tersebut maka
pemimpin-pemimpin
pergerakan Nasional Indonesia diberikan keluasan bergerak yang bermuara kepada lahirnya
Badan Penyidik Persiapan Kemerdekaan (Dokuritdu Jumbi Cosakai) pada tanggal 28 Mei
1945.
Pada tanggal 29 Mei 1945 panitia tersebut membuka sidangnya yang pertama. Pada
sidang pertama itulah Mr. Moh. Yamin mengemukakan pokok-pokok pikiran sebagai dasar
filsafat Negara Indonesia yanag merdeka dikelak kemudian hari sebagai berikut :
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan Rakyat
Perlu dikemukakan bahwa lima asas Dasar Negara yang dikemukakan oleh Mr. Moh.
Yamin terdapat perbedaan dengan yang dimukakan secara lisan dan yang tertulis, baik
perumusan kata-katanya maupun sistematikanya. Di dalam pembukaan dari Rancangan UUD
itu tercantum perumusan lima asas dasar Negara sebagai berikut :
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kebangsaan Persatuan Indonesia
3) Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dengan fakta secara lisan/pidato dan tertulis dari beliau itu meyakinkan kepada kita, bahwa
Pancasila tidaklah lahir pada tanggal 1 Juni 1945, karena pada tanggal 29 Mei 1945 itu Mr.
Moh. Yamin telah mengucapkan pidato dan menyampaikan usulan Rancangan UUD Negara
Republik Indonesia yang berisi lima asas dasar negara.
Selanjutnya pada tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Mr. Soepomo dalam sidang itu berpendapat
sebagai berikut :
a. Negara Indonesia Merdeka yang hendak didirikan itu hendaknya merupakan Negara Nasional
yang bersatu dalam arti totalitas. Maksudnya ialah Negara Indonesia Merdeka itu nanti tidak
akan mempersatukan diri dengan golonaan yang terbesar, tetapi yang akan mengatasi segala
golongan, baik golongan yang besar maupun golongan yang kecil.
b. Setiap warganegara dianjurkan takluk kepada Tuhan, supaya tiap-tiap waktu ingat kepada
Tuhan. Sehubungan dengan pokok pikiran itu beliau mengusulkan bahwa di dalam negara
Nasional yang bersatu, urusan agama akan terpisah dengan urusan negara, yang dengan
sendirinya urusan agama akan diserahkan kepada golongan-golongan agarna yang
bersangkutan.
c. Mengenai kerakyatan, beliau mengusulkan dibentuknya sist_em Badan Permusyawaratan
dalam susunan Pemerintahan Negara Indonesia. Oleh karena itu Kepala Negara haruslah
selalu berhubungan erat dengan Badan Permusyawaratan tersebut untuk senantiasa
mengetahui dan merasakan keadilan dan cita-cita rakyat.
d. Dalam lapangan ekonomi beliau mengusulkan agar sistem perekonornian negara berdasarkan
asas kekeluargaan, yaitu sistem tolong menolong dan sistem koperasi. Asas ini merupakan
sifat dari masyarakat Timur termasuk masyarakat Indonesia. Oleh karena itu haruslah
dipelihara sebaik-baiknya.
e. Dalam hubungan antar bangsa beliau mengusulkan supaya Negara Indonesia bersifat Negara
Asia Timur Raya sebagai anggota daripada kekeluargaan Asia Timur Raya.
Dengan pokok pokok pikiran Prof. DR. Soepomo itu, kita dapat merasakan adanya satu jiwa
5 hal untuk dasar negara Indonesia Merdeka, meskipun tidak diuraikan secara terperinci
sebagaimana yang diucapkan oleh Mr. Moh. Yammin.
Pada tanggal 1 Juni 1945, hari terakhir masa sidang pertama BPUPKI, Soekarno
menyampaikan pidato tentang dasar negara. Pidato ini kemudian amat terkenal dengan
sebutan Pidato Lahirnya Pancasila. Di dalam pidato ini, Soekarno menawarkan agar
Indonesia Merdeka bukan negara agama dan bukan pula negara sekuler, tetapi negara yang
berdasarkan Pancasila. Pancasila seperti yang diusulkan oleh Soekarno dirumuskan menurut
urutan sebagai berikut :
1. Kebangsaan
2. Internasionalisme
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
Jika perumusan dan sistematika yang dikemukakan/diusulkan oleh Ir. Soekarno itu
kita bandingkan dengan Pancasila yang sekarang, nyata sekali bahwa perumusan dan
sistimatika Ir. Soekarno itu lain dari perumusan dan sistematika Pancasila yang sekarang[1].
Sesudah sidang I BPUPKI, berlangsung pertemuan di luar sidang. Pertemuan itu
dilakukan oleh para anggota BPUPKI yang tinggal di Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945.
Pertermuan itu dimaksudkan untuk menjembatani perbedaan antara golongan nasionalis dan
Islam. Dalam pertemuan itu, diupayakan kompromi antara kedua belah pihak mengenai
rumusan dasar negara bagi negara Indonesia merdeka.
Pada kesempatan itu sebuah panitia, yang kemudian dikenal dengan sebutan Panitia
Sembilan, dibentuk untuk merumuskan kesepakatan antara kedua belah pihak. Panitia itu
beranggotakan sembilan tokoh nasional yang juga tokoh-tokoh BPUPKI, yaitu Soekarno,
Mohammad Hatta, Muhammad Yamin, Subardjo, A.A. Maramis, Abdul Kahar Moezakhir,
Wachid Hasyim, Abikusno Tjokrosujoso, dan K.H. Agus Salim.
Setelah mengadakan pembahasan, panitia ini berhasil menetapkan Rancangan
Pembukaan UUD yang kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Di dalam rancangan
itu termuat rumusan kompromi antara pihak Islam dengan pihak kebangsaan tentang
hubungan antara negara dan agama. Rumusan itu berbunyi Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Karena itu, Pancasila dalam Piagam
Jakarta dirumuskan demikian:
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Ketika BPUPKI memasuki sidang kedua pada tanggal 10 Juli sampai 17 Juli 1945,
Soekarno selaku ketua Panitia Sembilan melaporkan isi Piagam Jakarta sebagai usul
Pembukaan UUD kepada sidang BPUPKI.
Ketua BPUPKI kemudian membentuk Panitia Perancang UUD, diketuai oleh
Soekarno. Pada 11 Juli 1945, Panitia membicarakan rancangan Pembukaan UUD. Lalu,
Ketua membentuk Panitia Kecil beranggotakan 7 orang diketuai oleh Soepomo untuk
membentuk rancangan UUD. Hasil kerja Panitia Kecil ini dibicarakan pada 13 Juli 1945 dan
diterima oleh Panitia Perancang UUD.
Pada 14 Juli 1945 sidang pleno BPUPKI membicarakan rancangan Pembukaan UUD
itu dan menerimanya dengan sedikit perubahan. Pada 15 Juli 1945, dibicarakan rancangan
UUD. Setelah Soekarno dan Soepomo memberikan penjelasan umum dan penjelasan pasal
demi pasal, masing-masing anggota memberikan tanggapan.
Pada 7 Agustus 1945 dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI),
terdiri atas 21 orang. Tugas PPKI adalah melaksanakan kemerdekaan Indonesia dan
mengambil langkah-langkah yang perlu untuk membentuk suatu negara. Soekarno ditunjuk
sebagai Ketua dan Muhammad Hatta sebagai Wakil Ketua.
Pada 18 Agustus 1945, PPKI bersidang dan mengambil beberapa keputusan penting,
yaitu:
Mengesahkan Pembukaan UUD;
Mengesahkan UUD;
Memilih Presiden dan Wakil Presiden;
Menetapkan bahwa untuk sementara waktu Presiden akan dibantu oleh sebuah Komite
Nasional.
Di antara kesepakatan mengenai perubahan-perubahan yang dilakukan, terdapat satu,
perubahan penting, yaitu mengenai rumusan sila yang pertama Piagam Jakarta. Anak kalimat
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya disepakati untuk
dihilangkan. Karena itu, sila pertama menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dihilangkannya anak kalimat dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya itu disetujui oleh semua anggota PPKI. Itu dilakukan berdasarkan
pertimbangan bahwa di dalam suatu pernyataan pokok mengenai seluruh bangsa sebaiknya
tidak ditempatkan suatu hal yang hanya mengenai sebagian rakyat Indonesia, sekalipun
bagian yang terbesar. Pencoretan anak kalimat itu adalah untuk menjaga persatuan ban~sa
clan keutuhan seluruh wilayah Indonesia.
Lalu, Pancasila ditetapkan dalam Pembukaan UUD sebagai dasar negara Republik
Indonesia, seperti berikut:
... maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UndangUndang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam susunan negara Republik Indonesia,
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil clan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus
1945 pada hakikatnya adalah pencetusan daripada segala perasaan-perasaan yang sedalam-
dalamnya yang terpendam dalam kalbu sanubari rakyat Indonesia sejak berabad-abad
lamanya. Dengan Proklamasi kemerdekaan itu melukiskan prihal Falsafah hidup / pandangan
hidup, rahasia hidup dan tujuan hidup kita sebagai bangsa.
Proklamasi kemerdekaan itu adalah pernyataan kemerdekaan (Proclamation of
independence) dan sebagai pemberitahuan kepada kita dan dunia, bahwa status / eksistensi
kita telah berubah dari eksistensi dijajah menjadi suatu bangsa yang merdeka. Dan juga
sebagai sumber kekuatan dan tekat perjuangan kita dalam melahirkan serta membangkitkan
kembali kepribadian bangsa Indonesia. Dengan demikian Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia merupakan titk puncak daripada perjuangan bangsa Indonesia yang didorong oleh
amanat penderitaan rakyat dan di jiwai Pancasila pada taraf tertinggi, yang selama berabadabad dijajah, telah berhasil melepaskan dirinya dari ikatan belenggu penjajahan, sekaligus
membangun suatu perubahan yaitu Negara Republik Indonesia yang bebas merdeka, untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Demikianlah Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan perwujudan dan penjelmaan
dari nilai-nilai Pancasila yang dapat dibaca dengan jelas pada pembukaan UUD 1945
disamping tercantum rumusan Pancasila secara lengkap, juga tercermin isi nilai-nilai
Pancasila. Isi itu dapa dilihat pada tiap-tiap alinea dan dari pokok-pokok pikiran yang
terkandung di dalam pembukaan UUD 1945 adalah uraian terperinci dari Proklamasi 17
Agustus 1945.[2]
B. Hubungan antara Panacasila, UUD 1945 dan Proklamasi 17 Agustus 1945
Adapun hubungan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, meliputi hubungan secara
formal dan secara material.
a. Hubungan Secara Formal, bahwa rumusan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia adalah
seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945; bahwa Pembukaan UUD 1945
berkedudukan dan berfungsi selain sebagai Mukadimah UUD 1945 juga sebagai suatu yang
bereksistensi sendiri karena Pembukaan UUD 1945 yang intinya Pancasila tidak tergantung
pada batang tubuh UUD 1945, bahkan sebagai sumbernya; bahwa Pancasila sebagai inti
Pembukaan UUD 1945 dengan demikian mempunyai kedudukan yang kuat, tetap, tidak dapat
diubah dan terlekat pada kelangsungan hidup Negara RI.
b. Hubungan Secara Material, yaitu proses perumusan Pancasila: sidang BPUPKI membahas
dasar filsafat Pancasila, baru kemudian membahas Pembukaan UUD 1945; sidang berikutnya
tersusun Piagam Jakarta sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD 1945.
