Anda di halaman 1dari 19

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Filsafat Ilmu Prof. Dr. H. M. Nazir, MA

ISLAMISASI & INTEGRASI ILMU: PEMIKIRAN ISMAIL RAJI AL-


FARUQI DAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS

Oleh:
ORIZA SATIFA
NIM. 22211024727

JURUSAN MAGISTER PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
1444 H/2022 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah subhanawata’ala yang maha kuasa karena telah
memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Islamisasi & Integrasi Ilmu: Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi Dan Syed
Muhammad Naquib Al-Attas”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada
Mata Kuliah Filsafat Ilmu, bapak Prof. Dr. H. M. Nazir, MA di Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah
ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca tentang Islamisasi & Integrasi
Ilmu: Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi Dan Syed Muhammad Naquib Al-Attas.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pekanbaru, 20 Oktober 2022


Penulis

Oriza Satifa

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... ii
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan........................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ ii
A. Proses Islamisasi Ilmu Pengetahuan.......................................... 1
B. Pemikiran Ismail Raji al-Faruqi dalam Islamisasi &
integrasi ilmu............................................................................. 10
C. Pemikiran Syed Muhammad Naquib at-Attas dalam
Islamisasi & integrasi ilmu......................................................... 11
D. Analisis Konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan Al-Attas dan
Al-Faruqi.................................................................................... 14
BAB III PENUTUP.................................................................................... ii
A. Kesimpulan................................................................................. 1
B. Saran........................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kemajuan sains modern yang di kembangkan Barat telah membawa


pengaruh yang besar dalam dalam dunia keilmuan. Namun, ternyata sains
modern yang dikembangkan Barat tersebut juga mebawa implikasi negatif
dalam kehidupan manusia terutama masyarakat Muslim. Sains modern
dibangun dan dikembangkan dengan dasar sekuler yaitu memisahkan agama
dari ilmu pengetahuan. Barat berasumsi bahwa ilmu pengetahuan adalah netral
oleh karena itu tidak boleh ada nilai-nilai yang mencampuri termasuk agama.
Ilmu pengetahuan Barat yang kering nilai agama ini tidak sesuai dengan
kehidupan Muslim yang sarat akan nilai agama. Karena Islam komprehensif,
semua kegiatan manusia telah ada ketentuannya termasuk dalam bidang
keilmuan. Sehingga apabila umat Muslim menerima begitu saja ilmu
pengetahuan yang dikembangkan Barat hanya akan menimbulkan dampak
negatif bagi kehidupan mereka.1
Dampak negatif yang ditimbulkan dari ilmu pengetahuan Barat berupa
kebingunan dan keraguan. Hal ini terjadi karena prinsip dan tujuan Barat
dalam memandang ilmu pengetahuan berbeda dengan prinsip dan tujian dalam
Islam. Oleh karena itu untuk membebaskan manusia dari kebingungan dan
kebuntuan dalam pemikiran dibutuhkan Islamisasi ilmu pengetahuan. Dengan
memandang ilmu pengetahuan berdasarkan prinsip-prinsip Islam. 2 Islamisasi
ilmu pengetahuan sebenarnya telah dipraktekkan sejak zaman Rasulullah yaitu
dalam mengubah paradigma jahiliyah kepada prinsip rabbaniyyah dan tauhid
kepada Allah. Kemudian Islamisasi ilmu diteruskan oleh Sarjana Muslim
Klasik seperti penerjemehan karya dari Persia dan Yunani yang diberi
pemaknaan ulang sesuai dengan konsep Islam. Sarjana kontemporer Sayyed
Hossein Nasr juga secara terbuka menggagas perspektif sufi sebagai alternatif

1
Zuhdiyah, "Islamisasi Ilmu Ismail Raji Al-Faruqi", Tadrib Vol. Ii No. 2 Edisi Desember
2016, Hlm. 9
2
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, " The Consept Of Education In Islam",
(Malaysia:International Institute Of Islamic Thought And Civilization (Istac),1980 ),Hlm.11-12

1
atas krisis epistemologi. Kemudian gagasan Islamisasi ini dilanjutkan oleh
alAttas dan al-Faruqi. Menurut al-Attas penyebab krisis masyarakat modern
adalah ilmu penegtahuan Barat yang bersifat relativistik dan nihilistik
dikonsumsi masyarakat modern saat ini. Al-Faruqi juga beranggapan bahwa
krisis timbul akibat diterapkannya sistem pendidikan sekuler Barat yang tidak
berlandaskan pada tauhid sehingga mengakibatkan umat Muslim kehilangan
tujuan hidupnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
2. Bagaimana pemikiran Ismail Raji al-faruqi dalam Islamisasi & integrasi
ilmu?
3. Bagaimana pemikiran Syed Muhammad Naquib at-Attas dalam Islamisasi
& integrasi ilmu?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Proses Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
2. Mengetahui bentuk pemikiran Ismail Raji al-faruqi dalam Islamisasi &
integrasi ilmu.
3. Mengetahui bentuk pemikiran Syed Muhammad Naquib at-Attas dalam
Islamisasi & integrasi ilmu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Proses islamisasi ilmu pengetahuan ini akan bisa dilaksanakan ketika


proses ilmu pengetahuan ini dilaksanakan dengan beberapa prinsip pokok
yang ada pada agama Islam itu sendiri. Baik itu dalam prinsip pokok tauhid,
syariah, maupun akhlak. Ketiga prinsip pokok tersebut haruslah menjadi
pondasi dasar bagi ilmu pengetahuan yang ada. Islamisasi ilmu pengetahuan
ini bisa dilaksanakan dengan dua cara. Yakni yang pertama, dengan cara
mengislamkan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada maupun yang sedang
berkembang. Yang kedua, dengan cara mengilmukan Islam.
Dari kedua konsep Islamisasi ilmu pengetahuan ini dibahas oleh kedua
tokoh besar dalam gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan ini yakni Syed
M.Naquib Al-Attas. Ismail Raji Al-Faruqi. Dalam pandangan Syed Naquib
Al-Attas proses Islamisasi ilmu ini bisa dilakukan dengan melalui dua cara.
Yang pertama, ialah melakukan proses pemisahan elemen-elemen dan konsep-
konsep kunci yang membentuk kebudayaan dan peradaban Barat. Dalam arti
menjauhkan diri dari segala sesuatu yang menjadikan peluangpeluang
terjadinya budaya yang menimbulkan suatu peradaban yang dihasilkan oleh
orang-orang Barat.3 Misalnya, dalam budaya terdapat salah satu unsur budaya
adalah bahasa. Bahasa disini memberi peluang terjadinya budaya yang
menjadikan peradaban Barat.4
Mulai dari penggunaan bahasa hingga bagaimana memperlakukan bahasa
tersebut. Contohnya dalam kajian sosiologi kita kenal dengan tokoh Emile
Durkheim dengan beberapa teorinya dalam melihat masyarakat. Diantaranya
mengenai konsep solidaritas. Konsep solidaritas ini seakan-akan menjadi
gagasan awal yang disampaikan oleh Emile Durkheim. Namun perlu diketahui
bahwa konsep solidaritas sudah ada sejak zaman terdahulu. Tepatnya pada
3
M. Zainuddin, Filsafat Ilmu: Persfektif Pemikian Islam, Hal. 160
4
M. Zainuddin., ibid, Hal. 162

3
zaman Ibnu Khaldun. Dimana Ibnu Khaldun sudah jauh mencetuskan dan
menggagas konsep solidaritas yang disebut sebagai Ashobiyah ini dalam
menjawab persoalan Negara. Menurut Al-Attas inilah yang harus dihilangkan.
Sehingga tidak memunculkan klaim terhadap peradaban Barat. Yang kedua,
menurut Al-Attas adalah memasukan elemen-elemen Islam dan konsep-
konsep kunci ke dalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini yang
relevan. Dalam arti konsep kedua ini Al-Attas menindaklanjuti konsepan yang
pertama yakni dengan memasukkan nilai-nilai Islam dalam unsur-unsur ilmu
pengetahuan tersebut. Berbeda dengan pandangan Ismail Raji Al-Faruqi.
Dimana Al-Faruqi berpendapat bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan ini
dilakukan dengan cara menjadikan konsep tauhid sebagai pondasi dalam ilmu
pengetahuan.
Berikut merupakan esensi tauhid yang digambarkan Al-Faruqi dalam
ilmu pengetahuan:5
1. Tauhid / Keesaan Allah. Al-Faruqi ini berpandangan bahwa suatu yang esa
atau mengandung unsur ketuhanan yang satu merupakan esensi dari
segalanya. Bagaimana menciptakan suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya
bertauhid atau mengandung unsur ke-Esaan. Dalam menilai kebenaranpun
bagaimana melakukan penilaian yang tidak menimbulkan dualisme
kebenaran yakni kebenaran subjektif, objektif. Akan tetapi bagaimana nilai
kebenaran tersebut bersifat tunggal. Yang mengerucut pada nilai-nilai
ketauhidan;6
Tauhid terdiri dari tiga prinsip kebenaran, yaitu:
a. Menolak semua yang tidak berkaitan dengan realitas. Yakni
melindungi seorang muslim dari membuat pernyataan yang tidak
teruji, tidak jelas terhadap ilmu pengetahuan. Pernyataan yang kabur
merupakan contoh yang di larang dalam al-Qur’an. (lihat QS. 4 :156 ;
6 :116, 148 ; 10 :26, 66 ; 49 : 12 : 53 : 23, 28).
b. Menafikan semua hal-hal yang sangat bertentangan, artinya
melindungi dari kontradiksi di satu pihak, dan paradoks di pihak lain.
5
Rahmani Astuti, Terjem Tauhid (Bandung: Ismail Raji al-Faruqi, 1982), 10-11.
6
Ibid.,14.

