Anda di halaman 1dari 3

Islamization Processes

This knowledge process is carried out with some of the main principles that exist in Islam
itself. Be it in the main principles of tawhid, syariah, and akhlak. The three main principles must
be the basic foundation for existing science. Islamization of science can be carried out in two ways.
The first is by Islamization existing and developing sciences. The second, by way of Islamic
science. Of the two concepts of Islamization science discussed by the two great figures in the idea
of Islamization of science, namely Syed M.Naquib Al-Attas and Ismail Raji Al-Faruqi.
Proses ilmu pengetahuan ini dilaksanakan dengan beberapa prinsip pokok yang ada pada
agama Islam itu sendiri. Baik itu dalam prinsip pokok tauhid, syariah, maupun akhlak. Ketiga
prinsip pokok tersebut haruslah menjadi pondasi dasar bagi ilmu pengetahuan yang ada. Islamisasi
ilmu pengetahuan ini bisa dilaksanakan dengan dua cara. Yakni yang pertama, dengan cara
mengislamkan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada maupun yang sedang berkembang. Yang kedua,
dengan cara mengilmukan Islam. Dari kedua konsep Islamisasi ilmu pengetahuan ini dibahas oleh
kedua tokoh besar dalam gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan ini yakni Syed M.Naquib Al-Attas
dan Ismail Raji Al-Faruqi.
According to Naquib Al-Attas
The first is to separate the key elements and concepts that make up Western culture and
civilization. In the sense of distancing themselves from everything that makes opportunities for
culture that gives rise to a civilization produced by Westerners.
The second, according to Al-Attas, is to insert Islamic elements and key concepts into every
modern branch of science that is relevant. In the sense of this second concept, Al-Attas follows
up on the first concept by inserting Islamic values in the elements of science.
Dalam pandangan Syed Naquib Al-Attas proses Islamisasi ilmu ini bisa dilakukan dengan
melalui dua cara. Yang pertama adalah memisahkan elemen-elemen dan konsep-konsep kunci
yang membentuk budaya dan peradaban Barat. Dalam artian menjauhkan diri dari segala sesuatu
yang membuka peluang bagi budaya yang memunculkan peradaban yang dihasilkan oleh orang
Barat. Misalnya, dalam budaya terdapat salah satu unsur budaya adalah bahasa. Bahasa disini
memberi peluang terjadinya budaya yang menjadikan peradaban Barat. Mulai dari penggunaan
bahasa hingga bagaimana memperlakukan bahasa tersebut.
Yang kedua, menurut Al-Attas, adalah menyisipkan elemen-elemen dan konsep-konsep
kunci Islam ke dalam setiap cabang ilmu pengetahuan modern yang relevan. Dalam pengertian
konsep kedua ini, Al-Attas menindaklanjuti konsep pertama tadii, dengan menyisipkan nilai-nilai
Islam dalam elemen-elemen ilmu pengetahuan.
According to Ismail Raji Al-Faruqi
The Islamization of science in Al-Faruqi's view must integrate the concept of truth in
science which comes from reason (rationality) and experience (empirical) with the concept of
Islamic truth which is based on belief through revelation and verses that have sacredness in the
religion.
Islamisasi ilmu pengetahuan dalam pandangan Al-Faruqi harus mengintegrasikan konsep
kebenaran dalam ilmu pengetahuan yang bersumber dari akal (rasionalitas) dan pengalaman
(empiris) dengan konsep kebenaran Islam yang berlandaskan pada keyakinan melalui wahyu dan
ayat-ayat yang memiliki kesakralan dalam agama. Misalnya Tauhid, Integrasi dan atau Kebenaran
ilmu pengetahuan Islam.
Menurut Al-Faruqi, Kebenaran ilmu pengetahuan disini kita kenal sebagai kebenaran yang
melalui hukum-hukum logika yang dijadikan patokan sebagai tolak ukur standar kebenaran.
Sumber kebenaran dalam ilmu pengetahuan yang terpusat dalam nilai-nilai rasionalitas dan nilai-
nilai empiris yang lebih mengedepankan pengalaman sebagai ukuran kebenaran.
Conclusion
The background of the emergence of the idea of Islamization according to Al-Attas is
because contemporary science contains secular values that are contrary to the values in Islam so
that its application in the lives of Muslims has a negative impact. According to Al-Faruqi, as a
result of the use of secular systems in Islamic education, Muslims experience confusion and lose
their vision. For this reason, from these two reasons, the idea of Islamization emerged to restore
the glory of the Muslim Ummah.
The ultimate goal of Islamic education is to produce good human beings. "Good" in the
concept of a good human being means precisely a good moral human being in the sense described
here, which encompasses both the material and spiritual life of human beings, because in Islam,
the purpose of seeking knowledge is ultimately to become a good human being.
Latar belakang munculnya gagasan Islamisasi menurut Al-Attas adalah karena ilmu
pengetahuan kontemporer mengandung nilai-nilai sekuler yang bertentangan dengan nilai-nilai
dalam Islam sehingga penerapannya dalam kehidupan umat Islam memberikan dampak negatif.
Menurut Al-Faruqi, akibat dari penggunaan sistem sekuler dalam pendidikan Islam, umat Islam
mengalami kebingungan dan kehilangan visi. Untuk itu, dari kedua alasan tersebut, muncullah
gagasan Islamisasi untuk mengembalikan kejayaan umat Islam.
Menurut Al-Attas Islamisasi adalah pembebasan manusia pertama dari magis, mitologis,
animistis, nasional-kultur, dan kemudian dari kontrol sekuler atas nalar dan bahasanya. Sedangkan
menurut al-Faruqi, Islamisasi ilmu pengetahuan itu sendiri berarti melakukan aktifitas keilmuan
seperti eliminasi, perubahan, penafsiran kembali dan penyesuaian terhadap komponen-
komponennya sebagai world view Islam dan menetapkan nilai-nilainya.
Tujuan akhir dari pendidikan Islam adalah menghasilkan manusia yang baik. "Baik" dalam
artian manusia yang berakhlak dan bermoral yang baik seperti pengertian yang dijelaskan tadi,
yang mencakup kehidupan material dan spiritual manusia, karena dalam Islam, tujuan mencari
ilmu pada akhirnya adalah untuk menjadi manusia yang baik dan atau menjadi pribadi yang lebih
baik.

Anda mungkin juga menyukai