Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sebuah pembelajaran pastinya tidak terlepas dari sebuah kegiatan membaca maupun menulis.
Kedua kegiatan tersebut dapat dikatakan sebagai aspek dasar dalam pembelajaran. Oleh karena itu
seorang guru harus mampu memiliki ketrampilan, kompetensi dalam mengembangakan pembelajaran
membaca maupun menulis.

Membaca merupakan aktivitas atau proses penangkapan dan pemahaman sejumlah pesan (informasi)
dalam bentuk tulisan. Dengan demikian membaca merupakan kegiatan yang penting bagi seseorang
yang ingin meningkatkan diri untuk memperluas wawasannya.

Sedangkan menulis adalah salah satu media yang digunakan seseorang dalam menyampaikan pesan
secara tidak langsung. Oleh karena itu pembelajaran menulispun sangat penting karena berkaitan
dengan bagaimana seseorang berinteraksi maupun berkomuniakasi.

Kedua aspek tersebut tidak dapat dipisahkan dan memiliki keterkaitan dalam sebuah pembelajaran.
Oleh karena itu kita harus mengetahui apa itu membaca dan menulis serta bagaimanakah
pembelajaranya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian membaca?

2. Bagaimana pembelajaran membaca?

3. Apa pengertian menulis?

4. Bagaimana pembelajaran menulis?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian membaca.

2. Untuk mengetahui pembelajaran membaca.

3. Untuk mengetahui pengertian menulis.

4. Untuk mengetahui pembelajaran menulis.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Hakikat Membaca

1. Proses pengubahan lambang visual (katon) menjadi lambang bunyi (auditoris).

2. Proses decoding, yakni mengubah kode-kode atau lambang-lambang verbal menjadi bunyi bahasa
yang dapat dipahami (proses pembacaan sandi).

3. Proses merekonstruksi makna dari bahan-bahan cetak (proses pemetikan informasi).

4. Proses rekonstruksi makna melalui interaksi yang dinamis antara pengetahuan siap pembaca,
informasi yang tersaji dalam bahasa tulis, dan konteks bacaan.

Membaca merupakan aktivitas atau proses penangkapan dan pemahaman sejumlah pesan (informasi)
dalam bentuk tulisan. Membaca adalah kegiatan otak untuk mencerna dan memahami serta memaknai
simbol-simbol sehingga merangsang otak untuk melakukan olah fikir memahami makna yang
terkandung dalam rangkaian simbol-simbol tersebut.

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan,
yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (H.G Taringan, 1985:7).
Dengan demikian membaca merupakan kegiatan yang penting bagi seseorang yang ingin meningkatkan
diri untuk memperluas wawasannya.

B. Pengertian Membaca

1. Pengertian Membaca Menurut Para Ahli

a. Tilaar (1999:382), bahwa membaca sesungguhnya adalah fondasi dari proses belajar. Masyarakat
yang gemar membaca (reading society) akan melahirkan masyarakat belajar (learning society), karena
membangun perilaku dan budaya membaca adalah kunci untuk membangun masyarakat ilmu
pengetahuan (knowledge society) yang berbasis pada pengembangan kualitas sumber daya manusia.

b. Farr (1984:5) mengemukakan, “Reading is Heart of Education” yang artinya membaca merupakan
jantung pendidikan. Dalam hal ini, orang yang sering membaca, pendidikanya akan maju dan ia akan
memiliki wawasan luas. Tentu saja hasil membacanya itu akan menjadi skema baginya. Skema ini adalah
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seseorang. Jadi, semakin sering seorang membaca, maka
semakin besarlah peluang mendapatkan skema dan berarti maju pulalah pendidikanya. Hal inilah yang
melatarbelakangi banyak orang yang mengatakan bahwa membaca sama dengan membuka jendela
dunia. Dengan membaca kita dapat mengetahui seisi dunia dan pola berpikir kita pun akan berkembang.