4
Rasionalisme bukanlah mengutamakan akal atas wahyu tetapi
penolakan terhadap kontradiksi puncak antara keduanya.
c. Terbuka terhadap bukti baru dan atau/berlawanan. Hal ini melindungi
seorang muslim dari literalisme, fanatisme, dan konservatisme yang
menyebabkan stagnasi. Prinsip ketiga ini mendorong kaum muslimin
untuk bersikap rendah hati intelektual.7
2. Integrasi kebenaran Islam dan kebenaran ilmu pengetahuan. Menurut Al-
Faruqi, kebenaran dalam Islam haruslah di integrasikan pada nilai-nilai
kebenaran ilmu pengetahuan. Kebenaran ilmu pengetahuan disini kita
kenal sebagai kebenaran yang melalui hukum-hukum logika yang
dijadikan patokan sebagai tolak ukur standar kebenaran. Sumber
kebenaran dalam ilmu pengetahuan yang terpusat dalam nilai-nilai
rasionalitas dan nilai-nilai empiris yang lebih mengedepankan pengalaman
sebagai ukuran kebenaran.
Sedangkan kebenaran dalam Islam bersumber pada wahyu dan
kebenaran akal selagi tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah dalam
Islam dalam proses mengolahnya dengan akal manusia. Karena
bagaimanapun, kepercayaan terhadap agama yang di topang oleh wahyu
merupakan pemberian dari Allah dan akal juga merupakan pemberian dari
Allah yang diciptakan untuk mencari kebenaran. Islamisasi ilmu
pengetahuan pandangan Al-Faruqi ini haruslah mengintegrasikan konsep
kebenaran yang ada pada ilmu pengetahuan yang bersumber pada akal
(rasionalitas) dan pengalaman (empiris) dengan konsep kebenaran Islam
yang terletak pada keyakinan melalui wahyu dan ayat-ayat yang
mempunyai sakralitas dalam agama tersebut.8

B. Pemikiran Ismail Raji al-faruqi dalam Islamisasi & intergrasi ilmu


Pemikiran AI-Faruqi mengenai islamisasi ilmu, yaitu:

7
Muhammad Taufik Dan Muhammad Yasir, "Mengkritisi Konsep Islamisasi Ilmu Ismail
Raji Al-Faruqi: Telaah Pemikiran Ziauddin Sardar", Jurnal Ushuluddin Vol. 25 No.2, Juli-
Desember 2017, Hlm.114.
8
Ibid.

5
1. Malaisme atau krisis pemikiran yang melanda negara-negara muslim.
Krisis tersebut merembet pada permasalah epistimologis hingga
berpengaruh pada persoalan nilai ilmu pengetahuan yang dihasilkan
masyarakat modern.
2. Pendidikan yang diperoleh al-Faruqi adalah perpaduan dari pendidikan
Islam dan pendidikan Barat. Dengan berbekal pendidikan Islam dalam
mengemukakan idenya Al-Faruqi menggunakan pendekatan teologis.
Segala bentuk nilai yang mendasari peradaban itu harus ditambah dengan
tata nilai baru yang serasi dengan hidup ummat Islam sendiri yaitu
pandangan hidup yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah. AI-Faruqi
melihat hanya dengan cara seperti ini visi tauhid yang telah hilang akan
dapat kembali ke dalam misi pembentukan ummat. Dan dengan bekal
pendidikan Barat, tidaklah salah kalau al-Faruqi menerima ilmu-ilmu yang
bersumber dari Barat. 9
3. Romantisme al-Faruqi terhadap masa kejayaan Islam. Karena pemikirannya
tidak terlepas dari rentetan-rentetan sejarah dan pergulatan umat Islam pada
masa lalu. AI-Faruqi tampaknya melihat bahwa untuk membangun umat
tidak dapat dimulai dari titik nol dengan menolak segala bentuk hasil
peradaban yang sudah ada.10 Pembentukan umat malahan harus dilakukan
sebagai langkah lanjutan dari hasil peradaban yang sudah ada dan sedang
berjalan. Apa yang dikemukakan oleh para pendahulunya ia coba
mengembangkannya. Kalau diperhatikan di zaman Rasulullah SAW dan
sahabat sangat menghargai dan mencintai ilmu pengetahuan dan
mewujudkan pendidikan yang integral dalam tradisi intelektual Islam.
Pendidikan selalu identik dengan upaya dakwah. Bahkan di salah satu
haditsnya Rasulullah bersabda: tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina. Dari
ketiga latar belakang tersebut, tidaklah salah kalau penulis menggolongkan
al-Faruqi sebagai golongan revivalis, kaum revivalis muslim menyatakan
bahwa kebangkitan kembali Islam yang tidak hanya bermuasal dari reaksi

