kalimatnya banyak dan tidak terhitung, tetapi berikut ini disebutkan beberapa
contoh saja bukan berarti menjumlah hitungan. Ungkapan kata yang tidak berarti
talak, tidak menyerupainya, dan tidak menunjukkan cerai seperti perkataan seorang
kepada istrinya, misalnya: duduklah, engkau cantik, semoga Allah memberkahi
engkau, dan sebagainya. Dengan menggunakan kata-kata tersebut, tidak terjadi
talak sekalipun berniat talak, kaerena kata-kata tersebut tidak ada kemungkinan
didalamnya makna talak. Andaikan dijatuhkan talak hanya sekedar niat belaka.
Adapun cerai dengan kata-kata sindiran tidak dianggap sah kecuali dengan
adanya niat, sekalipun yang mengucapkan tadi berkata dengan lafal yang jelas,
tetapi maksudnya bukan untuk mentalak tetapi hanya dimaksudkan telah jatuh
talak.
Berikut ini beberapa contoh talak sindiran, misalnya: engkau bebas, engkau
terputus, engkau terpisah, melanggarlah, bebaskan rahimmu, pulanglah kerumah
orang tuamu, talimu terhadap aku keanehanmu, jauhkan aku, pergilah, dan lain-
lain.
Lafal i’taq (pemerdekaan) sindiran pada talak. Demikian juga sebaliknya, kata
thalaq sindiran bagi pemerdekaan. Jika seseorang berkata kepada istrinya: “Aku
memerdekakan engkau atau engkau merdeka” dan berniat talak maka terjadilah

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 16


talak. Demikian juga jika seseorang berkata kepada hambanya: “Engkau saya
talak” dengan berniat talak terjadilah pemerdekaan, dai ia merdeka.
2. Talak dengan Isyarat
Talak dengan isyarat tidak terlepas dari dua hal, yaitu:
a. Isyarat bagi Orang Bisu
Isyarat bagi orang yang bisu merupakan alat komunikasi dan
menjelaskan makssud hatinya kepada orang lain. karena itu isyarat seperti ini
dipandang nilainya sama dengan kata-kata yang diucapkan dalam
menjatuhkan talak. Jika ia memberikan isyarat yang menunjukkan pada
maksudnya yaitu menghentikan hubungan pasangan suami-istri dan semua
orang paham, maka talak itu sharih. Jika isyarat itu tidak dapat dipahami
melainkan orang-orang yang cerdas saja, ada dua pendapat, adakalanya sharih
dan adakalanya kinayah.
Sebagian ahli fiqih mensyaratkan bahwa isyarat orang bisu itu
dibolehkan apabila ia tidak dapat menulis dan tidak mengetahui tulisan. Jika ia
mengetahui dan mampu menulis, tidak boleh menggunakan isyarat, sebab
tulisan lebih jelas maksudnya daripada isyarat. Dan isyarat tidak boleh
digunakan kecuali kalau benar-benar ia sudah tidak mampu berbuat lain.
b. Isyarat bagi Orang yang dapat Berbicara
Ulama’ berbeda pendapat tentang isyarat orang yang dapat berbicara:
Pertama: Isyarat talak bagi orang yang dapat berbicara tidak sah talaknya,
karena isyarat yang diterima dan menempati ucapan bagi haknya orang bisu
diposisiksn karena darurat, sedangkan disini tidak ada darurat. perpindahan
orang yang dapat berbicara dari ucapan ke isyarat dipahami tidak bertujuan
talak dan jika bertujuan maka hal tersebut sangat langka bermaksud memberi
pengalaman.
Kedua: Isyarat orang yang dapat berbicara dikategorikan talak sindiran, karena
secara global memberi pemahaman talak.
3. Talak dengan Tulisan/Surat
Talak dapat terjadi dengan tulisan walaupun penulis mampu berkata-kata.
Sebagaimana suami boleh menalaq istri dengan lafal atau ucapan, ia juga boleh
menalaq dengan tulisan.
Fuqaha’ mensyaratkan bahwa tulisan itu hendaknya harus jelas dan
terlukis. Maksudnya jelas adalah jelas tulisannya sehingga terbaca ketika ditulis
FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 17
dilembaran kertas dan sesamanya. Maksud terlukis adalah tertulis ke alamat istri.
Misalnya suami menulis surst kepada istrinya: “Hai Fulanah engkau tercerai”. Jika
tulisan itu tidak dialamatkan kepada istri maka tidak tercerai kecuali dengan niat.
Misalnya suami menulis diatas kertas:”Engkau tercerai atau istriku tercerai”.
Maka yang seperti ini dianggap tidak sah talaknya, kecuali dengan niat. Sebab
boleh jadi tulisan seperti ini ditulis dengan tidak sengaja dimaksudkan untuk
mentalak, tetapi sekedar berlatih mengindahkan tulisan misalnya.
4. Talak dengan Mengirimkan Seorang Utusan
Talak dianggap sah dengan mengirim seorang utusan untuk
menyampaikan kepada istrinya yang berada ditempat lain, bahwa ia telah ditalak.
Dalam hal ini utusan tadi bertindak selaku orang yang mentalak. Karena itu sah-
lah talaknya.
5. Talak Bebas dan Bergantung
Shighat talak adakalanya bebas tidak terikat (munjizah), adakalanya
bergantung (mu’allaq),dan adakalanya disandarkan pada masa yang akan datang.
Shighat talak yang bebas adalah Shighat yang tidak bergantung pada syarat dan
tidak disandarkan pada waktu yang kan datang. Ia dimaksudkan oleh yang
mengucapkannya terjadinya talak sekaligus, seperti ucapan suami:”Engkau
tertalak”. Hukum talak ini menjatuhkan talak seketika, kapan saja diucapkan oleh
ahlinya dan pada tempatnya.
Shighat talak bergantung adalah apa yang dijadikan suami untuk mencapai
talak digantungkan pada syarat suatu sifat. Seperti ucapan seorang suami kepada
istri:”Jika engkau pergi ke teather maka engkau tertalak”. Disyaratkan sah-nya
talak bergantung dan terjadinya talak pada tiga perkara:
1. Hendaklah digantungkan pada sesuatu yang belum ada dan mungkin ada
setelah itu. jika digantungkan pada sesuatu yang telah ada pada saat
mengucapkan shighat, ia masuk pada talak bebas, sekalipun bentuknya
bergantung. Misalnya “Jika siang terbit engkau tercerai” diucapkan pada siang
hari yang sudah terbit.
2. Shighat talak diucapkan pada wanita yang menjadi sasaran cerai masih dalam
tanggungannya.
3. Wanita dalam tanggungannya pada saat tercapainya sifat yang digantungi.

Talak bergantung (talak mu’allaq) ada dua bagian;

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 18


Pertama, ta’liq qasami, dimaksudkan sebagaimana dalam sumpah, yakni
untuk menekan istri agar mau melakukan sesuatu untuk meninggalkannya dan atau
memperkuat berita. Misalnya ucapan suami kepada istri: “Jika engkau pergi kerja
engkau tertalak”. Hal demikian dimaksudkan mencegahnya keluar kerja bukan
menjatuhkan talak.

Kedua, ta’liq syarthi, dimaksudkan menjatuhkan talak ketika tercapainya


syarat. Misalnya ucapan suami kepada istri: “ Jika engkau membebaskan aku dari
sisa maharmu, engkau tertalak”.

Kedua talak bergantung diatas menyebabkan terjadinya talak, menurut


mayoritas ulama’ jika tercapai apa yang digantunginya.

6. Shighat Talak pada Masa yang Akan Datang


Talak terkadang disandarkan pada masa yang akan datang dengan tujuan
talak kapan waktu itu datang. Seperti perkataan suami kepada istrinya:”Engkau
tertalak besok atau besok awal tahun”. Talak terjadi besok atau awal tahun apabila
wanita itu masih miliknya pada saat datangnya waktu yang disandarkan tersebut.

