Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH RUMUSAN PANCASILA DALAM

HUBUNGANNYA DENGAN SEJARAH PERJUANGAN


BANGSA INDONESIA

Oleh : Drs. HM. Nuryasin, M.Si

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NURUL IMAN


SEMESTER GANJIL 2023/2024
A. Latar Belakang
• Semangat nasionalisme bangsa Indonesia ditunjukkan atas
kesadaran bahwa kemerdekaan adalah hak yang harus
dimiliki oleh setiap bangsa. Hal ini sejalan dengan persamaan
hak, martabat dan kewajiban serta harkat dan derajat yang
sama sebagai bangsa Indonesia. Proklamasi adalah puncak
perjuangan bangsa Indonesia dalam membebaskan
penjajahan selama bertahun-tahun.
• Tahun 1945-1949 merupakan momen penting bagi
perjuangan bangsa Indonesia, hak kemerdekaan ditunjukkan
dengan pengorbanan yang luar biasa. Banyak semboyan
heroik yang dibuat untuk mempertahankan kemerdekaan
Indonesia, seperti: “Sekali Merdeka Tetap Merdeka, Lebih
baik mati berkalang tanah dari pada hidup dijajah, Merdeka
atau Mati, Imperialisme Go To Hell”.
B. Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
• BPUPKI atau Dokuritu Zyunbi Tyoosa-kai, adalah badan yang dibentuk
oleh pemerintah Jepang pada 1 Maret 1945 untuk menyelidiki,
mempelajari dan mempersiapkan hal-hal penting terkait dengan
tata pemerintahan guna mendirikan suatu negara Indonesia
merdeka.
• BPUPKI dibentuk karena Jepang akan membantu proses kemerdekaan
Indonesia. BPUPKI beranggotakan 67 orang diketuai oleh Dr. Kanjeng
Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil
ketua Ichibangase Yosio (orang Jepang) dan Raden Pandji Soeroso .
• Tanggal 7 Agustus 1945 Jepang membubarkan BPUPKI kemudian
membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau
Dokuritsu Junbi Inkai, beranggotakan 21 orang, sebagai perwakilan
berbagai etnis di wilayah Hindia-Belanda terdiri dari: 12 orang Jawa, 3
orang Sumatra, 2 orang Sulawesi, 1 orang Kalimantan, 1 orang Sunda
Kecil, 1 orang Maluku, 1 orang etnis Tionghoa.
Lanjutan
BPUPKI bersidang dua kali, yaitu :
1. Sidang Pertama 29 Mei-1 Juni 1945.
• Tempat di gedung "Chuo Sangi In", sekarang Gedung Pancasila,
lokasi di Jl. Pejambon 6 – Jakarta, tujuannya merumuskan dasar
negara, bentuk negara dan filsafat negara Indonesia Merdeka.
Sidang mendengarkan pidato tiga tokoh yaitu:
• Mr. Prof Mohammad Yamin (29 Mei 1945),
mengemukakan gagasan rumusan lima asas dasar negara RI,
yaitu: “1. Peri Kebangsaan; 2. Peri Kemanusiaan; 3. Peri
Ketuhanan; 4. Peri Kerakyatan; dan 5. Kesejahteraan Rakyat”.
• Prof. Mr. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)
mengemukakan gagasan rumusan lima prinsip dasar negara RI,
"Dasar Negara Indonesia Merdeka", yaitu: “1. Persatuan; 2.
Kekeluargaan; 3. Keseimbangan lahir batin; 4. Musyawarah; dan
5. Keadilan Sosial”.
Lanjutan
• Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
mengemukakan gagasan rumusan lima sila dasar
negara RI, yang dinamakan "Pancasila”, yaitu: “1.
Kebangsaan Indonesia; 2. Internasionalisme dan Peri
Kemanusiaan; 3. Mufakat atau Demokrasi; 4.
Kesejahteraan Sosial; dan 5. Ketuhanan Yang Maha
Esa”.
• Menurut Soekarno rumusan Pancasila dapat diperas
menjadi Trisila, yaitu: “1. Sosionasionalisme; 2.
Sosiodemokrasi; dan 3. Ketuhanan Yang
Berkebudayaan”. Bahkan Ekasila, yaitu sila: “Gotong-
Royong”, dengan maksud rumusan dasar negara RI
dalam kerangka "satu-kesatuan“ yang tak terpisahkan
satu dengan lainnya.
Lanjutan
• Sebelum masa reses BPUPKI membentuk panitia kecil yang
beranggotakan 9 orang, yang dinamakan "Panitia Sembilan"
diketuai oleh Ir. Soekarno, bertugas mengolah usul para anggota
BPUPKI mengenai dasar negara RI, karena belum ditemukan
kesepakatan perumusan dasar negara RI yang benar-benar tepat,
• Setelah melakukan perundingan 22 Juni 1945 "Panitia Sembilan"