Merujuk kepada sejarah tentang urut-urutan penyusunan antara Pancasila dengan
Pembukaan UUD 1945, penyusun melihat bahwa para pendiri Negara menganggap penting
perumusan dasar Negara untuk dibahas karena memang suatu Negara yang akan dibentuk
harus memiliki dulu dasar ideologi Negara. Pada saat itu sudah ada ideologi komunis dan
liberal. Dan bangsa Indonesia menginginkan dasar Negara sesuai pandangan hidup bangsa
Indonesia sendiri. Dasar Negara tersebut mendapatkan suatu legalitasnya dalam Piagam
Jakarta yang kemudian menjadi Pembukaan UUD 1945. Dengan masuknya rumusan
Pancasila dalam Pembukaan UUD, maka Pancasila menjadi inti dari Pembukaan UUD 1945
dan kedudukan Pembukaan UUD 1945 menjadi kuat, apalagi dari Penjelasan UUD 1945
dikatakan kalau Pembukaan itu memiliki empat pokok pikiran dan ternyata keempat pokok
pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 itu tiada lain adalah Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa
Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara
formal, dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara
(Suhadi, 1998). Cita-cita hukum atau suasana kebatinan tersebut terangkum di dalam empat
pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di mana keempatnya sama
hakikatnya dengan Pancasila. Empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
tersebut lebih lanjut terjelma ke dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945. Barulah dari
pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 itu diuraikan lagi ke dalam banyak peraturan
perundang-undangan lainnya, seperti misalnya ketetapan MPR, undang-undang, peraturan
pemerintah dan lain sebagainya. Jadi selain tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4,
Pancasila terangkum dalam empat pokok pikiran Pembukaan UUD 1945.
Jika mencermati Pembukaan UUD 1945, masing-masing alenia mengandung pula
cita-cita luhur dan filosofis yang harus menjiwai keseluruhan sistem berpikir materi UndangUndang Dasar. Alenia pertama menegaskan keyakinan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan
adalah hak asasi segala bangsa, dan karena itu segala bentuk penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Alenia kedua
menggambarkan proses perjuangan bangsa Indonesia yang panjang dan penuh penderitaan
yang akhirnya berhasil mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Alenia ketiga menegaskan
pengakuan bangsa Indonesia akan ke-Maha Kuasaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
memberikan dorongan spiritual kepada segenap bangsa untuk memperjuangkan perwujudan
cita-cita luhurnya sehingga rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Terakhir alenia
keempat menggambarkan visi bangsa Indonesia mengenai bangunan kenegaraan yang hendak
dibentuk dan diselenggarakan dalam rangka melembagakan keseluruhan cita-cita bangsa
untuk merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dalam wadah Negara Indonesia. Dalam
alenia keempat inilah disebutkan tujuan negara dan dasar negara.
Keseluruhan Pembukaan UUD 1945 yang berisi latar belakang kemerdekaan,
pandangan hidup, tujuan negara, dan dasar negara dalam bentuk pokok-pokok pikiran
sebagaimana telah diuraikan tersebut-lah yang dalam bahasa Soekarno disebut sebagai
Philosofische grondslag atau dasar negara secara umum. Jelas bahwa Pembukaan UUD 1945
sebagai ideologi bangsa tidak hanya berisi Pancasila. Dalam ilmu politik, Pembukaan UUD
1945 tersebut dapat disebut sebagai ideologi bangsa Indonesia.
Seperti telah disinggung di muka bahwa di samping Undang-Undang dasar, masih ada
hukum dasar yang tidak tertulis yang juga merupakan sumber hukum, yang menurut
penjelasan UUD 1945 merupakan aturan-auran dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktek penyelengaraan negara, meskipun tidak tertulis. Inilah yang dimaksudkan dengan
konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai pelengkap atau pengisi kekosongan yang
timbul dari praktek kenegaraan, karena aturan tersebut tidak terdapat dalam Undang-Undang
dasar.
UUD 1945 yang hanya terdiri dari 37 pasal ditambah dengan Empat pasal Aturan
Peralihan dan dua ayat aturan Tambahan, maka UUD 1945 termasuk singkat dan bersifat
supel atau fleksibal. Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan,
Batang Tubuh (16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari
1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan
Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.
Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 20 bab, 73 pasal, 194 ayat, 3 pasal
Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Aturan Peralihan
Pasal I
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengatur dan menyelenggarakan kepindahan
pemerintahan kepada Pemerintah Indonesia.
Pasal II
Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan
yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.
Pasal III
Untuk pertama kali Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia.
Pasal IV
Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan
Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar ini, segala kekuasaannya
dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional.
Aturan Tambahan
1. Dalam enam bulan sesudah akhirnya peperangan Asia Timur Raya, Presiden
Indonesia mengatur dan menyelenggarakan segala hal yang ditetapkan dalam
Undang-Undang Dasar ini.
2. Dalam enam bulan sesudah Majelis Permusyawaratan Rakyat dibentuk, Majelis itu
bersidang untuk menetapkan Undang-Undang Dasar.
Hubungan Proclamation of independence dengan Declaration of independence
digambarkannya bahwa Proklamasi kita memberikan tahu kepada kita sendiri dan kepada
seluruh dunia, bahwa rakyat Indonesia telah menjadi satu bangsa yang merdeka. Sedangkan
Undang-Undang Dasar 1945 serta Pembukaannya, mengikat bangsa Indonesia kepada
beberapa prinsip sendiri, dan memberi tahu kepada seluruh dunia apa prinsip-prinsip kita itu.
Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945, memberikan pedoman-pedoman tertentu untuk
mengisi kemerdekaan nasional kita, untuk melaksanakan kenegaraan kita, untuk mengetahui
tujuan dalam memperkembangkan kebangsaan kita, untuk setia kepada suara batin yang
hidup dalam kalbu rakyat kita.
Bila kita hubungkan antara inti isi pengertian Pembukaan dengan Proklamasi 17
Agustus 1945 maka kedua-duanya memiliki hubungan azasi (prinsip) yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
Proklamasi 17 Agustus 1945 memuat dua hal pokok :
1. Pernyataan pertama proklamasi dalam Pembukaan UUD 1945 dinyatakan pada alinea
pertama, kedua, dan ketiga.
2. Pernyataan kedua proklamasi dalam Pembukaan UUD 1945 dinyatakan pada alinea keempat.
Selain itu pernyataan pemindahan kekuasaan kemudian diatur dalam Aturan Peralihan
UUD 1945. [3]
Oleh karena itu, wajar kalau Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan yang sangat
penting bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia karena terlekat pada proklamasi 17
Agustus 1945, sehingga tidak bisa dirubah baik secara formal maupun material. Adapun
kedudukan hakiki Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah
3. 17 Agustus 1945 (jam 12.00 Tokyo atau 10.30 waktu Jawa zaman Jepang atau 10.00 WIB :
Pembacaan Teks Proklamasi oleh Ir. Soekarno di Pegangsaan Timur 56, Jalannya upacara:
a. Ir. Soekarno tampil kemuka micropon satu-satunya untuk membacakan teks Proklamasi
Kemerdekaan.
c. Pengibaran bendera merah putih dilakukan oleh Cudanco Latief Hendraningrat dengan diiringi
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya yang dinyanyikan oleh para hadirin.[4]
Untuk mewujudkan tujuan Proklamasi Kemerdekaan maka pada tanggal 18 Agustus 1945
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia bersidang untuk mengesahkan :
a. Pembukaan UUD 1945; dan
b. UUD 1945; serta
c. Memilih Presiden dam Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Dengan kata lain, cita-cita dan inti isi jiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
(Pancasila) dituangkan ke dalam Pembuakaan dan UUD 1945.[5]
b. Pengesahan UUD 1945
Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara Republik
Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagaimana lazimnya suatu
negara yang merdeka, maka Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera
mengadakan sidang.
Dalam sidangnya pada tanggal 18 Agustus 1945 itu, PPKI yang telah disempurnakan antara
lain tekah mengesahkan Undang-undang dasar negara yang kini terkenal dengan sebutan
UUD 1945.[6]
Tanggal 18 Agustus 1945 sidang PPKI dimulai jam 11.30. Acara dari sidang pleno ini ialah
Untuk membahas naskah rancangan Hukum Dasar dan mengesahkan Undang-undang Dasar
atas Kemerdekaan yang telah diucapkan dalam Proklamasi sehari sebelumnya.
Hasil yang dicapai :
a. Mengesahkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia dengan jalan :
(1) Meneatapkan Piagam Jakarta dengan beberapa perubahan sebagai pembukaan dari Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia.
(2) Menetapkan Rancangan Hukum Dasar yang telah diterima BPUPK pada tanggal 17 Juli 1945
setelah mengalami beberapa perubahan sebagai Undang-undang Dasar Republik Indonesia.
b. Memilih Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
c. Menetapkan berdirinya Komite Nasional sebagai Badan Musyawarah Darurat.[7]
baik itu, rumah Maeda yang terletak di Jalan Imam Bonjol 1 dan kini menjadi tempat
kediaman Duta Besar (nggris dijadikan tempat pertemuan antar pelbagai golongan
pergerakan nasional yang tua dan yang muda.
Di rumah itulah naskah proklamasi dirumuskan oleh tiga orang pimpinan golongan
tua, yaitu Soekarno, Hatta dan Soebardjo dengan disaksikan oleh tiga orang eksponen
pemuda yakni Sukarni, BM Diah dan Mbah Diro serta beberapa orang Jepang. Mereka duduk
menyendiri di kamar makan itu, sedangkan yang lain menunggu di serambi muka. Yang
menuliskan kladnya adalah Ir. Soekarno sedangkan Drs. Moh. Hatta dan Mr. Soebardjo
menyumbangkan pikiran secara lisan. Sebagai hasil perbincangan mereka bertiga itulah
diperoleh rumusan tulisan tangan Ir. Soekarno yang berbunyi sebagai berikut :
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara
seksama clan dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya.
Djakarta, 17 - 8 - 05,
Wakil-wakil Bangsa Indonesia.
Rombongan yang menyendiri di ruang makan itu kemudian menuju ke serambi muka
untuk menemui mereka yang telah hadir. Di sana Ir. Soekarno membacakan draft (naskah)
rumusan yang telah mereka hasilkan itu dan menyarankan agar segenap mereka yang hadir
itu bersama sama menandatangani naskah Proklamasi itu selaku wakil-wakil bangsa
Indonesia.
Saran itu ditolak oleh pemuda yang menyatakan tidak rela bahwa budak-budak
Jepang ikut menandatangani Naskah Proklamasi (Budak-budak Jepang adalah tokoh
golongan tua yaang dinilainya bukan orang pergerakan nasional, melainkan hanya oportunisoportunis yang memperoleh kursi, karena pengabdialnnya kepada pemerintah pendudukan
Dai Nippon).
Pernyataan itu menimbulkan kehebohan dari pihak yang dituduh budak-budak Jepang.
Kemudian Sukarni selaku salah seorang pemimpin pemuda mengusulkan agar yang
menandatangani naskah proklamasi itu hanyalah Soekarno - Hatta atas nama bangsa
Indonesia.
Usul itu diterima baik segenap hadirin dan Ir. Soekarno memimta kepada Sayuti
Melik untuk mengetik naskah bersih berdasarkan draft rumusan dengan perubahan-perubahan
yang disetujui yakni:
- Kata tempoh diganti dengan tempo.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah kami tulis diatas, kami dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
a. Dengan pokok-pokok pikiran Prof. DR. Soepomo itu, kita dapat merasakan adanya satu jiwa 5
hal untuk dasar negara Indonesia Merdeka, meskipun tidak diuraikan secara terperinci
sebagaimana yang diucapkan oleh Mr. Moh. Yammin.
b. Adapun hubungan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, meliputi hubungan secara formal dan
secara material.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Drs., Pancasila (Ditinjau dari Segi Historis), Reneka Cipta, Jakarta, 1992.
Darmodiharjo Darji, Prof. SH., J.W. Sulandra, SH., Santiaji Pancasila. Kurnia Esa, Jakarta, 1983.
Burhanuddin Salam, Drs., Filsafat Pansilaisme. PT. Bina Aksara, Jakarta, 1988.
Tim Penulis PPKn. Mahir PPKn SMU Kelas 3 Semester II. PT. REMAJA ROSDAKARYA,
Bandung, 2004.