F. PERHITUNGAN TALAK
Seorang suami apabila sudah mengumpuli istrinya maka ia berhak tiga kali
talak. Para ulama’ sepakat suami dilarang mentalak istrinya tiga kali berturut-turut
dalam masa satu kali suci. Alasan mereka ialah jika suami menjatuhkan talak tiga
kali berarti menutup pintu untuk kembali dan bertemu lagi disaat ia menyesali
perbuatannya, dan juga menyalahi ketentuan agama, karena dijadikannya talak
berkali-kali adalah untuk memberikan kesempatan kembali diwaktu menyesali
perbuatannya, karena orang yang menjatuhkan cerai tiga kali berarti telah merugikan
wanita dikarenakan telah menjadikan wanita dengan talaknya itu sebagai orang yang
tidak sah untuk diri (laki-laki)nya. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW:

ُ‫ أخبرنا رسوالهلل عن َر ُج ٍل طَلَّ َق إِ ْم َرأَتُه‬:‫روى النسائ من حديث محمود بن لبيد قال‬

‫ام‬ ِ ِ َ‫ أَيلْعب بِ ِكت‬:‫فقال‬,‫ضبا َن‬


َ َ‫ َحتَّى ق‬, ‫اب اهلل واَناَ َب ْي َن اَظ ُْه ِر ُك ْم‬ ُ َُ َ ْ َ‫ام غ‬ 5ٍ ‫ث تَطْلِ ْي َق‬
5َ ‫ َف َق‬,‫ات َج ِم ْي ًعا‬ َ ‫ثَاَل‬
ِ ‫رسول‬
‫هلل أفال اَقُْتلُهُ ؟‬ َ ‫ يا‬: ‫ال‬
َ ‫َر ُج ٌل َف َق‬

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 19


Nasa’i meriwayatkan hadits Mahmud bin Lubaid, katanya: Rasulullah
mengkhabarkan kepada kami tentang seorang laki-laki yang menceraikan istrinya
tiga kali sekaligus. Maka beliau berdiri dengan marah lalu bersabda: “Apakah akan
dipermainkan kitab Allah padahal saya ada ditengah-tengah kamu?” sehingga
bangunlah seseorang, lalu berkata: “Wahai Rasulullah adakah saya boleh
membunuh dia?”
Ibnu Qayyim dalam kitab Ighatsatul-lahfaan berkata: “Ia dikatakan
mempermainkan kitab Allah, dikarenakan menyalahi ketentuan talak yang benar dan
menginginkan apa yang tidak dikehendaki oleh Allah. Allah menghendaki seseorang
mentalak satu kali saja, kemudian jika ia mau, dapat kembali kepada istrinya. Lalu
mentalaknya lagi jika ia menghendaki, kemudian jika ia menghendaki, kemudian ia
tidak boleh kembali merujuknya lagi setelah itu.
Selain itu menjatuhkan talak tiga kali sekaligus menyalahi firman Allah:
ِ َ‫الطَّالَ ُق م َّرت‬
) 229 :‫ان (البقره‬ َ
Talak itu dua kali
Jika para ulama’bersepakat tentang haramnya mengucapkan tiga kali talak
sekaligus, namun mereka berselisih pendapat jika suami mentalak istrinya tiga kali
dengan sekali ucap. Apakah sah atau tidak? Jumhur ulama’berpendapat sah. Tetapi
sebagian yang lain berpendapat tidak sah. Tetapi yang berpendapat sah juga masih
berselisih. Sebagian ada yang berpendapat bahwa tiga kali ucapan talak berarti tiga
kali talak. Dan sebagian yang lain berpendapat dihitung sekali talak saja. Sebagian
lain lagi membeda-bedakan antara perempuan yang ditalak itu sudah dikumuli atau
belum dikumpuli. Yang sudah dikumpuli dihitung tiga kali, sedangkan yang belum
dikumpuli hanya dihitung sekali talak saja.
Alasan golongan yang berpendapat seperti diatas ialah dalil-dalil sebagai
berikut:
1. Ayat yang menerangkan bolehnya menjatuhkan sekali talak, dua kali, dan tiga
kali adalah:

) 230 :‫فَِإ ْن طَلَ َق َها فَالَ تَ ِح ُّل لَهُ ِم ْن َب ْع ُد َحتَّى َت ْن ِك َح َز ْو ًجا غَْي َرهُ (البقره‬
Dan jika ia mentalak istri, maka tidak halal baginya sesudah itu sehingga (bekas
istri) kawin dengan laki-laki lain.

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 20


َ ‫اح َعلَْي ُك ْم إِن طَلَّ ْقتُ ُم الن‬
)236:‫ِّساء (البقره‬ َ َ‫الَّ ُجن‬
Tidak apa bagi kamu jika mentalak istri-istri

َ ‫ضتُ ْم ل َُه َّن فَ ِري‬


)237:‫ضةً (البقره‬ ْ ‫وه َّن َوقَ ْد َف َر‬
ُ ‫س‬ُّ ‫وه َّن ِمن َق ْب ِل أَن تَ َم‬
ُ ‫َوإِن طَلَّ ْقتُ ُم‬
Dan jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum mencampuri mereka, padahal
kamu sudah menetapkan mahar
Dzahir daripada ayat diatas menerangkan bolehnya menjatuhkan sekali talak,
dua kali dan tiga kali. Karena dalam ayat ini tidak membedakan antara
menjatuhkan talak sekali atau dua kali atau tiga kali.
2. Ayat yang membolehkan talak dua kali atau tiga kali dengan sekaligus atau
secara terpisah
ٍ ِ َ‫الطالق م َّرت‬
ٌ ‫اك بِ َم ْع ُروف أ َْو تَ ْس ِر‬
‫يح بإحسان‬ ٌ ‫ان فَِإ ْم َس‬ َ
Talak itu dua kali. Karena itu peganglah baik-baik atau ceraikanlah dengan
baik-baik.
Selain ayat-ayat diatas diterangkan pula dalam beberapa riwayat hadits dibawah
ini:

‫ يا رسول اهلل ظَلَ ْمُت َها إِ ْن‬:‫ قال‬,ُ‫َخ ْوبَنِ ْى َع ْجاَل َن إِ ْم َرأَتُه‬
ُ ‫ ل ََّما اَل َع َن أ‬: ‫ قال‬,‫عن سهل بن سعد‬

)‫ هي الطالق (رواه أحمد‬,‫ هي الطالق‬,‫ ِه َي الَّطاَل ُق‬:‫أ َْم َس ْكُت َها‬


Dari Sahl bin Sa’id berkata: Tatkala saudara Bani Ajlaan mengutuk istrinya, ia
berkata:”Wahai Rasulullah! Jika saya tetap memegang dia saya berbuat zalim
kepadanya, yaitu (saya) menjatuhkan talak, menjatuhkan talak, menjatuhkan
talak.” (HR. Ahmad)

ِ ِ
‫اد اَ ْن‬ ٌ ِ‫ أَنَهُ طَلَّ َق إِ ْم َرأَتَهُ تَطْل ْي َقةً َوه َي َحائ‬,‫اهلل بْ ِن عُ َم َر‬
َ ‫ ثُ َّم أ ََر‬,‫ض‬ ِ ‫ ح َّد َثنَا َع ْب ُد‬: ‫ال‬
َ َ َ‫ْح َس ِن ق‬
َ ‫َع ِن ال‬

‫بن‬ َ ِ‫ُي ْتبِ َع َها بِتَطْلِ َق ْي ِن أُ ْخ َر َي ْي ِن ِع ْن َد ال ُق ْرأَيْ ِن َفَبلَ َغ ذَال‬