9
AI-Faruqi, terjem Ilyas Hasan, 1986: 110-112.
10
Ibid.

6
terhadap Barat, tetapi lebih merupakan proses pembaharuan (tajdidi) yang
selalu berjalan dan berubah (islah) sesuai dengan tradisi yang berlanjut
terus dalam sejarah Islam itu sendiri.
Ada pun tauhid mengandung 5 prinsip dasar, yaitu :
a. Dualitas
Maksudnya, realitas terdiri dari dua jenis yang umum Tuhan dan
bukan Tuhan; Khalik dan makhluk. Jenis yang pertama hanya
mempunyai satu anggota yakni Allah SWT. Hanya Dialah Tuhan yang
kekal, Maha Pencipta yang transenden. Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia. Jenis kedua adalah tatanan ruang waktu,
pengalaman, dan penciptaan. Di sini tercakup semua makhluk, dunia
benda-benda, tanaman dan hewan, manusia, jin, dan malaikat dan
sebagainya. Kedua jenis realitas tersebut yaitu khaliq dan makhluk
sama sekali dan mutlak berbeda sepanjang dalam wujud dan
ontologinya, maupun dalam eksistensi dan karir mereka. selamanya
sangat mustahil kalau keduanya menjadi satu atau pun lebur.11
b. Ideasionalitas.
Maksudnya, hubungan antara dua tatanan realitas ini bersifat
ideasional yang titik acuannya dalam diri manusia adalah pada
kekuatan pemahaman. Pemahaman digunakan untuk memahami
kehendak Tuhan melalui pengamatan dan atas dasar penciptaan
Kehendak sang penguasa yang harus diaktualisasikan dalam ruang dan
waktu, berpartisipasi dalam aktivitas dunia serta menciptakan
perubahan yang dikehendaki. Sebagai prinsip pengetahuan, tauhid
adalah pengakuan bahwa Allah itu ada dan Esa. Pengakuan bahwa
kebenaran itu bisa diketahui dan manusia mampu mencapainya.
c. Teleologi
Maksudnya, dunia tidak diciptakan secara kebetulan, dunia
diciptakan dalam kondisi sempurna. Dunia merupakan kosmos ciptaan
yang teratur bukan kekacauan. Di dalamnya kehendak pencipta selalu

11
Ibid.

7
terjadi. Allah adalah tujuan terakhir alam semesta, berarti bahwa
manusia mempunyai kesanggupan untuk berbuat, bahwa alam semesta
dapat ditundukkan atau dapat menerima manusia. Pada manusia
terdapat fungsi fisik dan spiritual. Fungsi fisik dan manusia bersatu
dengan alam, sehingga mereka mematuhi hukum-hukum yang
mengikat mereka dengan keharusan yang sama seperti makhluk
lainnya. Fungsi spiritual, yaitu pemahaman dan perbuatan moral
berada di luar bidang alam yang sudah ditentukan. Mereka bergantung
pada subjeknya dan menuruti ketetapannya.12
d. Kemampuan manusia dan pengolahan alam
Maksudnya, karena segalanya diciptakan untuk suatu tujuan,
maka realisasi tujuan itu harus terjadi dalam ruang dan waktu. Manusia
harus mampu mengubah dirinya, masyarakatnya, dan alam
lingkungannya, mengaktualisasikan perintah ilahiyah dalam dirinya
mau pun dalam mereka. bahwa manusia mempunyai kesanggupan
untuk berbuat dan mempunyai kemerdekaan untuk tidak berbuat.
Kemerdekaan ini memberi manusia sebuah tanggungjawab terhadap
segala tindakannya.
e. Tanggung jawab dan penilaian.
Maksudnya, jika manusia berkewajiban mengubah dirinya,
masyarakatnya dan lingkungannya, agar selaras dengan pola Tuhan,
dan mampu berbuat demikian, dan jika seluruh objek tindakannya
dapat dibentuk dan dapat menerima tindakannya serta mewujudkan
maksudnya, maka dia bertanggung jawab. Kewajiban moral mustahil
tanpa adanya tanggung jawab. Sedangkan penilaian atau pelaksaan
tanggung jawab merupakan syarat mutlak kewajiban moral.
Perhitungan dapat saja terjadi dalam ruang dan waktu atau pada akhir
zaman yang pasti terjadi. Mentaati Tuhan adalah mewujudkan
perintah-Nya dan pola-Nya untuk mencapai fallah sedangkan tidak
mentaatinya, berarti mendatangkan hukuman, penderitaan,

12
Rahmani Astuti, Terjem Tauhid (Bandung: Ismail Raji al-Faruqi, 1982), 12-13.

8
kesengsaraan, dan kegagalan. Islamisasi ilmu bila kita kaitkan dengan
ke lima prinsip di atas nyatalah bahwa, realitas Allah dan makhluk itu
berbeda, dan Allah menciptakan makhluk-nya pasti sesuai dengan
kehendak-Nya dan manusia pastilah mampu mengetahui kebenaran
kehendak-nya. Dan dunia ini memang benarbenar sebuah kosmos
suatu ciptaan yang teratur. Di dalam penciptaanya kehendak sang
Maha Pencipta selalu terwujud.
Melihat pandangan al-Faruqi mengenai islamisasi ilmu, tampak
bahwa al-Faruqi menginginkan bangunan ilmu yang integral, terpadu
dan saling melengkapi antar disiplin ilmu keislaman dengan disiplin
ilmu modern. Untuk itu banyak sekali proyak islamisasi yang sudah
dilakukan. Proyek islamisasi ilmu dimaksudkan untuk menciptakan
masyarakat yang islami yang diekspresikan dengan tema ummatisme.
Proyek ini memberi penekanan pada ilmu pengetahuan, sains, dan
pendidikan, karena elemen-elemen tersebut merupakan pijakan awal
dalam membangun sebuah masyarakat. Jika masyarakat dibangun di
atas landasan yang islami yang termanifestasikan di dalam pendidikan
maka sebuah tata dunia baru yang sesuai dengan nilai dan norma-
norma yang ada pada masa nabi Muhammad SAW akan segera
terwujud.13
Kemajuan Barat membuat umat Muslim tergoda dan berupaya
melakukan westernisasi. Namun upaya tersebut sebaliknya menyebabkan
krisis ekonomi, sosial dan politik. 14 Menurut Al-Faruqi krisis tersebut
akhirnya menimbulakn dualisme dalam sistem pendidikan dan kehidupan
umat Islam. Penggunaan sistem pendidikan sekuler Barat ternyata tidak
membawa kemajuan. Hal initerjadi karena sistem sekuler memisahkan
agama dengan ilmu yang membuat umat Muslim kehilangan tujuannya.
Oleh karena itu Al-Faruqi menginginkan adanya reformasi di bidang
pemikiran Islam. Dengan melakukan Islamisasi ilmu atau integrasi
pengetahuan baru dengan warisan Islam, dengan penghilangan, perubahan,
13
Ibid.
14
Zuhdiyah, "Islamisasi Ilmu Ismail Raji Al-Faruqi", Hlm.4-5.

9
penafsiran kembali dan adaptasi komponennya sesuai dengan pandangan
dan nilai-nilai Islam.
1. Konsep Islamisasi
Menurut al-Faruqi, Islamisasi ilmu pengetahuan itu sendiri berarti
melakukan aktifitas keilmuan seperti eliminasi, perubahan, penafsiran
kembali dan penyesuaian terhadap komponenkomponennya sebagai
world view Islam (pandangan dunia Islam) dan menetapkan nilai-
nilainya. Dengan demikian, islamisasi ilmu pengetahuan dapat diartikan
dengan mengislamkan ilmu pengetahuan modern dengan cara
menyusun dan membangun ulang sains sastra, dan sains-sains ilmu
pasti dengan memberikan dasar dan tujuan-tujuan yang konsisten
dengan Islam.15 Menuangkan kembali ilmu pengetahuan sebagaimana
dikehendaki Islam, yaitu memberi definisi baru, mengatur data,
mengevaluasi kembali kesimpulan dan memproyeksikan kembali
tujuan-tujuannya. Islamisasi ilmu pengetahuan bertujuan untuk
menghasilkan buku-buku pegangan (buku dasar) di perguruan tinggi,
dengan menuangkan kembali disiplin ilmu modern ke dalam wawasan
Islam, setelah dilakukan kajian kritis terhadap kedua sistem
pengetahuan Islam dan Barat.
Al-Faruqi menggunakan prinsip tuhid dalam malakukan Islamisasi
ilmu pengetahuan. Karena prinsip tauhid merupakan prinsip yang
digunakan sebagai kerangka pemikiran, metodologi dan cara hidup
Islami. Prinsip tauhid tersebut dikembangkan menjadi:16
a. Kesatuan Tuhan,
b. Kesatuan ciptaan,
c. Kesatuan kebenaran dan Pengetahuan,
d. Kesatuan kehidupan,
e. Kesatuan kemanusiaan.
2. Proses Islamisasi
15
Zuhdiyah, "Islamisasi Ilmu Ismail Raji Al-Faruqi", Hlm.9.
16
Muhammad Taufik Dan Muhammad Yasir, "Mengkritisi Konsep Islamisasi Ilmu Ismail
Raji Al-Faruqi: Telaah Pemikiran Ziauddin Sardar", Hlm.121.

10
Dalam merealisasikan proses Islamisasi ilmu pengetahuan tersebut
Al-Faruqi menetapkan tujuan dalam kerangka kerjanya yaitu:
Penguasaan disiplin ilmu modern, Penguasaan khazanah Islam,
Membangun relevansi Islam dengan masing-masing disiplin ilmu
modern, Memadukan nilai-nilai dan khazanah warisan Islam secara
kreatif dengan ilmu-ilmu modern, dan Pengarahan aliran pemikiran
Islam ke jalan-jalan yang mencapai pemenuhan pola rencana Allah.
Kemudian tujuan tersebut di realisasikan melalui langkah-langkah
islamisasi ilmu pengetahuuan yaitu sebagai berikut:
a. Penguasaan disiplin ilmu modern: prinsip, metodologi, masalah,
tema dan perkembangannya,
b. Survei disiplin ilmu,
c. Penguasaan khazanah Islam: sebuah ontologi,
d. Penguasaan khazanah ilmiah Islam: tahap analisis,
e. Penentuan relevansi Islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu,
f. Penilaian secara kritis terhadap disiplin keilmuan modern dan
tingkat perkembangannya di masa kini,
g. Penilaian secara kritis terhadap khazanah Islam dan tingkat
perkembangannya dewasa ini,
h. Survei permasalahan yang dihadapi umat Islam,
i. Survei permasalahan yang dihadapi manusia,
j. Analisis dan sintesis kreatif,
k. Penuangan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka Islam,
dan penyebarluasan ilmu yang sudah diislamkan. 17

C. Pemikiran Syed Muhammad Naquib at-Attas dalam Islamisasi &


intergrasi ilmu
Ilmu pengatuhan yang diambil alih oleh Barat dari Islam dikembangkan
berlawana dengan nilai-nilai Islam. Barat mengasumsikan bahwa ilmu
pengetahuan bebas nilai namun, Al-Attas melihat bahwa ilmu pengetahuan

17
Zuhdiyah, "Islamisasi Ilmu Ismail Raji Al-Faruqi", Hlm.10.

11
yang ada ini tidak bersifat netral, akan tetapi syarat nilai. Ilmu pengatahuan
kontemporer dibentuk dan dikembangkan sesuai dengan nilai-niali kebudayaan
dan kebudayaan Barat. Di dalamnya terdapat ide-ide, nila-nilai, kebudayaan,
keyakina, filsafat, agama, doktrin berupa spekulasi yang semuanya
bertentangan dengan nilainilai dalam Islam. Karena itu, al-Attas memandang
bahwa peradaban Barat tidak layak untuk dikonsumsi sebelum diseleksi
terlebih dahulu. Pengembangan ilmu di Barat dengan tradisi dan kultur yang
berbeda dengan kultur Islam yang berbasis ajaran normatif yang tersurat dalam
al-Qur’an dan Hadis. Namun Muslim secara tidak sadar mengambil begitu saja
ilmu pengatahuan tersebut dan berakhir dengan kebingungan, skeptisisme dan
ketergantungan pada pengetahuan barat. Oleh karena itu al-Attas menganggap
penting untuk membesaskan manusia dari pemikiran sekuler yang dapat
merusaknya.18
1. Konsep Islamisasi
Menurut Al-Attas,“Islamisasi adalah pembebasan manusia pertama dari
magis, mitologis, animistis, nasional-kultur, dan kemudian dari kontrol
sekuler atas nalar dan bahasanya.” Karena manusia dalam wujud fisiknya
cenderung sekuler dan lupa terhadap hakikat dirinya dan berbuat tidak adil
terhadapnya. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan peradaban Barat telah
menimbulkan kerusakan karena dikembangkan diatas pandangan hidup,
budaya dan peradaban Barat dipengaruhi. Oleh karena itu Menurut Al-Attas
dalam Islamisasi elemen-elemen yang harus dihilangkan yaitu:19
a. mengandalkan akal untuk membimbing kehidupan manusia,
b. bersikap dualistik terhadap realitas dan kebenaran,
c. menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan kehidupan sekular,
d. membela doktrin humanisme,
e. menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam
fitrah dan eksistensi manusia.

18
Sholeh, "Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Konsep Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi Dan
Syed Muhammad Naquib Al-Attas)", Jurnal Al-Hikmah Vol. 14, No. 2, Oktober 2017, Hlm.215.
19
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, "Islam And Secularism" , (Kuala Lumpur, Art
Printing Works Sdn. Bhd, Istac, 1978) Hlm. 41.

12
2. Proses Islamisasi
Al-Attas menjelaskan bahwa ada dua cara yang saling terkait di dalam
pelaksanaan Islamisasi ilmu, yaitu:
a. Mengisolisir unsur-unsur dan konsep-konsep kunci yang membentuk
budaya dan peradaban barat.
b. Memasukkan unsur-unsur Islam beserta konsep-konsep kunci dalam
setiap bidang dari ilmu pengetahuan saat ini yang relevan.
Unsur-unsur tetsebut menurut al-Attas, ada lima faktor yang
menjiwai budaya dan peradaban Barat yaitu akal yang diandalkan untuk
membimbing kehidupan manusia; bersikap dualistik terhadap realitas dan
kebenaran; menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan
hidup sekuler; membela doktrin humanisme; menjadikan drama dan tragedi
sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah kemanusiaan. unsur-unsur
tersebut harus dihilangkan tertama dalam bidang ilmu humaniora begitu
juga dalam ilmu lainnya. Kemudian dimasukkan konsep-konsep kunci Islam
yaitu: konsep Agama, konsep manusia, konsep pengetahuan, konsep
kearifan, konsep keadilan, konsep perbuatan yang benar yang semuanya
berkaitan dengan konsep tauhid.
D. Analisis Konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan Al-Attas dan Al-Faruqi
Islamisasi Al-Attas dan Al-Faruqi memiliki kesamaan dalam
pemikirannya yaitu keduanya menganggap bahwa masalah utama dari krisis
umat Islam adalah ilmu pengetahuna yang kembangkan Barat. Begitupun
mengenai konsep ilmu keduanya menganggap ilmu sebenarnya tidak bebas
nilai namun sebaliknya sarat akan nilai yang mana konsep ilmu seharunya
berlandaskan prinsip dan nilai-nilai Islam. Sedangakan jika dilihat dari konsep
Islamisasinya Al-Attas lebih mengutamakan Islamisasi pemikiran manusia
yaitu pemikiran manusia harus dibebaskan dari nilai-nilai sekuler. Sedangkan
Al-Faruqi lebih kepada sistem yang harus di Islamkan atau yang menjadi
objeknya,
Dalam proses Islamisasi Al-Attas menggunakan dua langkah yatu
mengisolasi konsep yang tidak sesuai dengan nilai dan prinsip dalm Islam

13
kemudian memasukkan kedalamnya konsep utama dalam Islam. Langkah
Islamisasi ini lebih mudah dipahami dan dapat diterapakn disegala kegiatan
yang mengandung konsep sekuler oleh semua orang. Sedangkan Al-Faruqi
menggunakan dua belas langkah dalam proses Islamisasi agar dapat melakukan
Islamisai secara menyeluruh, namun dengan konsep Islamisasi ini tidak semua
orang dapat menerapkannya.20
Tidak semua orang dapat menguasai ilmu pengetahuan Barat sekaligus
ilmu pengetahuan Islam. Al-Attas membatasi objek yang harus diIslamkan
yaitu ilmu pengetahuan kontemporer saja karena ilmu pengetahuan
kontemporerlah yang menurutnya berisi ide-ide, nila-nilai, kebudayaan,
keyakinan, filsafat, agama, doktrin berupa spekulasi yang semuanya
bertentangan dengan nilai-nilai dalam Islam. Sedangkan Al-Faruqi
menganggap semua ilmu pengetahuan harus di Islamkan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

20
Ibid.

14
Latar belakang munculnya gagasan Islamisasi menurut Al-Attas karena
ilmu pengetahuan kontemporer mengandung nilai-nilai sekuler yang
bertentangan dengan nilai-nilai dalam Islam sehingga penerapannya dalam
kehidupan umat Muslim membawa dampak negatif. Menurut Al-Faruqi akibat
dari penggunaan sistem sekuler dalam pendidikan Islam umat Muslim
mengalami kebingunagn dan kehilangan visinya. Untuk itu dari kedua alasan
tersebut muncullah gagasan Islamisasi untuk mengembalikan kejayaan Umat
Islam Menurut Al-Attas islamisasi adalah Islamisasi adalah pembebasan
manusia pertama dari magis, mitologis, animistis, nasional-kultur, dan
kemudian dari kontrol sekuler atas nalar dan bahasanya.
Sedangkan menurut al-Faruqi, Islamisasi ilmu pengetahuan itu sendiri
berarti melakukan aktifitas keilmuan seperti eliminasi, perubahan, penafsiran
kembali dan penyesuaian terhadap komponen-komponennya sebagai world
view Islam dan menetapkan nilai-nilainya. Al-Attas menggunakan dua
langkah Islamisasi yairu mengisolasi konsep yang tidak sesuai kemudian
memasukkan konsep kunci Islam yang sesuai kedalamnya. Al-Faruqi
menggunakan kerangka kerja yang memiliki dua belas langkan yang terdiri
dari penguasaan ilmu pengetahuan Barat dan ilmu pengetahuan Islam yang
direformulasi agar sesuai dengan konsep Islam.
B. Saran
Dengan mengetahui Islamisasi & Integrasi Ilmu dari Pemikiran Ismail Raji
Al-Faruqi dan Syed Muhammad Naquib Al-Attas berpengaruh besar terhadap
pembebasan umat Islam di Indonesia dari kemunduran dan ketertingggalan.
Penulis berharap semoga pembaca dapat mengambil hikmah dan manfaatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. 1993. Tafsir Al-Maraghi 3. Semarang: Karya


Putra Toha Semarang.

15
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1978. Islam And Secularism. Kuala Lumpur,
Art Printing Works Sdn. Bhd, Istac.
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1980. The Consept Of Education In Islam.
(Malaysia:International Institute Of Islamic Thought And Civilization (Istac).
A.M Syaifuddin, et.all.1987. Desekularisasi Pemikiran : landasan Islamisasi,
Bandung: Mizan.
Ismail Raji al-Faruqi, Lois Lamya al-Faruqi, (Terjem Ilyas Hasan), Atlas Budaya:
menjelajah Hazanah Peradaban Gemilang, 1998, Bandung: Mizan
Ismail Raji al-Faruqi. 1982. Tauhid, Terjem.Rahmani Astuti. Bandung: Penerbit
Pustaka.
Ismail Raji al-Faruqi. 1989. Islamization of Knowledge (Virginia: International
Institute of Islamic Thought.
Salafudin. 2013. Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Forum Tarbiyah Vol. 11, No. 2.
Sholeh. 2017. Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Konsep Pemikiran Ismail Raji Al-
Faruqi Dan Syed Muhammad Naquib Al-Attas). Jurnal Al-Hikmah Vol. 14,
No. 2.
Sri Minarti. 2013. Ilmu Pendidikan Islam: Fakta Teoritis-Filosofis & Aplikatif-
Normatif, Jakarta: Bumi Aksara.
Taufik, Muhammad Dan Muhammad Yasir. 2017. Mengkritisi Konsep Islamisasi
Ilmu Ismail Raji AlFaruqi: Telaah Pemikiran Ziauddin Sardar. Jurnal
Ushuluddin Vol. 25 No.2.
Thoib, Ismail Dan Mukhlis. 2013. Dari Islamisasi Ilmu Menuju Pengilmuan
Islam: Melawan Hegemoni Epistemologi Barat. Ulumuna Jurnal Studi
Keislaman, Volume 17 Nomor 1.
Yusuf Qaedhawi, dkk. 1998. Kebangkitan Islam: Dalam perbincangan para
Pakar. Jakarta: Gema Insani Press .
Victoria Neufeld (Ed.). 1988. Websters New World Dictionary (Cleveland & New
York: Websters New World.
Zuhdiyah. 2016. Islamisasi Ilmu Ismail Raji Al-Faruqi. Tadrib Vol. II No. 2 .
4(2). 902-907.

16

Anda mungkin juga menyukai