PANCASILA
SEBAGAI DASAR
NEGARA
X DKV C
KELOMPOK
KAMI
Devi Nurmayanti Lulu Maritsa Najwa Auliya Najmi Diya Uzzahra Rizka Muryani
1. POKOK PIKIRAN DALAM
BPUPK
a. Nilai nilai Pancasila dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia
Pada 7 September 1944, dalam sidang istimewa Parlemen Jepang (Teikoku Gikai)
yang ke-85 di Tokyo, Perdana Menteri Kuniaki Koiso mengumumkan sikap
pemerintah Jepang, yaitu daerah di Hindia Timur (Indonesia) akan diperkenankan
merdeka. Untuk membuktikan kesungguhannya, pada 27 April 1945, Letnan Jenderal
Kumakici Harada sebagai panglima tentara Jepang di Jawa mengumumkan
dibentuknya Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia, disingkat BPUPK).
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) diresmikan pada tanggal
28 Mei 1945. Peresmian badan ini dilakukan di Gedung Chuo Sangi In, Jalan Pejambon,
Jakarta. Pada peresmian ini, dilakukan upacara pengibaran bendera Hinomaru dan
pengibaran bendera Sang Merah Putih.
BPUPK diketuai oleh dr. Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil R.P. Suroso (saat itu
menjabat sebagai residen di Kedu, Jawa Tengah).
Anggota BPUPK berjumlah 60 orang, diantaranya terdapat juga wakil dari golongan
masyarakat Tionghoa, Arab, peranakan Belanda, serta 7 orang lainnya sebagai anggota
istimewa dari Jepang.
c. Pokok-pokok pikiran dalam BPUPK
"...kewajiban yang terpikul di atas kepala dan kedua bahu kita, ialah suatu kewajiban yang
sangat teristimewa. Kewajiban untuk ikut menyelidiki bahan-bahan yang akan menjadi dasar
dan susunan negara yang akan terbentuk dalam suasana kemerdekaan..."
Selanjutnya, Muhammad Yamin menyatakan lima "asas dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia", sebagai berikut.
a) Perikebangsaan
b) Perikemanusiaan
c) Peri ketuhanan
d) Peri kerakyatan
e) Kesejahteraan Rakyat
2) Pandangan Soepomo
Di awal pidatonya, Soekarno menegaskan dasar negara adalah philosofische grondslag atau
fondasi, filsafat, atau pikiran yang sedalam- dalamnya yang menjadi dasar untuk mendirikan
Negara Indonesia. Menurutnya, fondasi atau dasar mendirikan Negara Indonesia adalah
sebagai berikut.
a) Kebangsaan Indonesia
b) Internasionalisme atau perikemanusiaan
c) Mufakat atau demokrasi
d) Kesejahteraan Sosial
e) Ketuhanan yang Maha Esa
2. PIAGAM JAKARTA DAN
PEMBUKAAN UUD 1945
a. Panitia delapan
Di akhir masa persidangan pertama, Ketua BPUPK membentuk panitia kecil yang
berjumlah delapan orang. Panitia kecil ini disebut juga dengan Panitia Delapan.
Anggota Panitia Delapan ini terdiri dari golongan kebangsaan dan golongan
keagamaan. Tugas Panitia Delapan adalah memeriksa dan mengklasifikasikan
usul-usul, baik lisan maupun tulisan, untuk dibahas pada masa sidang BPUPK
yang kedua (10-17 Juli 1945).
b. Panitia Sembilan dan Piagam Jakarta
b. Alinea keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 pada anak kalimat yang berbunyi
"Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" diubah
menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa".
c. Alinea keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 pada anak kalimat yang berbunyi
"Menurut kemanusiaan yang adil dan beradab" diubah menjadi "Kemanusiaan yang adil dan
beradab".
TOKOH PENTING
Tokoh penting di balik perubahan ini adalah Mohammad Hatta. Setelah mendengar keberatan tokoh-
tokoh Kristen dari wilayah Indonesia Timur atas kalimat "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" pada Piagam Jakarta, Mohammad Hatta segera mendekati
tokoh-tokoh Islam untuk bersedia mengubah rumusan kalimat tersebut. Kebesaran hati tokoh-tokoh
Islam untuk menjaga keutuhan bangsa menghasilkan kesepakatan untuk menghapus tujuh kata dalam
Piagam Jakarta tersebut dan menggantikannya dengan kalimat "Ketuhanan Yang Maha Esa"
sebagaimana yang dapat kita temukan dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.
TERIMA
KASIH