َ ْ‫ك رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم فقال يَا ا‬
‫السنَّةُ اَ ْن تَ ْسَت ْقبِ َل الْطُ ْه َر َفتُطَلِّ َق‬
ُّ ‫ْسنّةَ َو‬
ُّ ‫ْت ال‬ َ َّ‫ َما َها َك َذا اََم َر َك اهلل تعالى! إِن‬,‫عُ َم َر‬
َ ‫ك قَ ْداَ ْخطَأ‬

‫ اِ َذا ِه َي‬:‫ ثم قال‬.‫اج ْعُت َها‬ ِ ٍ ِ


َ ‫ َف َر‬,‫ فَأ ََم َرنى رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬: ‫ وقال‬.‫ل ُك ِّل ُق ْرء‬

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 21


‫ اَ َكا َن يَ ِح ُّل‬,‫ت ل َْوطَلَّ ْقُت َها ثَاَل ثًا‬
َ ْ‫ أ ََرأَي‬:‫رسول اهلل‬
َ ‫فقلت يا‬
ُ ,‫ك‬ َ ِ‫ت فَطَلِّ ْق ِع ْن َد ذَال‬
ْ ‫ك اَ ْو اَ ْم ِس‬ ْ ‫طَ ُه َر‬
ِ ‫ك (وتَ ُكو ُن م ْع‬ ِ ِ ‫لِي اَ ْن اُر‬
)‫ (رواه الدارقطنى‬.ً‫صيَة‬ َ ْ َ َ ‫ت تَبِْي ُن م ْن‬
ْ َ‫ َكان‬...َ‫ ال‬:‫اج َع َها؟ قال‬ َ
Dari Al-Hasan, berkata: Abdullah bin Umar bercerita kepada kami, bahwa ia
mentalak istrinya diwaktu haid dengan sekali talak. Kemudian ia ingin
menyusulnya dengan dua kali talak lain ketika dua masa haid kemudiannya.
Maka sampailah kejadian itu kepada Rasulullah, kemudian beliau
bersabda:Wahai Ibnu Umar! Tidaklah begitu Allah memerintahkan. Engkau
sesungguhnya telah menyalahi sunnah. Karena sunnah menetapkan pada waktu
suci tetapi engkau menjatuhkan talak setiap waktu haid”. Dan ia Ibnu Umar
berkata:” Maka Rasulullah memerintahkan saya (untuk merujuk). Lalu sayapun
merujuk. “Kemudian ia berkata:”Apabila ia dalam keadaan suci bolehlah kamu
talak atau kamu pegang terus. “Lalu saya (Ibnu Umar) berkata: “Wahai
Rasulullah! Bagaimana pendapat tuan kalau saya talak tiga kali? Adakah halal
bagiku merujuknya lagi?” Lalu Nabi bersabda:” Tidak. Karena kau telah
mentalak ba’in kepadanya (dan berarti berbuat terlarang).”
Demikianlah pendapat Jumhur Tabi’in dan sebagian besar sahabat serta para
imam empat madzhab.
3. Adapun yang berpendapat hanya dihitung sekali talak, mereka beralasan dengan
dalil-dalil dibawah ini:
Hadits yang diriwayatkan Muslim, bahwasanya Abu ash-Shahba’ berkata
kepada Ibn ‘Abbas, “Tahukah kamu bahwa yang tiga itu dulu dijadikan satu
talak saja pada masa Rasulullah SAW, Abu Bakar dan permulaan masa ‘Umar.?
Ia menjawab, “Ya.” Di dalam lafazh yang lain, “dikembalikan kepada satu
talak.?”,ia mejawab, “Ya.”
Ini merupakan nash yang shahih dan sangat jelas sekali, tidak bisa ditakwil-
takwil atau pun dirubah.

Ibnu Taimiyah dalam kitab Fatawa:3:22, ia berkata: “Di dalam dalil-dalil


agama (Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas) tak ada keterangan yang
mengharuskan tiga kali ucapan talak dihitung tiga kali. Perkawinan dengan bekas
istrinya setelah mengucapkan tiga kali talak tetap sah. Istrinya menjadi haram kawin
dengan orang lain. dan apabila ia menceraikannya ketiga kalinya, bekas istrinya
halal bagi orang lain tetapi haram baginya. Cara untuk mendapatkan kembali istrinya
FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 22
dengan jalan tahlil diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Kawin tahlil tidak pernah
terjadi dimasa Rasulullah dan para khalifahnya. Dan tak pernah ada riwayat
bahwadimasa Rasulullah dan para khalifahnya ada seorang perempuan yang dirujuk
oleh suaminya setelah talak tiga kali dengan jalan kawin tahlil, bahkan Rasulullah
melaknat orang yang kawin tahlil. Selanjutnya, Ibnu Taimiyah berkata: Ringkasnya
segala yang ditetapkan oleh Rasulullah secara tegas pada umatnya tidaklah bisa
dirubah. Karena itu tidaklah dapat dihapuskan sesudah wafatnya beliau.

G. AKIBAT TALAK
1. Akibat Talak Raj’i
Talak raj’i tidak melarang mantan suami berkumpul dengan mantan
istrinya, sebab akad perkawinannya tidak hilang dan tidak menghilangkan hak
(pemilikan), serta tidak mempengaruhi hubungannya yang halal kecuali
persetubuhan).
Sekalipun tidak mengakibatkan perpisahan, talak ini tidak menimbulkan
akibat-akibat hukum selanjutnya selama masih dalam masa iddah istrinya.
Segala akibat hukum talak baru berjalan sesudah habis masa iddah dan jika tidak
ada ruju’. Apabila masa iddah telah habis maka tidak boleh ruju’ dan berarti
perempuan itu telah tertalak ba’in. Jika masih ada dalam masa iddah maka talak
raj’i yang berarti tidak melarang suami berkumpul dengan istrinya kecuali
bersenggama. Jika ia menggauli istrinya berarti ia telah ruju’.
Istri yang menjalani iddah raj’iyyah, jika ia taat atau baik terhadap
suaminya, maka ia berhak memperoleh tempat tinggal, pakaian dan uang belanja
dari mantan suaminya. Tetapi jika ia durhaka maka tidak berhak mendapatkan
apa-apa. Rasulullah SAW:

ُّ ‫نى لِل َْم ْرأ َِة إِ َذا َكا َن لِ َج ْو ِج َها َعلَْي َها‬
)‫الر ْج َعةُ (رواه احمد والنسأئ‬ َ ‫الس ْك‬ َّ ‫إِ َّن‬
ُّ ‫الن َف َقةُ َو‬
Perempuan yang berhak mendapat nafkah dan tempat tinggal (rumah) dari
mantan suaminya adalah apabila mantan suaminya itu berhak merujuk
kepadanya. (HR. Ahmdad dan An-Nasa’i).
Beliau juga bersabda:

)‫الر ْج َعةَ (روهى الدارقطنى والنسائ‬


ُّ ‫ك‬ُ ِ‫نى لِ َم ْن تَ ْمل‬
َ ‫الس ْك‬ َّ ‫إِ َّن‬
ُّ ‫الن َف َقةُ َو‬
nafkah dan tempat tinggal bagi wanita yang memiliki (kesempatan untuk)
FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 23
diruju’. (HR.At-Daruquthni dan Nasa’i).
Bila salah seorang meninggal dalam masa ‘iddah, yang lain menjadi ahli
warisnya, dan mantan suami tetap wajib memberi nafkah kepadanya selama masa
‘iddah.
Ruju’ adalah salah satu hak suami dalam masa ‘iddah. Oleh karena itu ia
tidak berhak membatalkannya sekalipun suami misalnya berkata: “tidak ada ruju’
bagiku.” Namun sebenarnya ia tetap mempunyai hak rujuk. Sebab dalam firman
Allah disebutkan:
ِ ‫وبعولَته َّن أَح ُّق بِرد‬
)228:‫ِّه َّن (البقرة‬ َ َ ُ ُ ُُ َ
Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa iddah itu.... (QS. Al-
Baqarah:228)
Karena ruju’ merupakan hak suami, maka untuk merujukmya suami tidak perlu
saksi, dan kerelaan mantan istri serta wali. Namun menghadirkan saksi dalam
ruju’ hukumnya sunnat, karena dikhawatirkan apabila kelak istri akan
menyangkal rujuknya suami.
Ruju’ boleh dengan ucapan, seperti:”Saya ruju’ kamu”, dan dengan
perbuatan, misalnya: menyetubuhinya, merangsangnya, seperti mencium dan
sentuhan-sentuhan birahi. Imam Syafi’i berpendapat bahwa ruju’ hanya
diperbolehkan dengan ucapan terang dan jelas dimengerti. Tidak boleh ruju’
dengan persetubuhan, ciuman, dan rangsangan-rangsangan nafsu birahi.
Ibnu Hazm berkata: “dengan menyetubuhinya tidak berarti merujuknya
sebelum kata ruju’ itu diucapkannya dan menghadirkan saksi, serta mantan istri
diberi tahu terlebih dahulu sebelum masa ‘iddahnya habis”. Hal demikian sebab
Allah berfirman:
ٍ ‫واِذَا بلَغْن أَجلَه َّن فَاَم ِس ُكوه َّن أَو فَا ِر ُقوه َّن بِمعرو‬
)3:‫ف َوأَ ْش َه ُد ْواذَ َو ْي ِم ْن ُك ْم (الطالق‬ ْ ُْ َ ُ ْ ْ ُْ ْ ُ َ َ َ َ
Apabila mereka telah mendekati akhir masa iddahnya, maka rujukilah mereka
dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan
dua orang saksi yang adil diantara kamu
Disini Allah SWT tidak membedakan antara ruju’ talak dengan
menghadirkan saksi. Karena itu tidak boleh memisahkan antara satu dengan yang
lainnya, seperti menalaq tanpa dua orang saksi laki-laki yang adl atau ruju’ tanpa
adanya orang yang adil sebagai saksi perbuatan seperti ini melanggar hukum

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 24


Allah. Nabi Muhammad SAW bersabda:

َّ ‫ص ْي ٍن اَنَّهُ ُسئِ َل َع ِن‬ ِ


ْ ‫الر ُج ِل يُطَلِّ ُق إِ ْم َرأَتَهُ ثُ َّم َي َق ُع بِ َها َول‬
‫َم يُ ْش ِه ْد َعلَى‬ َ ‫َع ْن ع ْم َرا َن ابْ ِن ُح‬

‫ت لِغَْي ِر ُسن ٍَّة أَ ْش ِه ْد َعلَى طَالَقِ َها َواَل َعلَى َر ْج َعتِ َها َواَل َتعُ ْد‬ َ ‫طَاَل قِ َها َواَل َعلَى َر ْج َعتِ َها َف َق‬
َ ‫ طَلَ ْق‬:‫ال‬

(‫)رواه أبو داود و إبن ماجه والبيهقى والطبران‬


Dari Imran bin Hussain, sesungguhnya ia pernah ditanya tentang orang yang
menalaq istrinya, kemudian disenggamainya, padahal tidak ada saksi ketika
menalaqnya dan ketika merujuknya. Maka jawabannya, “ Engkau menalaq tidak
menurut sunnah, dan merujuk tidak menurut sunnah. Hadirkanlah saksi untuk
menalaq dan merujuknya dan jangan engkau mengulangi perbuatan itu.
2. Akibat Talak Ba’in Sughra
Talak ba’in sughra ialah memutuskan hubungan perkawinan antara suami
dan istri sertelah kata talak diucapkan. Karena ikatan perkawinan telah putus,
maka istrinya kembali menjadi orang lain bagi suaminya. Oleh karena itu ia tidak
boleh bersenang-senang dengan perempuan tersebut apalagi sampai
menyetubuhinya.
Apabila ia baru menalaqnya satu kali, berarti ia masih memiliki sisa dua
kali talak setelah ruju’ dan jika sudah dua kali talak, maka ia hanya berhak atas
satu kali talak setelah ruju’.
3. Akibat Talak Ba’in Kubra
Hukum talak ba’in kubra sama dengan talak ba’in sughra, yaitu
memutuskan hubungan tali perkawinan antara suami dan istri. Tetapi talak ba’in
kubra tidak menghalalkan bekas suami merujuk kembali bekas istri, kecuali
sesudah ia menikah dengan laki-laki lain dan telah bercerai setelah dikumpulinya
(telah bersenggama), tanpa ada niat nikah tahlil. Allah SWT berfirman:

)230 :‫ تَ ِح ُّل لَهُ ِمن َب ْع ُدحتى َت ْن ِك َح َز ْو ًجا غَْي َرهُ (البقره‬5َ‫فَِإن طَلَّ َق َهافَال‬
Kemudian jika ia menceraikannya lagi maka wanita itu tidak halal lagi baginya
setelah itu hingga dia kawin dengan suami yang lain.
Perempuan yang menjalani iddah talak ba’in, jika tidak hamil ia hanya
berhak memperoleh tempat tinggal (rumah), tidak lain. tetapi jika ia hamil ia juga
berhak mendapat nafkah. Dalam Al-Qur’an di tegaskan:

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 25


‫ت‬ َ َ ُ‫وه َّن لِت‬
ِ ‫ضِّي ُقوا َعلَْي ِه َّن ۚ وإِ ْن ُك َّن أُواَل‬ ُ ‫ار‬ َ ُ‫ث َس َك ْنتُ ْم ِم ْن ُو ْج ِد ُك ْم َواَل ت‬
ُّ ‫ض‬ ُ ‫وه َّن ِم ْن َح ْي‬
ُ ُ‫َس ِكن‬
ْ‫أ‬

‫ض ْع َن َح ْملَ ُه َّن‬ ٰ ‫َح ْم ٍل فَأَنِْف ُقوا َعلَْي ِه َّن َحت‬


َ َ‫َّى ي‬
Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan
(hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalak) itu sedang
hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin,
Perempuan yang menjalani iddah wafat (karena ditinggal mati oleh
suaminya), ia tidak berhak sama sekali nafkah dan tempat tinggal dari mantan
suaminya, karena ia dan anak (yang dikandungnya) adalah pewaris yang berhak
mendapat harta pusaka dari almarhum suaminya itu. Rasulullah SAW bersabda:

)‫المَت َوقَّى َع ْن َها َز ْو ُج َها َن َف َقةٌ (رواه الدار قطنى‬ ِ ‫لَيس لِل‬
ُ ‫ْحام ِل‬
َ َ ْ
Perempuan hamil yang ditinggal mati suaminya tidak berhak memperoleh
nafkah.
Perempuan yang di talak suaminya sebelum dikumpuli (qobla dukhul), ia
tidak memiliki iddah, tetapi berhak memperoleh mut’ah atau pemberian. Hal ini
ditegaskan oleh Allah SWT:

‫وه َّن فَ َما لَ ُك ْم‬


ُ ‫س‬ُّ ‫وه َّن ِم ْن َق ْب ِل أَ ْن تَ َم‬ ِ َ‫يا أ َُّي َها الَّ ِذين آمنُوا إِ َذا نَ َك ْحتُم الْم ْؤ ِمن‬
ُ ‫ات ثُ َّم طَلَّ ْقتُ ُم‬ ُ ُ َ َ َ