kembali merumuskan dasar negara RI selanjutnya Ir. Soekarno
melaporkan hasil kerja kepada BPUPKI berupa dokumen rancangan
dan tujuan Indonesia Merdeka yang disebut dengan Piagam
Jakarta atau Jakarta Charter yaitu: 1. Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, 2.
Kemanusiaan yang adil dan beradab, 3. Persatuan Indonesia, 4.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, 5. Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Lanjutan
2. Sidang kedua tanggal 10 Juli-17 Juli 1945
• Sidang membahas wilayah NKRI, Kewarganegaraan, rancangan UUD, ekonomi dan
keuangan, pembelaan negara, serta pendidikan dan pengajaran. Tanggal 11 Juli
1945 sidang panitia Perancang UUD membahas isi UUD, Tanggal 13 Juli 1945
panitia Perancang UUD membahas hasil kerja. Tanggal 14 Juli 1945 pleno BPUPKI
menerima laporan panitia Perancang UUD oleh Ir. Soekarno yaitu:
a. Pernyataan tentang Indonesia Merdeka
b. Pembukaan Undang-Undang Dasar
c. Batang tubuh UUD kemudian dinamakan UUD 1945, yang isinya meliputi:
- Wilayah negara Indonesia,
- Bentuk negara Indonesia adalah Negara Kesatuan,
- Bentuk pemerintahan Indonesia adalah Republik,
- Bendera nasional Indonesia adalah Sang Saka Merah Putih,
- Bahasa nasional Indonesia adalah Bahasa Indonesia.
Lanjutan
Terjadi perdebatan peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan “Syariat
Islam” dalam Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Sidang PPKI 18 Agustus
1945, atas lobi politik pihak kaum non-Muslim dan pihak penganut ajaran
kebatinan, serta diikuti kaum Nasionalis guna melunakkan hati kaum Islam
untuk dihapuskannya "tujuh kata" dalam Piagam Jakarta atau Jakarta
Charter.
M. Hatta membacakan 4 (empat) perubahan tersebut:
• Pertama kata Mukaddimah berasal dari bahasa Arab, diganti dengan kata
Pembukaan.
• Kedua, anak kalimat "Piagam Jakarta" pada pembukaan UUD 1945, diganti
dengan, “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
• Ketiga, kalimat yang menyebutkan “Presiden ialah orang Indonesia asli dan
beragama Islam”, diganti dengan mencoret kata-kata “dan beragama
Islam”.
• Keempat, terkait perubahan poin Kedua, yang semula berbunyi: “Negara
berdasarkan atas Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi: “Negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Lanjutan
• Tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah
selesai tugasnya, yaitu menyusun rancangan UUD bagi
negara Indonesia Merdeka, dan digantikan dengan PPKI.
• Tugas PPKI pertama meresmikan pembukaan dan batang tubuh UUD
1945, kedua melanjutkan hasil kerja BPUPKI, Ketiga mempersiapkan
pemindahan kekuasaan dari pihak pemerintah militer Jepang kepada
bangsa Indonesia, dan Keempat mempersiapkan segala sesuatu yang
menyangkut ketatanegaraan bagi negara Indonesia baru.
• Pada saat PPKI terbentuk, keinginan rakyat Indonesia dengan tekad
yang bulat dari semua golongan untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan negara Indonesia tanpa kerjasama dengan pihak
pemerintah Jepang. Saat itu ada anggapan PPKI adalah badan
bentukan pemerintah Jepang. Di lain pihak PPKI untuk
mempersiapkan Kemerdekaan negara Indonesia baru.
Lanjutan
• Dalam suasana tekanan atau beban yang berat "PPKI"
bekerja keras guna meyakinkan dan mewujudkan
keinginan cita-cita luhur seluruh rakyat Indonesia,
yang haus dan rindu akan kehidupan bangsa yang
bebas, merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
• PPKI sangat berperan dalam penataan awal
negara Indonesia baru sehingga peran PPKI tidak
boleh kita remehkan dan abaikan, apalagi kita
lupakan. Anggota PPKI telah menjalankan tugas
dengan baik, hingga akhirnya PPKI dapat meletakkan
dasar ketatanegaraan yang kuat bagi negara Indonesia
yang saat itu baru saja berdiri
C. Piagam Jakarta
1. Asal mula Piagam Jakarta
• Piagam Jakarta adalah hasil kompromi tentang dasar negara
Indonesia antara golongan nasionalis dengan golongan Islam.
Sidang pertama BPUPKI merumuskan bentuk pemerintahan
melalui pemungutan suara. Ada 45 suara memilih
kebangsaan sebagai dasar negara dan 15 suara memilih
Islam sebagai dasar negara.
• Panitia Sembilan merancang teks proklamasi, yang kemudian
dijadikan pembukaan UUD 1945. Rancangan pembukaan
atau dikenal Piagam Jakarta disetujui 22 Juni 1945. Nama
Piagam Jakarta diusulkan oleh Moh Yamin, dan Soekarno
membacakannya pada 10 Juli 1945.
Lanjutan
2. Piagam Jakarta berbunyi:
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia, dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia Merdeka yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu hukum dasar negara Indonesia
yang berbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat,
dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-
perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Djakarta, 22-6-1945 , Panitia Sembilan
Lanjutan
3. Kontraversi Piagam Jakarta
• Piagam Jakarta sebagai Pembukaan UUD 1945, ada tujuh kata
yang dihapus. Tanggal 17 Agustus 1945 Sore hari, Moh Hatta
didatangi oleh Maeda, perwira angkatan laut Jepang. Maeda
menyampaikan keberatan para tokoh Indonesia Timur atas
pemakaian kata “Syariat Islam”, dianggapnya tidak berlaku bagi
pemeluk agama lain. Untuk menghindari perpecahan, esoknya
sebelum sidang PPKI, Hatta berbincang dengan tokoh-tokoh
Islam dan setuju menghapus kata tersebut menggantinya dengan
kata "Yang Maha Esa", sehingga menjadi "Ketuhanan Yang Maha
Esa".
• Keputusan tersebut diprotes sebagian umat Islam. Ada kelompok
yang mengekspresikannya dengan pemberontakan bersenjata,
misal kelompok DI/TII/NII, dan melalui jalur politik seperti partai
yang berasaskan Islam berupaya memperjuangkan berlakunya
syariat Islam sebagai dasar negara RI.
D. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Teks Proklamasi
Teks proklamasi adalah buah pikiran tiga tokoh nasional yaitu
Soekarno, Moh Hata dan Achmad Soebardjo, ditulis tangan oleh
Soekarno dan diketik oleh Sayuti Melik. Teks proklamasi dibacakan
oleh Soekarno :
“ PROKLAMASI Kami bangsa Indonesia, dengan ini menjatakan
Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan
kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan
dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05 Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.
Lanjutan
Soekarno memerintahkan Sayuti Melik untuk mengetik naskah
didampingi BM Diah. Sayuti Melik tidak hanya mengetik teks, tetapi
juga melakukan beberapa perubahan dalam konsep proklamasi yang
ditulis tangan Soekarno.
Terdapat lima perubahan antara lain:
1. Kata hal2 pada paragraf kedua diganti menjadi hal-hal.
2. Kata saksama pada paragraf kedua baris kedua diubah menjadi
seksama.
3. Kata tempoh pada paragraf kedua baris kedua diubah menjadi
tempo.
4. Penulisan tanggal dan bulan Djakarta 17-8-'05 menjadi Djakarta,
hari 17 boelan 8 tahoen '05.
5. Kalimat wakil2 bangsa Indonesia menjadi Atas nama bangsa
Indonesia.
E. Pengesahan Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945
• Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (disingkat UUD RI 1945,) adalah konstitusi
RI dan telah diamandemen sebanyak empat kali dari
tahun 1999 dan 2002.
• UUD 1945 mulai berlaku sebagai konstitusi RI setelah
disahkan oleh PPKI 18 Agustus 1945.
• Setiap Per-UU-an di Indonesia tidak boleh
bertentangan dengan UUD 1945. Mahkamah
Konstitusi berwenang melakukan peninjauan yudisial
atas UU yang bertentangan dengan UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai