Anda di halaman 1dari 363

MATERI

TES
WAWASAN
KEBANGSAAN
Disusun oleh:
Prof. Dr.rer.nat Surya Jatmika,
M. Sc, M. Eng, P.hD
SEJARAH PEMBENTUKAN PANCASILA
SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA
Pancasila adalah ideologi dasar bagi Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas.

Simpulan: Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa


dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila terdiri dari lima sila. Lima sendi utama (Sila) penyusun Pancasila adalah
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
dan tercantum pada paragraf ke 4 Preambule (Pembukaan) UUD1 945.

PANCASILA SEBAGAI SEJARAH


Sejarah pembentukan pancasila erat kaitannya dengan Perjuangan bersenjata
bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, dalam hal ini Belanda dan Jepang.

Penjajahan Belanda usai pada 8 Maret 1942, Sejak itu Indonesia diduduki oleh
Jepang. Namun Jepang tidak lama melakukan pendudukan di Indonesia. Karena
Sejak tahun 1944, tentara Jepang mulai kesulitan dalam menghadapi tentara
Sekutu.

Untuk mendapat simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam
melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan kepada rakyat
indonesia. Janji kemerdekaan diucapkan pada tanggal 7 September 1944 oleh
Perdana Menteri Kaiso.

Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang
memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu
janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan
(Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura)

Dalam maklumat tersebut juga dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik


Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Tugas BPUPKI: adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya
diberikan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi
kemerdekaan Indonesia.

Keanggotaan BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan


mengadakan sidang pertama BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni
1945. Dalam sidang pertama ini yang dibicarakan khusus mengenai calon dasar
negara untuk bangsa Indonesia setelah merdeka nanti. Pada sidang pertama Ir.
Soekarno dan Muhammad Yamin mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia
merdeka.

Muhammad Yamin (29 Mei 1945)


Muhammad Yamin memberikan usul mengenai dasar negara secara lisan yang terdiri
atas lima hal, yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Selain itu Muhammad Yamin juga memberikan usul secara tertulis yang juga terdiri
dari lima hal, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Bung Karno (1 Juni 1945)


Pada Tanggal 1 Juni 1945 Bung Karno (Ir. Soekarno) di depan Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mengusulkan calon
dasar negara yang terdiri dari lima asas, oleh bung karno kelima asas tersebut
diberi nama Pancasila, inilah awal terbentuknya dasar negara Pancasila, yang
kemudian pada tanggal tersebut dikenang sebagai hari lahirnya Pancasila. 1
Juni menjadi tanggal yang sangat penting, karena di situlah Pancasila telah lahir, dan
inilah hari lahir dasar negara Indonesia. berikut kelima asas yang diusulkan Bung
Karno sebagai calon dasar negara:
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

Kelima hal tersebut oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Kemudian Bung Karno
mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan
Berikutnya tiga hal tersebut menurutnya juga bisa diperas lagi menjadi Ekasila yaitu
Gotong Royong.

Pancasila Sebagai Ideologi

Selesai sidang 1 BPUPKI, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat
untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul yang
masuk dan memeriksanya serta melaporkan dalam sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap
anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai
dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri dari 8 orang,
yaitu:
 Mr. Muh. Yamin
 Ir. Soekarno
 K.H. Wachid Hasjim
 Ki Bagus Hadikusumo
 M. Sutardjo Kartohadikusumo
 R. Otto Iskandar Dinata
 Mr. A.A. Maramis
 Drs. Muh. Hatta

Kemudian Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia
Kecil, dengan para anggota BPUPKI yang berada (berasal) di Jakarta. Hasil
yang dapat dicapai antara lain adalah dibentuknya sebuah Panitia Kecil
Penyelidik Usul-Usul / Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang,
yaitu:
 Mr. Muh. Yamin
 Ir. Soekarno
 Mr. A.A. Maramis
 Drs. Muh. Hatta
 K.H. Wachid Hasyim
 Mr. Ahmad Subardjo
 Abikusno Tjokrosujoso
 Abdul Kahar Muzakkir
 H. Agus Salim (DISINGKAT SU/HA/MA/WA/DUL/3A/MIN)

Panitia Kecil yang beranggotakan 9 orang ini pada tanggal tersebut juga melanjutkan
sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian
lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”.
Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-14 juli 1945, Agenda sidang BPUPKI kali
ini membahas tentang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
kewarganegaraan Indonesia, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan
keuangan, pembelaan negara, serta pendidengajaran. Pada persidangan BPUPKI
yang kedua ini, anggota BPUPKI dibagi-bagi dalam panitia-panitia kecil.
Panitia-panitia kecil yang terbentuk itu antara lain adalah: Panitia Pembelaan
Tanah Air (diketuai oleh Raden Abikusno Tjokrosoejoso), Panitia Perancang
Undang-Undang Dasar (diketuai oleh Ir. Soekarno) dan Panitia Ekonomi dan
Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta).

Kemudian Pada tanggal 9 Agustus dibentuk PPKI (Panitia Persiapan


Kemerdekaan Indonesia) yang menggantikan BPUPKI. Pada tanggal 15
Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, dan sejak saat itu
Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh para
pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan
PPKI menggelar sidang, dengan acara utama memilih Presiden dan Wakil Presiden
dan mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan preambulnya (Pembukaannya).

Untuk pengesahan Pembukaan (Preambul), terjadi proses yang cukup panjang.


Sebelum mengesahkan Preambul (pembukaan), Bung Hatta terlebih dahulu
mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah
Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur yang
menemuinya.

Inti dari pertemuan Hatta dan perwakilan Inndonesia Timur adalah, rakyat
Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di
belakang kata "ketuhanan" yang berbunyi "dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dihapus. Jika tidak maka rakyat
Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari Indonesia yang baru
saja diproklamasikan, hal tersebut karena mayoritas penduduk di indonesia
bagian timur beragama non-muslim.

Usul kemudian disampaikan oleh Muh. Hatta pada sidang pleno PPKI, khususnya
kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada KH. Wakhid
Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta kemudian
berusaha meyakinkan tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa indonesia.

Setelah dilakukan Musyarah dan Mufakat serta Oleh karena pendekatan yang intens
dan demi persatuan dan kesatuan, akhirnya dihapuslah kata "dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" di belakang kata Ketuhanan
dan diganti dengan "Yang Maha Esa".
LAMBANG DAN SIMBOL KENEGARAAN

Arti dan Makna Lambang dan Simbol Negara - Garuda Pancasila merupakan
Lambang negara Indonesia, yang juga memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika
(Meskipun Berbeda-beda tetapi tetap satu Jika). Lambang negara Indonesia
berbentuk burung Garuda dengan kepala menghadap ke sebelah kanan (dari sudut
pandang Garuda), dan mempunyai perisai berbentuk seperti jantung yang digantung
menggunakan rantai pada leher Garuda, dan terdapat semboyan Bhinneka Tunggal
Ika yang bermakna "Meskipun Berbeda-beda tetapi tetap satu Jiwa" tertulis di atas
pita yang dicengkeram oleh Garuda. Sultan Hamid II lah yang merancang
Lambang ini, namun kemudian disempurnakan oleh Bung Karno, Setelah itu
diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada tanggal
11-Februari-1950 dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat.

Ideologi Pancasila
Lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila penggunaannya diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 43/1958.

DESKRIPSI DAN ARTI FILOSOFI LAMBANG NEGARA


Garuda
 Garuda Pancasila merupakan burung yang sudah dikenal melalui mitologi
kuno di sejarah Nusantara (Indonesia), yaitu tunggangan Dewa Wishnu yang
berwujud seperti burung elang rajawali. Garuda dipakai sebagai Simbol Negara
untuk menggambarkan Negara Indonesia merupakan bangsa yang kuat
dan besar.
 Warna keemasan di burung Garuda mengambarkan kejayaan
dan keagungan.
 Garuda memiliki sayap, paruh, cakar dan ekor yang melambangkan
tenaga dan kekuatan pembangunan.
 Jumlah bulu Garuda Pancasila mengambarkan hari / Tanggal proklamasi
kemerdekaan Bangsa Indonesia, yaitu tanggal 17-Agustus-1945, antara lain:
Jumlah bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17, Jumlah bulu pada ekor
berjumlah 8, Jumlah bulu di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19, Jumlah
bulu di leher berjumlah 45.
Perisai
 Perisai merupakan tameng yang telah lama dikenal dalam budaya dan
peradaban Nusantara sebagai senjata yang
melambangkan perlindungan, pertahanan dan perjuangan diri untuk
mencapai tujuan.
 Di tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang menggambarkan
garis khatulistiwa hal tersebut mencerminkan lokasi / Letak Indonesia, yaitu
indonesia sebagai negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa.
 Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara
Pancasila.
 Warna dasar pada ruang perisai merupakan warna bendera Indonesia
(merah-putih). dan pada bagian tengahnya memiliki warna dasar hitam.

Berikut adalah Pembagian dan penjelasan lambang pada ruang perisai:

Makna Sila Pertama Pancasila, Bintang Tunggal


Makna Sila 1, Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan Perisai hitam
dengan sebuah bintang emas berkepala lima (bersudut lima), bintang emas
sendiri dapat diartikan sebagai sebuah cahaya seperti layaknya Tuhan yang
menjadi cahaya kerohanian bagi setiap manusia.

Makna Sila Kedua Pancasila, Rantai Emas


Makna Sila 2, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan Rantai yang
disusun atas gelang-gelang kecil ini menandakan hubungan manusia satu
sama lain yang saling membantu, gelang yang persegi menggambarkan pria
sedangkan gelang yang lingkaran menggambarkan wanita.
Makna Sila Ketiga Pancasila, Pohon Beringin
Makna Sila 3, Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin (Ficus
benjamina) di bagian kiri atas perisai berlatar putih, Pohon beringin merupakan
sebuah pohon Indonesia yang berakar tunjang - sebuah akar tunggal panjang yang
menunjang pohon yang besar ini dengan tumbuh sangat dalam ke dalam tanah. Hal
ini mencerminkan kesatuan dan persatuan Indonesia. Pohon Beringin juga
mempunyai banyak akar yang menggelantung dari ranting-rantingnya. ini
mencerminkan Indonesia sebagai negara kesatuan namun memiliki berbagai
latar belakang budaya yang berbeda-beda (bermacam-macam).

Makna Sila keempat Pancasila, Kepala Banteng


Makna Sila 4, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan. yang disimbolkan dengan kepala banteng pada
bagian kanan atas perisai berlatar merah. Lembu liar atau Banteng merupakan
binatang sosial yang suka berkumpul, sama halnya dengan manusia dimana
dalam pengambilan keputusan harus dilakukan secara musyawarah salah
satunya dengan cara berkumpul untuk mendiskusikan sesuatu.

Makna Sila kelima Pancasila, Padi Kapas


Makna Sila 5, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan
padi dan kapas di bagian kanan bawah perisai yang berlatar putih. kapas dan padi
(mencerminkan pangan dan sandang) merupakan kebutuhan pokok semua
masyarakat Indonesia tanpa melihat status maupun kedudukannya. ini
mencerminkan persamaan sosial dimana tidak adanya kesenjangan sosial
anatara satu dan yang lainnya, tapi hal ini (persamaan sosial) bukan berarti
bahwa Indonesia memakai ideologi komunisme.

Pita yang bertulis semboyan "Bhinneka Tunggal Ika"


 Sehelai pita putih dengan tulisan "Bhinneka Tunggal Ika" berwarna hitam
dicengkeram oleh Kedua cakar Garuda Pancasila.
 Semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan kutipan dari Kakawin
Sutasoma karya Mpu Tantular. Kata "bhinneka" memiliki arti beraneka ragam atau
berbeda-beda, sedang kata "tunggal" berarti satu, dan kata "ika" bermakna itu.
Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diartikan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna
meskipun berbeda beda tapi pada hakikatnya tetap satu kesatuan. Semboyan ini
digunakan untuk melambangkan kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia yang
terdiri dari beraneka ragam ras, budaya, bahasa daerah, agama, suku bangsa dan
kepercayaan.

Letak Warna Pada Bagian-bagian Garuda Pancasila


 Warna yang digunakan dalam lambang Garuda Pancasila tidak boleh
diletakkan asal asalan karena warna warna itu telah ditentukan untuk diletakkan pada
bagian-bagian yang ada pada lambang Garuda Pancasila.
 Warna hitam menjadi warna kepala banteng yang terdapat di lambang Garuda
Pancasila. Warna hitam digunakan juga untuk warna perisai tengah latar belakang
bintang, juga untuk mewarnai garis datar tengah perisai. dan Warna hitam juga
dipakai sebagai warna tulisan untuk semboyan "Bhinneka Tunggal Ika".
 Warna merah digunakan untuk warna perisai kiri atas dan kanan bawah yang
terdapat pada lambang Garuda Pancasila.
 Warna hijau digunakan sebagai warna pohon beringin.
 Warna putih dipakai untuk warna perisai kiri bawah dan kanan atas. warna
putih juga diberi pada Pita yang dicengkeram oleh Burung Garuda Pancasila.
 Sedangkan Warna kuning diletakkan sebagai warna Garuda Pancasila, untuk
warna bintang, rantai, kapas, dan padi.

Makna Warna pada Garuda Pancasila


Ada beberapa warna yang terdapat pada Lambang Garuda Pancasila. Warna-warna
yang dipakai menjadi warna pada lambang Garuda Pancasila ini memiliki makna dan
arti kurang lebih sebagai berikut.
 Warna putih memiliki arti kesucian, kebenaran, dan kemurnian.
 warna hitam memiliki makna keabadian.
 Warna merah memiliki artian keberanian.
 Warna hijau artinya adalah kesuburan dan kemakmuran.
 Warna kuning berarti kebesaran, kemegahan, dan keluhuran.
PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN
PANCASILA
Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (biasah disingkat P4) atau Eka
Prasetya Pancakarsa merupakan sebuah panduan tentang pengamalan
Pancasila dalam kehidupan bernegara semasa Orde Baru.

Panduan Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila dibentuk melalui


Ketetapan MPR no. II/MPR/1978. Ketetapan tersebut berisi tentang Eka Prasetya
Pancakarsa yang menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir
pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. Saat ini produk
hukum ini tidak berlaku lagi karena Tap MPR no. II/MPR/1978 telah dicabut melalui
Ketetapan MPR no XVIII/MPR/1998 dan termasuk dalam kelompok Ketetapan
MPR yang sudah bersifat final atau selesai dilaksanakan menurut Ketetapan
MPR no. I/MPR/2003.

Berikut merupakan poin-poin dalam butir-butir Pancasila. silakan Resapi dan hayati
isinya. isi butir butir pancasila:

Butir Pengalaman Sila Pertama Pancasila, Bintang Tunggal


Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa (Ada 7 Butir Pengalaman)
 Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan YME, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya sendiri-sendiri menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.
 Bangsa Indonesia menyatakan ketakwaannya dan kepercayaannya terhadap
Tuhan YME.
 Mengembangkan sikap hormat dan menghormati serta bekerjasama antar
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan
YME.
 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan YME kepada orang lain.
 Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME merupakan masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan YME.
 Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan YME.
 Mengembangkan sikap yang saling menghormati dan menghargai kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

Butir Pengalaman Sila Kedua Pancasila, Rantai Emas


Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (Ada 10 Butir Pengalaman)
 Mengakui persamaan hak, persamaan derajat dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda bedakan keturunan, suku, agama, jenis kelamin,
kepercayaan, warna kulit, kedudukan sosial dan sebagainya.
 Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan YME.
 Mengembangkan sikap tepa selira dan saling tenggang rasa.
 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
 Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
 Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa lain.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
 Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

Butir Pengalaman Sila Ketiga Pancasila, Pohon Beringin


Sila ketiga, Persatuan Indonesia (Ada 7 Butir Pengalaman)
 Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
 Mampu menempatkan persatuan, kesatuan serta keselamatan
dan kepentingan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
 Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
 Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
 Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
 Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.

Butir Pengalaman Sila keempat Pancasila, Kepala Banteng


Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan (Ada 10 Butir Pengalaman)
 Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
 Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai hak, kedudukan dan kewajiban yang sama.
 Mengunakan Musyawarah guna mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
 Mengutamakan musyawarah saat mengambil atau menentukan keputusan
untuk kepentingan bersama.
 Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
 Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
 Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab, selalu melaksanakan
dan menerima hasil keputusan musyawarah.
 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
 Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan YME, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.

Butir Pengalaman Sila kelima Pancasila, Padi Kapas


Sila kelima. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Ada 11 Butir
Pengalaman)
 Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
 Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang memperlihatkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan ke gotongroyo ngan.
 Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
berkeadilan sosial dan merata.
 Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
 Menghormati hak orang lain.
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
 Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah.
 Suka bekerja keras.
 Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
 Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
FUNGSI DAN KEDUDUKAN PANCASILA
Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari bahasa Sanskerta: "pañca" berarti lima dan "śīla" berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara
bagi seluruh rakyat Indonesia.

Fungsi dan Kedudukan Pancasila

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Pancasila memiliki banyak


Kedudukan dan Fungsi bagi bangsa Indonesia, Berikut Ini adalah beberapa
kedudukan dan fungsi Pancasila Bagi Bangsa Indonesia:

Fungsi dan Kedudukan Pancasila:


1. Pancasila Sebagai Dasar Negara bangsa Indonesia
Dasar negara merupakan fundamen atau Alas yang dijadikan pijakan serta dapat
memberi kekuatan kepada berdirinya suatu negara. Indonesia dibangun juga
berdasarkan pada suatu alas atau landasan yaitu Pancasila. Pancasila sebagai
dasar negara, adalah sumber kaidah hukum yang mengatur Bangsa Indonesia,
termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni rakyat, pemerintah dan
wilayah. Pancasila pada posisi seperti inilah yang merupakan dasar pijakan
penyelenggaraan negara serta seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup

Pancasila merupakan kristalisasi pengalaman hidup dalam sejarah bangsa indonesia


yang telah membentuk watak, sikap, prilaku, etika dan tata nilai norma yang telah
melahirkan pandangan hidup. Pandangan hidup sendiri adalah suatu wawasan
menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian dari nilai-nilai
luhur. Pandangan hidup berguna sebagai pedoman / tuntunan untuk mengatur
hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan
manusia dengan lingkungan.

3. Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia


Ideoligi berasal dari kata “Idea” yang berarti konsep, gagasan, pengertian dasar,
cita-cita dan logos yang berarti ilmu jadi Ideologi dapat diartikan adalah Ilmu
pengertian-pengertian dasar. Dengan demikian Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
dimana pada hakikatnya adalah suatu hasil perenungan atau pemikiran Bangsa
Indonesia. Pancasila di angkat atau di ambil dari nilai-nilai adat istiadat yang terdapat
dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia, dengan kata lain pancasila
merupakan bahan yang di angkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia.
4. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat indonesia, hal
tersebut melalui penjabaran instrumental sebagai acuan hidup yang merupakan
cita-cita yang ingin digapai serta sesuai dengan jiwa Indonesia serta karena pancasila
lahir bersamaan dengan lahirnya Indonesia yaitu pada jaman dahulu kala pada masa
kejayaan nasional. Menurut Von Savigny bahwa setiap bangsa punya jiwanya
masing-masing yang disebut Volkgeist, artinya Jiwa Rakyat atau Jiwa Bangsa.

5. Pancasila merupakan Sumber dari segala sumber tertib hukum


Poin ini dapat diartikan bahwa segala peraturan perundang-undangan / hukum
yang berlaku dan dijalankan di Indonesia harus bersumber dari Pancasila atau
tidak bertentangan (kontra) dengan Pancasila. Karena segala kehidupan negara
indonesia berdasarkan pancasila.

6. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia


Pancasila sebagai kepribadian bangsa karena Pancasila lahir bersama dengan
lahirnya bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap
mental maupun tingkah lakunya sehingga dapat membedakan dengan bangsa lain.
dan Pancasila Merupakan wujud peran dalam mencerminkan adanya
kepribadian Negara Indonesia yang bisa membedakan dengan bangsa lain,
yaitu amal perbuatan, tingkah laku dan sikap mental bangsa Indonesia.

7. Pancasila sebagai Cita-cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia
Dalam Pancasila mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia yang
menjadikan pancasila sebagai patokan atau landasan pemersatu bangsa. dimana
tujuan akhirnya yaitu untuk mencapai masyarakat adil, makmur yang merata
baik materiil maupun spiritual yang berdasarkan Pancasila.

8. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur


Karena saat berdirinya bangsa indonesia, Pancasila merupakan perjanjian luhur yang
telah disepakati oleh para pendiri bangsa untuk dilaksanakan, di lestarikan dan di
pelihara. Artinya Pancasila telah disepakati secara nasional sebagai dasar
negara tanggal 18-Agustus-1945 pada sidang PPKI (Panitia Persiapan
kemerdekaan Indonesia), PPKI ini merupakan wakil-wakil dari seluruh rakyat
Indonesia yang mengesahkan perjanjian luhur (Pancasila) tersebut.

9. Pancasila sebagai Falsafah Hidup yang Mempersatukan Bangsa Indonesia

Pancasila merupakan sarana yang ampuh untuk mempersatukan Bangsa Indonesia.


Karena Pancasila merupakan palsafah hidup dan kepribadian Bangsa Indonesia
yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang oleh Bangsa Indonesia
diyakini paling benar, bijaksana, adil dan tepat bagi Bangsa Indonesia guna
mempersatukan Rakyat Indonesia.

10. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan


Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional memiliki konsekuensi bahwa di
dalam segala aspek pembangunan nasional wajib berlandasakan pada hakikat
nilai nilai dari sila sila yang ada pada pancasila.
SEJARAH PEMBENTUKAN DAN LAHIRNYA
UUD 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau sering kita
disebut dengan UUD 1945 atau UUD '45, merupakan hukum basic law (dasar
tertulis), konstitusi pemerintahan Bangsa Indonesia.

UUD 1945 diresmikan menjadi undang-undang dasar negara oleh PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 18-Agustus-1945.
Sejak 27 Desember 1949 : di Indonesia berlaku Konstitusi RIS.
Sejak 17 Agustus 1950 : di Indonesia berlaku UUDS 1950.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 : kembali memberlakukan UUD 1945,
Tanggal 22 Juli 1959 : UUD 1945 dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR.

Pada periode 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali amendemen (perubahan),


yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia. berikut Sejarah Lahirnya UUD 1945 Negara Republik Indonesia
secara lengkap berdasarkan pembagian / periodesasi waktu terjadinya:

SEJARAH LAHIRNYA UUD 1945 NEGARA REPUBLIK INDONESIA


BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dibentuk
pada tanggal 29 April 1945 merupakan badan yang merancang konstitusi 1945.
Selama sesi pertama yang berlangsung 28 Mei - 1 Juni 1945, Pada saat itu Bung
Karno menyampaikan gagasan "Dasar Negara", yang ia beri nama Pancasila.

Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan


yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi
naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihapusnya kata "dengan kewajiban
menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" kemudian naskah Piagam
Jakarta dijadikan naskah Pembukaan UUD 1945 yang kemudian diresmikan pada
18-Agustus-1945 oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Pengesahan UUD 1945 ditetapkan oleh KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat)
pada sidangnya tanggal 29 Agustus 1945.

Kemudian Naskah rancangan UUD 1945 dibuat pada saat Sidang Ke-2 BPUPKI
tanggal 10-17 Juli 1945. dan Tanggal 18-Agustus-1945, PPKI mengesahkan UUD
1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

Periode Diberlakukannya UUD 1945


(18-Agustus-1945 sampai 27-Desember-1949)
Dalam Periode 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
karena Indonesia saat itu disibukkan oleh perjuangan mempertahankan
kemerdekaan. Kemudian pada Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal
16-Oktober-1945 mengatakan bahwa kekuasaan legislatif diserahkan kepada
KNIP, karena saat itu DPR dan MPR belum terbentuk. Selanjutnya Pada
14-November-1945 dibentuk Kabinet Semi Presidensial (Semi Parlementer)
yang pertama, dimana peristiwa tersebut adalah perubahan pertama dari sistem
pemerintahan Indonesia terhadap UUD 1945.

Kabinet pada Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949 sering terjadi
perubahan. Kabinet RI yang pertama terdiri dari 4 menteri negara dan 12
menteri memimpin departemen. Namun kabinet ini dipimpin oleh Bung Karno.

Kemudian Dalam kehidupan negara demokratis terbentuk banyak partai politik di


Indonesia. Sehingga dikeluarkan maklumat Pemerintah. Kabinet berubah menjadi
kabinet parlementer. Perubahan kabinet ini dimaksud agar bangsa Indonesia
mendapat dukungan dari negara barat yang menganut paham demokrassi dan
kabinet parlementer (Sultan Syahrir menjadi Perdana Mentri I di Indonesia).

PERIODE DIBERLAKUKANNYA KONSTITUSI RIS 1949


(27 DESEMBER 1949 SAMPAI 17 AGUSTUS 1950)
Pada saat itu pemerintah Indonesia menganut sistem parlementer. Bentuk
pemerintahan dan bentuk negara yaitu federasi negara yang terdiri dari
negara-negara yang masing-masing negara mempunyai kedaulatan sendiri untuk
mengelola urusan internal. Ini merupakan perubahan dari tahun 1945 yang
mengamanatkan bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan.

PERIODE DIBERLAKUKANNYA UUDS 1950


(17-AGUSTUS-1950 SAMPAI 5-JULI-1959)
Pada periode UUDS 1950 diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang lebih
dikenal Demokrasi Liberal. Pada periode ini kabinet sering dilakukan pergantian,
akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar, hal tersebut lantaran tiap partai lebih
mengutamakan kepentingan golongan atau partanyai. Setelah memberlakukan UUDS
1950 dan sistem Demokrasi Liberal selama hampir 9 tahun, kemudian rakyat Indonesia
sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak sesuai, hal tersebut
karena tidak cocok dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945 yang sesungguhnya.

Perangko kembali ke UUD 1945 50sen


PERIODE DIBERLAKUKANYA KEMBALI UUD 1945
(5-JULI-1959 SAMPAI 1966)
Karena situasi politik di Majelis Konstituante pada tahun 1959 yang panas dan banyak
kepentingan partai saling tarik ulur politik sehingga gagal menghasilkan sebuah konstitusi
baru, kemudian pada 5-Juli-1959, Bung Karno mengeluarkan Keputusan Presiden yang
satu itu memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai konstitusi, menggantikan Sementara
UUDS 1950 yang berlaku pada saat itu.

Pada saat itu, ada berbagai penyimpangan 1945, termasuk:


 Presiden menunjuk Ketua dan Wakil Ketua DPR/MPR dan Mahkamah Agung
serta Wakil Ketua DPA sebagai Menteri Negara.
 MPRS menetapkan Bung Karno menjadi presiden seumur hidup.

PERIODE UUD 1945 MASA ORDE BARU


(11-MARET-1966 SAMPAI 21-MEI-1998)
Selama Orde Baru (1966-1998), Pemerintah berjanji akan melaksanakan UUD 1945 dan
Pancasila secara konsekuen dan murni. Akibatnya Selama Orde Baru, UUD 1945
menjadi sangat “sakral”, di antara melalui sejumlah aturan:
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang referendum, yang merupakan
implementasi Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983.
 Keputusan No. IV / MPR / 1983 mengenai Referendum yang antara lain
menyatakan bahwa seandainya MPR berkeinginan mengubah UUD 1945, terlebih
dahulu harus meminta masukan dari rakyat dengan mengadakan referendum.
 Keputusan No. I / MPR / 1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan
untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan amandemen
terhadapnya.

MASA TRANSISI
(21-MEI-1998 SAMPAI 19-OKTOBER-1999)
Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu sejak Presiden Soeharto digantikan oleh
B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.

PERIODE PERUBAHAN UUD 1945


(SAMPAI SEKARANG)
Salah satu permintaan Reformasi pada tahun 98 adalah adanya amendemen atau
perubahan terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan amandemen UUD 1945
antara lain karena pada zaman Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (namun
pada nyataannya tidak di tangan rakyat), tetapi kekuasaan yang sangat besar malah
ada pada Presiden, hal tersebut karena adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (yang
dapat menimbulkan multitafsir), dan kenyataan rumusan UUD 1945 mengenai
semangat penyelenggara negara yang belum didukung cukup ketentuan konstitusi.

Tujuan amandemen UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar
seperti kedaulatan rakyat, tatanan negara, pembagian kekuasaan, HAM, eksistensi
negara demokrasi dan negara hukum, dll yang sesuai dengan perkembangan
kebutuhan dan aspirasi bangsa. Amandemen UUD 1945 mempunyai kesepakatan
yaitu tidak merubah Pembukaan UUD 1945, dan tetap mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), juga memperjelas sistem pemerintahan
presidensial.
Dalam periode 1999-2002, terjadi 4 kali amendemen UUD 1945 yang ditetapkan
dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR yaitu:
 Pada Sidang Umum MPR 1999, 14-21 Oktober 1999, Amandemen Pertama.
 Pada Sidang Tahunan MPR 2000, 7-18 Agustus 2000, Amandemen Kedua.
 Pada Sidang Tahunan MPR 2001, 1-9 November 2001, Amandemen Ketiga.
 Pada Sidang Tahunan MPR 2002, 1-11 Agustus 2002, Amandemen Keempat.

HASIL AMANDEMEN UUD 1945


Amandemen Pertama
Perubahan ini meliputi 9 pasal, 16 ayat yang Ditetapkan pada tanggal
19-Oktober-1999, yaitu:
 Pasal 7: Tentang Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden
 Pasal 13 ayat 2 dan 3: Tentang Penempatan dan Pengangkatan Duta
 Pasal 5 ayat 1: Tentang Hak Presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR
 Pasal 14 ayat 1: Tentang Pemberian Grasi dan Rehabilitasi
 Pasal 15: Tentang Pemberian tanda jasa, gelar, serta kehormatan lain
 Pasal 9 ayat 1 dan 2: Tentang Sumpah Presiden dan Wakil Presiden
 Pasal 21: Tentang Hak DPR untuk mengajukan RUU
 Pasal 14 ayat 2: Tentang Pemberian abolisi dan amnesty
 Pasal 20 ayat 1-4: Tentang DPR
 Pasal 17 ayat 2 dan 3: Tentang Pengangkatan Menteri

Amandemen Kedua
Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang Ditetapkan tanggal 18-Agustus-2000, yaitu:
 Bab IX A: Tentang Wilayah Negara
 Bab VI: Tentang Pemerintahan Daerah
 Bab XA: Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
 Bab VII: Tentang Dewan Perwakilan Daerah (DPR)
 Bab XV: Tentang Bahasa, Bendera, Lagu Kebangsaan dan Lambang Negara
 Bab X: Tentang Penduduk dan Warga Negara
 Bab XII: Tentang Pertahanan dan Keamanan

Amandemen Ketiga
Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang Ditetapkan tanggal 9-November-2001,
yaitu:
 Bab II: Tentang MPR
 Bab I: Tentang Bentuk dan Kedaulatan
 Bab VIII A: Tentang BPK (Badan Pemeriksa keuangan)
 Bab III: Tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara
 Bab VII A: Tentang DPR
 Bab V: Tentang Kementrian Negara
 Bab VII B: Tentang Pemilihan Umum

Amandemen Keempat
Perubahan ini meliputi 19 pasal yang terdiri dari 31 butir ketentuan serta 1 butir yang
dihapuskan. yang Ditetapkan pada tanggal 10-Agustus-2002. Pada Amandemen
keempat ini ditetapkan bahwa:

UUD 1945 sebagaimana telah diubah merupakan UUD 1945 yang ditetapkan pada
18-Agustus-1945 dan diberlakukan kembali melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Perubahan tersebut diputuskan pada rapat Paripurna MPR RI ke-9 tanggal


18-Agustus-2000 pada Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan. pengubahan substansi pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III
tentang "Kekuasaan Pemerintahan Negara". dan Bab IV tentang "Dewan
Pertimbangan Agung" dihapus.

Naskah Undang-Undang Dasar 1945


Sebelum amandemen, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37
pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49
ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan,
dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.

Setelah dilakukan 4 kali amandemen, UUD 1945 memiliki 16 bab, 37 pasal, 194 ayat,
3 pasal Aturan Peralihan, serta 2 pasal Aturan Tambahan.
TOLERANSI ANTAR UMAT
Manusia merupakan makhluk individu sekaligus juga sebagai makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial manusia diwajibkan mampu berinteraksi dengan individu /
manusia lain dalam rangka memenuhi kebutuhan. Dalam menjalani kehidupan sosial
dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok
yang berbeda dengannya salah satunya adalah perbedaan kepercayaan / agama.

Toleransi Antar Umat Beragama


Dalam menjalani kehidupan sosial tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-gesekan
yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan
agama atau ras. Dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan dalam masyarakat
maka diperlukan sikap saling menghargai dan menghormati, sehingga tidak terjadi
gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian.

Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 telah disebutkan bahwa

"Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya


sendiri-sendiri dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya"
Sehigga kita sebagai warga Negara sudah sewajarnya saling menghormati antar hak
dan kewajiban yang ada diantara kita demi menjaga keutuhan Negara dan
menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama.

Arti dan Makna Toleransi


Toleransi berasal dari bahasa latin dari kata ("Tolerare": sabar membiarkan
sesuatu). Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu perilaku atau sikap
manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghormati atau
menghargai setiap tindakan yang dilakukan orang lain.

Toleransi juga dapat dikatakan (dalam konteks agama dan sosial budaya) sikap dan
perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap golongan-golongan yang
berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas pada suatu masyarakat. Misalnya
toleransi beragama dimana penganut Agama mayoritas dalam sebuah masyarakat
mengizinkan keberadaan agama minoritas lainnya. Jadi toleransi antar umat
beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai
keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain.

Istilah toleransi juga dapat digunakan dengan menggunakan definisi "golongan /


Kelompok" yang lebih luas, misalnya orientasi seksual, partai politik, dan lain-lain.
Sampai sekarang masih banyak kontroversi serta kritik mengenai prinsip-prinsip
toleransi baik dari kaum konservatif atau liberal.

Pada sila pertama dalam Pancasila, disebutkan bahwa bertaqwa kepada tuhan
menurut agama dan kepercayaan masing-masing merupakan hal yang mutlak.
Karena Semua agama menghargai manusia oleh karena itu semua umat beragama
juga harus saling menghargai. Sehingga terbina kerukunan hidup anatar umat
beragama.

Contoh Perwujutan Toleransi Beragama:


 Memahami setiap perbedaan.
 Sikap saling tolong menolong antar sesama umat yang tidak membedakan
suku, agama, budaya maupun ras.
 Rasa saling menghormati serta menghargai antar sesama umat manusia.

Contoh pelaksanaan Toleransi Beragama:


 Memperbaiki tempat-tempat umum
 Kerja bakti membersihkan jalan desa
 Membantu korban kecelakaan lalu-lintas.
 Menolong orang yang terkena musibah atau bencana alam
Jadi, bentuk kerjasama ini harus kita praktekkan dalam kegiatan yang bersifat sosial
kemasyarakatan serta tidak menyinggung keyakinan pemeluk agama lain. melalui
toleransi diharapkan terwujud ketertiban, ketenangan dan keaktifan dalam
menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing..

Toleransi Umat Beragama di Indonesia


Pandangan ini muncul dilatarbelakangi oleh semakin meruncingnya hubungan antar
umat beragama di indonesia. Penyebab munculnya ketegangan antar umat
beragama tersebut antara lain:
 Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan
agama pihak lain.
 Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan
toleransi dalam kehidupan masyarakat.
 Sifat dari setiap agama, yang mengandung misi dakwah dan tugas dakwah.
 Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan
pendapat.
 Para pemeluk agama tidak mampu mengontrol diri, sehingga tidak
menghormati bahkan memandang randah agama lain.
 Kecurigaan terhadap pihak lain, baik antar umat beragama, intern umat
beragama, atau antara umat beragama dengan pemerintah.

Pluralitas agama hanya dapat dicapai seandainya masing-masing kelompok bersikap


lapang dada satu sama lain. Sikap lapang dada dalam kehidupan beragama akan
memiliki makna bagi kemajuan dan kehidupan masyarakat plural, apabila ia
diwujudkan dalam:
 Sikap saling mempercayai atas itikad baik golongan agama lain.
 Sikap saling menghormati hak orang lain yang menganut ajaran agamanya.
 Sikap saling menahan diri terhadap ajaran, keyakinan dan kebiasan kelompok
agama lain yang berbeda, yang mungkin berlawanan dengan ajaran, keyakinan dan
kebiasaan sendiri.
Contoh Toleransi Umat Beragama dalam Kehidupan Nyata
Toleransi antarumat beragama antara pemeluk Agama Islam dan Kristen di
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan dan Masjid Al Hikmah, Serengan, Kota
Solo, Jateng. yang tercipta sejak dahulu.
"Dua bangunan tersebut berdampingan serta memiliki alamat yang sama, yaitu di
Jalan Gatot Subroto Nomor 222, Solo,"
Namun Perbedaan keyakinan tidak menyurutkan semangat pemeluk Kristen
dan Islam setempat untuk saling menjaga kerukunan, menghormati dan
mengembangkan sikap toleransi. Bangunan Masjid Al Hikmah didirikan pada tahun
1947 sedangkan GKJ Joyodingratan didirikan 10 tahun sebelumnya atau sekitar 1937.
namun Toleransi antarumat beragama telah tercipta sejak lama disini.

Misalnya saat pelaksanaan Idul Fitri yang jatuh pada Minggu. Pengelola gereja
langsung menelepon pengurus masjid untuk menanyakan soal kepastian perayaan
Idul Fitri. Kemudian pengurus gereja merubah jadwal ibadah paginya pada Minggu
menjadi siang hari, agar tidak mengganggu umat Islam yang sedang menjalankan
shalat Idul Fitri.

Contoh lainnya adalah pengurus masjid selalu membolehkan halaman Masjid untuk
parkir kendaraan bagi umat kristiani GKJ Joyoningratan saat ibadah Paskah
maupun Natal.

hal tersebut merupakan contoh kecil toleransi antarumat beragama yang hingga saat
ini terus dipelihara. Baik pihak gereja maupun Pihak masjid, saling menghargai dan
memberikan kesempatan untuk menjalankan ibadah dengan khusyuk dan lancar bagi
masih-masing pemeluknya. seandainya terdapat oknum tertentu yang akan mengusik
kerukunan antar umat beragama di tempat tersebut, baik pihak masjid
maupaun gereja akan bergabung untuk mencegahnya.
PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA
Bangsa Indonesia dikenal sebagai negara yang majemuk, ditandai dengan
banyaknya suku, etnis, budaya, agama, adat istiadat di dalamnya. Di sisi lain, Bangsa
Indonesia dikenal memiliki masyarakat multikultural, masyarakat yang anggotanya
memiliki latar belakang budaya (cultural background) beragam. Multikulturalitas dan
Kemajemukan ini menggambarkan banyaknya keragaman yang ada. Bila dikelola
secara benar, keberagaman dapat menghasilkan energi yang luar biasa besar.
Namun sebaliknya bila tidak dikelola secara benar, kemajemukan dan
multikulturalitas dapat menghasilkan perpecahan. Oleh karena itu, Persatuan dan
Kesatuan adalah hal yang mutlak bagi bangsa indonesia.

Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa

Pengertian Persatuan dan Kesatuan


Persatuan dan kesatuan berasal dari kata "satu" yang memiliki arti utuh atau tidak
terpecah-belah. Kata Persatuan sendiri bisa diartikan sebagai perkumpulan dari
berbagai komponen yang membentuk menjadi satu. Sedangkan Kesatuan
merupakan hasil perkumpulan tersebut yang telah menjadi satu dan utuh.
Sehingga kesatuan erat hubungannya dengan keutuhan. Dengan demikian persatuan
dan kesatuan memiliki makna "bersatunya berbagai macam corak yang beraneka
ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi". Persatuan dan kesatuan
Bangsa Indonesia dapat diartikan sebagai persatuan bangsa / negara yang
menduduki wilayah Indonesia. Persatuan itu didorong untuk mencapai kehidupan
yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.

Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, istilah "Persatuan Indonesia"


merupakan faktor kunci yaitu sebagai sumber motivasi, semangat dan penggerak
perjuangan Indonesia. Hal tersebut juga tercantum pada Pembukaan UUD 1945 yang
berbunyi: "Dan perjuangan pergerakan Indonesia tlah sampelah pada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa menghantarkan rakyat Indonesia kdepan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur".

Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sudah tampak saat proklamasi


kemerdekaan bangsa Indonesia yang juga merupakan awal dibentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam Pasal 1 ayat 1 UUD. Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa, "Negara Indonesia merupakan negara
kesatuan yang berbentuk republik". Selanjutnya ditegaskan dalam Sila ketiga
Pancasila tentang tekad bangsa Indonesia mewujudkan persatuan tersebut.
Makna Persatuan dan Kesatuan
Di dalam persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia, terdapat 3 makna penting di
dalamnya, yaitu:
 Menjalin rasa kekeluargaan, persahabatan dan sikap saling tolong menolong
antar sesama dan bersikap nasionalisme.
 Menjalin rasa kemanusiaan memiliki sikap saling toleransi serta keharmonisan
untuk hidup secara berdampingan.
 Rasa persatuan dan kesatuan menjalin rasa kebersamaan dan saling
melengkapi satu sama lain.

Prinsip Persatuan dan Kesatuan


Lebih jauh lagi, arti dan makna persatuan dan kesatuan terdapat beberapa prinsip
persatuan dan kesatuan dari keberagaman di Indonesia yang juga harus kita hayati:

Prinsip Nasionalisme Indonesia


Kita harus mencintai bangsa Indonesia, namun hal tersebut bukan berarti kita harus
mengagung-agungkan bangsa kita sendiri (chauvinism). Kita tidak bisa
memaksakan kehendak kita kepada negara lain karena pandangan seperti itu akan
mencelakakan sebuah bangsa. karena sikap tersebut bertentangan dengan sila
kedua "Kemanusiaan yang adil dan beradab".

Prinsip Bhinneka Tunggal Ika


Prinsip ini mengharuskan kita mengakui bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa
yang terdiri dari berbagai agama, suku, adat istiadat dan bahasa yang majemuk. Hal
itu mewajibkan kita untuk saling menghargai dan bersatu sebagai bangsa Indonesia.

Prinsip Kebebasan yang Bertanggung jawab


Sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME. kita memiliki kebebasan dan tanggung jawab
tertentu terhadap diri kita sendiri, terhadap sesama manusia, dan tanggung jawab
dalam hubungannya dengan Tuhan YME.

Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi


Dengan semangat persatuan Indonesia, kita harus dapat mengisi kemerdekaan serta
melanjutkan pembangunan menuju masyarakat yang lebih sejahtera, adil dan
makmur. Karena Persatuan merupakan modal dasar pembangunan nasional.

Prinsip Wawasan Nusantara


Melalui wawasan nusantara, kedudukan masyarakat Indonesia diletakkan dalam
kerangka kesatuan politik, budaya, ekonomi, sosial serta pertahanan keamanan.
Dengan wawasan ini, manusia Indonesia merasa satu, sebangsa senasib
sepenanggungan, dan setanah air, serta memiliki satu tekad dalam
mewujudkan cita-cita pembangunan nasional.

Tahap Pembinaan Persatuan Bangsa Indonesia yang Paling Menonjol:


Perasaan senasib
Bangsa Indonesia memiliki sejarah yang panjang berada dalam masa penjajahan
(pemerintahan kolonial). Kondisi tersebut telah melahirkan rasa memiliki perasaan
senasib untuk bebas dari cekraman penjajah. Perasaan Senasib sepenanggungan
ketika sama-sama merasakan penjajahan menjadikan mereka bersatu untuk
berjuang melawan penjajah tanpa memandang latar belakang agama, suku, asal-usul
etnis, bahasa maupun golongan.

Sumpah Pemuda
Kebulatan tekad untuk menciptakan Persatuan Indonesia kemudian tercermin di ikrar
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta yang diprakarsai oleh
pemuda perintis kemerdekaan yang berbunyi:

 Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Bertumpah darah Satu Tanah
Air Indonesia.
 Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Berbangsa Satu Bangsa
Indonesia.
 Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa
Indonesia.

Sampai sekarang Sumpah Pemuda sering disebut sebagai pangkal tumpuan cita-cita
menuju Indonesia merdeka. Walaupun pada kenyataanya persatuan berkali-kali
mengalami gangguan dan kerenggangan.

Kebangkitan Nasional
Kebangkitan Bangsa Indonesia untuk mencapai Indonesia merdeka yang sangat
momunental ditandai dengan lahirnya Budi Utomo pada 20 Mei 1908, Budi Utomo
merupakan sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo beserta
para mahasiswa STOVIA. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan
tetapi tidak bersifat politik. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang
bertujuan mencapai kemerdekaan Bangsa Indonesia walaupun pada saat itu
organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa. Setelah
Organisasi Budi Utomo lahir kemudian bermunculan organiasasi lain yang bertujuan
mencapai Kemerdekaan Indonesia. Organisasi tersebut adalah, Serikat Islam Tahun
1911, Muhammadiyah Tahun 1912, Indiche Partij Tahun 1911, Perhimpunan
Indonesia Tahun 1924, Partai Nasional Indonesia Tahun 1929, Partindo Tahun
1933 dan sebagainya. Integrasi pergerakan dalam mencapai cita-cita itu pertama
kali tampak dalam bentuk federasi seluruh organisasi politik / organisasi masyarakat
yang ada yaitu permufakatan perhimpunan-perhimpunan Politik Kemerdekaan
Indonesia pada tahun 1927.

Proklamasi Kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 17 Agustus 1945 merupakan
titik kulminasi dari perjuangan bangsa Indonesia, ini berarti bahwa sejarah
perjuangan bangsa Indonesia telah mencapai puncaknya pada saat diproklamasikan.
Puncak bukanlah akhir, oleh karena itu perjuangan belum selesai karena itu kita
sebagai generasi muda harus tetap berjuang untuk mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan di segala bidang kehidupan. Proklamasi memiliki makna bahwa bangsa
Indonesia telah berhasil melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan dan sejak
saat itu bangsa Indonesia bebas menentukan nasibnya sendiri tanpa campur dari
negara lain.
Arti Penting Persatuan dan Kesatuan Bangsa adalah sebagai alat untuk mencapai
cita-cita proklamasi kemerdekaan yakni masyarakat yang sejahtera, adil dan
makmur. Karena Persatuan sangatlah penting untuk mencapai kesejahteraan bagi
sebuah negara.
PENGERTIAN DAN MAKNA
BHINNEKA TUNGGAL IKA
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan (moto) yang dimiliki bangsa
Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno dan seringkali diartikan dengan
kalimat "Berbeda-beda tetapi tetap satu".

Jika Diterjemahkan per kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau
"berbeda-beda". Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" yang
merupakan pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti
"satu". Kata ika berarti "itu". Jadi Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan
"Beraneka Satu Itu". Maka, Bhinneka Tunggal Ika "Beraneka Satu Itu" bermakna
meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap satu
kesatuan.

Kalimat Bhineka Tunggal Ika sendiri merupakan kutipan dari sebuah kakawin
Jawa Kuno yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular sekitar abad ke-14
semasa kerajaan Majapahit. Kakawin ini merupakan kakawin yang mengajarkan
toleransi umat beragama yaitu mengajarkan toleransi antara umat Buddha
dengan umat Hindu Siwa.

Bhinneka Tunggal Ika dalam Konteks Indonesia


Bangsa Indonesia beruntung telah memiliki falsafah bhinneka tunggal ika sejak
dahulu ketika negara barat masih mulai memerhatikan tentang konsep keberagaman.
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keberagaman. Jika dilihat dari
kondisi alam saja Indonesia sangat kaya akan ragam flora dan fauna, yang tersebar
dari ujung barat samapai ujung timur serta dari ujung selatan ke utara di terdapat
sekitar 17508 pulau. Bangsa ini juga didiami lebih dari 1000 suku yang menguasai
sekitar 77 bahasa daerah dan menganut berbagai agama dan kepercayaan.
Keberagaman ini merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Atas dasar ini, para pendiri /
proklamator bangsa sepakat untuk mengusung bhinneka tunggal ika sebagai
semboyan Bangsa Indonesia.

Karena Bagi setiap masyarakat Indonesia, semboyan Bhineka Tunggal Ika dapat
dijadikan sebagai dasar guna melaksanakan perwujudan terhadap kerukuan dan
kesatuan bangsa Indonesia. Selayaknya, kita mewujudkannya dalam kehidupan
sehari-hari, contohnya dengan cara menjalani kehidupan dengan saling menghargai
dan menghormati setiap individu / warga negara, terlepas dari setiap perbedaan yang
ada, tidak saling membedakan bahkan mencaci karena hal ini bisa menimbulkan
konflik dan menjadi sumber atau awal pemecah kesatuan bangsa.

Dengan Bhineka Tunggal Ika Rakyat Indonesia dilarang saling mendiskriminasi


dengan memandang perbedaan suku, bentuk wajah, warna kulit, agama, dan lain
sebagainya. Karena Semua rakyat indonesia perlu memiliki kesadaran bahwa
Bangsa Indonesia terdiri dari banyak keragaman. Oleh karenanya semua rakyat
indonesia harus menanamkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam hati, serta
menyingkirkan dan membuang sikap egois yang selalu mengutamakan diri sendiri
atau menomorsatukan asal daerahnya dan menganggap daerah lain tidak lebih
penting daripada daerahnya.
PENGERTIAN DAN PENERAPAN
PATRIOTISME DAN NASIONALISME
Peran serta seluruh rakyat Indonesia tak lepas dalam perjuangan untuk memperoleh
kemerdekaan. Karena Sifat Nasionalisme dan Patriotisme Rakyat merupakan kunci
penting untuk memperoleh kemerdekaan dan mempersatukan seluruh elemen
bangsa Indonesia.

Pengertian dan Penerapan Patriotisme dan Nasionalisme

Pengertian Patriotisme
Patriotisme berasal dari kata "Patriot" dan "isme" dalam bahasa Indonesia yang
berarti jiwa kepahlawanan atau sifat kepahlawanan. Serta kata "Patriotism" dalam
bahasa Inggris yang berarti sikap pantang menyerah, gagah berani, dan rela
berkorban demi bangsanya. Patriotisme merupakan sikap yang bersumber dari
perasaan cinta tanah air, sehingga menimbulkan rasa rela berkorban untuk
bangsanya.

Terdapat dua bentuk Patriotisme:


Constructive Patriotisme (Patriotisme Konstruktif) keterikatan kepada bangsa atau
negara dengan tetap menjunjung tinggi toleran terhadap kritikan, sehingga bisa
membawa perubahan positif bagi kesejahteraan bersama.

Blind Patriotism (Patriotisme Buta) keterikatan kepada bangsa atau negara tanpa
memperdulikan toleran terhadap kritik, seperti dalam ungkapan: "benar atau salah,
apapun yang dilakukan bangsa harus didukung sepenuhnya". sehingga hal tersebut bisa
membawa peperangan dan kehancuran dunia.

Perwujudan sikap patriotisme dapat dilaksanakan pada:


Masa Damai (Pasca kemerdekaan) Sikap patriotisme pada masa damai dapat
diwujudkan salah satunya dengan cara: memajukan pendidikan, menegakkan hukum dan
kebenaran, memberantas kemiskinan dan kebodohan, memelihara persaudaraan
maupun persatuan,

Masa Perang (Darurat) Sikap patriotism pada masa perang (darurat) dapat diwujudkan
dengan cara: ikut berperang secara fisik melawan penjajah, petugas logistik, menjadi
petugas dapur umum, menolong tentara (TNI) yang terluka, dsb.

Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme bersumber dari kata "nasional" dan "isme" yaitu paham kebangsaan
yang memiliki arti: semangat dan kesadaran cinta tanah air, memelihara
kehormatan bangsa, mempunyai kebanggaan sebagai penduduk bangsa,
mempunyai rasa solidaritas kepada musibah dan kekurangan terhadap saudara
sebangsa dan senegaranya.

Sedangkan Menurut Ensiklopedi Bahasa Indonesia: Nasionalisme merupakan


sikap sosial dan politik dari sekelompok bangsa yang memiliki kesamaan bahasa,
wilayah, kebudayaan serta kesamaan tujuan dan cita-cita dengan meletakkan
kesetiaan yang tinggi terhadap kelompok negaranya.

Terdapat Dua macam nasionalisme:


Nasionalisme dalam arti luas
Paham kebangsaan yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu terhadap bangsa
dan tanah airn nya dengan memandang bangsanya itu merupakan bagian dari
bangsa lain di dunia. Nasionalisme arti luas mengandung prinsip-prinsip:
kebersamaan, persatuan, kesatuan, dan demokrasi.

Nasionalisme dalam arti sempit


Merupakan Paham kebangsaan yang sangat berlebihan (over) dengan
menganggap bangsanya sendiri lebih hebat dari bangsa lain. Paham ini biasa
disebut dengan istilah "Chauvinisme". Istilah tersebut pernah dianut di Jerman
(pada masa Adolf Hitler), Jepang (pada masa Tenno Haika), Italia (pada masa
Bennito Mussolini).

Contoh bentuk nasionalisme:


Nasionalisme kewarganegaraan merupakan sejenis nasionalisme dimana negara
mendapat kebenaran politik dari penyertaan (partisipasi) aktif rakyatnya

Nasionalisme agama adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh


legitimasi politik dari persamaan agama. Misalnya, di India Nasionalisme bersumber
seperti yang diamalkan oleh pengikut partai BJP bersumber dari agama Hindu.
sedang di Irlandia semangat nasionalisme bersumber dari persamaan agama mereka
yaitu Katolik.

Nasionalisme etnis merupakan sejenis nasionalisme dimana negara mendapat


kebenaran politik dari etnis atau budaya asal sebuah masyarakat.

Nasionalisme kenegaraan adalah variasi nasionalisme kewarganegaraan, yang


selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis.

Nasionalisme Budaya merupakan sejenis nasionalisme dimana negara mendapat


kebenaran politik dari budaya bersama dan tidak bersifat turun temurun seperti ras,
bahasa atau warna kulit.

Nasionalisme romantik (biasah disebut nasionalisme identitas atau nasionalisme


organik) merupakan nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik
sebagai suatu yang alamiah yang merupakan ekspresi dari sebuah ras atau bangsa.
Penerapan Nasionalisme dan Patriotisme

Penerapan Nasionalisme dan Patriotisme dalam Kehidupan Berbangsa


Nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme dapat diterapkan dalam berbagai lingkungan
kehidupan yang cakupannya meliputi negara dan bangsa. Bentuk paling menonjol
dari penerapan nilai-nilai tersebut adalah berani berkorban untuk memajukan
masyarakat, bangsa maupun negara.

Agar dapat menerapkan nilai patriotisme dan nasionalisme, seseorang harus


mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Melihat begitu
pentingnya patriotisme dan nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
tidak mengherankan jika kedua hal tersebut perlu ditanamkan pada seluruh
komponen bangsa.

Berikut beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menanamkan jiwa patriotisme dan
nasionalisme kepada semua elemen Bangsa (Indonesia):
 Memelihara semangat, disiplin, tekad, dan meningkatkan partisipasi aktif
dalam pelaksanaan pembangunan.
 Meningkatkan disiplin nasional dan tanggung jawab sosial dalam rangka
menumbuhkan sikap mental kesetiakawanan sosial, tepa selira, tenggang rasa, dan
rasa tanggung jawab.
 Melakukan pendidikan politik dalam rangka meningkatkan kesadaran akan
hak dan kewajiban sebagai warga negara yang memiliki tanggung jawab.
Selain ketiga cara diatas, penerapan prinsip patriotisme dan nasionalisme dapat
dilakukan dengan cara Pewarisan dan Keteladanan.

Cara Pewarisan
Cara pewarisan dilakukan dengan mengadakan serangkaian kegiatan yang dapat
menumbuh kembangkan jiwa patriotisme dan nasionalisme pada generasi muda.
Kegiatan tersebut seperti mengenal perjuangan tokoh-tokoh pahlawan, mengunjungi
tempat-tempat bersejarah seperti museum, dan tapak tilas perjuangan bangsa.

Sikap nasionalisme dan patriotisme hanya didapat pada orang yang meletakkan
nasionalisme dan patriotisme sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Sikap
tersebut perlu ditanamkan sejak dini. dan dapat diwujudkan di berbagai lingkungan,
baik di sekolahan, lingkungan keluarga, masyarakat maupun berbangsa dan
bernegara.
Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan keluarga:
 mendengarkan nasihat orang tua.
 membantu orang tua.
 menghormati dan menghargai orang tua.
 menjaga nama baik keluarga.

Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan sekolah:


 menghormati guru;
 mengikuti upacara bendera dengan baik;
 menjaga keamanan lingkungan kelas.
 melaksanakan tata tertib sekolah;

Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan masyarakat,


berbangsa, dan bernegara:
 menghargai lagu kebangsaan;
 bangga memiliki kebudayaan nasional;
 menghormati bendera kenegaraan;
 mencintai produksi dalam negeri;
 berani membela kebenaran dan keadilan.
 menjaga dan melestarikan benda-benda bersejarah;
 menghormati jasa para pahlawan;

Cara Keteladanan
Dalam hal ini generasi sebelumnya memberikan keteladanan (contoh) sikap hidup
yang mencerminkan patriotisme dan nasionalisme. Keteladanan dapat diberikan di
berbagai aspek lingkungan, seperti masyarakat, sekolah dan keluarga.

Keteladanan di lingkungan keluarga biasanya diberikan oleh ibu, ayah, atau anak
yang lebih tua. Contoh keteladanan di lingkungan keluarga:
 seorang kakak yang memberi teladan / contoh yang baik dalam hal kegiatan
keagamaan.

Keteladanan di lingkungan sekolah biasanya diberikan oleh Senior kelas (Kakak


Kelas), guru maupun kepala sekolah. Contoh keteladanan di lingkungan.
 Turut serta secara aktif pada gerakan pramuka.

Keteladanan di lingkungan masyarakat biasanya diberikan oleh tokoh masyarakat.


Contoh keteladanan di lingkungan masyarakat.
 Turut serta secara aktif pada gerakan Karang Taruna.
SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA
Sistem sosial budaya Indonesia merupakan totalitas nilai, tata laku dan tata sosial
manusia Indonesia yang mampu mewujudkan pandangan falsafah dan hidup negara
(Pancasila) ke dalam segala elemen kehidupan berbangsa dan bernegara.

Asas Sistem Sosial dan Budaya Indonesia


Pada dasarnya, masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan telah lahir jauh
sebelum lahirnya masyarakat Indonesia. Peristiwa sumpah pemuda merupakan
bukti jelas, Acara ini merupakan konsensus nasional yang dapat membuat
masyarakat Indonesia terintegrasi pada gagasan Bineka Tunggal Ika.

Konsensus merupakan persetujuan atau perjanjian yang bersifat umum tentang


aturan, nilai-nilai, dan norma-norma dalam menentukan sejumlah upaya dan
tujuan untuk mencapai peranan yang harus dilakukan serta imbalan tertentu
dalam suatu sistem sosial.

Model integrasi atau Model konsensus yang menekankan akan unsur norma dan
legitimasi memiliki landasan tentang masyarakat, yaitu sebagai berikut:

 Setiap unsur masyarakat memiliki fungsinya masing-masing dalam kehidupan


masyarakat tersebut sebagai suatu sistem keseluruhan
 Keberlangsungan masyarakat itu berasaskan pada kerja sama dan mufakat
akan nilai-nilai
 Setiap masyarakat memiliki suatu struktur yang abadi dan mapan
 Unsur dalam masyarakat itu seimbang dan terintegrasi

Apabila pernyataan tersebut dikaji mendalam, peristiwa Sumpah Pemuda dapat


dikatakan merupakan konsensus nasional yang mendapat perwujudannya di dalam
sistem budaya Indonesia yang didasarkan pada 5 asas penting, yaitu:

Asas persatuan dan kesatuan


Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam budaya, suku, adat istiadat daerah,
bahasa, Agama dan sebagainya yang telah membentuk Negara Republik Indonesia
dan meletakkan persatuan dan kesatuan sebagai asas sosial budayanya.

Asas kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa


Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha (Tuhan YME) Esa lah manusia dapat mencapai
segalanya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sebab pada akhirnya
apa yang diperoleh manusia, masyarakat, bangsa, dan Negara, bahkan
kemerdekaan semua itu merupakan rahmat Tuhan YME.

Asas kedaulatan rakyat


Dalam menjalankan Kehidupan baik itu pribadi, keluarga, bermasyarakat, berbangsa
atau bernegara selalu mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam
rangka mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Asas merdeka
Kemerdekaan merupakan hak segala bangsa, karena itu kehidupan pribadi,
masyarakat, dan berbangsa yang bebas itu tetap harus mempunyai tanggung jawab
dan kewajiban bermasyarakat, bernegara dan berbangsa yang menghormati,
menghargai dan menjunjung tinggi kemerdekaan tersebut.

Asas adil dan makmur


Setiap warga dalam kehidupan harus memiliki kehidupan yang layak dan adil
sehingga pendidikan, pekerjaan, kesehatan, pakaian, pangan, perumahan serta
kepercayaan terhadap Tuhan menjadi hak yang dipertanggungjawabkan dalam
bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara.

Unsur-unsur Sistem Sosial Budaya


Menurut Alvin L. Bertrand terdapat Sepuluh unsur sistem sosial, yaitu:
 Perasaan (sentiment)
 Norma Tujuan
 Tujuan
 Keyakinan (pengetahuan)
 Status dan peranan
 Tingkatan atau pangkat (rank) Status dan peranan
 Sanksi
 Tekanan ketegangaan (stress strain)
 Kekuasaan atau pengaruh (power) Sanksi
 Sarana atau fasilitas

Sedangkan Menurut Bronislaw Malinowski terdapat empat unsur sistem sosial,


yaitu:

 Organisasi ekonomi
 Sistem norma sosial, yang memberikan kemungkinan kepada masyarakat
untuk bekerjasama serta menyesuaikan diri
 Organisasi politik
 Alat atau Lembaga Pendidikan (Keluarga)

Fungsi Sistem Sosial Budaya


Fungsi sistem Sosial Budaya adalah untuk mengatur, menata dan juga
menetapkan tidakan serta tingkah laku di masyarakat. Proses pembelajaran
sistem ini dilakukan dengan pembudayaan atau pelembagaan yang bertujuan agar
dapat menyesuaikan diri (sikap dan pikiran) denngan norma adat, dan peraturan yang
hidup dan berlaku di lingkungan kebudayaannya.

Proses pembelajaran dilakukan sejak kecil dari lingkungan keluarga, lingkungan


masyarakat dan seterusnya. Dimulai dari meniru apapun yang ada di lingkungan
keluarga kemudian tindakan (tingkah) tersebut akan menimbulkan dorongan untuk di
implementasikan kedalam kepribadian sehingga menjadi norma dan pola yang
mengatur tindakan yang dibudayakan.
PENGERTIAN, FUNGSI, DAN TUJUAN NKRI
Pengertian NKRI
Berdasarkan latar belakang terbentuknya Indonesia, bisa disimpulkan bahwa NKRI
merupakan suatu bentuk negara yang terdiri atas wilayah yang luas dan tersebar
dengan bermacam adat, suku, keyakinan serta budaya yang memiliki tujuan dasar
menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Sedang Istilah Negara Kesatuan Republik Indonesia menutut UUD 1945 Pasal 1
(1) berbunyi sebagai berikut: Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang
berbentuk Republik. Ketentuan ini dijelaskan dalam pasal 18 UUD 1945 ayat (1)
yang menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kota dan kabupaten,
yang tiap-tiap kota, kabupaten dan provinsi itu mempunyai pemerintahan
daerah yang diatur dengan undang-undang.

Secara umum fungsi dan Tujuan negara ialah:


Fungsi negara
 Menegakkan keadilan hukum melaui lembaga-lembaga peradilan yang
sesuai dengan undang-undang.
 Mengusahakan kemakmuran, kesejahteraan, serta keadilan bagi
rakyatnya.
 Melaksanakan penertiban untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah
hal-hal buruk dalam masyarakat. Dalam kasus ini negara berperan sebagai
stabilisator, yakni pihak yang menstabilkan keadaan di masyarakat.
 Mempertahankan tegaknya kedaulatan negara serta mengantisipasi
kemungkinan adanya serangan yang dapat mengancam kelangsungan hidup negara.

Tujuan negara (terdapat pada alenia ke-4 pembukaan UUD 1945):


 Untuk mencapai kesejahteraan umum
 Untuk melaksanakan ketertiban umum
 Untuk memperluas kekuasaan.

Tujuan negara menurut Ahli:


Tujuan Negara Menurut ajaran Plato
 Tujuan Negara Yaitu mewujudkan kesusilaan manusia sebagai makhluk
sosial dan individu.

Tujuan Negara Menurut Rousseau


 Tujuan negara ialah menciptakan persamaan dan kebebasan bagi warga
negaranya.

Tujuan Negara Menurut Roger H. Soltau


 Tujuan Negara Yaitu memungkinkan rakyatnya berkembang dan
mengembangkan daya ciptanya sebebas mungkin.
Tujuan Negara Menurut Shan Yang dan Machiavelli
 Negara Bertujuan untuk memperluas kekuasaan sehingga rakyat wajib
mau berkorban untuk kejayaan negara.

Tujuan Negara Menurut Harold J. Laski


 Negara memiliki tujuan untuk menciptakan keadaan yang baik agar
rakyatnya bisa mencapai keinginan secara maksimal.

Tujuan Negara Menurut ajaran Negara Hukum


 Tujuan Negara ialah menyelenggarakan ketertiban hukum yang berlaku di
negara tersebut.

Tujuan Negara Menurut ajaran Teokratis


 Tujuan Negara yaitu mencapai hidup yang tenteram dan aman dengan taat
kepada Tuhan YME.

Tujuan Negara Menurut ajaran Negara Polis


 Tujuan Negara mengatur ketertiban serta keamanan di dalam negara.

Tujuan Negara Menurut Agustinus dan Thomas Aquinas


 Tujuan Negara ialah mencapai kehidupan dan penghidupan yang aman
dan tentram dengan taat dan dibawah pimpinan Tuhan YME.

Tujuan Negara Menurut ajaran Negara Kesejahteraan


 Tujuan Negara ialah mewujudkan kesejahteraan umum.

Tujuan NKRI
Tujuan nasional Negara Indonesia sesuai dengan yang tertulis di pembukaan UUD
1945 alenia ke-4, yaitu:
 Memajukan kesejahteraan umum.
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
 Mencerdaskan kehidupan bangsa.

Fungsi NKRI
Berdasarkan tujuan nasional Negara Indonesia, maka fungsi NKRI dapat
disimpulkan sebagai berikut:
 Fungsi membentuk kelembagaan Negara
 Fungsi membuat UUD
 Fungsi menentukan anggaran pendapatan dan belanja negara
 Fungsi membuat undang-undang dan peraturan-peraturan umum
 Fungsi pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan negara
 Fungsi pertimbangan
 Fungsi pemerintahan menyelenggarakan kemakmuran
 Fungsi kehakiman
 Fungsi perencanaan (kegiatan pembangunan Negara).
KEBERAGAMAN BANGSA INDONESIA
Indonesia merupakan negara kepulauan yang penuh dengan kekayaan serta
keragaman budaya, ras, suku bangsa, kepercayaan, agama, bahasa daerah, dan
masih banyak lainnya. Meskipun penuh dengan keragaman budaya, Indonesia tetap
satu sesuai dengan semboyan nya, Bhineka Tunggal Ika yang artinya "meskipun
berbeda-beda tetapi tetap satu jua". Keragaman budaya turut serta didukung oleh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah wilayah-wilayahnya oleh
lautan.

Keberagaman Bangsa Indonesia

Pengertian Keragaman Indonesia


Keragaman merupakan suatu kondisi pada kehidupan masyarakat. Perbedaan
seperti itu ada pada suku bangsa, agama, ras, serta budaya. Keragaman yang ada di
Indonesia adalah kekayaan dan keindahan bangsa indonesia. Pemerintah harus bisa
mendorong keberagaman tersebut menjadi suatu kekuatan untuk bisa mewujudkan
persatuan dan kesatuan nasional menuju indonesia yang lebih baik.

Faktor Penyebab keberagaman Bangsa Indonesia


Keberagaman bangsa Indonesia dapat dibentuk oleh banyaknya jumlah suku
bangsa yang tinggal di wilayah Indonesia dan tersebar di berbagai pulau dan
wilayah di penjuru indonesia. Setiap suku bangsa memiliki ciri khas dan karakteristik
sendiri pada aspek sosial dan budaya. Menurut penelitian badan statistik auat BPS,
yang di lakukan tahun 2010, di Indonesia terdapat 1.128 suku bangsa.

Keberagaman yang ada pada masyarakat, bisa saja menjadi tantangan hal itu
disebabkan karena orang yang mempunyai perbedaan pendapat bisa lepas kendali.
Munculnya perasaan kedaerahan serta kesukuan yang berlebihan dan dibarengi
tindakan yang dapat merusak persatuan, hal tersebut dapat mengancam keutuhan
NKRI. Karena itu adanya usaha untuk dapat mewujudkan kerukunan bisa dilakukan
dengan menggunakan dialog dan kerjasama dengan prinsip kesetaraan,
kebersamaan, toleransi dan juga saling menghormati satu sama lain.
Keberagaman masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya
adalah sebagai berikut :
 Kondisi negara kepulauan
 Letak strategis wilayah Indonesia
 Perbedaan kondisi alam
 Penerimaan masyarakat terhadap perubahan
 Keadaan transportasi dan kumunikasi

Keberagaman Agama, Kepercayaan dan Ras di Indonesia


Keberagaman ini antara lain di pengaruhi oleh letak geografis indonesia yang
terletak di jalur perdagangan internasional, serta kekayaan alam yang melimpah
maka perdagang asing datang ke Indonesia. Selain melakukan kegiatan
perdagangan, mereka juga menyebarkan ajaran agama dan kepercayaan yang
mereka yakni agama Budha dan Hindu masuk dibawa oleh bangsa India yang telah
lama berdagang dengan Indonesia, lalu menyusul para pedagang Gujarat yang
menyebarkan agama Islam. Kedatangan bangsa Eropa membawa agama katolik dan
kristen, sedangkan pedagang cina menyebarkan ajaran Kong Hu Chu. Berbagai
agama diterima oleh bangsa Indonesia karena sebelumnya masyarakat sudah
mengenal kepercayaan sperti dinamisme maupun animisme. Juga sifat keterbukaan
masyarakat Indonesia terhadap budaya lain.

Keberagaman Ras dapat diartikan sebagai sekelompok besar manusia yang


memiliki ciri-ciri fisik yang sama. Manusia yang satu mempunyai perbedaan ras
dengan manusia yang lainnya sebab adanya perbedaan ciri-ciri fisik seperti bentuk
rambut, warna kulit, bentuk badan, ukuran badan, bentuk mata, warna mata, dan ciri
fisik lainnya. Masyarakat Indonesia memiliki keberagaman ras disebabkan oleh
kehadiran bangsa asing ke wilayah Indonesia. Beberapa ras yang ada di Indonesia
seperti ras malayan-mongoloid yang tersebar di wilayah Sumatra, kalimantan,
Sulawesi, Jawa, Bali. Yang kedua adalah ras malanesoid yang tersebar di daerah
Papua, NTT dan maluku. Ketiga ras Kaukosoid yaitu orang India, timur Tengah,
Australia, Eropa dan Amerika. Terakhir yaitu ras Asiatic mongoloid seperti orang
Tionghoa, Korea dan Jepang. Ras ini tinggal dan menyebar di seluruh wilayah
Indonesia, namun terkadang mendiami wilayah tertentu.

Keberagaman suku bangsa dan budaya Budaya


Budaya mempunyai sifat yang universal. Hal tersebut berarti ada berbagai sifat umum
yang melekat dan menyatu pada setiap budaya yang ada dan dihasilkan. Beberapa
sifat universal budaya tersebut di antaranya:
 Kebudayaan berdasar pada lambang
 Kebudayaan merupakan milik bangsa
 Kebudayaan dapat terintegrasi
 Kebudayaan selalu berubah
 Kebudayaan bisa disesuaikan
 Kebudayaan adalah hasil belajar
 Kebudayaan bersifat nisbi dan relatif
Pada suatu budaya juga terdapat suatu pola perilaku yang biasa disebut patterm of
behavior yang merupakan tat cara masyarakat.

Arti Penting Memahami Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia


Pernahkah anda bepergian ke pulau-pulau atau daerah-daerah lain di penjuru
Indonesia? Coba ceritakan pengalaman anda ketika berkunjung ke lain pulau atau ke
lain daerah tempat tinggal kalian.
Nah, dengan mengetahui pulau-pulau atau daerah-daerah di Indonesia kita dapat
mengetahui perbedaan secara kewilayahan dan perbedaan sosial budaya
masyarakat Indonesia.

Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia

Dari aspek wilayah, Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara


kepulauan yang memiliki ribuan pulau besar kecil di dalamnya. Satu pulau dengan
pulau yang lain dipisahkan oleh bentangan laut yang sangat luas. Kondisi wilayah
yang demikian menjadikan keterpisahan antara satu bagian wilayah negara dengan
wilayah negara yang lain dalam negara Indonesia. Selain itu juga terdapatnya jarak
yang jauh antara pusat dengan daerah. Terbawa oleh kondisi kewilayahan tersebut,
perlu disadari oleh semua pihak bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
sesungguhnya rawan terjadinya perpecahan (disintegrasi).

Aspek sosial budaya menjelaskan, bahwa masyarakat Indonesia diwarnai oleh


berbagai macam perbedaan, baik perbedaan agama, suku, ras, bahasa dan
kebudayaan. Kondisi sosial budaya yang demikian menjadikan kehidupan bangsa
Indonesia menyimpan potensi terjadinya konflik. Kenyataan juga menunjukkan,
bahwa dalam kehidupan bangsa Indonesia sering terjadi konflik antar-kelompok
masyarakat yang dilatarbelakangi oleh perbedaan-perbedaan tersebut. Sampai saat
ini, konflik-konflik yang terjadi tidak menimbulkan perpecahan dalam kehidupan
bangsa ini. Namun demikian kenyataan semacam itu perlu manjadikan perhatian
semua pihak agar dapat mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
tetap terjaga.

dengan dua alasan tersebut (wilayah dan sosial budaya), maka penting sekali
memahami keberagaman yang ada di masyarakat Indonesia yang ditujukan untuk
mengusahakan dan mempertahankan persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Tanpa memiliki kesadaran akan keberagaman yang ada, bangsa
Indonesia bisa saja terjerumus ke arah perpecahan.

Manfaat Keberagaman Budaya di Indonesia


Sumber pengetahuan bagi dunia
Budaya merupakan nilai-nilai yang dimiliki suatu masyarakat dan dilembagakan
dalam suatu bentuk artefak budaya yang dapat dinikmati oleh masyarakat dan
generasi penerusnya. Keberadaan artefak membenatu kiya mengenal nilai-nilai
masyarakat di masa lalu. Hal ini penting untuk dijadikan sumber pengetahuan. Bagi
budayawan maupun sejarawan, artefak budaya penting dan harus dilestarikan.
Karena suatu artefak budaya dari masa lalu bisa menjadi sumber informasi berharga.
Identitas bangsa di mata internasional
Dengan kemajemukan budaya yang ada bisa menjadi identitas diri suatu bangsa. Kita
tahu bahwa bangsa Australia adalah bangsa aborogin, hal itu merupakan salah satu
identitas negara australian di mata dunia. Kita tahu bahwa alat musik gitar akustik
adalah ciri musik latin dari Amerika selatan. Itu pun bisa menjadi ciri khas suatu
bangsa. Oleh sebab itu, manfaat keberagaman budaya Indonesia ini membuat indonesia
memiliki banyak sekali artefak budaya yang bisa mengenalkan negara kita kepada dunia
internasional. Dengan keanekaragam budaya pula tentunya melahirkan berbagai macam
ide yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara.

Memupuk sikap toleransi


Masih banyak lagi manfaat yang dapat kita rasakan dari keberagaman budaya di
Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Dengan adanya multikulturalisme (ragam
budaya), diharapkan mempertebal sikap toleransi dan rasa tolong menolong serta
nasionalisme kita.

Menumbuhkan sikap nasionalisme


Perbedaan budaya yang ada dapat menciptakan rasa cinta tanah air, karena
keanekaragam budaya merupakan suatu kekayaan yang dimiliki suatu bangsa. Tidak
hanya hasil tambang, komoditi ekspor yang mempengaruhi pendapatan negara.
Faktor budaya juga menjadi daya tarik dan kekayaan yang bisa dimiliki suatu bangsa.
Budaya mengajarkan kita akan nilai-nilai leluhur bangsa yang memiliki keunikan dan
kegunaannya masing-masing.

Ketika kita memandang bahwa keanekaragaman budaya merupakan suatu kekayaan,


maka dengan sendirinya kita akan berusaha menjaga kekayaan kita tersebut.
Sehingga sikap memiliki dan menghargai kekayaan bangsa dapat muncul di dalam
diri kita.

Alat pemersatu bangsa


Dengan memiliki berbagai bahasa daerah, tidak menyebabkan bangsa Indonesia
terpecah belah tetapi justru menambah kekayaan perbendaharaan bahasa. Karena
keunikan ini merupakan kekayaan yang mana tidak ada negara lain yang memiliki
keanekaragaman budaya layaknya Indonesia. Bhineka Tunggal Ika merupakan
simbol pemersatu bangsa dan sangat menarik di mata bagsa bangsa dunia.

Untuk itulah sebagai generasi penerus bangsa, kita harus mampu menjaga dan
melestarikan kebudayaan bangsa kita tercinta ini. Janganlah kita biarkan perbedaan
yang ada itu membuat kita lemah dan memicu konflik, namun marilah kita
bergandengan tangan menyongsong Indonesia yang Jaya, penuh harapan dan jadi
lebih baik.
TUGAS, WEWENANG, FUNGSI, HAK DAN
KEWAJIBAN LEMBAGA PEMERINTAH
DI INDONESIA
Lembaga Negara Indonesia adalah lembaga-lembaga negara yang dibentuk
berdasarkan UUD, UU, atau oleh peraturan yang lebih rendah. Lembaga negara di
tingkat pusat dapat dibedakan dalam empat tingkatan kelembagaan yakni:
 Lembaga yang dibentuk berdasarkan UUD seperti Presiden, Wakil Presiden,
DPR, MPR, DPD, MA, MK, BPK, dan KY;
 Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah atau Peraturan
Presiden;
 Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri.
 Lembaga yang dibentuk berdasarkan UU seperti KPK, Kejaksaan Agung,
PPATK, KPU, Bank Indonesia, KPI, Ombudsman dll;
Lembaga pemerintah merupakan elemen penting dari sebuah negara. Selain menjadi
alat untuk menjalankan pemerintahan, Lembaga pemerintah juga merupakan
cerminan sebuah negara. Dalam menjalankan pemerintahan, Lembaga
pemerintahan tersebut mempunyai Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban.

Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia

Kita sering tidak mengetahui Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban
Lembaga Pemerintah di Indonesia akan tetapi jika kita ingin menjadi warga negara
yang baik, alangkah baiknya jika kita mengenal Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan
Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia ? Untuk itu pada kesempatan kali ini
kita akan memberikan informasi mengenai Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan
Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia. Antara Lain:

Presiden
Tugas Presiden :
 Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
 Memegang kekuasaan yang tertinggi atas angkatan udara, laut dan darat.
 menjalankan pemerintahannya sesuai dengan UUD dan UU.
 memastikan apakah jajaran pemerintahannya temasuk kepolisian dan
kejaksaan telah patuh kepada UUD dan UU yang berlaku.
 Mengajukan Rancangan Undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR).
 Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan terhadap RUU
bersama DPR serta mengesahkan RUU menjadi UU.
 Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam
kegentingan yang memaksa)
 Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA
(Mahkamah Agung)
 Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR
 Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.
 Menyatakan perang serta membuat perjanjian dan perdamaian dengan
negara lain sesuai dengan persetujuan DPR
 Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden
memperhatikan pertimbangan DPR
 Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan DPR.
 Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan
UU
 Meresmikan anggota BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) yang dipilih oleh
DPR dan memperhatikan pertimbangan DPD.
 Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan
persetujuan DPR.
 Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR
 Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, Mahkamah
Agung dan DPR
 Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dan
sudah disetujui DPR

Kewenangan dan Kekuasaan Presiden :


 Mengangkat duta dan konsul untuk negara lain dengan pertimbangan DPR.
 Menerima duta dari negara lain dengan pertimbangan DPR.
 Memberikan Amnesti dan Abolisi Rehabilitasi dengan pertimbangan dari DPR.
 Memberikan Grasi dan Rehabilitasi dengan pertimbangan dari MA
(Mahkamah Agung).
 Menetapkan dan mengajukan anggota dari hakim konstintusi.
 Menetapkan calon Hakim Agung yang diusulkan oleh KY / Komisi Yudisial
dengan persetujuan DPR.
 Memegang kekuasaan tertinggi atas AU / Angkatan Udara, AD / Angkatan
Darat dan AL / Angkatan Laut.
 Menyatakan keadaan bahaya yang syarat-syaratnya ditetapkan oleh
Undang-Undang
 Membuat perjanjian yang menyangkut hajat hidup orang banyak atau
mempengaruhi beban keuangan negara.
 Menyatakan perang dengan negara lain, damai dengan negara lain dan
perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR.
 Memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan dan sebagainya yang diatur
oleh UU.

Tanggungjawab Presiden :
 Membangun sebuah suksesi dengan terus menjaga kontinuitas kekuasaan,
dengan memperhatikan konstitusi maupun landasan ideology pancasila.
 Didorong untuk memperkuat konstitusi yang menjadi kontrak sosial seluruh
lapisan masyarakat Indonesia. presiden dan kabinetnya bekerja keras untuk memberi
kepastian kepada masyarakat, bahwa pemerintahannya tunduk dibawah konstitusi
UUD 1945 ( Hasil Amandemen ).

Fungsi presiden sebagai kepala Negara :

 Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan


Angkatan Laut.
 Menyatakan kondisi bahaya, Ketentuan dan akibat kondisi bahaya ditetapkan
dengan UU.
 Dalam membuat perjanjian lainnya yang menimbulkan akibat luas dan
mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan /
atau mengharuskan perubahan atau pembentukan UU harus dengan persetujuan
DPR.
 Mengangkat Duta dan Konsul, Dalam mengangkat Duta, memperhatikan
pertimbangan DPR.
 Memberi rehabilitasi dan grasi dengan memperhatikan pertimbangan MA.
 Memberi abolisi dan amnesti dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
 Memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan
Hukum.
 Dalam hal lkhwal kegentingan memaksa, Presiden berhak menetapkan
Peraturan Pemerintah sebagai pengganti UU.
 Membahas Rancangan Undang-Undang untuk mendapatkan persetujuan
bersama DPR.
 Mengkonfirmasi Rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama
DPR untuk menjadi UU.
 Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan DPR.
 Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain
dengan persetujuan DPR.
 Membentuk dewan pertimbangan yang bertugas member nasehat dan
pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dengan Undang-Undang.
 Mengajukan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan
memperhatikan pertimbangan DPD.
 Menetapkan dan mengajukan anggota hakim konstitusi.
 Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang telah dipilih oleh DPR
atas dasar pertimbangan DPD.
 Menetapkan Calon Hakim Agung yang diusulkan Komisi Yudisial dan telah
mendapat persetujuan DPR untuk menjadi Hakim Agung.
 Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan
persetujuan DPR.