‫احا َج ِمياًل‬ ٍ ِ ِ
ً ‫وه َّن َس َر‬ ُ ُ‫َعلَْي ِه َّن م ْن عدَّة َت ْعتَدُّو َن َها ۖ فَ َمتِّع‬
ُ ‫وه َّن َو َس ِّر ُح‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan
yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya
maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka ´iddah bagimu yang kamu minta
menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut´ah dan lepaskanlah mereka itu
dengan cara yang sebaik-baiknya. 
Selanjutnya, baik mantan suami atau istri harus memperhatikan
kesejahteraan anak. Jika anak itu masih dalam kandungan, maka ibunya harus
menjaganya baik-baik, demikian juga ketika anak menyusu kepada ibunya,
sekalipun bisa juga perempuan lain yang menyusui anak tersebut jika misalnya
ibunya enggan atau repot. Sampai anak itu bisa berdiri sendiri, maka tanggung
jawab nafkah tetap menjadi kewajiban bapaknya. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 26


‫وه َّن‬ َ ‫ض ْع َن َح ْملَ ُه َّن ۚ فَِإ ْن أ َْر‬
ُ ُ‫ض ْع َن لَ ُك ْم فَآت‬ ٰ ‫ت َح ْم ٍل فَأَنِْف ُقوا َعلَْي ِه َّن َحت‬
َ َ‫َّى ي‬ ِ ‫وإِ ْن ُك َّن أُواَل‬
َ
ٍ ‫أُجوره َّن ۖ وأْتَ ِمروا بينَ ُكم بِمعر‬
ِ ‫وف ۖ وإِ ْن َتعاسرتُم فَسُتر‬
‫ض ُع لَهُ أُ ْخ َر ٰى‬ ْ َ ْ َْ َ َ ُ ْ َ ْ َْ ُ َ ُ َ ُ
Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka
berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika
mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka
upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik;
dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan
(anak itu) untuknya.
Jika anak tersebut sudah mengerti maka ia dipersilahkan memilih apakan
mau mengikuti ibunya atau bapaknya.

H. PENGERTIAN FASAKH
Menurut bahasa kata "fasakh" berasal dari bahasa Arab ‫ فسخا‬- ‫ يفسخ‬-‫ فسخ‬yang
berarti batal atau rusak. Sedang menurut istilah dapat diartikan sebagai berikut :
Menurut DR. Ahmad al Ghundur Fasakh adalah batal akad (pernikahan)
dan hilangnya keadaan yang menguatkan kepadanya. Menurut Sayyid Sabiq
Memfasakh adalah membatalkannya dan melepaskan ikatan pertalian antara
suami-isteri., Menurut Ensiklopedi Islam fasakh ialah pemutusan hubungan
pernikahan oleh hakim atas permintaan suami atau isteri atau keduanya akibat
timbulnya hal-hal yang dirasa berat oleh masing-masing atau salah satu pihak suami-
isteri secara wajar dan tidak dapat mencapai tujuan dari sebuah pernikahan yang di
inginkan oleh suami dan istri.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan jikalau pengertian fasakh nikah adalah
suatu bentuk perceraian yang diputuskan oleh hakim karena dianggap pernikahan itu
memberatkan salah satu pihak baik istri atau laki laki atau bahkan kedua belah pihak.

I. HAL-HAL YANG MENYEBABKAN FASAKH


Fasakh adakalanya disebabkan terjadinya kerusakan atau cacat pada akad
nikah itu sendiri dan adakalanya disebabkan hal-hal yang datang kemudian yang
menyebabkan akad pernikahan tersebut tidak dapat dilanjutkan.
1) Fasakh yang disebabkan rusaknya atau terdapatnya cacat dalam akad nikah,
antara lain sebagai berikut :

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 27


a) Setelah pernikahan berlangsung, di kemudian hari diketahui bahwa suami
isteri adalah saudara sekandung, seayah seibu atau saudara sepersusuan.
b) Apabila ayah atau kakek menikahkan anak laki-laki atau perempuan di
bawah umur dengan orang yang juga di bawah umur. Maka setelah kedua
anak ini dewasa mereka berhak untuk memilih melanjutkan pernikahan
tersebut atau menghentikan pernikahan itu. Apabila anak itu
menghentikan pernikahan tersebut, maka dinamakan fasakh. Hak pilih
seperti ini oleh ulama fiqih tersebut khiyar al-bulugh.
2) Fasakh yang disebabkan ada penghalang (mani' al-huruf) setelah
berlangsungnya pernikahan misalnya antara lain sebagai berikut :
a) Salah seorang di antara suami isteri itu murtad (keluar dari agama
Islam).
b) Apabila pasangan suami isteri tersebut dahulunya menganut agama
non Islam. Kemudian isterinya memeluk agama Islam maka dengan
sendirinya akad pernikahan itu batal. Apabila suaminya yang masuk Islam
sedangkan wanita tersebut kitabiyah (yahudi atau nasrani) maka
pernikahan tersebut tidak batal.

J. BENTUK-BENTUK FASAKH
Bentuk-bentuk fasakh yang terjadi dengan sendirinya di antaranya sebagai
berikut :
1) Fasakh terjadi karena rusaknya akad pernikahan yang diketahui setelah
pernikahan berlangsung, seperti pernikahan tanpa saksi dan mengawini
mahram.
2) Fasakh terjadi karena isteri dimerdekakan dari status budak. Sedangkan
suaminya tetap berstatus budak.
3) Fasakh terjadi karena pernikahan yang dilakukan adalah nikah mut'ah.
4) Fasakh terjadi karena mengawini wanita dalam masa iddah.
Adapun fasakh yang memerlukan campur tangan hakim antara lain
sebagai berikut :
1) Fasakh disebabkan isteri merasa tidak kafaah dengan suaminya.
2) Fasakh disebabkan mahar isteri tidak dibayar penuh sesuai dengan yang

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 28


dijanjikan.
3) Fasakh akibat salah seorang suami/isteri menderita penyakit gila.
4) Fasakh terjadi karena isteri yang musyrik tidak mau masuk Islam setelah
suaminya masuk Islam, sedangkan wanita tersebut menuntut perceraian
dari suaminya.
5) Fasakh disebabkan salah seorang suami/isteri murtad dan menjadi
musyrik/musyrikah.
6) Fasakh terjadi karena li'an.
7) Fasakh disebabkan adanya cacat baik pada suami maupun pada isteri.
8) Menurut jumhur ulama, hakim juga harus campur tangan dalam fasakh
yang disebabkan suami tidak mampu memberi nafkah, baik pangan,
sandang, maupun papan.
9) Fasakh karena suami dipenjara.

K. AKIBAT FASAKH
Fasakh yang semula dapat membatalkan akad, maka di sini timbul beberapa
ketentuan hukum, misalnya : tidak ada kewajiban mahar, haram kawin untuk
selama-lamanya, bila fasakh itu terjadi dengan mahram, disamping itu tidak mesti
menunggu keputusan hakim. Namun dalam kasus- kasus lain biasanya lebih banyak
harus diputuskan oleh hakim. Disini juga, perceraian tidak dihubungkan dengan
masa iddah. Akan tetapi, pada fasakh karena sebab yang datang setelah akad, maka
jika itu dari isteri sebelum ditentukan mahar, maka mahar itu gugur seluruhnya.
Akan tetapi, jika fasakh itu dari suami maka ia wajib membayar setengah dari
mahar itu. Disini perceraian itu sifatnya sementara dan dihubungkan dengan
masa iddah.
Adapun masa iddahnya berlaku seperti iddah talak. Disamping itu, baik
bentuk fasakh yang pertama atau kedua, menyebabkan perceraian, umumnya terjadi
pada saat itu juga. Ketentuan hukum yang lain ialah bahwa perceraian
Dengan jalan fasakh tidak mengurangi jumlah ţalaq. Dan bekas isteri tidak
boleh dirujuk oleh bekas suaminya. Jika si suami mau mengambil isterinya itu
kembali, ia harus nikah lagi.

L. PERBEDAAN TALAK DAN FASAKH

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 29


No TALAK FASAKH
.
1. Talak ialah pembubaran ikatan Fasakh bererti memutuskan pernikahan
perkawinan dengan lafal talak . tanpa menjatuhkan talak,

2. Perceraian boleh dilakukan Sedangkan pembubaran perkawinan


dengan lafal sharih (jelas) dan secara fasakh hanya boleh diputuskan
lafaz kinayah (sindiran), begitu oleh hakim di mahkamah.
juga perceraian boleh dilakukan
dengan talak raj’i atau talak
ba’in.
3. Berpisahnya suami istri akibat Adapun fasakh, baik karena hal-hal yang
talak tidak mengakhiri ikatan datang belakangan ataupun karena
suami istri secara seketika. adanya syarat-syarat yang tidak
Karena dalam talak ada talak terpenuhi, maka ia mengakhiri ikatan
ba’in dan talak raj’i , talak raj’i pernikahan seketika itu.
tidak mengakhiri ikatan suami
istri dengan seketika. Sedangkan
talak ba’in mengakhirinya
seketika itu juga.
4. Pisahnya suami isrtri yang Sedangkan pisah suami istrri karena
diakibatkan talak dapat fasakh, hal ini tidak berarti mengurangi
mengurangi bilangan talak itu bilangan talak, meskipun terjadinya
sendiri. Jika suami menalak fasakh karena khiyar baligh, kemudian
isterinya dengan talak raj’i kedua suami istri tersebut menikah
kemudian kembali pada masa dengan akad baru lagi, maka suami tetap
iddahnya, atau akad lagi setelah mempunyai kesempatan tiga kali talak.
habis masa iddahnya dengan
akad baru, maka perbuatan
terhitung satu talak, yang berarti
ia masih ada kesempatan dua
kali talak lagi.
PERBEDAAN DARI SEGI HAKIKAT
Talak (kecuali talak ba’in kubra) Fasakh adalah pembatalan akad dari segi
adalah pengakhiran akad tanpa asasnya, dan berkaitan bagi

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 30


kesan menghilangkan kebolehan menghilangkan hukum yang timbul
(hak) untuk melakukan karenanya.
hubungan (kembali).
PERBEDAAN KARENA PENGARUHNYA.
Penjatuhan talak akan Peristiwa fasakh tidak mengurangi
mengurangi jumlah bilangan bilangan-bilangan talak yang dimiliki
yang ada pada suami. suami;

M. HASIL PENELITIAN

DATA KASUS CERAI TALAK PENGADILAN AGAMA KOTA MALANG

Jalan Raden Panji Suroso No. 1, Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang,

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 31


Cerai Talak 2013
Cerai Talak

88

67 69
66

50

41
37

ry ar
y ch ril ay ne Ju
ly us
t
be
r
be
r
be
r
be
r
ua ru ar Ap M Ju g m o m m
Ja
n b M Au pt
e ct ve ce
Fe Se
O
No De

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 32


Cerai Talak 2012
Cerai Talak 2012
85

72 75 73
69 68 71
64
55 58
49

29

ry ry ch ril ay ne Ju
ly st be
r
be
r
be
r
be
r
nua r ua ar Ap M Ju u gu m to m m
Ja b M A e Oc ve ce
Fe pt De
Se No

Cerai Talak 2011


Cerai Talak 2011
90

67 65
55 55 53 54
46 44 45
37
30

ry ry ch ril ay ne ju
ly st be
r
be
r
be
r
be
r
nua r ua ar ap m ju u gu m tc o m m
ja b m a e ve ce
fe pt o
no de
se

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 33


Cerai Talak 2010
Cerai Talak 2010

53
48

33

10 11
4 3 5
0 0 1 2

ar
y
ar
y ch ril ay ne ju
ly st be
r
be
r
be
r
be
r
u u ar ap m ju gu m tc o m m
jan br m au
pt
e o ve ce
fe no de
se

Periode 2010-2013
2010 2013
14% 20%

2011
30%

2012
36%

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 34


FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN
PENGADILAN AGAMA MALANG
TAHUN 2012

No FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN


.
1 Moral (poligami tidak sehat, krisis akhlak, cemburu)
2 Meninggalkankewajiban (Kawinpaksa, ekonomi, Tidak tanggung jawab .
3 Kawin di bawah umur
4 Penganiayaan
5 Di hokum
6 Cacat biologis
7 Politis
8 Gangguan pihak ketiga
9 Tidak ada keharmonisan
10 Menyakitijasmani(kekejamanmental,kekejamanjasmani)

N. PERTANYAAN-PERTANYAAN BESERTA JAWABAN

1. Mengapa harus ada muhallil pada talak bain kubra?

Karena ingin membatasi peluru talak agar tidak salah digunakan oleh laki-
laki dan si wanita supaya dapat pengalaman baru dengan menikah dengan orang lain
yang di kumpuli lalu cerai dan bisa kembali menikah dengan suami nya yang
pertama. Cara yang dilakukan ini tidak boleh sekedar rekayasa sebagiaman dalam
nikah muhallil (Rahmat hakim,2000:1620).

2. Bagaimana hukumnya dipaksa cerai menurut 4 madzhab?


Menurut imam abu hanifah tetap jatuh cerai dan hukumya sah, karena tidak
ada dalil yang menyatakan talak karena paksaan tidak sah,bahkan pendapat tersebut
bertentangan dengan pendapat jumhur sahabat nabi saw yaitu:

‫ه وابن‬XX‫ رواه ابن ماج‬.‫تكرهواعليه‬XX‫يان ومااس‬XX‫اء والنس‬XX‫تي الخط‬XX‫ع عن أم‬XX‫ رف‬:‫ال‬XX‫ ق‬.‫روي ان رسول هللا صلعم‬
‫حبان والدارقظى والطبراني والحاكم‬.

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 35


Artinya:
Diriwayatkan dari nabi muhammad saw bersabda, “umatku terbebas dariakibat
hukum karena perbuatan yang keliru(khilaf) karena lupa dan bagi mereka yang di
paksa untuk berbuat sesuatu” (HR.Ibnu majah,ibnu hiban daruquthni,Thabrani, Dan
hakim)
Talak yang dijatuhkan suami karena terpaksa atau dipaksa hukumnya tidak
sah, sebagaimana pendapat imam malik,imam syafi’i,imam ahmad,imam abu dawud
dan para fuqaha pada umumnya.
Dengan demikian ,thalaq yang dijatuhkan karena ia dipaksa menurut
kesepakatan ulama mazhab hal itu tidak sah, terkecuali mazhab imam Hanafi yang
menyatakan bahwa hal sedemikian rupa dianggap sah.
3. Apakah di zaman Rasulullah ada kejadian fasakh?

Ada, dalam hadist rasulullah saw disebutkan bahwa rasulullah saw menikahi
seorang wanita dari bani ghifar, tatkala ia masuk kepada nabi beliau melihat di
sebelah rusuknya ada warna putih (sopak),kemudian nabi menolaknya dan
mengembalikan wanita itu kepada keluarganya.

4. Dalam talak bain sughra dan bain kubra setelah cerai apakah harus ada
muhallil?
Dalam talak bain sughra tidak ada muhallilnya dan bain kubra wajib ada
muhallil. Karena Talak Ba’in Sughra yaitu talak bain yang menghilangkan
kepemilikan bekas suami terhadap isteri tetapi tidak menghilangkan kehalalan bekas
suami untuk menikahkan kembali dengan bekas isterinya tersebut.
Talak Bain Kubra yaitu talak yang menghilangkan pemilikan bekas suami
terhadap bekas isteri serta menghilangkan kehalalan bekas suami untuk kawin
kembali dengan bekas isterinya, kecuali setelah bekas isteri itu kawin lagi dengan
lelaki lain, telah berkumpul dengan suami kedua serta telah bercerai secara wajar dan
telah selesai menjalankan iddahnya.
Jadi dalam bain sugra tidak wajib ada muhallil karena dalam talak ini tidak
menghilangkan kepemilikan bekas suami terhadap istri.
5. Apakah fasakh membutuhkan hakamain?

Dalam fasakh tidak membutuhkan hakamain karena hakamai adalah juru


damai, yang man dalam kasus fasak ini tidak perlu adanya hakamain. Dalam masa

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 36


perkawinan mungkin terdapat sesuatu pada suami atau istri yang menyebabkan tidak
mungkin melanjutkan hubungan perkawinan baik karena diketahuinya bahwa salah
satu di antara rukun dan syarat tidak terpenuhi atau terjadi sesuatu kemudian hari,
maka perkawinan dihentikan, baik oleh hakim atau dihentikan dengan
sendirinya.Dalam hukum perdata disebut juga dengan “pembatalan perkawinan”.

6. Bagaimana hak asuh anak pada talak dan fasakh?


Hak asuh tetap di asuh oleh ibunya,atau neneknya. Karena istri lebih berhak
untuk mendidik dan merawat anak itu hingga ia mengerti akan kemaslahatan dirinya.
Pada saat itu si anak hendaklah tinggal bersama ibunya selama sang ibu belum
menikah dengan orang lain.
7. Bolehkah istri yang tidak dinafkahi meminta gugatan cerai?
Jika suami dengan sengaja menelantarkan dan menzhalimi istri dan anaknya
dengan tidak memberikan nafkah, maka itu adalah kesalahan dan dia berdosa karena
telah melalaikan kewajibannya sebagai seorang suami dan ayah bagi anak-anaknya.
Istri dapat menuntut hak-haknya. Jika nafkah tersebut tidak dapat dipenuhi dan
diberikan oleh suami maka istri pun dapat menuntutnya dengan mengajukan gugatan
ke Pengadilan Agama. Gugatan ini dapat berakibat kepada perceraian yang disebut
dengan tafriq qadha’i (perceraian melalui Pengadilan Agama) Jika gugatan tersebut
dikabulkan oleh Hakim berdasarkan bukti-bukti dari pihak istri, maka Hakim berhak
memutuskan (tafriq) hubungan perkawinan antara keduanya. Ini adalah madzhab
jumhur ulama, berdasarkan firman Allah,

]229 : ‫ان [البقرة‬


ٍ ‫س‬َ ‫يح بِإ ِ ْح‬ ْ َ‫وف أَ ْو ت‬
ٌ ‫س ِر‬ َ ‫فَإ ِ ْم‬
ٍ ‫سا ٌك بِ َم ْع ُر‬

“Maka peganglah dengan baik atau lepaskan dengan baik.” Al-Baqarah: 229.
Memegang tanpa nafkah bukan memegang yang baik, maka melepasnya adalah
keharusan.

Hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda,

‫َوا ْبد َْأ بِ َمنْ تَ ُعو ُل تَقُو ُل ا ْل َم ْرأَةُ إِ َّما أَنْ تُ ْط ِع َمنِي َوإِ َّما أَنْ تُطَلِّقَنِي‬

‘’Mulailah (memberi nafkah) kepada orang yang menjadi tanggunganmu, (kalau


tidak) maka istrimu akan mengatakan, nafkahilah aku atau ceraikan aku.’’
(HR.Bukhori 4936).
FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 37
Bila suami tidak mau menafkahi padahal dia sanggup menafkahi atau tidak
mau berusaha padahal dia sanggup berusaha, tetapi bila suami sudah berusaha sebatas
kesanggupannya dan Allah belum memberinya jalan, maka hendaknya istri bersabar.

8. Apakah fasakah boleh diajukan dari pihak keluarga?

Sebagaimana perspektif UU No. 1 Tahun 1974 berkenaan dengan pihak yang


dapat mengajukan pembatalan perkawinan yaitu dijelaskan dalam pasal 23 sebagai
berikut:
a. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami atau istri.
b. Suami atau istri.
c. Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum diputuskan.
d. Pejabat yang ditunjuk tersebut ayat (2) pasal 16 UU ini dan setiap orang yang
mempunyai kepentingan hukum secara langsung terhadap perkawinan
tersebut, tetapi hanya setelah perkawinan itu putus.
9. Apakah ada batasan memandang istri yang sudah talak tiga?
Apabila suami mentak istrinya tiga kali talak, maka wanita tidak halal bagi
suami kecuali sesudah adanya muhallil. Maka wanita tersebut bagi suaminya adalah
seorang ajnabiyah. Dan melihatnya orang lelaki kepada perempuan ajnabiyah tanpa
hajat itu tidak boleh, haram hukumnya. Allah Swt. berfirman:
ْ َ‫وج ُه ْم َذلِ َك أَ ْز َكى لَ ُه ْم إِنَّ هَّللا َ َخبِي ٌر ِب َما ي‬
30. َ‫صنَعُون‬ َ ‫ضوا ِمنْ أَ ْب‬
َ ‫صا ِر ِه ْم َويَ ْحفَظُوا فُ ُر‬ ُّ ‫قُل لِّ ْل ُمؤْ ِمنِينَ َي ُغ‬
Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".
10. Apakah fasakh ada massa iddahnya?
Tergantung kasus, menggunakan istibroh. Pada umumnya perceraian dengan
jalan fasakh tidak dihubungkan dengan masa iddah. Akan tetapi, pada fasakh
karena sebab yang datang setelah akad, maka jika itu dari isteri sebelum ditentukan
mahar, maka mahar itu gugur seluruhnya. Akan tetapi, jika fasakh itu dari suami
maka ia wajib membayar setengah dari mahar itu. Disini perceraian itu
sifatnya sementara dan dihubungkan dengan masa iddah. Adapun masa
iddahnya berlaku seperti iddah talak.
11. Apakah pengertian nikah tahlil?

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 38


Tahlil (muhallil) artinya menghalalkan. Sedangakan yang dimaksud dengan
nikah tahlil adalah pernikahan yang dilakukan seorang laki-laki dengan seorang
wanita yang telah diceraikan suaminya dengan talak tiga. Kemudian setelah suami
kedua tersebut menggaulinya dan menceraikannya dan telah habis masa idahnya,
maka perempuan tersebut boleh kembali untuk dinikahi suaminya yang pertama.
Pernikahan seperti ini disebut sebagai pernikahan muhallil. Sebab dengan
adanya pernikahan tersebut menjadikan mantan suami yang mentalak tiga halal
menikah kembali dengan mantan istrinya.
12. Bolehkah suami memerintahkan orang untuk menikahi istrinya demi
menghalalkan kembali hubungannya dengan istri lama?
Nikah muhallil ini dilarang oleh agama dan bahkan Rasulullah melaknatnya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh lima ulama’ hadits disebutkan bahwa
Rasul melaknat muhallil dan muhallil lahu (suami yang mentalak tiga). Dalam
riwayat lain disebutkan bahwa Allah melaknat keduanya, sebagaimana hadits berikut:
‫ستَ َعا ِر قَ••الُ ْوا بلى ي••ا رس••وهلل‬ ِ ‫قال عقبة بن عامر قال رسوهلل صلى هللا عليه وسلم اال أُ ْخبِ ُر ُك ْم بِالتَّ ْي‬
ْ ‫س ا ْل ُم‬
)‫قال ُه َو ال ُم َحلِّ َل لَ َعنَ هللا ال ُم َحلِّ َل له (رواه إبن ماجح‬
Dari Uqbah bin Amir, ia berkata:”Telah bersabda Rasululillah Saw. “Maukah
kuberi tahu hukum kepadamu tentang kambing jantan yang dipinjam?”. Para
sahabat menjawab “Mau wahai Rasulullah”. Nabi bersabda “ Yaitu muhallil dan
muhallil lahu. “(H.R. Ibnu Majah)
13. Bagaimana hukum suami mencerai sedangkan tidak memberi nafkah ?
Hukum suami yang mencerai dan sang suami tidak memberikan nafkah pada suami
awalnya tidak apa apa akan tetapi bisa menjadi dosa disaat tidak memberi nafkah
tersebut saat dalam masa Iddah.
14. Apakah dalam kasus fasakh pasangan harus pisah rumah ?
Apabila yang di fasakh masih dalam status keluarga apa lagi jika masih dalam sedarah
maka diperbolehkan dalam 1 rumah akan tetapi jikia yang difasakh tidak sedarah
maka harus pisah rumah
15. Mengapa pemegang hak talak pada laki-laki ?
Karena laki laki dianggap sebagai orang yang memiliki beban berat dalam keluarga,
seperti suami harus wajib menafkahi sekeluarga dan jika ada apa apa maka laki laki
atau sang suami yang bertanggung jawab
16. Bagaimana hukum talak apabila suami dalam keadaan sakit ?

