Anda di halaman 1dari 9

Pandangan Islamisasi Sains Naquib Al Attas (Dewesternisasi

Sains) dan Raji’ Al Faruqi (Islamisasi Sains)

Oleh:

1.Faril Nurdiansyah (2220205036)

2.Gusti Radeni (2220205047)

Dosen Pengampu: Mirrah Salsabila, M.Pd

Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris

Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Tahun Akademik 2023/2024


Pendahuluan

A. Latar Belakang
Dimasa modern sekarang tentunya banyaknya perubahan dan adaptasi yang dilakukan oleh
manusia baik teknologi ataupun ilmu pengetahuan. Dan tentunya banyak nya perubahan tersebut
juga membuat beberapa sudut pandang dari masing masing ahli-ahli termasuk juga ke sudut
pandang ilmu pengetahuan dalam pendidikan islam. Kehadiran Ilmu-Ilmu baru ini seakan-akan
menunjukkan bahwa dunia ilmu pengetahuan berkembang begitu pesatt

Sudut pandang terhadap pengetahuan ada banyak dan dengan ahli yg berbeda.Dari
banyaknya ahli dengan pemikiran nya masing-masing yang menyebabkan sudut pandang yg
berbeda dari ahli yg lainnnya.

Karena banyaknya sudut pandang ini lah yang bisa membuat melenceng nya ilmu
pengetahuan tersebut.Dan ini menarik para intelektual muslim seperti Naquib Al Attas dan Raji’
Al Faruqi yang mencetuskan konsep islamisasi ilmu pengetahuan sebagai langkah utk
menkontruksi maupun dekonstruksi beberapa sudut pandang (klaim) yang sudah terstigma di
dunia ini.

Fenomena ini memunculkan sebuah dampak yang begitu besar bagi umat muslim.
Sebab dengan perkembangan ilmu pengetahuan tersebut memicu suatu kebobrokan moral
dan etika yang tidak berlandaskan agama Islam. Yang mana Islam telah diakui sebagai
agama yang paling benar dan berakhlak. Dengan demikian muncullah sebuah kekritisan
dari seorang cendekiawan muslim yang mencetuskan gagasan Islamisasi ilmu
pengetahuan. Beliau adalah Ismail Raji Al-Faruqi dan Syed M. Naquib Al-Attas.
Keduanya melihat fenomena perkembangan ilmu pengetahuan ini sudah melenceng
dari ajaran-ajaran Islam.

Sehingga membawa dampak seseorang menjadi sekuler. Berangkat dari sana kedua
cendekiawan muslim ini melakukan Islamisasi pengetahuan dengan berbagai cara. Islamisasi
ilmu pengetahuan merupakan langkah dalam menciptakan suatu peradaban Islam
dalam dunia ilmu pengetahuan. Kedua tokoh besar tersebut menawarkan beberapa opsi
dalam melakukan Islamisasi ilmu pengetahuan.

Diantara opsi tersebut Syed M.Naquib Al-Attas menawarkan dua opsi dalam melakukan
Islamisasi ilmu pengetahuan, yang pertama dengan melakukan pemisahan konsep-konsep kunci
yang membentuk kebudayaan dan peradaban Barat. Yang kedua, dengan memasukan konsep
kunci Islam ke dalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini yang relevan.

1
Dalam hal ini Ismail Raji Al-Faruqi juga menawarkan dua Konsep dalam
melakukan Islamisasi ilmu pengetahuan. Yakni tauhid, integrasi kebenaran Islam dan ilmu
pengetahuan, dan ayatisasi atau pemberian ayat-ayat terhadap ilmu pengetahuan.

Maka dari itu pembahasan mengenai islamisasi ilmu pengetahuan dirasa menarik untuk
dikaji.Karena islamisasi inilah yang terasumsi penting untuk sejarah umat islam itu sendiri.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pandangan islamisasi
menurut Naquib Al Attas dan Raji’ Al Faruqi. Dan beberapa aspek yang akan dibahas
diantaranya sebagai berikut:

1. Pengertian islamisasi dan ilmu pengetahuan


2. Latar belakang munculnya pemikiran Naquib Al Attas dan Raji’ Al Faruqi tentang
islamisasi ilmu pengetahuan
3. Langkah-langkah islamisasi dalam proses islamisasi menurut Naquib Al Attas dan Raji’
Al Faruqi

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari yang terdapat di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa Pengertian islamisasi dan ilmu pengetahuan