c. Andeson (1972:209-210) menjelaskan, bahwa membaca adalah suatu proses penyadian kembali
dan pembacaan sandi (a recording and decoding process). Istilah penyandian kembali (recording)
digunakan untuk mengantikan istilah membaca (reading) karena mula-mula lambang tertulis diubah
menjadi bunyi, baru kemudian sandi itu dibaca, sedangkan pembacaan sandi (decoding process)
merupakan suatu penafsiran atau interprestasi terhadap ujaran dalam bentuk tulisan. Jadi, membaca itu
merupakan proses membaca sandi berupa tulisan yang harus diinterpestasikan maksudnya sehingga apa
yang diinginkan oleh penulisnya dapat dipahami dengan baik.

d. Menurut Harjasujana dan Mulyati (1997:5-25), membaca merupakan perkembangan ketrampilan


yang bermula dari kata dan berlanjut kepada mmebaca kritis.

e. Damaianti (dalam Harras,dkk., 2003:3) mengemukakan bahwa membaca merupakan hasil interaksi
antara persepsi terhadap lambang-lambang yang mewujudkan bahasa melalui keterampilan berbahasa
yang dimiliki pembaca dan pengetahuanya tentang alam sekitar.

f. Rusnyana (1984:190) mengartikan membaca sebagai suatu kegiatan memahami pola-poladalam


penampilanya secara tertulis untuk memperoleh informasi darinya.

g. Sejalan dnegan beberapa pendapat di atas, Klein,dkk. (dalam Rahim, 2005:3) mengemukakan
bahwa membaca mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi
dari teks atau pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam
membantuk makna. Kedua, membaca adlah strategis. Pembaca yang afektif menggunakan berbagai
strategi, membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengontruk makna ketika
membaca. Ketiga, membaca interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks.
Orang yang senang membaca suatu yang bermanfaat, akan menemukan beberapa tujuan yang ingin
dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi
antara pembaca dan teks. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa mambaca merupakan proses
memahami kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan, sehingga pembaca
mampu memahami isi teks yang dibacanya dan pada akhirnya dapat merangkum isi bacaan tersebut
dengan menggunakan bahsa sendiri.

h. Menuruit Tarigan (2008), membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakanoleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang hendk disampiakn oleh penulis media kata-kata/bahasa itu. Dalam hal
ini, membaca adalah suatu usaha untuk menelusuri makna yang ada dalam tulisan.

2. Pengertian Membaca Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan maupun hanya
dalam hati).

3. Pengertian Membaca Secara Umum

Membaca merupakan kegiatan atau proses menerapkan sejumlah ketrampilan teks bacaan dalam
rangka memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, membaca dapat dikatakan sebagai kegiatan memperoleh
informasi atau pesan yang disampiakan oleh penulis dalam tuturan bahasa tulis. Di sini membaca berarti
memahami teks bacaan baik secara literal, interpretatif, kritis, maupun kreatif.

Membaca dapat pula dikatakan sebagai sutau proses memperoleh informasi dengna menggunkan teknik
membaca yang sesuai dengan bahan bacaan agar informasi yang didapat sesuai dengan tujuan
membaca. Oleh karena itu, membaca harus sesuai dengan tujuan membaca.
Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai
informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk
memahami isi teks yang dibaca. Oleh sebab itu, membaca bukan sekedar melihat kumpulan huruf yang
telah membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana saja, tetapi lebih dari itu bahwa
membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan lambang/ tanda/ tulisan yang
bermakna sehinga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pemmabaca.

Membaca adalah proses perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang
bermakna. Oleh sebab itu, kegiatan membaca ini sengat ditentukan oleh kegiatan fisik dan mental yang
menuntut seseornag untuk menginterpretasi simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis sebagai pola
komunikasi dengan diri sendiri, agar pembaca dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh
infomasi yang dibutuhkan.

Pada dasarnya, membaca merupakan proses. Murn, Roe, & Ross (dalam Damaianti, 2003) memasukkan
proses membaca itu sendiri atas proses membaca dan produk membaca. Proses membaca adalah
tindakan/kegiatan membaca, sedangkan produk membaca adalah kopmunikasi pikiran dan perasaaan
penulis pada pembaca.