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 39


Talak dari suami tidak dianggap sah karena suami dalam keadaan yang kurang
maksimal.
17. Bagaimana hukum talak yang dilakukan sebelum berhubungan badan?
Talak ini tidak termasuk dalam talak Bid’I ataupun talak Sunni.
18. Bagaimana ungkapan talak sharih dan kinayah ?
Untuk talak sharih menggunakan kata thalaq, firaq dan sarah. Untuk talak dengan
kinayah menggunakan kata kata sendiri namun tidak ada ketetapan manggunakan kata
apa dalam menalak istri
19. Bagaimana hukum talak melalui SMS?
Hukum melakukan talak lewat sms adalah diperbolehkan, karena talak ada berbagai
macam, termasuk melakukan talak lewat sms.
20. Bagaimana hukumnya suami mentalak karena tertekan oleh orang lain dan
dalam keadaan terpaksa
Jika talak terjadi karena tertekan oleh orang lain, maka talak itu dihukumi tidak sah,
karena salah satu syarat sah talak adalah mengucapkan shighot talak atas kemauan
sendiri.
21. Kapankah wanita benar benar tertalak?
Wanita benar-benar telah tertalak dari suaminya apabila syarat dan rukun talak telah
terpenuhi.
22. Bagaimana hukum suami talak dengan masud bercanda, dan bagaimana hukum
persetubuhannya?
Talak dengan maksud bercanda tetaplah jatuh dan sah, maka hukum melakukan
persetubuhan adalah haram jika tidak diniati ruju’.
23. Bagaimana hukum talak dalam kondisi marah?
Talak dalam kondisi marah tetap jatuh jika suami melakukan talak dengan keadaan
sadar.
24. Bagaimana status hukum ditalak saat hamil atau haid?
Hukum menceraikan istri dalam keadaan hamil dan haid adalah haram, dan boleh
melakukan talak setelah istri melahirkan atau suci.

BAB III

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 40


PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari pembahasan isi makalah ini adalah:


1. Talak menurut bahasa adalah membuka ikatan. Sedangkan menurut syara’ ialah
melepaskan taali perkawinan dan mengakhiri tali pernikahan suami istri.
2. Berikut ini adalah beberapa macam talak menurut beberapa tinjauan:
a. Macam-macam talak ditinjau dari waktu melakukan yaitu: Thalaq sunni dan
thalaq bid’i Talak ditinjau dari jelas tidaknya ucapan yaitu: Sharih dan kinayah
b. Talak ditinjau dari kemungkinan ruju’ atau tidak yaitu:Thalaq raj’i dan thalaq
ba’in
c. Talak ditinjau dari cara menyampaikan yaitu: dengan ucapan, tulisan, isyarat ,
dan dengan utusan.
3. Para Ahli Fiqih berbeda pendapat tentang hukum talak. Pendapat yang paling benar
diantara semua itu adalah yang mengatakan “terlarang”, kecuali karena alasan yang
benar.
4. Diantara rukun-rukun talak adalah adanya: a. Suami, b. Istri, c. Shighat thalaq dan, d.
Qhosdu.
5. Diantara beberapa shighat thalaq (ungkapan) adalah: dengan kata-kata, dengan
isyarat, dengan tulisan/Surat, serta dengan mengirimkan seorang utusan.
6. Seorang suami apabila sudah mengumpuli istrinya maka ia berhak tiga kali talak. Para
ulama’ sepakat, suami dilarang mentalak istrinya tiga kali berturut-turut dalam masa
satu kali suci.
7. Berikut ini adalah beberapa akibat talak dalam talak raj’i, apabila masa iddah telah
habis maka tidak boleh ruju’ dan berarti perempuan itu telah ter talak ba’in. Dalam
talak ba’in suami harus melakukan akad nikah baru jika ingin kembali.
8. Menurut bahasa kata "fasakh" berasal dari bahasa Arab ‫ فسخا‬- ‫ يفسخ‬-‫ فسخ‬yang berarti
batal atau rusak. Sedangkan menurut istilah fasakh adalah suatu bentuk perceraian
yang diputuskan oleh hakim karena dianggap pernikahan itu memberatkan salah satu
pihak baik istri atau laki laki atau bahkan kedua belah pihak.
9. Fasakh adakalanya disebabkan terjadinya kerusakan atau cacat pada akad nikah
itu sendiri dan adakalanya disebabkan hal-hal yang datang kemudian.
10. Beberapa bentuk fasakh diantaranya: Fasakh yang terjadi dengan sendirinya dan
fasakh yang memerlukan campur tangan hakim.
FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 41
11. Perbedaan talak dan fasakh:
a. Talak ialah pembubaran ikatan perkawinan dengan lafal talak. Sedangkan fasakh
memutuskan pernikahan tanpa menjatuhkan talak.
b. Perceraian boleh dilakukan dengan lafal sharih (jelas) dan lafaz kinayah
(sindiran), begitu juga perceraian boleh dilakukan dengan talak raj’i atau talak
ba’in. Sedangkan pembubaran perkawinan secara fasakh hanya boleh diputuskan
oleh hakim di mahkamah.
c. Berpisahnya suami istri akibat talak tidak mengakhiri ikatan suami istri secara
seketika, karena ada masa iddah, kecuali pada thalaq ba’in. Sedangkan fasakh
baik karena hal-hal yang datang belakangan ataupun karena adanya syarat-syarat
yang tidak terpenuhi, maka ia mengakhiri ikatan pernikahan seketika itu.

B. KRITIK DAN SARAN


Didalam kehidupan, tentu kita sering kita mendengar kata talak dan fasakh
serta yang berkaitan tentang itu, tetapi kebanyakan kita tidak mengetahui secara benar
apa yang dimaksud dengan talak, dan fasakh tersebut. Untuk itu, maka kami
menyusun makalah ini agar dapat memberikan pemahaman tentang talak dan fasakh
serta menambah wawasan tentangnya.
Demikianlah makalah yang kami susun dengan judul “Thalaq dan Fasakh”.
Dalam Penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penyusunan, maupun pada materi. Mengingat akan kemampuan
yang kami miliki, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan penyusunan makalah yang akan datang.
Semoga Makalah ini memberikan manfaat dan faedah untuk dunia ilmu dan
pengembangannya. Terutama bagi penyusun dan semua pihak yang membacanya,
baik dalam lingkup lembaga pendidikan maupun selainnya.

FIQIH MUNAKAHAT | Talak dan Fasakh 42

Anda mungkin juga menyukai