Internet : http://sertifikasiprofesi.blogspot.com/2008/05/analisis-hubungan-pancasila- proklamasi.html
http://asnic.utexas.edu/asnic/countries/indonesia/ConstIndonesia.html
Indonesia
Constitution
of
Untuk mempertemukan dua kutub pendapat, yakni golongan nasionalis sekuler dan golongan
nasionalis Islami, Ketua BPUPKI Dr KRT Radjiman Wedyodiningrat berinisiatif membentuk
Panitia Kecil yang seringkali juga disebut Panitia Sembilan karena memang anggotanya
terdiri dari sembilan orang. Panitia Kecil ini diketuai Ir Soekarno dengan wakil ketua Drs
Mohammad Hatta. Tujuh anggota lainnya adalah Ki Bagus Hadikusumo, KH Wahid Hasyim,
H. Agoes Salim, Abdul Kahar Muzakkir, Muhammad Yamin, AA Maramis, Abikusno
Tjokrosujoso dan Achmad Soebardjo. Dalam serangkaian rapat, dirumuskan suatu formula
yang memberi tempat bagi aspirasi golongan Islam, yaitu, . dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, terdiri dari tujuh kata. Selain itu,
Panitia Sembilan juga menempatkan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa pada urutan pertama,
yang oleh Soekarno tadinya ditempatkan di bagian belakang. Adalah Mohammad Yamin yang
memberi penamaan Piagam Jakarta bagi rumusan itu. Dalam piagam yang dipersiapkan
sebagai bagian pembukaan UUD ini, tidak digunakan penamaan Pancasila bagi lima butir
dasar negara yang di kemudian hari dinamakan Pancasila, meskipun rumusannya ditulis
lengkap. Begitu pula dalam Pembukaan UUD 1945 nanti.
Pengusul dari 7 kata di alinea terakhir draft konsep Pembukaan UUD itu adalah wakil
golongan Islam, dengan pengertian bahwa kewajiban itu hanya berlaku bagi para pemeluk
agama Islam dan tidak mewajibkan bagi yang lain di luar itu. Tapi secara teoritis
ketatanegaraan, ada anggapan bahwa bila negara mewajibkan sesuatu hanya untuk sebagian
warganegaranya, maka itu berarti diskriminatif. Negara tak boleh melakukan pengecualian,
tetapi harus mengatur semua warganegara secara keseluruhan. Terhadap rumusan Piagam
Jakarta, menurut Dr Midian Sirait, dalam bukunya Revitalisasi Pancasila (Kata Hasta
Pustaka, Jakarta 2008), muncul penolakan dari kelompok Indonesia Timur yang dipimpin
oleh Latuharhary. Kelompok ini datang menemui Mohammad Hatta, pada pagi hari tanggal
18 Agustus 1945. Mohammad Hatta menampung usulan untuk mencoret 7 kata itu, tapi tidak
mengambil putusan sendiri. Ia terlebih dahulu menanyakan pendapat KH Wahid Hasyim
yang kelak menjadi Menteri Agama pertama Republik Indonesia, ayah dari KH Abdurrahman
Wahid salah seorang ulama yang menjadi anggota Panitia Sembilan. KH Wahid Hasyim
mengatakan, tak apa bila 7 kata itu dicoret. H. Agoes Salim juga menyatakan bisa memahami
pencoretan itu.
Sebenarnya di Panitia Sembilan, ada Mr Maramis yang juga hadir tatkala Piagam Jakarta
dirumuskan. Di kemudian hari, ketika ditanya, mengapa Mr Maramis menyetujui 7 kata,
beliau menjawab, dirinya sedang mengantuk tatkala hal itu dibahas. Atau mungkin Mr
Maramis yang bukan muslim sebenarnya merasa sungkan untuk menolak saat itu? Namun
terlepas dari itu, kita bisa melihat betapa para pendiri bangsa kita itu berkemampuan
mengatasi itu semua dengan baik, terhindar dari sikap bersikeras, karena rasional dan betulbetul menghayati filosofi negara. Mereka semua berpendidikan barat, tetapi tetap taat kepada
ajaran agama masing-masing, secara rasional. Jadi tatkala mereka melihat secara filosofis
bahwa bila sesuatu memiliki akibat-akibat tertentu bagi warganegara, dan menimbulkan suatu
situasi diskriminatif, mereka bisa menentukan sikap secara tepat. Mereka memang para
negarawan.
PADA saat Presiden Soekarno menyampaikan Dekrit 5 Juli 1959 untuk kembali ke UUD
1945, permasalahan menyangkut Piagam Jakarta juga tampil kembali. Setiap ada perumusan
pembukaan UUD 1945, persoalan itu pasti muncul kembali, yang terutama dilakukan oleh
para pemimpin generasi baru yang agaknya belum memiliki pemahaman filosofis seperti
yang dipahami KH Wahid Hasyim atau H. Agoes Salim. Ketika persoalan itu muncul saat
Dekrit 5 Juli 1959, suatu solusi diberikan oleh Mohammad Yamin dan Roeslan Abdoelgani,
yaitu dengan menambahkan kalimat dalam dekrit bahwa langkah kembali ke UUD 1945 itu
dijiwai oleh Piagam Jakarta. Dengan rumusan seperti itu, Dekrit 5 Juli 1959 disetujui oleh
kelompok politik Islam.
yang merupakan rival bebuyutannya maupun perwira-perwira Bugis seperti Kolonel Saleh
Lahade dan Letnan Kolonel Andi Mattalata. Kahar tidak punya teman kuat yang bisa
membantunya memperoleh posisi komando di Sulawesi Selatan yang menjadi obsesinya, dan
hanya punya teman-teman di kalangan perwira berhaluan komunis. Namun ketika ada trouble
dengan sejumlah ex gerilyawan yang pernah ikut perlawanan bersenjata melawan Belanda,
Kahar dikirim oleh pemerintah pusat Juni 1950 untuk membujuk mereka. Bekas-bekas
gerilyawan ini menuntut agar diakui sebagai pejuang kemerdekaan dan diterima ke dalam
TNI. Bagi mereka, menurut Barbara Sillars Harvey penulis buku mengenai Permesta dan
buku tentang Kahar Muzakkar sang Letnan Kolonel adalah adalah jagoan mereka. Tetapi
sang jagoan yang diutus ini, malah ikut bergabung dengan para bekas gerilyawan yang justru
harus dibujuknya keluar dari hutan. Di tahun 1951 sempat terjadi persetujuan, dengan
memberi para gerilyawan itu status CTN (Corps Tjadangan Nasional). Tapi persetujuan ini
separuh gagal separuh berhasil. Kahar Muzakkar bersama separuh dari pasukan gerilya itu
kembali masuk hutan, sementara sebagian lainnya yang diterima masuk TNI disusun dalam 5
batalion dengan komandan-komandan mereka sendiri. Tetapi, mereka tetap saja
menyusahkan komando-komando nasional dan daerah, seperti teman-teman mereka yang
menetap di hutan, tulis Barbara Sillas Harvey.
Berlanjut ke Bagian 2
Piagam Jakarta
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Naskah Asli Piagam Jakarta yang dihasilkan oleh Panitia Sembilan pada tanggal
22 Juni 1945
Piagam Jakarta adalah dokumen historis berupa kompromi antara pihak Islam dan pihak
kebangsaan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
untuk menjembatani perbedaan dalam agama dan negara. Disebut juga "Jakarta Charter".
Merupakan piagam atau naskah yang disusun dalam rapat Panitia Sembilan atau 9 tokoh
Indonesia pada tanggal 22 Juni 1945. Piagam ini disusun karena wilayah Jakarta yang besar,
meliputi 5 kota dan satu kabupaten, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta
Utara, Jakarta Selatan, dan Kepulauan Seribu. Oleh karena itu, provinsi DKI Jakarta dibentuk
dengan piagam tersebut dan menetapkan Soewirjo sebagai gubernur DKI Jakarta yang
pertama sampai 1947.
Sembilan tokoh tersebut adalah Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Sir A.A. Maramis,
Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, H. Agus Salim, Sir Achmad Subardjo,
Wahid Hasyim, dan Sir Muhammad Yamin. BPUPKI dibentuk 29 April 1945 sebagai
realisasi janji Jepang untuk memberi kemerdekaan pada Indonesia. Anggotanya dilantik 28
Mei 1945 dan persidangan pertama dilakukan keesokan harinya sampai dengan 1 Juni 1945.
Sesudah itu dibentuk panitia kecil (8 orang) untuk merumuskan gagasan-gagasan tentang
dasar-dasar negara yang dilontarkan oleh 3 pembicara pada persidangan pertama. Dalam
masa reses terbentuk Panitia Sembilan. Panitia ini menyusun naskah yang semula
dimaksudkan sebagai teks proklamasi kemerdekaan, namun akhirnya dijadikan Pembukaan
atau Mukadimah dalam UUD 1945. Naskah inilah yang disebut Piagam Jakarta.
Piagam Jakarta berisi garis-garis pemberontakan melawan imperialisme-kapitalisme dan
fasisme, serta memulai dasar pembentukan Negara Republik Indonesia. Piagam Jakarta yang
lebih tua dari Piagam Perdamaian San Francisco (26 Juni 1945) dan Kapitulasi Tokyo (15
Agustus 1945) itu merupakan sumber berdaulat yang memancarkan Proklamasi
Kemerdekaan dan Konstitusi Republik Indonesia.
Berikut ini butiran-butirannya yang sampai saat ini menjadi teks pembukaan UUD 1945.
Bahwa sesoenggoehnja kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab
itu maka pendjadjahan di atas doenia haroes dihapoeskan, karena tidak sesoeai
dengan peri-kemanoesiaan dan peri-keadilan.
Dan perdjoeangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat jang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan Rakjat Indonesia kedepan pintoe-gerbang Negara Indonesia, jang merdeka, bersatoe, berdaoelat, adil
dan makmoer.
Atas berkat Rahmat Allah Jang Maha Koeasa, dan dengan didorongkan oleh
keinginan jang loehoer, soepaja berkehidoepan kebangsaan jang bebas, maka
Rakjat Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaannja.
Kemudian daripada itoe, oentoek membentoek suatoe Pemerintah Negara
Indonesia jang melindoengi segenap Bangsa Indonesia dan seloeroeh toempah
darah Indonesia, dan untuk memadjoekan kesedjahteraan oemoem, mentjerdaskan
kehidoepan bangsa, dan ikoet melaksanakan ketertiban doenia jang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disoesoenlah
kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itoe dalam suatu Hoekoem Dasar Negara
Indonesia, jang terbentoek dalam suatu susunan negara Repoeblik Indonesia jang
berkedaoelatan Rakjat, dengan berdasar kepada:
1. Ketoehanan, dengan kewadjiban mendjalankan sjari'at
Islam bagi pemeloek2-nja*
2. Kemanoesiaan jang adil dan beradab
3. Persatoean Indonesia
4. Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat, kebidjaksanaan dalam
permoesjarawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seloeroeh Rakjat Indonesia.
Djakarta, 22-6-1945
Panitia Sembilan
1. Ir. Soekarno
2. Mohammad Hatta
3. Sir A.A. Maramis
4. Abikoesno Tjokrosoejoso
5. Abdul Kahar Muzakir
6. H. Agus Salim
7. Sir Achmad Subardjo
8. Wahid Hasyim
9. Sir Muhammad Yamin.
Pada saat penyusunan UUD pada Sidang Kedua BPUPKI, Piagam Jakarta dijadikan
Muqaddimah (preambule). Selanjutnya pada pengesahan UUD 45 18 Agustus 1945 oleh
PPKI, istilah Muqaddimah diubah menjadi Pembukaan UUD. Butir pertama yang berisi
kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluknya, diganti menjadi Ketuhanan Yang
Maha Esa oleh Drs. M. Hatta atas usul A.A. Maramis setelah berkonsultasi dengan Teuku
Muhammad Hassan, Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo.
Naskah Piagam Jakarta ditulis dengan menggunakan ejaan Republik dan ditandatangani oleh
Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, A.A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar
Muzakir, H.A. Salim, Achmad Subardjo, Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin.
Perkembangan Piagam Jakarta Selanjutnya
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Di Dalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Piagam Jakarta dinyatakan Menjiwai UUD 1945 dan
adalah suatu rangkaian kesatuan dengan Konstitusi. DPR pada saat itu menerima hal ini
dengan Aklamasi pada tanggal 22 juli 1959.
Ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1966
Dibaca: 3053
Komentar: 0
SUDARYONO
2TB01
28311263
Manusia dalam merealisasikan dan meningkatkan harkat dan martabatnya tidak
mungkin dapat memenuhinya sendiri, oleh karena itu manusia sebagai mahluk
sosial senantiasa membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Dalam pengertian
inilah manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut negara.
namun demikian dalam kenyataanya sifat-sifat negara satu dengan lainya
memiliki perbedaan dan hal ini sangat ditentukan oleh pemahaman ontologis
hakikat manusia sebagai pendukung pokok negara, sekaligus sebagai tujuan
adanya suatu negara.
Bangsa indonesia dalam panggung sejarah berdirinya negara di dunia memiliki
ciri khas yaitu dengan mengangkat nilai-nilai yang telah dimilikinya sebelum
membentuk suatu negara modern. Nilai-nilai tersebut adalah berupa nilai-nilai
adat-istiadat kebudayaan, serta nilai religius yang kemudian dikristalisasi
menjadi suatu sistem nilai yang disebut negara, maka bangsa indonesia
mendasarkan pada suatu pandangan hidup yang telah dimilikinya yaitu
pancasila.
Berdasarkan ciri khas serta proses dalam rangka membentuk suatu negara,
maka bangsa indonesia mendirikan suatu negara yang memiliki suatu
karaktertistik, ciri khas dengan keanekaragaman, sifat dan karakternya, maka
bangsa indonesia mendirikan suatu negara yang mendasarkan filsafat pancasila,
yaitu suatu negara persatuan, suatu negara kebangsaan serta suatu negara
yang bersifat Integralistik. Hakikat serta pengertian sifat-sifat negara tersebut
adalah sebagai berikut:
Aliran persatuan indonesia mempunyai pengertian negara yang mengatasi segala paham
golongan dan paham perseorangan. Jadi pemahaman negara persatuan dapat dirinci sebagai
berikut:
a. Bukan negara yang berdasarkan individualisme sebagaimana diterapkan di negara liberal
dimana hanya merupakan suatu ikatan individu saja.
b. Bukan negara yang berdasarkan kelas atau klass staat yang hanya mendasarkan pada suatu
golongan saja.
c. Negara persatuan adalah negara yang melindungi seluruh warganya yang terdiri atas berbagai
macam golongan dan paham yang berbeda-beda di dalamnya, namun walaupun berbeda-beda
tetap satu sebagaimana di simpilkan dalam PP. no. 66 tahun 1951 dan di undangkan tanggal
28 nopember 1951 dan termuat dalam lembaran negara no II tahun 1951 yaitu dengan
lambang negara dan bangsa yaitu burung garuda pancasila dengan seloka bhinneka tunggal
ika.
Hakikat bhinneka tunggal ika menurut notonegoro:
Perbedaan itu merupakan suatu bawaan kodrat manusia sebagai mahluk tuhan yang maha esa, namun
perbedaan itu bukanya untuk di pertentangkan dan di peruncingkan melainkan perbedaan itu
untuk di persatukan disintesakan dalam suatu sintesa yang positif dalam suatu negara
kebersamaan, negara persatuan indonesia.
2. Paham negara kebangsaan
Menurut muhammad yamin bangsa indonesia dalam merintis terbentuknya suatu
bangsa dalam politik internasional adalah menempatkan diri sebagai bangsa yang
modern yang memiliki kemerdekaan dan kebebasan dengan melalui tiga fase :
a. Jaman kerajaan Sriwijaya
b. Jaman kerajaan Majapahit
c. Negara kebangsaan indonesia modern menurut susunan kekeluargaan berdasar
atas ketuhanan yang maha esa serta kemanusiaan yang hingga sekarang
menjadi negara proklamasi 17 agustus 1945.
Manusia membentuk suatu bangsa karena untuk memenuhi hak kodratnya yaitu
Sebagai individu dan mahluk sosial, oleh karena itu deklarasi bangsa indonesia tidak
mendasarkan pada deklarasi kemerdekaan individu tetapi sebuah deklarasi yang menyatakan
tuntutan hak kodrat manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial.
Dalam tumbuh dan kembangnya suatu bangsa terdapat berbagai macam teori besar yang
merupakan bahan komparasi bagi para pendiri negara indonesia untuk mewujudkan suatu
bangsa yang memiliki sifat dan karakter tersendiri. Teori kebangsaan itu adalah sebagai
berikut:
a. Teori Hans Kohn
Bangsa terbentuk karena persamaan bahasa ras, agama, peradaban, wilayah, negara dan
kewarganegaraan. Suatu bangsa tumbuh dan berkembang dari analisir-analisir serta akar-akar
yang terbentuk melalui proses sejarah. Namun teori kebangsaan yang didasarkan pada ras,
bahasa serta untsur lain yang bersifat primordial tidak mendapatkan tempat di kalangan
bangsa-bangsa di dunia.
b. Teori Kebangsaan Ernest Renant
Menurut ernest renan dalam kajian ilmiah tentang bangsa berdasarkan psikologis etnis
pokok-pokok pikiran tentang bangsa adalah sebagai berikut :
1. Bangsa adalah suatu jiwa, suatu azas kerohanian
2. Bangsa adalah suatu solidaritas yang besar
3. Bangsa adalah suatu hasil sejarah
Oleh karena sejarah berkembang terus maka kemudian menurut renan bahwa bangsa
bukan sesuatu yang abadi dan wilayah serta ras bukan suatu penyebab timbulnya bangsa.
Wilayah hanya memberikan ruang lingkup bangsa, sedangkan manusia membentuk jiwanya.
Pada akhirnya renan menyimpulkan bahwa bangsa adalah suatu jiwa,suatu asas
kerokhanian dan menurut renan ada beberapa faktor yang membentuk jiwa bangsa yaitu:
kejayaan dan kemuliaan di masa lampau serta penderitaan-penderitaan bersama yang
mengakibatkan pembentukan modal sosial, persetujuan bersama untuk hidup bersama dan
berani untuk memberikan pengorbanan
c. Teori geopolitik oleh frederich ratzel
Suatu teori kebangsaan yang menghubungkan antara wilayah geografi dengan bangsa
yang di kembangkan oleh frederich ratzel. Menurutnya negara merupakan suatu organisme
yang hidup. Agar bangsa itu hidup subur dan kuat maka memerlukan suatu ruangan untuk
hidup. Negara-negara besar menurutnya memiliki semangat ekspansi, militerisme serta
optimisme. Teori di jerman mendapat sambutan hangat, namun sisi negatifnya menimbulkan
semangat kebangsaan yang chauvinistis.
d. Negara kebangsaan pancasila
Kebhinekaan adat-istiadat, budaya, bahasa dan nilai religius merupakan kekayaan
yang dimiliki bangsa indonesia, namun hal itu tidak mengakibatkan suatu perbedaan yang
harus dipertentangkan, akan tetapi keadaan yang beraneka ragam ini merupakan suatu daya
penarik ke arah suatu kerjasama persatuan dan kesatuan dalam suatu sintesa dan resultan,
sehingga keanekaragaman itu justru terwujud dalam suatu kerjasama yang luhur.
Sintesa persatuan dan kesatuan tersebut kemudian dituangkan dalam suatu asas
kerohanian yang merupakan suatu kepribadian serta jiwa bersama yaitu pancasila. Oleh
karena itu prinsip-prinsip nasionalisme indonesia yang berdasarkan pancasila adalah bersifat
majemuk tunggal. Adapun yang membentuk nasionalisme bangsa indonesia adalah sebagai
berikut: kesatuan sejarah, kesatuan nasib, kesatuan kebudayaan, kesatuan wilayah dan
kesatuan asas kerohanian.
pribadi dan mahluk ciptaan tuhan yang maha esa. Oleh karena itu agama bukan pemberian
negara atau golongan tetapi hak beragama dan kebebasan beragama merupakan pilihan
pribadi manusia dan tanggung jawab pribadinya.
Hubungan negara dengan agama menurut negara pancasila adalah sebagai berikut:
a. negara adalah berdasar atas ketuhanan yang maha esa.
b. bangsa indonesia adalah sebagai bangsa yang berketuhanan yang maha esa.
c. tidak ada tempat bagi atheisme dan sekulerisme karena hakekatnya manusia berkedudukan
kodrat sebagai mahluk tuhan.
d. tidak ada tempat pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter pemeluk agama
serta antar pemeluk agama.
e. tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketaqwaan itu bukan hasil paksaan
siapapun juga.
f. oleh karena itu harus memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama
dan negara.
g. segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilainilai ketuhanan yang maha esa terutama norma-norma hukum positif maupun norma moral
baik moral negara maupun moral para penyelenggara negara.
h. negara pada hakikatnya adalah merupakanberkat rahmat Allah yang maha esa.
Menurut paham theokrasi hubungan negara dengan agama merupakan hubungan yang tidak
dapat di pisahkan karena negara menyatu dengan agama dan pemerintahan dijalankan
berdasarkan firman-firman tuhan. Dengan demikian agama menguasai masyarakat politis.
Dalam praktik kenegaraan, terdapat du macam pengertian negara theokrasi yaitu theokrasi
langsung dan negara theokrasi tidak langsung.
a. theokrasi langsung
dalam sistem negara theokrasi langsung kekuasaan adalah langsung merupakan otoritas
tuhan. Adanya negara di dunia ini adalah atas kehendak tuhan dan yang memerintah adalah
tuhan. Dalam sejarah perang dunia II, rakyat jepang rela mati berperang demi kaisarnya,
karena menurut kepercayaanya kaisar adalah sebagai anak tuhan. Negara tibet dimana pernah
terjadi perebutan kekuasaan antara pancen lama dan dalai lama adalah sebagai penjelmaan
otoritas tuhan dalam negara dunia.
b. theokrasi tidak langsung
negara theokrasi tidak langsung bukan tuhan sendiri yang memerintah dalam negara,
melainkan kepala negara atau raja, yang memiliki otoritas atas nama tuhan. Kepala negara
atau raja memerintah atas kehendak tuhan, sehingga kekuasaan dalam negara merupakan
suatu karunia dari tuhan.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa negara pancasila adalah negara yang melindingi seluruh
agama di seluruh wilayah tumpah darah. Sebagaimana tersebut dalam pasal 29 ayat(2) UUD
1945 memberikan kebebasan kepada seluruh warga negara untuk memeluk agama dan
menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan dan ketaqwaan masing-masing. Negara
kebangsaan yang berketuhanan yang maha esa adalah negara yang merupakan penjelmaan
dari hakikat kodrat manusia sebagai individu mahluk, sosial dan manusia adalah pribadi dan
mahluk adalah tuhan yang maha esa.
Sumber: Achmad muchi, Drs., H.MM., dan rekan, 2007. Seri diktat kuliah pendidikan
pancasila.hal 42-47. Jakarta: Universitas Gunadarma
LATAR BELAKANG
Dalam pidatonya di gedung Tyuuo Sangi-In pada tanggal 31 Mei 1945, Prof.
Soepomo membahas pengertian dasar negara (staats-idee), sebuah kajian yang
mutlak diperlukan bila hendak "melahirkan cabang bayi Indonesia" merdeka.
Agar bisa membangun pijakan epistemik yang kokoh dalam wacana
pengertian dasar negara, Prof. Soepomo merasa perlu meminjam sejumlah teori
negara yang menjadi bunga di tengah belantara epistemologi ilmu politik Barat.