Dalam kegiatan membaca, pembaca harus dapat: (1) mengamati lambang yang disajikan di dalam teks,
(2) menafsirkan lambang atau kata, (3) mengikuti kata tercetak dengan pola linier, logis, dan gramatikal,
(4) menghubungkan kata dengan pengalaman langsung yang memberi makna terhadap kata tersebut,
(5) membuat interfensi (kesimpulan) dan mengevaluasi materi bacaan, (6) mengingat yang dipelajari
pada masa lalu dan menggambungkan ide-ide baru dan fakta-fakta isi teks, (7) mengetahui hubungan
antara lambang dan bunyi, serta antarkata yang dinyatakan dalam teks, dan (8) membagi perhatian
membaca (Haejasujana dan Damaianti, 2003:40-43). Sebagai pembaca yang baik, kedelapan kegiatan
membaca di atas perlu diperhatikan agar informasi yang terkandung dalam teks dapat kita pahami.

C. Pembelajaran Membaca

Membaca itu bersifat reseptif. Artinya si pembaca menerima pesan atau informasi yang disampiakan
oleh penulis dalam sebuah teks bacaan. Pesan yang disampaikan itu merupakan informasi fokus yang
dibutuhkan. Dalam hal ini, si pembaca haruis mampu memahami makna/lambnag/tulisan dalam teks
berupa kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, ataupun wacana yang utuh. Jadi membaca merupakan
proses mengubah lambang/ tanda/ tulisan menjadi wujud makna.

Disekolah, pembelajaran membaca perlu difokuskan pada asek kemampuan memahami isi bacaan. Oleh
sebab itu, siswa perlu dilatih secara intensif untuk memahami sebuah teks bacaan. Hal ini berarti siswa
bukan mengahafal isi bacaan tersebut, melalainkan memahami isi bacaan. Dalam hal ini, pesan guru
sangat besar berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan.

Guru bahasa Indonesia sebaiknya mengajarkan kepada siswa tentang strategi, metode, dan teknik
membaca yang baik sehingga siswa mampu memahami isi bacaan dengan baik pula.
Begitu juga halnya dengan ujian ketrampilan membaca, sebaiknya ujian tersebut lebih ditekankan pada
kemmapuan memahami isi bacaan, yaitu berupa kemampuan:

1. Memahami makna kata-kata yang dibaca;

2. Memahami makna istilah-istilah di dalam konteks kalimat;

3. Memahmai inti sebuah kalimat yang dibaca;

4. Memahmai ide, pokok pikiran, atau tema dari suatu paragraf yang dibaca;

5. Menangkap dan memahami beberapa pokok pikiran dari suatu wacana yang dicaba, dan menarik
kesimpuulan dari suatu wacana yang dibaca;

6. Membuatrangkuman isi bacaan sevcara tertulis dengan mengguankan bahasa sendiri;

7. Menyampikan hasil pemahaman isi bacaan dengan menggunakna bahsa sendiri di depan kelas.

Sebagai seorang guru bahasa Indonesia, ia harus mampu menerapkan ujian ketrampilan membaca
tersebut dengan baik sehingga kemampuan memahami isi abcaaan [ada siswa dapat diukur dan dinilai
baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dengan demikian, kita dapat mengatahui kemampuan siswa
dalam memahami sisi bacaan yang dibacanya.

D. Hakikat Menulis

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut
yang di dalamnya mengandung pesan yang dibawa penulis. Pesan yang dibawa oleh penulis melalui
gambar huruf-huruf disebut karangan. Karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan, pendapat,
pengalaman disusun secara sistematis dan logis (Sutari, 1997:26)

Seseorang yang terampil menulis tanpa terampil mengarang tidak mempunyai arti sebab tidak ada yang
dinikmati pembaca. Sebaliknya, terampil mengarang belum tentu terampil menulis karena dalam
mengarang yang terlibat hanya ekspresi atau imajinasi. Hal tersebut dapat dilakukan baik melalui bahasa
lisan maupun tulis. Akan tetapi, jika terampil menulis berarti harus terampil mengarang karena ada
karangan yang dihasilkan sebagai ekspresi pikiran dan perasaan. Dengan kata lain, mengararang
merupakan bagian dari menulis. Keduanya saling melengkapi.