2. Apa latarbelakang muncunya pemikiran Nauqib al Attas dan Raji’ Al Faruqi tentang
islamisasi ilmu pengetahuan
3. Apa saja Langkah langkah islamisasi dalam proses islamisasi menurut Naquib Al Attas
dan Raji’ Al Faruqi

2
Pembahasan

A. Pengertian Islamisasi Dan Ilmu Pengetahuan

Islamisasi dalam pengartian singkat ialah proses mengkonversi masyarakat menjadi islam.
Dan ini di pengaruhi oleh sistem social atau pun politik sekitar di masyarakat. Atau islamisasi
dalam pengertian berbeda ialah proses penyebaran, pengembangan dan konversi masyarakat
yang belum menganut agama islam menjadi penganut agama islam.

Ilmu pengetahuan adalah suatu usaha sistematis dengan metode ilmiah dalam
pengembangan dan penataan pengetahuan yang dibuktikan dengan penjelasan dan prediksi yang
teruji sebagai pemahaman manusia tentang alam semesta dan dunianya.

Dari pengertian ini kita dapat menyimpulkan bahwa islamisasi ilmu pengetahuan ialah
proses penyebaran, pengembangan islam dengan metode penjelasan yg teruji dan dipahami
manusia.

B. Latar belakang Islamisasi Naquib Al Attas


Syed Muhammad Naquib Al-Attas, seorang pemikir kontemporer muslim. Al-Attas
mengatakan bahwa pendidikan dalam Islam bertujuan untuk menciptakan manusia yang baik
dengan penanaman adab. Seorang yang terpelajar adalah
seseorang yang baik dengan penyatuan dan keseimbangan dari moralitas
dan intelektualitas.

Ilmu pengatuhan yang diambil alih oleh Barat dari Islam dikembangkan berlawana
dengan nilai-nilai Islam. Barat mengasumsikan bahwa ilmu pengetahuan bebas nilai namun,
Al-Attas melihat bahwa ilmu pengetahuan yang ada ini tidak bersifat netral, akan tetapi syarat
nilai. Ilmu pengatahuan kontemporer dibentuk dan dikembangkan sesuai dengan nilai-niali
kebudayaan dan kebudayaan Barat.

Di dalamnya terdapat ide-ide, nila-nilai, kebudayaan, keyakinan, filsafat agama doktrin


berupa spekulasi yang semuanya bertentangan dengan nilai-nilai dalam Islam. Karena ituaAttas
memandang bahwa peradaban Barat tidak layak untuk dikonsumsi sebeludiseleksterlebih
dahulu. Nilai kebenaran dan realitas pada dunia Barat tidaklah mengacu pada
kebenaran yang melalui proses keyakinan

3
Dalam hal ini ada dogma agama yang berupa isi kitab suci seperti halnya Al-Quran dan
Hadist, melainkan menilai kebenaran tersebut melalui budaya yang berdasarkan atas
pemikiran filsafat yang berupa spekulasi-spekulasi belaka.

C. Latar Belakang Islamisasi Raji Al-Faruqi


Ismail Raji al-Faruqi lahir di Jaffa, Palestina pada tanggal 1 Januari 1921. adalah seorang
cendekiawan Muslim. Ismail Raji Al-Faruqi yang mengatakan bahwa umat Islam saat
ini berada dalam keadaan yang lemah. Kaum muslim dianggapnya berada dalam
kondisi degradasi baik dalam ilmu pengetahuan maupun lainnya.

Dengan kondisi yang demikian ini menyebabkan kebodohan dikalangan kaum muslim itu
sendiri. Di kalangan kaum muslimin berkembang buta huruf, kebodohan, dan tahayul.
Akibatnya, umat Islam lari kepada keyakinan yang buta, bersandar kepada literalisme dan
legalisme, atau menyerahkan diri kepada pemimpin-pemimpin atau tokoh-tokoh
mereka. Meninggalkan dinamika ijtihad sebagai suatu sumber kreativitas yang semestinya
dipertahankan.

Zaman kemunduran umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan telah menempatkan
umat Islam berada di anak tangga bangsa-bangsa terbawah.Dalam kondisi seperti ini,
masyarakat muslim melihat kemajuan Barat sebagai sesuatu yang mengagumkan.

Hal ini menyebabkan sebagian kaum muslimin tergoda oleh kemajuan Barat dan
berupaya melakukan reformasi dengan jalan westernisasi. Ternyata jalan yang
ditempuh melalui jalan westernisasi telah menghancurkan umat Islam sendiri dari
ajaran Al-Qur’an dan Hadist. Sebab berbagai pandangan dari Barat, diterima umat
Islam tanpa dibarengi dengan adanya filter dalam menyaring mana kebudayaaan dan ilmu
pengetahuan yang bisa kita ambil sebagai sintesa kebenaran.

Hal ini menjadi problem tersendiri bagi kaum muslim. Dimana kaum muslim sudah
terjebak pada dunia westernisasi. Ditandai oleh hidup keBarat-Baratan. Westernisasi
tidak hanya pada rana pandangan hidup dalam keseharian mulai food, fun and fashion.
Melainkan juga masuk pada rana ilmu pengetahuan. Dimana ilmu pengetahuan sudah
terkonstuk dalam pemikiran-pemikiran Barat.

Karenanya, umat Islam akhirnya terkesan mengambil sikap mendua, antara tradisi
keislaman dan nilai-nilai barat.

4
D.Proses-Proses Islamisasi
Proses islamisasi ilmu pengetahuan ini akan bisa dilaksanakan ketika proses ilmu
pengetahuan ini dilaksanakan dengan beberapa prinsip pokok yang ada pada agama Islam
itu sendiri. Baik itu dalam prinsip pokok tauhid, syariah, maupun akhlak. Ketiga prinsip
pokok tersebut haruslah menjadi pondasi dasar bagi ilmu pengetahuan yang
ada.Islamisasi ilmu pengetahuan ini bisa dilaksanakan dengan dua cara. Yakni yang
pertama,dengan cara mengislamkan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada maupun yang sedang
berkembang. Yang kedua,dengan cara mengilmukan Islam. Dari kedua konsep Islamisasi
ilmu pengetahuan ini dibahas oleh kedua tokoh besar dalam gagasan Islamisasi ilmu
pengetahuan ini yakni Syed M.Naquib Al-Attas. Ismail Raji Al-Faruqi.

1.Menurut Naquib Al-Attas

Dalam pandangan Syed Naquib Al-Attas proses Islamisasi ilmu ini bisa dilakukan
dengan melalui dua cara. Yang pertama,ialah melakukan proses pemisahan elemen-elemen
dan konsep-konsep kunci yang membentuk kebudayaan dan peradaban Barat. Dalam
arti menjauhkan diri dari segala sesuatu yang menjadikan peluang-peluang terjadinya
budaya yang menimbulkan suatu peradaban yang dihasilkan oleh orang-orang Barat

. Misalnya, dalam budaya terdapat salah satu unsur budaya adalah bahasa. Bahasa
disini memberi peluang terjadinya budaya yang menjadikan peradaban Barat. Mulai dari
penggunaan bahasa hingga bagaimana memperlakukan bahasa tersebut. Contohnya
dalam kajian sosiologi kita kenal dengan tokoh Emile Durkheim dengan beberapa
teorinya dalam melihat masyarakat.

Diantaranya mengenai konsep solidaritas. Konsep solidaritas ini seakan-akan menjadi


gagasan awal yang disampaikan oleh EmileDurkheim. Namun perlu diketahui bahwa
konsep solidaritas sudah ada sejak zaman terdahulu. Tepatnya pada zaman Ibnu
Khaldun. Dimana Ibnu Khaldun sudah jauh mencetuskan dan menggagas konsep
solidaritas yang disebut sebagai Ashobiyah ini dalam menjawab persoalan
Negara.Menurut Al-Attas inilah yang harus dihilangkan. Sehingga tidak memunculkan
klaim terhadap peradaban Barat.

Yang kedua, menurut Al-Attas adalah memasukan elemen-elemen Islam dan


konsep-konsep kunci ke dalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini yang
relevan. Dalam arti konsep kedua ini Al-Attas menindaklanjuti konsepan yangpertama yakni
dengan memasukkan nilai-nilai Islam dalam unsur-unsur ilmu pengetahuan tersebut.

5
2.Menurut Ismail Raji Al-Faruqi

Al-Faruqi berpendapat bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan ini dilakukan dengan


cara menjadikan konsep tauhid sebagai pondasi dalam ilmu pengetahuan. Berikut
merupakan esensi tauhid yang digambarkan Al-Faruqi dalam ilmu pengetahuan:

(a) Tauhid / Keesaan Allah.Al-Faruqi ini berpandangan bahwa suatu yang esa atau
mengandung unsur ketuhanan yang satu merupakan esensi dari segalanya. Bagaimana
menciptakan suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya bertauhid atau mengandung
unsur ke-Esaan. Dalam menilai kebenaranpun bagaimana melakukan penilaian yang tidak
menimbulkan dualisme kebenaran yakni kebenaran subjektif, objektif. Akan tetapi
bagaimana nilai kebenaran tersebut bersifat tunggal. Yang mengerucut pada nilai-nilai
ketauhidan.

(b) Integrasi kebenaran Islam dan kebenaran ilmu pengetahuan.Menurut Al-Faruqi,


kebenaran dalam Islam haruslah di integrasikan pada nilai-nilai kebenaran ilmu
pengetahuan. Kebenaran ilmu pengetahuan disini kita kenal sebagai kebenaran yang
melalui hukum-hukum logika yang dijadikan patokan sebagai tolak ukur standar kebenaran.
Sumber kebenaran dalam ilmu pengetahuan yang terpusat dalam nilai-nilai rasionalitas dan
nilai-nilai empiris yang lebih mengedepankan pengalaman sebagai ukuran kebenaran.

Sedangkan kebenaran dalam Islam bersumber pada wahyu dan kebenaran akal selagi
tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah dalam Islam dalam proses mengolahnya dengan
akal manusia. Karena bagaimanapun, kepercayaan terhadap agama yang di topang oleh
wahyu merupakan pemberian dari Allah dan akal juga merupakan pemberian dari Allah
yang diciptakan untuk mencari kebenaran.

Islamisasi ilmu pengetahuan pandangan Al-Faruqi ini haruslah mengintegrasikan konsep


kebenaran yang ada pada ilmu pengetahuan yang bersumber pada akal (rasionalitas) dan
pengalaman (empiris) dengan konsep kebenaran Islam yang terletak pada keyakinan
melalui wahyu dan ayat-ayat yang mempunyai sakralitas dalam agama tersebut.

6
Kesimpulan
Latar belakang munculnya gagasan Islamisai menurut Al-Attas karena ilmu
pengetahuan kontemporer mengandung nilai-nilai sekuler yang bertentangan dengan nilai-
nilai dalam Islam sehingga penerapannya dalam kehidupan umat Muslin membawa
dampak negatif. Menurut Al-Faruqi akibat dari penggunaan sistem sekuler dalam pendidikan
Islam umat Muslim mengalami kebingunagn dan kehilangan visinya. Untuk itu dari kedua
alasan tersebut muncullah gagasan Islamisasi untuk mengembalikankejayaan Umat Islam

Menurut Al-Attas islamisasi adalah Islamisasi adalah pembebasan manusia pertama


dari magis, mitologis, animistis, nasional-kultur, dan kemudian dari kontrol sekuler atas
nalar dan bahasanya. Sedangkan menurut al-Faruqi, Islamisasi ilmu pengetahuan itu sendiri
berarti melakukan aktifitas keilmuan seperti eliminasi, perubahan, penafsiran kembali dan
penyesuaian terhadap komponen-komponennya sebagai world view Islam dan menetapkan nilai-
nilainya.

Tujuan akhir pendidikan Islam ialah menghasilkan manusia yang baik. “Baik”dalam konsep
manusia yang baik berarti tepat sebagai manusia adab dalam pengertian yang dijelaskan di sini,
yakni meliputi kehidupan material dan spiritual manusia.Karena dalam Islam, tujuan mencari
pengetahuan pada puncaknya adalah untukmenjadi seorang manusia yang baik.

Daftar Pustaka
Novayani, I. (2017). Islamisasi Ilmu Pengetahuan menurut Pandangan Syed M. Naquib Al-Attas dan
Implikasi terhadap Lembaga Pendidikan International Institute of Islamic Thought Civilization (ISTAC).
Jurnal Al-Mutaaliyah: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2(1), 74-89

Sholeh, S. (2017). Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Konsep Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi dan Syed
Muhammad Naquib Al-Attas). Al-Hikmah: Jurnal Agama dan Ilmu Pengetahuan, 14(2), 209-221

Siregar, I. S., & Siregar, L. M. (2018). Studi Komparatif Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi Dan Syed
Muhammad Naquib Al-Attas. Al-Hikmah: Jurnal Agama Dan Ilmu Pengetahuan, 15(1), 85-98

Daud, W. M. N. W., & Nor, W. M. (2003). Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas.
Bandung: Mizan

Anda mungkin juga menyukai