Pertama adalah teori individualisme, dengan tokoh-tokohnya Thomas
Hobbes, John Locke, Jean Jacques Rousseau, dan H. J. Lakski. Menurut teori
ini, negara dibangun beralaskan kontrak sosial. Di sini, pemerintah sebagai
aparatur negara berlakon sebagai pemilik otoritas guna menjaga keteraturan
sosial masyarakat sipil. Negara yang bisa mengilustrasikan model ini adalah
Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Kedua adalah teori golongan (class theory) yang dibapaki oleh Marx
dan Engels, kemudian Lenin. Berdasarkan teori ini, negara merupakan
instrumen pegangan golongan yang berkuasa, sebagaimana dalam realitas
teori
integralistik, dengan
Spinoza, Adam Muller dan Hegel. Dalam perspektif yang disusun di atas teori
ini, negara berkewajiban bukan hanya untuk menjamin kepentingan seseorang
atau golongan, melainkan juga menjamin kepentingan masyarakat secara
holistik sebagai sebuah kesatuan.
Setelah menjejerkan ketiga teori tersebut, Prof Soepomo mengajukan
sebuah pertanyaan: "Indonesia akan menganut teori yang mana?". Dalam
pandangannya pribadi, beliau menjatuhkan pilihannya kepada model negara
integralistik yang dianggapnya paling sesuai dengan struktur sosial masyarakat
Indonesia. Argumennya, semangat kebatinan yang telah menubuh dalam sistem
kebudayaan masyarakat kita, merupakan cetak biru mentalitas manusia
Indonesia yang memiliki hasrat kebersatuan yang tinggi.
PERMASALAHAN
Permasalahan yang kami angkat dalam hal ini adalah :
1. Apa pengertian Pancasila?
2. Apa maksud dari teori Integralistik?
3. Adakah hubungan antara teori Integralistik dengan Pancasila?
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pancasila:
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila digunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan aktivitas dan
kehidupan di dalam segala bidang. Dengan kata lain semua tingkah laku dan
perbuatan setiap manusia Indonesia harus sesuai dengan sila-sila Pancasila.
Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa
Pancasila sudah menjadi jiwa setiap rakyat Indonesia dan telah menjadi ciri
khas bangsa Indonesia dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan.
Pancasila sebagai dasar Negara
Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan Negara atau
dasar mengatur penyelenggaraan Negara.
Menurut Prof. Dr. Notonegoro, SH. ; Pancasila merupakan norma hukum
pokok atau pokok kaidah fundamental dan memiliki kedudukan yang tetap, kuat,
dan tidak berubah. Pancasila juga memiliki kekuatan yang mengikat secara
hukum.
Penegasannya tercantum dalam:
1. Pembukaan UUD 1945 alinea IV
2. Tap MPR No.XVII/MPR/1998
3. Tap MPR No.II/MPR/2000
Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
Pancasila merupakan dasar filsafat negara dan ideologi negara. Yang
kemudian dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan dan
mengatur penyelenggaraan negara.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara Indonesia
Merupakan fungsi Pancasila dilihat secara yuridis ketatanegaraan. Tap MPR
No. III/MPR/2000 mengatur tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-undangan.
Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia
Pancasila disahkan bersama-sama dengan disahkannya UUD 1945 oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945. PPKI merupakan wakil dari seluruh rakyat
Indonesia yang mengesahkan perjanjian luhur tersebut.
Pancasila sebagai cita-cita bangsa Indonesia
dan
lain-lain,
mengajarkan
bahwa
negara
adalah
suatu
susunan
menjadi
pusat,
tetapi
menjamin
keselamatan
hidup
bangsa
ANALISIS
Bagaimana
hubungan
teori
Laporkan penyalahgunaan!
5+3 poin
Jawabanmu
Jawabanmu
2
Nailah8 Gemar Membantu menjawab 12.09.2014
Teori integralistik disebut juga teori kekeluargaan. Pada negara yang berdasar
integralisme seperti Indonesia yang masyarakatnya bersifat organis, hak-hak
asasi manusia berkembang terbatas. Teori integralistik mengatakan bahwa hak2
asasi manusia itu berkembang terbatas karena manusia terikat oleh
masyarakat.
Masyarakat yang mengikat orang2 Indonesia bersifat integralistik yang
mengandung unsur2 yang menentang penonjolan pribadi. Penonjolan hak2 asasi
manusia harus diimbangi dng kewajiban asasi/asas kekeluargaan menumbuhkan
masyarakat dan negara.
Unsur2 dlm integralistik:
-Kebulatan
-Keutuhan
-Kesatuan
-Keseluruhan
-Kebersamaan
-Kekeluargaan
-Gotong royong
-Kerukunan
-Keakraban
-Keseimbangan
-dll
Dalam negara integralistik pada dasarnya tidak ada dualisme antara negara dan
individu karena individu adalah bagian organik dari negara yang punya
kedudukan dan kewajiban tersendiri untuk ikut menyelenggarakan kemuliaan
negara dan sebaliknya oleh karena negara bukan suatu badan
kekuasaan/raksasa politik yang berdiri di luar lingkungan suasana kemerdekaan
seseorang.
Komentar
Laporkan penyalahgunaan!
tentukan nilai
Komentar
agama dengan negara demikian juga bukan merupakan negara agama yaitu
negara yang mendasarkan atas agama tertentu. Negara tidak memaksa dan
tidak memaksakan agama karena agama adalah merupakan suatu keyakinan
bathin yang tercermin dalam hati sanubari dan tidak dapat dipaksakan.
Kebebasan beragama dan kebebasan agama adalah merupakan hak asasi
manusia yang paling mutlak, karena langsung bersumber pada martabat
manusia yang berkedudukan sebagai makhluk pribadi dan makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu agama bukan pemberian negara atau
golongan tetapi hak beragama dan kebebasan beragama merupakan pilihan
pribadi manusia dan tanggung jawab pribadinya. Hubungan negara dengan
agama menurut Negara Pancasila adalah sebagai berikut : Negara adalah
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.Bangsa Indonesia adalah sebagai
bangsa yang Berketuhanan Yang Maha Esa.Tidak ada tempat bagi Atheisme dan
Sekulerisme karena hakikatnya manusia berkedudukan kodrat sebagai makhluk
Tuhan.Tidak ada tempat pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter
pemeluk agama serta antar pemeluk agama.Tidak ada tempat bagi pemaksaan
agama karena ketaqwaan itu bukan hasil paksaan bagi siapapun juga.Oleh
karena itu harus memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan
agama dan negara.Segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara harus sesuai dengan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa terutama
norma-norma hukum positip maupun norma moral baik moral negara maupun
moral para penyelenggara negara.Negara pada hakikatnya adalah merupakan .
. . . .berkat Rahmat Allah Yang Maha Esa.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang mampu mengikuti perkembangan jaman dan bersifat
dinamis atau merupakan suatu sistem pemikiran terbuka yang merupakan hasil konsensus
dari masyarakat itu sendiri, nilai-nilai dari cita-citanya tidak dipaksakan dari luar melainkan
digali dan diambil dari suatu kekayaan, rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
2)
Sebagai ideologi Pancasila menjadi pedoman dan acuan bangsa Indonesia dalam menjalankan
aktivitas di segala bidang sehingga sifatnya harus terbuka, luwes dan fleksibel tidak tertutup
dan kaku melainkan harus mampu mengikuti perkembangan jaman tanpa harus mengubah
nilai-nilai dasarnya. Pancasila memberikan orientasi ke depan dan selalu menyadari situasi
kehidupan yang sedang dihadapi dan akan dihadapi di era keterbukaan/globalisasi dalam
segala bidang.
3)
Dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan dibentuklah BPUPKI pada tanggal 28 Mei 1945,
dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1 Juni 1945, membahas tentang
rumusan dasar negara. Tampil tiga tokoh.
1. Tanggal 29 Mei 1945 Moh. Yamin mengemukakan 5 dasar negara Indonesia(dalam
pidato)
-
Peri Kebangsaan
Peri Kemanusiaan
Peri Ke-Tuhanan
Peri Kerakyatan
Kesejahteraan rakyat
permusyawaratan/ Perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
2. Tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Supomo mengemukakan usulan dasar negara Indonesia
yaitu:
-
Persatuan
Kekeluargaan
Musyawarah
Keadilan rakyat
3. Tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya mengenai lima hal yang
menjadi dasar negara merdeka, yaitu:
-
Kebangsaan Indonesia
Kesejahteraan sosial
Pendapat ketiga tokoh dibahas oleh Panitia Sembilan tanggal 22 Juli 1945 dan menghasilkan
rumusan yang menggambarkan maksud dan tujuan pembentukan negara Indonesia merdeka
yang terkenal dengan nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter.
Sidang kedua BPUPKI pada tanggal 10 17 Juli 1945 menerima laporan Panitia Sembilan
tentang isi Piagam Jakarta, membahas rancangan Pembukaan UUD 1945 dan tugasnya selesai
BPUPKI dibubarkan.
Pada tanggal 7 Agustus 1945 dibentuk PPKI dan mengadakan sidang pada tanggal 18
Agustus 1945 setelah melalui perdebatan yang sengit akhirnya menerima perubahan Piagam
Jakarta menjadi Pembukaan UUD45 dengan rumusan Pancasila sebagai berikut:
-
Persatuan Indonesia
Kemudian mengesahkan UUD 1945, mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden dan Moh.
Hatta sebagai wakil presiden, sebelum MPR/DPR terbentuk tugas presiden dibantu oleh
KNIP.
4)
Pancasila sebagai dasar negara dijadikan sebagai landasan setiap aspek penyelenggaraan
negara, termasuk segala peraturan perundangan dalam negara, pemerintahan dan aspek-aspek
kenegaraan lainnya.
Sedangkan sebagai ideologi negara, dasar, pandangan bagi sistem kenegaraan untuk seluruh
rakyat Indonesia.
Selain itu, Pancasila sebagai ideologi negara memiliki 4 fungsi pokok yaitu:
-
Pancasila menjadi ukuran untuk melakukan kritik mengenai keadaan bangsa dan
negara
Pada tanggal 7 september 1944, Jepang berjanji untuk memberi kemerdekaan bagi bangsa
Indonesia yang diucapkan oleh Perdana Menteri Koiso, menyusul kekalahan Jepang dari
sekutu. Sebagai kelanjutan dari janji tersebut, maka pada tanggal 29 April 1945, jepang
membentuk badan penyelidik usah-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau
Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai), yang bertugas untuk menyelidiki mengenai persiapan
kemerdekaan Indonesia. BPUPKI beranggotakan 60 orang dan diketuai oleh DR.K.R.T
Radjiman Wedyodiningrat, waki ketua R. Panji Suroso, serta Tuan Hachibangase dari Jepang.
Pada masa tugasnya BPUPKI melakukan dua kali sidang. Sidang yang pertama mulai tanggal
29 Mei 1 Juni 1945 untuk membahas rancangan dasar negara. Tiga tokoh nasionalis yang
menyampaikan ide pokok rancangan dasar negara, yaitu:
Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945), ide pokok yang disampaikan:
1.
Perikebangsaan
2. Perikemanusiaan
3. Periketuhanan
4. Perikerakyatan
5. Kesejahteraan
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
Ir. Soekarno mengusulkan nama pancasila atas saran Mr. Muh. Yamin. Sejak itulah disebut
sebagai lahirnya istilah pancasila. Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan mengadakan
pertemuan dan menghasilkan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Rumusan akhir ditetapkan
tanggal 18 Agustus 1945 pada sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia):
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dengan memandang pengertian ideologi sebagai sebuah ide atau gagasan, Franz MagnisSuseno menyatakan bahwa ideologi tertutup dan ideologi terbuka. Ideologi tertutup adalah
ideologi yang nilainya bersifat mutlak. Ideologi tertutup bersifat dogmatis dan apriori.
Dogmatis berarti memercayai suatu keadaan tanpa data yang valid, sedangkan apriori berarti
berprasangka terlebih dahulu akan suatu keadaan.
Ideologi tertutup memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Cita-cita sebuah kelompok, bukan cita-cita yang hidup di masyarakat.
2. Bersifat totaliter, menguasai semua bidang kehidupan masyarakat.
3. Tidak ada keanekaragaman, baik pandangan maupun budaya.
4. Rakyat dituntut memiliki kesetiaan total pada ideologi mutlak, konkret,
nyata, keras, dan total.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang pemikirannya terbuka. Ciri-ciri ideologi ini antara lain:
1. Merupakan kekayaan rohani, budaya, dan masyarakat.
2. Tidak diciptakan oleh negara, tetapi digali dari budaya masyarakat.
3. Isinya tidak instan atau operasional sehingga tiap generasi boleh
menafsirkannya.
4. Menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab.
Perbedaan dari kedua ideologi ini adalah ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter, dan
tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang, artinya bahwa sistem ini
bersifat demokratis dan terbuka. Sedangkan ideologi tertutup bersifat otoriter (negara berlaku
sebagai penguasa) dan totaliter.
Berdasarkan ciri-ciri yang sudah disebutkan sebelumnya, Pancasila memenuhi syarat sebagai
ideologi terbuka.
1. Pancasila adalah pandangan hidup yang berakar pada kesadaran
masyarakat Indonesia.
2. Isi Pancasila tidak langsung operasional, hanya berisi lima dasar, yaitu
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
3. Kerakyatan, dan Keadilan. Karena hanya berisi nilai dasar, maka perlu
adanya penafsiran.
4. Pancasila menghargai kebebasan. Hal ini tercermin dalam makna sila
kedua yang tidak saja mengakui kebebasan dan kesedarajatan manusia
Indonesia, tetapi semua bangsa di dunia.
5. Pancasila adalah ideologi politik, pedoman hidup masyarakat, bangsa, dan
negara.
Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus mampu menyesuaikan diri dengan zaman. Hal ini
bukan berarti nilai dari Pancasila dapat diganti dengan nilai dasar lain yang dapat
menghilangkan jati diri bangsa Indonesia. Makna Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah
nilai-nilai dasar Pancasila dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa
Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman dengan memperhatkan tingkat kebutuhan dan
perkembangan masyarakat Indonesia, serta tidak keluar dari eksistensi dan jati diri bangsa
Indonesia. Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam jiwa
dan budaya bangsa Indonesia dan dalam ikatan NKRI.
Menurut moerdiono, faktor-faktor yang mendorong pemikiran Pancasila sebagai ideologi
terbuka adalah:
1. Perkembangan dinamika masyarakat Indonesia yang cepat sehingga tidak
semua persoalan hidup dapat ditemukan jawabannya secara ideologis;
2. Runtuhnya ideologi tertutup, seperti Marxisme-Leninisme/komunisme;
3. Pengalaman sejarah politik Indonesia dengan pengaruh komunisme; dan
4. Tekad bangsa Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya
asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(Pancasila sebagai satu-satunya asa telah dicabut oleh MPR pada tahun
1999).
Rumusan Pancasila yang sah dan sistematika yang benar terdapat dalam pembukaan UUD
1945 yang telah disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Presiden Soekarno
kemudian mengeluarkan Instruksi No. 12/1968 pada tanggal 13 April 1968. Dalam instruksi
tersebut, ditegaskan tata urutan (sistematika) dan rumusan Pancasila, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradap
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan
Bagi bangsa Indonesia, yang dijadikan sebagai sumber nilai dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa, dan bernegara adalah Pancasila. Ini berarti bahwa seluruh tatanan kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara menggunakan Pancasila sebagai dasar moral atau norma
serta tolak ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap, perbuatan, dan tingkah laku
bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai intirinsik yang kebenarannya dapat
dibuktikan secara objektif, serta mengandung kebenaran yang universal.
Pancasila yang dirumuskan oleh para pendiri negara memuat nilai-nilai lihur untuk menjadi
dasar negara. Sebagai gambaran, di dalam tata nilai kehidupan bernegara, ada yang disebut
sebagai nilaii dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.
1. Nilai dasar. Nilai dasar berasal dari nilai-nilai kultural bangsa Indonesia
yang berakar dari kebudayaan sesuai dengan UUD 1945 yang
mencerminkan hakikat nilai kultural.
2. Nilai instrumental. Pelaksanaan umum nilai-nilai dasar biasanya dalam
wujud nilai sosial atau norma hukum, selanjutnya akan terkristalisasi
dalam lembaga-lembaga yang sesuai dengan kebutuhan tempat dan
waktu.
3. Nilai praktis. Nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Adanya hak dan kewajiban
yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dalam pembangunan nasiolan, Pancasila adalah sebuah paradigma karena hendak dijadikan
sebagai landasan , acuan, metode, nilai dan tujuan yang ingin dicapai di setiap program
pembangunan NKRI.
Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat ndonesia seluruhnya. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk
mewujudkan tujuan nasional, seperti terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV. Masa
pembangunan akan memberi kesempatan yang menguntungkan bagi Pancasila untuk
memberi pengaruh yang mendalam dan mendasar pada sistem nilai sosial budaya masyarakat
Indonesia.
Pembangunan dan pembaruan dengan sendirinya membawa pengaruh-pengaruh sosial
maupun budaya. Perubahan yang bersifat dangkal akan cepat berubah.
Visi dan misi pembangunan nasional, yaitu:
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat jelas akan mengakibatkan konflikkonflik dalam masyarakat. Cobalah amati lingkungan sekitarmu, adakah konflik
yang ditimbulkan akibat perubahan sosial? Pada dasarnya konflik-konflik dan
ketegangan social yang ditimbulkan oleh perubahan sosial jika terus-menerus
dibiarkan akan membawa proses disintegrasi. Disintegrasi adalah suatu
keadaan di mana orang-orang di dalam masyarakat tidak dapat lagi menjalin
kerukunan dan kebersamaan, melainkan saling bertikai dan saling
menghancurkan sehingga terjadi perpecahan dalam kehidupan sosial. Adapun
ciri-ciri terjadinya disintegrasi di suatu masyarakat antara lain:
1. Ketidaksamaan tujuan antara anggota suatu kelompok sehingga tidak ada
keterpaduan.
2. Sebagian besar anggota kelompok tidak mematuhi norma-norma yang
berlaku.
3. Menurunnya wibawa tokoh-tokoh pemimpin kelompok.
4. Kurang berfungsinya sanksi sebagaimana mestinya.
Di dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, banyak terjadi masalah sosial
yang muncul sebagai perwujudan dari gejala disintegrasi. Seperti, banyaknya
cekcok antaranggota keluarga, sengketa antarkelompok masyarakat, konflik
antaretnis maupun gejala separatisme. Kesemua contoh tersebut merupakan
masalah sosial yang dapat mengarah pada munculnya disorganisasi sosial
sebagai akibat perubahan sosial. Secara umum terdapat beberapa bentuk
disintegrasi dalam masyarakat antara lain:
Pergolakan Daerah
Pergolakan daerah merupakan suatu proses pergolakan yang terjadi di daerah.
Biasanya pergolakan ini timbul karena membela kepentingan daerah yang
berkaitan dengan latar belakang ekonomi, politik, kesenjangan sosial,
ketidakadilan, etnis, agama, dan lain-lain. Misalnya terjadinya kerusuhankerusuhan di daerah, gerakan separatisme, dan lain-lain.
Aksi Protes dan Demonstrasi
Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air, dan rasa
persaudaraan, agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan
rakyat Indonesia.
Menghilangkan kesempatan untuk berkembangnya primordialisme sempit
pada setiap kebijaksanaan dan kegiatan agar tidak terjadi KKN.
Membentuk satuan sukarela yang terdiri atas unsur masyarakat, TNI dan
Polri dalam memerangi separatis.
Melarang dengan melengkapi dasar dan aturan hukum setiap usaha untuk
menggunakan kekuatan massa.
BAB I
PENDAHULUAN
segelintir elite politik lokal maupun elite politik nasional dengan menggunakan
beberapa issue global Issue tersebut meliputi issu demokratisasi, HAM,
lingkungan hidup dan lemahnya penegakan hukum serta sistem keamanan
wilayah perbatasan. Oleh sebab itu, pengaruh lingkungan global dan regional
mampu menggeser dan merubah tata nilai dan tata laku sosial budaya
masyarakat Indonesia yang pada akhirnya dapat membawa pengaruh besar
terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk pertahanan keamanan.
Untuk itu pembangunan dan pengamanan wilayah NKRI harus dilakukan melalui
pendekatan beberapa aspek, terutama aspek demarkasi dan delimitasi garis
batas negara, disamping itu melalui pendekatan pembangunan kesejahteraan,
politik, hukum, dan keamanan. Pembangunan nasional yang diharapkan dapat
menghasilkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan masyarakat. Sehingga
dapat
dijadikan
sebagai
landasan
yang
kokoh
dalam
upaya
mencapai
masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam suasana tentram dan
sejahtera lahir dan batin, dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
yang berlandaskan Pancasila, pada kenyataannya belum terwujud.
Pancasila
sebagai ideologi negara yang lahir dari ide-ide bangsa yang mengandung nilainilai hakiki semakin terkikis oleh ideologi asing. Inilah berbagai permasalahan
yang kita hadapi dan menjadi tantangan kita bersama.
Menghadapi situasi dan kondisi demikian kita harus memiliki satu visi. Baik para
pemimpin pemerintahan, sipil maupun militer, juga para elite politik, tokoh
masyarakat, tokoh agama dan tokoh partai serta media massa. Penyamaan visi
itu penting untuk mengatasi perbedaan-perbedaan yang ada dan dapat
menimbulkan permusuhan. Karena tidak ada satu negarapun didunia toleran
terhadap
aspirasi
rakyat
mengembangkan wacana
ketidakpuasan
yang
di
sebagian
wilayah
teritorial
yang
berniat
mendasar,
terhadap
keadilan
sosial,
keseimbangan
1.
2.
3.
BAB II
PEMBAHASAN
pusat
menyerahkan
fungsi
dan tugas
khusus
pada
pejabat
2.1.1.
Otonomi daerah
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang
diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk meningkatkan daya
guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan
terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Munculnya kebijakan otonomi daerah sebagai kelanjutan konsep desentralisasi,
tidaklah terjadi begitu saja. Secara umum kebijakan ini muncul karena
penerapan
konsep
dan
praktik
pembangunan
yang
tidak
berangkat
dan
semakin
tersebarnya
ketidakadilan.
Selama
ini,
model
desentralisasi
wewenang
dalam
bentuk
otonomi
daerah.
muncul
UU
25/1999
tentang
Perimbangan
Keuangan
antara
kewenangan
daerah
diperluas,
sebetulnya
tidaklah
beralasan.
Sebaliknya,
model
sentralistik
dan
memaksakan
keseragaman,
tanpa
upaya
implemenasi
kebijakan
otonomi
daerah.
2.1.2.
Disintegrasi
Disintegrasi secara harfiah difahami sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi
bagian-bagian
yang
saling
terpisah
(Websters
New
Encyclopedic
Dictionary 1994). Pengertian ini mengacu pada kata kerja disintegrate, to lose
otonomi
daerah,
keadilan
sosial,
keseimbangan
pembangunan,
a.
Geograf. Indonesia yang terletak pada posisi silang dunia merupakan letak
yang sangat strategis untuk kepentingan lalu lintas perekonomian dunia selain
itu juga memiliki berbagai permasalahan yang sangat rawan terhadap timbulnya
disintegrasi bangsa. Dari ribuan pulau yang dihubungkan oleh laut memiliki
karakteristik yang berbeda-beda dengan kondisi alamnya yang juga sangat
berbeda-beda pula menyebabkan munculnya kerawanan sosial yang disebabkan
oleh perbedaan daerah misalnya daerah yang kaya akan sumber kekayaan
alamnya dengan daerah yang kering tidak memiliki kekayaan alam dimana
sumber kehidupan sehari-hari hanya disubsidi dari pemerintah dan daerah lain
atau tergantung dari daerah lain.
b.
yang
menyebabkan
sulitnya
kemampuan
bersaing
dan
mudah
d.
tergugah
dengan
adanya
kelompok-kelompok
tertentu
yang
Politik. Berbagai masalah politik yang masih harus dipecahkan bersama oleh
bangsa Indonesia saat ini seperti diberlakukannya Otonomi daerah, sistem multi
partai, pemisahan TNI dengan Polri serta penghapusan dwi fungsi BRI, sampai
saat ini masih menjadi permasalahan yang belum dapat diselesaikan secara
tuntas karena berbagai masalah pokok inilah yang paling rawan dengan konflik
sosial berkepanjangan yang akhirnya dapat menyebabkan timbulnya disintegrasi
bangsa.
f.
tingkat
pendapatan
masyarakat
dan
meningkatnya
tingkat
h.
dan
teknologi,
hasil
penjabaran
diatas
dapatlah
dianalisis
penyebab-penyabab
Geograf. Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk memisahkan diri
adalah daerah yang paling jauh dari ibu kota, atau daerah yang besar
pengaruhnya dari negara tetangga atau daerah perbatasan, daerah yang
mempunyai pengaruh global yang besar, seperti daerah wisata, atau daerah
yang memiliki kakayaan alam yang berlimpah.
b.
c.
dan
penyebarannya
yang
tidak
merata
dapat
menyebabkan
e.
Politik. Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut
berbagai ketidak nyamanan atau ketidak tenangan dalam bermasyarakat dan
sering mengakibatkan konflik antar masyarakat yang berbeda faham apabila
Ekonomi.
Krisis
ekonomi
yang
berkepanjangan
semakin
menyebabkan
Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa
persaudaraan, agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat
Indonesia.
b.
c.
Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi.
d.
Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsur masyarakat, TNI dan Polri
dalam memerangi separatis.
wilayah
menjadi
daerah
basah
dan
daerah
kering.
BAB III
ANALISA
mencegah
ancaman
disintegrasi
bangsa
maka
perlu
mengetahui
karakteristik penyebab terjadinya ancaman disintegasi bangsa yang terjadi saatsaat ini. Oleh karena itu maka dapat dianalisa melalui beberapa faktor
diantaranya sebagai berikut :
Permasalahan konflik yang terjadi saat ini antar partai, daerah, suku, agama dan
lain-lainnya ditenggarai sebagai akibat dari ketidak puasan atas kebijaksanaan
pemerintah pusat, dimana segala sumber dan tatanan hukum dinegara ini
berpusat. Dari segala bentuk permasalahan baik politik, agama, sosial, ekonomi
maupun kemanusiaan, sebenarnya memiliki kesamaan yakni dimulai dari
ketidakadilan yang diterima oleh masyarakat Indonesia pada umumnya sehingga
menimbulkan ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat, terutama bila kita
meninjau kembali kekeliruan pemerintah masa lalu dalam menerapkan dan
mempraktekkan kebijaksanaannya.
Konflik yang berkepanjangan dibeberapa daerah saat ini sesungguhnya berawal
dari kekeliruan dalam bidang politik, agama, ekonomi, sosial budaya, hukum dan
hankam. Kondisi tersebut lalu diramu dan dibumbui kekecewaan dan sakit hati
beberapa tokoh daerah, tokoh masyarakat, tokoh partai dan tokoh agama yang
merasa disepelekan dan tidak didengar aspirasi politiknya serta para eks
tapol/Napol. Akumulasi dari kekecewaan tersebut menimbulkan gerakan radikal
dan gerakan separatisme yang sulit dipadamkan.
Dalam kecenderungan seperti itu, maka kewaspadaan dan kesiapsiagaan
nasional dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa harus ditempatkan
pada posisi yang tepat sesuai dengan kepentingan nasional bangsa Indonesia.
Oleh karena itu untuk mencegah ancaman disintegrasi bangsa harus diciptakan
keadaan
stabilitas
keamanan
yang
mantap
dan
dinamis
dalam
rangka
konflik
seperti
hal
biasa
misalnya
dalam
Pemilihan
Kepala
Daerah (PILKADA) dan pemekaran wilayah yang dalam banyak hal tampaknya
lebih didasari kepentingan politik daripada ketimbang kesejahteraan rakyat.
Karakteristik konflik tak bisa diisolasi satu dengan yang lainnya. Konflik yang
menggunakan sentimen agama dan etnis bisa saja hanya bungkus untuk
menutupi kepentingan lain yang bersifat pragmatis dan kepentingan jangka
pendek.
Terkadang
inti
persoalannya
terkait
dengan
isu-isu
politik
dan
esensi
demokrasi
itu
sendiri.
Munculnya
Perda-perda
bernuansa agama serta moralitas salah satu hasilnya adalah lebih digunakan
untuk mengalihkan perhatian dari persoalan-persoalan riil didaerah yang tak
mampu dicarikan solusinya oleh para pemimpin daerah.
Keinginan
masyarakat
untuk
membangun
rasa
persatuan
dan
kesatuan
Apabila hal ini dapat dihayati dan diamalkan oleh setiap warga negara maka
akan terbangun rasa cinta tanah air, oleh karena itu perlu mendefinisikan
kembali masa depan kebangsaan dan demokrasi Indonesia yang menghargai
keberagaman dalam berbagai perbedaan sekaligus menumbuh kembangkan
rasa persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI.
b.
penting
dari
munculnya
gejolak
tersebut
antara
lain
akibat
terdesaknya kelompok tertentu dari akses kekuasaan serta adanya suatu proses
yang dianggap tidak adil dan curang. Disisi lain karena keberadaan pendatang
yang
berbeda
budaya,
agama,
atau
rasnya
serta
etnosentrisme
dan
lain
yang
terjadi
dikawasan
timur
Indonesia
memiliki
komposisi
keragaman etnik yang banyak dalam bentuk kelompok suku-suku kecil dan
rentan, sedang kawasan barat Indonesia di pulau-pulau besar tinggal kelompok
suku-suku yang besar yang relatif miskin sumber daya alam, membuat mereka
bergerak mengeksploitasi SDA di kawasan timur Indonesia,
bahkan nyaris
Keadaan
sukses
justru
memanfaatkan
ketertinggalan
penduduk
setempat
sebagai
kelemahan mereka.
Berbagai catatan sejarah membuktikan bahwa benang merah kekerasan yang
terjadi ditingkat elit politik maupun rakyat selalu ada cara adat untuk
menyelesaikannya, bila terjadi konflik mulai masalah personal sampai keranah
publik. Penyelesaian dengan mendamaikan setiap kerusuhan, konflik, atau
perang masa kinipun hal seperti itu tidak dapat dihindari. Perdamaian dengan
cara itu hanya bersifat sementara, karena rekonsiliasi hanya terjadi dimeja
perundingan, bahkan banyak melibatkan pihak luar. Sementara ditingkat akar
rumput
yang
paling
menderita
akibat
konflik,
tidak
banyak
mengalami
1.
2.
Kekerasan komunal berskala besar, baik antar agama, intra agama, dan antar
etnis yang terjadi Kalimatan Barat, Maluku, Sulawesi Tengah, dan Kalimatan
Tengah.
3.
Kekerasan yang terjadi dalam skala kota dan berlansung beberapa hari seperti
peristiwa Mei 1998, huru-hara anti Cina di Tasikmalaya, Banjarmasin, Situbondo
dan Makassar.
4.
Kekerasan sosial akibat main hakim sendiri seperti pertikaian antar desa dan
pembunuhan dukun santet di Jawa Timur 1998.
5.
Kekerasan yang terkait dengan terorisme seperti yang terjadi di Bali dan
Jakarta.
Berdasarkan data GERRY VAN KLINKEN (2007) kekerasan komunal yang berskala
besar ataupun lokal memakan korban paling besar 90 %, dari jumlah itu 57 %
meninggal akibat issu agama, 30 % akibat etnis, 13 % akibat kekerasan rasial.
Semua kejadian tersebut tentu akan berdampak terhadap pecahnya persatuan
dan kesatuan bangsa apabila penanggannya tidak dilaksanakan dengan cepat,
tepat dan tuntas.
d.
e.
mengarah
kepada
disintegrasi
bangsa
harus
terus
diciptakan
dengan
mendorong
kembali
semangat
persatuan,
kesatuan
wilayah dan bela negara sebaiknya pemerintah mencari terobosan lain untuk
mensosialisasikan Pancasila agar dapat dihayati dan diamalkan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Namun yang paling penting adalah bagaimana contoh dan ketauladan dari
semua
penyelenggara
negara,
tokoh
formal
maupun
informal
terhadap
a.
harus
ini,
tanggap
untuk
itu
dan
cepat
pemerintah
bertindak
harus
dalam
bertindak
menghadapi
tegas
dalam
b.
serta kerusakan lingkungan dan infrastruktur dalam jumlah yang tidak sedikit,
sehingga keamanan nasional masyarakat didaerah konflik dan kondisi stabilitas
nasional terganggu.
Dalam era transisi dari masa orde baru ke masa reformasi kebijakan sentralistik
ke desentralistik demokratis sebagaimana yang dituju dalam pemerintahan
nasional ditandai dengan pemberlakuan Otonomi Daerah sesuai dengan UndangUndang No. 32 tahun 2004 Bab I, pasal 1, ayat 5 tentang Pemerintahan Daerah,
tetapi masih ditemui beberapa kendala yang masih perlu diatasi bersama
dengan berbagai pihak yang terkait. Dari kendala-kendala yang terjadi beberapa
permasalahan yang mengandung potensi instabilitas yang dapat mengarah
melemahnya
ketahanan
nasional
Kendala-kendala yang
memiliki
kemampuan
yang
beragam.
Banyak
yang
bahkan ada yang kurang memahami tentang pemerintahan dan dinilai ada
beberapa
pihak
yang
berorientasi
menuntut
haknya
namun
kurang
ini
merupakan
permasalahan
bahwa DPRD merupakan wakil rakyat yang membawa beban amanat dari rakyat
untuk diteruskan kepada pemerintahan pusat, tetapi hampir seluruh anggota
DPRD tidak pernah melanjutkan atau membicarakan kembali amanat dari rakyat
kepada pemerintahan pusat melainkan hanya mengurusi dirinya sendiri dan
partai politik yang diwakilinya.
b.
kondisi,
dan
kebutuhan
daerah,
serta
besaran
pendanaan
seperti
pembangunan
sarana
dan
prasarana
umum
didaerahnya
Dampak dari agenda nasional dan pengaruh issu global terutama demokratisasi
dan hak asasi manusia, masyarakat semakin memahami akan haknya sebagai
warga
negara,
tetapi
ada
kecenderungan
kurang
memahami
akan
kewajibannya, masyarakat makin kritis, reaktif dan proaktif dalam menuntut hakhaknya kepada pemerintah, namun kurang mau mengerti akan kesulitan
pemerintah pusat termasuk pemerintah daerah.
Dana bantuan dari pemerintah pusat yang diberikan kepada beberapa daerah
khusus dalam masalah pendanaan membuat para pejabat daerah yang
mendapatkan dana tersebut terbuai akan pemberian atau pencairan bantuan
dana
tersebut,
sehingga
tidak
pernah
memikirkan
akan
pembangunan
Untuk itu pemerintah pusat harus bertindak tegas dalam masalah pemberian
dana bantuan daerah tertinggal tersebut, karena dikhawatirkan masyarakat tidak
akan percaya dan menuntut kepada pemerintah pusat akibat dari permasalahan
tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Otonomi daerah di Indonesia saat ini masih berada pada periode transisi menuju
desentralisasi demokratik. Dalam kaitan ini sejumlah pakar mengingatkan bahwa
otonomi yang berhasil adalah yang dapat meningkatkan efisiensi dan respon
sektor publik serta dapat mengakomodasi potensi meledaknya kekuatankekuatan politik. Sebaliknya otonomi yang gagal adalah yang mengancam
stabilitas politik dan ekonomi serta mengacaukan pelaksanaan pelayanan umum.
Belum siapnya aparatur baik di tingkat pusat maupun di daerah, mengakibatkan
munculnya
sentimen
kedaerahan
(primordialisme)
yang
berlebihan,
dan buruknya koordinasi antara aparat pusat dan daerah. Oleh karena itu, jika
sejumlah persoalan di atas tidak bisa dituntaskan secepatnya, maka upaya
mengantisipasi potensi disintegrasi bangsa tampaknya masih menjadi tanda
tanya besar. Selain itu, lambatnya menyelesaikan sejumlah kendala ini juga akan
menghambat
pelaksanaan
kebijakan
ini
yang
akan
menambah
lebarnya
a.
Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warganegara bila ditinjau
dari kondisi geografi, demografi, dan kondisi sosial yang ada akan terlihat bahwa
pluralitas, suku, agama, ras dan antar golongan dijadikan pangkal penyebab
konflik atau kekerasan massal, tidak bisa diterima begitu saja. Pendapat ini bisa
benar untuk sebuah kasus tapi belum tentu benar untuk kasus yang lain. Namun
ada kondisi-kondisi struktural dan kultural tertentu dalam masyarakat yang
beraneka ragam yang terkadang terjadi akibat dari suatu proses sejarah atau
peninggalan penjajah masa lalu, sehingga memerlukan penanganan khusus
dengan pendekatan yang arif namun tegas walaupun aspek hukum, keadilan dan
sosial budaya merupakan faktor berpengaruh dan perlu pemikiran sendiri.
b.
c.
d.
Kepemimpinan
(leadership)
dari
tingkat
elit
politik
nasional
hingga
saat
ini.
Sedangkan
peredaman
konflik
pada
skala
kejadiannya
4.2. Saran
Pemerintah perlu mengadakan kajian secara akademik dan terus menerus agar
didapatkan suatu rumusan bahwa nasionalisme yang berbasis multi kultural
dapat dijadikan ajaran untuk mengelola setiap perbedaan agar muncul
pengakuan
secara
sadar/tanpa
paksaan
dari
setiap
warga
negara
atas
Setiap pemimpin dari tingkat desa sampai dengan tingkat tertinggi , dalam
membuat aturan atau kebijakan haruslah dapat memenuhi keterwakilan semua
elemen masyarakat sebagai warga negara.
c.
Setiap warga negara agar memiliki kepatuhan terhadap semua aturan dan
tatanan yang berlaku, kalau perlu diambil sumpah seperti halnya setiap prajurit
yang akan menjadi anggota TNI dan tata cara penyumpahan diatur dengan
Undang-undang.
d.
e.
Menghimbau para musisi agar mau menciptakan suatu karya musik atau lagulagu yang mengobarkan rasa cinta tanah air dan bangga menjadi Bangsa
Indonesia.
Berdasarkan
dahsyatnya
sebuah
pengalaman
lagu
mempunyai
sejarah
telah
pengaruh
membuktikan
terhadap
para
betapa
pejuang
g.
diatas
diri
segalanya
dalam
bagi
keutuhan
NKRI,
sehingga
dapat
h.
Menumbuhkan rasa nasionalisme yang mulai luntur, jika perlu mungkin dibuat
semacam deklarasi Nasional oleh pemerintah dengan tekad memelihara
keutuhan persatuan dan kesatuan NKRI. Suatu deklarasi yang tepat akan dapat
menjadi pemicu tumbuhnya rasa nasionalisme.
i.
1.
Naskah Pancasila :
Pancasila yang menjadi dasar negara bangsa kita juga terdiri dari 2 dokumen
yang berbeda, yaitu Naskah Pancasila yang ada di Jakarta Charter (Piagam
Jakarta) dan naskah Pancasila yang ada di Pembukaan UUD 1945. Perbedaan
terletak pada sila pertama. Pada Piagam jakarta sila pertama berbunyi
"Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemelukpemeluknya", sedangkan pada Pembukaan UUD 1945 alenia ke 4 berbunyi
"Ketuhanan Yang Maha Esa". Mana yang benar ?
Semuanya benar......!!! Naskah Pancasila yang ada pada Piagam Jakarta yang
disusun oleh Panitia Kecil atau Panitia 9, menurut saya adalah naskah
Pancasila yang asli tetapi tidak autentik. Yang autentik (sah) adalah naskah
Pancasila yang ada dalam Pembukaan UUD 1945 alenia 4 sesuai dengan
ketentuan pemerintah dan berlaku sampai dengan sekarang.
Rumusan-rumusan Pancasila
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ada usul agar artikel atau bagian ini digabungkan ke
Pancasila. (Diskusikan)
Pancasila sebagai dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia telah diterima
secara luas dan telah bersifat final. Hal ini kembali ditegaskan dalam Ketetapan MPR No
XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara
jo Ketetapan MPR No. I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002. Selain
itu Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil kesepakatan bersama para Pendiri Bangsa
yang kemudian sering disebut sebagai sebuah Perjanjian Luhur bangsa Indonesia.
Namun di balik itu terdapat sejarah panjang perumusan sila-sila Pancasila dalam perjalanan
ketatanegaraan Indonesia. Sejarah ini begitu sensitif dan salah-salah bisa mengancam
keutuhan Negara Indonesia. Hal ini dikarenakan begitu banyak polemik serta kontroversi
yang akut dan berkepanjangan baik mengenai siapa pengusul pertama sampai dengan
pencetus istilah Pancasila. Artikel ini sedapat mungkin menghindari polemik dan kontroversi
tersebut. Oleh karena itu artikel ini lebih bersifat suatu "perbandingan" (bukan
"pertandingan") antara rumusan satu dengan yang lain yang terdapat dalam dokumendokumen yang berbeda. Penempatan rumusan yang lebih awal tidak mengurangi kedudukan
rumusan yang lebih akhir.
Dari kronik sejarah setidaknya ada beberapa rumusan Pancasila yang telah atau pernah
muncul. Rumusan Pancasila yang satu dengan rumusan yang lain ada yang berbeda namun
ada pula yang sama. Secara berturut turut akan dikemukakan rumusan dari Muh Yamin,
Sukarno, Piagam Jakarta, Hasil BPUPKI, Hasil PPKI, Konstitusi RIS, UUD Sementara, UUD
1945 (Dekrit Presiden 5 Juli 1959), Versi Berbeda, dan Versi populer yang berkembang di
masyarakat.
Daftar isi
[5]
[6]
[7]
5 Rumusan V: PPKI
[11]
[10]
9.1 Rumusan
10.1 Rumusan
11 Epilog
12 Catatan kaki
13 Referensi
14 Lihat pula
Rumusan Pidato
Baik dalam kerangka uraian pidato maupun dalam presentasi lisan Muh Yamin
mengemukakan lima calon dasar negara yaitu[1]:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri ke-Tuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Rumusan Tertulis
Selain usulan lisan Muh Yamin tercatat menyampaikan usulan tertulis mengenai rancangan
dasar negara. Usulan tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI oleh Muh Yamin berbeda
dengan rumusan kata-kata dan sistematikanya dengan yang dipresentasikan secara lisan,
yaitu[2]:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Alternatif pembacaan
Alternatif pembacaan rumusan kalimat rancangan dasar negara pada Piagam Jakarta
dimaksudkan untuk memperjelas persetujuan kedua golongan dalam BPUPKI sebagaimana
terekam dalam dokumen itu dengan menjadikan anak kalimat terakhir dalam paragraf
keempat tersebut menjadi sub-sub anak kalimat.
dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan,
[A] dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemelukpemeluknya, menurut dasar[:]
[A.1] kemanusiaan yang adil dan beradab,
[A.2] persatuan Indonesia, dan
[A.3] kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan[;]
serta
[B] dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Rumusan populer
Versi populer rumusan rancangan Pancasila menurut Piagam Jakarta yang beredar di
masyarakat adalah:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Jakarta yaitu dengan menghilangkan kata serta dalam sub anak kalimat terakhir. Rumusan
rancangan dasar negara hasil sidang BPUPKI, yang merupakan rumusan resmi pertama,
jarang dikenal oleh masyarakat luas[9].
Rumusan V: PPKI
Menyerahnya Kekaisaran Jepang yang mendadak dan diikuti dengan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang diumumkan sendiri oleh Bangsa Indonesia (lebih awal dari
kesepakatan semula dengan Tentara Angkatan Darat XVI Jepang) menimbulkan situasi
darurat yang harus segera diselesaikan. Sore hari tanggal 17 Agustus 1945, wakil-wakil dari
Indonesia daerah Kaigun (Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan), di
antaranya A. A. Maramis, Mr., menemui Sukarno menyatakan keberatan dengan rumusan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya untuk ikut
disahkan menjadi bagian dasar negara. Untuk menjaga integrasi bangsa yang baru
diproklamasikan, Sukarno segera menghubungi Hatta dan berdua menemui wakil-wakil
golongan Islam. Semula, wakil golongan Islam, di antaranya Teuku Moh Hasan, Mr. Kasman
Singodimedjo, dan Ki Bagus Hadikusumo, keberatan dengan usul penghapusan itu. Setelah
diadakan konsultasi mendalam akhirnya mereka menyetujui penggantian rumusan
Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
dengan rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa demi keutuhan Indonesia.
Pagi harinya tanggal 18 Agustus 1945 usul penghilangan rumusan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya dikemukakan dalam rapat pleno PPKI.
Selain itu dalam rapat pleno terdapat usulan untuk menghilangkan frasa menurut dasar dari
Ki Bagus Hadikusumo. Rumusan dasar negara yang terdapat dalam paragraf keempat
Pembukaan Undang-Undang Dasar ini merupakan rumusan resmi kedua dan nantinya akan
dipakai oleh bangsa Indonesia hingga kini. UUD inilah yang nantinya dikenal dengan UUD
1945.
dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Yogyakarta. Pada Mei 1950 hanya ada tiga negara bagian yang tetap eksis yaitu RI
Yogyakarta, NIT[13], dan NST[14]. Setelah melalui beberapa pertemuan yang intensif RI
Yogyakarta dan RIS, sebagai kuasa dari NIT dan NST, menyetujui pembentukan negara
kesatuan dan mengadakan perubahan Konstitusi RIS menjadi UUD Sementara. Perubahan
tersebut dilakukan dengan menerbitkan UU RIS No 7 Tahun 1950 tentang Perubahan
Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara
(LN RIS Tahun 1950 No 56, TLN RIS No 37) yang disahkan tanggal 15 Agustus 1950.
Rumusan dasar negara kesatuan ini terdapat dalam paragraf keempat dari Mukaddimah
(pembukaan) UUD Sementara Tahun 1950.
Rumusan kalimat[15]
, berdasar pengakuan ke-Tuhanan Yang Maha Esa, perikemanusiaan, kebangsaan,
kerakyatan dan keadilan sosial,
dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial.
Rumusan
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
Epilog
Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah
dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanakan secara konsisten
dalam kehidupan bernegara (Pasal 1 Ketetapan MPR No XVIII/MPR/1998 jo Ketetapan
MPR No. I/MPR/2003 jo Pasal I Aturan Tambahan UUD 1945).
Catatan kaki
1.
4.
^ Risalah 2
5.
^ Risalah 2
6.
^ Risalah 2
7.
^ Risalah 2
8.
^ Risalah 2
9.
^ Risalah 2
10.
^ Risalah 2
11.
^ Risalah 2
12.
13.
^ Negara Indonesia Timur, wilayahnya meliputi Sulawesi dan pulaupulau sekitarnya, Kepulauan Nusa Tenggara, dan seluruh kepulauan
Maluku
14.
15.
16.
17.
18.
Referensi
1. UUD 1945
2. Konstitusi RIS (1949)
3. UUD Sementara (1950)
4. Berbagai Ketetapan MPRS dan MPR RI
5. Saafroedin Bahar (ed). (1992) Risalah Sidang BPUPKI-PPKI 29 Mei 1945-19
Agustus 1945. Edisi kedua. Jakarta: SetNeg RI
6. Tim Fakultas Filsafat UGM (2005) Pendidikan Pancasila. Edisi 2. Jakarta:
Universitas Terbuka