E. Pengertian Menulis
1. Pengertian Menulis Menurut Para Ahli

a. Tarigan (1986:3), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis adalah
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat
dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca dan memahami lambang-lambang grafik
itu (Tarigan, 1982:21).

b. Menurut Akhadiah, dkk. (1988:2) menulis adalah kemampuan kompleks yang menuntut sejumlah
pengetahuan dan keterampilan. Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif.
Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari
orang lain. Penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahannya, yaitu menganalisisnya secara
tersurat dalam konteks yang lebih kongkret. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita
berpikir serta berbahasa secara tertib.

c. Suriamiharja, dkk. (1996:2) menulis, seperti halnya ketiga keterampilan berbahasa lainnya,
merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan,
keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Menulis
menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis, diekspresikan secara jelas, dan ditata secara
menarik. Selanjutnya, menuntut penelitian yang terperinci, observasi yang saksama, pembeda yang
tepat dalam pemilihan judul, bentuk, dan gaya. Dalam menulis diperlukan adanya suatu bentuk ekspresi
gagasan yang berkesinambungan dan mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosakata dan
tatabahasa tertentu atau kaidah kebahasaan yang digunakan sehingga dapat menggambarkan atau
menyajikan informasi yang diekspresikan secara jelas. Itulah sebabnya untuk terampil menulis
diperlukan latihan dan praktik yang terus-menerus dan teratur .

2. Pengertian Menulis Secara Umum

Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis harus
terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis tidak datang
secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.

Menulis merupakan suatu medium yang penting untuk mengekspresikan diri pribadi, untuk
berkomunikasi, dan untuk menemukan makna. Kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bertambah oleh
adanya perkembangan media baru untuk komunikasi masa. Oleh karena itu praktik, latihan, dan studi
menulis tetap merupakan bagian yang penting dari kurikulum sekolah dan menjadi bagian sentral dalam
pengajaran bahasa Indonesia.

Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis suatu topik, penulis harus berpikir, menghubungkan
berbagai fakta, membandingkan, dan sebagainya. Berpikir merupakan kegiatan mental. Ketika penulis
berpikir, dalam benak penulis timbul serangkaian gambaran tentang sesuatu yang tidak hadir secara
nyata. Kegiatan ini tidak terkendali terjadi dengan sendirinya dan tanpa kesadaran. Kegiatan yang lebih
tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan tujuan untuk sampai
pada suatu simpulan. Jenis kegiatan berpikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Proses
bernalar atau penalaran merupakan proses berpikir sistematik untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan.

F. Pembelajaran Menulis

Pembelajaran menulis adalah upaya membantu dan mendorong siswa mengekspresikan bahasa dalam
bentuk tulis, atau komponen yang disiapkan pendidik untuk menghasilkan perubahan tingkah laku
dalam pembelajaran menulis.

Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, artinya
merupakan keterampilan yang menghasilkan tulisan. Keterampilan yang memerlukan proses panjang
dan ketekunan dari si penuls.

Dalam pembelajaran menulis selama ini, umumnya guru hanya menerangkan hal-hal yang berkenaan
dengan teori. Sementara pelatihan menulis kurang diperhatikan. Penggunaan tanda baca, kalimat yang
efektif, paragraf yang baik kurang mendapat perhatian dari guru.

1. Pemilihan Materi Pembelajaran

Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru diharuskan memilih materi pembelajaran yang telah
ditentukan dalam kurikulum. Guru pun akan mencari buku sumber yang tepat. Dewasa ini, guru banyak
mengambil sumber dari buku paket. Cara inilah tampaknya yang paling mudah dilakukan oleh guru. Hal
itu dapat saja dilakukan sepanjang dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien. Akan tetapi, tentu saja kesadaran ini jangan sampai mengakibatkan guru terlalu bergantung
pada buku paket atau buku pegangan, sehingga ia tidak mampu lagi mengajar tanpa buku paket. Guru
dapat juga menggunakan sumber pembelajaran dari Koran, majalah, atau benda asli di lingkungan
sekolah.

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan guru untuk menggunakan buku paket atau buku pegangan
guru sebagai bahan pengembangan pembelajaran menulis di sekolah. Langkah-langkah tersebut di
antaranya:

a. Menelaah gambaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD) yang telah ditetapkan.

b. Menelaah buku paket atau buku pegangan guru. Hal yang harus diperhatikan antara lain sebagai
berikut.

1) Ketepatan dan kelengkapan isi atau uraian pokok bahasan yang ada dalam SK-KD.

2) Keterkaitan isi buku dengan SK-KD yang harus dicapai.

3) Kesesuaian cara pembahasan dengan kemampuan berpikir siswa.

4) Kemungkinan dapat dimiliki oleh siswa.

5) Kemudahan cara mencarinya.


c. Menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan pola yang telah digariskan.

d. Menyiapkan alat bantu (media) pembelajaran dengan memperhatikan kemudahan, keterkaitan


dengan SK-KD, keterkaitan dengan materi, dan daya tarik bagi siswa.

Pemilihan materi pembelajaran menulis harus memperhatikan hal-hal berikut.

a. Keterampilan menulis yang bagaimana yang harus dikuasai siswa?

b. Jenis tulisan apa saja yang perlu dilatihkan kepada siswa?

c. Apa yang harus dilakukan oleh guru dalam pembelajaran?

Jika pertanyaan-pertanyaan itu dapat dijawab, pembelajaran menulis dapat dikembangkan dan lebih
bermanfaat.

2. Metode dan Media Pembelajaran

Metode apa yang tepat digunakan bagi pembelajaran menulis? Dalam pembelajaran menulis tingkat
awal (SMP), guru dapat menggunakan metode terbimbing.

Marcela Frank dalam Sampurno (2003:64) memberikan langkah-langkah menulis terbimbing sebagai
berikut.

1) Langkah 1: Tahap berbicara menulis

Langkah ini merupakan langkah prapenulisan. Siswa berdiskusi tentang topic yang sudah diberikan
kerangkanya oleh guru.

2) Langkah 2: Tahap menyimak menulis

Sesudah menulis karangannya, siswa akan memperoleh kertas dari guru yang harus diisi dengan
komentar mereka tentang karangan temannya serta membuat koreksi yang dianggap perlu. Setelah itu
mereka harus berlatih lagi tentang struktur dan kosakata yang berkaitan dengan subyek yang ditulisnya.
Akhirnya mereka menuliskan ringkasan yang berkaitan dengan karangannya.

3) Langkah 3: Diskusi berpasangan

Sesudah diskusi kelas, siswa melanjutkan diskusinya secara berpasangan.

4) Langkah 4: Menulis karangan

Siswa disuruh menulis karangan sesuai dengan kerangka yang telah didiskusi-kan. Mereka mencoba
mengerjakannya sendiri dan tidak diperkenankan mengutip sumber-sumber dari luar.

5) Langkah 5: Proses penguatan


Setelah karangan diserahkan dan diperiksa guru, guru harus memberikan penguatan. Kesalahan yang
sekiranya dapat dibetulkan oleh siswa, guru tidak perlu membetulkannya. Guru cukup memberikan
tanda lingkaran pada bentuk atau kata yang dianggap salah itu.

3. Evaluasi Pembelajaran

Sampurno (2003:68), menjelaskan ada beberapa metode untuk menilai sebuah tulisan siswa sebagai
berikut.

Pertama, metode impresi. Metode ini mendasarkan penilaiannya pada impresi atau kesan terhadap
karangan secara keseluruhan. Pada umumnya, dua atau tiga orang menilai setiap karangan. Hasil
penilainya dijumlahkan dan diambil rata-ratanya. Jika ternyata perbedaannya mencolok, perlu diadakan
pemeriksaan ulang. Untuk itu, perlu diadakan diskusi sehingga tercapai kata sepakat tentang karangan
yang dinilai tersebut. Penilaian karangan dengan metode impresi biasanya menggunakan skala penilaian
dengan rentangan yang ditentukan antara penilai. Rentangan nilai itu dapat berkisar antara 0 sampai
dengan 5; 0 sampai dengan 10; 0 sampai dengan 20; 0 sampai dengan 100. Penilai diberi waktu khusus
untuk menilai sejumlah karangan, misalnya 20 karangan diberi waktu kira-kira satu jam.

Kedua, metode analitik. Metode ini biasanya digunakan guru-guru yang sukar mencari teman guru lain
untuk menilai karangan siswanya. Penilaian analitik didasarkan pada suatu norma atau aspek tertentu
yang akan dinilai. Misalnya, aspek karangan yang akan dinilai ialah aspek ejaan, tata bahasa, kelancaran,
dan relevansi. Setiap karangan dapat dinilai dengan menggunakan rentangan 1 sampai dengan 5. Supaya
memperoleh hasil yang baik, perlu adanya pembobotan untuk tiap aspek. Pada tataran elementer,
misalnya, penilai memusatkan perhatiannya pada aspek tata bahasa dan kosakata dan kurang
memperhatikan kelancaran. Pada tataran menengah, penilai mungkin memusatkan perhatiannya pada
relevansi. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk memberi bobot 10 untuk relevansi, sedangkan aspek
yang lain diberi bobot 5. pada tataran lanjut, penilai memusatkan perhatiannya pada organisasi
karangan yang belum termasuk aspek yang dinilai pada tataran sebelumnya. Mungkin juga penilai akan
memasukkan register sebagai aspek yang baru serta akan menggabungkan aspek ejaan dengan aspek
kelancaran.

Ketiga, metode menghitung kesalahan atau metode mekanis. Metode ini dianggap yang paling mekanis
di antara ketiga metode yang ada. Akan tetapi, metode ini tidak dianjurkan pemakaiannya karena
dianggap kurang sahih. Prosedur penilaiannya ialah dengan cara menghitung kesalahan yang dibuat
siswa secara keseluruhan.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Hakikat Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan,
yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (H.G Taringan, 1985:7).

2. Pengertian Membaca

Membaca adalah proses perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna

3. Pembelajaran Membaca

Disekolah, pembelajaran membaca perlu difokuskan pada asek kemampuan memahami isi bacaan. Oleh
sebab itu, siswa perlu dilatih secara intensif untuk memahami sebuah teks bacaan. Hal ini berarti siswa
bukan mengahafal isi bacaan tersebut, melalainkan memahami isi bacaan. Dalam hal ini, pesan guru
sangat besar berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan.

4. Hakikat Menulis

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut
yang di dalamnya mengandung pesan yang dibawa penulis.
5. Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara
tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.

6. Pelajaran Menulis

Pembelajaran menulis adalah upaya membantu dan mendorong siswa mengekspresikan bahasa dalam
bentuk tulis, atau komponen yang disiapkan pendidik untuk menghasilkan perubahan tingkah laku
dalam pembelajaran menulis.

B. Saran

1. Ketrampilan membaca dan menulis dapat dikatakan sebagai tahap dasar dalam pembelajaran.
Oleh karena itu seorang guru haruslah mampu menguasai ketrampilan membaca dan menulis.

2. Seorang guru diharapkan tidak hanya mampu menguasai ketrampilan membaca maupun menulis
saja namun mampu mengembangkan dan memberikan pengembangan kepada peserta didiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Sugihartati, Drs.Rahma. 2010. Membaca, Gaya Hidup dan Kapitalisme. Yogjakarta: Graha Ilmu.

Dalman,Dr.H. 2013. Ketrampilan Membaca. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa. Bandung: Percetakan
Angkasa.

Hatami, Chaerul. 2011. Pengertian Membaca Menurut Beberapa Ahli.

Alwasilah, Ch. (2005). Pokoknya Menulis: Cara Baru Menulis dengan Metode Kolaborasi. Bandung: PT
Kiblat Buku Utama.

Kurniawan, K. (2004). “Pembelajaran Menulis dengan Menggunakan Pendekatan Proses”. Jurnal Mimbar
Pendidikan No. 2 Tahun XXIII 2004.

Kurniawan, K. (2000). “Pembaharuan Pendidikan Baca-Tulis Menuju Masyarakat Madani”, Jurnal


Pendidikan Mimbar Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, No. 1 Tahun XIX 2000.

Sampurno, A. (2003). Menulis. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Sutari, I. (1997). Dasar-dasar Kemampuan Menulis. Bandung : FPBS IKIP.

Tarigan, H.G. (1983). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai