MATERI IX
Mata kuliah: FILSAFAT ILMU
Oleh:
Oleh:
Dr. H. Mohamad Samsudin, M.A.
Rene Descartes (1596-1650 M) adalah pelopor dikotomi agama dan sains menolak segala sesuatu
yang bersifat metafisik karena dianggap tidak saintifik. Ia mengatakan Aku berpikir maka aku ada
menjadi tolok ukur kebenaran sekaligus sumber ilmu pengetahuan bukan lagi dari ajaran gereja
(agama) melainkan rasio dan panca indera (empirisme).
Ruang lingkup sains hanya dibatasi pada obyek fisik saja, dapat teramati, terulang, terukur, teruji,
teramalkan, sehingga dikotomi ilmu ini berlanjut pada munculnya paham atau pemikiran bebas nilai.
Sains telah di warnai corak budaya Barat yang mencoba melepaskan nilai- nilai agama dari sains
sehingga menyebabkan hilangnya peran agama dalam sains
Terjadi pemikiran yang dikotomistik antara agama dan sains yang menimbulkan banyak masalah:
kemanusiaan, lingkungan hingga struktur keilmuan
Masyarakan saat ini beranggapan bahwa agama dan sains adalah dua entitas yang tidak bisa
dipertemukan
Di Indonesia sendiri dikotomi agama dan sains ini menjalar sebagai satu bentuk pembedaan antara
sekolah bercirikhaskan agama di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) dan sekolah umum
dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Padahal dalam kajian keilmuan Islam, dikotomi agama dan sains tidak akan pernah ada, justru yang
ada adalah sains terintegrasi dalam agama, walaupun tidak semua prinsip-prinsip sains dijelaskan
secara detail dalam agama.
Integrasi agama dan sains berarti berupaya untuk memadukan antara sains dan agama untuk
menciptakan format baru hubungan sains dan Islam dalam upaya membangun kembali sains Islam
yang selama ini dipandang tidak ada.
AKIBAT ADANYA DIKOTOMI AGAMA DAN SAINS 2
Menurut Muhammad Naquib Al-attas bahwa antara Islam dengan filsafat dan ilmu
pengetahuan kontemporer terdapat persamaan khususnya dalam hal-hal sebagai berikut:
1. menyangkut sumber dan metode,
2. kesatuan cara mengetahui secara nalar dan empiris,
3. kombinasi realisme, idealisme dan pragmatisme sebagai fondasi kognitif sebagai filsafat sains;
4. proses dan filsafat sains
Namun terdapat sejumlah perbedaan mendasar antara Islam dengan filsafat dan ilmu
pengetahuan kontemporer, yaitu Wolrdview (pandangan hidup) Islam.
1. Wolrdview Islam merupakan pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran yang bukan
hanya tampak oleh mata tapi juga hati kita yang mampu menjelaskan hakekat wujud
2. Worldview Islam tidak berdasarkan dikotomis seperti obyektif-subyektif, historis-normatif,
tekstual- kontekstual. Akan tetapi, realitas dan kebenaran dipahami dengan metode tauhidi di
mana terdapat kesatuan antara kaedah empiris, rasional, deduktif dan induktif
3. wolrdview Islam mencakup dunia akhirat, yang mana aspek dunia tidak boleh terpisah dan
harus dikorelasikan dengan cara yang sangat mendalam kepada aspek akhirat, dengan
keyakinan bahwa aspek akhirat merupakan yang terakhir dan final
4. Worldview Islam bersumber kepada wahyu yang didukung oleh akal dan intuisi
Permasalahan yang sangat krusial umat Islam adalah bagaimana menemukan kembali
konsep dasar Islam dalam menghadapi sains yang sekuleristik menjadi Islami.
METODOLOGI INTEGRASI AGAMA DAN SAINS 5
Menurut Muhammad Naquib Al-attas integrasi agama dan sains dapat dilakukan dengan mengklasifikasikan ilmu dengan melihat
beberapa hal-hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan cara- cara untuk mempelajarinya terbagi menjadi 2 (dua), yaitu
a. ilmu Iluminasi (Ma‟rîfah)
b. ilmu sains (ilmu Pengetahuan)
2. Berdasarkan aspek kewajiban manusia mempelajarinya, ilmu dikalsifikasilan menjadi
a. Fardhu ‘Ain
1) Al-Quran; pembacaan dan penafsiran (Tafsîr dan Ta‟wîl )
2) As-Sunnah; kehidupan Nabi, sejarah dan pesan-pesan para Rasul sebelumnya, hadis dan riwayat-riwayat
otoritasnya.
3) Asy-Syari‟ah; undang-undang hukum, prinsip-prinsip, dan praktek-praktek Islam (Islām, Imān, dan Ihsān).
4) Teologi; Tuhan, esensi-Nya, sifat-sifat dan nama-nama-Nya serta tindakan-tindakan-Nya (at-Tauhîd)
b. Fardhū Kifayāh
1) Ilmu-ilmu kemanusiaan,
2) Ilmu-ilmu alam,
3) Ilmu-ilmu terapan,
4) Ilmu-ilmu teknologi,
5) Perbandingan agama,
6) Kebudayaan dan peradaban Barat,
7) Ilmu-ilmu linguistik
8) Sejarah Islam,
3. Berdasarkan otoritas berita yang benar sebagai sumber dapat diklsifikasikan menjadi 2 (dua) jenis:
a. berita yang terbukti secara berkesinambungan (continue) oleh orang-orang yang memilki ahlak yang mulia
b. berita absolut yang dibawa oleh Nabi yang berdasarkan wahyu
PROSES INTEGRASI AGAMA DAN SAINS 6
Menurut Muhammad Naquib Al-attas proses atau langkah integrasi agama dan sains
sebaai berikut:
1. Proses Verifikasi, yaitu mengenali dan memisahkan unsur-unsur (4 unsur yang telah
disebutkan sebelumnya) yang dibentuk oleh budaya dan peradaban Barat, kemudian
dipisahkan dan diasingkan dari tubuh pengetahuan kontemporer85 khususnya dalam ilmu
pengetahuan humaniora. Bagaimanapun, ilmu-ilmu alam, fisika, ilmu-ilmu terapan juga harus
dislamkan, khusunya dalam penafsiran- penafsiran akan fakta-fakta dalam formulasi teori-
teori
2. Memasukkan elemen-elemen Islam dan konsep kunci. Dengan masuknya itu, maka akan
merubah bentuk-bentuk, nilai-nilai dan tafsiran konseptual isi
Selanjutnya, al-Attas juga merincikan dan beberapa konsep dasar Islam yang harus
dituangkan ke dalam setiap cabang ilmu apa pun yang dipelajari oleh umat Islam adalah
seperti berikut ini:
1. Konsep agama (Dîn)
2. Konsep manusia (Insan)
3. Konsep ilmu (‘Ilm dan Ma‟rifālh)
4. Konsep kearifan (Hikmah)
5. Konsep keadilan (‘Adl )
6. Konsep prbuatan yang benar (‘Amal sebagai adab)
7. Konsep universitas (Kulliyah-Jami’ah )