TES
WAWASAN
KEBANGSAAN
Disusun oleh:
Prof. Dr.rer.nat Surya Jatmika,
M. Sc, M. Eng, P.hD
SEJARAH PEMBENTUKAN PANCASILA
SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA
Pancasila adalah ideologi dasar bagi Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas.
Pancasila terdiri dari lima sila. Lima sendi utama (Sila) penyusun Pancasila adalah
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
dan tercantum pada paragraf ke 4 Preambule (Pembukaan) UUD1 945.
Penjajahan Belanda usai pada 8 Maret 1942, Sejak itu Indonesia diduduki oleh
Jepang. Namun Jepang tidak lama melakukan pendudukan di Indonesia. Karena
Sejak tahun 1944, tentara Jepang mulai kesulitan dalam menghadapi tentara
Sekutu.
Untuk mendapat simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam
melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan kepada rakyat
indonesia. Janji kemerdekaan diucapkan pada tanggal 7 September 1944 oleh
Perdana Menteri Kaiso.
Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang
memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu
janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan
(Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura)
Selain itu Muhammad Yamin juga memberikan usul secara tertulis yang juga terdiri
dari lima hal, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Kelima hal tersebut oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Kemudian Bung Karno
mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan
Berikutnya tiga hal tersebut menurutnya juga bisa diperas lagi menjadi Ekasila yaitu
Gotong Royong.
Selesai sidang 1 BPUPKI, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat
untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul yang
masuk dan memeriksanya serta melaporkan dalam sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap
anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai
dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri dari 8 orang,
yaitu:
Mr. Muh. Yamin
Ir. Soekarno
K.H. Wachid Hasjim
Ki Bagus Hadikusumo
M. Sutardjo Kartohadikusumo
R. Otto Iskandar Dinata
Mr. A.A. Maramis
Drs. Muh. Hatta
Kemudian Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia
Kecil, dengan para anggota BPUPKI yang berada (berasal) di Jakarta. Hasil
yang dapat dicapai antara lain adalah dibentuknya sebuah Panitia Kecil
Penyelidik Usul-Usul / Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang,
yaitu:
Mr. Muh. Yamin
Ir. Soekarno
Mr. A.A. Maramis
Drs. Muh. Hatta
K.H. Wachid Hasyim
Mr. Ahmad Subardjo
Abikusno Tjokrosujoso
Abdul Kahar Muzakkir
H. Agus Salim (DISINGKAT SU/HA/MA/WA/DUL/3A/MIN)
Panitia Kecil yang beranggotakan 9 orang ini pada tanggal tersebut juga melanjutkan
sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian
lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”.
Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-14 juli 1945, Agenda sidang BPUPKI kali
ini membahas tentang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
kewarganegaraan Indonesia, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan
keuangan, pembelaan negara, serta pendidengajaran. Pada persidangan BPUPKI
yang kedua ini, anggota BPUPKI dibagi-bagi dalam panitia-panitia kecil.
Panitia-panitia kecil yang terbentuk itu antara lain adalah: Panitia Pembelaan
Tanah Air (diketuai oleh Raden Abikusno Tjokrosoejoso), Panitia Perancang
Undang-Undang Dasar (diketuai oleh Ir. Soekarno) dan Panitia Ekonomi dan
Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta).
Inti dari pertemuan Hatta dan perwakilan Inndonesia Timur adalah, rakyat
Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di
belakang kata "ketuhanan" yang berbunyi "dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dihapus. Jika tidak maka rakyat
Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari Indonesia yang baru
saja diproklamasikan, hal tersebut karena mayoritas penduduk di indonesia
bagian timur beragama non-muslim.
Usul kemudian disampaikan oleh Muh. Hatta pada sidang pleno PPKI, khususnya
kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada KH. Wakhid
Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta kemudian
berusaha meyakinkan tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa indonesia.
Setelah dilakukan Musyarah dan Mufakat serta Oleh karena pendekatan yang intens
dan demi persatuan dan kesatuan, akhirnya dihapuslah kata "dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" di belakang kata Ketuhanan
dan diganti dengan "Yang Maha Esa".
LAMBANG DAN SIMBOL KENEGARAAN
Arti dan Makna Lambang dan Simbol Negara - Garuda Pancasila merupakan
Lambang negara Indonesia, yang juga memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika
(Meskipun Berbeda-beda tetapi tetap satu Jika). Lambang negara Indonesia
berbentuk burung Garuda dengan kepala menghadap ke sebelah kanan (dari sudut
pandang Garuda), dan mempunyai perisai berbentuk seperti jantung yang digantung
menggunakan rantai pada leher Garuda, dan terdapat semboyan Bhinneka Tunggal
Ika yang bermakna "Meskipun Berbeda-beda tetapi tetap satu Jiwa" tertulis di atas
pita yang dicengkeram oleh Garuda. Sultan Hamid II lah yang merancang
Lambang ini, namun kemudian disempurnakan oleh Bung Karno, Setelah itu
diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada tanggal
11-Februari-1950 dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat.
Ideologi Pancasila
Lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila penggunaannya diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 43/1958.
Berikut merupakan poin-poin dalam butir-butir Pancasila. silakan Resapi dan hayati
isinya. isi butir butir pancasila:
7. Pancasila sebagai Cita-cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia
Dalam Pancasila mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia yang
menjadikan pancasila sebagai patokan atau landasan pemersatu bangsa. dimana
tujuan akhirnya yaitu untuk mencapai masyarakat adil, makmur yang merata
baik materiil maupun spiritual yang berdasarkan Pancasila.
UUD 1945 diresmikan menjadi undang-undang dasar negara oleh PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 18-Agustus-1945.
Sejak 27 Desember 1949 : di Indonesia berlaku Konstitusi RIS.
Sejak 17 Agustus 1950 : di Indonesia berlaku UUDS 1950.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 : kembali memberlakukan UUD 1945,
Tanggal 22 Juli 1959 : UUD 1945 dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR.
Kemudian Naskah rancangan UUD 1945 dibuat pada saat Sidang Ke-2 BPUPKI
tanggal 10-17 Juli 1945. dan Tanggal 18-Agustus-1945, PPKI mengesahkan UUD
1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Kabinet pada Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949 sering terjadi
perubahan. Kabinet RI yang pertama terdiri dari 4 menteri negara dan 12
menteri memimpin departemen. Namun kabinet ini dipimpin oleh Bung Karno.
MASA TRANSISI
(21-MEI-1998 SAMPAI 19-OKTOBER-1999)
Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu sejak Presiden Soeharto digantikan oleh
B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.
Tujuan amandemen UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar
seperti kedaulatan rakyat, tatanan negara, pembagian kekuasaan, HAM, eksistensi
negara demokrasi dan negara hukum, dll yang sesuai dengan perkembangan
kebutuhan dan aspirasi bangsa. Amandemen UUD 1945 mempunyai kesepakatan
yaitu tidak merubah Pembukaan UUD 1945, dan tetap mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), juga memperjelas sistem pemerintahan
presidensial.
Dalam periode 1999-2002, terjadi 4 kali amendemen UUD 1945 yang ditetapkan
dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR yaitu:
Pada Sidang Umum MPR 1999, 14-21 Oktober 1999, Amandemen Pertama.
Pada Sidang Tahunan MPR 2000, 7-18 Agustus 2000, Amandemen Kedua.
Pada Sidang Tahunan MPR 2001, 1-9 November 2001, Amandemen Ketiga.
Pada Sidang Tahunan MPR 2002, 1-11 Agustus 2002, Amandemen Keempat.
Amandemen Kedua
Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang Ditetapkan tanggal 18-Agustus-2000, yaitu:
Bab IX A: Tentang Wilayah Negara
Bab VI: Tentang Pemerintahan Daerah
Bab XA: Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
Bab VII: Tentang Dewan Perwakilan Daerah (DPR)
Bab XV: Tentang Bahasa, Bendera, Lagu Kebangsaan dan Lambang Negara
Bab X: Tentang Penduduk dan Warga Negara
Bab XII: Tentang Pertahanan dan Keamanan
Amandemen Ketiga
Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang Ditetapkan tanggal 9-November-2001,
yaitu:
Bab II: Tentang MPR
Bab I: Tentang Bentuk dan Kedaulatan
Bab VIII A: Tentang BPK (Badan Pemeriksa keuangan)
Bab III: Tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara
Bab VII A: Tentang DPR
Bab V: Tentang Kementrian Negara
Bab VII B: Tentang Pemilihan Umum
Amandemen Keempat
Perubahan ini meliputi 19 pasal yang terdiri dari 31 butir ketentuan serta 1 butir yang
dihapuskan. yang Ditetapkan pada tanggal 10-Agustus-2002. Pada Amandemen
keempat ini ditetapkan bahwa:
UUD 1945 sebagaimana telah diubah merupakan UUD 1945 yang ditetapkan pada
18-Agustus-1945 dan diberlakukan kembali melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Setelah dilakukan 4 kali amandemen, UUD 1945 memiliki 16 bab, 37 pasal, 194 ayat,
3 pasal Aturan Peralihan, serta 2 pasal Aturan Tambahan.
TOLERANSI ANTAR UMAT
Manusia merupakan makhluk individu sekaligus juga sebagai makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial manusia diwajibkan mampu berinteraksi dengan individu /
manusia lain dalam rangka memenuhi kebutuhan. Dalam menjalani kehidupan sosial
dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok
yang berbeda dengannya salah satunya adalah perbedaan kepercayaan / agama.
Toleransi juga dapat dikatakan (dalam konteks agama dan sosial budaya) sikap dan
perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap golongan-golongan yang
berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas pada suatu masyarakat. Misalnya
toleransi beragama dimana penganut Agama mayoritas dalam sebuah masyarakat
mengizinkan keberadaan agama minoritas lainnya. Jadi toleransi antar umat
beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai
keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain.
Pada sila pertama dalam Pancasila, disebutkan bahwa bertaqwa kepada tuhan
menurut agama dan kepercayaan masing-masing merupakan hal yang mutlak.
Karena Semua agama menghargai manusia oleh karena itu semua umat beragama
juga harus saling menghargai. Sehingga terbina kerukunan hidup anatar umat
beragama.
Misalnya saat pelaksanaan Idul Fitri yang jatuh pada Minggu. Pengelola gereja
langsung menelepon pengurus masjid untuk menanyakan soal kepastian perayaan
Idul Fitri. Kemudian pengurus gereja merubah jadwal ibadah paginya pada Minggu
menjadi siang hari, agar tidak mengganggu umat Islam yang sedang menjalankan
shalat Idul Fitri.
Contoh lainnya adalah pengurus masjid selalu membolehkan halaman Masjid untuk
parkir kendaraan bagi umat kristiani GKJ Joyoningratan saat ibadah Paskah
maupun Natal.
hal tersebut merupakan contoh kecil toleransi antarumat beragama yang hingga saat
ini terus dipelihara. Baik pihak gereja maupun Pihak masjid, saling menghargai dan
memberikan kesempatan untuk menjalankan ibadah dengan khusyuk dan lancar bagi
masih-masing pemeluknya. seandainya terdapat oknum tertentu yang akan mengusik
kerukunan antar umat beragama di tempat tersebut, baik pihak masjid
maupaun gereja akan bergabung untuk mencegahnya.
PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA
Bangsa Indonesia dikenal sebagai negara yang majemuk, ditandai dengan
banyaknya suku, etnis, budaya, agama, adat istiadat di dalamnya. Di sisi lain, Bangsa
Indonesia dikenal memiliki masyarakat multikultural, masyarakat yang anggotanya
memiliki latar belakang budaya (cultural background) beragam. Multikulturalitas dan
Kemajemukan ini menggambarkan banyaknya keragaman yang ada. Bila dikelola
secara benar, keberagaman dapat menghasilkan energi yang luar biasa besar.
Namun sebaliknya bila tidak dikelola secara benar, kemajemukan dan
multikulturalitas dapat menghasilkan perpecahan. Oleh karena itu, Persatuan dan
Kesatuan adalah hal yang mutlak bagi bangsa indonesia.
Sumpah Pemuda
Kebulatan tekad untuk menciptakan Persatuan Indonesia kemudian tercermin di ikrar
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta yang diprakarsai oleh
pemuda perintis kemerdekaan yang berbunyi:
Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Bertumpah darah Satu Tanah
Air Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Berbangsa Satu Bangsa
Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa
Indonesia.
Sampai sekarang Sumpah Pemuda sering disebut sebagai pangkal tumpuan cita-cita
menuju Indonesia merdeka. Walaupun pada kenyataanya persatuan berkali-kali
mengalami gangguan dan kerenggangan.
Kebangkitan Nasional
Kebangkitan Bangsa Indonesia untuk mencapai Indonesia merdeka yang sangat
momunental ditandai dengan lahirnya Budi Utomo pada 20 Mei 1908, Budi Utomo
merupakan sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo beserta
para mahasiswa STOVIA. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan
tetapi tidak bersifat politik. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang
bertujuan mencapai kemerdekaan Bangsa Indonesia walaupun pada saat itu
organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa. Setelah
Organisasi Budi Utomo lahir kemudian bermunculan organiasasi lain yang bertujuan
mencapai Kemerdekaan Indonesia. Organisasi tersebut adalah, Serikat Islam Tahun
1911, Muhammadiyah Tahun 1912, Indiche Partij Tahun 1911, Perhimpunan
Indonesia Tahun 1924, Partai Nasional Indonesia Tahun 1929, Partindo Tahun
1933 dan sebagainya. Integrasi pergerakan dalam mencapai cita-cita itu pertama
kali tampak dalam bentuk federasi seluruh organisasi politik / organisasi masyarakat
yang ada yaitu permufakatan perhimpunan-perhimpunan Politik Kemerdekaan
Indonesia pada tahun 1927.
Proklamasi Kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 17 Agustus 1945 merupakan
titik kulminasi dari perjuangan bangsa Indonesia, ini berarti bahwa sejarah
perjuangan bangsa Indonesia telah mencapai puncaknya pada saat diproklamasikan.
Puncak bukanlah akhir, oleh karena itu perjuangan belum selesai karena itu kita
sebagai generasi muda harus tetap berjuang untuk mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan di segala bidang kehidupan. Proklamasi memiliki makna bahwa bangsa
Indonesia telah berhasil melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan dan sejak
saat itu bangsa Indonesia bebas menentukan nasibnya sendiri tanpa campur dari
negara lain.
Arti Penting Persatuan dan Kesatuan Bangsa adalah sebagai alat untuk mencapai
cita-cita proklamasi kemerdekaan yakni masyarakat yang sejahtera, adil dan
makmur. Karena Persatuan sangatlah penting untuk mencapai kesejahteraan bagi
sebuah negara.
PENGERTIAN DAN MAKNA
BHINNEKA TUNGGAL IKA
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan (moto) yang dimiliki bangsa
Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno dan seringkali diartikan dengan
kalimat "Berbeda-beda tetapi tetap satu".
Jika Diterjemahkan per kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau
"berbeda-beda". Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" yang
merupakan pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti
"satu". Kata ika berarti "itu". Jadi Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan
"Beraneka Satu Itu". Maka, Bhinneka Tunggal Ika "Beraneka Satu Itu" bermakna
meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap satu
kesatuan.
Kalimat Bhineka Tunggal Ika sendiri merupakan kutipan dari sebuah kakawin
Jawa Kuno yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular sekitar abad ke-14
semasa kerajaan Majapahit. Kakawin ini merupakan kakawin yang mengajarkan
toleransi umat beragama yaitu mengajarkan toleransi antara umat Buddha
dengan umat Hindu Siwa.
Karena Bagi setiap masyarakat Indonesia, semboyan Bhineka Tunggal Ika dapat
dijadikan sebagai dasar guna melaksanakan perwujudan terhadap kerukuan dan
kesatuan bangsa Indonesia. Selayaknya, kita mewujudkannya dalam kehidupan
sehari-hari, contohnya dengan cara menjalani kehidupan dengan saling menghargai
dan menghormati setiap individu / warga negara, terlepas dari setiap perbedaan yang
ada, tidak saling membedakan bahkan mencaci karena hal ini bisa menimbulkan
konflik dan menjadi sumber atau awal pemecah kesatuan bangsa.
Pengertian Patriotisme
Patriotisme berasal dari kata "Patriot" dan "isme" dalam bahasa Indonesia yang
berarti jiwa kepahlawanan atau sifat kepahlawanan. Serta kata "Patriotism" dalam
bahasa Inggris yang berarti sikap pantang menyerah, gagah berani, dan rela
berkorban demi bangsanya. Patriotisme merupakan sikap yang bersumber dari
perasaan cinta tanah air, sehingga menimbulkan rasa rela berkorban untuk
bangsanya.
Blind Patriotism (Patriotisme Buta) keterikatan kepada bangsa atau negara tanpa
memperdulikan toleran terhadap kritik, seperti dalam ungkapan: "benar atau salah,
apapun yang dilakukan bangsa harus didukung sepenuhnya". sehingga hal tersebut bisa
membawa peperangan dan kehancuran dunia.
Masa Perang (Darurat) Sikap patriotism pada masa perang (darurat) dapat diwujudkan
dengan cara: ikut berperang secara fisik melawan penjajah, petugas logistik, menjadi
petugas dapur umum, menolong tentara (TNI) yang terluka, dsb.
Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme bersumber dari kata "nasional" dan "isme" yaitu paham kebangsaan
yang memiliki arti: semangat dan kesadaran cinta tanah air, memelihara
kehormatan bangsa, mempunyai kebanggaan sebagai penduduk bangsa,
mempunyai rasa solidaritas kepada musibah dan kekurangan terhadap saudara
sebangsa dan senegaranya.
Berikut beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menanamkan jiwa patriotisme dan
nasionalisme kepada semua elemen Bangsa (Indonesia):
Memelihara semangat, disiplin, tekad, dan meningkatkan partisipasi aktif
dalam pelaksanaan pembangunan.
Meningkatkan disiplin nasional dan tanggung jawab sosial dalam rangka
menumbuhkan sikap mental kesetiakawanan sosial, tepa selira, tenggang rasa, dan
rasa tanggung jawab.
Melakukan pendidikan politik dalam rangka meningkatkan kesadaran akan
hak dan kewajiban sebagai warga negara yang memiliki tanggung jawab.
Selain ketiga cara diatas, penerapan prinsip patriotisme dan nasionalisme dapat
dilakukan dengan cara Pewarisan dan Keteladanan.
Cara Pewarisan
Cara pewarisan dilakukan dengan mengadakan serangkaian kegiatan yang dapat
menumbuh kembangkan jiwa patriotisme dan nasionalisme pada generasi muda.
Kegiatan tersebut seperti mengenal perjuangan tokoh-tokoh pahlawan, mengunjungi
tempat-tempat bersejarah seperti museum, dan tapak tilas perjuangan bangsa.
Sikap nasionalisme dan patriotisme hanya didapat pada orang yang meletakkan
nasionalisme dan patriotisme sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Sikap
tersebut perlu ditanamkan sejak dini. dan dapat diwujudkan di berbagai lingkungan,
baik di sekolahan, lingkungan keluarga, masyarakat maupun berbangsa dan
bernegara.
Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan keluarga:
mendengarkan nasihat orang tua.
membantu orang tua.
menghormati dan menghargai orang tua.
menjaga nama baik keluarga.
Cara Keteladanan
Dalam hal ini generasi sebelumnya memberikan keteladanan (contoh) sikap hidup
yang mencerminkan patriotisme dan nasionalisme. Keteladanan dapat diberikan di
berbagai aspek lingkungan, seperti masyarakat, sekolah dan keluarga.
Keteladanan di lingkungan keluarga biasanya diberikan oleh ibu, ayah, atau anak
yang lebih tua. Contoh keteladanan di lingkungan keluarga:
seorang kakak yang memberi teladan / contoh yang baik dalam hal kegiatan
keagamaan.
Model integrasi atau Model konsensus yang menekankan akan unsur norma dan
legitimasi memiliki landasan tentang masyarakat, yaitu sebagai berikut:
Asas merdeka
Kemerdekaan merupakan hak segala bangsa, karena itu kehidupan pribadi,
masyarakat, dan berbangsa yang bebas itu tetap harus mempunyai tanggung jawab
dan kewajiban bermasyarakat, bernegara dan berbangsa yang menghormati,
menghargai dan menjunjung tinggi kemerdekaan tersebut.
Organisasi ekonomi
Sistem norma sosial, yang memberikan kemungkinan kepada masyarakat
untuk bekerjasama serta menyesuaikan diri
Organisasi politik
Alat atau Lembaga Pendidikan (Keluarga)
Sedang Istilah Negara Kesatuan Republik Indonesia menutut UUD 1945 Pasal 1
(1) berbunyi sebagai berikut: Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang
berbentuk Republik. Ketentuan ini dijelaskan dalam pasal 18 UUD 1945 ayat (1)
yang menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kota dan kabupaten,
yang tiap-tiap kota, kabupaten dan provinsi itu mempunyai pemerintahan
daerah yang diatur dengan undang-undang.
Tujuan NKRI
Tujuan nasional Negara Indonesia sesuai dengan yang tertulis di pembukaan UUD
1945 alenia ke-4, yaitu:
Memajukan kesejahteraan umum.
Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Fungsi NKRI
Berdasarkan tujuan nasional Negara Indonesia, maka fungsi NKRI dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Fungsi membentuk kelembagaan Negara
Fungsi membuat UUD
Fungsi menentukan anggaran pendapatan dan belanja negara
Fungsi membuat undang-undang dan peraturan-peraturan umum
Fungsi pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan negara
Fungsi pertimbangan
Fungsi pemerintahan menyelenggarakan kemakmuran
Fungsi kehakiman
Fungsi perencanaan (kegiatan pembangunan Negara).
KEBERAGAMAN BANGSA INDONESIA
Indonesia merupakan negara kepulauan yang penuh dengan kekayaan serta
keragaman budaya, ras, suku bangsa, kepercayaan, agama, bahasa daerah, dan
masih banyak lainnya. Meskipun penuh dengan keragaman budaya, Indonesia tetap
satu sesuai dengan semboyan nya, Bhineka Tunggal Ika yang artinya "meskipun
berbeda-beda tetapi tetap satu jua". Keragaman budaya turut serta didukung oleh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah wilayah-wilayahnya oleh
lautan.
Keberagaman yang ada pada masyarakat, bisa saja menjadi tantangan hal itu
disebabkan karena orang yang mempunyai perbedaan pendapat bisa lepas kendali.
Munculnya perasaan kedaerahan serta kesukuan yang berlebihan dan dibarengi
tindakan yang dapat merusak persatuan, hal tersebut dapat mengancam keutuhan
NKRI. Karena itu adanya usaha untuk dapat mewujudkan kerukunan bisa dilakukan
dengan menggunakan dialog dan kerjasama dengan prinsip kesetaraan,
kebersamaan, toleransi dan juga saling menghormati satu sama lain.
Keberagaman masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya
adalah sebagai berikut :
Kondisi negara kepulauan
Letak strategis wilayah Indonesia
Perbedaan kondisi alam
Penerimaan masyarakat terhadap perubahan
Keadaan transportasi dan kumunikasi
dengan dua alasan tersebut (wilayah dan sosial budaya), maka penting sekali
memahami keberagaman yang ada di masyarakat Indonesia yang ditujukan untuk
mengusahakan dan mempertahankan persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Tanpa memiliki kesadaran akan keberagaman yang ada, bangsa
Indonesia bisa saja terjerumus ke arah perpecahan.
Untuk itulah sebagai generasi penerus bangsa, kita harus mampu menjaga dan
melestarikan kebudayaan bangsa kita tercinta ini. Janganlah kita biarkan perbedaan
yang ada itu membuat kita lemah dan memicu konflik, namun marilah kita
bergandengan tangan menyongsong Indonesia yang Jaya, penuh harapan dan jadi
lebih baik.
TUGAS, WEWENANG, FUNGSI, HAK DAN
KEWAJIBAN LEMBAGA PEMERINTAH
DI INDONESIA
Lembaga Negara Indonesia adalah lembaga-lembaga negara yang dibentuk
berdasarkan UUD, UU, atau oleh peraturan yang lebih rendah. Lembaga negara di
tingkat pusat dapat dibedakan dalam empat tingkatan kelembagaan yakni:
Lembaga yang dibentuk berdasarkan UUD seperti Presiden, Wakil Presiden,
DPR, MPR, DPD, MA, MK, BPK, dan KY;
Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah atau Peraturan
Presiden;
Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri.
Lembaga yang dibentuk berdasarkan UU seperti KPK, Kejaksaan Agung,
PPATK, KPU, Bank Indonesia, KPI, Ombudsman dll;
Lembaga pemerintah merupakan elemen penting dari sebuah negara. Selain menjadi
alat untuk menjalankan pemerintahan, Lembaga pemerintah juga merupakan
cerminan sebuah negara. Dalam menjalankan pemerintahan, Lembaga
pemerintahan tersebut mempunyai Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban.
Kita sering tidak mengetahui Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban
Lembaga Pemerintah di Indonesia akan tetapi jika kita ingin menjadi warga negara
yang baik, alangkah baiknya jika kita mengenal Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan
Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia ? Untuk itu pada kesempatan kali ini
kita akan memberikan informasi mengenai Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan
Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia. Antara Lain:
Presiden
Tugas Presiden :
Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
Memegang kekuasaan yang tertinggi atas angkatan udara, laut dan darat.
menjalankan pemerintahannya sesuai dengan UUD dan UU.
memastikan apakah jajaran pemerintahannya temasuk kepolisian dan
kejaksaan telah patuh kepada UUD dan UU yang berlaku.
Mengajukan Rancangan Undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR).
Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan terhadap RUU
bersama DPR serta mengesahkan RUU menjadi UU.
Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam
kegentingan yang memaksa)
Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA
(Mahkamah Agung)
Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR
Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.
Menyatakan perang serta membuat perjanjian dan perdamaian dengan
negara lain sesuai dengan persetujuan DPR
Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden
memperhatikan pertimbangan DPR
Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan DPR.
Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan
UU
Meresmikan anggota BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) yang dipilih oleh
DPR dan memperhatikan pertimbangan DPD.
Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan
persetujuan DPR.
Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR
Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, Mahkamah
Agung dan DPR
Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dan
sudah disetujui DPR
Tanggungjawab Presiden :
Membangun sebuah suksesi dengan terus menjaga kontinuitas kekuasaan,
dengan memperhatikan konstitusi maupun landasan ideology pancasila.
Didorong untuk memperkuat konstitusi yang menjadi kontrak sosial seluruh
lapisan masyarakat Indonesia. presiden dan kabinetnya bekerja keras untuk memberi
kepastian kepada masyarakat, bahwa pemerintahannya tunduk dibawah konstitusi
UUD 1945 ( Hasil Amandemen ).
Fungsi Mengatur
Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup
diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk
mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79
Undang-undang No.14 Tahun 1985)
Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap
perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang
Fungsi Pengawasan
Mahkamah Agung menjalankan pengawasan tertinggi terhadap jalannya
peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang
dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar serta
berpedoman pada azas peradilan yang cepat, sederhana dan biaya rendah, tanpa
mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4
dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
Mahkamah Agung melakukan pengawasan, kepada penegak pengadilan
serta tingkah laku para Hakim dan para pejabat pengadilan dalam menjalankan tugas
yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok kekuasaan, Kehakiman, yaitu
dalam hal Memeriksa, menerima, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang
diajukan kepadanya dan menerima keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan
dengan teknis peradilan serta memberi teguran, peringatan serta petunjuk yang
diperlukan tanpa mengurangi Kebebasan Hakim (Pasal 32 Undang-Undang
Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
Fungsi Administratif
Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer
dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1)
Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris, administrative dan finansial
sampai saat ini masih berada dibawah Departemen yang bersangkutan, walaupun
menurut Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan
dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab,
susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35
Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).
Fungsi Nasehat
Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi
petunjuk kepada pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam rangka pelaksanaan
ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung).
Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala
Negara dalam rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang
Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
Mahkamah Agung memberikan nasihat dan pertimbangan dalam bidang
hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah
Agung No.14 Tahun 1985).
Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun
1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberi kewenangan untuk memberikan
pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala Negara.
Fungsi Lain-lain
Selain tugas pokok untuk memeriksa, menerima dan mengadili serta
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2)
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14
Tahun 1985, Mahkamah Agung juga diserahi tugas serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-undang.
Wawasan Kebangsaan Indonesia juga dikenal sebagai sebuah pedoman yang masih
bersifat filosofia normatif. Sebagai perwujudan dari rasa dan semangat kebangsaan
yang melahirkan bangsa Indonesia. Akan tetapi situasi dan suasana lingkungan yang
terus berubah sejalan dengan proses perkembangan kehidupan bangsa dari waktu
ke waktu. Wawasan Kebangsaan Indonesia harus senantiasa dapat menyesuaikan
diri dengan perkembagan dan berbagai bentuk implementasinya.
Isi (Content)
Isi (Content) merupakan aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan
cita-cita serta tujuan nasional.
Tata laku (Conduct)
Hasil interaksi antara wadah dan isi wawasan kebangsaan akan berwujud tata laku,
yang terdiri dari:
Tata laku Lahiriah yaitu tercermin dalam perbuatan, tindakan dan perilaku
dari bangsa Indonesia.
Tata laku Bathiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas
yang baik dari bangsa Indonesia.
Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas kepribadian / jati diri bangsa
berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang mempunyai rasa bangga dan
cinta terhadap bangsa dan tanah air sehingga menyebabkan rasa nasionalisme yang
tinggi dalam segala aspek kehidupan nasional.
Berarti setiap warga negara dan aparatur negara wajib berfikir, bersikap dan
bertindak secara utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa
termasuk produk-produk yang dihasilkan oleh lembaga negara.
Sistem Pemerintahan bisa juga sebuah tatanan utuh yang terdiri dari bermacam macam
komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan serta memengaruhi dalam
pencapaian fungsi dan tujuan pemerintahan. Sistem ini bermanfaat untuk menjaga
kestabilan pemerintahan, pertahanan, ekonomi, politik, dan lain sebagainya.
Dari tujuh kunci pokok sistem pemerintahan diatas, sistem pemerintahan Indonesia
menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan Presidensial. Sistem
pemerintahan Presidensial ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru.
Ciri dari sistem pemerintahan Presidensial kala itu ialah adanya kekuasaan
yang sangat besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan
presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan
persetujuan maupun pertimbangan DPR sebagai wakil rakyat. Karena tidak
adanya pengawasan dan persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar
dan cenderung mudah disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan
yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat
mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu
menciptakan pemerintahan yang solid dan kompak serta Sistem pemerintahan lebih
stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Namun, dalam praktik perjalanan sistem
pemerintahan di Indonesia pada masa itu ternyata kekuasaan yang besar dalam diri
presiden lebih banyak merugikan bangsa dan negara.
Pada masa sekarang ini, bisa disebut sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam
masa transisi. Sebelum diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan
UUD 1945 hasil amandemen ke 4 tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih
mendasarkan pada UUD 1945 dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya
transisi menuju sistem pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan yang baru ini
diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya Pemilu pada tahun 2004.
Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, yang berbunyi, "Negara Indonesia adalah
negara kesatuan yang berbentuk republik".
Bagi Kalian yang belum begitu paham, melalui artikel ini kita akan mencoba
menjelaskan kepada Anda fungsi lembaga Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.
Berikut penjelasan ringkas yang akan kita paparkan melalui kolom artikel ini terkait
pengertian serta peran Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.
Pengertian Eksekutif
Eksekutif merupakan salah satu cabang pemerintahan yang memiliki kekuasaan dan
bertanggungjawab untuk menerapkan hukum. Figur paling senior dalam sebuah
cabang eksekutif disebut kepala pemerintahan. Eksekutif dapat merujuk kepada
administrasi, dalam sistem presidensiil (Seperti di Indonesia), atau sebagai
pemerintah, dalam sistem parlementer.
Di Indonesia Yang masuk dalam lingkaran eksekutif adalah presiden, wakil presiden
serta jajaran kabinet dalam pemerintahan. Jajaran kabinet dalam sebuah
pemerintahan dalam hal ini pemerintahan Republik Indonesia adalah para menteri
yang telah ditunjuk dan dilantik secara resmi oleh presiden.
Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaaan untuk melaksanakan undang-undang atau
disebut dengan rule application function.
Pengertian Legislatif
Legislatif merupakan badan deliberatif pemerintah dengan kuasa membuat hukum.
Legislatif dikenal dengan beberapa nama, yaitu parlemen, DPR (indonesia), kongres,
dan asembli nasional. Dalam sistem Parlemen, legislatif adalah badan tertinggi dan
menujuk eksekutif. Dalam Sistem Presidensial, legislatif adalah cabang pemerintahan
yang sama dan bebas dari eksekutif.
Baca Juga: Heboh, Gambar Hujan Yang Ditangkap Oleh Kamera dari atas Pesawat
Kekuasaan Legeslatif
Kekuasaan legelatif adalah kekuasaan membuat undang-undang atau disebut denga
rule making function.
Pengertian Yudikatif
Jika legislator adalah DPR, dan eksekutif adalah presiden, wakil presiden dan para
menteri anggota kabinet, maka yudikatif adalah lembaga yang memiliki tugas untuk
mengawal serta memantau jalannya perundang-udangan atau penegakan hukum di
Indonesia, seperti Mahkamah Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi (MK).
Kekuasaan Yudikatif
Kekuasaan yudikatif merupakan kekuasaan untuk mengadili atas pelanggaran
undang-undang atau disebut denga rule adjudication function.
Dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia terdapat dua cara yang dapat
menghubungkan antara pemerintah pusat dan pemeritah daerah yaitu sentralisasi
dan desentralisasi.
Sentralisasi merupakan pengaturan kewenangan dari pemerintah daerah
kepada pemerintah pusat untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri
berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari masyarakatnya dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Desentralisasi sebenarnya merupakan istilah
dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai pengaturan
kewenangan. Di Indonesia sistem sentralisasi pernah diterapkan pada zaman
kemerdekaan sampai orde baru.
Desentralisasi merupakan penyerahan kewenangan dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya
sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari masyarakatnya dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan adanya desentralisasi maka
muncullah otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya
merupakan istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan
sebagai penyerahan kewenangan.
Hubungan Fungsional
Hubungan fungsional adalah hubungan yang didasarkan pada fungsi masing-masing
pemerintahan yang saling mempengaruhi dan saling bergantung antara satu dengan
yang lain. Pada dasarnya pemerintah pusat dan daerah memiliki hubungan
kewenangan yang saling melengkapi satu sama lain. Hubungan tersebut terletak
pada visi, misi, tujuan, dan fungsinya masing-masing. Visi dan misi kedua lembaga ini,
baik di tingkat lokal maupun nasional adalah melindungi serta memberi ruang
kebebasan kepada daerah untuk mengolah dan mengurus rumah tangganya sendiri
berdasarkan kondisi dan kemampuan daerahnya.
Menurut UU no. 23 tahun 2014 Urusan pemerintahan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
Urusan pemerintahan konkuren
Urusan pemerintahan absolut
Urusan pemerintahan umum
Ketiga urusan diatas dibagi menjadi urusan yang menjadi domain Pemerintah pusat
dan daerah. Asas yang digunakan dalam pembagian urusan pemerintahan terdiri
atas asas dekonsentrasi, desentraslisasi, serta asas tugas pembantuan, berikut
penjelasannya :
Asas dekonsentrasi merupakan pelimpahan sebagian urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur
sebagai wakil Pemerintah Pusat / bisa juga kepada instansi vertikal di wilayah tertentu,
/ kepada wali kota maupun bupati sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan
umum.
Asas desentralisasi merupakan penyerahan kewenangan dari pusat ke
daerah, dan domain dari desentralisasi sangat berkaitan dengan penyerahan
kekuasaan dari sebelumnya kekuasaan milik pusat menjadi milik daerah.
Asas tugas pembantuan merupakan penugasan dari Pemerintah Pusat
kepada daerah otonom untuk menjalankan sebagian Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah
provinsi kepada Daerah kota atau kabupaten untuk menjalankan sebagian
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi.
Jika kita lihat dalam bidang lain, misal perumahan, kesehatan dan lain sebagainya,
memiliki pola yang sama, ada porsi pusat dan daerah. Meski ada beberapa bagian,
misal dalam pengawasan kehutanan, pusat berwenang penuh dalam urusan itu, tidak
melibatkan daerah.
Kebijakan dapat juga berarti sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Oleh beberapa ahli
maupun organisasi kebijakan diartikan sebagai berikut ini:
Friedrik (1963) Berpendapat Bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan
yang diajukan seseorang, group, dan pemerintah dalam lingkungan tertentu dengan
mencantumkan kendala-kendala yang dihadapi serta kesempatan yang
memungkingkan pelaksanaan usulan tersebut dalam upaya mencapai tujuan.
Menurut PBB: Kebijakan adalah suatu deklarasi mengenai dasar pedoman
(untuk) bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai
aktivitas-aktivitas tertentu atau suatu rencana.
Anderson (1979) Berpendapat Bahwa kebijakan merupakan serangkaian
tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang mesti diikuti dan dilakukan oleh para
pelakunya untuk memecahkan suatu masalah (a purposive corse of problem or
matter of concern).
Lasswell (1970) Berpendapat Bahwa kebijakan adalah sebagai suatu program
pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah (a projected program of
goals values and practices).
Heclo (1977) Berpendapat Bahwa kebijakan merupakan cara bertindak yang
sengaja dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah-masalah.
Amara Raksasa Taya (1976) Berpendapat Bahwa kebijakan ialah suatu taktik
atau strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan.
Budiardjo (1988) Berpendapat Bahwa kebijakan adalah sekumpulan
keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha
memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Anderson Berpendapat Bahwa Kebijakan adalah suatu tindakan yang
mempunyai tujuan yang dilakukan seseorang pelaku atau sejumlah pelaku untuk
memecahkan suatu masalah.
Carter V. Good (1959) Berpendapat Bahwa kebijakan merupakan sebuah
pertimbangan yang didasarkan atas suatu nilai dan beberapa penilaian terhadap
faktor-faktor yang bersifat situasional, untuk mengoperasikan perencanaan yang
bersifat umum dan memberikan bimbingan dalam pengambilan keputusan demi
tercapainya tujuan.
Indrafachrudi (1984) Berpendapat Bahwa kebijakan adalah suatu ketentuan
pokok yang menjadi dasar dan arah dalam melaksanakan kegiatan administrasi atau
pengelolaan.
Carl Friedrich Berpendapat Bahwa Kebijakan ialah sebuah tindakan yang
mengarah pada tujuan dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya
hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai
tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.
Eulau (1977) Berpendapat Bahwa kebijakan merupakan keputusan tetap,
dicirikan oleh tindakan yang bersinambung dan berulang-ulang pada mereka yang
membuat dan melaksanakan kebijakan.
Menurut KBBI: Kebijakan merupakan rangkaian konsep dan asas yang
menjadi garis dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan,
serta cara bertindak (tetang perintah, organisasi, dan lainnya).
Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses pembuatan
keputusan-keputusan penting pada organisasi, termasuk identifikasi berbagai
alternatif seperti prioritas program maupun pengeluaran, dan pemilihannya
berdasarkan dampaknya. Kebijakan bisa juga diartikan sebagai mekanisme politis,
finansial, manajemen, atau administratif untuk mencapai suatu tujuan eksplisit.
Kebijakan dapat berbentuk keputusan yang dipikirkan secara matang dan hati-hati
oleh pengambil keputusan puncak dan bukan kegiatan-kegiatan berulang yang rutin
dan terprogram atau terkait dengan aturan-aturan keputusan.
Kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat atas dasar kebijakan yang bersifat luas.
Menurut Werf (1997) yang dimaksud dengan kebijakan adalah usaha mencapai
tujuan tertentu dengan sasaran tertentu dan dalam urutan tertentu. Sedangkan
kebijakan pemerintah mempunyai pengertian baku yaitu suatu keputusan yang dibuat
secara sistematik oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang
menyangkut kepentingan umum
Uang adalah benda yang disetujui oleh masyarakat umum sebagai alat pelantara
tukar menukar dalam perdagangan. Fungsi uang dalam perekonomian yaitu:
sebagai alat pertukaran
sebagai pengukur nilai
sebagai perhitungan dan akuntansi
sebagai penyimpan nilai
sebagai instrumen term of payment
Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga umum barang dan jasa secara terus
menerus akibat dari tidak ada keseimbangan arus barang dan arus uang.
Suatu negara yang mengalami inflasi memiliki ciri - ciri sebagai berikut :
1. harga barang pada umumnya dalam kondisi naik terus menerus
2. Arus barang relatif sedikit
3. Arus uang yang beredar melebihi kebutuhan
4. nilai uang (daya beli uang) menjadi turun
Pencegahan inflasi telah lama menjadi salah satu tujuan utama dari kebijaksanaan
ekonomi makro pemerintahan dan bank sentral dinegara manapun. Hal ini
disebabkan inflasi dianggap sebagai suatu yang tidak diinginkan dan inflasi memberi
pengaruh yang tidak baik terhadap distribusi pendapatan (masyarakat berpendapat
rendah akan menderita), kegiatan pinjam meminjam (pemberi pinjaman beruntung,
peminjam merugi), spekulasi dan persaingan dalam perdagangan internasional.
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah (Bank
Sentral ) untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar. Sejak
tahun 1945, kebijakan moneter hanya digunakan sebagai kebijakan ekonomi untuk
mencapai stabilitaas ekonomi jangka pendek. Adapun kebijakan fiscal digunakan
dalam pengendalian ekonomi jangka panjang. Namun pada saat ini kebijakan
moneter merupakan kebijakan utama yang dipergunakan untuk pengendalian
ekonomi jangka pendek dan jangka panjang.
Jadi cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi inflasi adalah melalui kebijakan
uang kertas, kebijakan fiscal, kebijakan produksi, kebijakan perdagangan
internasional dan kebijakan harga.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal pada prinsipnya merupakan kebijakan yang mengatur tentang
penerimaan dan pengeluaran negara. Sumber-sumber penerimaan negara antara
lain dari pajak, penerimaan bukan pajak serta bantuan/pinjaman dan luar negeri.
Selain itu, pengeluaran dibagi menjadi dua kelompok besar yakni pengeluaran yang
bersifat rutin seperti membayar gaji pegawai, belanja barang serta pengeluaran yang
bersifat pembangunan. Dengan demikian, kebijakan fiskal merupakan kebijakan
pengelolaan keuangan negara dan terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan
alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.
Kebijaksanaan Umum
Kebijaksanaan yang dilakukan oleh presiden yang bersifat nasional dan
menyeluruh berupa penggarisan ketentuan ketentuan yang bersifat garis besar
dalam rangka pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
sebagai pelaksanaan UUD 1945, ketetapan MPR maupun undang undang guna
mencapai tujuan nasional.
Strategi kebijakan
Merupakan salah satu kebijakan pelaksanaan yang secara hirarki dibuat
setingkat menteri, gubernur, walikota/bupati berupa surat keputusan yang
mengatur tata laksana kerja dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
sumber daya manusia. Pengertian strategi merupakan serangkaian sasaran
organisasi yang kemudian mempengaruhi penentuan tindakan komprehensif untuk
mencapai sasaran yang telah ditentukan atau alat dengan mana tujuan akan dicapai.
OTONOMI DAERAH
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem otonomi daerah
dalam pelaksanaan pemerintahannya. Otonomi daerah merupakan bagian dari
desentralisasi. Dengan adanya otonomi daerah, daerah mempunyai hak serta
kewajiban untuk mengatur daerahnya sendiri tetapi masih tetap dikontrol oleh
pemerintah pusat serta sesuai dengan undang-undang.
Otonomi Daerah (Lengkap Pengertian, Dasar Hukum, Pelaksanaan, Tujuan dan Manfaat)
Secara umum, pengertian otonomi daerah yang biasa digunakan yaitu pengertian
otonomi daerah menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dalam
UU tersebut berbunyi otonomi daerah merupakan hak, wewenang, serta kewajiban
daerah otonom guna mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan serta
kepentingan masyarakatnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk
membuktikan bahwa kemampuannya dalam mengatur serta melaksanakan
kewenangan yang menjadi hak daerah masing-masing. Berkembang atau tidaknya
suatu daerah tergantung dari kemampuan dan kemauan untuk dapat
melaksanakannya. Pemerintah daerah bisa bebas berekspresi dan berkreasi dalam
rangka membangun daerahnya sendiri, tentu saja harus sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Pusat Kerajaan
Bhumi Mataram adalah sebutan lama untuk Yogyakarta dan sekitarnya. Di
daerah inilah untuk pertama kalinya istana Kerajaan Medang diperkirakan
berdiri (Rajya Medang i Bhumi Mataram). Nama ini ditemukan dalam beberapa
prasasti, misalnya prasasti Minto dan prasasti Anjuk ladang. Istilah Mataram
kemudian lazim dipakai untuk menyebut nama kerajaan secara keseluruhan,
meskipun tidak selamanya kerajaan ini berpusat di sana.
Sanna, juga dikenal dengan nama "Sena" atau "Bratasenawa", merupakan raja
Kerajaan Galuh yang ketiga (709 - 716 M). Bratasenawa alias Sanna atau Sena
digulingkan dari tahta Galuh oleh Purbasora (saudara satu ibu Sanna) dalam tahun
716 M. Sena akhirnya melarikan diri ke Pakuan, meminta perlindungan pada Raja
Tarusbawa. Tarusbawa yang merupakan raja pertama Kerajaan Sunda (setelah
Tarumanegara pecah menjadi Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh) adalah sahabat
baik Sanna. Persahabatan ini pula yang mendorong Tarusbawa mengambil Sanjaya
menjadi menantunya. Sanjaya, anak Sannaha saudara perempuan Sanna, berniat
menuntut balas terhadap keluarga Purbasora. Untuk itu ia meminta bantuan
Tarusbawa (mertuanya yang merupakan sahabat Sanna). Hasratnya dilaksanakan
setelah menjadi Raja Sunda yang memerintah atas nama istrinya. Akhirnya Sanjaya
menjadi penguasa Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh dan Kerajaan Kalingga (setelah
Ratu Shima mangkat). Dalam tahun 732 M Sanjaya mewarisi tahta Kerajaan
Mataram dari orangtuanya. Sebelum Sanjaya meninggalkan kawasan Jawa Barat,
ia mengatur pembagian kekuasaan antara puteranya, Tamperan dan Resi Guru
Demunawan. Sunda dan Galuh menjadi kekuasaan Tamperan, sedangkan Kerajaan
Kuningan dan Galunggung diperintah oleh Resi Guru Demunawan, putera bungsu
Sempakwaja.
Dari prasasti Canggal, bisa diperoleh informasi jika Kerajaan Mataram Kuno
telah berdiri dan berkembang sekitar abad ke-7 M dengan raja yang pertama
adalah Sanjaya yang memiliki gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Raja
Sanjaya. Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Berdasarkan pendapat van
Naerssen, pada zaman pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti Raja Sanjaya
pada tahun 770an), kekuasaan atas Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang
beragama Buddha Mahayana.
Sejak saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di tanah Jawa, bahkan berhasil pula
menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun
840-an, seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan menikahi
Pramodawardhani yang merupakan putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat
pernikahan itu Rakai Pikatan bisa menjadi raja di Medang, dan memindahkan istana
kerajaan Medang ke Mamrati. Hal tersebut dianggap sebagai awal Bangkitan kembali
Wangsa Sanjaya.
Menurut teori Bosch, nama raja-raja Medang dalam Prasasti Mantyasih dianggap
sebagai anggota Wangsa Sanjaya secara keseluruhan. Sementara itu Slamet
Muljana berpendapat bahwa daftar tersebut adalah daftar raja-raja yang pernah
berkuasa di Medang, dan bukan daftar silsilah keturunan Sanjaya.
Contoh yang diajukan Slamet Muljana adalah Rakai Panangkaran yang diyakininya
bukan putra Sanjaya. Alasannya ialah, prasasti Kalasan tahun 778 memuji Rakai
Panangkaran sebagai “permata wangsa Sailendra” (Sailendrawangsatilaka). Dengan
demikian pendapat ini menolak teori van Naerssen tentang kekalahan Rakai
Panangkaran oleh seorang raja Sailendra.
Menurut teori Slamet Muljana, raja-raja Medang versi Prasasti Mantyasih mulai dari
Rakai Panangkaran sampai dengan Rakai Garung adalah anggota Wangsa Sailendra.
Sedangkan kebangkitan Wangsa Sanjaya baru dimulai sejak Rakai Pikatan naik
takhta menggantikan Rakai Garung.
Istilah Rakai pada zaman Medang identik dengan Bhre pada zaman Majapahit,
yang bermakna “penguasa di”. Jadi, gelar Rakai Panangkaran sama artinya
dengan “Penguasa di Panangkaran”. Nama aslinya ditemukan dalam prasasti
Kalasan, yaitu Dyah Pancapana.
Sementara itu pada dinasti ketiga yang berkuasa di Medang adalah Wangsa Isana
yang baru muncul pada ‘’periode Jawa Timur’’. Dinasti ini didirikan oleh Mpu Sindok
yang membangun istana baru di Tamwlang tahun 929an. Dalam prasastinya, Mpu
Sindok menyebutkan bahwa kerajaannya merupakan kelanjutan dari Kadatwan
Rahyangta i Medang i Bhumi Mataram.
Struktur pemerintahan
Raja merupakan pemimpin tertinggi Kerajaan Medang. Sanjaya sebagai raja pertama
memakai gelar Ratu. Pada zaman itu istilah Ratu belum identik dengan kaum
perempuan. Gelar ini setara dengan Datu yang berarti "pemimpin". Keduanya
merupakan gelar asli Indonesia. Ketika Rakai Panangkaran dari Wangsa Sailendra
berkuasa, gelar Ratu dihapusnya dan diganti dengan gelar Sri Maharaja. Kasus yang
sama terjadi pada Kerajaan Sriwijaya di mana raja-rajanya semula bergelar Dapunta
Hyang, dan setelah dikuasai Wangsa Sailendra juga berubah menjadi Sri Maharaja.
Pemakaian gelar Sri Maharaja di Kerajaan Medang tetap dilestarikan oleh Rakai
Pikatan meskipun Wangsa Sanjaya berkuasa kembali. Hal ini dapat dilihat dalam
daftar raja-raja versi Prasasti Mantyasih yang menyebutkan hanya Sanjaya yang
bergelar Sang Ratu. Jabatan tertinggi sesudah raja ialah Rakryan Mahamantri i Hino
atau kadang ditulis Rakryan Mapatih Hino. Jabatan ini dipegang oleh putra atau
saudara raja yang memiliki peluang untuk naik takhta selanjutnya. Misalnya, Mpu
Sindok merupakan Mapatih Hino pada masa pemerintahan Dyah Wawa.
Jabatan Rakryan Mapatih Hino pada zaman ini berbeda dengan Rakryan Mapatih
pada zaman Majapahit. Patih zaman Majapahit setara dengan perdana menteri
namun tidak berhak untuk naik takhta. Jabatan sesudah Mahamantri i Hino secara
berturut-turut adalah Mahamantri i Halu dan Mahamantri i Sirikan. Pada zaman
Majapahit jabatan-jabatan ini masih ada namun hanya sekadar gelar kehormatan saja.
Pada zaman Wangsa Isana berkuasa masih ditambah lagi dengan jabatan
Mahamantri Wka dan Mahamantri Bawang.
Perkembangan Pemerintahan
Sebelum Sanjaya berkuasa di Mataram Kuno, di Jawa sudah berkuasa seorang raja
bernama Sanna. Menurut prasasti Canggal yang berangka tahun 732 M, diterangkan
bahwa Raja Sanna telah digantikan oleh Sanjaya. Raja Sanjaya adalah putra Sanaha,
saudara perempuan dari Sanna.
Sanjaya tampil memerintah Kerajaan Mataram Kuno pada tahun 717 - 780 M. Ia
melanjutkan kekuasaan Sanna. Sanjaya kemudian melakukan penaklukan terhadap
raja-raja kecil bekas bawahan Sanna yang melepaskan diri. Setelah itu, pada tahun
732 M Raja Sanjaya mendirikan bangunan suci sebagai tempat pemujaan. Bangunan
ini berupa lingga dan berada di atas Gunung Wukir (Bukit Stirangga). Bangunan suci
itu merupakan lambang keberhasilan Sanjaya dalam menaklukkan raja-raja lain.
Raja Sanjaya bersikap arif, adil dalam memerintah, dan memiliki pengetahuan luas.
Para pujangga dan rakyat hormat kepada rajanya. Oleh karena itu, di bawah
pemerintahan Raja Sanjaya, kerajaan menjadi aman dan tenteram. Rakyat hidup
makmur. Mata pencaharian penting adalah pertanian dengan hasil utama padi.
Sanjaya juga dikenal sebagai raja yang paham akan isi kitab-kitab suci. Bangunan
suci dibangun oleh Sanjaya untuk pemujaan lingga di atas Gunung Wukir, sebagai
lambang telah ditaklukkannya raja-raja kecil di sekitarnya yang dulu mengakui
kemaharajaan Sanna.
Setelah Raja Sanjaya wafat, ia digantikan oleh putranya bernama Rakai
Panangkaran. Panangkaran mendukung adanya perkembangan agama Buddha.
Dalam Prasasti Kalasan yang berangka tahun 778, Raja Panangkaran telah
memberikan hadiah tanah dan memerintahkan membangun sebuah candi untuk Dewi
Tara dan sebuah biara untuk para pendeta agama Buddha. Tanah dan bangunan
tersebut terletak di Kalasan. Prasasti Kalasan juga menerangkan bahwa Raja
Panangkaran disebut dengan nama Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai
Panangkaran. Raja Panangkaran kemudian memindahkan pusat pemerintahannya
ke arah timur.
Raja Panangkaran dikenal sebagai penakluk yang gagah berani bagi musuh-musuh
kerajaan. Daerahnya bertambah luas. Ia juga disebut sebagai permata dari Dinasti
Syailendra. Agama Buddha Mahayana waktu itu berkembang pesat. Ia juga
memerintahkan didirikannya bangunan-bangunan suci. Misalnya, Candi Kalasan dan
arca Manjusri.
Peristiwa Mahapralaya
Mahapralaya adalah peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur berdasarkan
berita dalam prasasti Pucangan. Tahun terjadinya peristiwa tersebut tidak dapat
dibaca dengan jelas sehingga muncul dua versi pendapat. Sebagian sejarawan
menyebut Kerajaan Medang runtuh pada tahun 1006, sedangkan yang lainnya
menyebut tahun 1016. Raja terakhir Medang adalah Dharmawangsa Teguh, cicit Mpu
Sindok. Kronik Cina dari Dinasti Song mencatat telah beberapa kali Dharmawangsa
mengirim pasukan untuk menggempur ibu kota Sriwijaya sejak ia naik takhta tahun
991. Permusuhan antara Jawa dan Sumatra semakin memanas saat itu.
Pada tahun 1006 (atau 1016) Dharmawangsa lengah. Ketika ia mengadakan pesta
perkawinan putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji Wurawari dari
Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa
tersebut, Dharmawangsa tewas. Tiga tahun kemudian, seorang pangeran berdarah
campuran Jawa–Bali yang lolos dari Mahapralaya tampil membangun kerajaan baru
sebagai kelanjutan Kerajaan Medang. Pangeran itu bernama Airlangga yang
mengaku bahwa ibunya adalah keturunan Mpu Sindok. Kerajaan yang ia dirikan
kemudian lazim disebut dengan nama Kerajaan Kahuripan.
Peninggalan sejarah
Selain mempunyai peninggalan sejarah berupa prasasti yang tersebar di Jawa
Tengah maupun Jawa Timur, Kerajaan Medang (Mataran Kuno) juga membangun
banyak candi, baik itu yang bercorak Hindu atau Buddha. Temuan Wonoboyo berupa
artifak emas yang ditemukan tahun 1990 di Wonoboyo, Klaten, menunjukkan
kekayaan dan kehalusan seni budaya kerajaan Medang.
Candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan,
Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari,
Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan,
dan Candi Borobudur.
Kerajaan Mataram Islam pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa
dan Madura. Kerajaan ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah
semakin berkuasanya VOC, namun ironisnya Kerajaan ini malah menerima bantuan
VOC pada masa akhir menjelang keruntuhan.
Masa awal
Setelah Sutawijaya merebut wilayah Pajang sepeninggal Hadiwijaya ia kemudian
naik tahta dengan gelar Panembahan Senopati. Pada masa itu wilayahnya hanya di
sekitar Jawa Tengah, mewarisi wilayah Kerajaan Pajang. Pusat pemerintahan
Kesultanan Mataram berada di daerah Mentaok, wilayah nya terletak kira-kira di
selatan Bandar Udara Adisucipto sekarang (timur Kota Yogyakarta). Lokasi keraton
pada masa awal terletak di Banguntapan, kemudian dipindah ke Kotagede.
Sesudah ia meninggal kekuasaan diteruskan oleh putranya, yaitu Mas Jolang yang
setelah naik tahta bergelar Prabu Hanyokrowati.
Terpecahnya Mataram
Pada tahun 1647 Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered, tidak jauh
dari Karta. Pada saat itu, ia tidak lagi memakai gelar sultan, melainkan 'sunan'
(berasal dari kata 'Susuhunan' atau 'Yang Dipertuan'). Pemerintahan Amangkurat I
kurang stabil karena banyak yang tidak puas dan pemberontakan. Pernah terjadi
pemberontakan besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat
untuk berkomplot dengan VOC. Pada tahun 1677 Amangkurat I meninggal di
Tegalarum ketika mengungsi sehingga ia dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya,
Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat tunduk pada VOC sehingga kalangan
istana banyak yang tidak suka dan pemberontakan terus terjadi. Pada tahun 1680
kraton dipindahkan lagi ke Kartasura. karena kraton yang lama dianggap telah
tercemar.
Kekacauan politik ini baru terselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah
pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta dan
Kesultanan Ngayogyakarta (Pada 13 Februari 1755). Pembagian wilayah ini tertuang
dalam Perjanjian Giyanti. Berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan
wilayah. Walaupun demikian sebagian masyarakat Jawa beranggapan bahwa
Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta merupakan 'ahli waris' dari
Mataram.
Peristiwa Penting
Tahun 1558: Ki Ageng Pemanahan dihadiahi wilayah Mataram oleh Sultan
Pajang Adiwijaya atas jasanya yang telah mengalahkan Arya Penangsang.
Tahun 1577: Ki Ageng Pemanahan membangun istananya di Pasargede atau
Kotagede.
Tahun 1584: Ki Ageng Pemanahan meninggal. Sultan Pajang mengangkat
Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan sebagai penguasa baru (raja) di Mataram,
yang sebelumnya sebagai putra angkat Sultan Pajang bergelar "Mas Ngabehi Loring
Pasar". Ia mendapat gelar "Senapati in Ngalaga" (karena masih dianggap sebagai
Senapati Utama Pajang).
Tahun 1587: Pasukan Kesultanan Pajang yang akan menyerbu Mataram
porak-poranda diterjang badai letusan Gunung Merapi. namun Sutawijaya dan
pasukannya selamat.
Tahun 1588: Mataram menjadi kerajaan dengan Sutawijaya sebagai Sultan,
bergelar 'Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama' yang artinya Panglima Perang dan
Ulama Pengatur Kehidupan Beragama.
Tahun 1601: Panembahan Senopati wafat dan digantikan putranya, Mas
Jolang yang bergelar Panembahan Hanyakrawati dan kemudian dikenal sebagai
"Panembahan Seda ing Krapyak" karena wafat saat berburu di hutan Krapyak.
Tahun 1613: Mas Jolang wafat, kemudian digantikan oleh putranya Pangeran
Aryo Martoputro. Karena Pangeran Aryo sering sakit, kemudian digantikan oleh
kakaknya Raden Mas Rangsang.
Tahun 1645: Sultan Agung wafat dan digantikan putranya Susuhunan
Amangkurat I.
Tahun 1645 - 1677: Pertentangan dan perpecahan dalam keluarga kerajaan
Mataram, yang dimanfaatkan oleh VOC.
Tahun 1677: Trunajaya merangsek menuju Ibukota Pleret. Susuhunan
Amangkurat I meninggal. Putra Mahkota dilantik menjadi Susuhunan Amangkurat II di
pengasingan. Pangeran Puger yang diserahi tanggung jawab atas ibukota Pleret
mulai memerintah dengan gelar Susuhunan Ing Ngalaga.
Tahun 1680: Susuhunan Amangkurat II memindahkan pusat pemerintahan
(ibu kota) ke Kartasura.
Tahun 1681: Pangeran Puger diturunkan dari tahta Plered.
Tahun 1703: Susuhunan Amangkurat III wafat. Putra mahkota diangkat
menjadi Susuhunan Amangkurat III.
Tahun 1704: Atas pertolongan VOC Pangeran Puger ditahtakan sebagai
Susuhunan Paku Buwono I. Awal Perang Tahta I (1704-1708). Susuhunan
Amangkurat III kemudian membentuk pemerintahan pengasingan.
Tahun 1708: Susuhunan Amangkurat III ditangkap dan dibuang ke Srilanka
sampai wafatnya pada 1734.
Tahun 1719: Susuhunan Paku Buwono I meninggal kemudian digantikan
putra mahkota dengan gelar Susuhunan Amangkurat IV atau Prabu Mangkurat Jawa.
Awal Perang Tahta Jawa Kedua (1719-1723).
Tahun 1726: Susuhunan Amangkurat IV meninggal kemudian digantikan
Putra Mahkota yang bergelar Susuhunan Paku Buwono II.
Tahun 1742: Ibukota Kartasura dikuasai pemberontak. Susuhunan Paku
Buwana II berada dalam pengasingan.
Tahun 1743: Dengan bantuan VOC Ibukota Kartasura berhasil direbut dari
tangan pemberontak dengan keadaan luluh lantak. Sebuah perjanjian yang sangat
berat (menggadaikan kedaulatan Mataram kepada VOC selama Mataran belum
melunasi hutang biaya perang) bagi Mataram dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II
sebagai imbalan atas pertolongan yang diberikan VOC.
Tahun 1745: Susuhunan Paku Buwana II membangun ibukota baru di desa
Sala di tepian Bengawan Beton.
Tahun 1746: Susuhunan Paku Buwana II secara resmi menempati ibukota
baru yang dinamai Surakarta. Konflik Istana menyebabkan saudara Susuhunan, P.
Mangkubumi, meninggalkan istana. Meletus Perang Tahta Jawa Ketiga yang
berlangsung lebih dari 10 tahun (1746-1757) dan mencabik Kerajaan Mataram
menjadi dua Kerajaan besar dan satu kerajaan kecil.
Tahun 1749: 11 Desember Paku Buwono II menandatangani penyerahan
kedaulatan Mataram kepada VOC. Namun secara de facto Mataram baru
ditundukkan sepenuhnya pada 1830. 12 Desember Di Yogyakarta, P. Mangkubumi
diproklamirkan sebagai Susuhunan Paku Buwono oleh para pengikutnya. pada 15
Desember van Hohendorff mengumumkan Putra Mahkota sebagai Susuhunan Paku
Buwono III.
Tahun 1752: Mangkubumi berhasil menggerakkan pemberontakan di daerah
Pesisiran (daerah pantura) mulai dari Banten sampai Madura. Perpecahan
Mangkubumi-Raden Mas Said.
Tahun 1754: Nicolas Hartingh menyerukan gencatan senjata dan perdamaian.
Pada tanggal 23 September, Nota Kesepahaman Hartingh-Mangkubumi. 4 November,
Paku Buwana III meratifikasi nota kesepahaman. Batavia walau keberatan tidak
punya pilihan lain selain meratifikasi nota yang sama.
Tahun 1755: 13 Februari menjadi Puncak perpecahan, hal ini ditandai dengan
Perjanjian Giyanti yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kesunanan
Surakarta dan Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan atas Kesultanan
Yogyakarta dengan gelar 'Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono
Senopati Ing-Ngalaga Ngabdurakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah' atau
dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Tahun 1757: Perpecahan kembali melanda Kerajaan Mataram. sehingga
muncul Perjanjian Salatiga, perjanjian yang lebih lanjut membagi wilayah Kesultanan
Mataram yang sudah terpecah, ditandatangani pada 17 Maret 1757 di Kota Salatiga
antara Sultan Hamengku Buwono I, Sunan Paku Buwono III, Raden Mas Said dan
VOC. Raden Mas Said kemudian diangkat sebagai penguasa atas
sebuah kepangeranan, Praja Mangkunegaran yang terlepas dari Kesunanan
Surakarta.
Tahun 1788: wafat nya Susuhunan Paku Buwono III.
Tahun 1792: wafat nya Sultan Hamengku Buwono I wafat.
Tahun 1795: wafat nya KGPAA Mangku Nagara I wafat.
Tahun 1799: dibubarkan nya VOC oleh benlanda
Tahun 1813: Perpecahan kembali melanda Mataram. P. Nata Kusuma
diangkat sebagai penguasa atas sebuah kepangeranan, Kadipaten Paku Alaman
yang terlepas dari Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Kangjeng Gusti Pangeran
Adipati Paku Alam".
Tahun 1830: Akhir perang Diponegoro. Semua daerah kekuasaan Surakarta
dan Yogyakarta dirampas Belanda. Pada 27 September, Perjanjian Klaten
menentukan tapal yang tetap antara Surakarta dan Yogyakarta dan membagi secara
permanen Kerajaan Mataram ditandatangani oleh Sasradiningrat, Pepatih Dalem
Surakarta, dan Danurejo, Pepatih Dalem Yogyakarta. Mataram secara resmi dikuasai
Belanda.
Peta Mataram Baru yang telah dipecah menjadi empat kerajaan pada tahun 1830, setelah Perang
Diponegoro.
Peninggalan kerajaan mataram Islam:
Pasar Kotagede
Tata kota kerajaan Jawa biasanya menempatkan kraton, alun-alun dan pasar dalam
poros selatan - utara. Kitab Nagarakertagama yang ditulis pada masa Kerajaan
Majapahit (abad ke-14) menyebutkan bahwa pola ini sudah digunakan pada masa itu.
Pasar tradisional yang sudah ada sejak jaman Panembahan Senopati masih aktif
hingga kini. Setiap pagi legi dalam kalender Jawa, penjual, pembeli, dan barang
dagangan tumpah ruah di pasar ini.
Masjid ini dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.
Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara National University of Singapore John
N. Miksic jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura bahkan
Thailand yang dibuktikan dengan corak bangunan, pengaruh kebudayaan, candi, seni
dan patung. Bahkan ada perguruan silat bernama Kali Majapahit yang berasal dari
Filipina dengan anggotanya dari Asia dan Amerika. Silat Kali Majapahit ini mengklaim
berakar dari Kerajaan Majapahit kuno yang disebut menguasai Singapura, Filipina,
Selatan Thailand dan Malaysia.
Arca Harihara, Setengah Dewa Siwa dan Dewa Wisnu. Patung ini menggambarkan Raja
Kertarajasa (Raden Wijaya), raja pertama Majapahit
Kejayaan Majapahit
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350
hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan
bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364),
Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.
Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan
diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik,
Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda
sebagai permaisurinya. Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian
persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya
bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam
Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa
kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan
Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan
gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan
akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat
dibinasakan secara kejam. Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa,
dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela
kehormatan negaranya. Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah
Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga naskah
Carita Parahiyangan. Kisah tersebut disinggung dalam Pararaton tetapi tidak
disebutkan dalam Nagarakretagama.
Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit
melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang.
Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan
kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit
nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di
kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam
mulai memasuki kawasan ini.
Jatuhnya Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit
berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389,
Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta.
Pewaris Hayam Wuruk merupakan putri mahkota Kusumawardhani, yang
menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga
memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas
takhta. Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada
tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini
akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan
kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit
atas daerah-daerah taklukannya di seberang.
Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478
(tahun 1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti
dan berakhirnya suatu pemerintahan) hingga tahun 1518. Dalam tradisi Jawa ada
sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi.
Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai
0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna
hilanglah kemakmuran bumi”. Namun yang sebenarnya digambarkan oleh
candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh
Girindrawardhana. Raden Patah yang saat itu merupakan adipati Demak sebetulnya
berupaya membantu ayahnya dengan mengirim bala bantuan dipimpin oleh Sunan
Ngudung, tapi mengalami kekalahan bahkan Sunan Ngudung meninggal di tangan
Raden Kusen adik Raden Patah yang memihak Ranawijaya hingga para dewan wali
menyarankan Raden Fatah untuk meneruskan pembangunan masjid Demak.
Hal ini diperkuat oleh prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah
mengalahkan Kertabhumi dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini
memicu perang antara Ranawijaya dengan Kesultanan Demak, karena penguasa
Demak adalah keturunan Kertabhumi. Sebenarnya perang ini sudah mulai mereda
ketika Patih Udara melakukan kudeta ke Girindrawardhana dan mengakui kekuasan
Demak bahkan menikahi anak termuda Raden Patah, tetapi peperangan berkecamuk
kembali ketika Prabu Udara meminta bantuan Portugis. Sehingga pada tahun 1518,
Demak melakukan serangan ke Daha yang mengakhiri sejarah Majapahit dan ke
Malaka. Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga
kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk
menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama ini mereka
mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.
Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1518, kekuatan
kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit.
Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah),
diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi
Demak, legitimasi Raden Patah karena ia merupakan putra raja Majapahit Brawijaya
V dengan seorang putri China.
Perkembangan politik
Pemerintahan Kertarajasa
Untuk meredam kemungkinan terjadinya pemberontakan, Raden Wijaya (Kertarajasa)
melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
Pemerintahan Tribhuwanatunggadewi
Oleh karena Jayanegara tidak berputra, sementara Gayatri sebagai Rajapatni telah
menjadi biksuni, takhta Kerajaan Majapahit kemudian diserahkan kepada
Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhana (1328 – 1350) yang menjalankan
pemerintahan dibantu oleh suaminya (Kertawardhana). Masa pemerintahan
Tribhuwanatunggadewi diwarnai permasalahan dalam negeri, yakni meletusnya
Pemberontakan Sadeng. Pemberontakan ini dapat dipadamkan oleh Gajah Mada
yang pada saat itu baru saja diangkat menjadi Patih Daha.
Gapura Bajang Ratu, salah satu gerbang masuk di ibu kota Majapahit.
"Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah"
[Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah
bagai pemandangan dalam lukisan... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin
dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga,
menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya".
Gambaran ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.
"..Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk
banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.... Raja pulau ini memiliki
istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan bagian
dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas.
Kini Khan Agung dari China beberapa kali berperang melawan raja ini; akan tetapi
selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya."
Gambaran Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone).
Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit
didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan
dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi
beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia
dikirim Paus untuk menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat
dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai
Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai
Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan
darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330.
Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama
tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan.
Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai
rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan
mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja Mongol
beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir
kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan di sini tak lain merupakan Majapahit yang
dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan
Jayanegara.
Ekonomi
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Pajak dan
denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata
uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan
keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja
pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam
negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China.
Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40
kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk di Sidoarjo. Badan
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin
tersebut berasal dari era Majapahit. Alasan penggunaan uang logam atau koin asing
ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga
bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan
kecil atau uang receh dalam sistem mata uang Majapahit agar dapat digunakan
dalam aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan
tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.
Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu
dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun
1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu
penyeberangan di dalam negeri (mandala Jawa). Prasasti dari masa Majapahit
menyebutkan berbagai macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari pengrajin
emas dan perak, hingga penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun
banyak di antara pekerjaan-pekerjaan ini sudah ada sejak zaman sebelumnya,
namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar
pertanian semakin meningkat pada era Majapahit. Menurut catatan Wang Ta-Yuan,
pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain,
dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak,
sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran
perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Selain itu, catatan Odorico da
Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun
1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak,
dan permata.
Struktur pemerintahan
Dalam struktur pemerintahan di Majapahit, raja dianggap sebagai penjelmaan dewa
dan memegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan. Roda pemerintahan
dijalankan raja dibantu oleh putra raja, kerabat raja, dan beberapa pejabat
pemerintah. Sebelum menduduki jabatan raja, putra mahkota biasanya diberi
kekuasaan sebagai raja muda (Rajakumara atau Yuwaraja). Contohnya, sebelum
dinobatkan menjadi raja, Hayam Wuruk lebih dahulu diangkat sebagai Rajakumara
yang berkedudukan di Jimna. dalam struktur pemerintahannya Majapahit memiliki
struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan
Hayam Wuruk.
Raja dibantu oleh dewan pertimbangan kerajaan atau Bhatara Saptaprabu. Tugas
lembaga ini adalah memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada raja. Anggota
dewan ini merupakan para sanak saudara raja. Untuk masalah-masalah keagamaan,
raja dibantu oleh dewan yang disebut Dharmadyaksa. Dharmadyaksa ri Kasainan
bertugas menangani urusan agama Syiwa dan Dharmadyaksa ri Kasogatan bertugas
menangani urusan agama Buddha. Para pejabat keagamaan ini dibantu oleh tujuh
Dharma Upapati, yaitu Sang Panget i Tirwan, i Kandamulri, i Mangkuri, i Paratan, i
Jambi, i Kandangan Rase, dan i Kandangan Atuha. Selain sebagai pejabat
keagamaan, mereka juga merupakan kelompok cendekiawan.
Raja Majapahit juga dibantu oleh tiga mahamenteri, yakni i Hino, i Halu, dan i Sirikan.
Biasanya yang diangkat untuk menduduki jabatan ini adalah putra raja. Mahamenteri i
Hino memiliki kedudukan paling tinggi karena di samping memiliki hubungan erat
dengan raja, ia juga dapat mengeluarkan prasasti-prasasti. Para mahamenteri ini
dibantu oleh para Rakryan Mantri atau sekelompok pejabat tinggi kerajaan yang
merupakan badan pelaksana pemerintahan. Badan ini terdiri atas lima orang, yaitu
Patih Amangkubumi, Rakyan Tumenggung, Rakryan Demung, Rakryan Rangga, dan
Rakryan Kanuruhan. Kelima pejabat ini disebut Sang Panca ri Wilwatikta atau Mantri
Amancanegara.
Aparat birokrasi
Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan,
dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja
biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:
Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan
pemerintahan
Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan
Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu
Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai
perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan
pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang
anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.
Pembagian wilayah
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari,
terdiri atas beberapa kawasan tertentu di bagian timur maupun bagian tengah Jawa.
Daerah ini diperintah oleh uparaja yang biasah disebut Paduka Bhattara yang
memiliki gelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini merupakan gelar tertinggi bangsawan
kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka
adalah untuk mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti
ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.
Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di
Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian
wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut:
Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja
Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre
(pangeran atau bangsawan)
Watek: dikelola oleh wiyasa,
Kuwu: dikelola oleh lurah,
Wanua: dikelola oleh thani,
Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.
Mancanegara, area yang melingkupi Negara Agung. Area ini secara langsung
dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi,
area-area tersebut biasanya memiliki penguasa atau raja pribumi, yang kemungkinan
membentuk persekutuan atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit.
Kerajaan Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan
mengatur kegiatan perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak,
namun mereka menikmati otonomi internal yang cukup besar. Wilayah Mancanegara
termasuk di dalamnya seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura, Bali, dan juga
Dharmasraya, Pagaruyung, Lampung dan Palembang di Sumatra.
Nusantara, ialah area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk
ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati
otonomi yang cukup luas dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa
penting untuk menempatkan birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi,
tantangan apa pun yang terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu
akan menuai reaksi keras. Termasuk dalam area ini adalah kerajaan kecil dan koloni
di Maluku, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung
Malaya.
Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan
tetapi Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang didefinisikan sebagai
hubungan diplomatik luar negeri:
Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang
sama". Hal itu menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara
oleh Majapahit, bukan sebagai bawahan dalam kekuatan Majapahit. Menurut
Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing adalah Syangkayodhyapura (Ayutthaya di
Thailand), Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura
dan Sinhanagari (kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja (Kamboja), dan
Yawana (Annam). Mitreka Satata dapat dianggap sebagai aliansi Majapahit, karena
kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk dalam kategori ini
meskipun Majapahit telah melakukan hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.
Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini kemudian
diidentifikasi oleh sejarahwan modern sebagai "mandala", yaitu kesatuan yang politik
ditentukan oleh pusat atau inti kekuasaannya daripada perbatasannya, dan dapat
tersusun atas beberapa unit politik bawahan tanpa integrasi administratif lebih lanjut.
Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup mandala Majapahit, yaitu
wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya memiliki pemimpin asli penguasa
daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup luas. Wilayah-wilayah
bawahan ini meskipun sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap menjalankan
sistem pemerintahannya sendiri tanpa terintegrasi lebih lanjut oleh kekuasaan pusat
di ibu kota Majapahit. Pola kekuasaan mandala ini juga ditemukan dalam
kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Sriwijaya dan Angkor, serta
mandala-mandala tetangga Majapahit yang sezaman; Ayutthaya dan Champa.
Raja-raja Majapahit
Para penguasa Majapahit adalah penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang
dirintis oleh Sri Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa Rajasa pada akhir abad ke-13.
Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode
kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan
Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan
keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.
Raden Wijaya (Gelar: Kertarajasa Jayawardhana) 1293 - 1309
Kalagamet (Sri Jayanagara) 1309 - 1328
Sri Gitarja (Tribhuwana Wijayatunggadewi) 1328 - 1350
Hayam Wuruk (Sri Rajasanagara) 1350 - 1389
Wikramawardhana 1389 - 1429
Suhita (Dyah Ayu Kencana Wungu) 1429 - 1447
Kertawijaya (Brawijaya I) 1447 - 1451
Rajasawardhana (Brawijaya II) 1451 - 1453
Purwawisesa atau Girishawardhana (Brawijaya III) 1456 - 1466
Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa (Brawijaya IV) 1466 - 1468
Bhre Kertabumi (Brawijaya V) 1468 - 1478
Girindrawardhana (Brawijaya VI) 1478 - 1498 Patih Udara 1498 - 1518
Bidadari Majapahit, arca emas apsara gaya Majapahit menggambarkan zaman kerajaan Majapahit.
Arca dewi Parwati sebagai perwujudan anumerta Tribhuwanottunggadewi, ratu Majapahit ibunda
Hayam Wuruk.
Candi Gentong
Candi Tikus
Letak Kerajaan
Merupakan kerajaan yang berdiri di Sumatra pada abad ke-7. Pendirinya adalah Dapunta
Hyang, Sriwijaya memiliki sebutan Kerajaan Nasional I sebab pengaruh kekuasaannya
mencakup hampir seluruh Nusantara dan negara-negara di sekitarnya. Letaknya sangat
strategis. Wilayahnya meliputi tepian Sungai Musi di Sumatra Selatan sampai ke Selat
Malaka (merupakan jalur perdagangan India – Cina pada saat itu), Selat Sunda, Selat
Bangka, Jambi, dan Semenanjung Malaka.
Candi Gumpung, candi Buddha di Muaro Jambi, Kerajaan Melayu yang ditaklukkan Sriwijaya.
Reruntuhan Wat (Candi) Kaew yang berasal dari zaman Sriwijaya di Chaiya, Thailand Selatan.
Catatan sejarah
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta
Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 dan tinggal
selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada
pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang.
Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa
lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada orang Indonesia
modern yang mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana
Perancis George Cœdès mempublikasikan penemuannya dalam surat kabar berbahasa
Belanda dan Indonesia. Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap
"San-fo-ts'i", sebelumnya dibaca "Sribhoja", dan beberapa prasasti dalam Melayu Kuno
merujuk pada kekaisaran yang sama.
Selain berita-berita diatas tersebut, telah ditemukan oleh Balai Arkeologi Palembang
sebuah perahu kuno yang diperkirakan ada sejak masa awal atau proto Kerajaan
Sriwijaya di Desa Sungai Pasir, Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Sumatera Selatan. Sayang, kepala perahu kuno itu sudah hilang dan sebagian papan
perahu itu digunakan justru buat jembatan. Tercatat ada 17 keping perahu yang terdiri
dari bagian lunas, 14 papan perahu yang terdiri dari bagian badan dan bagian buritan
untuk menempatkan kemudi. Perahu ini dibuat dengan teknik pasak kayu dan papan ikat
yang menggunakan tali ijuk. Cara ini sendiri dikenal dengan sebutan teknik tradisi Asia
Tenggara. Selain bangkai perahu, ditemukan juga sejumlah artefak-artefak lain yang
berhubungan dengan temuan perahu, seperti tembikar, keramik, dan alat kayu.
Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal, dan kerajaan besar Nusantara selain
Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi referensi
oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan
negara sebelum kolonialisme Belanda.
Berita Cina dari dinasti Tang menyebutkan bahwa Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) adalah
kerajaan Buddhis yang terletak di Laut Selatan. Adapun berita sumber dari dinasti Sung
menyebutkan bahwa utusan Cina sering datang ke San-fo-tsi. Diyakini bahwa yang
disebut San-fo-tsi itu adalah Sriwijaya.
Prasasti Nalanda menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa dari Nalanda, India, telah
membebaskan lima buah desa dari pajak. Sebagai imbalannya, kelima desa itu wajib
membiayai para mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan
Nalanda. Hal ini merupakan wujud penghargaan sebab Raja Sriwijaya saat itu,
Balaputradewa, mendirikan vihara di Nalanda. Selain itu, prasasti Nalanda juga
menyebutkan bahwa Raja Balaputradewa sebagai raja terakhir dinasti Syailendra yang
terusir dari Jawa meminta kepada Raja Nalanda untuk mengakui hak-haknya atas dinasti
Syailendra.
Agama
Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan
sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang
melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda,
India, pada tahun 671 dan 695, I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi
sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Selain berita
diatas, terdapat berita yang dibawakan oleh I Tsing, dinyatakan bahwa terdapat 1000
orang pendeta yang belajar agama Budha pada Sakyakirti, seorang pendeta terkenal di
Sriwijaya.
Arca Buddha langgam Amarawati setinggi 2,77 meter, ditemukan di situs Bukit Seguntang, Palembang,
abad ke-7 sampai ke-8 M.
Terdapat lebih dari 1000 pandita Buddhis di Sriwijaya yang belajar serta mempraktikkan
Dharma dengan baik. Mereka menganalisa dan mempelajari semua topik ajaran
sebagaimana yang ada di India; vinaya dan ritual-ritual mereka tidaklah berbeda sama
sekali [dengan yang ada di India]. Apabila seseorang pandita Tiongkok akan pergi ke
Universitas Nalanda di India untuk mendengar dan mempelajari naskah-naskah Dharma
auutentik, ia sebaiknya tinggal di Sriwijaya dalam kurun waktu 1 atau 2 tahun untuk
mempraktikkan vinaya dan bahasa sansekerta dengan tepat.
Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di
pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Mahayana juga
turut berkembang di Sriwijaya. Menjelang akhir abad ke-10, Atiśa, seorang sarjana
Buddha asal Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di
Tibet menyebutkan ditulis pada masa pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa
penguasa Sriwijaya nagara di Malayagiri di Suvarnadvipa.
Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India. Peranannya dalam agama Budha
dibuktikannya dengan membangun tempat pemujaan agama Budha di Ligor, Thailand.
Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan
dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9, sehingga secara langsung turut serta
mengembangkan bahasa Melayu beserta kebudayaannya di Nusantara.
"... banyak raja dan pemimpin yang berada di pulau-pulau pada Lautan Selatan percaya
dan mengagumi Buddha, dihati mereka telah tertanam perbuatan baik. Di dalam benteng
kota Sriwijaya dipenuhi lebih dari 1000 biksu Budha, yang belajar dengan tekun dan
mengamalkannya dengan baik.... Jika seorang biarawan Cina ingin pergi ke India untuk
belajar Sabda, lebih baik ia tinggal dulu di sini selama satu atau dua tahun untuk
mendalami ilmunya sebelum dilanjutkan di India".
Gambaran Sriwijaya menurut I Tsing.
Budaya
Berdasarkan berbagai sumber sejarah, sebuah masyarakat yang kompleks dan
kosmopolitan yang sangat dipengaruhi alam pikiran Budha Wajrayana digambarkan
bersemi di ibu kota Sriwijaya. Beberapa prasasti Siddhayatra abad ke-7 seperti Prasasti
Talang Tuo menggambarkan ritual Budha untuk memberkati peristiwa penuh berkah yaitu
peresmian taman Sriksetra, anugerah Maharaja Sriwijaya untuk rakyatnya. Prasasti
Telaga Batu menggambarkan kerumitan dan tingkatan jabatan pejabat kerajaan,
sementara Prasasti Kota Kapur menyebutkan keperkasaan balatentara Sriwijaya atas
Jawa. Semua prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno, leluhur bahasa Melayu
dan bahasa Indonesia modern. Sejak abad ke-7, bahasa Melayu kuno telah digunakan di
Nusantara. Ditandai dengan ditemukannya berbagai prasasti Sriwijaya dan beberapa
prasasti berbahasa Melayu Kuno di tempat lain, seperti yang ditemukan di pulau Jawa.
Hubungan dagang yang dilakukan berbagai suku bangsa Nusantara menjadi wahana
penyebaran bahasa Melayu, karena bahasa ini menjadi alat komunikasi bagi kaum
pedagang. Sejak saat itu, bahasa Melayu menjadi lingua franca dan digunakan secara
meluas oleh banyak penutur di Kepulauan Nusantara.
Arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan, seni Sriwijaya sekitar abad ke-9 M.
Meskipun disebut memiliki kekuatan ekonomi dan keperkasaan militer, Sriwijaya hanya
meninggalkan sedikit tinggalan purbakala di jantung negerinya di Sumatera. Sangat
berbeda dengan episode Sriwijaya di Jawa Tengah saat kepemimpinan wangsa
Syailendra yang banyak membangun monumen besar; seperti Candi Kalasan, Candi
Sewu, dan Borobudur. Candi-candi Budha yang berasal dari masa Sriwijaya di Sumatera
antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro Bahal. Akan tetapi tidak
seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari batu andesit, candi di Sumatera
terbuat dari bata merah.
Beberapa arca bersifat Budhisme, seperti berbagai arca Budha yang ditemukan di Bukit
Seguntang, Palembang, dan arca-arca Bodhisatwa Awalokiteswara dari Jambi, Bidor,
Perak dan Chaiya, dan arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan. Semua arca-arca
ini menampilkan keanggunan dan langgam yang sama yang disebut "Seni Sriwijaya" atau
"Langgam/Gaya Sriwijaya" yang memperlihatkan kemiripan — mungkin diilhami — oleh
langgam Amarawati India dan langgam Syailendra Jawa (sekitar abad ke-8 sampai ke-9).
Perdagangan
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan
Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab
mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu,
cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya
raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli
kesetiaan dari vassal-vassal-nya di seluruh Asia Tenggara. Dengan berperan sebagai
entreport atau pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu,
persetujuan, dan perlindungan dari Kaisar China untuk dapat berdagang dengan
Tiongkok, Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasi
urat nadi pelayaran antara Tiongkok dan India.
Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya dengan
selalu mengawasi dan sering kali memerangi pelabuhan pesaing di negara jirannya.
Keperluan untuk menjaga monopoli perdagangan inilah yang mendorong Sriwijaya
menggelar ekspedisi militer untuk menaklukkan bandar pelabuhan pesaing di kawasan
sekitarnya dan menyerap mereka ke dalam mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di Jambi,
Kota Kapur di pulau Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat,
Kalingga di Jawa Tengah, dan bandar Kedah dan Chaiya di semenanjung Melaya adalah
beberapa bandar pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam lingkup pengaruh
Sriwijaya. Disebutkan dalam catatan sejarah Champa adanya serangkaian serbuan
angkatan laut yang berasal dari Jawa terhadap beberapa pelabuhan di Champa dan
Kamboja. Mungkin angkatan laut penyerbu yang dimaksud adalah armada Sriwijaya,
karena saat itu wangsa Sailendra di Jawa adalah bagian dari mandala Sriwijaya. Hal ini
merupakan upaya Sriwijaya untuk menjamin monopoli perdagangan laut di Asia
Tenggara dengan menggempur bandar pelabuhan pesaingnya. Sriwijaya juga pernah
berjaya dalam hal perdagangan sedari tahun 670 hingga 1025 M.
Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin
perdagangan dengan kawasan Arab. Kemungkinan utusan Maharaja Sri Indrawarman
yang mengantarkan surat kepada khalifah Umar bin Abdul-Aziz dari Bani Umayyah tahun
718, kembali ke Sriwijaya dengan membawa hadiah Zanji (budak wanita berkulit hitam),
dan kemudian dari kronik Tiongkok disebutkan Shih-li-fo-shih dengan rajanya
Shih-li-t-'o-pa-mo (Sri Indrawarman) pada tahun 724 mengirimkan hadiah untuk kaisar
Cina, berupa ts'engchi (bermaksud sama dengan Zanji dalam bahasa Arab).
Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya dinasti
Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, kerajaan Min dan
kerajaan Nan Han dengan negeri kayanya Guangdong. Tak diragukan lagi Sriwijaya
mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. Pada masa inilah diperkirakan rakyat
Sriwijaya mulai mengenal buah semangka (Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum. & Nakai),
yang masuk melalui perdagangan mereka.
Model kapal Sriwijaya tahun 800-an Masehi yang terdapat pada candi Borobudur.
" Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuan raja, yang isterinya pun
adalah cucu dari ribuan raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang
wilayah kekuasaannya terdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya,
rempah wangi, pala, dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar hingga 12 mil.
Kepada Raja Arab yang tidak menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah. Aku telah
mengirimkan kepadamu bingkisan yang tak seberapa sebagai tanda persahabatan.
Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islam dan segala
hukum-hukumnya kepadaku."
Surat Maharaja Sriwijaya kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz
Peristiwa ini membuktikan bahwa Sriwijaya telah menjalin hubungan diplomatik dengan
dunia Islam atau dunia Arab. Meskipun demikian surat ini bukanlah berarti bahwa raja
Sriwijaya telah memeluk agama Islam, melainkan hanya menunjukkan hasrat sang raja
untuk mengenal dan mempelajari berbagai hukum, budaya, dan adat-istiadat dari
berbagai rekan perniagaan dan peradaban yang dikenal Sriwijaya saat itu; yakni
Tiongkok, India, dan Timur Tengah.
Pada masa awal, Kerajaan Khmer merupakan daerah jajahan Sriwijaya. Banyak
sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani, Thailand Selatan, sebagai
ibu kota kerajaan tersebut. Pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom
That yang bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga
kota yakni (Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit), dan Khirirat Nikhom.
Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, pada prasasti
Nalanda berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputradewa mendedikasikan sebuah
biara kepada Universitas Nalanda. Relasi dengan Dinasti Chola di selatan India juga
cukup baik. Dari prasasti Leiden disebutkan raja Sriwijaya di Kataha Sri
Mara-Vijayottunggawarman telah membangun sebuah vihara yang dinamakan dengan
Vihara Culamanivarmma, namun menjadi buruk setelah Rajendra Chola I naik tahta yang
melakukan penyerangan pada abad ke-11. Kemudian hubungan ini kembali membaik
pada masa Kulothunga Chola I, di mana raja Sriwijaya di Kadaram mengirimkan utusan
yang meminta dikeluarkannya pengumuman pembebasan cukai pada kawasan sekitar
Vihara Culamanivarmma tersebut. Namun pada masa ini Sriwijaya dianggap telah
menjadi bagian dari dinasti Chola. Kronik Tiongkok menyebutkan bahwa Kulothunga
Chola I (Ti-hua-ka-lo) sebagai raja San-fo-ts'i, membantu perbaikan candi dekat Kanton
pada tahun 1079. Pada masa dinasti Song candi ini disebut dengan nama Tien Ching
Kuan, dan pada masa dinasti Yuan disebut dengan nama Yuan Miau Kwan
Masa kejayaan
Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim. Mengandalkan hegemoni pada
kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan,
menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan armadanya
dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang, memungut cukai, serta untuk
menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya. Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi,
pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan
Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja,
Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan
Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang
mengenakan bea dan cukai atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengumpulkan
kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar
Tiongkok, dan India.
Berdasarkan sumber catatan sejarah dari Arab, Sriwijaya disebut dengan nama Sribuza.
Pada tahun 955 M, Al Masudi, seorang musafir (pengelana) sekaligus sejarawan Arab
klasik menulis catatan tentang Sriwijaya. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya
adalah sebuah kerajaan besar yang kaya raya, dengan tentara yang sangat banyak.
Disebutkan kapal yang tercepat dalam waktu dua tahun pun tidak cukup untuk
mengelilingi seluruh pulau wilayahnya. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu
gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kapulaga, gambir dan beberapa hasil bumi lainya.
Catatan lain menuliskan bahwa Sriwijaya maju dalam bidang agraris. Ini disimpulkan dari
seorang ahli dari Bangsa Persia yang bernama Abu Zaid Hasan yang mendapat
keterangan dari Sujaimana, seorang pedagang Arab. Abu Zaid menulis bahwasanya
Kerajaan Zabaj (Sriwijaya -sebutan Sriwijaya oleh bangsa Arab pada masa itu-) memiliki
tanah yang subur dan kekuasaaan yang luas hingga ke seberang lautan. Sriwijaya
menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara sepanjang abad ke-10, akan
tetapi pada akhir abad ini Kerajaan Medang di Jawa Timur tumbuh menjadi kekuatan
bahari baru dan mulai menantang dominasi Sriwijaya. Berita Tiongkok dari Dinasti Song
menyebut Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dengan nama San-fo-tsi, sedangkan Kerajaan
Medang di Jawa dengan nama Cho-po. Dikisahkan bahwa, San-fo-tsi dan Cho-po terlibat
persaingan untuk menguasai Asia Tenggara. Kedua negeri itu saling mengirim duta besar
ke Tiongkok. Utusan San-fo-tsi yang berangkat tahun 988 tertahan di pelabuhan Kanton
ketika hendak pulang, karena negerinya diserang oleh balatentara Jawa. Serangan dari
Jawa ini diduga berlangsung sekitar tahun 990-an, yaitu antara tahun 988 dan 992 pada
masa pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa.
Pada musim semi tahun 992 duta Sriwijaya tersebut mencoba pulang namun kembali
tertahan di Champa karena negerinya belum aman. Ia meminta kaisar Song agar
Tiongkok memberi perlindungan kepada San-fo-tsi. Utusan Jawa juga tiba di Tiongkok
tahun 992. Ia dikirim oleh rajanya yang naik takhta tahun 991. Raja baru Jawa tersebut
adalah Dharmawangsa Teguh.
Kerajaan Medang berhasil merebut Palembang pada tahun 992 untuk sementara waktu,
namun kemudian pasukan Medang berhasil dipukul mundur oleh pasukan Sriwijaya.
Prasasti Hujung Langit tahun 997 kembali menyebutkan adanya serangan Jawa terhadap
Sumatera. Rangkaian serangan dari Jawa ini pada akhirnya gagal karena Jawa tidak
berhasil membangun pijakan di Sumatera. Menguasai ibu kota di Palembang tidak cukup
karena pada hakikatnya kekuasaan dan kekuatan mandala Sriwijaya tersebar di
beberapa bandar pelabuhan di kawasan Selat Malaka. Maharaja Sriwijaya, Sri Cudamani
Warmadewa, berhasil lolos keluar dari ibu kota dan berkeliling menghimpun kekuatan dan
bala bantuan dari sekutu dan raja-raja bawahannya untuk memukul mundur tentara Jawa.
Serangan dari Medang ini membuka mata Sriwijaya betapa berbahayanya ancaman
Jawa, maka Maharaja Sriwijaya pun menyusun siasat balasan dan berusaha
menghancurkan Kerajaan Medang. Sriwijaya disebut berperan dalam menghancurkan
Kerajaan Medang di Jawa. Dalam prasasti Pucangan disebutkan sebuah peristiwa
Mahapralaya, yaitu peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di mana Haji
Wurawari dari Lwaram yang merupakan raja bawahan Sriwijaya, pada tahun 1006 atau
1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja Medang terakhir Dharmawangsa
Teguh.
Masa Kemunduran
Tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, yang merupakan raja dari dinasti Chola di India
selatan, mengirim ekspedisi laut untuk menyerang Kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan
prasasti Tanjore bertarikh 1030, Kerajaan Chola telah menaklukan daerah-daerah yang
sebelumnya menjadi koloni Sriwijaya, dan berhasil menawan raja Sriwijaya yang
berkuasa waktu itu Sangrama-Vijayottunggawarman. Selama beberapa dekade
berikutnya, seluruh kekuasaan Sriwijaya berada dalam pengaruh dinasti Chola. Meskipun
demikian Rajendra Chola tetap memberikan peluang kepada raja yang ditaklukannya
untuk tetap berkuasa dengan syarat tetap tunduk kepadanya.
Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178,
Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat dua kerajaan
yang sangat kuat dan kaya, yakni San-fo-ts'i dan Cho-po (Jawa). Di Jawa dia menemukan
bahwa rakyatnya memeluk agama Budha dan Hindu, sedangkan rakyat San-fo-ts'i
memeluk Budha. Namun, istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1178 tidak lagi identik
dengan Sriwijaya, melainkan telah identik dengan Dharmasraya. Dari daftar 15 negeri
bawahan San-fo-tsi tersebut, ternyata adalah wilayah jajahan Kerajaan Dharmasraya.
Walaupun sumber Tiongkok tetap menyebut San-fo-tsi sebagai kerajaan yang berada di
kawasan Laut Cina Selatan. Hal ini karena dalam Pararaton telah disebutkan Malayu.
Secara garis besar Kerajaan Sriwijaya mundur sejak abad ke-10 disebabkan oleh
faktor-faktor berikut:
Perubahan keadaan alam di sekitar Palembang. Sungai Musi, Ogan Komering,
dan sejumlah anak sungai lainnya membawa lumpur yang diendapkan di sekitar
Palembang sehingga posisinya menjauh dari laut dan perahu sulit merapat.
Letak Palembang yang makin jauh dari laut menyebabkan daerah itu kurang
strategis lagi kedudukannya sebagai pusat perdagangan nasional maupun internasional.
Sementara itu, terbukanya Selat Berhala antara Pulau Bangka dan Kepulauan Singkep
dapat menyingkatkan jalur perdagangan internasional sehingga Jambi lebih strategis
daripada Palembang.
Dalam bidang politik, Sriwijaya hanya memiliki angkatan laut yang diandalkan.
Setelah kekuasaan di Jawa Timur berkembang pada masa Airlangga, Sriwijaya terpaksa
mengakui Jawa Timur sebagai pemegang hegemoni di Indonesia bagian timur dan
Sriwijaya di bagian barat.
Adanya serangan militer atas Sriwijaya. Serangan pertama dilakukan oleh Teguh
Dharmawangsa terhadap wilayah selatan Sriwijaya (992) hingga menyebabkan utusan
yang dikirim ke Cina tidak berani kembali. Serangan kedua dilakukan oleh Colamandala
atas Semenanjung Malaya pada tahun 1017 kemudian atas pusat Sriwijaya pada tahun
1023 – 1030. Dalam serangan ini, Raja Sriwijaya ditawan dan dibawa ke India. Ketika
Kertanegara bertakhta di Singasari juga ada usaha penyerangan terhadap Sriwijaya,
namun baru sebatas usaha mengurung Sriwijaya dengan pendudukan atas wilayah
Melayu. Akhir dari Kerajaan Sriwijaya adalah pendudukan oleh Majapahit dalam usaha
menciptakan kesatuan Nusantara (1377).
Struktur pemerintahan
Masyarakat Sriwjaya sangat majemuk, dan mengenal stratatifikasi sosial. Pembentukan
satu negara kesatuan dalam dimensi struktur otoritas politik Sriwijaya, dapat dilacak dari
beberapa prasasti yang mengandung informasi penting tentang kadātuan, vanua,
samaryyāda, mandala dan bhūmi.
Kadātuan dapat bermakna kawasan dātu, (tnah rumah) tempat tinggal bini hāji, tempat
disimpan mas dan hasil cukai (drawy) sebagai kawasan yang mesti dijaga. Kadātuan ini
dikelilingi oleh vanua, yang dapat dianggap sebagai kawasan kota dari Sriwijaya yang di
dalamnya terdapat vihara untuk tempat beribadah bagi masyarakatnya. Kadātuan dan
vanua ini merupakan satu kawasan inti bagi Sriwijaya itu sendiri. Menurut Casparis,
samaryyāda merupakan kawasan yang berbatasan dengan vanua, yang terhubung
dengan jalan khusus (samaryyāda-patha) yang dapat bermaksud kawasan pedalaman.
Sedangkan mandala merupakan suatu kawasan otonom dari bhūmi yang berada dalam
pengaruh kekuasaan kadātuan Sriwijaya.
Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam lingkaran
raja terdapat secara berurutan yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota
kedua) dan rājakumāra (pewaris berikutnya). Prasasti Telaga Batu banyak menyebutkan
berbagai jabatan dalam struktur pemerintahan kerajaan pada masa Sriwijaya. Menurut
Prasasti Telaga Batu, selain diceritakan kutukan raja Sriwijaya kepada siapa saja yang
menentang raja, diceritakan pula bermacam-macam jabatan dan pekerjaan yang ada
pada zaman Sriwijaya. Adapun, jabatan dan pekerjaan yang diceritakan tersebut adalah
raja putra (putra raja yang keempat), bhupati (bupati), senopati (komandan pasukan), dan
dandanayaka (hakim). Kemudian terdapat juga Tuha an watak wuruh (pengawas
kelompok pekerja), Adyaksi nijawarna/wasikarana (pandai besi/ pembuat senjata pisau),
kayastha (juru tulis), sthapaka (pemahat), puwaham (nakhoda kapal), waniyaga (peniaga),
pratisra (pemimpin kelompok kerja), marsi haji (tukang cuci), dan hulun haji (budak raja).
Menurut kronik Cina Hsin Tang-shu, Sriwijaya yang begitu luas dibagi menjadi dua.
Seperti yang diterangkan diatas, Dapunta Hyang punya dua orang anak yang diberi gelar
putra mahkota, yakni yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua).
Maka dari itu, Ahmad Jelani Halimi (profesor di Universiti Sains Malaysia) mengatakan
bahwa untuk mencegah perpecahan di antara anak-anaknya itulah, maka kemungkinan
Kerajaan Sriwijaya dibagi menjadi dua.
Pada abad ke-14 meskipun pengaruhnya telah memudar, wibawa dan gengsi Sriwijaya
masih digunakan sebagai sumber legitimasi politik. Sang Nila Utama yang mengaku
sebagai keturunan bangsawan Sriwijaya dari Bintan, bersama para pengikut dan
tentaranya yang terdiri dari Orang Laut, telah mendirikan Kerajaan Singapura di Tumasik.
Menurut Sejarah Melayu dan catatan sejarah China yang ditulis Wang Ta Yuan,
disebutkan bahwa Kerajaan Siam sempat menyerang kerajaan Singapura pada kurun
tahun 1330 hingga 1340. Serangan Siam ini berhasil dipukul mundur.
Nah.., pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai macam-macam
peninggalan bersejarah yang ada di Indonesia. Sebelum membahas macam-macam
peninggalan bersejarah di Indonesia, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu
pengertian dari peninggalan Sejarah itu sendiri. Apakah Peninggalan Sejarah itu?
Peninggalan Sejarah adalah peninggalan-peninggalan pada masa lampau yang
mempunyai nilai sejarah dalam kehidupan manusia. Peninggalan bersejarah dapat di
jadikan sebagai bahan untuk menyusun sejarah serta membantu kita mengetahui apa
yang terjadi pada masa lampau.
Indonesia memiliki banyak peninggalan bersejarah yang bernilai tinggi. Maka dari itu,
kita wajib menghargai dan melestarikannya agar terjaga kelestariannya. Selain itu,
dengan adanya peninggalan bersejarah di Indonesia, dapat membantu kita dalam
mempelajari sejarah bangsa Indonesia. Mulai dari fosil, prasasti, patung, bangunan,
naskah kuno dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan macam-macam peninggalan
bersejarah di Indonesia. Terdapat 5 macam peninggalan sejarah di Indonesia,
diantaranya yaitu berupa tulisan, bangunan, benda-benda bersejarah, karya seni, dan
adat istiadat. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu per satu. Berikut 5 Macam
Peninggalan Bersejarah Di Indonesia:
1. Tulisan
Peninggalan bersejarah di Indonesia berupa tulisan terbagi menjadi dua, yaitu Prasasti
dan naskah kuno:
Prasasti
Prasasti merupakan peninggalan sejarah yang berupa tulisan atau gambar pada batu.
Sehingga prasasti disebut juga sebagai batu tulis. Sebuah prasasti biasanya ditulis
dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta.
Prasasti Yupa merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia
Pada umumnya Prasati berisi informasi/ catatan mengenai peristiwa penting yang dialami
oleh suatu kerajaan atau seorang raja. Beberapa prasasti yang ada di Indonesia yaitu,
anatar lain :
Prasasti Yupa di Kalimantan Timur sekitar tahun 500 M peninggalan dari
Kerajaan Kutai.
Prasasti Telaga Batu di Palembang peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Sriwijaya di Sumatera peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Ciaruteun di Jawa Barat peninggalan kerajaan Taruma Negara.
Naskah Kuno
Naskah kuno yaitu dokumen-dokumen penting yang berisi informasi pada zaman dahulu.
Naskah kuno juga bisa berupa karya sastra seperti syair, hikayat, legenda dan kitab-kitab.
Beberapa naskah kuno yang ada di Indonesia yaitu, Antara lain :
Kitab Sutasoma Karya Mpu Tantular dari kerajaan Majapahit.
Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca dari kerajaan Majapahit.
Kakawi Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa pada zaman kerajaan Airlangga,
Kahuripan.
Kitab Smaradahana karya Mpu Darmaja pada zaman Raja Kameswara I, Kediri.
Kitab Bharatayuda karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh pada jaman Raja Jaya
Baya, Kediri.
Perlu diketahui Kakawi merupakan syair dalam bahasa Jawa Kuna dengan metrum yang
berasal dari India.
2. Bangunan
Bangunan bersejarah di Indonesia memiliki aset yang tak ternilai harganya. Peninggalan
bersejarah di Indonesia berupa bangunan memiliki 6 bentuk bangunan, diantaranya
adalah sebagai berikut :
Candi
Candi merupakan bangunan kuno yang dibuat dari batu dan biasanya digunakan sebagai
tempat pemujaan/ beribadah bagi pemeluk agama Hindu dan Budha pada zaman dahulu.
Candi merupakan peninggalan kerajaan Hindu dan Budha. Fungsi bangunan candi yaitu
untuk memuliakan raja yang telah meninggal dunia. Beberapa candi yang ada di
Indonesia yaitu, antara lain:
Candi Borobudur : di Magelang, Jawa Tengah.
Candi Padas : di Tampak Siring, Bali.
Candi Kidal : di Malang, Jawa Timur.
Candi Sewu : di Magelang, Jawa Tengah.
Candi Prambanan : di Klaten, Jawa Tengah.
Candi Tikus : di Mojokerto, Jawa Timur.
Benteng
Banteng merupakan bangunan yang difungsikan guna mempertahankan diri (bertahan)
dari serangan lawan.
Masjid
Masjid adalah tempat ibadah bagi umat Islam. Dengan adanya peninggalan bersejarah
berupa masjid membuktikan bahwa pengaruh Islam di Indonesia sudah ada sejak zaman
dahulu. Beberapa masjid yang bersejarah di Indonesia antara lain Masjid Aceh, Masjid
Agung Banten, Masjid Makam Sedangduwur (Jawa Timur), Masjid Kudus, Masjid Demak,
dan Masjid Jami Pontianak.
Makam
Makam merupakan tempat untuk menguburkan orang-orang yang sudah meninggal
terutama para raja/ tokoh-tokoh penting dalam sejarah.
Biasanya makam banyak dijadikan sumber sejarah dan peninggalan sejarah. Beberapa
makam yang ada di Indonesia yaitu, antara lain:
Makam Raja-raja Surakarta dan Yogyakarta di Imogiri, Yogyakarta.
Makam Pangeran Diponegoro di Makassar, Sulawesi Selatan.
Makam RA. Kartini di Rembang, Jawa Tengah.
Makam Ir. Soekarno Presiden RI Pertama di Blitar, Jawa Timur.
Makam Sunan Kalijaga di Demak, Jawa Tengah.
Arca
Arca merupakan peninggalan sejarah yang bercorak agama Hindhu-Buddha. Arca biasa
dikenal oleh masyarakat luas dengan istilah patung. Arca atau Patung biasanya terbuat
dari batu, perunggu dan bahkan emas. Bentuk-bentuk Arca atau Patung
bermacam-macam, ada patung dewa, patung raja/ratu, patung binatang dan lain-lain.
Beberapa Arca yang ada di Indonesia Antara lain Arca Buddha Amarawati di Sulawesi
Selatan, Arca Roro Jonggrang di Candi Prambanan, Arca Airlangga di Belahan, Arca
Tribhuwana di Candi Arimbi, dll.
4. Karya Seni
Karya Seni adalah peninggalan bersejarah yang berasal dari nenek moyang kita yang
kemudian menjadi tradisi di masyarakat. Pada zaman dahulu nenek moyang kita banyak
memiliki karya seni yang sampai sekarang masih ada, antara lain :
Tarian tradisional
Tarian tradisional adalah tarian peninggalan zaman dahulu yang hingga saat ini masih
ada dan sering ada dipertunjukan. Beberapa contoh dari tarian tradisional di Indonesia
antara lain Tari Gambyong dari Jawa Tengah dan Tari Seudati dari Aceh.
Baca Juga : Uniknya Bandara Gibraltar, miliki Jalan Raya Ditengah Landasan Pacu
Seni pertunjukan
Dunia hiburan atau seni pertunjukan memang tidak akan pernah sirna di belahan bumi
Indonesia. Hal ini terbukti dari dahulu hingga sekarang masih banyak ditemui dunia
hiburan atau pertunjukan yang bersifat menghibur masyarakat. Perbedaan seni
pertunjukan yang dahulu dengan yang sekarang salah satunya dari media yang
digunakan. Beberapa contoh dari seni pertunjukan di Indonesia antara lain Wayang Kulit
dari Jawa Tengah dan Yogyakarta, Ogoh-ogoh dari Bali dan Wayang Golek dari Jawa
Barat.
5. Adat istiadat
Adat istiadat merupakan tradisi kepercayaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat
secara turun-temurun.
Contoh upacara adat istiadat Antara lain adalah : upacara adat pembakaran mayat
(Ngaben) di Bali, Sekaten di Solo dan Yogyakarta, upacara adat pernikahan dan
sebagainya.
Berwisata merupakan salah satu cara terbaik untuk Belajar Sejarah, dengan
Mengunjungi Tempat Bersejarah di Indonesia sobat secara tidak langsung juga belajar
mengenai sejarah indonesia karena salah satu cara mempelajari sejarah indonesia
adalah dengan mempelajarinya lewat peninggalan sejarahnya yang ada di berbagai kota
di Indonesia.
Berikut ini akan kami sajikan 15 tempat bersejarah di Indonesia versi MARKIJAR.Com
yang Wajib Kamu Ketahui maupun kamu kunjungi untuk lebih dekat dengan indonesia,
tempat-tempat ini mungkin bisa sobat jadikan pilihan tujuan wisata sobat maupun hanya
untuk mengenal atau menambah pengetahuan dan wawasan sobat tentang sejarah dari
tempat tersebut, berikut daftarnya :
Candi Borobudur
Dalam pembangunannya belum ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang
membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu pembangunannya diperkirakan
berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup
Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan
abad ke-8 dan ke-9. maka Borobudur diperkirakan dibangun sekitar tahun 800 masehi.
Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, yang merupakan masa
puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, dimana masa itu dipengaruhi
Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75
samapai 100 tahun dan benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja
Samaratungga pada tahun 825.
Hal yang unik dari candi borobudur adalah balok yang digunakan sebagai bahan utama
konstruksi bangunan terbuat dari abu vulkanik Gunung Merapi yang dibekukan.
Balok-balok ini kemudian disusun membentuk lebih dari 500 buah arca tanpa
menggunakan semen sama sekali. Luar biasa bukan, Tak hanya itu, candi ini juga penuh
dengan pahatan relief yang menceritakan perjalanan hidup Sang Buddha.
Candi Prambanan
Prambanan merupakan candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah dibangun di
Jawa kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan ini diawali oleh Rakai Pikatan sebagai
tandingan candi Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak jauh dari
Prambanan. Beberapa sejarawan lama menduga bahwa pembangunan candi agung
Hindu ini untuk menandai kembali berkuasanya keluarga Sanjaya atas Jawa, hal ini
terkait teori wangsa kembar berbeda keyakinan yang saling bersaing. yaitu wangsa
Sailendra penganut Buddha dan wangsa Sanjaya penganut Hindu. Pastinya, dengan
dibangunnya candi ini menandai bahwa Hinduisme aliran Siwa kembali mendapat
dukungan keluarga kerajaan, setelah sebelumnya wangsa Sailendra cenderung lebih
mendukung Buddha aliran Mahayana. Hal ini menandai bahwa kerajaan Medang beralih
fokus dukungan keagamaanya, dari Buddha Mahayana ke pemujaan terhadap Siwa.
Candi Prambanan sendiri pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh
Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja
Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun
856 M, Dalam prasasti Siwagrha tertulis bahwa saat pembangunan candi Siwagrha
berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan
aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir
dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan. Sejarawan
menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok melengkung ke arah timur, dan
dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga erosi sungai bisa mengancam konstruksi
candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang
memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar
kompleks candi.
Candi Prambanan juga memiliki cerita rakyat yang melekat erat dengannya yaitu cerita
Roro Jonggrang. Dikisahkan bahwa candi induk yang ada merupakan wujud Roro
Jonggrang yang dikutuk oleh Bandung Bondowoso karena berusaha menggagalkan
upaya Bondowoso membangun seribu candi untuknya.
Lawang Sewu dibangun pada 27 Februari 1904 dengan nama Het hoofdkantor van
de Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (yang digunakan untuk Kantor Pusat
NIS). pada mulanya kegiatan administrasi perkantoran dilakukan di Stasiun Semarang
Gudang (Samarang NIS), namun dengan berkembangnya jalur jaringan kereta yang
begitu pesat, mengakibatkan bertambahnya kebutuhan personil teknis dan tenaga
administrasi yang besar.
Baca Juga : 5 Macam Peninggalan Bersejarah di Indonesia yang Wajib Kita Ketahui
Pada akibatnya kantor NIS di stasiun Samarang NIS tidak lagi memadai. Berbagai solusi
dilakukan NIS antara lain menyewa beberapa bangunan milik perseorangan sebagai
solusi sementara. Apalagi letak stasiun Samarang NIS berada di dekat rawa sehingga
urusan sanitasi dan kesehatan pun menjadi pertimbangan penting. Maka, diusulkanlah
alternatif lain: yaitu membangun kantor administrasi di lokasi baru. kemudian dibangunlah
Lawang Sewu di ujung Bodjongweg Semarang (sekarang Jalan Pemuda).
Saat ini, Benteng Rotterdam menjadi tempat wisata sejarah andalan kota Makassar. Di
dalamnya terdapat museum La Galigo yang berisi koleksi benda-benda peninggalan
Kerajaan Gowa-Tallo. Menariknya lagi, di sini terdapat sebuah ruangan yang dipercaya
sebagai tempat pengasingan Pangeran Diponegoro di masa perjuangan dahulu.
Melihat kemajuan yang sangat pesat terhadap kraton yang didirikan oleh Sultan
Hamengku Buwono I, rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul. Pihak Belanda
mengusulkan kepada sultan agar diizinkan membangun sebuah benteng di dekat kraton.
Belanda dalih agar mereka dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi
dibalik dalih tersebut niatan Belanda yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan
dalam mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam kraton. Letak benteng
yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang menghadap ke
jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan
sebagai benteng strategi, penyerangan, intimidasi serta blokade terhadap kraton. Dapat
disimpulkan bahwa berdirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila
sewaktu-waktu Sultan memiliki keinginan untuk menentang Belanda.
Baca Juga : Sejarah Pembentukan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara
Besarnya kekuatan yang tersembunyi dibalik kontrak politik yang dilahirkan dalam setiap
perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi kekuatan yang sulit dilawan oleh
setiap pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda. Dalam hal ini termasuk pula Sri
Sultan Hamengku Buwono I. Oleh karena itu permohonan izin Belanda untuk
membangun benteng dikabulkan. Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang
sekarang (Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta), ditempat tersebut sebenarnya
Sultan HB I telah membangun sebuah benteng yang sangat sederhana berbentuk bujur
sangkar. Di keempat sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut seleka atau bastion.
Oleh sultan keempat sudut tersebut diberi nama Jayapurusa (sudut timur laut),
Jayawisesa (sudut barat laut), Jayaprayitna (sudut tenggara) dan Jayaprakosaningprang
(sudut barat daya).
Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang
didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan
menuju Imogiri. Sebagai pimpinan proyek pembangunan Taman Sari dipilih Tumenggung
Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Tumenggung
Prawirosentiko besrta seluruh rakyatnya. Di tengah pembangunan pimpinan proyek
diambil alih oleh Pangeran Notokusumo, setelah Mangundipuro mengundurkan diri.
Walaupun secara resmi sebagai kebun kerajaan, namun bebrapa bangunan yang ada
mengindikasikan Taman Sari juga berperan sebagai benteng pertahanan terakhir jika
istana diserang oleh musuh.
Di istana ini juga terdapat meriam buntung yang memiliki legenda tersendiri. Orang
Medan menyebut meriam ini dengan sebutan Meriam Puntung. Kisah meriam puntung ini
memiliki kaitan dengan Putri Hijau. Diceritakan, di Kerajaan Timur Raya, hiduplah
seorang putri yang cantik jelita, bernama Putri Hijau. Ia disebut demikian, karena
tubuhnya memancarkan warna hijau. sang putri mempunyai dua orang saudara laki-laki,
yaitu Mambang Khayali dan Mambang Yasid. Suatu ketika, datanglah Raja Aceh
meminang Putri Hijau, namun, pinangan ini ditolak oleh kedua saudaranya.
Raja Aceh menjadi marah, lalu menyerang Kerajaan Timur Raya. Raja Aceh berhasil
mengalahkan Mambang Yasid. Saat tentara Aceh hendak masuk istana menculik Putri
Hijau, mendadak terjadi keajaiban, Mambang Khayali tiba-tiba berubah menjadi meriam
dan menembak membabi-buta tanpa henti. Karena terus-menerus menembakkan peluru
ke arah pasukan Aceh, maka meriam ini terpecah dua. Bagian belakang terlempar ke
Labuhan Deli sementara Bagian depannya ditemukan di daerah Surbakti, di dataran
tinggi Karo, dekat Kabanjahe, kemudian dipindahkan ke halaman Istana Maimun.
Istana Maimun menjadi tujuan wisata bukan hanya karena usianya yang tua, namun juga
desain interiornya yang unik, memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu,
dengan gaya Islam, Spanyol, India dan Italia. Namun sayang, tempat wisata ini tidak
bebas dari kawasan Pedagang kaki lima.
Sekarang Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I atau biasa disebut Masjid Agung
Palembang adalah sebuah masjid paling besar di Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Masjid ini dipengaruhi oleh 3 arsitektur yakni Indonesia, China dan Eropa. Bentuk
arsitektur Eropa terlihat dari pintu masuk di gedung baru masjid yang besar dan tinggi.
Sedangkan arsitektur China dilihat dari masjid utama yang atapnya seperti kelenteng.
Masjid ini dulunya adalah masjid terbesar di Indonesia selama beberapa tahun. Bentuk
masjid yang ada sekarang adalah hasil renovasi tahun 2000 dan selesai tahun 2003.
Megawati Soekarnoputri adalah orang yang meresmikan masjid raksasa Sumatera
Selatan modern ini.
10. Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak merupakan salah satu mesjid tertua yang ada di Indonesia. Masjid
ini terletak di Kampung Kauman, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Masjid Agung
Demak dipercayai pernah menjadi tempat berkumpulnya walisongo (para ulama
yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa). Pendiri masjid ini diperkirakan adalah
Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak sekitar abad ke-15 Masehi.
Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan masjid yang karismatik ini dengan
memberi gambar serupa bulus. Ini merupakan candra sengkala memet, dengan arti
Sarira Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka. Gambar bulus terdiri atas
kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti angka 4 (empat), badan bulus berarti
angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). Dari simbol ini diperkirakan Masjid Agung
Demak berdiri pada tahun 1401 Saka. Masjid ini didirikan pada tanggal 1 Shofar.
Atap Masjid Agung Demak ditahan empat tiang kayu raksasa yang khusus dibuat empat
wali di antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, sebelah
barat daya buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang
sebelah timur laut merupakan sumbangan Sunan Kalijaga.
Berdirinya Masjid Menara Kudus tidak terlepas dari peran Sunan Kudus sebagai
penggagas dan pendiri. Sebagaimana Walisongo yang lainnya, Sunan Kudus
menggunakan pendekatan kultural (budaya) dalam berdakwah. Ia mengadaptasi dan
melakukan pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat yang telah memiliki budaya
mapan dalam pengaruh agama Hindu dan Buddha. Akulturasi budaya Hindu dan Budha
dalam dakwah Islam yang dilakukan Sunan Kudus terlihat jelas pada arsitektur dan
konsep bangunan Masjid Menara Kudus.
Masjid ini mulai didirikan pada tahun 956 H atau 1549 M. Hal ini didasarkan pada inskripsi
berbahasa Arab yang tertulis pada prasasti batu berukuran lebar 30 cm dan panjang 46
cm yang terletak pada mihrab masjid. Peletakan batu pertama menggunakan batu dari
Baitul Maqdis di Palestina, oleh karena itu masjid ini kemudian dinamakan Masjid Al
Aqsha.
Saat Kerajaan Belanda menyerang Kesultanan Aceh pada agresi tentara Belanda kedua
pada Bulan Shafar 1290 Hijriah atau 10 April 1873 Masehi, Masjid Raya Baiturrahman
dibakar. Kemudian, pada tahun 1877 Belanda membangun kembali Masjid Raya
Baiturrahman untuk menarik perhatian serta meredam kemarahan Bangsa Aceh. Pada
saat itu Kesultanan Aceh masih berada di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Daud
Syah Johan Berdaulat yang merupakan Sultan Aceh yang terakhir.
Salah satu keistimewaan Masjid Agung Banten adalah masjid ini dibangun oleh tiga
orang arsitektur yang berbeda sehingga mempunyai ciri khas tiap-tiap arsitektur yang
membangunnya. Yang pertama adalah Raden Sepat, arsitek Majapahit yang juga
membangun beberapa masjid di nusantara. Yang kedua adalah arsitektur dari Tiongkok
yang bernama Cek Ban Su yang ikut ambil bagian dan memberikan pengaruh kuat pada
bentuk atap masjid yang bentuknya bersusun 5, mirip dengan pagoda Tiongkok pada
umumnya.
Arsitek ketiga adalah Hendrik Lucaz Cardeel yang merupakan arsitek dari Belanda yang
kabur dari Batavia. Ia ikut turut andil dalam membangun Tiyamah serta Menara Masjid di
komplek Masjid Agung Banten. Tiyamah adalah bangunan bertingkat bergaya Belanda
kontemporer yang pada dahulu digunakan untuk pertemuan penting, namun sekarang
dialih fungsikan sebagai tempat museum benda peninggalan.
Gereja Blenduk
Gereja yang dibangun pada 1753 ini merupakan salah satu landmark di Kota Lama
Semarang. Berbeda dari bangunan lain di Kota Lama yang pada umumnya memagari
jalan dan tidak menonjolkan bentuk, gedung yang bergaya Neo-Klasik ini justru tampil
kontras dan mudah dikenali.
Gereja yang sekarang ini dirancang dan dimulai oleh Pastor Antonius Dijkmans dan
peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Pro-vikaris, Carolus Wenneker. Pekerjaan ini
kemudian dilanjutkan oleh Cuypers-Hulswit ketika Dijkmans tidak bisa melanjutkannya,
dan kemudian diresmikan dan diberkati pada 21 April 1901 oleh Mgr. Edmundus
Sybradus Luypen, S.J., Vikaris Apostolik Jakarta. Katedral yang kita kenal sekarang
sesungguhnya bukanlah gedung gereja yang asli di tempat itu, karena Katedral yang asli
diresmikan pada Februari 1810, namun pada 27 Juli 1826 gedung Gereja itu terbakar
bersama 180 rumah penduduk di sekitarnya. Lalu pada tanggal 31 Mei 1890 dalam cuaca
yang cerah, Gereja itu pun sempat roboh.
15 Tempat bersejarah diatas tadi dapat dipilih sebagai tujuan wisata sobat, atau kalau
sobat sudah pernah kesana minimal artikel ini dapat menambah wawasan sobat
mengenai sejarah dari tempat tersebut. dengan berkunjung (berwisata) ke tempat
bersejarah diatas sobat tak hanya sekedar berwisata untuk mendapatkan kesenangan
saja, tetapi juga bisa belajar sejarah dari tempat yang dikunjungi.
SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
Bangsa Indonesia adalah sekelompok masarakat indonesia yang bersatu atau
dipersatukan karna adanya persamaan sejarah dan nasip di masa lampau, serta
memiliki cita-cita maupun tujuan yang sama untuk kehidupan di masa yang akan
datang.
Portugis dan Spanyol menyadari kerugian yang ditimbulkan akibat persaingan itu.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pada tahun 1534 keduanya menyepakati
diadakanlah Perjanjian Saragosa. Isi perjanjian itu antara lain:
1. Maluku menjadi daerah pengaruh dan kegiatan Portugis
2. Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan diri di Filipina
Perjanjian ini semakin mengokohkan kedudukan Portugis di Maluku. Dalam
melaksanakan monopoli perdagangan, Portugis juga memiliki ambisi untuk
menanamkan kekuasaan di Maluku. Itulah sebabnya, rakyat dan raja Ternate
kemudian menentang Portugis.
Logo VOC
Pembentukan BPUPKI
1 Maret 1945 Jepang meyakinkan Indonesia tentang kemerdekaan dengan
membentuk Dokuritsu Junbi Tyosakai atau BPUPKI (Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia). kemudian pada 28 April 1945, Jenderal
Kumakichi Harada, Komandan Pasukan Jepang Jawa melantik anggota BPUPKI di
Gedung Cuo Sangi In, di Pejambon Jakarta (sekarang Gedung Kemlu). saat itu Ketua
BPUPKI yang ditunjuk Jepang adalah dr. Rajiman Wedyodiningrat dengan wakilnya
Icibangase (Jepang) serta Sekretaris R.P. Soeroso. Jml anggota BPUPKI saat itu
adalah 63 orang yang mewakili hampir seluruh wilayah di Indonesia.
Tentara India Britania menembaki penembak runduk Indonesia di balik tank Indonesia yang
terguling dalam pertempuran di Surabaya, November 1945.
Pertempuran dasyat ini memakan waktu hampir satu bulan lamanya, sebelum seluruh
kota jatuh di tangan pihak Inggris. Peristiwa berdarah ini benar benar membuat
inggris merasa berperang dipasifik, medan perang Surabaya mendapat julukan
“neraka” bagi mereka karena kerugian yg disebabkan tidaklah sedikit, sekitar 1600
orang prajurit pengalaman mereka tewas di surabaya serta puluhan alat perang rusak
dan hancur diterjang badai semangat arek arek Surabaya.
Kejadian luar biasa heroik yg terjadi di kota Surabaya telah menggetarkan Bangsa
Indonesia, semangat juang, pantang menyerah dan bertarung sampai titik darah
penghabisan demi tegaknya kedaulatan dan kehormatan bangsa telah mereka
tunjukan dengan penuh kegigihan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang
menjadi korban ketika itu serta semangat membara yang membuat Inggris serasa
terpanggang di neraka telah membuat kota Surabaya kemudian dikenang sebagai
Kota Pahlawan dan tanggal 10 nopember diperingati setiap tahunnya sebagai hari
Pahlawan.
Pertempuran Ambarawa
Palagan Ambarawa adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadap Sekutu
yang terjadi di Ambarawa, sebelah selatan Semarang, Jawa Tengah. Peristiwa ini
dilatarbelakangi oleh mendaratnya pasukan Sekutu dari Divisi India ke-23 di
Semarang pada tanggal 20 oktober 1945. Pemerintah Indonesia memperkenankan
mereka untuk mengurus tawanan perang yang berada di penjara Ambarawa dan
Magelang.
Medan Area
Mr. Teuku M. Hassan yang telah diangkat menjadi gubernur mulai membenahi
daerahnya. Tugas pertama yang dilakukan Gubernur Sumatera ini adalah
menegakkan kedaulatan dan membentuk Komite Nasional Indonesia untuk wilayah
Sumatera. Oleh karena itu, mulai dilakukan pembersihan terhadap tentara Jepang
dengan melucuti senjata dan menduduki gedung-gedung pemerintah. Pada tanggal 9
Oktober 1945, di Medan mendarat pasukan Serikat yang diboncengi oleh NICA. Para
Pemuda Indonesia dan Barisan Pemuda segera membentuk TKR di Medan.
Pertempuran pertama pecah tanggal 13 Oktober 1945 ketika lencana merah putih
diinjak-injak oleh tamu di sebuah hotel. Para pemuda kemudian menyerbu hotel
tersebut sehingga mengakibatkan 96 korban luka-luka. Para korban ternyata
sebagian orang-orang NICA. Bentrokan antar Serikat dan rakyat menjalar ke seluruh
kota Medan. Peristiwa kepahlawanan ini kemudian dikenal sebagai pertempuran
“Medan Area”.
Sedangkan Menurut versi Orde Baru gerakan ini dilakukan oleh sekelompok pasukan
yang diketahui sebagai pasukan Cakrabirawa, yaitu pasukan pengawal presiden
yang melakukan aksi pembunuhan dan penculikan kepada Enam (6) jenderal senior
TNI AD (Angkatan Darat).
4 MASA PENJAJAHAN NEGARA ASING
DI INDONESIA
Bangsa Indonesia merupakan sekelompok masarakat indonesia yang bersatu atau
dipersatukan karna persamaan sejarah dan nasip di masa lampau, serta mempunyai
cita-cita maupun tujuan yang sama untuk kehidupan di masa yang akan datang.
Logo VOC
Pada 1905 muncul gerakan nasionalis yang pertama, yaitu Serikat Dagang Islam
yang kemudian diikuti oleh munculnya gerakan Budi Utomo. Belanda merespon
gerakan tersebut dengan memenjarakan banyak dari mereka dengan alasan kegiatan
politis, termasuk Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno pernah dipenjarakan.
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Hindia Belanda mengumumkan keadaan siaga
dan pada bulan Juli Belanda mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Britania dan
Amerika Serikat. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan
persediaan bahan bakar pesawat tempur jepang gagal di Juni 1941, kemudian pada
bulan Desember 1941 Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara.
Penjajahan Belanda terhadap Indonesia berakhir secara keseluruhan saat
Pemerintah Jepang melakukan penyerangan. Tanggal 27 Februari 1942 tentara
Jepang berhasil mengalahkan armada gabungan dari Negara Inggris, Amerika,
Australia dan Belanda. Kemudian, di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi
Imamura, tentara Jepang mulai menginjakkan kaki ke Pulau Jawa. Di sana
Letnan Jenderal Hitoshi Imamura mengancam akan menyerang Belanda apabila
tidak segera menyerah. Pada akhirnya setelah mengalami kekalahan terus menerus
dari Jepang, Tjarda van Starkenborgh Stachouwer selaku Jenderal Hindia
Belanda menyerah dan ditangkap oleh jepang. Hal ini menjadi tanda berakhirnya
sejarah penjajahan Belanda di Indonesia sekaligus pertanda dimulainya masa
penjajahan Jepang di Indonesia.
Pada Juli 1942, Soekarno mendapat tawaran dari Jepang untuk mengadakan
kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang dapat memberikan jawaban
terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, para Kyai dan Mohammad Hatta
memperoleh penghormatan dari Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi,
pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat lah beragam, tergantung di
mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah
yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, penahanan
sembarang, terlibat perbudakan seks, hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya.
Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran
kekejaman dalam penguasaan Jepang.
Pada 1 Maret 1945 Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia). kemudian pada 28 April 1945, Jenderal Kumakichi Harada,
Komandan Pasukan Jepang Jawa melantik anggota BPUPKI di Gedung Cuo Sangi In,
di Pejambon Jakarta (sekarang Gedung Kemlu). saat itu Ketua BPUPKI yang ditunjuk
Jepang adalah dr. Rajiman Wedyodiningrat dengan wakilnya Icibangase (Jepang)
serta Sekretaris R.P. Soeroso. Jml anggota BPUPKI kala itu ialah 63 orang yang
mewakili hampir semua wilayah di Indonesia.
PERISTIWA MENJELANG PROKLAMASI
KEMERDEKAAN 17 AGUSTUS 1945
Sebagian dari kita tentu sudah mengetahui bahwa pada 6 Agustus 1945 Amerika
Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima. dan 9 Agustus 1945 bom
atom juga dijatuhkan di kota Nagasaki. Kedua bom atom tersebut mengakibatkan
korban jiwa yang sangat besar dan hancur nya berbagai infrastruktur sipil dan militer
Jepang, kala itu pemerintah Jepang benar-benar dalam kesulitan. Akhirnya, pada 14
Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
Berikut akan kita kupas tuntas mengenai peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan
indonesia, Peristiwa peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan, Peristiwa
peristiwa Saat Proklamasi Kemerdekaan, peristiwa sebelum proklamasi, peristiwa
sekitar proklamasi kemerdekaan.
Soekarno belum merasa yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan
seandainya dilakukan proklamasi kemerdekaan saat itu, hal tersebut dapat
menyebabkan pertumpahan darah yang luas, dan dapat berakibat fatal jika para
pejuang Indonesia belum siap. Soekarno kemudian memberitahu Hatta bahwa
Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu merupakan
hak PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Sementara itu Syahrir
menganggap PPKI ialah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh
PPKI hanya merupakan "hadiah" dari Jepang
2. Peristiwa Rengasdengklok
Sutan Sjahrir, Chaerul Saleh, Darwis dan Wikana mendengar kabar
menyerahnya Jepang kepada sekutu melalui radio BBC. Setelah mendengar
berita Jepang bertekuk lutut kepada sekutu, golongan muda mendesak golongan
tua untuk secepatnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun
tokoh golongan tua seperti Soekarno dan Hatta tidak ingin terburu-buru mereka
tetap menginginkan proklamasi dilaksanakan sesuai mekanisme PPKI. Alasannya
kekuasaan Jepang di Indonesia belum diambil alih hal tersebut membuat mereka
khawatir akan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi.
a. Golongan Muda
Menanggapi sikap konservatif golongan tua, golongan muda yang diwakili oleh para
anggota PETA dan mahasiswa merasa kecewa. Mereka tidak setuju terhadap sikap
golongan tua dan menganggap bahwa PPKI merupakan bentukan Jepang. Sehingga
mereka menolak seandainya proklamasi dilaksanakan melalui mekanisme PPKI.
Sebaliknya, mereka menghendaki terlaksananya proklamasi kemerdekaan dengan
kekuatan sendiri, tanpa pengaruh dari Jepang. Sutan Syahrir termasuk tokoh
pertama yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia.
Sikap golongan muda secara resmi diputuskan dalam rapat yang diselenggarakan di
Pegangsaan Timur Jakarta pada 15 Agustus 1945. Hadir dalam rapat ini Djohar Nur,
Chairul Saleh, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana dan
Armansyah. Rapat yang diketuai Chairul Saleh ini menyepakati bahwa
kemerdekaan Indonesia merupakan hak dan masalah rakyat Indonesia sendiri,
bukan menggantungkan kepada pihak lain.
Mendengar penolakan Bung Karno itu, maka Wikana pun mengancam bahwa
pada esok hari akan terjadi pertumpahan darah yang dahsyat dan pembunuhan
secara besar-besaran. Hal tersebut pun membuat suasana menjadi tegang
antara Bung Karno dan Pemuda, yang di saksikan langsung oleh Bung Hatta,
Mr. Ahmad Subardjo, Dr. Buntara, dan Mr. Iwa Kusumasumantri.
Di tengah suasana pro dan kontra, golongan muda memutuskan untuk membawa
Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Pilihan ini diambil berdasarkan
kesepakatan rapat terakhir golongan pemuda pada 16 Agustus 1945 di Asrama
Baperpi, Cikini, Jakarta. Maksudan dan tujuan para pemuda membawa kedua
pemimpin tersebut adalah agar Bung Karno dan Bung Hatta segera mengumumkan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan secepatnya serta menjauhkan Bung
Karno dan Bung Hatta dari pengaruh Jepang.
Sementara itu di Jakarta, terjadi dialog antara golongan tua yang diwakili Ahmad
Subardjo dan golongan muda yang diwakili oleh Wikana, setelah terjadi dialog
dan ditemui kata sepakat agar Proklamasi Kemerdekaan harus dilakukan di
Jakarta dan diumumkan pada 17 Agustus 1945. Golongan muda kemudian
mengutus Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Subardjo ke Rengasdengklok
dalam rangka menjemput kembali Bung Karno dan Bung Hatta.
Hal tersebut berjalan mulus lantaran Ahmad Subardjo memberi jaminan pada
golongan muda bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada 17 Agustus
1945 selambat-lambatnya pukul 12.00. Dengan jaminan itu, Cudanco Subeno
(Komandan Kompi PETA Rengasdengklok) mau melepaskan Soekarno dan Hatta
untuk kembali ke Jakarta dalam rangka mempersiapkan kelengkapan untuk
melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan.
Dan sekitar pukul 23.00 rombongan tiba di rumah kediaman Bung Karno di jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, untuk menurunkan Ibu Fatmawati (istri Bung
Karno), yang kala itu ikut di bawa ke Rengasdengklok. Dan pada malam itu juga,
sekitar pukul 02.00 pagi, Bung Karno memimpin rapat PPKI di rumah
Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. Rapat itu
terutama membahas tentang Persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Di kediaman Maeda itulah rumusan teks proklamasi disusun. Hadir dalam pertemuan
itu Sukarni, Mbah Diro, dan B.M.Diah dari golongan muda yang menyaksikan
perumusan teks proklamasi. Semula golongan muda menyodorkan teks proklamasi
yang keras nadanya dan karena itu rapat tidak menyetujui.
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal
jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara
seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17-8-05
Wakil2 bangsa Indonesia
Setelah teks proklamasi selesai disusun, muncul permasalahan tentang siapa yang
harus menandatangani teks tersebut. Kemudian Bung Hatta berpendapat agar teks
proklamasi itu ditandatangani oleh semua yang hadir sebagai wakil bangsa
Indonesia. Namun, dari golongan muda Sukarni mengajukan usul bahwa teks
proklamasi tidak perlu ditandatangani oleh semua yang hadir, akan tetapi
cukup oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia dan
Soekarno yang nantinya membacakan teks proklamasi tersebut.
Usul tersebut didasari bahwa Soekarno dan Hatta merupakan dwitunggal yang
pengaruhnya cukup besar di mata rakyat Indonesia. Usul Sukarni kemudian diterima
dan Soekarno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi
tersebut, disertai dengan perubahan-perubahan yang sebelumnya telah
disepakati bersama. Perumusan teks proklamasi sampai dengan
penandatanganannya sendiri baru ter selesaikan pada 04.00 WIB (pagi hari),
pada tanggal 17 Agustus 1945
Teks Naskah Proklamasi hasil ketikan Mohamad Ibnu Sayuti Melik yang ditempatkan di Monumen
Nasional
Dalam naskah yang diketik oleh Sayuti Melik Terdapat tiga perubahan pada naskah
tersebut dari yang semula berupa tulisan tangan Soekarno, Perubahan-perubahan itu
adalah sebagai berikut.
1. Kata "tempoh" diubah menjadi "tempo".
2. Konsep "wakil-wakil bangsa Indonesia" diubah menjadi "atas nama
bangsa Indonesia".
3. Tulisan "Djakarta 17-08-'05", diubah menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8
Tahoen '05".
4. Setelah selesai diketik, naskah teks proklamasi tersebut ditandatangani
oleh Soekarno-Hatta, dengan bunyi berikut ini.
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara
seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Banyak tokoh pergerakan nasional beserta rakyat berkumpul di tempat itu. Mereka
ingin menyaksikan pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sesuai
kesepakatan yang diambil di rumah Laksamana Maeda, para tokoh Indonesia
menjelang pukul 10.30 waktu Jawa (zaman Jepang) atau 10.00 WIB telah hadir
di rumah Ir. Soekarno. Mereka hadir untuk menjadi saksi pembacaan teks
Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Acara yang disusun dalam upacara di kediaman Ir. Soekarno (jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta) tersebut, antara lain sebagai berikut:
1. Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
2. Pengibaran bendera Merah Putih.
3. Sambutan Wali Kota Suwiryo dan dr. Muwardi.
Kemudian Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan hadirin yang datang bersama-sama
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera dinaikkan perlahan-lahan menyesuaikan
syair lagu Indonesia Raya.
14 PERTEMPURAN DALAM
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
INDONESIA
Berikut 14 pertempuran yang harus dihadapi rakyat indonesia dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia:
Insiden ini bermula Pada Tanggal 18 September 1945 ketika Sekutu dan
Belanda dari AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) bersama-sama
dengan rombongan Intercross (Palang Merah Internasional) mendarat di
Surabaya. Rombongan Sekutu toleh administrasi Jepang di Surabaya ditempatkan di
Hotel Yamato sedangkan rombongan Intercross ditempatkan di Gedung Setan.
Pengibaran bendera Indonesia setelah bendera belanda berhasil disobek warna birunya di hotel
Yamato
Raymond Westerling
Sementara itu, tersiar kabar bahwa Jepang meracuni sumber air minum di wilayah
Candi Semarang. Oleh sebab itu, Dr. Karyadi memeriksa sumber air yang
diracuni oleh Jepang tersebut. Pada saat itu, ia menjabat kepala Laboratorium
Pusat Rumah Sakit Rakyat (Pusara) di Semarang. Namun naas, ia kemudian
dibunuh tentara Jepang. Terbunuhnya dr. Kariadi ini menyulut kemarahan pemuda.
Akibatnya, terjadi pertempuran di Simpang Lima, Tugu Muda dan sekitarnya.
Kurang lebih 2000 pasukan Jepang yang dikomandoi oleh Mayor Kido
berhadapan dengan TKR dan para pemuda. Pertempuran ini berlangsung
selama 5 hari, 15 - 19 Oktober 1945. Berhenti setelah adanya gencatan senjata.
namun Peristiwa ini memakan banyak korban dari kedua belah pihak. Dr. Karyadi
yang menjadi salah satu korban namanya kemudian diabadikan menjadi nama salah
satu Rumah sakit di kota Semarang. Untuk memperingati peristiwa tersebut maka
pemerintah membangun sebuah tugu yang diberi nama Tugu Muda.
4. Pertempuran di Surabaya
Pada Tanggal 25 Oktober 1945, dibawah pimpinan Brigadir Jendral Mallaby Brigade
49 Inggris mendarat di Surabaya, Kedatangan Mallaby disambut oleh R.M.T.A. Suryo
(Gubernur Jawa Timur). kala itu mereka bertugas untuk melucuti serdadu Jepang
serta membebaskan para interniran
Tentara India Britania menembaki penembak runduk Indonesia di balik tank Indonesia yang
terguling dalam pertempuran di Surabaya, November 1945.
Ultimatum tersebut ditolak oleh para pemimpin dan rakyat Surabaya, kemudian Pada
Tanggal 10 November 1945 pukul 06.00, tentara Sekutu menggempur Surabaya
dari darat, laut maupun udara. Di bawah pimpinan Gubernur Suryo dan Sutomo
(Bung Tomo) rakyat Surabaya tidak mau menyerahkan sejengkal tanah pun
kepada tentara Sekutu. Dalam pertempuran yang tidak seimbang, Bung Tomo terus
mengangkat semangat rakyat agar terus maju, pantang mundur. Dengan pekik Allahu
Akbar, Bung Tomo membakar semangat rakyat. Dalam pertempuran yang
berlangsung sampai awal Desember itu gugur ribuan pejuang Indonesia. kemudiam
Pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.
Pada tanggal 13 Oktober 1945, terjadi peristiwa di hotel yang ada di Jalan Bali.
Medan. Seorang oknum penghuni hotel menginjak-injak lencana merah putih.
Akibatnya, hotel itu disderang oleh para pemuda kita sehingga timbul banyak korban.
Peristiwa ini menjadi awal terjadinya Pertempuran Medan Area. Untuk menghadapi
segala kemungkinan, TKR dan berbagai badan perjuangan telah membentuk
kesatuan perjuangan Kesatuan perjuangan itu adalah Barisan Pemuda Indonesia di
bawah pimpinan Achmad Taheer. Ternayata bentrokkan terus meluas dan terjadi di
berbagai daerah. Perkembangan ini oleh Sekutu dipandang sudah sangat
membahayakan. Oleh karena itu, pada tanggal 18 Oktober 1945. Sekutu
mengeluarkan ultimatum agar rakyat menyerahkan semua senjata kepada Sekutu.
Sudah tentu rakyat begitu saja memenuhi tuntutan Sekutu.
7. Pertempuran di Jakarta
Menjelang berakhirnya tahun 1945 situasi keamanan ibukota Jakarta (saat itu
masih disebut Batavia) makin memburuk dengan terjadinya saling serang antara
kelompok pro-kemerdekaan dan kelompok pro-Belanda. Ketua Komisi Nasional
Jakarta, Mr. Mohammad Roem mendapat serangan fisik. Demikian pula, Perdana
Menteri Syahrir dan Menteri Penerangan Mr. Amir Sjarifuddin juga nyaris dibunuh
simpatisan Belanda (NICA)
Keadaan di Jakarta pun menjadi sulit dikendalikan dan kacau. Tentara Belanda
semakin merajalela. Pendaratan pasukan marinir Belanda di Tanjung Priok pada
30 Desember 1945 menambah keadaan semakin mencekam.
Karena itu pada tanggal 1 Januari 1946 Presiden Soekarno memberikan perintah
rahasia kepada Balai Yasa Manggarai untuk segera menyiapkan rangkaian
kereta api demi menyelamatkan para petinggi negara. Pada tanggal 3 Januari
1946 diputuskan bahwa Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta beserta
beberapa menteri/staf dan keluarganya meninggalkan Jakarta dan pindah ke
Yogyakarta, kemudian pada pukul 07.00 Preseiden dan Rombongannya tiba di
Stasiun Yogyakarta kemudian ibukota Republik Indonesia pun turut pindah ke
Yogyakarta (Lihat: 30 Tahun Indonesia Merdeka. 1945-1949: hlm. 79).
Rakyat tidak menghiraukan larangan tersebut. Dengan semboyan "hidup atau mati",
rakyat Minahasa tetap akan mempertahankan berkibarnya Sang Saka Merah Putih di
Tanah Minahasa. Akhirnya, bentrokkan dan pertempuran antara rakyat Minahasa
melawan tentara Sekutu dan NICA tidak dapat dihindarkan.
Bendera tersebut kemudian dikibarkan di markas Belanda di Teling. Oleh sebab itu
peristiwa itu dikenal dengan nama peristiwa merah putih di Minahasa (Manado). sejak
saat itu Para pejuang berhasil mengusir NICA dari tanah Sulawesi Utara.
Saat Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai sedang berada di Yogyakarta untuk
berkonsultasi dengan markas tertinggi TRI mengenai pembinaan Resimen Sunda
Kecil dan cara-cara menghadapi Belanda, Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1946
Belanda mendaratkan kira-kira 2000 tentara di Bali. Karena akibat perundingan
Linggarjati, daerah kekuasaan de facto Republik Indonesia yang diakui hanya
terdiri dari Sumatera, Madura dan Jawa. ini berarti Bali tidak diakui sebagai bagian
dari wilayah Indonesia.
Ternyata sejak Maret 1946, Belanda sudah menduduki beberapa tempat di Bali.
Kemudian I Gusti Ngurah Rai kembali ke Bali untuk melakukan perlawanan terhadap
Belanda. Ngurah Rai mendapat bantuan dari TRI - Laut dengan pimpinan Kapten
Markadi. Dalam perjalanan menyeberangi Selat Bali telah terjadi pertempuran laut
antara pasukan Ngurah Rai dengan patroli Belanda. Pertempuran juga terjadi di
Cekik dekat Gilimanuk, Bali.
Setelah berhasil melaksanakan Operasi Lintas Laut. I Gusti Ngurah Rai di Markas
TRI Sunda Kecil segera memperkuat pasukannya. I Gusti Ngurah Rai segera
membentuk Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia Sunda Kecil. Beberapa tokohn ya
di samping I Gusti Ngurah Rai adalah I Gusti Putu Wisnu dan Subroto Aryo Mataram.
Pada saat itu, Indonesia telah menyepakati Perundingan Linggarjati, oleh karena itu
Belanda terus berusaha menduduki daerah Bali. Kebetulan juga dalam naskah
kesepakatan Perundingan Linggarjati disebutkan bahwa Belanda hanya mengakui
secara de facto, wilayah RI yang terdiri atas Jawa, Sumatra dan Madura, Ngurah Rai
terus berjuang untuk mengusir Belanda dari tanah Bali. Pada tanggal 18 November
1946, tentara Ngurah Rai (Pasukan Cing Wanara) mulai menyerang Tabanan
dan berhasil. Belanda segera mengerahkan kekuatannya dari Bali dan Lombok.
Melihat dua kekuatan yang tidak seimbang pasukan Ngurah Rai kemudian
melakukan Perang Puputan (Pertempuran habis-habisan). Pertempuran dimulai
pada tanggal 20 November 1946 di Margarana sebelah utara Tabanan. Dalam
pertempuran tersebut Ngurah Rai gugur sebagai pejuang bangsa pada tanggal 29
November 1946,
Pada tanggal 15 Juli 1947, Belanda kembali mengirim nota. Belanda tetap
menuntut gendarmerie bersama dan Dalam waktu 32 jam Republik Indonesia harus
memberi jawaban atas nota tersebut. kemudian Pada tanggal 17 Juli 1947,
Pemerintah Republik Indonesia memberi jawaban yang disampaikan Amir
Syarifuddin lewat RRI Yogyakarta. Jawaban itu ditolak Belanda. dan Pada
tanggal 20 Juli 1947, van Mook mengumumkan bahwa pihak Belanda tidak mau
berunding lagi dengan Indonesia.
Kemudian Tanggal 21 Juli 1947, Belanda menyerang wilayah Republik Indonesia.
Tindakan ini melanggar Perjanjian Linggajati. Belanda berhasil merebut
sebagian Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Akibatnya wilayah
kekuasaan Republik Indonesia semakin kecil. Serangan militer Belanda ini dikenal
sebagai Agresi Militer Belanda I.
Dalam waktu cepat pula Yogyakarta dapat dikuasai Belanda. Para pimpinan RI
ditangkap Belanda. Para pemimpin RI yang ditangkap Belanda antara lain
Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Suryadarma dan Sutan
Syahrir. Namun sebelum tertangkap Sukarno sudah mengirim mandat lewat radio
kepada Menteri Kemakmuran, Mr. Syaffiruddin Prawiranegara yang berada di
Sumatera. Tujuannya adalah untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia (PDRI) dengan ibu kota di Bukit Tinggi.
Situasi ibu kota negara saat itu sangat tidak kondusif. Keadaan tersebut diperparah
propaganda Belanda di dunia luar bahwa tentara Indonesia sudah tidak ada. Sri
Sultan Hamengku Buwono IX, yang saat itu telah melepas jabatannya sebagai
Raja Keraton Yogyakarta mengirimkan surat kepada Letnan Jenderal
Soedirman untuk meminta izin diadakannya serangan. Jenderal Sudirman
menyetujuinya dan meminta Sri Sultan HB X untuk berkoordinasi dengan Letkol
Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Komandan Brigade 10/Wehkreise III.
Kurang lebih 2.500 orang pasukan gerilya TNI di bawah pimpinan Letkol Soeharto
melancarkan serangan besar-besaran di jantung Kota Yogyakarta. Pasukan TNI
mengepung Kota Yogyakarta dari berbagai arah. dari arah utara pasukan gerilya
yang dipimpin oleh Mayor Kusno, kemudian Mayor Sardjono memimpin pasukannya
melancarkan serangan dari arah selatan dan Di arah barat, pasukan gerilya
menggempur kota Yogyakarta dibawah pimpinan Letkol Soeharto..
Pasukan TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam, sesuai dengan
rencana semula, sekitar pukul 12.00. TNI mulai mundur keluar kota untuk
mengosongkan kota dan kembali menuju pangkalan gerilya seperti yang telah
direncanakan sebelumnya sebelum pasukan bantuan Belanda tiba di yogyakarta.
Berita kemenangan ini segera disebarkan secara estafet lewat radio dimulai dari
Playen, Gunungkidul, kemudian diteruskan ke pemancar di Bukit Tinggi, lalu
diteruskan oleh pemancar militer di Myanmar kemudian ke New Delhi (India) lalu
sampai pada PBB yang sedang bersidang di Washington D.C, Amerika Serikat.
Serangan Umum 1 Maret dapat meningkatkan posisi tawar Republik Indonesia serta
mempermalukan Belanda yang telah mengklaim bahwa Republik Indonesia sudah
lemah, Kemenangan ini juga berhasil meningkatkan moril dan semangat juang
pasukan gerilya TNI di wilayah lainnya. Tak lama setelah Serangan Umum 1 Maret
terjadi Serangan Umum Surakarta yang menjadi salah satu keberhasilan penting
pejuang Republik Indonesia yang paling gemilang karena membuktikan kepada
Belanda bahwa gerilya bukan saja mampu melakukan sabotase atau penyergapan
secara diam diam, tetapi juga mampu melakukan serangan secara frontal ke tengah
kota Solo yang dipertahankan dengan pasukan kavelerie, pasukan infantri serta
komando yang tangguh. Serangan umum Solo inilah yang mengusir Hindia
Belanda untuk selamanya.
ORGANISASI PERGERAKAN
KEBANGKITAN NASIONAL
Tahun 1908 merupakan titik awal bangkitnya kesadaran nasional. Dimulai pada 1908
bermunculan organisasi pergerakan nasional yang pertama (Budi Utomo - 20 Mei
1908), yang kemudian disusul oleh organisasi-organisasi lainnya (Sarekat Islam
berdiri tahun 1905, namun saat itu masih berbentuk sarekat dagang yang awalnya
hanya mengayomi pedagang pedagang Islam). Dengan demikian perjuangan bangsa
Indonesia untuk mencapai kemerdekaan telah memasuki tahap baru, yang lain
sifatnya dengan perjuangan masa sebelum tahun 1908.
Pergerakan nasional di Indonesia sendiri lahir karena adanya beberapa faktor, yaitu
faktor-faktor dari dalam dan luar negeri.
Berikut beberapa faktor lahirnya pergerakan nasional di indonesia dari dalam
negeri:
1. Timbulnya kaum terpelajar. Mereka inilah yang memolopori pergerakan
nasional.
2. Penderitaan rakyat yang sudah cukup lama, sehingga menimbulkan
dorongan yang kuat untuk berjuang membebaskan diri dari segala penjajahan
yang menyebabkan penderitaan.
3. Pengalaman perjuangan masa lampau. Perjuangan fisik dan bersifat
kedaerahan ternyata tidak banyak berhasil, sehingga mendorong untuk
mengubah cara perjuangan menjadi lebih diplomatik dan lebih terkoordinasi.
Beberapa organisasi yang berdiri pada masa tersebut adalah sebagai berikut:
Karena perkembangannya yang pesat pada waktu SI pusat mengajukan diri sebagai
Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya
diberikan pada SI lokal. Meskipun dalam anggaran dasarnya tidak tampak adanya
unsur politik, namun dalam kegiatannya Syarikat Islam menaruh perhatian besar
terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang
dilakukan oleh pemerintah hindia Belanda.
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya Syarikat Islam (SI) pusat diberi
pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah
pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi
partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917, yaitu HOS
Tjokroaminoto, sedangkan Abdoel Moeis yang juga tergabung dalam Central
Sarekat Islam menjadi anggota volksraad atas namanya sendiri berdasarkan
ketokohan, dan bukan mewakili Central Sarekat Islam sebagaimana halnya HOS
Tjokroaminoto yang menjadi tokoh terdepan dalam Central Sarekat Islam.
Namun Tjokroaminoto tidak lama berada di lembaga yang dibuat Pemerintah Hindia
Belanda tersebut dan Tjokroaminoto keluar dari Volksraad (semacam Dewan Rakyat),
karena volksraad di anggap sebagai "Boneka Belanda" yang hanya mementingkan
urusan penjajahan di Hindia Belanda dan tetap mengabaikan hak-hak kaum
pribumi. Sebelumnya Tjokroaminoto ketika itu sudah menyuarakan agar bangsa
Hindia (Indonesia) diberi hak untuk mengatur urusan dirinya sendiri, namun hal ini
ditolak oleh pihak Belanda.
Dr. Sutomo
Seandainya dilihat dari tujuannya, Budi Utomo bukan merupakan organisasi politik
akan tetapi merupakan organisasi pelajar dengan pelajar STOVIA yang menjadi
bagian intinya. Sampai menjelang kongresnya yang pertama di Yogyakarta
organisasi ini telah memiliki 7 cabang, yakni di Bogor, Batavia, Bandung,
Yogyakarta, Magelang, Ponorogo dan Surabaya. dalam mengejar kepentingannya
Budi Utomo pada dasarnya menerapkan strategi dengan bersifat kooperatif terhadap
pemerintah belanda.
Sampai dengan akhir tahun 1909, Budi Utomo telah memiliki 40 cabang dengan
jumlah anggota sekitar 10.000 orang. Akan tetapi, dengan adanya kongres tersebut
mulailah terjadi pergeseran pimpinan dari generasi muda ke generasi tua. Sehingga
tidak sedikit anggota muda yang menyingkir dari barisan depan, dan menyisakan
golongan priayi dan pegawai negeri sebagai anggota mayoritas di Budi Utomo.
Dengan demikian, sifat protonasionalisme dari para pemimpin yang tampak pada
awal berdirinya Budi Utomo terdepak ke belakang.
Mulai tahun 1912, saat Notodirjo menjadi ketua Budi Utomo menggantikan R.T.
Notokusumo, Budi Utomo ingin mengejar ketinggalannya. Akan tetapi, hasilnya tidak
begitu signifikan karena pada saat itu telah muncul organisasi-organisasi nasional
lainnya, seperti Indiche Partij (IP) dan Sarekat Islam (SI). Akan tetapi Budi Utomo
tetap memiliki andil dan jasa yang besar dalam sejarah pergerakan nasional, yaitu
telah membuka jalan dan memelopori gerakan kebangsaan Indonesia. Oleh karena
itu setiap tanggal 20 Mei (Tanggal Berdirinya Budi Utomo) ditetapkan sebagai
hari Kebangkitan Nasional.
Logo Muhammadiyah
Indische Partij memiliki cita-cita untuk menyatukan semua golongan yang ada
di Indonesia, baik golongan Indonesia asli maupun golongan (keturunan) Arab,
Cina dan sebagainya. Mereka akan dipadukan dalam kesatuan bangsa indonesia
dengan semangat nasionalisme Indonesia. Cita-cita Indische Partij banyak disebar
luaskan melalui media surat kabar De Expres. Selain itu juga disusun program
kerja sebagai berikut:
1. meresapkan cita-cita nasional Hindia (Indonesia).
2. memberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antara
agama yang satu dengan agama yang lainnya
3. memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik di bidang
pemerintahan, maupun kemasyarakatan.
4. dalam hal pengajaran, kegunaannya harus ditujukan untuk kepentingan
ekonomi Hindia dan memperkuat mereka yang ekonominya lemah.
5. berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang
Hindia.
6. memperbesar pengaruh pro-Hindia di lapangan pemerintahan.
Dengan tujuan dan cara-cara mencapai tujuan seperti itu maka dapat diketahui
bahwa Indische Partij berdiri di atas nasionalisme untuk mencapai Indonesia merdeka.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Indische Partij adalah partai politik
pertama di Indonesia dengan haluan kooperasi. Sehingga dalam waktu yang
relatif cepat Indische Partij memiliki 30 cabang dengan anggota mencapai 7.000
orang yang kebanyakan orang Indonesia.
Oleh karena sifatnya yang progresif dengan menyatakan diri sebagai partai politik
yang memiliki tujuan Indonesia merdeka sehingga pemerintah hindia belanda tidak
mau memberikan status badan hukum dengan alasan Indische Partij bersifat
politik dan akan mengancam ketertiban umum. Meskipun demikian, para
pemimpin Indische Partij masih terus menjalankan propaganda untuk menyebarkan
pemikiran-pemikirannya.
Salah satu hal yang membuat pemerintah Hindia Belanda geram adalah
tulisan Ki Hajar Dewantara yang berjudul Als ik een Nederlander was
(seandainya saya seorang Belanda) yang isinya berupa sindiran terhadap
ketidak adilan di daerah jajahan belanda. Karena kegiatan Indische Partij sangat
mencemaskan pemerintah Belanda maka pada bulan Agustus 1913 ketiga
pemimpin Indische Partij dijatuhi hukuman pengasingan dan mereka bertiga
memilih Negeri Belanda sebagai tempat pengasingannya.
Dengan cara itu Sneevliet dan ISDV mempunyai pengaruh yang kuat di kalangan
Sarekat Islam, lebih-lebih setelah berhasil mengambil alih beberapa pemimpin SI,
seperti Semaun dan Darsono. Mereka inilah yang dididik secara khusus untuk
menjadi tokoh-tokoh Marxisme tulen. Akibatnya SI Cabang Semarang yang sudah
berada di bawah pengaruh ISDV semakin jelas warna Marxisnya dan selanjutnya
terjadilah perpecahan dalam Sarekat Islam.
Pada tanggal 23 Mei 1923 ISDV berubah nama menjadi Partai Komunis Hindia
dan selanjutnya pada bulan Desember 1924 menjadi Partai Komunis Indonesia
(PKI). Susunan pengurus PKI, antara lain Semaun (ketua), Darsono (wakil ketua),
Dekker (bendahara) dan Bersgma (sekretaris).
PKI semakin aktif dalam kancah politik dan untuk menarik massa PKI menghalalkan
segala cara dalam propagandanya. Sampai-sampai tidak segan-segan untuk
mempergunakan kepercayaan rakyat seperti Ramalan Jayabaya dan Ratu Adil.
Kemajuan yang diperolehnya ternyata membuat PKI lupa diri sehingga
merencanakan suatu petualangan politik. Pada tanggal 13 November 1926 PKI
melancarkan pemberontakan di Batavia dan disusul di daerah-daerah lain,
seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Di Sumatra Barat
pemberontakan PKI dilancarkan pada tanggal 1 Januari 1927. Dalam waktu yang
singkat semua pemberontakan PKI tersebut dapat ditumpas. Akhirnya, ribuan rakyat
ditangkap, dipenjara, dan dibuang ke Tanah Merah dan Digul Atas (Papua).
Baru beberapa tahun kemudian, berdirilah Tri Koro Dharmo, Tri Koro Dharmo
(Jong Java) merupakan sebuah organisasi kepemudaan yang didirikan oleh
Satiman Wirjosandjojo di Gedung STOVIA tanggal 7 Maret 1915 dengan nama
awal Tri Koro Dharmo(Memiliki makna : Tiga Tujuan Mulia). Perkumpulan
pemuda ini didirikan atas dasar banyaknya pemuda yang menganggap bahwa Budi
Utomo merupakan organisasi elite.
Tujuan tersebut sebenarnya baru merupakan tujuan perantara. Adapun tujuan yang
sebenarnya ialah seperti apa yang tertulis dalam majalah Trikoro Dharmo yakni
mencapai Jawa raya dengan jalan memperkokoh rasa persatuan antara
pemuda-pemuda Jawa, Madura, Sunda, Lombok dan Bali. Oleh karena sifatnya
yang masih Jawa sentris maka para pemuda di luar Jawa (tidak berbudaya Jawa)
kurang senang.
Pada tahun 1925 wawasan organisasi ini makin meluas, menyerap gagasan
persatuan Indonesia dan pencapaian Indonesia merdeka. Maka Pada 1928 Jong
Java siap bergabung dengan organisasi kepemudaan lainnya dan ketuanya R.
Koentjoro Poerbopranoto, menegaskan kepada anggota bahwa pembubaran
Jong Java semata-mata untuk kepentingan tanah air. Oleh karena nya sejak 27
Desember 1929, Jong Java pun bergabung dengan Indonesia Moeda
Prinsip dasar dalam sekolah Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang guru
dikenal sebagai Patrap Triloka. Konsep ini dikembangkan oleh Ki Hadjar
Dewantara setelah ia mempelajari sistem pendidikan progresif yang diperkenalkan
oleh Rabindranath Tagore (India/Benggala) dan Maria Montessori (Italia). Patrap
Triloka memiliki unsur-unsur (dalam bahasa Jawa)
ing ngarsa sung tulada (ꦲꦶꦁꦔꦂꦱꦱꦸꦠ
ꦁ ꦸꦭꦝ, "(yang) di depan memberi teladan"),
Foto para pendiri PNI yang merupakan arsip dari gedung Museum Sumpah Pemuda.
Radikal PNI telah terlihatan sejak awal berdirinya. Hal ini tercermin melalui anggaran
dasarnya bahwa tujuan PNI adalah Indonesia merdeka dengan strategi
perjuangannya nonkooperasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI sudah
merumuskan program kerja sebagaimana dijelaskan dalam kongresnya yang
pertama di Surabaya pada tahun 1928, yaitu seperti berikut:
1. Usaha politik, dengan memperkuat rasa kebangsaan (nasionalisme) dan
kesadaran atas persatuan bangsa Indonesia, memajukan pengetahuan
sejarah kebangsaan, mempererat kerja sama dengan negara negara di Asia,
dan memberantas segala rintangan bagi kemerdekaan diri dan kehidupan
politik.
2. Usaha sosial, yaitu memajukan pengajaran yang bersifat nasional,
meningkatkan derajat kaum wanita, memajukan transmigrasi, memerangi
pengangguran, memajukan kesehatan rakyat, antara lain dengan mendirikan
poliklinik.
3. Usaha ekonomi, yakni memajukan perdagangan pribumi, kerajinan, serta
mendirikan bank-bank dan koperasi.
Dengan adanya isu bahwa pada awal tahun 1930 PNI akan melakukan
pemberontakan maka pada tanggal 29 Desember 1929, pemerintah Hindia
Belanda mengadakan penggeledahan secara masal dan menangkap 4
pemimpinnya, yaitu Ir. Soerkarno, Gatot Mangunprojo, Soepriadinata, dan
Maskun Sumadiredja. Kemudian mereka ber 4 diajukan ke pengadilan di
Bandung.
Pengadilan para tokoh yang ditangkap ini dilakukan pada tanggal 18 Agustus
1930. Setelah diadili di pengadilan Belanda maka para tokoh ini dimasukkan ke
penjara Sukamiskin. Dalam masa pengadilan ini Ir. Soekarno membuat pembelaan
dengan menulis pidato Indonesia Menggugat dan membacakannya di depan
pengadilan sebagai gugatannya.
SEJARAH PERSIAPAN PROKLAMASI DAN
KEMERDEKAAN INDONESIA
Persiapan kemerdekaan Indonesia dimulai saat Jepang sedang berjuang pada
Perang Dunia II. Saat itu Perdana Mentri Jepang yaitu Tojo digantikan
oleh Perdana Mentri Koiso yang menjanjikan bahwasanya Indonesia (saat itu
Hindia Timur) akan merdeka dikemudian hari. Mulai 1 Maret 1945 pemerintah
pendudukan Jepang melalui Balatentara XIV, yaitu Jendral Kumakici Harada
mengumumkan rencana pembentukan BPUKPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dalam Bahasa Jepangnya disebut dengan
Dokuritsi Junbi Cosakai. Untuk lebih jelas mengenai Bagaimana proses kemerdekaan
Indonesia, Langsung saja kita simak informasi nya.
Persidangan resmi BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945
Persidangan resmi BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 Juli-14 Juli 1945
Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Perancang UUD mengadakan sidang untuk
membahas hasil kerja panitia kecil perancang UUD tersebut, kemudian Pada
tanggal 14 Juli 1945, Panitia Perancang UUD yang diketuai oleh Ir. Soekarno,
melaporkan hasil kerja panitia, yaitu:
1. Pernyataan kemerdekaan Indonesia.
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar.
3. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar.
Namun setelah pertemuan Dalat (Vietnam), PPKI tidak dapat bertugas karena para
pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan atas nama PPKI,
yang dianggap mereka merupakan alat buatan Jepang. Bahkan rencana rapat 16
Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa Rengasdengklok.
sehingga PPKI baru dapat bersidang sehari setelah proklamasi kemerdekaan.
Berkaitan dengan Undang Undang Dasar, terdapat perubahan dari bahan yang
dihasilkan oleh BPUPKI, antara lain:
1. Kata Muqaddimah diganti dengan kata Pembukaan.
2. Pada pasal 6:1 yang semula berbunyi Presiden ialah orang Indonesia Asli
dan beragama Islam diganti menjadi Presiden adalah orang Indonesia Asli
3. Pada pembukaan alinea keempat anak kalimat Ketuhanan, dengan
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya diganti dengan
Ketuhanan yang Maha Esa.
4. Pada pembukaan alinea keempat anak kalimat "Menurut kemanusiaan yang
adil dan beradab" diganti menjadi "kemanusiaan yang adil dan beradab".
Peristiwa Rengasdengklok
Chaerul Saleh, Sutan Sjahrir, Darwis dan Wikana mendengar kabar
menyerahnya jepang kepada sekutu melalui radio BBC. Setelah mendengar
berita Jepang menyerah kepada sekutu, golongan muda mendesak golongan tua
untuk secepatnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun tokoh
golongan tua seperti Ir. Soekarno dan Drs. M. Hatta tidak mau terburu-buru mereka
tetap menginginkan proklamasi dilaksanakan sesuai mekanisme PPKI. Alasannya
kekuasaan Jepang di Indonesia belum diambil alih hal tersebut membuat mereka
khawatir akan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi.
Tetapi, golongan muda, seperti Tan Malaka dan Sukarni menginginkan proklamasi
kemerdekaan dilaksanakan secepat cepatnya. Beberapa perkumpulan yang
termasuk golongan muda, misalnya: Kelompok Asrama Menteng 31 yang
dipelopori Chaerul Saleh dan Sukarni serta Kelompok Asrama Indonesia
Merdeka yang dipelopori Mr. Soebardjo
Peristiwa Rengasdengklok
a. Golongan Tua
Mereka yang dicap sebagai golongan tua adalah para anggota PPKI yang diwakili
oleh Soekarno dan Hatta. Mereka adalah kelompok konservatif yang menghendaki
pelaksanaan proklamasi harus melalui PPKI sesuai dengan prosedur maklumat
Jepang pada 24 Agustus 1945. Alasan mereka adalah meskipun Jepang sudah kalah,
kekuatan militernya di Indonesia harus dipikirkan demi menjaga hal-hal yang tidak
diinginkan. Kembalinya Tentara Belanda ke Indonesia dianggap lebih berbahaya
daripada sekedar masalah waktu pelaksanaan proklamasi itu sendiri.
b. Golongan Muda
Menanggapi sikap konservatif golongan tua, golongan muda yang diwakili oleh
para anggota PETA dan mahasiswa merasa kecewa. Mereka tidak setuju terhadap
sikap golongan tua dan menganggap bahwa PPKI merupakan bentukan Jepang.
Sehingga mereka menolak seandainya proklamasi dilaksanakan melalui mekanisme
PPKI. Sebaliknya, mereka menghendaki terlaksananya proklamasi kemerdekaan
dengan kekuatan sendiri, tanpa pengaruh dari Jepang. Sutan Syahrir termasuk
tokoh pertama yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Sikap golongan muda secara resmi diputuskan dalam rapat yang diselenggarakan di
Pegangsaan Timur Jakarta pada 15 Agustus 1945. Hadir dalam rapat ini Djohar
Nur, Chairul Saleh, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana dan
Armansyah. Rapat yang diketuai Chairul Saleh ini menyepakati bahwa
kemerdekaan Indonesia merupakan hak dan masalah rakyat Indonesia sendiri,
bukan menggantungkan kepada pihak lain.
Keputusan rapat kemudian disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada Soekarno dan
Hatta di Pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Mereka mendesak agar Proklamasi
Kemerdekaan segera dikumandangkan pada 16 Agustus 1945. Jika tidak diumumkan
pada tanggal tersebut, golongan pemuda menyatakan bahwa akan terjadi
pertumpahan darah. Namun, Soekarno tetap bersikap keras pada pendiriannya
bahwa proklamasi harus dilakukan melalui PPKI. Oleh sebab itu, PPKI harus segera
menggelar rapat. Pro kontra yang mencapai titik puncak inilah yang telah
mengantarkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok.
Mendengar penolakan Bung Karno itu, maka Wikana pun mengancam bahwa pada
esok hari akan terjadi pertumpahan darah yang dahsyat dan pembunuhan secara
besar-besaran. Hal tersebut pun membuat suasana menjadi tegang antara Bung
Karno dan Pemuda, yang di saksikan langsung oleh Drs. M. Hatta, Dr. Buntara, Mr.
Iwa Kusumasumantri dan Mr. Ahmad Subardjo. Di tengah suasana pro dan kontra,
golongan muda memutuskan untuk membawa Soekarno dan Hatta ke
Rengasdengklok. Pilihan ini diambil berdasarkan kesepakatan rapat terakhir
golongan pemuda pada 16 Agustus 1945 di Asrama Baperpi, Cikini, Jakarta.
Maksut dan tujuan para pemuda membawa kedua pemimpin tersebut adalah agar
Bung Karno dan Bung Hatta segera mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dengan secepatnya serta menjauhkan Bung Karno dan Bung Hatta dari
pengaruh Jepang.
Sementara itu di Jakarta, terjadi dialog antara golongan tua yang diwakili Ahmad
Subardjo dan golongan muda yang diwakili oleh Wikana, setelah terjadi dialog dan
ditemui kata sepakat agar Proklamasi Kemerdekaan harus dilakukan di Jakarta dan
diumumkan pada 17 Agustus 1945. Golongan muda kemudian mengutus Yusuf
Kunto untuk mengantar Ahmad Subardjo ke Rengasdengklok dalam rangka
menjemput kembali Bung Karno dan Bung Hatta.
Hal tersebut berjalan mulus lantaran Ahmad Subardjo memberi jaminan pada
golongan muda bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada 17 Agustus
1945 selambat-lambatnya pukul 12.00. Dengan jaminan itu, Cudanco Subeno
(Komandan Kompi PETA Rengasdengklok) mau melepaskan Soekarno dan
Hatta untuk kembali ke Jakarta dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan
Proklamasi Kemerdekaan.
Dan sekitar pukul 23.00 rombongan tiba di rumah kediaman Bung Karno di jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, untuk menurunkan Ibu Fasmawati (istri Bung
Karno), yang kala itu ikut di bawa ke Rengasdengklok. Dan pada malam itu juga,
sekitar pukul 02.00 pagi, Bung Karno memimpin rapat PPKI di rumah
Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. Rapat itu
terutama membahas tentang Persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Perumusan Teks Proklamasi
Peristiwa Rengasdengklok telah mengubah jalan pikiran Bung Karno dan Bung Hatta.
Mereka telah menyetujui bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus segera
dikumandangkan. Kemudian diadakanlah rapat yang membahas Persiapan
Proklamasi Kemerdekaan di rumah Laksamana Maeda, dipilihnya rumah
Laksamana Maeda karena tempat tersebut dianggap tempat yang aman dari
ancaman tindakan militer Jepang karena Maeda adalah Kepala Kantor
Penghubung Angkatan Laut Jepang dan Maeda juga merupakan kawan baik Mr.
Ahmad Subardjo.
Di kediaman Maeda itulah rumusan teks proklamasi disusun. Hadir dalam pertemuan
itu Sukarni, B.M.Diah dan Mbah Diro dari golongan muda yang menyaksikan
perumusan teks proklamasi. Semula golongan muda menyodorkan teks proklamasi
yang keras nadanya dan karena itu rapat tidak menyetujui.
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang
mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan
dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17-8-'05
Wakil2 bangsa Indonesia
Setelah teks proklamasi selesai disusun, Permasalahan baru muncul yaitu perihal
siapa yang harus menandatangani teks tersebut, setelah teks proklamasi
disusun. Drs. M. Hatta memberi usulan, agar teks proklamasi itu ditandatangani oleh
seluruh yang hadir sebagai Wakil Bangsa Indonesia. Sukarni dari golongan muda,
mengajukan usulan bahwa teks proklamasi tidak perlu ditandatangani oleh
semua yang hadir, tetapi cukup oleh dua orang saja, yaitu Ir. Sukarno dan Drs.
M. Hatta, Atas Nama Bangsa Indonesia. dan Ir. Sukarno juga diusulkan untuk
membacakan teks proklamasi tersebut. Usulan dari Sukarni, diterima. Kemudian,
Sukarno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi tersebut,
dengan perubahan-perubahan yang disetujui bersama.
Setelah konsep selesai disepakati, Sayuti Melik menyalin dan mengetik naskah
tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL
Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalnya pembacaan
proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan
dipindahkan ke kediaman Ir. Soekarno.
Saat itu, halaman rumah Sukarno mulai ramai dipadati oleh massa, menjelang
pembacaan teks proklamasi. Dr. Muwardi mengutus Latief Hendraningrat untuk
menjaga keamanan pelaksanaan upacara dan untuk mengantisipasi gangguan
dari tentara Jepang, dalam melaksanakan pengamanan Latief
Hendraningrat dibantu oleh Arifin Abdurrahman. Suasana halaman rumah
Sukarno, terlihat sangat ramai. Suwiryo, Wakil Walikota Jakarta, meminta kepada
Wilopo untuk mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Wilopo
kemudian meminjam mikrofon dan beberapa pengeras suara ke toko elektronik
milik Gunawan.
Seusai pengibaran bendera Merah Putih acara dilanjutkan sambutan dari Wali
Kota Suwiryo dan dr. Muwardi. Pelaksanaan upacara Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dihadiri oleh tokoh tokoh Indonesia lainnya, seperti Sukarni, Mr.
Latuharhary, Ibu Fatmawati, Ny. S.K. Trimurti, Mr. A.G. Pringgodigdo, Mr. Sujono dan
dr. Samsi,
PROSES PEMBENTUKAN NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA (NKRI)
A. Awala Proses Pembentukan Indonesia (Sebelum Merdeka)
Belanda menjajah / masuk ke Indonesia. Di bawah kepemimpinan Cornelius de
Houtman, Belanda berhasil masuk ke Indonesia melalui Banten. Tujuan belanda
saat itu adalah untuk mendapatkan dan menguasai pasar rempah-rempah di
indonesia dengan mendirikan VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) yang
bertempat di Banten pada tahun 1602. Karena pasar di Banten sadang mengalami
persaingan perdagangan anatara Tionghoa dan Inggris, oleh karna itu VOC
dipindahkan ke Sulawesi Selatan. namun Di Sulawesi Selatan VOC mendapat
perlawanan dari Sultan Hasanddin.
Namun setelah pertemuan Dalat (Vietnam), PPKI tidak dapat bertugas karena para
pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan atas nama PPKI,
yang dianggap mereka merupakan alat buatan Jepang. Bahkan rencana rapat 16
Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa Rengasdengklok.
sehingga PPKI baru dapat bersidang sehari setelah proklamasi kemerdekaan.
Saudara-saudara sekalian!
Saya telah meminta Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam
sejarah kami yang paling penting.
Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan
negara kita-bahkan selama ratusan tahun!
Ada gelombang dalam tindakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik,
dan ada yang jatuh, namun semangat kami masih ditetapkan dalam arah cita-cita
kami.
Juga selama zaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak
pernah berhenti. Pada zaman Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk
pada mereka. Tetapi pada dasarnya, kita masih terus membangun kekuatan kita
sendiri, kita masih percaya pada kekuatan kita sendiri.
Kini telah hadir saat ketika benar-benar kita mengambil nasib tindakan kita dan nasib
negara kita ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk
mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri akan dapat berdiri dalam kekuatan.
Oleh karena semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari
seluruh Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dengan suara bulat berpendapat
bahwa sekarang telah datang waktu untuk mendeklarasikan kemerdekaan.
Saudara-saudara:
Bersama ini kami menyatakan solidaritas penentuan itu. Dengarkan Proklamasi
kami :
PROKLAMASI
KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN
INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN
LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO
YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.
Jadi, Saudara-saudara!
Tidak ada lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!
Mulai saat ini kita membangun negara kita. Sebuah negara bebas, Negara Republik
Indonesia-lamanya dan abadi independen. Semoga Tuhan memberkati dan membuat
aman kemerdekaan kita ini!
Sidang PPKI yang dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 1945 telah mengambil
keputusan, menetapkan, serta mengesahkan bahwasanya Undang-Undang
Dasar telah menjadi dasar Negara Indonesia (UUD 1945). Dengan demikian, maka
sudah terbentuklah Negara Kesatuan republik Indonesia yang menganut system
presidensial sebagai system pemerintahannya, dengan memilih Ir.Soekarno dan
Mohd.Hatta masing-masing sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
Mereka terpilih berdasarkan usul dari Otto Iskandardinata dan mendapat persetujuan
dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Saat itu hal pertama yang menjadi kendala adalah penyebaran berita atau informasi
kemerdekaan Indonesia ke seluruh pelosok negeri dan seluruh penjuru dunia. Hal ini
dikarenakan luas Indonesia yang sangat luas, ditambah dengan ketersediaan alat
komunikasi yang belum memadai. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat juang
pemuda Indonesia.
Penyebaran berita kemerdekaan Indonesia tidak hanya sebatas melalui udara saja.
Ada banyak hal yang dilakukan oleh para pemuda dalam usaha untuk
menyebarluaskan kemerdekaan. Mereka juga memasang plakat, maupun
menuliskan slogan-slogan kemerdekaan berupa coretan di dinding dan gerbong
kereta api.
1. Ir. Soekarno
Tidak dapat dipungkiri peran Soekarno dalam berbagai peristiwa untuk merebut
kemerdekaan bangsa Indonesia. Beliau terkenal dengan bapak proklamasi. Beliau
merupakan seorang tokoh bangsa yang menjadi pemikir hebat dan sangat kritis
terhadap kebijakan-kebijakan penjajah yang tidak memihak kepentingan rakyat
pribumi. Ir.Soekarno juga yang menyusun 5 poin pancasila yang sampai sekarang
dijadikan dasar Negara Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945, beliau dengan
didampingi oleh Mohd.Hatta membacakan naskah proklamasi yang telah disusun
pada malam harinya.
4. Sayuti Melik
Sayuti melik merupakan salah satu tokoh nasionalis yang berjasa pada saat peristiwa
proklamasi. Salah satu jasanya karena Sayuti Melik lah yang mengetik naskah
proklamasi yang disalin dari tulisan tangan asli Ir.Soekarno. Beliau juga masuk ke
dalam keanggotaan PPKI.
6. B.M Diah
Beliau merupakan slaah satu tokoh yang ikut serta dalam penyusunan naskah
proklamasi bersama dengan tokoh lainnya. B.M Diah juga merupakan seorang
wartawan yang sangat berperan dalam menyiarkan kabar berita proklamasi ke
seluruh pelosok indonesia.
7. Sukarni
Sukarni merupakan tokoh dari kalangan pemuda yang pada saat mendengar kabar
bahwa Jepang telah menyerah tanpa syarat kepada sekutu, dia bersama
teman-teman yang lain langsung mendesak golongan tua yang dipimpin oleh
Ir.Soekarno untuk segera memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Mereka
kemudian menculik Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta. ke Rengasdengklok.
Peristiwa inilah yang dikenal dengan "peristiwa Rengasdengklok".
SEJARAH LENGKAP PROKLAMASI
KEMERDEKAAN INDONESIA
Belanda yang menjajah Indonesia pada masa kolonial selama hampir 350 tahun,
Inggris yang menjajah selama 5 tahun, kemudian diakhiri Jepang yang menjajah
indonesia selama 3,5 tahun sebelum akhirnya indonesia bisa merdeka.
Saat itu, halaman rumah Sukarno mulai ramai didatangi oleh massa, menjelang
pembacaan teks proklamasi. Dr. Muwardi mengutus Latief Hendraningrat untuk
menjaga keamanan pelaksanaan upacara dan untuk mengantisipasi gangguan dari
tentara Jepang, dalam melaksanakan pengamanan Latief Hendraningrat dibantu
oleh Arifin Abdurrahman. Suasana halaman rumah Sukarno, terlihat sangat ramai.
Suwiryo (Wakil Walikota Jakarta) meminta kepada Wilopo untuk mempersiapkan
perlengkapan yang dibutuhkan. Wilopo kemudian meminjam mikrofon dan
beberapa pengeras suara ke toko elektronik milik Gunawan.
Teks Naskah Proklamasi hasil ketikan Mohamad Ibnu Sayuti Melik yang ditempatkan di Monumen
Nasional
Kemudian Sudiro (Pemimpin Barisan Pelopor) mengutus Komandan Pengawal
rumah Sukarno, S. Suhud, untuk mencari tiang bendera. Suhud kemudian
memperoleh sebatang tiang bambu dari belakang rumah, dan menancapkan bambu
tersebut di dekat teras, kemudian dia memberi tali sebagai kelengkapan untuk
pengibaran bendera. Di sisi lain, Fatmawati (Istri Sukarno) mempersiapkan
bendera yang dijahit dengan tangannya sendiri. Ukuran bendera belum standar
seperti ukuran bendera sekarang.
Saat itu para pemuda mengiginkan agar pembacaan teks proklamasi segera
dilaksanakan karena mereka sudah tidak sabar untuk menyaksikan proklamasi
kemerdekaan indonesia. Mereka mendesak Muwardi agar mengingatkan Ir. Sukarno
agar segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan indonesia. Namun Sukarno
menolak jika harus melaksanakannya sendiri tanpa didampingi Bung Hatta.
Ketegangan pun terjadi lantaran Muwardi terus mendesak Sukarno untuk segera
membacakan teks proklamasi tanpa harus menunggu kehadiran Bung Hatta.
Untunglah, 5 menit sebelum pelaksanaan upacara, Bung Hatta datang dan langsung
mendampingi Sukarno untuk segera melaksanakan upacara proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
Banyak tokoh pergerakan nasional beserta rakyat berkumpul di tempat itu. Mereka
ingin menyaksikan pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sesuai
kesepakatan yang diambil di rumah Laksamana Maeda, para tokoh Indonesia
menjelang pukul 10.30 waktu Jawa (zaman Jepang) atau 10.00 WIB telah hadir di
rumah Ir. Soekarno. Mereka hadir untuk menjadi saksi pembacaan teks Proklamasi
Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Acara yang disusun dalam upacara di kediaman 1r. Soekarno (jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta) tersebut, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
2. Pengibaran bendera Merah Putih.
3. Sambutan Walikota Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi.
Suasana menjadi sangat hening ketika Bung Karno dan Bung Hatta dipersilakan maju
beberapa langkah dari tempatnya semula. Dengan suaranya yang mantap, Bung
Karno dan didampingi Bung Hatta membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia setelah sebelumnya mengucapkan pidato singkat.
Kemudian Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan hadirin yang datang bersama-sama
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera dinaikkan perlahan-lahan menyesuaikan
syair lagu Indonesia Raya.
Seusai pengibaran bendera Merah Putih acara dilanjutkan sambutan dari Walikota
Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi. Pelaksanaan upacara Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dihadiri oleh tokoh tokoh Indonesia lainnya, seperti Mr. Latuharhary,
Sukarni, Ibu Fatmawati, Mr. A.G. Pringgodigdo, Mr. Sujono, Ny. S.K. Trimurti, dan dr.
Samsi,.
Soekarno membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah diketik
oleh Sayuti Melik dan telah ditandatangani oleh Soekarno-Hatta
Pidato Ir. Soekarno Pada Saat Proklamasi Kemerdekaan
Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada
tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta
(yang sekarang menjadi jalan Proklamasi). pembacaan nya sendiri dilakukan oleh Ir.
Soekarno, Berikut Teks pidato proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh Ir.
Soekarno:
Saudara-saudara sekalian!
Saya telah meminta Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam
sejarah kami yang paling penting.
Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan
negara kita-bahkan selama ratusan tahun!
Ada gelombang dalam tindakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik,
dan ada yang jatuh, namun semangat kami masih ditetapkan dalam arah cita-cita
kami.
Juga selama zaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak
pernah berhenti. Pada zaman Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk
pada mereka. Tetapi pada dasarnya, kita masih terus membangun kekuatan kita
sendiri, kita masih percaya pada kekuatan kita sendiri.
Kini telah hadir saat ketika benar-benar kita mengambil nasib tindakan kita dan nasib
negara kita ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk
mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri akan dapat berdiri dalam kekuatan.
Oleh karena semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari
seluruh Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dengan suara bulat berpendapat
bahwa sekarang telah datang waktu untuk mendeklarasikan kemerdekaan.
Saudara-saudara:
Bersama ini kami menyatakan solidaritas penentuan itu. Dengarkan Proklamasi
kami :
PROKLAMASI
Jadi, Saudara-saudara!
Tidak ada lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!
Mulai saat ini kita membangun negara kita. Sebuah negara bebas, Negara Republik
Indonesia-lamanya dan abadi independen. Semoga Tuhan memberkati dan membuat
aman kemerdekaan kita ini!
Penyebaran berita kemerdekaan Indonesia tidak hanya sebatas melalui udara saja.
Ada banyak hal yang dilakukan oleh para pemuda dalam usaha untuk
menyebarluaskan kemerdekaan. Mereka juga memasang plakat, maupun
menuliskan slogan-slogan kemerdekaan berupa coretan di dinding dan gerbong
kereta api misalnya dengan slogan Respect Our Constitution, August 17!!!
(Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!)..
Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga
dilakukan melalui media pers dan surat selebaran. Hampir semua harian di Jawa
dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi
kemerdekaan indonesia dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang menulis berita
proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui media pers antara lain
Sayuti Melik, Sumanang dan B.M. Diah. Melalui berbagai cara dan media tersebut,
akhirnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas ke penjuru
Indonesia dan terdengan di seluruh dunia.
PEMBERONTAKAN DI INDONESIA
Dahulu, Indonesia pernah berada di situasi konflik yang menyebabkan pertumpahan
darah diberbagai tempat. Kala itu banyak dari aksi konfrontasi dilakukan oleh para
pemberontak yang mengancam kedaulatan Indonesia yang sudah direbut dengan
susah payah dari Belanda. Terdapat 8 peristiwa pemberontakan yang pernah terjadi
di Indonesia. Apa saja peristiwa pemberontakan di Indonesia ?
Untuk merebut kembali kedudukannya, pada tanggal 28 Juni 1948 Amir Syarifuddin
membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) Untuk memperkuat basis massa, FDR
membentuk organisasi kaum petani dan buruh. Pada tanggal 11 Agustus 1948,
Setelah Musso tiba dari Moskow. Amir dan FDR segera bergabung dengan
Musso. Untuk memperkuat organisasi, maka disusunlah doktrin bagi PKI. Doktrin itu
bernama Jalan Baru.
Oleh PKI daerah Surakarta dijadikan daerah kacau (wildwest). Sementara Madiun
dijadikan markas gerilya. Pada tanggal 18 September 1948, Musso
memproklamasikan berdirinya pemerintahan Soviet di Indonesia. Tujuannya
untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
menggantinya dengan negara komunis. Pada waktu yang bersamaan, gerakan PKI
dapat merebut tempat-tempat penting di Madiun.
Kemudian atas perintah Jenderal Sudirman, tentara berhasil menumpas gerakan ini.
Sang tokoh utama itu tewas sedangkan beberapa yang lain seperti Dipa Nusantara
Aidit (DN. Aidit) berhasil meloloskan diri.
Untuk menumpas pemberontakan PKI, TNI sebagai aparat pun tak diam saja dengan
gerakan membahayakan ini. pemerintah melancarkan operasi militer. Dalam hal ini
peran Divisi Siliwangi cukup signifikan. Di samping itu, Panglima Besar Jenderal
Soedirman memerintahkan Kolonel Sungkono di Jawa Timur dan Kolonel Gatot
Subroto di Jawa Tengah untuk mengerahkan pasukannya menumpas
pemberontakan PKI di Madiun. Dengan dukungan rakyat dari berbagai tempat,
pada tanggal 30 September 1948, kota Madiun berhasil direbut kembali oleh
tentara Republik Indonesia. Pada akhirnya tokoh-tokoh PKI seperti Lukman dan DN.
Aidit melarikan diri ke Vietnam dan Cina. Sementara itu, tanggal 31 Oktober 1948
Musso tewas ditembak. Sekitar 300 orang ditangkap oleh pasukan Siliwangi
pada tanggal 1 Desember 1948 di daerah Purwodadi, Jawa Tengah.
Pemerintah pusat pun menganggap jika ini sebagai aksi membahayakan karena misi
PRRI adalah membentuk semacam pemerintahan tandingan. Belum lagi mereka
didukung oleh banyak pihak pula. Akhirnya TNI dikerahkan untuk memberantas
gerakan ini dan Indonesia sekali lagi aman dari pergolakan.
4. Pemberontakan Permesta
Proklamasi PRRI ternyata mendapat dukungan dari Indonesia bagian Timur.
Gerakannya dikenal dengan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Permesta
dideklarasikan oleh pemimpin sipil dan militer Indonesia bagian timur pada 2
Maret 1957 yaitu oleh Letkol Ventje Sumual. Gerakan ini jelas melawan
pemerintah pusat dan menentang tentara sehingga harus ditumpas. Untuk
menumpas gerakan Permesta, pemerintah melakuakan operasi militer beberapa kali.
Berikut ini operasi-operasi militer tersebut.
1. Komando operasi Merdeka yang dipimpin oleh Letkol Rukminto
Hendraningrat.
2. Operasi Mena I yang dipimpin Letkol Pieters dengan sasaran Jailolo.
3. Operasi Mena II yang dipimpin Letkol Hunholz untuk merebut lapangan
udara Morotai.
4. Operasi Saptamarga I yang dipimpin Letkol Sumarsono, dengan tujuan
menumpas Permesta di Sulawesi Utara bagian Tengah.
5. Operasi Saptamarga II yang dipimpin Letkol Agus Prasmono dengan tujuan
menumpas Permesta di Sulawesi Utara bagian Selatan.
6. Operasi Saptamarga III yang dipimpin Letkol Magenda dengan tujuan
menumpas Permesta di kepulauan sebelah Utara Manado.
7. Operasi Saptamarga IV yang dipimpin Letkol Rukminto Hendraningrat,
dengan tujuan menumpas Permesta di Sulawesi Utara.
Selain itu Presiden Taiwan Chiang Kai Shek pernah merencanakan untuk
mengirimkan 1 skuadron pesawat tempur dan 1 resimen marinir untuk merebut
Morotai bersama sama dengan Permesta, namun Menteri Luar Negeri Taiwan Yen
Kung Chau menentang gagasan itu. karena khawatir Republik Rakyat Tiongkok akan
ikut serta membantu Pemerintah Pusat di Jakarta dan mungkin akan mempunyai
alasan untuk mengintervensi terhadap Taiwan. walaupun demikian. Taiwan
sebelumnya memang sudah membantu Permesta dengan mengirimkan persenjataan
dan dua squadron pesawat tempur ke Minahasa untuk Angkatan Udara Revolusioner,
Namun setelah bantuan Taiwan tercium Pemerintah Pusat. Bulan Agustus 1958,
militer mengambil alih bisnis yang dipegang oleh penduduk WNI asal Taiwan
dan sejumlah surat kabar, sekolah ditertibkan. Meskipun mendapat banyak
dukungan dari pihak asing, pemberontakan Permesta dapat dilumpuhkan sekitar
bulan Agustus 1958, walaupun sisa-sisanya masih ada sampai tahun 1961.
Pada awalnya, GAM adalah sebuah organisasi yang diproklamirkan secara terbatas.
Deklarasi GAM yang dikumandangkan oleh Hasan di Tiro dilakukan secara
diam-diam disebuah kamp kedua yang bertempat di bukit Cokan, Pedalaman
Kecamatan Tiro, Pidie. Setahun kemudian, teks tesebut disebarluaskan dalam versi
tiga bahasa; Inggris Indonesia, dan Aceh. Penyebaran naskah teks proklamasi GAM
ini terungkap ketika salah seorang anggotanya ditangkap oleh polisi dikarena
pemalsuan formulir pemilu di tahun 1977. Sejak itulah, pemerintahan orde baru
mengetahui tentang pergerakan bawah tanah di Aceh.
Serangan pertama GAM pada tahun 1977 dilakukan terhadap Mobil Oil Indonesia yang
merupakan pemegang saham PT Arun NGL, dimana PT Arun NGL adalah operator ladang
gas Arun yang berlokasi di Lhokseumawe, Aceh Utara. Pada saat itu jumlah pasukan yang
dimobilisasi oleh GAM sangatlah terbatas. Meskipun sudah ada ketidakpuasan cukup besar di Aceh
namun hal tersebut tidak mengundang partisipasi aktif massa untuk mendukung GAM. Dalam
pengakuan Hasan di Tiro sendiri, pada awalnya hanya 70 orang yang bergabung dengannya dan
mereka kebanyakan berasal dari kabupaten Pidie, terutama dari desa di Tiro sendiri, yang
bergabung karena loyalitas pribadi kepada keluarga Hasan di Tiro, sementara sisanya bergabung
karena faktor kekecewaan pada pemerintah pusat.
Tentara Wanita dari Gerakan Aceh Merdeka dengan Panglima GAM Abdullah Syafi'i, 1999
Konflik ini sebenarnya masih berlangsung pada akhir 2004, namu saat itu tiba-tiba
bencana Tsunami terjadi pada 24 Desember 2004 dan memporakporandakan segala
infrastruktur di provinsi Aceh, sehingga secara tidak langsung bencana alam terbesar
dalam sejarah Indonesia tersebut berhasil membekukan konflik yang terjadi di Aceh.
Pada 27 Februari 2005, pihak GAM dan pemerintah memulai tahap perundingan
di Vantaa, Finlandia. Marti Ahtisaari yang juga merupakan Mantan presiden
Finlandia berperan sebagai fasilitator. Pada 17 Juli 2005, setelah perundingan
selama 25 hari, tim perunding Indonesia berhasil mencapai kesepakatan damai
dengan GAM di Vantaa, Helsinki, Finlandia. Penandatanganan nota
kesepakatan damai dilangsungkan pada 15 Agustus 2005. Proses perdamaian
kemudian dipantau oleh sebuah tim yang bernama Aceh Monitoring Mission (AMM)
yang beranggotakan beberapa negara yang tergabung dalam Uni Eropa serta lima
negara ASEAN.
Rencana kudeta ini berhasil pada awalnya, namun pemerintah tak tinggal diam dan
akhirnya melakukan serangan balasan. Aksi balasan untuk menumpas PKI
dipimpin Soeharto dan berhasil membuat PKI hanya tinggal sejarah saja.
OPM merasa bahwa mereka tidak memiliki hubungan sejarah dengan bagian
Indonesia yang lain maupun negara-negara Asia lainnya. Penyatuan wilayah ini
ke dalam NKRI sejak tahun 1969 merupakan buah perjanjian antara Belanda
dengan Indonesia dimana pihak Belanda menyerahkan wilayah tersebut yang
selama ini dikuasainya kepada bekas jajahannya yang merdeka, Indonesia.
Perjanjian tersebut oleh OPM dianggap sebagai penyerahan dari tangan satu
penjajah kepada yang lain.
Pada tanggal 1 Juli 1971, Nicolaas Jouwe dan dua komandan OPM yang lain,
Seth Jafeth Raemkorem dan Jacob Hendrik Prai menaikkan bendera Bintang
Fajar dan memproklamasikan berdirinya Republik Papua Barat. Namun republik ini
berumur pendek karena segera ditumpas oleh militer Indonesia dibawah perintah
Presiden Soeharto.
Tahun 1982 Dewan Revolusioner OPM didirikan dimana tujuan dewan tersebut
adalah untuk menggalang dukungan masyarakat internasional untuk mendukung
kemerdekaan wilayah tersebut. Mereka mencari dukungan antara lain melalui PBB,
GNB, Forum Pasifik Selatan, dan ASEAN.
Namun belakangan ini rakyat papua semakin sadar bahwa gagasan papua merdeka
hanyalah omong kosong yang hanya dimanfaatkan para elit politik untuk mendapat
kekuasaan serta dimanfaatkan oleh negara-negara besar yang siap meng eksplorasi
emas yang dimiliki papua.
Di antara kegiatan yang di lansir Press Belanda sabagai teror, adalah ketika di tahun
1978 kelompok RMS menyandera 70 warga sipil di gedung pemerintah Belanda
di Assen-Wassenaar. Selama tahun 70an, teror seperti ini dilakukan juga oleh
beberapa kelompok sempalan RMS, seperti kelompok Komando Bunuh Diri Maluku
Selatan yang dipercaya merupakan nama lain (atau setidaknya sekutu dekat)
Pemuda Maluku Selatan Merdeka. Kelompok ini merebut sebuah kereta api dan
menyandera 38 penumpangnya di tahun 1975.
Pada saat Kerusuhan Ambon yang terjadi antara 1999-2004, RMS kembali
mencoba memakai kesempatan untuk menggalang dukungan dengan
upaya-upaya provokasi, dan bertindak dengan mengatas-namakan rakyat
Maluku. Beberapa aktivis RMS telah ditangkap dan diadili atas tuduhan
kegiatan-kegiatan teror yang dilakukan dalam masa itu, walaupun sampai sekarang
tidak ada penjelasan resmi mengenai sebab dan aktor dibalik kerusuhan Ambon.
Selain sebagai tokoh proklamator dan Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno
juga dikenal sebagai pencetus dasar Negara Pancasila, karena ia yang pertama
kali mencetuskan konsep mengenai dasar negara Indonesia itu dan Soekarno pula
yang menamainya Pancasila. Tidak hanya itu saja, dia juga adalah seorang orator
yang handal dan politikus cerdas yang menguasai delapan bahasa. Tokoh bangsa
yang dikenal dengan sapaan Bung Karno ini selalu bisa menggetarkan hati para
pendengarnya saat berpidato, oleh karena perannya yang sangat dominan terutama
saat awal kelahiran bangsa indonesia maka tak heran jika soekarno termasuk salah
satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam kehidupan bangsa indonesia.
2. Soeharto
Di dunia internasional, terutama di Dunia Barat, Soeharto dijuluki "The Smiling General" (Sang
Jenderal yang Tersenyum) karena selalu senyum dimuka umum/pers.
Semasa menjadi presiden, Soeharto dijuluki Bapak Pembangunan. Gelar itu tak
lepas dari upaya Soeharto menata dan membangun Indonesia. Karenanya, kabinet
Soeharto pun disebut Kabinet Pembangunan. Konsep Trilogi Pembangunan yang
diusung Soeharto memang membawa bangsa ini pada kejayaan berkali-kali. Sebut
saja masa-masa di mana Indonesia bisa mengalami swasembada beras, penekanan
inflasi dari 650 persen hingga menjadi 12 persen saja.
3. Moh. Hatta
Mohammad Hatta / Bung Hatta merupakan salah seorang proklamator. Sejak
muda, pria kelahiran Bukittinggi, 12 Agustus 1902 dan lulusan Belanda ini
sudah dikenal sebagai aktivis dan organisatoris, hingga jadi seorang
negarawan yang sering mendampingi Soekarno dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia.
Tokoh Indonesia - Mohammad Hatta
4. Ahmad Dahlan
Muhammad Darwis / Kyai Haji Ahmad Dahlan merupakan salah satu Pahlawan
Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga
K.H. Abu Bakar. K.H Abu Bakar adalah seorang ulama tersohor di Masjid Besar
Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan merupakan
puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat pada kala itu.
5. Hasyim Asyari
Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’arie adalah salah satu Pahlawan Nasional
Indonesia yang merupakan pendiri NU / Nahdlatul Ulama, dimana organisasi ini
merupakan organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. Di kalangan ulama
pesantren dan Nahdliyin ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti
maha guru.
K.H. Hasjim Asy'ari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman
yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, ia
berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Trenggilis di
Semarang, Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban,
Pesantren Siwalan di Sidoarjo dan Pesantren Kademangan di Bangkalan.
Pada tahun 1892, K.H. Hasjim Asy'ari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru
pada Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi, Syekh Ahmad Khatib Minangkabau,
Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh
Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad
As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.
Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya dalam
perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1950 ia wafat karena
penyakit tuberkulosis tersebut dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Soedirman lahir di Bodas Karangjati,
Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916 dan meninggal di Magelang, Jawa
Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun.
7. Ki Hajar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, adalah
aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan
bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri
Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan
bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para
priyayi maupun orang-orang Belanda.
9. Abdurrahman Wahid
Kyai Haji Abdurrahman Wahid atau merupakan tokoh Muslim Indonesia dan
pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia keempat (dari tahun 1999
hingga 2001). Gus Dur menjadi presiden ke-4 menggantikan Presiden B. J. Habibie
setelah dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya
dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional. Masa kepresidenan Gus Dur dimulai sejak
20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat
23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri
setelah mandatnya dicabut oleh MPR.
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Wahid lahir dalam keluarga
yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya
adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari
pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang
mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat
dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj.
Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.
Salah satu peran besar Gus Dur di indonesia adalah beliau dianggap dapat
mendamaikan hubungan Islam dengan Pancasila sehingga umat Islam semakin bisa
menerima pancasila tanpa ada perseteruan, kemudian beliau juga dianggap
berhasilannya membuka pandangan bahwa kemajemukan merupakan sebuah
realitas di Indonesia.
Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 dan meninggal di
Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun. Berkat jasanya kepada indonesia
Gus Dur mendapat gelar sebagai "Bapak Tionghoa" hal tersebut karena bagi kaum
Tionghoa, Gus Dur dianggap telah menghapus kekangan, tekanan dan prasangka
negatif terhadap kaum Tionghoa.
Sejak 14 Maret 1998, B.J. Habibie diangkat sebagai Wakil Presiden pada Kabinet
Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto. dan kemudian menggantikan
Soeharto sebagai Presiden sejak tanggal 21 Mei 1998 sampai 20 Oktober
1999. Habibie mewarisi kondisi keadaan negara kacau balau pasca pengunduran diri
Soeharto pada masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan
disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia.
Berkat kegigihannya pada 1912 didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di
Semarang, yang kemudian didirikan pula di Surabaya, Yogyakarta, Malang,
Madiun, Cirebon serta daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah
Kartini". Yayasan Kartini didirikan keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April
1879. Ia meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur
25 tahun. untuk mengenang perjuangannya, tanggal lahirnya pada 21 April
diperingati sebagai Hari Kartini.
12 PAHLAWAN NASIONAL YANG
BERPENGARUH DALAM SEJARAH INDONESIA
1. Sukarno
Ir. Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode
1945-1966. Sukarno juga merupakan Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama
dengan Mohammad Hatta) pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno memainkan
peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.
Ir. Soekarno
Selain sebagai tokoh proklamator dan Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno
juga dikenal sebagai pencetus dasar Negara Pancasila, karena ia yang pertama kali
mencetuskan konsep mengenai dasar negara Indonesia itu dan Soekarno pula yang
menamainya Pancasila. Tidak hanya itu saja, dia juga adalah seorang orator yang
handal dan politikus cerdas yang menguasai delapan bahasa. Tokoh bangsa yang
dikenal dengan sapaan Bung Karno ini selalu bisa menggetarkan hati para
pendengarnya saat berpidato.
2. Mohammad Hatta
Mohammad Hatta merupakan salah seorang proklamator. Sejak muda, pria kelahiran
Bukittinggi, 12 Agustus 1902 dan lulusan Belanda ini sudah dikenal sebagai aktivis
dan organisatoris, hingga jadi seorang negarawan yang sering mendampingi
Soekarno dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Mohammad Hatta
Bung Hatta bersama Soekarno memainkan peranan penting untuk memerdekakan
bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda sekaligus memproklamirkannya pada 17
Agustus 1945. Ia juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet
Hatta I, Hatta II, dan RIS. Kemudian Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun
1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Selama menjabat sebagai wakil
presiden, Hatta aktif menulis dan berbagi ilmu mengenai koperasi. Perannya tersebut
membuat beliau dijuluki sebagai Bapak Koperasi.
3. Soedirman
Soedirman / Panglima tentara pertama Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman
adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang pada masa Revolusi
Nasional Indonesia. Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai
Panglima dan Jenderal RI yang pertama dan termuda. Saat usia Soedirman 31
tahun ia telah menjadi seorang jenderal.
Jenderal Soedirman
Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya dalam
perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1950 ia wafat karena
penyakit tuberkulosis tersebut dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma
Negara di Semaki, Yogyakarta. Soedirman lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga,
Jawa Tengah, 24 Januari 1916 dan meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29
Januari 1950 pada umur 34 tahun.
4. Diponegoro
Diponegoro / Pangeran Diponegoro dikenal karena memimpin Perang Diponegoro di
Jawa pada kurun waktu 1825-1830, yang tercatat sebagai perang dengan korban
paling banyak dalam sejarah Indonesia. Selama lima tahun, perang terbuka terjadi di
sejumlah daerah utam di hampir seluruh Pulau Jawa. Belanda pun sempat kesulitan
menaklukkan Pangeran Diponegoro, dimana ribuan serdadu mereka menjadi korban
dan menyebabkan kerugian 20 juta gulden.
Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Sultan Hamengkubuwana III, raja
ketiga di Kesultanan Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di
Yogyakarta dengan nama Mustahar dari seorang selir bernama R.A.
Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri selir) yang berasal dari
Pacitan. Semasa kecilnya, Pangeran Diponegoro bernama Bendara Raden Mas
Antawirya. Pangeran Diponegoro meniggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8
Januari 1855 pada umur 69 tahun.
5. Hasyim Asy'ari
Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’arie adalah salah satu Pahlawan Nasional
Indonesia yang merupakan pendiri NU / Nahdlatul Ulama, dimana organisasi ini
merupakan organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. Di kalangan ulama
pesantren dan Nahdliyin ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti
maha guru.
K.H. Hasjim Asy'ari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman
yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, ia
berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Trenggilis di
Semarang, Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban,
Pesantren Siwalan di Sidoarjo dan Pesantren Kademangan di Bangkalan.
Pada tahun 1892, K.H. Hasjim Asy'ari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru
pada Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi, Syekh Ahmad Khatib Minangkabau,
Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh
Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad
As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.
Pada tahun 1899, sepulangnya dari Mekah, KH Hasyim Asyari mendirikan Pesantren
Tebu Ireng, yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad
20. Pada tahun 1926, KH Hasyim Asyari menjadi salah satu pemrakarsa
berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama. Hasyim
Asyari sendiri lahir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, 10 April 1875. Ia
meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun
dan dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang.
6. Ahmad Dahlan
Muhammad Darwis / Kyai Haji Ahmad Dahlan merupakan salah satu Pahlawan
Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga
K.H. Abu Bakar. K.H Abu Bakar sendiri adalah seorang ulama & khatib tersohor di
Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan
merupakan puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat pada kala itu.
Pada umur 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi haji dan tinggal di Mekah selama 5 tahun.
Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran dan gagasan
pembaharu dalam Islam, seperti Al-Afghani, Muhammad Abduh, Ibnu Taimiyah dan
Rasyid Ridha. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama
menjadi Ahmad Dahlan. Selanjutnya Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah
dan tinggal selama 2 tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad
Khatib yang juga guru dari KH. Hasyim Asyari, pendiri NU.
7. Ki Hajar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, adalah
aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan
bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri
Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan
bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para
priyayi maupun orang-orang Belanda.
Ki Hajar Dewantara
8. Bung Tomo
Sutomo / Bung Tomo, adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam
membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda
melalui tentara NICA yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945. Padat
pertempuran tersebut Pejuang sekaligus tokoh jurnalis asal Surabaya ini berhasil
mengobarkan semangat juang rakyat Indonesia dengan semboyan "Merdeka atau
Mati" dalam pertempuran besar melawan pasukan penjajah di Surabaya. Dimana
peristiwa tersebut hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Bung Tomo
9. Pattimura
Thomas Matulessy / Pattimura / Kapitan Pattimura merupakan panglima perang
dalam perjuangan rakyat Maluku melawan VOC Belanda. Di bawah komando
Pattimura, sejumlah kerajaan Nusantara seperti Ternate dan Tidore bersatu
menghadapi penjajah pada tahun 1817.
Kapitan Pattimura
Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para raja maupun rakyat biasa.
Dalam perjuangan melawan Belanda ia menggalang persatuan dengan kerajaan
Ternate dan Tidore, raja-raja di Sulawesi, Bali dan Jawa. Perang Pattimura yang
berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat
dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal
untuk melawan Pattimura.
Perlawanan heroik ditunjukkan oleh Tuanku Imam Bonjol dalam Perang Padri di
Sumatera Barat. Selama lima tahun, dia bersama pasukannya berhasil
membuat penjajah kesulitan menghadapi Kaum Padri, hingga pada Oktober
1837 Pihak belanda mengundang Tuanku Imam Bonjol ke Palupuh untuk
berunding. Namun setibanya di tempat Imam Bonjol langsung ditangkap dan
dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Kemudian dipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke
Lotak, Minahasa, dekat Manado. Dahsyatnya pertempuran dan perlawanan Imam
Bonjol ini, akhirnya diabadikan dalam bentuk museum dan Monumen Imam Bonjol
yang berlokasi di Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.
11. Kartini
Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini merupakan Salah seorang pahlawan
nasional perempuan ini telah menghabiskan sebagian hidupnya untuk
memperjuangkan kesetaraan hak kaumnya dan dikenal sebagai pelopor kebangkitan
perempuan pribumi. meskipun RA Kartini sendiri merupakan seorang perempuan
ningrat namun memiliki pemikiran moderat
Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April
1879. Ia meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur
25 tahun. untuk mengenang perjuangannya, tanggal lahirnya pada 21 April
diperingati sebagai Hari Kartini.
Kemudian Teuku Umar (suami kedua), salah satu tokoh yang melawan Belanda
melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak, tetapi karena
Teuku Umar mengijinkannya ikut dalam medan perang, Cut Nyak Dhien setuju
untuk menikah dengan Teuku Umar pada tahun 1880. Setelah menikah dengan
Teuku Umar, Cut Nyak Dhien bersama Teuku Umar berjuang bersama melawan
Belanda. Namun, Teuku Umar gugur pada tanggal 11 Februari 1899 saat
menyerang Meulaboh, sehingga ia berjuang sendirian di pelosok Meulaboh
bersama pasukan kecilnya.
Cut Nyak Dien saat itu sudah tua dan memiliki penyakit rabun dan encok, sehingga
karena iba (kasihan) salah seorang pasukannya yang bernama Pang Laot
melaporkan keberadaannya. Ia akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh oleh
belanda. Di sana ia dirawat dan penyakitnya perlahan membaik. Namun,
keberadaannya mengakibatkan bertambahnya semangat perlawanan rakyat Aceh
terhadap belanda. Ia juga masih berhubungan dengan pejuang Aceh yang belum
tertangkap. Akibatnya, Cut Nyak Dien dibuang ke Sumedang.
Cut Nyak Dhien lahir di Aceh, tahun 1848. Ia meninggal di Sumedang, Jawa
Barat, 6 November 1908 pada umur 59–60 tahun dan dimakamkan di Gunung
Puyuh, Sumedang. Kini namanya pun dikenang sebagai pahlawan nasional, dan
diabadikan sebagai Bandar Udara Cut Nyak Dhien Nagan Raya di Meulaboh.
3 DASAR HUBUNGAN INTERNASIONAL
Hubungan Internasional juga disebut sebagai sebuah kebijakan publik yang dapat
bersifat positif atau normatif, karena berusaha menganalisis dan merumuskan
kebijakan luar negeri negara-negara tertentu.
1. Landasan Idiil
Landasan idiil merupakan suatu landasan yang menjadi ideologi suatu bangsa,
dalam hal ini landasan Idiil Indonesia adalah pancasila. Landasan Idiil hubungan
internasional indonesia adalah Pancasila sila kedua, yaitu "kemanusiaan yang adil
dan beradab", yang mengandung makna bahwa bangsa Indonesia menganggap
dirinya sebagai bagian dari umat manusia di dunia. Oleh karena itu, bangsa indonesia
harus mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan
bangsa lain (bekerjasama dengan sesama manusia).
2. Landasan Konstitusional
Landasan konstitusional merupakan landasan yang berkaitan dengan segala
ketentuan dan aturan tentang ketatanegaraan / undang-undang dasar suatu
negara. Landasan Konstitusional hubungan internasional indonesia
adalah UUD 1945 terutama dalam pembukaan (alenia I dan IV).
Pembukaan UUD 1945 alenia 1 "Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan".
Pembukaan UUD 1945 alenia 4 "… ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial".
Kemudian terdapat pula pada Batang Tubuh UUD 1945 pasal 13 yang berbunyi:
1. Presiden mengangkat duta dan konsul.
2. Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat.
3. Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.
Dan yang terakhir terdapat pada Batang Tubuh UUD 1945 pasal 11 yang berbunyi:
1. Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan
perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
2. Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan
akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan
beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau
pembentukan undangundang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan
undang-undang.
3. Landasan Operasional
Landasan Operasional merupakan suatu konsep dasar tujuan pengelolaan secara
menyeluruh dari kehidupan nasional suatu Negara. Terdapat 4 elemen landasan
operasional hubungan internasional indonesia yaitu sebagai berikut:
1. Ketetapan MPR, yaitu GBHN dalam bidang hubungan luar negeri. Menurut
GBHN (TAP MPR RI No. IV/MPR/1999) misi hubungan luar negeri Indonesia
adalah perwujudan politik luar negeri yang berdaulat, bermartabat, bebas dan
pro aktif bagi kepentingan nasional dalam menghadapi perkembangan global.
2. Undang-Undang, misalnya UU. No. 37 /1999 tentang hubungan luar negeri
3. Keputusan / Kebijakan presiden, yang dituangkan dalam Perpres.
4. Kebijakan / peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri luar negeri.
Sebuah hubungan internasional ditandai dengan dimulainya pembukaan utusan
(konsuler atau diplomatik) yang bersifat bilateral. Dalam hubungan internasional
terdapat aktor yang melakukan hubungan internasional, aktor pelaku hubungan
internasional disebut sebagai subjek hukum internasional. Subjek hukum
internasional ialah orang atau lembaga/badan yang dianggap mampu
melakukan perbuatan atau tindakan hukum yang diatur dalam hukum
internasional dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum internasional
atas perbuatannya tersebut. Hukum internasional pada dasarnya dijalankan oleh
subjek hukum internasional. Dalam hal ini bukan hanya aktor tetapi juga non negara.
Sebagai negara yang menganut politik luar negeri bebas aktif, Indonesia memiliki
kebijakan tersendiri yang mengatur hubungan internasional.
KERJASAMA REGIONAL INDONESIA
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau antar
kelompok atau antar organisasi untuk mencapai tujuan atau target yang sebelumnya
telah direncanakan dan disepakati bersama. Atau kerjasama dapat diartikan sebagai
tindakan-tindakan dalam pekerjaan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih untuk
mencapai tujuan dan demi keuntungan bersama.
Kerjasama Regional adalah kerjasama yang dilakukan oleh dua negara atau
lebih yang biasanya berada dalam suatu kawasan tertentu atau wilayah yang
berdekatan. Ada beberapa organisasi kerjasama yang tersebar di berbagai kawasan
di seluruh dunia. Di kawasan Asia Tenggara ada Asean, Afta dan Apec, Di kawasan
Asia Selatan ada Saarc. kemudian di kawasan Asia terdapat ADB dan di kawasan
eropa terdapat EFTA dan EU. Masing-masing kerjasama regional tersebut memiliki
tujuan nya masing-masing. Biasanya bentuk kerja regional diwujudkan dengan
penetapan kebijakan-kebijakan sebagai berikut:
Indonesia sendiri sebagai bagian dari negara-negara dunia selalu aktif dan tidak
dapat menghindari kerjasama regional dengan negara lain, terutama negara dalam
satu kawasan. Ada beberapa alasan mengapa Indonesia wajib menjalin kerja sama
regional dengan negara lain, diantaranya adalah:
1. Untuk memasarkan produksi dari dalam negeri ke negara lain (ekspor).
2. Tidak semua kebutuhan konsumsi dalam negeri dapat dipenuhi sendiri
3. Untuk menjaga stabilitas kawasan, meningkatkan hubungan ekonomi.
4. Sebagai bagian dari komunitas dunia, Indonesia perlu menjalin
persahabatan dengan negara lain.
Pada tahun 2002, Uni Eropa mengeluarkan mata uang tunggal Uni Eropa, yakni
Euro yang digunakan bersama oleh negara-negara Uni Eropa. Saat ini jumlah
anggota UE mencapai 27 negara. Misi UE pun tidak hanya sebatas kerja sama
ekonomi lagi, namun berkembang sebagai berikut ini.
1. pemersatu bagi negara-negara benua Eropa
2. memastikan keselamatan hidup warganya
3. menjaga perdamaian, kesejahteraan dan stabilitas bagi warga negara
anggota
4. menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan sosial
5. menghadapi tantangan globalisasi dan menjaga keberagaman masyarakat
Eropa
6. menjaga nilai-nilai masyarakat Eropa semacam pembangunan terpadu,
kepedulian lingkungan, HAM, dan masyarakat sosial ekonomi.
Secara historis terbentuknya Forum APEC lebih dilihat sebagai upaya untuk
mengatasi kebuntuan yang melanda perundingan-perundingan Perjanjian Umum
tentang Tarif dan Perdagangan (GATT) atau Putaran Uruguay, di Jenewa, Swiss.
Sejatinya APEC sendiri mencakup negara-negara dari beberapa belahan benua,
yakni negara-negara ASEAN, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru,
Meksiko, Papua Nugini, Korea Selatan, Jepang, China, Hongkong, Taiwan, dan Cile.
meskipun begitu kerjasama ini tetap diutamakan untuk negara-negara asia pasifik.
Logo Asean
Tujuan ASEAN adalah menyelenggarakan kerja sama di bidang ekonomi, sosial, dan
kebudayaan yang meliputi hal-hal berikut.
1. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas keamanan di Asia Tenggara.
2. Mengadakan pembahasan bersama mengenai permasalahan yang terjadi di
kawasan Asia Tenggara pada khususnya dan Asia pada umumnya.
3. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan perkembangan
kebudayaan di kawasan Asia Tenggara.
4. Meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama
dalam bidang sosial, ekonomi, kebudayaan, administrasi, dan IPTEK.
5. Menyelenggarakan usaha-usaha yang efektif untuk mencapai hasil yang
lebih baik dalam industri pertanian.
6. Mendirikan industri dan memperluas perdagangan, termasuk perdagangan
internasional.
7. Menyediakan bantuan fasilitas untuk latihan dan penelitian bagi negara
anggota ASEAN.
8. Memelihara kerja sama dengan organisasi regional dan internasional
lainnya.
ASEAN pertama dibentuk di tahun 1967 lewat Deklarasi Bangkok
Kerjasama Internasional
Kerja sama internasional adalah kerjasama yang dilakukan oleh dua negara atau
lebih yang tidak dibatasi oleh letak negara atau memiliki lingkup seluruh dunia,
kerjasama internasional biasanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan seluruh negara-negara di dunia.
Organisasi IMF bermarkas di Washington, D.C. IMF dibentuk pada tahun 1944
dalam Konferensi Bretton Woods, kemudian diresmikan tahun 1945 dengan 29
negara anggota. IMF sejak awal bertujuan menata ulang sistem pembayaran
internasional. Negara anggota menyumbangkan dana cadangan menggunakan
sistem kuota. Dana cadangan ini kemudian bisa dipinjam oleh negara anggota yang
mendapat kesulitan dalam neraca pembayarannya. Hingga 2010, dana cadangan
IMF mencapai US$755,7 miliar. Pada negara-negara yang akan meminjam uang, IMF
dan Bank Dunia biasanya menerapkan syarat-syarat tertentu karena pada dasarnya
IMF menganut paham neoliberalisme yaitu untuk mendukung pasar bebas.
Bentuk Kerjasama Internasional
Berdasarkan bentuknya, kerja sama internasional dapat dibagi dalam 4 kelompok,
yaitu sebagai berikut :
1. Kerja sama bilateral
Kerjasama bilateral adalah bentuk kerjasama ekonomi yang dilakukan antar dua
Negara. Kerjasama ini terjadi karena kedua Negara saling mendapat keuntungan
atau kedua Negara memiliki hubungan yang sangat baik. Sebagai contohnya,
Hubungan antara Indonesia dengan Jepang terkait perdagangan dan Hubungan
Indonesia dengan Arab Saudi terkait ibadah haji.
Latar belakang dibentuknya PBB dimulai setelah Perang Dunia I (1914–1918). Pada
8 Januari 1918, Woodrow Wilson (Presiden Amerika Serikat) mengusulkan
membentuk Liga Bangsa-Bangsa (LBB) atau League of Nation. Usulan
Woodrow Wilson tertuang dalam 14 pasal (Wilson’s Fourteen Points). Sehingga
pada 10 Juni 1920, terbentuklah LBB di Versailles, Prancis. Adapun markas
besarnya berada di Jenewa, Swiss.
Tujuan pembentukan LBB adalah memelihara perdamaian dunia. salah satu nya
dengan melucuti senjata pada negara konflik, mencegah perang melalui keamanan
kolektif, menyelesaikan permasalahan antara negara-negara melalui diplomasi dan
negosiasi, serta memperbaiki kesejahteraan hidup global. Sayangnya peranan LBB
sebagai lembaga pemelihara perdamaian dunia, tidak dapat terlaksana dengan baik.
Meskipun LBB gagal membawa perdamaian dunia, namun usaha untuk mencapai
perdamaian dunia terus dirintis kembali, salah satu nya oleh Presiden Amerika
Serikat Franklin Delano Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Sir Winston
Churchill. Mereka mengadakan pertemuan di atas kapal penjelajah Atlanta di
lepas Pantai New Foundland, Samudra Atlantik pada 14 Agustus 1941.
Pertemuan ini menghasilkan suatu deklarasi yang dikenal sebagai Piagam Atlantik
(Atlantic Charter) dimana didalamnya terdapat 8 poin penting, yaitu:
1. Pelucutan senjata di seluruh dunia pasca perang
2. Hak untuk menentukan nasib sendiri
3. Pengaturan sebuah wilayah harus sesuai dengan kehendak masyarakat
bersangkutan
4. Tidak ada lagi wilayah yang dicari oleh Amerika Serikat atau Inggris
5. Memajukan kerjasama ekonomi dunia dan peningkatan kesejahteraan sosial
6. Pengurangan rintangan perdagangan
7. Kebebasan berkehendak dan bebas dari kekhawatiran
8. Menciptakan kebebasan di laut lepas
Pada pertemuan lanjutan di San Fransisco (25 April–26 Juni 1945) dihasilkan
Piagam Perdamaian (Charter of Peace) yang kemudian digunakan sebagai
Mukadimah Piagam PBB. Pertemuan ini dihadiri oleh 50 negara, 282 delegasi
yang terdiri atas 444 orang. secara resmi PBB berdiri pada 24 Oktober 1945.
Indonuseia pernah keluar dari keanggotaan PBB pada tahun 1965 didasari atas
diterimanya malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan, karena pada
saat itu indonesia menganggap malaysia sebagai negara boneka bentukan Inggris.
SEJARAH, FUNGSI DAN KEDUDUKAN
BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi
Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia
diresmikan pada 18 Agustus 1945, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa
Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Penutur Bahasa
Indonesia seringkali memakai versi sehari-hari (kolokial) atau mencampuradukkan
dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Penggunaan
Bahasa Indonesia sangat luas.
Sejarah Bahasa Indonesia
Karena perkembangan bahasa melayu dikalangan rakyat pribumi yang cukup baik,
Pemerintah kolonial Hindia-Belanda akhirnya menyadari bahwa bahasa Melayu dapat
dimanfaatkan untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena
penguasaan bahasa Belanda untuk para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan
merujuk pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab rujukan)
beberapa sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi
bahasa Melayu pun digalakkan di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan
karya sastra dalam bahasa Melayu. Dari promosi bahasa melayu yang dilakukan
Belanda, maka secara perlahan terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang sedikit
demi sedikit mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.
Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai
terlihat. Pada tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan
Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi
bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.
Pada tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia
dalam pidatonya di sidang Volksraad. Hal ini merupakan kali pertama dalam
sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.
"Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan
kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa
persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayu
lah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan"
Pada tahun 2008 dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008. Oleh karena itu,
sepanjang tahun 2008 telah diadakan kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Sebagai
puncak dari seluruh kegiatan kebahasaan dan kesastraan serta peringatan 80 tahun
Sumpah Pemuda, diadakan Kongres IX Bahasa Indonesia pada tanggal 28
Oktober-1 November 2008 di Jakarta. Kongres tersebut akan membahas lima hal
utama, yakni bahasa Indonesia, penggunaan bahasa asing, bahasa daerah,
pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini
berskala internasional.
Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara Pulau
Sumatera, menandakan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di
Nusantara dari pesisir tenggara Pulau Sumatera berkat penggunaannya oleh
Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan
bagi wilayahnya sebagai Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang
bertempat di Batang Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang
digunakan di Jambi menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari
bahasa dan dialek Melayu berkembang secara luas dan menjadi
beragam. Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua
kelompok bahasa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Tinggi
yang terbatas pemakaiannya tetapi memiliki standar serta bahasa Melayu Pasar yang
kolokial dan tidak baku.
Karena perkembangan bahasa melayu dikalangan rakyat pribumi yang cukup baik,
Pemerintah kolonial Hindia-Belanda akhirnya menyadari bahwa bahasa Melayu dapat
dimanfaatkan untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena
penguasaan bahasa Belanda untuk para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan
merujuk pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab rujukan)
beberapa sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi
bahasa Melayu pun digalakkan di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan
karya sastra dalam bahasa Melayu. Dari promosi bahasa melayu yang dilakukan
Belanda, maka secara perlahan terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang sedikit
demi sedikit mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.
Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai
tampak. Pada tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan
Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi
bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.
Pada tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia
dalam pidatonya di sidang Volksraad. Hal ini merupakan kali pertama dalam sidang
Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.
"Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan
kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa
persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayu
lah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan"
Pada tahun 2008 dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008. Oleh karena itu,
sepanjang tahun 2008 telah diadakan kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Sebagai
puncak dari seluruh kegiatan kebahasaan dan kesastraan serta peringatan 80 tahun
Sumpah Pemuda, diadakan Kongres IX Bahasa Indonesia pada tanggal 28
Oktober-1 November 2008 di Jakarta. Kongres tersebut membahas lima hal utama,
yakni bahasa Indonesia, penggunaan bahasa asing, bahasa daerah, pengajaran
bahasa dan sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala
internasional dengan menghadirkan para pembicara dari dalam maupun luar negeri.
Terdapat 5 Ragam dalam laras bahasa yang digunakan, semua ragam dapat
digunakan dalam kondisi tertentu:
1. Ragam Resmi (Formal), yaitu bahasa yang dipakai dalam komunikasi resmi
seperti rapat resmi, pidato dan jurnal ilmiah. oleh karena itu memakai bahasa
yang lebih sopan adalah hal yang tepat.
2. Ragam Beku, yaitu bahasa yang digunakan pada acara hikmat dan sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti upacara pernikahan, keputusan
pengadilan dan kegiatan rohani.
3. Ragam Konsultatif, yaitu bahasa yang digunakan dalam pertukaran
informasi atau kegiatan transaksi dalam suatu percakapan yang membahas
tentang suatu hal yang diketahui oleh masing-masing pembicara seperti
percakapan di sekolah atau di pasar.
4. Ragam Akrab, yaitu bahasa yang digunakan diantara orang yang memiliki
hubungan sangat akrab atau intim (pembicaraan berumah tangga)
5. Ragam Santai (Casual), yaitu bahasa yang digunakan untuk acara yang
bersifat tidak resmi dan dapat dipakai untuk orang yang cukup akrab (misal
teman) atau orang yang belum dikenal dengan akrab (baru kenal). seperti
pembicaraan dalam perkumpulan dengan teman-teman
maksud dari kata benar adalah bahasa indonesia yang sesuai dengan kaidah
bahasa baku, baik tertulis maupun bahasa baku lisan.
Setelah membahas aturan Bahasa Indonesia yang baik dan benar kita bisa menarik
kesimpulan bahwa Tata bahasa normatif, ejaan resmi, dan kalimat efektif bisa
diterapkan (dengan menyesuaikan lingkungan disekitar kita) mulai dari ragam beku
hingga ragam akrab. Penggunaan kata yang baku dan lafal baku pada ragam
konsultatif, akrab dan santai dapat berakibat bahasa menjadi tidak baik karena tidak
sesuai dengan situasi.
Penggunaan kata yang baku dan lafal baku pada ragam konsultatif, santai, dan akrab
dapat berakibat bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi. Hal
seperti ini menyebabkan penggunaan Bahasa Indonesia yang tidak baik dan tidak
tepat tempatnya.
Menurut Keraf (dalam Misriyah, 2011: 1), tata bahasa merupakan suatu himpunan
dari patokan-patokan dalam stuktur bahasa. Stuktur bahasa itu meliputi tata bunyi,
tata bentuk, tata kata, tata kalimat dan tata makna. Dengan kata lain, menurut Keraf
(dalam Misriyah, 2011: 1) tata bahasa meliputi bidang-bidang fonologi, morfologi,
dan sintaksis.
Pada bahasa yang sudah tidak dipakai lagi (sudah mati) dalam komunikasi
sehari-hari, tata bahasa Normatif dari bahasa-bahasa tersebut selalu bersifat
preskiptif yaitu menentukan atau mengatur kaidah-kaidah itu harus diikuti
secermat-cermatnya, dan tidak boleh dirubah lagi. Misalnya tata bahasa dari
bahasa-bahasa Latin, Yunani, Sansekerta yang bersifat preskiptif.
2. Fonemik
Fonemik yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya
sebagai pembeda arti. Fona merupakan satuan bunyi ujaran yang bersifat netral dan
masih belum terbukti (tidak membedakan arti). Sedangkan fonem merupakan satuan
bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Alofon adalah variasi fonem disebabkan
pengaruh lingkungan yang dimasuki. Lambang fonem dinamakan hirif. Fonem
berbeda dengan huruf. Ada tiga unsur fonem yang penting yaitu udara, titik artikulasi
(bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh articulator), dan artikulator (bagian alat
ucap yang bergerak).
B. Morfologi
Morfologi berarti pengetahuan tentang bentuk. Morfologi adalah bidang linguistik
atau tata bahasa yang mengkaji tentang pembentukan kata
atau morfem-morfem dalam suatu bahasa. Morfologi disebut juga sebagai tata
bentuk. Morfem merupakan satuan ujaran yang memiliki makna gramatikal atau
leksikal yang turut serta pada pembentukan kata atau yang menjadi bagian dari kata.
Berdasarkan potensinya morfem dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
Morfem terikat yaitu morfem yang tidak mampu berdiri sendiri, sehingga
harus selalu berikatan dengan morfem bebas melalui proses morfologis, atau proses
pembentukan kata. Contoh morfe terikat yaitu me-, pe-, -an, ke--an, di-, swa-, trans-,
-logi, -isme
Morfem bebas yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata serta
secara gramatikal menduduki satu fungsi pada kalimat. Morfem bebas disebut juga
sebagai kata dasar. Contoh morfem bebas (kata dasar) yaitu seperti buku, kantor,
pantau, uji, ajar, kali, arsip, dan liput adalah morfem bebas atau kata dasar.
Morfem yang bergabung dengan morfem lain sering mengalami perubahan. Misalnya,
morfem terikat me- bisa berubah menjadi mem-, men-, meny-, menge-, dan menge-
sesuai dengan lingkungan yang dimasuki. Alomorf yaitu variasi morfem yang terjadi
karena pengaruh lingkungan yang dimasuki.
C. Sintaksis
Sintaksis berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu syn berarti bersama dan taxis berarti
pengaturan. Sintaks yaitu ilmu mengenai prinsip serta peraturan untuk membuat
sebuah kalimat. Selain itu sintaks juga berguna untuk merujuk langsung pada sebuah
peraturan atau prinsip yang mencakup struktur kalimat pada bahasa apapun. Pakar
sintaksis pun berusaha mendapatkan aturan umum yang diterapkan pada setiap
bahasa. Kata sintaksis juga sering digunakan untuk merujuk pada aturan yang
mengatur sistem matematika seperti logika, bahasa pemrograman komputer dan
bahasa formal buatan.
D. Sematik
Semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu semantikos yang berarti memberikan
tanda. Semantik yaitu cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung
pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Semantik biasanya
dikontraskan dengan dua aspek lain dari ekspresi makna : sintaksis, pembentukan
simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta pragamatika, penggunaan
praktis simbol oleh agen atau komunitas pada suatu kondisi atau konteks tertentu.
Tata bahasa struktural adalah tata bahasa hasil dari menyelidiki bahasa-bahasa
secara tersendiri, terlepas dari segala macam prasangka yang ada. Struktur berarti
hubungan yang relatif tetap antara bagian-bagian yang membentuk suatu hal.
MEMBACA PEMAHAMAN
Pembahasan tersebut berkaitan dengan pengertian membaca pemahaman, aspek-aspek
membaca pemahaman, tujuan membaca pemahaman dan sebagainya, langsung saja
mari simak ulasannya.
Untuk dapat memahami isi sebuah bahan bacaan dengan baik diperlukan adanya
kemampuan membaca pemahaman yang baik pula. Pemahaman adalah salah satu
aspek yang penting dalam kegiatan membaca, sebab pada hakikatnya pemahaman
sebuah bahan bacaan dapat meningkatkan ketrampilan membaca itu sendiri maupun
untuk tujuan tertentu yang hendak dicapai. Jadi, kemampuan membaca dapat diartikan
sebagai kemampuan dalam memahami bahan bacaan. Tujuan membaca ialah
pemahaman bukan kecepatan (H.G. Tarigan, 1986:37).
Membaca pemahaman didefinisikan juga sebagai salah satu macam membaca yang
bertujuan memahami isi bacaan (Sujanto dalam Nurhadi, 1987:222). Kemampuan
membaca sangat kompleks dan tidak sekedar kemampuan teknik membacanya saja
tetapi juga kemampuan dalam pemahaman dan interpretasi isi bacaan.
Sedangkan sastra menurut KBBI adalah "bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang
dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari)". Sedangkan karya sastra
berarti karangan yang mengacu pada nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan
bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah
manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan caranya yang khas.
Jadi, secara sederhana sejarah sastra dapat diartikan sebagai salah satu cabang ilmu
bahasa yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan sastra suatu bangsa. Dalam
hal ini kita akan membahas tentang Sejarah Sastra Indonesia. Yakni pertumbuhan dan
perkembangan sastra di Indonesia. Kata Indonesia sendiri merujuk pada suatu bangsa
atau negara kepulauan yang merdeka pada 17 Agustus 1945.
Dengan pengertian dasar itu, tampak bahwa objek sejarah sastra adalah segala
peristiwa yang terjadi pada rentang masa pertumbuhan dan perkembangan suatu
bangsa. Telah disinggung di depan bahwa sejarah sastra itu bisa menyangkut karya
sastra, pengarang, pengajaran, penerbit, kritik, dan lain-lain.
Sedangkan Ajip Rosidi, mempunyai pendapat yang berbeda. Menurutnya, bahasa tidak
bisa dijadikan patokan sebagai kapan sastra itu lahir. Karena, sebelum bahasa diakui
secara resmi tentulah bahasa itu sudah ada dan sudah digunakan oleh masyarakat
pengguna bahasa tersebut. Sehingga Ajip Rosidi berpendapat, yang seharusnya
dijadikan patokan adalah kesadaran kebangsaan. Berdasarkan kesadaran kebangsaan
inilah Ajip menetapkan lahirnya kasusastraan Indonesia itu tahun 1920/1921 atau
tahun 1922. Karena pada waktu itu pemuda Indonesia seperti Sanusi Pane, Muhammad
Yamin dan lainnya menegaskan, bahasa Indonesia itu berbeda dengan Sastra Melayu.
Pendapat berikutnya yaitu dari A.Teeuw. Ia memiliki pendapat yang berbeda dari dua
tokoh diatas. Akan tetapi, tahun lahirnya Sastra Indonesia hampir sama dengan Ajip
Rosidi yaitu tahun 1920. Menurutnya, pada waktu itu para pemuda Indonesia untuk
pertama kali menyatakan perasaan dan ide yang terdapat pada masyarakat tradisional
setempat dan menuangkannya dalam bentuk sastra. Selain itu, pada tahun yang sama
para pemuda juga menulis puisi baru Indonesia. Lalu A. Teeuw menegaskan pendapat
lahirnya kesusastraan Indonesia pada tahun 1920 karena pada tahun ini terbit novel
Mirari Siregar yang berjudul Azab dan Sensara.
B. Masa Perkembangan
mencakup kurun waktu 1945-1968 yang dapat dibagi menjadi beberapa periode, yaitu:
Periode 1945-1953.
Periode 1953-1961.
Periode 1961-1968.
Pada kenyataanya, telah tercatat lima angkatan yang muncul pada rentang waktu 10 -15
tahun sehingga dapat disusun perodisasi sejarah sastra Indonesia modern sebagai
berikut:
Sastra Awal (1900an )
Sastra Balai Pustaka (1920 - 1942)
Sastra Pujangga Baru (1930 - 1942)
Sastra Angkatan 45 (1942 - 1955)
Sastra Generasi Kisah (1955 - 1965)
Sastra Generasi Horison (1966)
Penulisan sejarah sastra Indonesia dapat dilakukan dengan dua cara atau metode, yaitu:
menerapkan teori penyusunan rangkaian perkembangan sastra dari periode atau
angkatan ke angkatan. dan
menerapkan teori estetika resepsi atau estetika tanggapan
Selain itu, sejarah sastra Indonesia dapat juga dilakukan secara sinkronis dan diakronis.
Sinkronis berarti penulisan sejarah sastra dalam salah satu tingkat perkembangan atau
periodenya. Sedangkan yang diakronis berarti penulisan sejarah dalam berbagai tingkat
perkembangan, dari kelahiran hingga perkembangannya yang terakhir.
Dari pendapat para pakar di atas, dapat disimpulkan periodisasi sastra sebagai berikut:
1. Angkatan Balai Pustaka
2. Angkatan Pujangga Baru
3. Angkatan 45
4. Angkatan 50an
5. Angkatan 60an
6. Angkatan kontemporer (70an sampai sekarang).
Berikut adalah penjelasan singkat tentang angkatan-angkatan yang terdapat dalam
periodisasi Sejarah Kesusastraan Indonesia:
Secara teoretis dapat dikatakan banyak masalah yang dapat diungkapkan dari Balai
Pustaka selama ini. Antara lain visi dan misi, status, program kerja, para tokoh, kebijakan
redaksi, pengarang, distribusi, dan produksi. Telaah semacam itu dapat dijadikan
pengkajian sejarah mikro yang pasti relevan dengan sejarah makro sastra Indonesia.
Ditambah dengan pengkajian berbagai gejala yang berkembang di sekitarnya pastilah
memperluas wawasan pengetahuan masyarakat. Mungkin saja kemudian berkembang
pendapat bahwa balai pustaka ternyata bukan satu-satunya penerbit pada tahun 1920-an
membuka tradisi sastra modern, atau justru dilupakan saja karena berjejak kolonial.
Ciri-ciri umum roman angkatan Balai Pustaka:
1. Bertema sosial, karena belum terbuka kesempatan mempersoalkan masalah
polotik, watak, agama, dan lain-lain.
2. Bergaya bahasa seragam, karena dikemas oleh redaksi Balai Pustaka, sehingga
gaya bahasanya tidak berkembang.
3. Bersifat romantic-sentimental, karena ternyata banyak roman yang mematikan
tokoh-tokohnya atau mengalami penderitaan yang luar biasa.
4. Bersifat kedaerahan, karena mengungkapkan persoalan yang hanya berlaku di
daerah tertentu, seperti adat di Sumatra Barat.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisjahbana, beserta Armijn Pane dan Amir Hamzah. Karya sastra di Indonesia
setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh S. T. Alisyahbana.
Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel yang kerap diulas oleh para
kritikus sastra Indonesia. Selain itu, pada periode ini novel "Kalau Tak Untung" dan
"Tenggelamnya Kapal van der Wijck" menjadi karya penting sebelum perang.
3. Angkatan '45
Jika diruntut berdasarkan periodesasinya, sastra Indonesia Angkatan ‘45 bisa dikatakan
sebagai angkatan ketiga dalam lingkup sastra baru Indonesia, setelah angkatan Balai
Pustaka dan angkatan Pujangga Baru. Munculnya karya-karya sastra Angkatan ‘45
yang dipelopori oleh Chairil Anwar ini memberi warna baru pada khazanah
kesusastraan Indonesia. Bahkan ada orang yang berpendapat bahwa sastra Indonesia
baru lahir dengan adanya karya-karya Chairil Anwar, sedangkan karya-karya pengarang
terdahulu seperti St.Takdir Alisjahbana, Sanusi Pane, Amir Hamzah, dan lain-lainnya
dianggap sebagai karya sastra Melayu.
Pada mulanya angkatan ini disebut dengan berbagai nama, ada yang menyebut
Angkatan Kemerdekaan, Angkatan Sesudah Perang, Angkatan Chairil Anwar, dan
lain-lain. Baru pada tahun 1948, Rosihan Anwar menyebut angkatan ini dengan nama
Angkatan ‘45. Nama ini segera menjadi populer dan dipergunakan oleh semua pihak
sebagai nama resmi. Meskipun namanya sudah ada, tetapi sendi-sendi dan landasan
ideal angkatan ini belum dirumuskan. Baru pada tahun 1950 "Surat Kepercayaan
Gelanggang" dibuat dan diumumkan.
Ketika itu Chairil Anwar sudah meninggal. Surat kepecayaan itu ialah semacam
pernyataan sikap yang menjadi dasar pegangan perkumpulan “Selayang Seniman
Merdeka”. Masa Chairil Anwar masih hidup. Angkatan ‘45 lebih realistik dibandingkan
dengan Angkatan Pujangga Baru yang romantik idealistik. Semangat patriotik yang ada
pada sebagian besar sastrawan Angkatan ‘45 tercermin dari sebagian besar karya-karya
yang dihasilkan oleh para sastrawan tersebut. Beberapa karya Angkatan ‘45
mencerminkan perjuangan menuntut kemerdekaan. Banyak di antaranya selalu
mendapatkan kecaman, seperti Pramoedya Ananta Toer. Pramoedya d masih eksis
menghasilkan karya-karya terutama mengenai perjuangan mencapai kemerdekaan
Indonesia. Bahkan sampai saat ini karya-karya Pramoedya masih digandrungi khususnya
oleh penikmat sastra. Sebegitu banyak orang yang memproklamasikan kelahiran dan
membela hak hidup Angkatan ‘45, sebanyak itu pulalah yang menentangnya. Armijn
Pane berpendapat bahwa Angkatan ‘45 ini hanyalah lanjutan belaka dari apa yang sudah
dirintis oleh angkatan sebelumnya, yaitu Angkatan Pujangga Baru.
4. Angkatan '50
Slamet Muljono pernah menyebut bahwa sastrawan Angkatan ‘50 hanyalah pelanjut
(successor) saja, dari angkatan sebelumnya (’45). Tinjauan yang mendalam dan
menyeluruh membuktikan bahwa masa ini pun memperlihatkan ciri-cirinya, yaitu:
1. Masa ‘50 memberikan pernyataan tentang aspirasi (tujuan yang terakhir dicapai
nasional lebih lanjut). Periode ‘50 tidak hanya pengekor (epigon) dari angkatan ‘45,
melainkan merupakan survival, setelah melalui masa-masa kegonjangan.
2. Berisi kebebasan sastrawan yang lebih luas di atas kebiasaan (tradisi) yang
diletakan pada tahun 1945.
Adapun ciri-cirinya yang lebih rinci adalah sebagai berikut:
1. Penilaian keindahan dalam sastra tidak lagi didasarkan kepada kekuasaan asing,
tetapi lebih kepada peleburan (kristalisasi) antara ilmu dan pengetahuan asing
dengan perasaan dan ukuran nasional.
2. Terdapat pengungkapan yang lebih mendalam terhadap kebudayaan daerah
dalam menuju perwujudan sastra nasional Indonesia.
3. Pusat kegiatan sastra makin banyak jumlahnya dan makin meluas daerahnya
hampir di seluruh Indonesia, tidak hanya berpusat di Jakarta dan Yogyakarta.
5. Angkatan 60an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avant-garde
sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat
beragam dalam aliran sastra, antara lain munculnya karya sastra beraliran surrealistik,
arus kesadaran, arketip, absurd, dan lain-lain pada masa angkatan ini di Indonesia.
Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya karya
sastra pada masa angkatan ini. Sastrawan pada akhir angkatan yang lalu termasuk
juga dalam kelompok ini seperti Purnawan Tjondronegoro, Motinggo Busye, Djamil
Suherman, Goenawan Mohamad, Bur Rasuanto, Sapardi Djoko Damono, Satyagraha
Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Selain itu beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Ikranegara, Umar Kayam,
Leon Agusta, Arifin C. Noer, Arief Budiman, Darmanto Jatman, Goenawan Mohamad,
Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Budi Darma, Taufik Ismail,
dan banyak lagi yang lainnya.
6. Angkatan 70an
Tahun 1960-an adalah tahun-tahun subur bagi kehidupan dunia perpuisian
Indonesia. Tahun 1963 sampai 1965 yang berjaya adalah para penyair anggota Lekra
(Lembaga Kebudayaan Rakyat). Karya Sastra sekitar tahun 1966 lazim disebut angkatan
‘66. H.B. Jassin menyebut bahwa pelopor angkatan ‘66 ini adalah penyair-penyair
demonstran, seperti Goenawan Mohamad, Taufiq Ismail, Slamet Kirnanto, Mansur Samin,
dan sebagainya. Tahun 1976 muncul puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang
menjadi cakrawala baru dalam dunia perpuisian Indonesia.
WAWASAN KEBANGSAAN INDONESIA
ADALAH cara pandang mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan
dan sikap bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya, dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
Wawasan Kebangsaan Indonesia juga dikenal sebagai sebuah pedoman yang masih
bersifat filosofia normatif. Sebagai perwujudan dari rasa dan semangat kebangsaan
yang melahirkan bangsa Indonesia. Akan tetapi situasi dan suasana lingkungan yang
terus berubah sejalan dengan proses perkembangan kehidupan bangsa dari waktu
ke waktu. Wawasan Kebangsaan Indonesia harus senantiasa dapat menyesuaikan
diri dengan perkembagan dan berbagai bentuk implementasinya.
Isi (Content)
Isi (Content) merupakan aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan
cita-cita serta tujuan nasional.
Berarti setiap warga negara dan aparatur negara wajib berfikir, bersikap dan
bertindak secara utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa
termasuk produk-produk yang dihasilkan oleh lembaga negara.
Wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan wawasan nusantara yang tidak lain
adalah pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional.
sedangkan ketahanan nasional adalah kondisi yang harus diwujudkan agar proses
pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan sukses. Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa wawasan kebangsaan dan Ketahanan Nasional merupakan
dua konsepsi dasar yang saling mendukung sebagai pedoman bagi penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara agar tetap jaya dan berkembang seterusnya.
PENGERTIAN WARGA NEGARA
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian warga negara adalah penduduk
sebuah negara atau bangsa yang berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan
sebagainya mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga negara dari
negara itu. Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia pasal 1 angka (1) pengertian warga negara adalah warga sebuah
negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Secara umum, pengertian warga negara adalah anggota suatu negara yang mempunyai
keterikatan timbal balik dengan negaranya. Warga negara dalam bahasa Inggris dikenal
dengan kata citizens. Seseorang dapat menjadi warga negara setelah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan oleh suatu negara.
Penduduk adalah orang atau sekelompok orang yang tinggal / menetap / berdomisili di
dalam wilayah suatu negara. di indonesia pasal yang khusus menangani perihal masalah
kependudukan diatur dalam pasal 26 UUD 1945.
Negara-negara yang menganut asas ius soli biasanya adalah bangsa yang modern dan
multikultural tanpa dibatasi oleh ras, agama, etnis, dll. Negara akan mengakui seseorang
sebagai warga negara apabila seseorang itu dilahirkan di negara tersebut, tidak melihat
siapa dan dari mana orang tua nya berasal.
Negara yang menganut asas ius sanguinis akan mengakui kewarganegaraan seorang
anak sebagai warga negara apabila orang tua dari anak tersebut berasal dari negara
tersebut (dilihat dari keturunannya).
Akibat perbedaan menentukan kewarganegaran karena asas ius soli dan ius
sanguinis
Adanya perbedaan dalam menentukan kewarganegaran di beberapa negara, baik yang
menerapkan asas ius sanguinis atau asas ius soli, dapat menimbulkan dua kemungkinan
status kewarganegaraan seorang penduduk yaitu:
1. Apatride
Apatride yaitu adanya seorang anak / penduduk yang sama sekali tidak memiliki
kewarganegaraan. Keadaan ini terjadi karena seorang Ibu yang berasal dari negara yang
menganut asas ius soli melahirkan seorang anak di negara yang menganut asas ius
sanguinis. Sehingga tidak ada negara baik itu negara asal Ibunya ataupun negara
kelahirannya yang mengakui kewarganegaraan anak tersebut.
Contohnya : Andi dan Anik adalah pasangan suami isteri yang berkewarganegaraan
Amerika Serikat atau berasas Ius Soli. Mereka berdomisili di negara Jepang yang
berasas Ius Sanguinis. Kemudian lahirlah anak mereka bernama Alan. Menurut negara
Amerika Serikat yang menganut asas Ius Soli, Alan tidak diakui sebagai warganegaranya,
sebab lahir di negara lain (negara Jepang). Begitu pula menurut negara Jepang yang
menganut asas Ius Sanguinis, Alan tidak diakui sebagai warganegaranya, sebab orang
tuanya bukan warganegara jepang. Dengan demikian Alan tidak mempunyai
kewarganegaraan atau Apatride.
2. Bipatride
Bipatride yaitu adanya seorang anak / penduduk yang memiliki dua macam
kewarganegaraan sekaligus (kewarganegaraan rangkap). Keadaan ini terjadi karena
seorang Ibu yang berasal dari negara yang menganut asas ius sanguinis melahirkan
seorang anak di negara yang menganut asas ius soli. Sehingga kedua negara (negara
asal dan negara tempat kelahiran) sama-sama memberikan status kewarganegaraannya.
Contohnya : Budi dan Bela adalah pasangan suami isteri yang berkewarganegaraan
Rusia atau berasas Ius Sanguinis. Mereka berdomisili di negara Argentina yang berasas
Ius Soli. Kemudian lahirlah anak mereka, Berinda. Menurut negara Rusia yang menganut
asas Ius Sanguinis, Berinda adalah warga negaranya sebab mengikuti kewarganegaraan
orang tuanya. Begitu pula menurut negara Argentina yang menganut asas Ius Soli,
Berinda juga warga negaranya, sebab tempat kelahirannya di negara Argentina yang
menganut asas Ius Soli. Dengan demikian Berinda memiliki status dua kewarganegaraan
(bipatride).
Sehubungan dengan 2 stelsel diatas, seorang warga negara dalam suatu negara pada
dasarnya memiliki:
1. Hak opsi, yaitu hak untuk memilih suatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)
2. Hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak suatu kewarganegaraan (stelsel pasif)
Contohnya : bila suatu anak lahir di kalangan warga negara (baik luar maupun dalam),
maka setelah dewasa si anak tersebut harus memilih apa status kewarganegaraan yang
ia kehendaki.
Contohnya : bila suatu anak lahir dan mempunyai dua kewarganegaraan (Bipatride),
maka anak tersebut boleh memiliki dua kewarganegaraan sampai ia berusia 18 tahun
(atau sesuai ketentuan yang diatur dalam undang-undang), setelah anak tersebut berusia
18 tahun ia harus melepas / memilih salah satu kewarganegaraanya.
3 PROSES TERBENTUKNYA SUATU NEGARA.
Pengertian Negara
Secara terminology, negara dapat diartikan dengan organisasi tertinggi di antara satu
kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam daerah
tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat.
Secara literal istilah negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing, yakni state
(bahasa Inggris), Staat (bahasa Belanda dan Jerman) dan etat (bahasa Perancis), kata
state, staat, etat itu diambil dari kata bahasa latin status atau statum, yang bermakna
keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan
tetap.
Namun secara umum negara dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati
wilayah tertentu dan diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang umumnya
memiliki kedaulatan. Negara juga dapat diartikan sebagai suatu wilayah yang mempunyai
suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi seluruh individu di wilayah tersebut, dan
berdiri secara independent.
Syarat berdirinya Negara
Suatu negara dinyatakan syah berdiri sebagai suatu negara yang berdaulat, jika
memenuhi minimal 4 syarat, yaitu:
1. Memiliki Rakyat (De Jure)
2. Memiliki Wilayah (De Jure)
3. Memiliki Pemerintah (De Jure)
4. Pengakuan dari Negara Lain (De Facto)
1. Secara Primer
Terjadinya negara secara primer, yaitu asal mula terjadinya negara diawali dengan
adanya keluarga yang memiliki kebutuhan masing masing yang kemudian berevolusi ke
tingkat yang lebih kompleks. Secara Primer terjadi sebuah negara melalui beberapa
tahapan dan tidak ada hubungan dengan negara yang telah ada sebelumnya. adapun
tahap-tahap pertumbuhannya adalah sebagai berikut:
B. Kerajaan (Rijk/Reich)
Kerajaan adalah tahap yang dimulai dari kepala suku yang semula berkuasa di
masyarakat yang dipimpin kemudian mengadakan ekspansi dengan melakukan
penaklukan-penaklukan kepada daerah lain. pada tahap ini 聽 muncul kesadaran hak milik
dan hak atas tanah.
C. Negara (State)
Negara / State adalah tahap yang dimulai dari negara yang diperintah oleh raja yang
absolut dengan sistem pemerintahan tersentralisasi. Ciri-ciri tahap ini adalah seluruh
rakyat dipaksa mematuhi kehendak dan perintah raja dan Hanya ada satu identitas
kebangsaan. tahap ini juga disebut dengan tahap nasional dalam terjadinya sebuah
negara. Dalam tahap ini muncul kesadaran akan perlunya demokrasi dan kedaulatan
rakyat.
D. Negara Demokrasi
Negara demokrasi adalah tahap dimana timbulnya keinginan rakyat untuk memegang
pemerintahan sendiri. Artinya, kekuasaan / kedaulatan tertinggi dipegang oleh rakyat.
Rakyat yang berhak memilih pemimpinnya yang dianggap mampu dalam mewujudkan
aspirasinya. ciri dari tahap ini adalah 聽 Pemerintahan yang dipimpin oleh seorang
pemimpin pilihan rakyat yang kemudian berkuasa.
2. Secara Sekunder
Asal mula terjadinya Negara secara sekunder lebih pada pendekatan fakta atau
kenyataan. Terjadinya Negara/lahirnya Negara ada hubungan dengan Negara yang telah
ada sebelumnya. Terdapat beberapa macam dari asal mula terjadinya Negara secara
sekunder, yaitu sebagai berikut:
A. Proklamasi
Terjadi saat penduduk pribumi dari suatu wilayah yang diduduki oleh bangsa lain
mengadakan perlawanan (perjuangan) sehingga dapat merebut kembali wilayahnya dan
menyatakan kemerdekaan. Contohnya Indonesia merdeka dari Belanda dan Jepang 聽
pada tanggal 17 Agustus 1945.
B. Separatis (pemisahan)
Suatu wilayah negara yang memisahkan diri dari negara yang semula menguasainya
kemudian menyatakan kemerdekaan / memisahkan diri. Contohnya Belgia memisahkan
diri dari Belanda pada tahun 1939 dan menyatakan kemerdekaan.
Penaklukan suatu wilayah yang memungkinkan pendirian suatu negara di wilayah itu
setelah 30 tahun tanpa reaksi yang memadai dari penduduk setempat.
E. Acessie (penarikan)
Bertambahnya tanah dari lumpur yang mengeras di kuala sungai (atau daratan yang
timbul dari dasar laut) dan menjadi wilayah yang dapat dihuni manusia sehingga suatu
ketika telah memenuhi unsur-unsur terbentuknya negara. Contohnya Mesir yang
terbentuk dari delta Sungai Nil.
F. Cessie (penyerahan)
Terjadi saat sebuah wilayah diserahkan kepada negara lain atas suatu perjanjian tertentu.
Contohnya Wilayah Sleeswijk diserahkan oleh Austria kepada Prusia (Jerman), karena
ada perjanjian bahwa negara yang kalah perang harus memberikan negara yang
dikuasainya kepada negara yang menang. Austria adalah salah satu negara yang kalah
dalam Perang Dunia I.
G. Fusi (peleburan)
Terjadi ketika negara-negara kecil mendiami sebuah wilayah, mengadakan perjanjian /
kesepakatan untuk saling melebur menjadi sebuah negara baru atau dapat dikatakan
suatu penggabungan dua atau lebih Negara menjadi Negara baru. Contohnya
terbentuknya Federasi negar Jerman pada tahun 1871, yaitu Jerman Barat-Jerman Timur.
H. Occupatie (pendudukan)
Terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai, kemudian diduduki
dan dikuasai oleh suku atau kelompok tertentu 聽 dan didirikan negara diwilayah itu.
Contohnya Liberia adalah daerah kosong yang dijadikan negara oleh para budak Negro
yang dimerdekakan oleh Amerika. Liberia dimerdekakan pada tahun 1847.
3. Secara Teoritis
Terdapat beberapa teori tentang terbentuknya suatu negara secara teoritis, yaitu sebagai
berikut.
B. Teori kekuatan
Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari komunikasi yang kuat terhadap
kelompok yang lemah, Negara terbentuk dengan penaklukan dan pendudukan. Dengan
penaklukan dan pendudukan dari suatu kelompok etnis yang lebih kuat terhadap
kelompok etnis yang lebih lemah, dimulailah proses pembentukan Negara. Penganut teori
ini adalah H.J. Laski, L. Duguit, Karl Marx, Oppenheimer dan Kollikles.
C. Teori Ketuhanan
Sesuai dengan namanya, teori ini dipengaruhi oleh paham keagamaan. Dan karena itulah,
teori Ketuhanan tentang terbentuknya suatu negara didasari anggapan bahwa negara
terbentuk atas dasar keinginan Tuhan. Hal ini berdasarkan atas asas kepercayaan bahwa
segala sesuatu berawal dari Tuhan dan berjalan sesuai kehendak Nya. Menurut teori ini,
Tuhanlah yang menciptakan negara sehingga negara dianggap penjelmaan kekuasaan
Tuhan. Akibatnya timbullah paham bahwa Raja atau Penguasa adalah pilihan Tuhan
untuk memerintah sehingga Raja memiliki kekuasaan mutlak pada suatu negara atau
kerajaan. Contohnya Inggris Raya pada zaman kerajaan. Penganut teori ini adalah
Agustinus, Yulius Stahi, Haller, Kranenburg dan Thomas Aquinas.
D. Teori historis
Teori histori evolusionistis (gradualistic theory) merupakan teori yang mengemukakan
bahwa lembaga-lembaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan manusia.
Baca Juga :聽 Uniknya Bandara Gibraltar, miliki Jalan Raya Ditengah Landasan Pacu
E. Teori Organis
Para penganut teori ini berpendapat bahwa negara adalah suatu organisme, selayaknya
makhluk hidup. Individu yang menjadi komponen negara diibaratkan sebagai sel-sel
makhluk hidup itu. Kehidupan corporal dari Negara dapat disamakan sebagai tulang
belulang manusia, undang-undang sebagai urat syaraf, raja (kaisar) sebagai kepala dan
para individu sebagai daging makhluk itu.
Negara merupakan organisasi yang punya kewenangan luas untuk mengatur hal yang
berhubungan dengan masyakarat dan punya kewajiban untuk mensejahterakan,
mencerdaskan, dan melindungi kehidupan rakyat.
Sejak SMP sebagian dari sobat pasti sudah mengenal tentang Unsur - Unsur Negara,
namun pada kesempatan kali ini kita akan mengulas ulang dan membahasnya secara
mendetail mengenai unsur unsur terbentuknya suatu negara.
Unsur terbentuknya suatu negara terdiri dari dua bagian, yaitu unsur konstitutif (pokok)
dan unsur deklaratif.
Unsur konstitutif (pokok) ialah unsur yang paling penting, karena berperan
sebagai syarat wajib yang harus dimiliki oleh calon negara.
Unsur deklaratif ialah unsur tambahan yang boleh-boleh saja tidak dimiliki oleh
suatu negara.
Berkaitan dengan unsur negara, pada tahun 1933 terdapat suatu konvensi yang
mengatur tentang apa-apa yang wajib dimiliki untuk membentuk suatu negara, konvensi
tersebut disebut dengan Konvensi Montevideo.
Kita semua tahu bahwa tiap negara memiliki unsur-unsur pembentuknya, katakanlah
unsur ini sebagai bagian terkecil untuk membentuk suatu negara. Nah unsur-unsur ini
pada tahun 1933 telah dirumuskan dan disepakati (dihasilkan) dalam Konvensi
Montevideo, dimana konferensi ini merupakan konferesi antara negara-negara Amerika
yang berlangsung di Montevideo (Ibu kota Uruguay). Berdasarkan hasil konvensi
ini, unsur-unsur berdirinya suatu negara adalah sebagai berikut:
1. Penghuni (penduduk/rakyat).
2. Wilayah.
3. Kekuasaan tertinggi (pemerintah yang berdaulat).
4. Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain.
5. Pengakuan dari negara lain.
Keempat unsur pertama disebut unsur konstitutif atau unsur pembentuk yang harus
terpenuhi agar terbentuk negara, sedangkan unsur yang kelima disebut unsur
deklaratif yakni unsur yang sifatnya menyatakan, bukan unsur mutlak artinya jika unsur
konsitutif sudah terpenuhi maka suatu negara bisa tidak memerlukan unsur deklaratif.
Unsur konstitutif merupakan syarat wajib atau unsur pokok yang harus dimiliki calon
negara agar bisa menjadi negara. Jika salah satu unsur pokok di bawah ini tidak
terpenuhi maka negara tersebut belum bisa menjadi negara seutuhnya, namun jika unsur
konsitutif sudah terpenuhi maka suatu negara bisa saja tidak memerlukan unsur deklaratif
untuk menjadi sebuah nagara yang utuh.
1. Penghuni (penduduk/rakyat)
Rakyat merupakan semua orang yang ada di wilayah suatu negara dan taat pada
peraturan di negara tersebut. Berdasarkan hal tersebut, keberadaan rakyat merupakan
unsur penting bagi terbentuknya sebuah negara.
Rakyat sendiri dikategorikan menjadi penduduk dan bukan penduduk serta warga negara
dan bukan warga negara.
Penduduk merupakan orang-orang yang berdomisili atau menetap dalam suatu
negara.
Bukan penduduk merupakan orang yang sementara waktu berada dalam suatu
negara, contohnya para turis.
Warga negara merupakan orang-orang yang berdasarkan hukum menjadi
anggota suatu negara.
Bukan warga negara ialah orang-orang yang berada dalam suatu negara, tetapi
secara hukum tidak menjadi anggota negara yang bersangkutan, namun tunduk pada
pemerintahan dimana mereka berada, contohnya duta besar.
Jadi, unsur yang pertama (penghuni) adalah harus ada rakyat dulu.
2. Wilayah
Setelah rakyat, unsur berikutnya yang membentuk suatu negara adalah wilayah. Unsur
wilayah adalah hal yang amat penting untuk menunjang pembentukan suatu negara.
Tanpa adanya wilayah, mustahil sebuah negara bisa terbentuk. Wilayah inilah yang akan
ditempati oleh rakyat dan penyelenggaraan pemerintahan. Wilayah suatu negara
merupakan kesatuan ruang yang meliputi daratan, lautan, udara, dan wilayah
ekstrateritorial.
Daratan: Daratan ialah tempat bermukimnya warga atau penduduk suatu Negara.
Wilayah daratan suatu Negara, mempunyai batas-batas tertentu yang diatur oleh hukum
Negara dan perjanjian dengan Negara tetangga.
Udara: udara merupakan seluruh ruang yang berada di atas batas wilayah suatu
Negara, baik daratan ataupun lautan.
Lautan: Lautan merupakan wilayah suatu Negara yang terdiri atas laut teritorial,
zona tambahan, ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif), dan landasan benua (kontinen). Laut
teritorial suatu Negara merupakan batas sepanjang 12 mil laut diukur dari garis pantai.
Zona tambahan yaitu 12 mil dari garis luar lautan teritorial atau sekitar 24 mil dari garis
pantai suatu Negara. ZEE merupakan wilayah lautan sepanjang 200 mil laut diukur dari
garis pantai. Sedangkan, landasan benua ialah wilayah lautan yang terletak di luar
teritorial, berjarak sekitar 200 mil laut diukur dari garis pantai yang meliputi dasar laut dan
daerah dibawahnya.
Ekstrateritorial: Wilayah ekstrateritorial suatu Negara ialah tempat di mana
menurut hukum internasional diakui sebagai wilayah kekuasaan suatu Negara meskipun
letaknya berada di Negara lain. Contohnya, kantor kedutaan besar Indonesia di luar
negeri disebut sebagai wilayah ekstrateritorial Indonesia.
Unsur deklaratif merupakan unsur tambahan dalam terbentuknya suatu negara, karena
jika unsur konsitutif sudah terpenuhi maka suatu negara bisa tidak memerlukan unsur
deklaratif. Namun tetap saja unsur deklaratif ini adalah suatu hal yang penting dalam
terbentuknya negara.
Pada bentuk negara serikat (federasi) hal yang berkaitan dengan keuangan, keamanan,
dan peradilan biasanya diurus oleh pemerintah federal. Contoh negara federasi adalah
Amerika Serikat, Argentina, Kanada, Australia, Swiss dan Afrika Selatan adalah contoh
negara serikat (federasi), Selain itu bentuk negara malaysia adalah federasi yang juga
menjadi contoh negara federasi. Perlu diketahui juga bahwa negara-negara bagian ini
tidak selalu mempunyai nama yang sama. Di Afrika Selatan, negara bagian bernama
provinsi seperti juga halnya dengan Kanada dan Argentina. Di Swiss, namanya lander
atau canton.
Setiap bentuk negara memiliki cirinya masing-masing. Begitu pula dengan bentuk negara
federasi. Di bawah ini adalah beberapa ciri dari negara federasi.
Masing-masing negara bagian boleh membuat dasar hukumnya sendiri. Meski
demikian, dasar hukum dan peraturan yang dibuat oleh negara bagian harus selaras
dengan dasar hukum dari negara federal.
Masing-masing negara bagian mempunyai pemerintahan sendiri termasuk kepala
negara beserta kabinetnya, serta anggota parlemen.
Masing-masing negara bagian boleh mempunyai bendera negara bagiannya
sendiri.
Negara federal memiliki kedaulatan keluar dan ke dalam negara bagian atau yang
disebut dengan limitatif. Ini juga menegaskan bahwa negara bagian tidak memiliki
kedaulatan, tetapi kekuasaan sebenarnya tetaplah dimiliki oleh negara bagian.
2. Negara Kesatuan
Bentuk negara kesatuan merupakan bentuk negara terbanya di seluruh dunia, jumlahnya
sekitar separuh Negara di dunia. Undang-undang dasar negara kesatuan memberikan
kekuasaan penuh kepada pemerintahan pusat untuk melaksanakan kegiatan hubungan
luar negeri.
Sebuah negara kesatuan betapapun luas otonomi yang dimiliki oleh propinsi-propinsinya,
masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan luar negeri merupakan wewenang
pemerintah pusat dan daerah pada prinsipnya tidak boleh berhubungan langsung dengan
negara luar. Indonesia, Jepang dan Prancis adalah contoh negara kesatuan dan bentuk
negara semacam ini biasanya tidak menimbulkan kesulitan dalam hubungan
internasional.
Setiap bentuk negara memiliki cirinya masing-masing. Begitu pula dengan bentuk negara
Kesatuan. Di bawah ini adalah beberapa ciri dari negara Kesatuan.
Masing-masing negara kesatuan di dunia hanya memiliki satu bendera dan satu
Undang-Undang Dasar sebagai dasar hukumnya.
Negara kesatuan hanya mempunyai satu pemerintah pusat dengan beberapa
daerah kekuasaan di bawahnya.
Dalam pemerintahan negara kesatuan hanya memiliki 1 dewan perwakilan rakyat.
Negara kesatuan hanya membuat satu kebijakan yang berkaitan dengan bidang
politik, sosial, ekonomi, dan keamanan.
Meskipun terbentuk dari gabungan beberapa negara, negara konfederensi tidak sama
dengan negara federal. Negara-negara yang tergabung dalam konfederasi memiliki
kedaulatan penuh, sedangkan negara-negara bagian yang tergabung dalam negara
federal tidak berdaulat.
Untuk diketahui negara dengan bentuk konfederasi hanya bertahan sampai abad 19 saja.
Negara yang dulunya berbentuk konfederasi lama kelamaan beralih ke bentuk federal,
contohnya negara Swiss. Negara tersebut dulunya berbentuk konfederasi, tetapi sejak
tahun 1848 Swiss cenderung menggunakan sistem federal dimana hubungan
internasional diselenggarakan oleh pemerintah pusat.
4. Negara Netral
Bentuk negara yang selanjutnya yakni negara netral. Negara netral adalah negara yang
membatasi dirinya untuk tidak melibatkan diri dalam berbagai sengketa yang terjadi
dalam masyarakat internasional. Netralitas ini mempunyai beberapa arti dan haruslah
dibedakan pengertian netralitas tetap, netralitas sewaktu-waktu dan politik netral
(netralitas positif).
Netralitas tetap adalah negara yang netralitasnya dijamin dan dilindungi oleh
perjanjian-perjanjian internasional seperti Swiss dan Austria,
Netralitas sewaktu-waktu adalah sikap netral yang hanya berasal dari kehendak
negara itu sendiri (self imposed) yang sewaktu-waktu dapat ditanggalkannya. Swedia
misalnya, selalu mempunyai sikap netral dengan menolak mengambil ikatan politik
dengan blok kekuatan manapun. Tiap kali terjadi perang, Swedia selalu menyatakan
dirinya netral yaitu tidak memihak kepada pihak-pihak yang berperang. Netralitas Swedia
tidak diatur oleh perjanjian-perjanjian internasional, tetapi dalam kebijaksanaan yang
sewaktu-waktu dapat saja ditanggalkannya. Dengan berakhir perang dingin, Swedia dan
juga Finlandia ikut menjadi anggota Uni Eropa semenjak 1 Januari 1985.
Politik netral atau netral positif yang kebijaksanaannya dianut oleh negara-negara
berkembang terutama yang tergabung dalam gerakan non blok. Negara-negara tersebut
bukan saja tidak memihak kepada blok-blok kekuatan yang ada tetapi juga dengan bebas
memberikan pandangan dan secara aktif mengajukan saran dan usul penyelesaian atas
masalah-masalah yang dihadapi dunia demi tercapainya keharmonisan dan
terpeliharanya perdamaian dalam masyarakat internasional.
Negara netral juga memiliki tiga segi yang menjadi dasar-dasar politiknya. Ketiga segi
tersebut tediri dari:
Segi sosiologis, Dalam segi sosiologis dijelaskan bahwa negara netral menilai
segala sesuatu secara objektif demi terwujudnya keseimbangan dan perdamaian. Hal
tersebut merupakan suatu kewajiban sosial yang bersumber dari latar belakang negara
yang bersangkutan.
Segi yuridis, Dalam segi yuridis dijelaskan bahwa negara yang bersifat netral
mempunyai instrumen hukum yang membahas tentang pengakuan negara-negara lain
atas peran Indonesia dalam gerakan non blok netralitas tersebut.
Segi politik, Dalam segi politik ini dijelaskan bahwa negara netral tetap merupakan
negara menjalankan politik secara seimbang dan melindungi negara tertentu agar tidak
diperebutkan oleh negara besar lainnya.
5. Trustee (perwalian)
Trustee adalah wilayah jajahan dari negara-negara yang kalah perang dalam perang
Dunia II dan berada di bawah naungan Dewan Perwalian PBB serta negara yang menang
perang. Pemerintahan di daerah trustee melibatkan Dewan Perwalian PBB dengan tujuan
untuk mempertinggi kemajuan dalam bidang ekonomi, politik, sosial, pendidikan rakyat di
daerah tersebut menuju ke arah pemerintah sendiri. Hal ini selaras dengan hak
menentuan nasib sendiri. Tujuan utama sistem perwalian ialah untuk meningkatkan
kemajuan wilayah perwalian menuju pemerintahan sendiri.
Contohnya, Papua Nugini merupakan negara bekas negara jajahan Inggris berada
dibawah naungan PBB sampai dengan tahun 1975. Kemudian contoh berikutnya adalah
mikronesia yang merupakan negara trustee terakhir yang pada tahun 1994 dilepas
Dewan Perwalian PBB.
Dalam Piagam PBB dicantumkan bahwa yang termasuk trustee adalah sebagai berikut:
1. Daerah yang dengan suka rela dilepaskan oleh negara yang menguasainya.
2. Daerah yang dilepaskan oleh negara yang kalah perang dalam PD II.
3. Daerah mandat yang lahir berdasarkan Perdamaian ersailles.
7. Protektorat
Protektorat adalah suatu negara yang berada di bawah lindungan negara lain yang kuat.
Umumnya, negara yang dilindungi tidak dianggap berdaulat dan tidak merdeka. Hal-hal
yang berhubungan dengan luar negeri dan pertahanan negara diserahkan pada negara
perlindungnya. Contoh negara bentuk protektorat adalah Maroko, Uni Indo-Cina (Vietnam,
Kamboja dan Laos) sebelum merdeka merupakan protektorat dari Prancis. Menurut
Samidjo, SH, Protektorat dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:
1. Protektorat internasional adalah jika sebuah negara merupakan subyek hukum
internasional.聽 Contohnya, Mesir pada saat menjadi protektorat Turki pada tahun
1917 dan Zanzibar pada saat menjadi protektorat Inggris tahun 1890.
2. Protektorat Kolonial adalah protektorat yang menyerahkan urusan hubungan
luar negeri, pertahanan dan keamanan, serta dalam negeri pada negara
perlindungnya. 聽 Negara protektorat kolonial tidak menjadi subyek hukum
internasional. Contoh: Brunei Darussalam sebelum merdeka merupakan negara
protektorat Inggris.
8. Dominion
Dominion adalah bentuk negara yang hanya terdapat dalam sejarah ketatanegaraan
Inggris. Bentuk negara ini mula-mula merupakan tanah jajahan Inggris, namun sekarang
sudah menjadi negara merdeka dan berdaulat dalam suatu gabungan negara yang diberi
nama "The British Commonwealth of Nation".
Dalam perkembangan zaman, ada beberapa negara jajahan Inggris yang merdeka
dengan status dominion seperti India dan Pakistan (meskipun sekarang dua negara
tersebut telah mengubah bentuk pemerintahan menjadi republik).
Akhirnya, bentuk dominion pun menjadi hilang. Karena yang duduk dalam The British
Commonwealth of Nation tidak hanya negara dominion saja maka The British
Commonwealth of Nation diubah menjadi Commonwealth of Nation. Anggota-anggota
negara persemakmuran itu antara lain Inggris, Malaysia, Selandia Baru, Afrika Selatan,
Australia, Kanada dan India.
9. Mandat
Negara mandat merupakan sebuah negara yang awalnya adalah jajahan dari negara
yang kalah dalam Perang Dunia I yang kemudian diletakkan di bawah perlindungan suatu
negara yang menang perang dengan pengawasan dari Dewan Mandat Liga
Bangsa-Bangsa. Ketentuan-ketentuan tentang pemerintahan perwalian ini telah
ditentukan dalam suatu perjanjian di Versailles. Contohnya, Kamerun merupakan negara
bekas jajahan Jerman menjadi mandat Prancis.
Meskipun berbentuk negara kecil, Negara-negara kecil ini semua mempunyai unsur
konstitutif seperti yang dipersyaratkan oleh hukum internasional untuk pembentukan
suatu negara. Walaupun semua negara-negara kecil ini merupakan negara-negara yang
merdeka dan berdaulat, tidak semuanya sanggup melaksanakan kedaulatan keluarnya,
seperti mempunyai perwakilan diplomatik dan konsuler dengan negara-negara lain atau
menjadi anggota organisasi-organisasi internasional. Pertimbangan terutama adalah
karena mahalnya biaya pembukaan misi perwakilan tetap di luar negeri, kekurangan
personalia dan beratnya beban pembayaran kontribusi wajib pada organisasi-organisasi
internasional.
Negara-negara kecil juga tidak memiliki angkatan bersenjata dan pertahanan nasionalnya
diserahkan kepada negara tetangga.聽 Tentu saja dengan catatan negara-negara kecil itu
harus memiliki kebijaksanaan luar negeri yang tidak bersebrangan dengan negara
tetangganya.
Identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi
sendiri, kelompok sendiri, golongan sendiri, komonitas sendiri, atau Negara sendiri.
Mengacu kepada pengertian ini, identitas tidak terbatas pada individu semata tetapi
berlaku pula pada suatu golongan.
Dari pengertian "identitas" dan pengertian "nasional" diatas, maka Pengertian Identitas
Nasional adalah suatu ciri yang dimiliki sebuah bangsa, secara fisiologi yang
membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lainnya. Berdasarkan pengertian
tersebut maka setiap bangsa di dunia ini akan mempunyai identitas sendiri-sendiri sesuai
dengan keunikan, ciri-ciri, sifat, serta karakter dari bangsa tersebut. Identitas nasional
sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis.
Dari pengertian identitas nasional diatas, kita juga dapat mengartikan Pengertian Identitas
Nasional dalam lingkup bangsa indonesia. Pengertian Identitas Nasional dalama
lingkup bangsa indonesia adalah kumpulan nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam beragam aspek kehidupan dari ratusan suku yang dihimpun dalam
satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan acuan pancasila dan
Bhineka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya.
Hakikat Identitas Nasional kita sebagai bangsa di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam penataan kehidupan
kita dalam arti yang luas, misalnya di dalam aturan perundang-undangan atau moral yang
secara normatif diterapkan diterapkan di dalam bermasyarakat atau berinteraksi, baik itu
di dalam tataran nasional ataupun internasional.
Dengan demikian nilai-nilai budaya yang tercermin di dalam identitas nasional tersebut
bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan domatis,
melainkan sesuatu yang terbuka yang cenderung terus-menerus bersemi karena adanya
hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat. Konsekuensi dan implikasinya
adalah identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk ditafsir dengan diberi
makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang
dalam masyarakat.
1. Suku bangsa
Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir),
yang sama coraknya dengan golongan jenis kelamin dan umur. Di Indonesia terdapat
banyak sekali kelompok etnis atau suku bangsa dengan tidak kurang 300 dialeg bangsa.
2. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya
adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif dipakai
oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan digunakan sebagi rujukan serta pedoman untuk bertindak (dalam bentuk
kelakuan serta benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
3. Agama
Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yan tumbuh
dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu dan
Kong Hu Cu. Agama Kong H Cu pada masa orde baru belum diakui sebagai agama resmi
negara. Namun sejak pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi
negara dihilangkan.
4. Bahasa
Bahasa merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional. Dalam hal ini,
bahasa dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas
unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi
antarmanusia.
Dari 4 unsur unsur identitas nasional di atas, dapat dirumuskan pembagiannya menjadi
tiga bagian yaitu:
1. Identitas Fundamental, yaitu pancasila sebagai falsafat bangsa, dasar negara
dan ideologi negara.
2. Identitas Instrumental, yaitu berisi UUD 1945 dan tata perundang-undangannya.
Dalam Identitas instrumental ini, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia,
bendera negara Indonesia adalah merah putih, lambang negara Indonesia adalah
Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika., lagu kebangsaan
Indonesia yakni Indonesia Raya.
3. Identitas Alamiah, yaitu meliputi negara kepulauan dan pluralisme dalam suku,
budaya, bahasa dan agama serta kepercayaan.
Unsur-Unsur Identitas Nasional Indonesia
Unsur-Unsur Identitas Nasional Indonesia
Identitas nasional Indonesia adalah ciri-ciri yang dapat membedakan negara Indonesia
dengan negara lain. Identitas nasional Indonesia dibuat serta disepakati oleh para pendiri
bangsa Indonesia. Identitas nasional Indonesia tercantum dalam konstitusi Indonesia
yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 35-36C. Identitas nasional yang
menunjukkan jati diri Indonesia antaralain adalah sebagai berikut:
Secara umum wawasan nusantara juga dapat diartikan sebagai cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk geografinya berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Dalam pelaksanannya, wawasan nusantara mengutamakan kesatuan wilayah serta
menghargai kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional.
Penerapan atau Implementasi wawasan nusantara menjadi pola yang mendasari cara
berpikir, bertindak dan bersikap dalam rangka mangatasi bermacam masalah
menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara indonesia.
Implementasi wawasan nusantara senantiasa mengutamakan kepentingan rakyat dan
wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh.
Bahkan, porsi daerah ditambah lagi dengan adanya "Dana Alokasi Umum" yang
dialokasikan untuk daerah-daerah dengan perimbangan tertentu, yang jumlah totalnya
adalah 25% dari penerimaan dalam negeri APBN, sebagai perimbangan.
Baca Juga :聽
Dengan dilaksanakannya pemerataan dana di setiap daerah, maka kemajuan masyarakat
daerah akan semakin pesat dan merata di semua daerah dan juga tujuan Negara untuk
mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia lebih mudah cepat tercapai
Dari pengertian identitas nasional diatas, kita juga dapat mengartikan Pengertian Identitas
Nasional dalam lingkup bangsa indonesia. Pengertian Identitas Nasional dalama
lingkup bangsa indonesia adalah kumpulan nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam beragam aspek kehidupan dari ratusan suku yang dihimpun dalam
satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan acuan pancasila dan
Bhineka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya.
Dengan demikian nilai-nilai budaya yang tercermin di dalam identitas nasional tersebut
bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan domatis,
melainkan sesuatu yang terbuka yang cenderung terus-menerus bersemi karena adanya
hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat. Konsekuensi dan implikasinya
adalah identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk ditafsir dengan diberi
makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang
dalam masyarakat.
1. Suku bangsa
Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir),
yang sama coraknya dengan golongan jenis kelamin dan umur. Di Indonesia terdapat
banyak sekali kelompok etnis atau suku bangsa dengan tidak kurang 300 dialeg bangsa.
2. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya
adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif dipakai
oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan digunakan sebagi rujukan serta pedoman untuk bertindak (dalam bentuk
kelakuan serta benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
3. Agama
Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yan tumbuh
dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu dan
Kong Hu Cu. Agama Kong H Cu pada masa orde baru belum diakui sebagai agama resmi
negara. Namun sejak pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi
negara dihilangkan.
4. Bahasa
Bahasa merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional. Dalam hal ini,
bahasa dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas
unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi
antarmanusia.
Dari 4 unsur unsur identitas nasional di atas, dapat dirumuskan pembagiannya menjadi
tiga bagian yaitu:
1. Identitas Fundamental, yaitu pancasila sebagai falsafat bangsa, dasar negara
dan ideologi negara.
2. Identitas Instrumental, yaitu berisi UUD 1945 dan tata perundang-undangannya.
Dalam Identitas instrumental ini, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia,
bendera negara Indonesia adalah merah putih, lambang negara Indonesia adalah
Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika., lagu kebangsaan
Indonesia yakni Indonesia Raya.
3. Identitas Alamiah, yaitu meliputi negara kepulauan dan pluralisme dalam suku,
budaya, bahasa dan agama serta kepercayaan.
Untuk ekonomi mikro, teori yang akan dijabarkan ialah berkaitan interaksi di pasar barang,
tingkah laku pembeli dan penjual, dan interaksi di pasaran faktor produksi. Sementara
untuk ekonomi makro, teori yang akan dijabarkan yaitu penentuan kegiatan
perekonomian, inflasi, masalah pengangguran dan peranan kebijakan pemerintah. Mari
langsung saja kita bahas mulai dari Pengertian, Perbedaan dan Contoh Ekonomi Makro.
Berdasarkan pola dan ruang lingkung analisisnya, Analisis ekonomi makro merupakan
analisis secara agregat terhadap keseluruhan kegiatan perekonomian. Analisisnya
bersifat umum dan tidak memerhatikan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh unit-unit
kecil dalam perekonomian.
Aspek Teori Ekonomi Makro
Beberapa aspek yang dapat dipelajari dalam teori ekonomi makro adalah sebagai berikut.
a. Penentuan kegiatan perekonomian
Analisis ini menerangkan tentang sampai di mana suatu perekonomian akan
menghasilkan barang dan jasa. Berdasarkan pandangan Keynes, analisis makro ekonomi
menunjukkan bahwa tingkat kegiatan perekonomian ditentukan oleh pengeluaran agregat
dalam perekonomian. Analisis makro ekonomi merincikan pengeluaran agregat kepada 4
komponen meliputi:
Pengeluaran rumah tangga (biasa disebut konsumsi)
Pengeluaran perusahaan-perusahaan (juga disebut investasi)
Pengeluaran pemerintah
Ekspor dan impor
Kebijakan fiskal adalah upaya pemerintah dalam mengubah struktur dan jumlah pajak
dan pengeluarannya dengan maksud untuk memengaruhi tingkat kegiatan perekonomian.
Sedangkan kebijakan moneter adalah langkah pemerintah dalam memengaruhi jumlah
uang dalam perekonomian atau mengubah suku bunga dengan tujuan mengatasi
masalah perekonomian yang dihadapi.
Baca Juga :聽 4 Sistem Ekonomi Yang Pernah Dianut oleh Indonesia, Lengkap Pejelasan
Keadaan ini akan menimbulkan pengangguran. Ada kalanya permintaan agregat melebihi
kemampuan perekonomian untuk memproduksi barang dan jasa. Keadaan ini
menyebabkan kenaikan harga-harga atau inflasi.
Isu pokok yang dianalisis dalam teori mikro ekonomi adalah bagaimana cara
menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia secara efisien agar kemakmuran
masyarakat bisa dimaksimalkan. Analisis ini dibuat berdasarkan pemikiran bahwa:
kebutuhan dan keinginan masyarakat adalah terbatas, dan
kemampuan faktor-faktor produksi menghasilkan barang dan jasa guna
memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat adalah terbatas.
Teori ekonomi mikro bertitik tolak kepada pemisalan bahwa faktor-faktor produksi yang
tersedia selalu sepenuhnya digunakan. Kondisi ini mendorong masyarakat untuk
memikirkan cara yang paling efisien dalam menggunakan faktor-faktor produksi.
Jadi yang dimaksud teori ekonomi mikro adalah teori yang mempelajari tentang perilaku
ekonomi seseorang dalam pengambilan keputusan individu atau perorangan.
Unit analisis
Dalam Ekonomi Makro membahas tentang kegiatan ekonomi secara keseluruhan
atau agregat. Contohnya inflasi, deflasi, pendapatan nasional, pertumbumhan ekonomi
dan investasi.
Dalam Ekonomi Mikro membahas tentang kegiatan ekonomi secara individual /
perorangan. Contohnya permintaan dan penawaran konsumen, perilaku konsumen,
perilaku produsen, pasar, biaya dan laba atau rugi dari sebuah perusahaan
Tujuan analisis
Ekonomi Makro lebih memfokuskan terhadap tujuan analisis tentang pengaruh
kegiatan ekonomi yang dilakukan terhadap perekonomian yang terjadi secara
keseluruhan.
Ekonomi Mikro lebih memfokuskan terhadap tujuan analisis tentang cara
mengalokasikan sumber daya yang dimiliki agar dapat tercapai kombinasi yang tepat.
Alasan utaman diberlakukannya Sistem Ekonomi Etatisme adalah karena kegagalan dari
sistem ekonomi liberal yang mengakibatkan pengusaha pribumi masih lemah dan tidak
mampu bersaing dengan pengusaha nonpribumi, khususnya pengusaha Cina, Namun
sama seperti sistem ekonomi Liberal, sistem ekonomi Etatisme juga dinilai belum dapat
memperbaiki masalah finansial di Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya hambatan
terhadap pengusaha pribumi untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan yang telah
ditinggalkan oleh kaum penjajah.
Baca Juga : Arti dan Makna Lambang dan Simbol Negara (Lengkap)
Sistem ekonomi campuran mulai dianut oleh bangsa Indonesia pada tahun 1967sampai
dengan 1998. Sistem ekonomi ini cukup lama bertahan di Indonesia karena dirasa dapat
mengontrol Inflasi atau lonjakan harga barang secara drastis dan berlangsung secara
berkesinambungan.
Menurut Keynes, kebijakan fiskal amat penting untuk mengurangi angka pengangguran
yang relatif serius. Melalui kebijakan ini pengeluaran agregat bisa ditambah dan langkah
ini akan menaikkan angka pendapatan nasional dan tingkat penyerapan tenaga kerja.
Dengan adanya inflasi, harga menjadi naik karena uang lebih banyak dibandingkan
dengan barang, sedangkan kebijakan surplus menekankan pengeluaran pemerintah yang
pada gilirannya juga menekan dan mengurangi permintaan barang dan jasa secara
agregat (total). Hal inilah yang kemudian bisa menurunkan angka inflasi.
Kebijakan anggaran defisit ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Untuk mengukur anggaran defisit ada empat cara. Yaitu dapat dihitung dengan:
1. Defisit primer, yaitu selisih belanja diluar pembayaran pokok dan bunga utang
dengan pendapatan total.
2. Defisit konvensional, yaitu perhitungan defisit berdasarkan selisih belanja total
dan pendapatan total, termasuk hibah.
3. Defisit operasional, yaitu perhitungan anggaran defisit yang diukur dalam nilai riil
dan bukan dalam nilai nominal.
4. Defisit moneter, yaitu selisih belanja total pemerintah diluar pembayaran pokok
atau utang dengan pendapatan total di luar penerimaan utang.
Contoh : Kebijakan diskonto ini dikeluarkan jika bank sentral telah menghitung dan
mengindikasikan jumlah uang yang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala inflasi).
Sehingga agar jumlah uang yang beredar stabil (jumlah uang yang beradar sama dengan
jumlah barang dan jasa di pasar) maka pihak bank sentral menaikkan suku bunga Bank
agar masyarakat berduyun-duyun menabungkan uangnya.
Contoh : Bank Indonesia melelang sertifikatnya, atau bisa juga membeli surat-surat
berharga di pasar modal.
Contoh : Pemberian kredit moneter ketat didasari oleh 5C, yaitu Capital, Collateral,
Capability, Character, dan Condition of Economy.
Contoh : Kebijkan cadangan kas dilakukan dengan cara menahan atau melarang
sebagian dari tabungan dan uang masyarakat (giro, deposito, sertifikat deposito dll) untuk
dipinjamkan.
Contoh : Isi pengumuman tersebut bisa berupa larangan atau ajakan untuk menahan
pinjaman tabungan maupun melepaskan pinjaman.
Pembangunan nasional dimulai dari, oleh, dan untuk rakyat, dan dilaksanakan dalam
bidang sosial, ekonomi, budaya dan politik serta pertahanan. Pembangunan nasional
pada hakikatnya memerlukan keselarasan antara masyarakat dan pemerintah.
Masyarakat merupakan aktor utama dalam pembangunan sedangkan pemerintah
memiliki kewajiban untuk membimbing dan mengarahkan, serta menciptakan suasana
yang kondusif bagi warganya. Pembangunan nasioanal sejatinya telah dilakukan sejak
zaman Orde Lama, Orde Baru sampai era Reforasi untuk terus mendorong kesejahteraan
dan kemajuan bangsa kelevel yang lebih baik.
Pada kesempatan kali ini kita akan menjabarkan secara jelas pembangunan nasional
yang telah berlangsung pada era orde lama, orde baru dan era reformasi. Berikut
penjelasan lengkapnya.
Era Orde lama dimulai dari tahun 1959 - 1967 yang dipimpin oleh presiden soekarno.
pembangunan pada era ini di gagas oleh MPR Sementara (MPRS) yang menetapkan tiga
ketetapan yang dijadikan dasar perencanaan nasional
1. Pertama : TAP MPRS No.I/MPRS/1960 yang berisi mengenai Manifesto Politik
republik Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara
2. Kedua : TAP MPRS No.II/MPRS/1960 yang berisi mengenai Garis-Garis Besar
Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1961-1969
3. Ketiga : TAP MPRS No.IV/MPRS/1963 yang berisi mengenai
Pedoman-Pedoman Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan
Pembangunan
Dengan dasar diatas membuka babak baru untuk membuka peluang dalam
pembangunan indonesia dalam memciptakan suasana indonesia yang lebih kondusif,
aman, damai dan sejahtera.
Proses rekontruksi dan rehabilitasi yang telah diamanatkan MPRS memiliki tujuan utama
dalam hal perubahan perekonomian untuk pembangunan nasional yang telah mengalami
penurunan drastis yang berakibat pada kemiskinan dan kerugian setelah masa
penjajahan oleh bangsa belanda.
Pada tahun 1960 - 1965 proses pembangunan mulai menemukan titik permasalahan
dengan kondisi politik yang carut marut sehingga mengakibatkan perhatian pemerintah
tidak maksimal lagi pada perekonomian indonesia khususnya dalam memperbaiki tingkat
ekonomi massyarakat. pada masa itu pemerintah indonesia mengalami titik terendah
dalam perekonomian. persediaan bahan pangan sangat menipis sementara pemerintah
tidak dapat mengimpor beras serta kebutuhan pokok yang lain sehingga mengakibatkan
harga barang naik drastis hingga 650 persen pada th 1966. keadaan ini terus
berlangsung hingga pembangunan mengalami keterpurukan dan sampai akhirnya muncul
gerakan G-30-S/PKI dan berakhir dengan lengsernya presiden soekarno pada masa itu.
Pergantian Masa dari orde lama ke orde baru ditandai dengan peristiwa G-30-S/PKI pada
tanggal 1 maret 1966. saat itu Presiden Soekarno dituntut agar mau menandatangani
sebuah surat yang kemudian disebut "SUPERSEMAR", dimana inti dari surat tersebut
adalah presiden soekarno memerintahkan Jenderal Soeharto untuk melakukan segala
tindakan yang dibutuhkan untuk keberlangsungan negara dan melindungi soekarno
sebagai presiden saat itu. Surat yang disebut dengan supersemar itu kemudian diartikan
sebagai media pemberian wewenang terhadap Soeharto secara penuh.
Selanjutnya setelah tampuk kepemimpinan berada ditangan soeharto atau juga dikenal
era orde baru, soeharto melakukan upaya upaya rekontruksi terutama dalam bidang
politik, karena menurut beliau tanpa adanya rekontruksi politik negara ini tidak akan dapat
melakukan pembangunan. pada masa orde baru ini pembangunan nasional terus
berlangsung agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menciptakan
banyak lapangan kerja. hal ini terbukti dengan pendapatan perkapita yang meningkat
dibandingan pada masa orde lama.
Meski menuai beragam sukses, pembangunan yang ada pada masa orde baru juga
memiliki beberapa kelemahan. Adapun beberapa kelemahan pembangunan pada masa
orde baru adalah sebagai berikut:
1. Banyak industri yang bahan dasarnya dari luar negeri sehingga tidak memiliki
daya jual tinggi karena terlalu mahal hingga mengakibatkan bengkrutnya indusrti
tersebut.
2. Mengandalkan utang luar negeri untuk membiayai pembangunan dan menutup
defisit anggaran.
3. Akumulasi bunga utang luar negeri yang terus berkembang dan memberatkan
pemerintah.
4. Banyak muncul lembaga-lembaga keuangan yang kuat basis dananya dan
merugiakan Bank Indonesia.
5. Pembangunan yang kurang merata sehingga timbul kesenjangan antara daerah
satu dengan daerah lain.
Awalnya pembangunan yang ada pada pemerintahan orde baru menuai beragam pujian
sampai akhirnya krisi moneter menjadi penyebab runtuhnya masa pemerintahan orde
baru pada tahun 1997. sejak tahun itu kondisi ekonomi indonesia semakin terpuruk, krisis
yang terjadi di dunia dan diperparah dengan adanya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme atau
yang lebih dikenal dengan istilah KKN membuat ekonomi indonesia benar-benar hancur.
sehingga timbul kesenjangan dan kemiskinan yang memicu pada kerusuhan masyarakat.
akhirnya munculah gerakan demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. mereka
menuntut agar pemerintah segera melakukan perbaikan. kemudian pada tanggal 12 Mei
1998 terjadi demonstrasi besar besaran yang berakibat meninggalnya empat mahasiswa
Universitas Trisakti.
Pada awal bulan Maret 1998 melalui Sidang Umum MPR, Soeharto terpilih kembali
menjadi Presiden Republik Indonesia, serta melaksanakan pelantikan Kabinet
Pembangunan VII. Namun pada saat itu kondisi ekonomi tidak kunjung membaik.
Perekonomian mengalami kemerosotan dan masalah sosial semakin menumpuk. Kondisi
dan siutasi seperti ini mengundang keprihatinan rakyat.
Memasuki bulan Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai bergerak
menggelar demostrasi dan aksi keprihatinan yang menuntut turunya Soeharto dari kursi
kepresidenannya. Pada tanggal 12 Mei 1998 dalam aksi unjuk rasa mahasiswa
Universitas Trisakti, terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang menyebabkan
tertembaknya empat mahasiswa hingga tewas. Pada tanggal 19 Mei 1998 puluhan ribu
mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya berhasil menduduki
Gedung DPR/MPR. Pada tanggal itu pula di Yogyakarta terjadi peristiwa bersejarah.
Kurang lebih sejuta umat manusia berkumpul di alun-alun utara kraton Yogyakarta untuk
mendengarkan maklumat dari Sri Sultan Hamengku Bowono X dan Sri Paku Alam VII. Inti
isi dari maklumat itu adalah menganjurkan kepada seluruh masyarakat untuk menggalang
persatuan dan kesatuan bangsa.
Baca Juga :聽 4 Sistem Ekonomi Yang Pernah Dianut oleh Indonesia, Lengkap Pejelasan
Secara garis besar rencana dan program pembangunan pada era reformasi disebut
dengan PROPENAS (Program Pembangunan Nasional) sebagaimana repelita di era orde
baru. Perbedaan antara REPELITA dan PROPENAS ada pada sifat isinya. PROPENAS
lebih bersifat pada program-program mendasar serta mendesak, sedangkan REPELITA
lebih rinci persektor dan per departemen.
Berikut ini adalah lima program prioritas dari PROPENAS menurut UU nomor 25 tahun
2000.
1. Mewujudkan supremasi hukum serta pemerintahan yang baik.
2. Membangun sistem politik yang demokratis serta mempertahankan persatuan
dan kesatuan.
3. Peningkatan pembangunan daerah
4. Membangun kesejahteraan rakyat serta ketahanan kehidupan budaya dan
agama.
5. Mempercepat pemuliah ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan
berkelanjutan dan adil.
PENGERTIAN KOPERASI
Koperasi memiliki arti kerja sama. Kooperasi (cooperative) bersumber dari sebuah kata
Coopere (latin) co-operation yang berarti kerja sama. Secara umum Pengertian
Koperasi adalah sebuah badan usaha yang terdiri dari anggota dan setiap anggota
mendapat tugas dan tanggung jawab yang berbeda dan mempunyai prinsip koperasi
serta berdasar pada ekonomi rakyat sesuai dengan asas kekeluargaan yang tercantum
dalam Undang Undang Nomor 25 tahun 1992.
Selain ILO ada juga yang mendefinisikan koperasi dalam makna lain. Menurut Enriques,
pengertian koperasi adalah menolong satu sama lain (to help one another) atau saling
bergandengan tangan (hand it hand). Setelah pengertian koperasi, dibawah ini akan ada
banyak penjelasan tentang fungsi, tujuan dan jenis koperasi.
Tujuan Koperasi
Koperasi memiliki beberapa tujuan dimana tujuan tersebut ditujukan pada kepentingan
anggota dan bukan semata-mata untuk menimbun kekayaan. Berikut ini beberapa dari
tujuan dibentuknya koperasi, bukan hanya untuk anggota melainkan juga untuk
konsumen atau pelanggan, produsen dan usaha kecil.
1. Memberikan harga yang cukup tinggi bagi produsen.
2. Memperoleh barang dengan kwalitas baik namun dengan harga yang lebih
rendah bagi konsumen.
3. Memberikan modal usaha bagi usaha kecil dengan cicilan yang ringan
4. Mengadakan usaha bersama dengan usaha kecil
Fungsi koperasi
Dalam setiap organisasi memiliki peran dan fungsi tertentu begitujuga dengan koperasi.
Koperasi memiliki fungsi dan memiliki peran sebagai berikut:
1. Berperan aktif dalam rangka untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
kehidupan setiap anggota koperasi dan masyarakat
2. Mengembangkan kemampuan, potensi dan meningkatkan kesejahteraan sosial
ekonomi anggota koperasi khususnya dan masyarakat pada umumnya
3. Berusaha mengembangkan dan mewujudkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan
4. Memperkuat sektor perekonomian rakyat Indonesia sebagai dasar ketahanan
dan kekuatan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.
Sedangkan dalam sistem ekonomi Indonesia fungsi koperasi adalah sebagai berikut:
1. Koperasi adalah alat yang berguna untuk mensejahterakan rakyat
2. sebagai alat demokrasi nasional
3. sebagai landasan dasar perkonomian bangsa dan memperkokoh perekonomian
bangsa Indonesia.
Prinsip-Prinsip Koperasi
Di Indonesia, prinsip koperasi telah dicantumkan dalam UU No. 25 Tahun 1992 dan UU
No. 12 Tahun 1967. Secara garisbesar, berikut ini adalah pinsip yang digunakan oleh
semua koperasi yang ada di Indonesia.
1. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
2. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
3. Kemandirian.
4. Pemberian balas jasa terbatas pada modal.
5. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa
usaha setiap anggota.
Jenis-jenis koperasi
Berdasarkan fungsinya koperasi di indonesia dikelompokan kedalam 3 jenis yaitu sebagai
berikut:
1. Koperasi konsumsi
Koperasi tersebut memiliki tujuan menyediakan barang konsumsi untuk para anggotanya
dengan harga yang lebih rendah namun dengan kualitas yang terbaik. Contohnya adalah
KPRI (koperasi pegawai republik Indonesia) dan KOPKAR (Koperasi Karyawan).
2. Koperasi produksi
koperasi produksi adalah koperasi yang bertujuan menghasilkan barang yang akan
diproses dan akan dikelola secara bersama sebagai bentuk hasil produksi. Contoh
Koperasi jenis ini misalnya koperasi tahu tempe, koperasi cengkeh dan koperasi nelayan
(Fishermen cooperative).
Baca Juga : 4 Sistem Ekonomi Yang Pernah Dianut oleh Indonesia, Lengkap Pejelasan
Kelemahan Koperasi
1. Kesadaran setiap anggotanya yang sangat lemah untuk melakukan peningkatan
dalam koperasi.
2. Dengan kondisi tersebut koperasi akan kesuliatan dalam memilih pengurus
koperasi yang profesional. sehingga kemampuan bersaing koperasi lebih rendah
dibandingkan dengan badan usaha lain yang murni bertujuan mencari laba
sebanyak-banyaknya.
Keadilan harus berlaku untuk semua orang, bukan hanya untuk golongan tertentu saja.
Oleh karena itu lahirlah "negara konstitusi" yang melahirkan doktrin "rule of law", yang
merupakan doktrin dengan semangat idealisme keadilan yang tinggi, seperti "kesamaan
setiap orang di depan hukum" dan "supremasi hukum". Di negara konstitusi itulah berlaku
sistem pemerintahan demokrasi konstitusional.
Menurut F. Julius Sthal dan Imanuel Kant, terdapat 4 unsur pembatasan yuridis yang
dikenal dengan istilah Rule of Law atau Rechtsstaat, yaitu:
1. hak-hak asasi manusia.
2. peradilan administrasi dalam perselisihan.
3. pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan.
4. pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasai
manusia yang biasa dikenal sebagai Trias Politika.
Baca Juga : Pengertian dan Perbedaan Pokok Hukum Pidana dan Perdata, Lengkap
Contoh
Sedangkan menurut Jean Jecques Rousseau, kekuasaan rakyat dan kedaulatan rakyat
tidak pernah diserahkan pada raja, bahkan kalau ada raja yang memerintah maka raja itu
hanya sebagai mandataris dari pada rakyat. Untuk ini Rousseau memberikan keterangan
sebagai berikut: "Yang merupakan hal inti daripada perjanjian masyarakat ini ialah,
menetukan suatu bentuk kesatuan, membela dan melindungi kekuasaan bersama
disamping kekuasaan pribadi dan milik dari setiap orang, sehingga semuanya dapat
bersatu, akan tetapi masing-masing orang tetap mematuhi dirinya sendiri, sehingga orang
tetap merdeka dan bebas”.
Melalui pemikiran Rousseau ini pula mengawali pembentukan konstitusi Prancis (1791)
khususnya yang menyangkut hak-hak asasi manusia. Pada masa inilah awal dari
konkretisasi konstitusi dalam arti tertulis (modern). Konstitusi sebagai Undang-Undang
Dasar dan hukum dasar yang memiliki arti penting atau sering disebut dengan "Konstitusi
Modern", baru muncul bersamaan dengan semakin berkembangnya "sistem demokrasi
perwakilan dan konsep nasionalisme". Demokrasi Perwakilan muncul sebagai
pemenuhan kebutuhan rakyat akan kehadiran lembaga legislatif. Lembaga ini diharapkan
mampu membuat undang-undang untuk mengurangi serta membatasi dominasi hak-hak
raja. Alasan inilah yang mendudukan konstitusi (yang tertulis) itu sebagai hukum dasar
yang lebih tinggi daripada presiden/raja. Hal tersebut diatas inilah yang kemudian
melahirkan konsep negara hukum dan demokrasi.
Prinsip-prinsip demokrasi
1. Pemencaran kewenangan. Konsentrasi kekuasaan dalam masyarakat pada satu
organ pemebrintahan adalah kesewenang-wenangan. Oleh karena itu
kewenangan badan-badan publik itu harus dipencarkan pada organ-organ yang
berbeda.
2. Pertanggungjawaban politik. Organ-organ pemerintah dalam menjalankan
fungsinya sedikit banyak tergantung secara politik yaitu kepada lembaga
perwakilan.
3. Perwakilan politik. Kekuasaan politik tertinggi dalam suatu negara dan dalam
masyarakat diputuskan oleh badan perwakilan, yang dipilih melalui pemilihan
umum.
4. Rakyat diberi kemungkinan untuk mengajukan keberatan.
5. Kejujuran dan keterbukaan pemeberintah untuk umum.
6. Pengawasan dan kontrol. (penyelenggaraan ) pemerintahan harus dapat
dikontrol.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa agar sebuah negara bisa dikatakan
sebagai negara hukum dan demokrasi, maka dalam penyelenggaran negara atau
konstitusi negara dan pemerintahannya sebaiknya terdapat prisnip-prinsip sebagai
berikut:
1. Supremasi hukum. (Supremacy of Law)
2. Persamaan dalam hukum. (Equality before the Law)
3. Pembatasan Kekuasaan.
4. Bersifat Demokratis (Democratishe Rechtsstaat)
5. Perlindungan Hak Asasi Manusia
6. Asas legalitas. (Due Process of Law)
7. Mahkamah Konstitusi. (Constitutional Court)
8. Peradilan Tata Usaha Negara.
9. Peradilan bebas dan tidak memihak.
10. Organ-organ Penunjang yang Independen.
11. Transparansi dan Kontrol Sosial.
12. Berfungsi sebagai sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare
Rechtsstaat)
Demokrasi di Indonesia
Indonesia sebagai salah satu Negara yang menganut paham demokrasi, karena sistem
pemerintahan demokrasi ini dianggap baik untuk menjaga kestabilan sebuah bangsa
dalam menjalankan roda pemerintahan negara. Dalam praktiknya Indonesia menganut
paham Demokrasi Pancasila yang berbeda dengan demokrasi liberal.
Sejatinya berkaitan dengan paham demokrasi yang dianut, esensi yang terpenting adalah
apakah hukum dan pelaksanaan hukum di negara Indonesia akan berfungsi dan
memainkan peranannya sangat ditentukan oleh keinginan melaksanakan UUD 1945
secara konsekuen. UUD 1945 sebagai hukum dasar tertinggi di dalam UUD 1945 termuat
cita-cita bangsa dan arah kehidupan bernegara dan berbangsa, termasuk di dalamnya
keberadaan hukum dalam kehidupan negara.
Baca Juga : Gratis, Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap
Semakin rendahnya tingkat kehidupan ekonomi rakyat akan berdampak negatif bagi
demokrasi karena melemahnya ekonomi akan berdampak luas kepada bidang lain,
seperti masalah sumber daya manusia (SDM). SDM yang lemah tentu tidak bisa
memperkuat demokrasi, bahkan justru bisa memperlemah demokrasi.
Berkaitan dalam hal Hukum dan kebijakan dibidang perekonomian, Pemerintah Indonesia
pernah menerapkan kebijakan deregulasi ekonomi yang menyangkut 3 aspek, antara
lain yaitu:
1. Mengurangi campur tangan pemerintah dalam hal pengelolaan badan usaha.
2. Untuk menyehatkan persaingan pasar dengan membuka kesempatan bagi
pendatang baru.
3. Pengambilan keputusan produksi maupun harga.
Dalam kegiatan ekonomi ini justru hukum sangat diperlukan karena sumber-sumber
ekonomi yang terbatas disatu pihak dan tidak terbatasnya permintaan atau kebutuhan
akan sumber ekonomi dilain pihak sehingga konflik antara sesama warga dalam
memperebutkan sumber-sumber ekonomi tersebut akan sering terjadi.
Melihat hal tersebut sudah menjadi satu keniscayaan, bahwa pembangunan ekonomi di
suatu negara, apalagi secara khusus negara berkembang, hukum memiliki peranan yang
besar untuk turut memberi peluang pembangunan ekonomi. Pelaksanaan roda
pemerintahan dengan demokratis, dengan menggunakan hukum sebagai instrument
untuk merencanakan dan melaksanakan program pembangunan yang komprehensif,
akan membawa negara ini menuju masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang di
cita-citakan.
Aristoteles, merumuskan negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum
yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi
tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga Negara dan sebagai daripada keadilan itu
perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warganegara yang
baik.
Negara yang berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi
sehingga terdapat istilah supremasi hukum, supremasi hukum tidak boleh mengabaikan
tiga ide dasar hukum yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian.
Negara hukum yang muncul pada abad ke-19 adalah negara hukum dalam arti sempit
atau negara hukum formil. Pada penjelasan sebelumnya sudah dikemukakan bahwa
negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rule of Law atau Rechtsstaat. Istilah
Rechtsstaat diberikan oleh para ahli hukum Eropa Kontinental sedang istilah Rule of Law
diberikan oleh para ahli hukum Anglo Saxon.
Konsep rechtsstaat menginginkan adanya perlindungan bagi hak asasi manusia melalui
pelembagaan peradilan yang independen. Pada konsep rechtsstaat terdapat lembaga
peradilan administrasi yang merupakan lingkungan peradilan yang berdiri sendiri.
Namun ahli hukum Anglo saxon tidak mengenal Negara hukum atau rechtstaat, tetapi
mengenal atau menganut apa yang disebut dengan “ The Rule Of The Law” atau
pemerintahan oleh hukum atau government of judiciary.
A. V. Dices dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberikan unsur-unsur / ciri-ciri
Rule of Law sebagai berikut.
1. Terjaminnya hak-hak manusia / masyarakat oleh undang-undang.
2. Kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the law) baik untuk
pejabat atau rakyat biasa.
3. Supremasi hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang dalam arti
bahwa seseorang hanya boleh dihukum apabila terbukti melanggar hukum.
Adapun F. Julius Sthal dan dan Imanuel Kant dari kalangan ahli hukum Eropa
Kontinental memberikan ciri-ciri Rechtsstaat sebagai berikut.
1. Hak-hak asasi manusia.
2. Peradilan administrasi dalam perselisihan.
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan.
4. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasai
manusia yang biasa dikenal sebagai Trias Politika.
Di samping perumusan ciri-ciri negara hukum seperti di atas, ada pula berbagai pendapat
mengenai ciri-ciri negara hukum yang dikemukakan oleh para ahli lainnya.
Menurut Prof. DR. Sudargo Gautama, SH. mengemukakan 3 ciri-ciri atau unsur-unsur
dari negara hukum, yakni:
1. Terdapat pembatasan kekuatan negara terhadap perorangan. Maksudnya
negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang, tindakan negara dibatasi oleh
hukum, individu mempunyai hak terhadap negara atau rakyat mempunyai hak
terhadap penguasa.
2. Azas Legalitas. Artinya setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang
telah diadakan terlebih dahulu yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau
aparatnya.
3. Pemisahan Kekuasaan. Bertujuan agar hak asasi betul-betul terlindungi adalah
dengan pemisahan kekuasaan yaitu badan yang membuat peraturan
perundang-undangan melaksanakan dan mengadili harus terpisah satu sama lain
tidak berada dalam satu tangan.
Sedangkan menurut Mustafa Kamal Pasha (2003), menyatakan adanya tiga ciri-ciri khas
dari sebuah negara hukum, yaitu:
1. Pengakuan dan perlindungan terhadap HAM
2. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.
3. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak.
Baca Juga : Pengertian dan Perbedaan Pokok Hukum Pidana dan Perdata, Lengkap
Contoh
Kemudian yang terakhir adalah menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH, beliau
berpendapat bahwa ada dua belas ciri penting dari negara hukum, yaitu sebagai berikut:
1. Supremasi hukum. (Supremacy of Law)
2. Persamaan dalam hukum. (Equality before the Law)
3. Pembatasan Kekuasaan.
4. Bersifat Demokratis (Democratishe Rechtsstaat)
5. Perlindungan Hak Asasi Manusia
6. Asas legalitas. (Due Process of Law)
7. Mahkamah Konstitusi. (Constitutional Court)
8. Peradilan Tata Usaha Negara.
9. Peradilan bebas dan tidak memihak.
10. Organ-organ Penunjang yang Independen.
11. Transparansi dan Kontrol Sosial.
12. Berfungsi sebagai sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare
Rechtsstaat)
Persamaan Negara hukum Eropa Kontinental dengan Negara hukum Anglo saxon adalah
keduanya mengakui adanya "Supremasi Hukum / Supremacy of Law". Perbedaannya
adalah pada Negara Anglo Saxon tidak terdapat peradilan administrasi yang berdiri
sendiri sehingga siapa saja yang melakukan pelanggaran akan diadili pada peradilan
yang sama. Sedangkan nagara hukum Eropa Kontinental terdapat peradilan administrasi
yang berdiri sendiri.
Itulah tadi konsep negara hukum berdasarkan pandangan dari para ahli hukum Eropa
Kontinental dan para ahli hukum Anglo Saxon, selanjutnya kita akan membahas
implementasi negara hukum di indonesia sehingga kita bisa tahu apakah indonesia itu
negara hukum ?
Secara tertulis hukum Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
Sedangkan UUD 1945 merupakan nilai instrumental penjabaran dari nilai-nilai yang
terdapat pada Pancasila. Jadi Pancasila dapat kita sebut sebagai konsep hukum negara
Indonesia, karena Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia dan
kepribadian bangsa Indonesia. Sehingga dasar-dasar penyelenggaraan negara yang
disusun dalam UUD 1945 tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.
Baca Juga : Peranan Hukum dan Demokrasi di Indonesia dalam Konteks Negara Hukum
dan Demokrasi
Dari uraian diatas maka dapat dikatakan indonesia telah menginplementasikan dan
memenuhi unsur-unsur Negara Hukum. berikut unsur-unsur negara hukum yang telah di
implementasikan dan dipenuhi oleh indonesia lengkap dengan penjelasannya:
Sedangkan jaminan hak asasi manusia dalam Batang Tubuh UUD 1945 dituangkan
dalam pasal-pasalnya yang sesuai dengan tuntutan dimanika masyarakat yang terus
berkembang telah diamandemen atau dilakukan perubahan sebanyak empat kali.
Perbedaan rumusan hak asasi manusia dalam UUD 1945 sebelum dan sesudah
amandemen adalah adanya judul Bab tentang Hak Asasi Manusia yaitu pada BAB X yang
sebelumnya tidak ada serta jumlah pasal dan ayat yang mengatur hak asasi manusia
yang bertambah banyak.
2. Sistem peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak terpengaruh oleh
kekuasaan atau kekuatan lain apapun
Dalam UUD 1945 BAB IX Kekuasaan Kehakiman Pasal 24 ayat (1): "Kekuasaan
kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan".
Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah. Dalam menjalankan tugasnya, hakim tidak boleh terpengaruh
oleh siapa pun juga, baik karena kepentingan jabatan (politik) maupun kepentingan
ekonomi.
4. Asas Legalitas
Segala tindakan pemerintah harus didasarkan atas peraturan perundang-udangan yang
sah dan tertulis. Demikian pula hukuman terhadap seseorang harus didasarkan pada
aturan hukum yang sudah ada sebelum perbuatan seseorang tersebut dilakukan.
Dalam UUD 1945 telah diatur batas-batas wewenang lembaga-lembaga negara. Antara
lain Pasal 14 ayat (1) UUD 1945 : "Presiden memberi grasi, dan rehabilitas dengan
memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung". Sesuai pasal tersebut Presiden dalam
menerima atau menolak permohonan grasi tidak boleh ditetapkan sendiri, meskipun grasi
merupakan hak prerogatif Presiden dalam hubungannya dengan bidang Yudikatif, karena
hukum (UUD 1945) menegaskan bila memberi grasi harus memperhatikan pertimbangan
dari Mahkamah Agung.
Kesimpulan
Suatu negara dikatakan sebagai negara hukum apabila telah memenuhi unsur-unsur
negara hukum diantaranya adanya pengakuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia,
peradilan yang bebas dan tidak memihak, pembatasan kekuasaan, dan asas legalitas.
Secara tertulis Indonesia adalah negara hukum dan sudah memenuhi unsur-unsur
negara hukum. Akan tetapi belum sempurna dalam pelakasaannya. Masih banyak
hambatan-hambatan yang perlu kita cari pemecahan masalahnya, dan bersama-sama
dengan kesadaran diri untuk bertidak sesuai hukum yang berlaku.
Pelaksanaan tata hukum itu berlangsung selama ada pergaulan hidup manusia yang
terus berkembang, dimana fungsi dari pelaksanaan tata hukum adalah untuk memperoleh
ketertiban dalam hubungan antar manusia serta menjaga jangan sampai seseorang
dapat dipaksa oleh orang lain untuk melakukan sesuatu yang tidak kehendaknya, dan
lain-lain.
Hingga saat ini dapat di pastikan semua manusia yang hidup berkelompok di muka bumi
ini sudahlah memiliki aturan tersendiri antar kelompoknya, suku, bangsa maupun Negara
yang kita kenal dengan Kata Tata Hukum.
Hukum yang sedang berlaku artinya apabila ketentuan-ketentuan hukum itu dilanggar
maka bagi si pelanggar akan dikenakan sanksi yang datangnya dari badan atau lembaga
berwenang.
Tata hukum Indonesia ditetapkan oleh masyarakat hukum Indonesia, yaitu Negara
Indonesia. Oleh sebab itu tata hukum Indonesia baru ada setelah lahirnya Negara
Indonesia yaitu tanggal 17 Agustus 1945. Pada saat berdirinya Negara Indonesia
dibentuk tata hukum Indonesia, hal tersebut dinyatakan dalam:
Proklamasi Kemerdekaan :
1. "Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia".
2. Pembukaan UUD 1945 : "Kemudian daripada itu……..disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia …".
Setelah Mengetahui dengan Pasti apa itu Tata hukum di Indonesia, sekarang mari kita
mencoba untuk membahas mengenai Jenis-jenis tata hukum yang ada di Indonesia,
Berikut pembahasannya:
Hukum perdata disebut pula hukum sipil atau hukum privat sebagai lawan dari hukum
publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berhubungan dengan negara serta
kepentingan umum contohnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kejahatan (hukum
pidana), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara).
Maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara
sehari-hari, seperti misalnya perkawinan, perceraian, pewarisan, kematian, harta benda,
kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya.
Hukum perdata di Indonesia sendiri bersumber pada hukum perdata yang berlaku di
Belanda, khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan kitap
KUHPer yang berlaku di Indonesia merupakan terjemahan dari hukum yang berlaku di
kerajaan Belanda.
2. Hukum Pidana
Hukum Pidana adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi tingkah laku
setiap manusia dalam meniadakan pelanggaran kepentingan umum
Menurut Prof. Dr. Moeljatno, SH. menguraikan istilah hukum pidana bahwa Hukum
pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disebuah negara, yang
mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:
1. Menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang,
dengan disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa
yang melanggar larangan tersebut.
2. Menentukan dan dalam hal apa kepada mereka yang melanggar
larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang
telah diancamkan.
3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilakasanakan apabila orang yang disangkakan telah melanggar larangan tersebut
“.
Pada dasarnya, hukum pidana ini adalah bagian dari hukum publik. Hukum pidana juga
dibagi menjadi dua bagian, yaitu hukum pidana formal dan hukum pidana materiil.
1. Hukum pidana materiil merupakan hukum yang mengatur tentang penentuan
tindak pidana, pelaku tindak pidana, dan pidana atau sanksi. Di Indonesia sendiri,
pengaturan hukum pidana materiil disahkan dalam KUHP.
2. Hukum pidana formil merupakan hukum yang mengatur tentang pelaksanaan
hukum pidana materiil. Di Indonesia, pengaturan hukum pidana formil sudah
disahkan dalam UU nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana (KUHAP).
Hukum Tata Negara juga merupakan hukum yang mengatur mengenai Negara dalam
keadaan diam artinya bukan mengenai suatu keadaan nyata dari suatu Negara tertentu
tetapi lebih dari pada Negara dalam arti luas. Dengan kata lain, hukum ini membicarakan
Negara dalam arti yang abstrak.
Di Indonesia terdapat dua macam Hukum Acara yakni Hukum Acara Pidana (Hukum
Pidana formil) dan Hukum Acara Perdata (Hukum Perdata formil).
1. Hukum Acara Perdata adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai
cara bagaimana mempertahankan dan menjalankan mengenai peraturan hukum
perdata material
2. Hukum Acara Pidana adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dalam cara
bagaimana pemerintah menjaga kelangsungan pelaksanaan hukum pidana
material
Berdasar pada penjelasan para pakar diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa hukum
pidana adalah ketentuan yang mengatur tindakan apa yang tidak boleh dilakukan, dimana
saat tindakan tersebut dilakukan terdapat sanksi bagi orang yang melakukannya. Hukum
pidana juga difokuskan untuk kepentingan umum.
Selanjutnya kita akan menjelaskan pengertian hukum pidana menurut C.S.T. Kansil dan
Prof. Subekti, S.H. berikut penjelasannya.
Baca Juga : Gratis, Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap
Berdasar pada penjelasan para pakar diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa hukum
perdata pada intinya mengatur tentang kepentingan individu / perorangan dan hubungan
hukumnya dengan individu lain.
Contoh lainnya dari hukum perdata adalah saat seseorang yang telah berkeluarga,
tiba-tiba dihadangkan persoalan adanya seorang anak yang merupakan anak diluar nikah
dengan wanita lain. Nah tentunya seorang anak secara logika berhak atas warisan dari
orang tuanya. Namun ketika anak tersebut lahir diluar pernikahan yang sah. Maka dirinya
dipastikan akan sulit mendapatkan warisan dari orang tuanya.
Baca Juga : Peranan Hukum dan Demokrasi di Indonesia dalam Konteks Negara Hukum
dan Demokrasi
Nah permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan hukum perdata. Selain
permasalahan yang dialami perorangan dengan perorangan, hukum perdata juga
menangani masalah yang terjadi antara sebuah kelompok atau organisasi dengan
perorangan. Sebagai contoh pencemaran nama baik terhadap suatu kelompok yang
dilakukan oleh seorang individu. Tentunya hal tersebut akan berlaku hukum perdata.
Hukum Pidana sendiri bersifat sebagai upaya terakhir (ultimum remedium) untuk
menyelesaikan sebuah perkara. Karenanya, terdapat sanksi yang memaksa yang apabila
peraturannya dilanggar, yang berdampak dijatuhinya pidana pada si pelaku.
Berbeda dengan hukum pidana, hukum perdata sendiri bersifat privat, yang
menitikberatkan dalam mengatur mengenai hubungan antara orang perorangan, dengan
kata lain berfokus pada kepentingan perseorangan. Oleh sebab itu, bisa disimpulkan
bahwa akibat dari ketentuan-ketentuan dalam hukum perdata yang terdapat dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Per) hanya berdampak langsung bagi para pihak
yang terlibat, dan tidak berakibat secara langsung pada kepentingan umum.
Secara singkat pengertian HAM atau Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang dimiliki
oleh seseorang sejak ia masih dalam kandungan dan dapat berlaku secara universal.
Selain pengertian singkat tadi,聽 Pengertian HAM 聽 juga disebut pada pasal 1 butir 1 UU
No. 39 Tahun 1999 yang berbunyi "Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Allah SWT
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
Negara, pemerintah, hukum dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia".
Menurut G.J. Wolhots,聽 Pengertian HAM adalah 聽 sejumlah hak yang melekat dan
berakar pada tabiat setiap pribadi manusia, dan justru karena kemanusiaannya itulah, hak
tersebut tidak dapat dicabut siapa pun juga karena jika dicabut akan hilang
kemanusiaannya.
Berdasarkan tiga pengertian HAM di atas, dapat dikatakan bahwa hak asasi manusia
adalah hak-hak pokok yang bersifat universal. Dibuktikan oleh hak dasar ini dimiliki setiap
manusia dan tidak bisa dipisahkan dari pribadi siapa pun, kapan pun dan dari mana pun
manusia itu berada.
Selain menjabarkan pengertian Hak Asasi Manusia dari beberapa sumber diatas, kami
juga akan menjabarkan pengertian HAM menurut para ahli agar sobat makin peham
tentang pengertian HAM, berikut pengertian hak asasi manusia menurut para ahli.
Kasus ini sampai sekarang masih belum ada titik temu, bahkan kasus ini telah diajukan ke
Amnesty Internasional dan tengah diproses. kemudian pada tahun 2005, Pollycarpus
Budihari Priyanto selaku Pilot pesawat yang ditumpangi munir dijatuhi hukuman 14 tahun
penjara karena terbukti bahwa ia merupakan tersangka dari kasus pembunuhan Munir,
karena dengan sengaja Pollycarpus menaruh Arsenik di makanan Munir sehingga ia
meninggal di pesawat.
3. Pembantaiaan Rawagede
Pembantaian Rawagede merupakan pelanggaran HAM yang terjadi penembakan dan
pembunuhan penduduk kampung Rawagede (sekarang Desa Balongsari, Rawamerta,
Karawang, Jawa Barat) oleh tentara Belanda tanggal 9 Desember 1945 bersamaan
dengan Agresi Militer Belanda I. Akibatnya puluhan warga sipil terbunuh oleh tentara
Belanda yang kebanyakan dibunuh tanpa alasan yang jelas. Tanggal 14 September 2011,
Pengadilan Den Haaq menyatakan pemerintah Belanda bersalah dan harus bertanggung
jawab dengan membayar ganti rugi (kompensasi) kepada keluarga korban pembantaian
Rawagede.
4. Pembunuhan Aktivis Buruh Wanita, Marsinah
Pemilu 1955 adalah pemilihan umum pertama yang diadakan oleh Republik Indonesia.
Pemilu ini merupakan reaksi atas Maklumat Nomor X/1945 tanggal 3 Nopember 1945 dari
Wakil Presiden Moh. Hatta, yang menginstruksikan pendirian partai-partai politik di
Indonesia. Pemilu pun (menurut Maklumat) harus diadakan secepat mungkin. Namun,
akibat belum siapnya aturan perundangan dan logistik (juga ricuhnya politik dalam negeri
seperti pemberontakan), Pemilu tersebut baru diadakan tahun 1955 dari awalnya
direncanakan Januari 1946.
Landasan hukum Pemilu 1955 adalah Undan-undang Nomor 7 tahun 1953 yang
diundangkan 4 April 1953. Dalam UU tersebut, Pemilu 1955 bertujuan memilih anggota
bikameral, Anggota DPR dan Konstituante (seperti MPR). Sistem yang digunakan adalah
proporsional. Menurut UU nomor 7 tahun 1953 tersebut, terdapat perbedaan sistem
bilangan pembagi pemilih (BPP) untuk anggota konstituante dan anggota parlemen.
Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
Jumlah anggota konstituante adalah hasil bagi antara total jumlah penduduk
Indonesia dengan 150.000 dibulatkan ke atas.
Jumlah anggota konstituante di masing-masing daerah pemilihan adalah hasil
bagi antara total penduduk WNI di masing-masing wilayah tersebut dengan 150.000.
Jumlah anggota konstituante di masing-masing daerah pemilihan adalah bilangan bulat
hasil pembagian tersebut, seandainya kurang dari 6, dibulatkan menjadi 6. Sisa jumlah
anggota konstituante dibagikan antara daerah-daerah pemilihan lainnya, seimbang
dengan jumlah penduduk warganegara masing-masing;
Seandainya dengan cara poin ke dua di atas belum mencapai jumlah anggota
konstituante seperti di poin ke satu, kekurangan anggota dibagikan antara daerah-daerah
pemilihan yang mendapat jumlah anggota tersedikit, masing-masing 1, kecuali daerah
pemilihan yang telah mendapat jaminan 6 kursi itu
Penetapan jumlah anggota DPR seluruh Indonesia adalah total jumlah penduduk
Indonesia dibagi 300.000 dan dibulatkan ke atas.
Jumlah anggota DPR di masing-masing daerah pemilihan adalah hasil bagi
antara total penduduk WNI di masing-masing wilayah tersebut dengan 300.000. Jumlah
anggota DPR di masing-masing daerah pemilihan adalah bilangan bulat hasil pembagian
tersebut, Seandainya kurang dari 3, dibulatkan menjadi 3. Sisa jumlah anggota DPR
dibagikan antara daerah-daerah pemilihan lainnya, seimbang dengan jumlah penduduk
warganegara masing-masing.
Seandainya dengan cara poin ke lima di atas belum mencapai jumlah anggota
DPR seperti di poin ke empat, kekurangan anggota dibagikan antara daerah-daerah
pemilihan yang memperoleh jumlah anggota tersedikit, masing-masing 1, kecuali daerah
pemilihan yang telah mendapat jaminan 3 kursi itu.
Terdapat dua putaran pada pemilu 1955. Pertama untuk memilih anggota DPR pada
tanggal 29 September 1955. Kedua untuk memilih anggota Konstituante pada tanggal 15
Desember 1955. Pemilu untuk memilih anggota DPR diikuti 118 parpol atau gabungan
atau perseorangan dengan total suara 43.104.464 dengan 37.785.299 suara sah.
Sementara itu, untuk pemilihan anggota Konstituante, jumlah suara sah meningkat
menjadi 37.837.105 suara.
Pemilu 1971 ditujukan untuk memilih anggota DPR. Pemilu tahun 1971 menghasilkan
Golkar, NU, Parmusi, PNI, dan PSII Sebagai partai peraih suara terbanyak. Pemilu tahun
1971 sendiri dilaksanakan tanggal 3 Juli 1971. Pemilu ditujukan memilih 460 anggota
DPR dimana 360 dilakukan melalui pemilihan langsung oleh rakyat sementara 100 orang
diangkat dari kalangan angkatan bersenjata dan golongan fungsional oleh Presiden.
Untuk pemilihan anggota DPR dan DPRD digunakan sistem perwakilan berimbang
(proporsional) dengan stelsel daftar. Pemilu diadakan di 26 provinsi Indonesia. Rakyat
pemilih mencoblos tanda gambar partai. Untuk memilih anggota DPR daerah
pemilihannya adalah Daerah Tingkat I (provinsi) dan sekurang-kurangnya 400.000
penduduk memiliki satu orang wakil dengan memperhatikan bahwa setiap provinsi
minimal memiliki wakil minimal sejumlah daerah tingkat II (kabupaten/kota) di wilayahnya.
Setiap daerah tingkat II minimal punya satu orang wakil.
Dalam Pemilu 1971, total pemilih terdaftar sebesar 58.179.245 orang dengan suara sah
mencapai 54.699.509 atau 94% total suara. Dari total 460 orang anggota parlemen yang
diangkat presiden, 75 orang berasal dari angkatan bersenjata sementara 25 dari
golongan fungsional seperti tani, nelayan, agama, dan sejenisnya. Dari ke-25 anggota
golongan fungsional kemudian bergabung dengan Sekber Golkar sehingga kursi Golkar
meroket hingga ke angka 257 (dari 232 ditambah 25). Dari 460 orang anggota parlemen,
jumlah anggota berjenis kelamin laki-laki 426 dan perempuan 34 orang.
Persyaratan untuk ikut serta sebagai pemilih adalah berusia sekurangnya 17 tahun atau
pernah menikah, kecuali mereka yang menderita kegilaan, eks PKI ataupun organisasi
yang berkorelasi dengannya, juga narapidana yang terkena pidana kurung minimal 5
tahun tidak diperbolehkan ikut serta. Sementara itu, kandidat yang boleh mencalonkan
diri sekurang berusia 21 tahun, lancar berbahasa Indonesia, mampu baca-tulis latin,
sekurangnya lulusan SMA atau sederajat, serta loyal kepada Pancasila sebagai ideologi
negara. Voting dilakukan di 26 provinsi dengan sistem proporsional daftar partai (party list
system).
Jumlah pemilih yang terdaftar 70.662.155 orang sementara yang menggunakan hak
pilihnya 63.998.344 orang atau meliputi 90,56%. Sekber Golkar mendapat suara
39.750.096 (62,11%) dan memperoleh 232 kursi. PPP mendapat suara 18.743.491
(29,29%) dan memperoleh 99 kursi. PDI mendapat 5.504.757 suara (8,60%) dan
memperoleh 29 kursi. Sementara itu, kursi jatah ABRI adalah 75 kursi dan golongan
fungsional 25 kursi. Golongan fungsional lalu menggabungkan diri ke dalam sekber
Golkar sehingga kursi untuk Golkar bertambah menjadi 257 kursi. Anggota parlemen
laki-laki 426 orang sementara perempuan 34 orang (7,40%).
Sedangkan anggota DPR yang diangkat Presiden Suharto berasal dari ABRI sejumlah 75
orang dan golongan fungsional sebanyak 21 orang. Golongan fungsional lalu bergabung
dengan Golkar sehingga kursi parlemen Golkar naik menjadi 267 kursi dan menjadi
sangat dominan. Dari 360 anggota parlemen, yang berjenis kelamin laki-laki sejumlah 422
dan perempuan 38 orang.
Peserta Pemilu tahun 1987 sama dengan Pemilu 1982. Sebelum Pemilu 1987
dilaksanakan, pemerintah melalui Undang - Undang Nomor 3 tahun 1985 tentang Partai
Politik dan Golkar menetapkan bahwa Pancasila menjadi satu - satunya asas bagi setiap
partai politik dan Golkar, sehingga Partai Persatuan Pembangunan yang semula
berlambang Ka’bah diganti dengan lambang Bintang.
Tujuan pemilihan sama dengan pemilu sebelumnya yaitu memilih anggota parlemen atau
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Tingkat I Provinsi maupun DPRD Tingkat II Kabupaten/Kotamadya
seluruh Indonesia untuk Periode 1987 - 1992. Total kursi yang tersedia adalah 500 kursi.
Dari jumlah ini, 400 dipilih secara langsung dan 100 diangkat oleh Presiden Suharto.
Total pemilih yang terdaftar adalah sekitar 94.000.000 dengan total suara sah mencapai
85.869.816 atau 91,30%. Golkar mendapat 62.783.680 suara (73,16%) sehingga berhak
atas 299 kursi parlemen. PPP mendapat 13.701.428 suara (15,97%) sehingga berhak
atas 61 kursi parlemen. PDI mendapat 9.384.708 suara (10,87%) sehingga berhak atas
40 kursi parlemen. Jumlah anggota parlemen dari ABRI yang diangkat Presiden Suharto
berjumlah 75 orang (kursi) sementara dari golongan fungsional 25 orang (kursi). Jumlah
anggota parlemen yang berjenis kelamin laki-laki adalah 443 sementara yang perempuan
57 orang. Sementara itu, jumlah anggota parlemen berusia 21-30 tahun adalah 5 orang,
31-40 tahun 38 orang, 41-50 tahun 173 orang, 51-60 tahun 213 orang, 61-70 tahun 70
orang, dan 71-80 tahun 1 orang.
Hasil Pemilu kali ini ditandai dengan melorotnya perolehan kursu PPP, yakni hilangnya 33
kursi dibandingkan Pemilu 1982, sehingga hanya memperoleh 61 kursi. Penyebab
merosotnya PPP antara lain karena tidak boleh lagi partai itu memakai asas Islam dan
diubahnya lambang dari Ka’bah kepada Bintang dan terjadinya penggembosan oleh
tokoh- tokoh unsur NU, terutama Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Disisi lain Golkar mendapat tambahan 53 kursi sehingga menjadi 299 kursi. PDI, yang
tahun 1986 dapat dikatakan mulai dekat dengan kekuasaan, sebagaimana diindikasikan
dengan pembentukan DPP PDI hasil Kongres 1986 oleh Menteri Dalam Negeri Soepardjo
Rustam, sukses menambah perolehan kursi secara signifikan dari 30 kursi pada Pemilu
1982 menjadi 40 kursi di Pemilu 1987 ini.
Sejarah Pelaksanaan Pemilu 1992
Pemilu 1992 merupakan Pemilu kelima pada masa pemerintahan Orde Baru. Pemilu
1992 di laksanakan pada tanggal 9 Juni 1992 dengan menggunakan Sistem Pemilu
seperti pemilu sebelumnya yaitu Proporsional dengan varian Party-List. Landasan
operasional Pemilu 1992 adalah Ketetapan MPR Nomor III/MPR/1988, Undang – Undang
Nomor 1 tahun 1985 dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1990.
Pemilihan Umum ini diikuti 2 partai politik dan 1 Golongan Karya, yaitu :
1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
2. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
3. Golongan Karya (Golkar)
Sebagai Pemenang mayoritas hasil pemilihan umum ini adalah Golongan Karya.
Tujuan Pemilu 1992 adalah memilih secara langsung 400 kursi DPR. Total pemilih yang
terdaftar adalah 105.565.697 orang dengan total suara sah adalah 97.789.534. Untuk
hasil Pemilu 1992, Golkar mendapat 66.599.331 suara (68,10%) sehingga berhak atas
282 kursi parlemen. PPP mendapat 16.624.647 suara (17,01%) sehingga berhak atas 62
kursi parlemen. PDI mendapat 14.565.556 suara (10,87%) sehingga berhak atas 56 kursi
parlemen. Presiden Suharto mengangkat 75 orang (kursi) untuk ABRI dan 25 orang (kursi)
untuk golongan fungsional.
Komposisi anggota DPR totalnya adalah 500 orang. Dari jumlah tersebut yang berjenis
kelamin laki-laki adalah 439 orang sementara perempuan 61 orang. Di sisi lain, kisaran
usia anggota DPR ini adalah 21-30 tahun 3 orang; 31-40 tahun 45 orang; 41-50 tahun 144
orang; 51-65 tahun 287 orang; dan di atas 65 tahun 21 orang.
Hasil Pemilu 1997 adalah Golkar mendapat 84.187.907 suara (74,51%) sehingga berhak
atas 325 kursi parlemen. PPP mendapat 25.340.028 suara (22,43%) sehingga berhak
atas 89 kursi parlemen. PDI mendapat 3.463.225 suara (3,06%) sehingga berhak atas 11
kursi parlemen. Anggota parlemen yang diangkat Presiden Suharto hanya dari ABRI saja
yaitu 75 orang (kursi). Sehingga total anggota parlemen 500 orang.
Dalam pemilihan anggota DPR, daerah pemilihannya (selanjutnya disingkat Dapil) adalah
Dati I (provinsi), pemilihan anggota DPRD I dapilnya Dati I (provinsi) yang merupakan
satu daerah pemilihan, sementara pemilihan anggota DPRD II dapilnya Dati II yang
merupakan satu daerah pemilihan. Jumlah kursi anggota DPR untuk tiap daerah
pemilihan ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk Dati I dengan memperhatikan bahwa
Dati II minimal harus mendapat 1 kursi yang penetapannya dilakukan oleh KPU.
Undang-undang Nomor 3 tahun 1999 juga menggariskan bahwa jumlah kursi DPRD I
minimal 45 dan maksimal 100 kursi. Jumlah kursi tersebut ditentukan oleh besaran
penduduk.
Provinsi dengan jumlah penduduk hingga 3.000.000 jiwa mendapat 45 kursi.
Provinsi dengan jumlah penduduk 3.000.001 - 7.000.000 mendapat 55 kursi.
Provinsi dengan jumlah penduduk 5.000.001 - 7.000.000 mendapat 65 kursi.
Provinsi dengan jumlah penduduk 7.000.001 - 9.000.000 mendapat 75 kursi.
Provinsi dengan jumlah penduduk 9.000.001 - 12.000.000 mendapat 85 kursi.
Sementara itu, provinsi dengan jumlah penduduk di atas 12.000.000 mendapat
100 kursi.
Jumlah partai yang terdaftar di Kementrian Hukum dan HAM adalah 141 partai,
sementara yang lolos verifikasi untuk ikut Pemilu 1999 adalah 48 partai. Pemilu 1999
diadakan tanggal 7 Juni 1999. Namun, tidak seperti pemilu-pemilu sebelumnya, Pemilu
1999 mengalami hambatan dalam proses perhitungan suara. Terdapat 27 partai politik
yang tidak bersedia menandatangani berkas hasil pemilu 1999 yaitu: PARI, PSP, PUMI,
SPSI, Murba, PID, PPI, PRD, PADI, PKM, PND, PUDI, PBN, Partai SUNI, PNBI, Partai
MKGR, PIB, PKD, PAY, Krisna, Partai KAMI, Masyumi, PNI Supeni, PBI, PDI, Partai
Keadilan dan PNU.
Karena penolakan 27 partai politik ini, KPU menyerahkan keputusan kepada Presiden.
Presiden menyerahkan kembali penyelesaian persoalan kepada Panitia Pengawas
Pemilu (selanjutnya disingkat Panwaslu. Rekomendasi Panwaslu adalah, hasil Pemilu
1999 sudah sah, ditambah kenyataan partai-partai yang menolak menandatangani hasil
tidak menyertakan point-point spesifik keberatan mereka. Sebab itu, Presiden lalu
memutuskan bahwa hasil Pemilu 1999 sah dan masyarakat mengetahui hasilnya tanggal
26 Juli 1999.
Masalah selanjutnya adalah pembagian kursi. Sistem Pemilu yang digunakan adalah
Proporsional dengan varian Party-List. Masalah yang muncul adalah pembagian kursi
sisa. Partai-partai beraliran Islam melakukan stembus-accord (penggabungan sisa suara)
menurut hitungan Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) hanya mendapat 40 dari 120 kursi. Di
sisi lain, 8 partai beraliran Islam yang melakukan stembus-accord tersebut mengklaim
mampu memperoleh 53 dari 120 kursi sisa.
Perbedaan pendapat ini lalu diserahkan PPI kepada KPU. KPU, di depan seluruh partai
politik peserta pemilu 1999 menyarankan voting. Voting ini terdiri atas dua opsi. Pertama,
pembagian kursi sisa dihitung dengan memperhatikan suara stembus-accord. Kedua,
pembagian tanpa stembus-accord. Hasilnya, 12 suara mendukung opsi pertama, dan 43
suara mendukung opsi kedua. Lebih dari 8 partai melakukan walk-out. Keputusannya,
pembagian kursi dilakukan tanpa stembus-accord. Penyelesaian sengketa hasil pemilu
dan perhitungan suara ini masih dilakukan oleh badan-badan penyelenggara pemilu
karena Mahkamah Konstitusi belum lagi terbentuk.
Total jumlah suara partai yang tidak menghasilkan kursi 9.700.658 atau meliputi 9,17%
suara sah. Hasil ini diperoleh dengan menerapkan sistem pemilihan Proporsional dengan
Varian Roget. Dalam sistem ini, sebuah partai memperoleh kursi seimbang dengan suara
yang diperolehnya di daerah pemilihan, termasuk perolehan kursi berdasarkan the largest
remainder (sisa kursi diberikan kepada partai-partai yang punya sisa suara terbesar).
Perbedaan antara Pemilu 1999 dengan Pemilu 1997 ialah bahwa pada Pemilu 1999
penetapan calon terpilih berdasarkan pada rangking perolehan suara suatu partai di
daerah pemilihan. Jika sejak Pemilu 1971 calon nomor urut pertama dalam daftar partai
otomatis terpilih bila partai itu mendapat kursi, maka pada Pemilu 1999 calon terpilih
ditetapkan berdasarkan suara terbesar atau terbanyak dari daerah di mana seseorang
dicalonkan. Contohnya, Caleg A meski berada di urutan terbawah daftar caleg, jika dari
daerahnya ia dan partainya mendapatkan suara terbesar, maka dia-lah yang terpilih.
Untuk penetapan caleg terpilih berdasarkan perolehan suara di Daerah Tingkat II
(kabupaten/kota), Pemilu 1999 ini sama dengan metode yang digunakan pada Pemilu
1971.
Dari total 500 anggota DPR yang dipilih, sebanyak 460 orang berjenis kelamin laki-laki
dan hanya 40 orang yang berjenis kelamin perempuan. Sebab itu, persentase anggota
DPR yang berjenis kelamin perempuan hanya meliputi 8% dari total.
Selain itu, pada pemilu ini pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tidak dilakukan secara
terpisah (seperti Pemilu 1999). Pada Pemilu ini, yang dipilih adalah pasangan calon
(pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden), bukan calon Presiden dan calon Wakil
Presiden secara terpisah. Landasan operasional Pemilu 2004 adalah:
Undang - Undang RI Nomor 23 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden.
Undang - Undang RI Nomor 22 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Daerah.
Undang - Undang RI Nomor 12 tahun 2003 tantang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
Sistem pemilu yang digunakan adalah Proporsional dengan Daftar Calon Terbuka.
Proporsional Daftar adalah sistem pemilihan mengikuti jatah kursi di tiap daerah
pemilihan. Jadi, suara yang diperoleh partai-partai politik di tiap daerah selaras dengan
kursi yang mereka peroleh di parlemen.
Pelaksanaan Pemilu tahun 2004 dilakukan dalam tiga tahap, yaitu sebagai berikut:
1. Pemilu Legislatif
Pemilu Legislatif adalah tahap pertama dari rangkaian tahapan Pemilu 2004. Pemilu
legislatif ini diikuti 24 Partai Politik, dan dilaksanakan pada tanggal 5 April 2004. Pemilu ini
bertujuan untuk memilih partai politik (sebagai persyaratan Pemilu Preside) dan
anggotanya untuk dicalonkan menjadi anggota DPR dan DPRD. Pemilu tahap pertama
juga ditujukan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Partai – Partai
Politik yang memperoleh suara lebih besar atau sama dengan tiga persen dapat
mencalonkan pasangan calonnya untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu pada Pemilu
Presiden putaran pertama. Pemilu Legislatif tahun 2004 menempatkan kembali Golkar
sebagai peraih suara terbanyak disusul PDIP, PPP, Partai Demokrat, PKB, PAN, dan
PKS.
Ada lima pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden yang dicalonkan di Pemilu
Presiden putaran pertama, yaitu :
1. H. Wiranto, SH. Dan Ir.H. Salahuddin Wahid (dicalonkan oleh Partai Golongan
Karya).
2. Hj. Megawati Soekarno Putri dan KH. Ahmad Hasyim Muzadi (dicalonkan dari
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan).
3. Prof. Dr.H.M. Amien Rais dan Dr.Ir.H. Siswono Yudo Husodo (dicalonkan oleh
Partai Amanat Nasional).
4. DR.H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs.H. Muhammad Jusuf Kalla
(dicalonkan oleh Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang, dan Partai Persatuan dan
Kesatuan Indonesia).
5. Dr.H. Hamzah Haz dan H. Agum Gumelar, M.Sc. (dicalonkan oleh Partai
Persatuan Pembangunan).
Hasil Pemilu ini diumumkan pada tanggal 26 Juli 2004, dengan hasil ini masih perlu
diadakan Pemilu Presiden putaran kedua karena belum adanya pasangan calon yang
mendapatkan suara paling tidak 50 persen.
3. Pemilu Presiden Putaran Kedua
Sesuai hasil Pemilu Presiden putaran pertama di atas, yaitu belum ada pasangan calon
yang memperolehan suara lebih dari 50 persen, maka diadakanlah Pemilu Presiden
putaran kedua. Pasangan – pasangan calon yang mengikuti Pemilu Presiden putaran
kedua ini adalah dua pasangan calon dengan yang memperoleh suara terbanyak pada
Pemilu Presiden putaran pertama 2004 yang lalu. Pemilu ini diadakan pada tanggal 20
September 2004.
Ada dua Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang memperoleh suara
terbanyak pada Pemilu Presiden putaran pertama yang dicalonkan di Pemilu Presiden
Putaran kedua, yaitu :
1. Hj. Megawati Soekarno Putri dan KH. Ahmad Hasyim Muzadi (dicalonkan oleh
partai Demokrasi Indonesia Perjuangan).
2. DR.H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs.H. Muhammad Jusuf Kalla
(dicalonkan oleh Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang, dan Partai Persatuan dan
Kesatuan Indonesia).
Hasil Pemilu Presiden putaran kedua telah dihitung dan diumumkan oleh KPU pada
tanggal 4 Oktober 2004 melalui Keputusan KPU Nomor 98/SK/KPU/2004. Pada putaran
kedua ini, pasangan DR.H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs.H. Muhammad Jusuf
Kalla berhasil memperoleh suara terbanyak mengalahkan pasangan Hj. Megawati
Soekarno Putri dan KH.Ahmad Hasyim Muzadi. Dengan demikian pasangan Susilo
Bambang Yudhoyono dan Muhammad Jusuf Kalla ditetapkan menjadi Presiden dan
Wakil Presiden RI menggantikan Presiden dan Wakil Presiden Hj. Megawati Soekarno
Putri dan Dr.H. Hamzah Haz. Pelantikannya sendiri dilaksanakan pada tanggal 20
Oktober 2004 oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Pemilihan Presiden
Pemilu Presiden tahun 2009 menggunakan Two Round System. Artinya, jika pada
putaran pertama tidak terdapat pasangan yang menang 50 plus 1 atau merata
persebaran suara di lebih dari setengah daerah pemilihan maka konsekuensinya harus
diadakan putaran kedua. Untungnya, dana negara tidak terbuang sia-sia karena pemilu
Presiden 2009 ini cuma berlangsung satu putaran saja. Pilpres yang direkapitulasi oleh
KPU pada 22 - 4 Juli 2009 ini diikuti oleh tiga pasang calon yaitu: Megawati-Prabowo,
SBY-Boediono dan Jusuf Kalla-Wiranto. Hasil Pilpres resmi KPU menghasilkan data
berikut:
1. SBY-Boediono (73.874.562 atau 60,80%)
2. Megawati-Prabowo (32.548.105 atau 26,79%)
3. JK-Wiranto (15.081.814 atau 12.41%)
Daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten atau kota adalah kecamatan atau gabungan
kecamatan yang jumlahnya sama seperti pemilu 2004. Jumlah kursi DPRD kabupaten
atau kota paling sedikit 20 dan paling banyak 50 kursi, yang besaran kursinya ditentukan
oleh:
1. wilayah berpenduduk hingga 100.000 mendapat alokasi 20 kursi.
2. wilayah berpenduduk 100.000–200.000 mendapat alokasi 25 kursi.
3. wilayah berpenduduk 200.000–300.000 mendapat alokasi 30 kursi.
4. wilayah berpenduduk 300.000–400.000 mendapat alokasi 35 kursi.
5. wilayah berpenduduk 400.00–500.000 mendapat alokasi 40 kursi.
6. wilayah berpenduduk 500.000–1.000.000 mendapat alokasi 45 kursi.
7. wilayah berpenduduk > 1.000.000 mendapat alokasi 50 kursi.
Pemilihan DPD
Untuk pemilihan anggota DPD ditetapkan 4 kursi bagi setiap provinsi. Provinsi adalah
daerah pemilihan untuk anggota DPD. Dan dengan demikian dengan total provinsi
sejumlah 33, jumlah anggota DPD Indonesia adalah 132 orang.
Pemilu 2009 masih menggunakan sistem yang mirip dengan Pemilu 2004. Namun,
electoral threshold dinaikkan menjadi 2,5%. Artinya, partai-partai politik tatkala masuk ke
perhitungan kursi caleg hanya dibatasi bagi yang berhasil mengumpulkan komposisi
suara di atas 2,5%. Pemilu ini pun mirip dengan Pemilu 1999 di mana 48 partai ikut
berlaga dalam kompetisi dagang janji ini.
DPR terdiri dari 560 anggota yang berasal dari 77 daerah pemilihan berwakil majemuk
(multi-member electoral districts) yang memiliki tiga sampai sepuluh kursi per daerah
pemilihan (tergantung populasi penduduk dapil terkait) yang dipilih melalui sistem
proporsional terbuka. Ambang batas parlemen sebesar 3,5 persen berlaku hanya untuk
DPR dan tidak berlaku untuk DPRD. Sedangkan DPD memiliki 132 perwakilan, yang
terdiri dari empat orang dari masing-masing provinsi (dengan jumlah provinsi 33), yang
dipilih melalui sistem mayoritarian dengan varian distrik berwakil banyak (single
non-transferable vote, SNTV).
Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia.
Orde Lama berlangsung sejak tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut,
Indonesia menggunakan dua sistem ekonomi yaitu sistem ekonomi liberal dan sistem
ekonomi komando.
Orde lama dapat dikatakan resmi dimulai sejak 18 Agustus 1945 saat Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai
Presiden dan Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa
hari sebelumnya.
Pada masa sesudah kemerdekaan, Indonesia menganut sistem multi partai yang ditandai
dengan hadirnya 25 partai politik. Hal ini ditandai dengan Maklumat Wakil Presiden No. X
tanggal 16 Oktober 1945 dan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.
Menjelang Pemilihan Umum 1955 yang berdasarkan demokrasi liberal bahwa jumlah
parpol meningkat hingga 29 parpol dan juga terdapat peserta perorangan.
Pada masa diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sistem kepartaian Indonesia
dilakukan penyederhanaan dengan Penpres No. 7 Tahun 1959 dan Perpres No. 13
Tahun 1960 yang mengatur tentang pengakuan, pengawasan dan pembubaran
partai-partai. Kemudian pada tanggal 14 April 1961 diumumkan hanya 10 partai yang
mendapat pengakuan dari pemerintah, antara lain adalah sebagai berikut: PNI, NU, PKI,
PSII, PARKINDO, Partai Katholik, PERTI MURBA dan PARTINDO. Namun, setahun
sebelumnya pada tanggal 17 Agustus 1960, PSI dan Masyumi dibubarkan.
Dengan berkurangnya jumlah parpol dari 29 parpol menjadi 10 parpol tersebut, hal ini
tidak berarti bahwa konflik ideologi dalam masyarakat umum dan dalam kehidupan politik
dapat terkurangi. Untuk mengatasi hal ini maka diselenggarakan pertemuan parpol di
Bogor pada tanggal 12 Desember 1964 yang menghasilkan "Deklarasi Bogor".
Moh. Mahfudz, (1998:373-375) dalam Politik Hukum di Indonesia, secara lebih spesifik
menguraikan perkembangan konfigurasi politik Indonesia ketika itu sebagai berikut:
Pertama, setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, terjadi pembalikan
arah dalam penampilan konfigurasi politik. Pada periode ini konfigurasi politik menjadi
cenderung demokratis dan dapat diidentifikasi sebagai demokrasi liberal. Keadaan ini
berlangsung sampai tahun 1959, dimana Presiden Soekarno menghentikannya melalui
Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Pada periode ini pernah berlaku tiga konstitusi, yaitu UUD
1945, Konstitusi RIS 1949, dan UUDS 1950.
Kedua, konfigurasi politik yang demokratis pada periode 1945-1959, mulai ditarik
lagi ke arah yang berlawanan menjadi otoriter sejak tanggal 21 Februari 1957, ketika
Presiden Soekarno mengutarakan konsepnya tentang demokrasi terpimpin. Demokrasi
Terpimpin merupakan pembalikan total terhadap sistem demokrasi liberal yang sangat
ditentukan oleh partai-partai politik melalui free fight.
Pada masa pemerintahan orde lama, indonesia mengalami beragam gejolak politik yang
sangat mempengaruhi jalannya pemerintahan, diantaranya adalah sebagai berikut:
Demokrasi parlementer
Tidak lama setelah merdeka Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang terdiri dari
sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada
MPR atau parlemen. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah
pemilu pertama pada tahun 1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil sulit dicapai.
Peran Islam di Indonesia juga menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih condong ke negara
sekuler yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok Muslim lebih
mengharapkan negara Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang
menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum Islam.
Demokrasi Terpimpin
Pemberontakan yang gagal di Jawa Barat, Sumatera, Sulawesi dan pulau-pulau lainnya
yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi
baru, serta melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika
Presiden Soekarno secara unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang
bersifat sementara, yang memberikan kekuatan presidensil yang besar.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah
label "Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju
non-blok, dan kebijakan tersebut didukung para pemimpin penting negara-negara bekas
jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Uni Timur / Soviet maupun Blok Barat /
Eropa dan Amerika. Selain menyatakan dukungannya terhadap Soekarno, Para
pemimpin tersebut juga berkumpul di Bandung pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika
untuk mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.
Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal tersebut
adalah sebuah "Rencana Neo-Kolonial" untuk memuluskan rencana komersial Inggris di
wilayah tersebut. Selain itu dengan dibentuknya Federasi Malaysia dianggap soekarno
akan memperluas pengaruh imperialisme negara-negara Barat di kawasan Asia dan
memberikan celah kepada negara Australia dan Inggris untuk mempengaruhi perpolitikan
regional Asia.
Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh
dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada
PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas
kudeta dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk
mengambil alih kekuasaan. Kemudian lebih dari puluhan ribu orang yang dituduh PKI
kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada 1966 diprediksi mencapai 500.000.
Orde Baru dikukuhkan dalam sebuah sidang MPRS yang berlangsung pada Juni-Juli
1966. diantara ketetapan yang dihasilkan sidang tersebut ialah melarang PKI berikut
ideologinya untuk tubuh dan berkembang di Indonesia dan mengukuhkan Supersemar.
Dari ketetapan tersebut, berakibat pada setiap orang yang pernah terlibat dalam aktivitas
PKI ditahan, diadili, diasingkan atau dieksekusi. Pada masa Orde Baru pula pemerintahan
menekankan stabilitas nasional dalam program politiknya dan untuk mencapai stabilitas
nasional terlebih dahulu diawali dengan apa yang disebut dengan konsensus nasional.
Ada dua macam konsensus nasional, yaitu :
1. Pertama berwujud kebulatan tekad pemerintah dan masyarakat untuk
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Konsensus
pertama ini disebut juga dengan konsensus utama.
2. Sedangkan konsensus kedua adalah konsensus mengenai cara-cara
melaksanakan konsensus utama. Artinya, konsensus kedua lahir sebagai lanjutan
dari konsensus utama dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Konsensus
kedua lahir antara pemerintah dan partai-partai politik dan masyarakat.
Mengawali masa orde baru, setelah Kabinet Ampera terbentuk (25 Juli 1966). Selanjutnya
dicanangkan UU Penanaman Modal Asing (10 Januari 1967), kemudian Penyerahan
Kekuasaan Pemerintah RI dari Soekarno kepada Mandataris MPRS (12 Februari 1967),
lalu disusul pelantikan Soeharto (12 Maret 1967) sebagai Pejabat Presiden.
Visi utama dari pemerintahan Orde Baru ini adalah untuk dapat menjalankan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan dapat konsekuen didalam seluruh aspek kehidupan
bermasyarakat di Indonesia.
Dengan kehadiran visi tersebut, Orde Baru dapat memberikan sebuah harapan bagi
seluruh rakyat Indonesia, terutama yang telah berkaitan dengan suatu perubahan politik,
dari yang mempunyai sifat otoriter yang terjadi pada masa demokrasi terpimpin di bawah
kepemimpinan Presiden Soekarno agar menjadi lebih demokratis.
Harapan dari rakyat tersebut tentu saja memiliki dasar. Presiden Soeharto yang dianggap
sebagai tokoh utama masa Orde Baru ini dipandang rakyat sebagai sesosok pahlawan
yang mampu mengeluarkan sebuah bangsa ini agar dapat keluar dari keterpurukan. Hal
ini dapat dianggap demikian karena beliau berhasil membubarkan kelompok komunis
yaitu PKI, yang pada waktu itu telah dijadikan musuh utama di negeri ini. Selain itu, beliau
juga telah berhasil menciptakan keadaan stabilitas keamanan di negeri ini pasca
pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan waktu yang relatif singkat. Itulah
yang menyebabkan beberapa anggapan yang mendasari kepercayaan rakyat Indonesia
terhadap pemerintahan Orde Baru ini di bawah kepimpinan Presiden Soeharto.
Tetapi kemudian harapan rakyat tersebut tidak sepenuhnya dapat terwujud. Karena
apabila dilihat dan dirasakan sejatinya di dalam negeri ini tidak ada perubahan yang
substantif dari suatu kehidupan politik di Indonesia. Antara masa Orde Baru maupun
masa Orde Lama sejatinya sama-sama otoriter. Di dalam perjalanan politik dari
pemerintahan Orde Baru, kekuasaan dari Presiden merupakan semua pusat dari seluruh
proses perpolitikan di Indonesia.
Lembaga Kepresidenan juga merupakan pengontrol yang utama dari lembaga negara
lainnya baik itu yang bersifat suprastruktur (DPR, MPR, MA, BPK dan DPA) maupun yang
bersifat infrastruktur (LSM, Partai Politik, dan sebagainya). Selain itu, Presiden Soeharto
juga memiliki sejumlah legalitas yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun seperti
Pengemban Supersemar, Mandataris MPR, Bapak Pembangunan, maupun Panglima
Tertinggi dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai tanda
akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan "Era Reformasi". Masih adanya
tokoh-tokoh penting pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan di masa Reformasi ini
sering membuat beberapa orang mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir.
Oleh karena itu Era Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai "Era Pasca
Orde Baru".
Berakhirnya rezim Orde Baru, telah membuka kemungkinan guna menata kehidupan
demokrasi. Reformasi politik, ekonomi dan hukum merupakan agenda yang tidak dapat
ditunda. Demokrasi menuntut lebih dari sekedar pemilu. Demokrasi yang mumpuni harus
dibangun melalui struktur politik dan kelembagaan demokrasi yang sehat. Namun
nampaknya tuntutan reformasi politik, telah menempatkan pelaksanan pemilu menjadi
agenda pertama.
Pemilu pertama di masa reformasi hampir sama dengan pemilu pertama tahun 1955
diwarnai dengan keprihatinan dan kejutan.
Pertama, menurunnya perolehan suara Golkar.
Kedua, kenaikan perolehan suara PDI P.
Ketiga, kegagalan partai-partai Islam meraih suara siginifikan.
Keempat, kegagalan PAN, yang awalnya dinilai paling reformis, ternyata hanya
menempati urutan kelima.
Kekalahan PAN, mengingatkan pada kekalahan yang dialami Partai Sosialis, pada pemilu
1955, diprediksi akan memperoleh suara signifikan namun lain nyatanya.
Baca Juga : Sejarah Pelaksanaan Pemilu di Indonesia dari Masa ke Masa (1955-2014)
Beberapa langkah perubahan diambil oleh Habibie, seperti liberalisasi parpol, kebebasan
berpendapat, pemberian kebebasan pers, dan pencabutan UU Subversi. Walaupun
begitu Habibie juga sempat tergoda meloloskan UU Penanggulangan Keadaan Bahaya,
namun urung dilakukan karena besarnya tekanan politik dan kejadian Tragedi Semanggi
II yang menewaskan mahasiswa UI, Yun Hap.
Namun di akhir pemerintahan habibie, pemilu tahun 1999 dapat terlaksana dengan baik
meskipun pengesahan hasil Pemilu sempat tertunda, secara umum proses pemilu multi
partai pertama di era reformasi jauh lebih Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia (Luber)
serta adil dan jujur dibanding masa Orde Baru. Hampir tidak ada indikator siginifikan yang
menunjukkan bahwa rakyat menolak hasil pemilu yang berlangsung dengan aman.
Kemudian pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid / Gus Dur sebagai
presiden dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Gus Dur
membentuk kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999
dan melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai
tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia
menyebabkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang
semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Gus Dur sehingga
menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
Dalam pemilihan presiden yang diikuti lima kandidat (Susilo Bambang Yudhoyono,
Megawati Soekarno Putri, Wiranto, Amin Rais dan Hamzah Haz), berlangsung dalam dua
putaran, yang menempatkan pasangan SBY dan JK, dengan meraih 60,95 persen suara
sebagai pemenang. Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia.
Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai hambatan dan
tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang
meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang
mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah
Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan menyudahi konflik
berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh. Atas prestasi SBY yang di tanam sejak
tahun 2004 telah mengantar beliau naik kembali duduk di kursi presiden dengan
pasanganya pak Budiono pada pemilu tahun 2009.
Kegiatan partisipasi politik di masa orde lama atau atau saat diberlakukannya demokrasi
parlementer (1945-1959) berjalan dengan hingar bingar, terutama melalui saluran partai
politik yang mengakomodasikan ideologi dan nilai primordialisme (paham yang
memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil) yang tumbuh di tengah masyarakat.
Saat diterapkannya demokrasi parlementer juga sering disebut masa kejayaan demokrasi
di Indonesia, sebab hampir seluruh elemen demokrasi dapat ditemukan dalam
perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen
memainkan peranan yang sangat vital dalam proses politik yang berjalan. Perwujudan
kekuasaan parlemen ini diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya
kepada pihak pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya.
Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam periode ini merupakan contoh nyata dari
tingginya akuntabilitas pemegang jabatan dan politisi. Terdapat sekitar 40 partai yang
terbentuk dengan tingkat otonomi yang tinggi dalam proses rekruitmen baik pengurus,
atau pimpinan partainya maupun para simpatisannya.
Dalam perkembangan demokrasi di era orde lama atau saat diberlakukannya demokrasi
parlementer (1945-1959) salah satu hal yang dikecewakan adalah masalah presiden
(soekarno) yang hanya sebagai simbolik semata begitu juga peran militer.聽
Akhirnya massa ini mengalami kehancuran setelah terjadinya perpecahan antar elit dan
antar partai politik. Perpecahan antar elit politik ini diperparah dengan konflik tersembunyi
antar kekuatan parpol dengan Soekarno dan militer, serta adanya ketidakmampuan
setiap kabinet dalam merealisasikan programnya dan mengatasi potensi perpecahan
regional. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Soekarno untuk merealisasikan nasionalis
ekonomi, dan diberlakukanya UU Darurat pada tahun 1957, maka sebuah masa
demokrasi parlementer (1945-1959) telah usai dan demokrasi terpimpin kini telah dimulai.
Secara umum, terdapat 3 poin penting yang menjadi penyabab gagalnya pelaksanaan
demokrasi parlementer (1945-1959) di indonesia, adalah sebagai berikut:
1. Persamaan kepentingan antara presiden Soekarno dengan kalangan Angkatan
Darat, yang sama-sama tidak suka dengan proses dan kondisi politik yang
berjalan.
2. Dominannya politik aliran, sehingga membawa konsekuensi terhadap
pengelolaan konflik
3. Basis sosial ekonomi yang masih sangat lemah
Setelah gagalnya demokrasi parlementer dan diteruskan oleh demokrasi terpimpin maka
periode demokrasi terpimpin ini secara dini dimulai dengan terbentuknya Zaken Kabinet
pimpinan Ir. Juanda pada 9 April 1957, dan menjadi tegas setelah Dekrit Presiden 5 Juli
1959.
Akibat dari demokrasi terpimpin adalah kekuasaan menjadi tersentral di tangan presiden,
dan secara signifikan diimbangi dengan peran PKI dan Angkatan Darat.
Kekuatan-kekuatan Suprastruktur dan infrastruktur politik dikendalikan secara hampir
penuh oleh presiden. Dengan ambisi yang besar PKI mulai memperluas kekuatannya
sehingga terjadi kudeta oleh PKI yang akhirnya gagal di penghujung September 1965.
Dari uraian diatas dapat di simpulkan menjadi beberapa poin penting dalam
perkembangan demokrasi Orde Lama, antara lain:
Stabilitas politik secara umum memprihatinkan. Ditandai dengan kuantitas konflik
politik yang amat tinggi. Konflik kebanyakan bersifat ideologis dan primordial dalam masa
20 tahun pasca merdeka.
Stabilitas pemerintah dalam 20 tahun bereda dalam kedaan memprihatinkan.
Mengalami 25 pergantian kabinet, 20 kali pergantian kekuasaan eksekutif dengan
rata-rata satu kali pergantian setiap tahun.
Perangkat kelembagaan yang memprihatinkan. Ketidaksiapan aparatur
pemerintah dalam proses politik menjadikan birokrasi tidak terurus.
Krisis ekonomi. Pada masa demokrasi parlementer krisis dikarenakan kabinet
tidak sempat untuk merealisasika program ekonomi karena pergantian kekuasaan yang
kerap terjadi. Masa demokrasi terpimpin mengalami krisis ekonomi karena
kegandrungannya terhadap revolusi serta urusan internasional sehingga kurang
diperhatikannya sektor ekonomi dalam negeri.
Setelah terjadi tekanan politik dan demonstrasi besar, pada 21 Mei 1998 Presiden Soeharto
mengumumkan pengunduran dirinya.
Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat terutama dalam pembangunan
disegala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V. Namun lama kelamaan perkembangan yang
terlihat adalah semakin lebarnya kesenjangan antara kekuasaan negara dengan
masyarakat. Orde Baru mewujudkan dirinya sebagai kekuatan yang kuat dan relatif
otonom, sementara masyarakat semakin terasingkan dari lingkungan kekuasaan dan
proses pembuatan kebijakan. Kedaan ini tidak lain adalah akibat dari:
1. Intervensi negara secara berlebihan terhadap perekonomian dan pasar yang
memberikan keleluasaan lebih kepada negara untuk mengakumulasikan modal
dan kekuatan ekonomi.
2. Kemenangan mutlak Partai Golkar dalam pemilu yang memberi legitimasi politik
yang kuat kepada negara.
3. Dijalankannya regulasi-regulasi politik semacam birokratisasai, depolitisasai,
dan institusionalisasi.
4. Dipakai pendekatan keamanan
5. Tersedianya sumber biaya pembangunan, baik dari eksploitasi minyak bumi dan
gas serta dari bantuan luar negeri, dan akhirnya sukses menjalankan kebijakan
pemenuhan kebutuhan pokok rakya sehingga menyumbat gejolak masyarakat
yang potensinya muncul karena sebab struktural.
Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru ditandai oleh dominannya peranan ABRI,
birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan
fungsi partai politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan publik,
monolitisasi ideologi negara, dan inkorporasi lembaga nonpemerintah.
Berakhirnya masa Orde Baru, melahirkan era baru yang disebut masa reformasi.
OrdeBaru berakhir pada saat Presiden Soeharto menyerahkan kekuasaan kepada Wakil
Presiden B.J.Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
Perkembangan Demokrasi Masa Reformasi (1998 Sampai Sekarang)
Sejak berakhirnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden
Soeharto, maka indonesia memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai
hasil dari kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir seluruh aspek kehidupan
masyarakat dan negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini diawali dengan
di amandemennya UUD 1945 (bagian Batangtubuhnya) sebab dinilai sebagai sumber
utama kegagalan tatanan kehidupan kenegaraan di masa Orde Baru.
Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah Demokresi
Pancasila, tentu saja dengan karakteristik yang berbeda dengan Demokresi Pancasila
yang diterapkan pada masa orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi perlementer
tahun 1950-1959.
Perbaikan ke arah positif Perkembangan Demokrasi pada masa Reformasi ini dapat
tercermin dalam beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pemilu yang dilaksanakan tahun 1999 jauh lebih demokratis dari yang
sebelumnya serta pelaksanaan pemilu setelah tahun 1999 juga berjalan
demokratis dan lebih baik daripada pelaksanaan pemilu sebelum 1999.
2. Sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan
pendapat.
3. Pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka.
4. Rotasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampai pada
tingkat desa.
Perkembangan demokrasi masa reformasi yang menuju ke arah positif dapat terlihat dari
pengakuan Freedom House pada Tahun 2006 yang memasukkan negara Republik
Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga setelah Amerika dan India.
Pujian-pujian atas perkembangan demokrasi juga terus mengalir dari berbagai kalangan.
Kondisi ini dikuatkan dengan pernyataan Jusuf Kalla (mantan Wapres) yang mengatakan
bahwa demokrasi cuma cara, alat atau proses, dan bukan tujuan. Demokrasi boleh di
nomor duakan di bawah tujuan utama peningkatan dan pencapaian kesejahteraan rakyat.
Oleh karenanya di tengah eforia demokrasi, kita semua harus berhati-hati akan
kepentingan sempit yang sangat mungkin menjadi penumpang gelap. selain itu
sinkronisasi antara demokrasi dengan pembangunan nasional haruslah sejalan bukan
malah sebaliknya demokrasi yang ditegakkan hanya untuk pemenuhan kepentingan
partai dan kelompok tertentu saja. Jadi, demokrasi yang kita terapkan sekarang haruslah
mengacu pada sendi-sendi bangsa Indonesia yang berdasarkan filsafah bangsa yaitu
Pancasila dan UUD 1945 serta bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan bangsa
indonesia secara umum.
Sedangkan Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau
kesatuan kepulauan. Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur atau diapit di
antara dua hal (dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia serta dua samudra yakni
samudera Pasifik dan samudera Hindia). Jadi Nusantara adalah kesatuan kepulauan
yang terletak antara dua benua, yaitu benua Australia dan Asia, serta dua samudra, yaitu
samudra Pasifik dan Hindia. Berdasarkan pengertian modern, selanjutnya kata
"nusantara" digunakan sebagai penyebutan nama Indonesia.
Hakikat Wawasan Nusantara adalah Keutuhan Nusantara atau Nasional, yang juga dapat
diartikan sebagai cara pandang yang utuh / menyeluruh dalam lingkup nusantara dan
demi kepentingan nasional. Hal Ini berarti, setiap warga dan aparat negara harus berpikir,
bersikap dan bertindak secara utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan
nasional, bangsa dan negara Indonesia.
Selain itu, dalam paradigma nasional, kedudukan wawasan nusantara adalah sebagai
berikut:
1. Pancasila sebagai falsaah, ideologi bangsa dan dasar negara berkedudukan
sebagai landasan idil
2. UUD 1945 adalah landasan konstitusi negara yang berkedudukan sebagai
landasan konstitusional.
3. GBHN (garis-garis besar haluan negara) sebagai politik dan strategi nasional
atau sebagai kebijakan dasar nasional yang berkedudukan sebagai landasan
operasioal.
4. Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional yang berkedudukan sebagai
landasan konsepsional.
5. Sebagai visi nasional yang berkedudukan sebagai landasan visional.
Pengertian Geopolitik
Geopolitik berasal dari dua kata yaitu "Geo" dan "Politik". "Geo" artinya bumi/planet bumi.
Menurut Preston E. James, geografi mempersoalkan tata ruang yaitu sistem dalam hal
menempati suatu ruang di permukaan bumi. Dengan demikian, geografi berkaitan dengan
interelasi antara manusia dengan lingkungan tempat hidupnya. "Politik" berarti kekuatan
yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan dasar dalam menentukan alternatif
kebijaksanaan nasional untuk mewujudkan tujuan nasional.
Jadi, geopolitik dapat diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam
wujud kebijaksanaan nasional yang didukung oleh aspirasi nasional geografik
(kepentingan yang titik beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau
territorial dalam arti luas) suatu negara, yang apabila dijalankan dan berhasil akan
berdampak langsung kepada system politik sebuah negara.
Teori-Teori Geopolitik
Karl Haushofer yang pernah menjadi atase militer di Jepang juga pernah meramalkan
bahwa Jepang akan menjadi negara yang jaya didunia dimana untuk menjadi jaya
sebuah bangsa harus bisa menguasai benua-benua di dunia. Ia berpendapat bahwa
pada hakikatnya dunia terbagi atas empat kawasan benua dan dipimpin oleh negara yang
unggul.
Baca Juga : Wawasan Kebangsaan Indonesia Lengkap Pengertian, Makna dan Nilai
Wawasan Nusantara Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan bangsa
Indonesia yang berdasarkan falsafah pancasila dan oleh pandangan geopolitik Indonesia
yang berdasarkan pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa Indonesia. Karena
dasar pemikiran Wawasan Nusantara terdiri atas dasar pemikiran berdasarkan filsafat,
kewilayahan, sosial budaya, dan kesejarahan.
1. Tujuan ke luar, yaitu terjaminnya kepentingan nasional dalam dunia yang serba
berubah, dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social serta mengembangkan suatu
kerja sama dan saling menghormati.
2. Tujuan ke dalam, yaitu menjamin perwujudan persatuan kesatuan segenap
aspek kehidupan nasional, yaitu politik, ekonomi, social budaya, pertahanan
keamanan.
Sedangkan Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau
kesatuan kepulauan. Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur atau diapit di
antara dua hal (dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia serta dua samudra yakni
samudera Pasifik dan samudera Hindia). Jadi Nusantara adalah kesatuan kepulauan
yang terletak antara dua benua, yaitu benua Australia dan Asia, serta dua samudra, yaitu
samudra Pasifik dan Hindia. Berdasarkan pengertian modern, selanjutnya kata
"nusantara" digunakan sebagai penyebutan nama Indonesia.
Ada juga fungsi dari Wawasan Nusantara jika di tinjau dari beberapa pendekatan.
Diantaranya:
Wawasan nusantara sebagai konsepsi ketahanan nasional, yaitu wawasan
nusantara dijadikan konsep dalam pembangunan nasional, pertahanan keamanan, dan
kewilayahan.
Wawasan nusantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan negara ialah
pandangan geopolitik Indonesia dalam lingkup tanah air Indonesia sebagai satu kesatuan
yang mencakup seluruh wilayah dan segenap kekuatan negara.
Wawasan nusantara sebagai wawasan pembangunan mempunyai cakupan
kesatuan politik, kesatuan ekonomi, kesatuan sosial dan ekonomi, kesatuan sosial dan
politik, dan kesatuan pertahanan dan keamanan.
Wawasan nusantara sebagai wawasan kewilayahan, sehingga berfungsi dalam
pembatasan negara, agar tidak terjadi sengketa dengan negara tetangga.
Ketahanan Nasional dibutuhkan dalam rangka menjamin eksistensi bangsa dan negara
dari segala gangguan baik yang datangnya dari dalam maupun dari luar negeri. Untuk itu
bangsa Indonesia harus tetap memiliki ketangguhan dan keuletan 聽 yang perlu dibina
secara konsisten dan berkelanjutan
2. Wibawa
Makin tinggi tingkat ketahanan nasional Indonesia makin tinggi pula nilai kewibawaan
nasional yang berarti makin tinggi tingkat daya tangkal yang dimiliki bangsa dan negara
Indonesia.
3. Dinamis
Ketahanan nasional tidaklah tetap melainkan dapat meningkat dan atau menurun
tergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara serta kondisi lingkungan
strategisnya.
Pada tahun 1983, lembaga ini berubah nama menjadi Lembaga Ketahanan Nasional,
yang berada di bawah Panglima ABRI.
Pada tahun 1994 lembaga ini berada langsung di bawah Menteri Pertahanan dan
Keamanan.
BELA NEGARA
Pengertian Bela Negara
Bela Negara adalah tekad, perilaku dan sikap warga negara yang dilakukan secara
menyeluruh, teratur dan terpadu serta dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI berdasarkan
pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan (eksistensi) hidup Bangsa dan
Negara.
Bela Negara juga dapat diartikan sebagai suatu konsep yang disusun oleh perangkat
perundangan dan petinggi sebuah negara tentang patriotisme seseorang, suatu
kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan menjaga dan
mempertahankan keberlangsungan negara tersebut.聽 Secara fisik, hal ini dapat diartikan
sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari pihak yang
mengancam eksistensi negara tersebut, sedangkan secara non-fisik konsep ini
diterjemahkan sebagai upaya untuk turut serta berperan aktif dalam memajukan bangsa
dan negara, baik lewat moral, sosial, pendidikan, maupun peningkatan kesejahteraan
orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.
Dalam upaya menjaga kesadaran bela negara, dibuatlah sebuah momen untuk
memperingatinya. Hari yang sudah ditetapkan sebagai hari Bela Negara dipilih tanggal 19
Desember. Penetapan ini dimulai tahun 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
yang dituangkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006.
Selain itu, Untuk mewujudkan kesadaran dan menyatukan konsep bela negara di tengah
masyarakat, salah satunya dilakukan melalui penciptaan lagu Mars Bela Negara. Mars ini
digubah oleh salah seorang musisi Indonesia yang mempunyai nasionalisme, yaitu
Dharma Oratmangun.