Hak dan Kewaiban Presiden :


 Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD ( Pasal 4 ayat 1 )
 Pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri ( pasal 17 ayat 2 )
 Menetapkan peraturan pemerintahan ( Pasal 5 ayat 2 )
 Membuat perjanjian internasional lainnya, dengan persetujuan DPR ( pasal 11
ayat 2 )
 Memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL dan AU ( Pasal 10 )
 Memberi grasi dan rehabilitas dengan memperhatikan pertimbangan MA
( Pasal 14 ayat 1 )
 Menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12 ) Mengangkat duta dan konsul ( Pasal
13 ayat 1 ).
 Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR
( Pasal 13 ayat 2 )
 Menerima penempatan duta Negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan DPR ( Pasal 13 ayat 3 )
 Memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya
dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa ( Pasal 9 ayat 1 )
 Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR
( Pasal 14 ayat 2 )
 Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain
dengan persetujuan DPR ( Pasal 11 ayat 1 )
 Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dalam
UU ( pasal 15 )
 Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat
dan pertimbangan kepada presiden ( Pasal 16 )
 Berhak mengajukan RUU kepada DPR ( Pasal 5 ayat 1 )

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


Tugas dan wewenang MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat :
 Melantik presiden dan wakil presiden dalam sidang paripurna MPR
 Memilih dan melantik Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti
secara bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua paket calon Presiden dan Wakil
Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang paket
calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua
dalam pemilihan umum sebelumnya sampai habis masajabatanya.
 Mengubah dan menetapkan UUD
 Memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan putusan
Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden dalam
masa jabatannya setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan untuk
menyampaikan penjelasan untuk menyampaikan penjelasan dalam Sidang Paripurna
Majelis;
 Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya;
 Memilih dan melantik Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden
apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatanya
selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari;
 Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan MK untuk memberhentikan
p-residen dan wakilnya dalam masa jabatanya dan wakil presiden diberi kesempatan
untuk menyampaikan alasannya didalam siding

Fungsi Anggota MPR RI :


 Berfungsi untuk mengubah atau mengganti Presiden yang tidak adil dalam
menjalankan tugasnya.
 Berfungsi untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden yang baik, jujur, dan
adil.
Hak-hak Anggota MPR RI :
 menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan
 mengajukan usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
 memilih dan dipilih
 Protokoler
 imunitas
 membela diri
 keuangan dan administratif.

Kewajiban Anggota MPR RI :


 melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan menaati peraturan perundang-undangan
 memegang teguh dan mengamalkan Pancasila
 mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok,
dan golongan.
 melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah.
 mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Tugas dan Wewenang DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) :
 Membahas dan memberikan atau tidak memberikan persetujuan terhadap
Peraturan Pernerintah Pengganti Undang-Undang
 Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat
persetujuan bersama
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD
terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan,
pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, pajak, pendidikan, dan agama
 Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan undang-undang.
 Mengundang DPD pntuk melakukan pembahasan rancangan undang-undang
yang diajukan oleh DPR maupun oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada huruf
c, pada awal pembicaraan tingkat I
 Menerima dan membahas usulan Rancangan UndangUndang yang diajukan
oleh DPD yang berkaitan dengan bidang otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi Iainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah dan mengikut sertakan dalam
pembahasannya dalam awal pembicaraan tingkat I
 Memperhatikan pertimbangan DPD atas Rancangan Undang-Undang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Rancangan Undang-Undà ng yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama dalam awal pembicaraan tingkat I
 Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersama Presiden
dengan memperhatikan pertimbangan DPD
 Mengajukan, memberikan persetujuan, pertimbangan/konsultasi, dan
pendapat
 Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan
pertimbangan DPD
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban
keuangan negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
 Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat

Hak-Hak Anggota DPR RI :


 Mengajukan rancangan undang-undang
 Menyampaikan usul dan pendapat
 Memilih dan dipilih
 Mengajukan pertanyaan
 Membela diri
 Protokoler
 Imunitas
 Keuangan dan administrative

Kewajiban Anggota DPR RI :


 Melaksanakan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
dan mentaati segala peraturan perundang-undangan
 Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah
 Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang
terkait.
 Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat
 Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara
kesatuan Republik Indonesia
 Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat
 Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan
golongan
 Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih
dan daerah pemilihannya
 Mentaati kode etik dan Peraturan Tata tertib DPR

Fungsi Anggota DPR RI :


 Legislasi
Fungsi legislasi dilaksanakan sebagai perwujudan DPR selaku pemegang kekuasaan
untuk membentuk undang-undang.
 Pengawasan
Fungsi pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan
undang-undang serta APBN.
 Anggaran
Fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau
tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang APBN
yang diajukan oleh Presiden.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Tugas DPD (Dewan Perwakilan Daerah):
 Dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran
serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya,serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
 dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai
otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi
lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.
 ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang
diajukan oleh Presiden atau DPR.
 memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang
tentang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama.
 menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan undang-undang APBN, pajak, pendidikan, dan agama
kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
 ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan hal sebagaimana dimaksud dalam penjelasan diatas

Wewenang Dewan Perwakilan Daerah ( DPD ) :


 Memberikan pertimbangan kepada DPR mengenai pemilihan anggota BPK.
 Dapat mengajukan ke DPR RUU yang terkait dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemerkaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya dan
pertimbangan keuangan pusat dan daerah.
 Memberi pertimbangan kepada DPR atas RUU PABN dan RUU yang terkait
dengan pajak, pendidikan dan agama.
 Melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU yang terkait otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya dan
pertimbangan keuangan pusat dan daerah serta menyampaikan hasil pengawasan
kepada DPR.
 Menerima hasil pemeriksaan keuangan dari BPK.
 Ikut membahas RUU yang terkait dengan otonomi daerah, hubungan pusat
dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan
pusat dan daerah.

Hak-Hak Anggota DPD RI :


 Menyampaikan usul dan pendapat
 Memilih dan dipilih
 Membela diri
 Protokoler
 Imunitas
 Keuangan dan Administratif
Kewajiban Anggota DPD RI :
 Mengamalkan Pancasila
 Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dam menaati segala peraturan perundang-undangan
 Menjaga etika dan norma adat daerah yang diwakilinya
 Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
 Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
 Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan
golongan
 Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat
 Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat dan daerah
 Menaati kode etik dan peraturan tata tertib DPD
 Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih
dan daerah pemilihannya

Komisi Yudisial (KY)


Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang berikut ini:
 menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim.
 mengusulkan pengangkatan hakim agung;
Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang
hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. Anggota Komisi
Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden atas persetujuan DPR. Anggota
Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua
merangkap anggota, dan tujuh orang anggota. Masa jabatan anggota Komisi Yudisial
adalah 5 tahun.

Tugas Komisi Yudisial ( KY ) :


 Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung
 Mengusulkan calon hakim agung kepada DPR untuk mendapat kan
persetujuan dan selanjut nya ditetapkan sebagai hakim agung oleh presiden
 Menjaga dan menegakkan kehormatan, kleluhuran martabat, serta perilaku
hakim.
 Mengajukan Calon Hakim Agung ke DPR
 Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung
 Melakukan seleksi terhadap Calon Hakim Agung
 Menetapkan calon Hakim Agung

Wewenang Komisi Yudisial ( KY ) :


 Memutuskan pengangkatan hakim agung
 Mempunyai wewenang lain dalam rangka menegakkan
kehormatan,keluhuran,martabat serta perilaku hukum.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Tugas Badan Pemeriksaan Keuangan ( BPK ) :
 Memeriksa tanggungjawab tentang keuangan Negara. Hasil pemeriksaan itu
diberitahukan kepada DPR
 Memeriksa tanggung jawab keuangan Negara apakah telah digunakan sesuai
yang telah disetujui DPR.
 Memeriksa tanggungjawab pemerintah tentang keuangan Negara
 Badan Pemeriksa Keuangan memeriksa semua pelaksanaan APBN
 Hasil pemeriksaan BPK diberitahukan kepada DPR
 Memeriksa semua pelaksanaan APBN
 Pelaksanaan pemerintah dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan UU

Wewenang Badan Pemeriksaan Keuangan ( BPK ) :


 Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap
orang dan atau unit organisasi yang mengelola keuangan negara.
 Meminta keterangan yang wajib diberikan oleh setiap orang, badan
pemerintah atau badan swasta sepanjang tidak bertentangan terhadap undang –
undang.
 Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara dan kode etik
pemeriksaan
 Menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian Negara
 Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyajikan laporan
pemeriksaan.

Mahkamah Konstitusi (MK)


Tugas Mahkamah Konstitusi ( MK ) :
 Wajib memberi keputusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai digaan pelanggaran oleh Presiden dan Wakil Presiden Menurut UUD 1945.
 memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD 1945
 memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil
Pemilihan Umum.
 Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang keputusannya
bersifat final
 untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Ungang Dasar,

Wewenang Mahkamah Konstitusi ( MK ) :


 Menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945
 Memutus perselisihan tentang hasil Pemilu
 Memutus pembubaran partai politik
 Memutus sengketa kewenangan antara lembaga-lembaga Negara, yang
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945

Kewajiban Mahkamah Konstitusi ( MK ) :


Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga:
1. Telah melakukan pelanggaran hukum berupa
a) penyuapan
b) korupsi
c) penghianatan terhadap negara
d) atau tindak pidana lainnya
2. atau perbuatan tercela, dan/atau
3. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden atau Wakil Presiden
sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Hak Mahkamah Konstitusi ( MK ) :


 Kesatuan masyarakat hukum adat (untuk pengujian UU)
 Perorangan warga negara Indonesia (untuk pengujian UU)
 Pemerintah (untuk pembubaran partai politik)
 Peserta pemilihan umum, baik pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan
DPRD, maupun pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden (untuk perselisihan
hasil pemilu)
 Badan hukum publik atau privat (untuk pengujian UU)
 Lembaga negara (untuk pengujian UU dan sengketa antar lembaga)

Fungsi Mahkamah Konstitusi ( MK ) :


 menjaga konstitusi guna tegaknya prinsip konstitusionalitas hukum.
 untuk menjamin tidak akan ada lagi produk hukum yang keluar dari koridor
konstitusi sehingga hak-hak konstitusional warga terjaga dan konstitusi itu sendiri
terkawal konstitusionalitasnya Untuk menguji apakah suatu undang-undang
bertentangan atau tidak dengan konstitusi.
 pengujian undang-undang itu tidak dapat lagi dihindari penerapannya dalam
ketatanegaraan Indonesia sebab UUD 1945 menegaskan bahwa anutan sistem
bukan lagi supremasi parlemen melainkan supremasi konstitusi.

Mahkamah Agung (MA)


Fungsi Anggota Mahkamah Agung ( MA ) :
Fungsi Peradilan
 Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, MA ialah pengadilan kasasi yang
bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi &
peninjauan kembali guna menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh
wilayah Indonesia diterapkan secara tepat, adil dan benar.
 Berkaitan dengan fungsi peradilan adalah hak uji materiil, yaitu wewenang
menguji dan menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-undang
tentang hal apakah suatu peraturan perlu ditinjau dari isinya (materinya) dan
bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31
Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
 Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung
berwenang memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir.

Fungsi Mengatur
 Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup
diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk
mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79
Undang-undang No.14 Tahun 1985)
 Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap
perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang

Fungsi Pengawasan
 Mahkamah Agung menjalankan pengawasan tertinggi terhadap jalannya
peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang
dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar serta
berpedoman pada azas peradilan yang cepat, sederhana dan biaya rendah, tanpa
mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4
dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
 Mahkamah Agung melakukan pengawasan, kepada penegak pengadilan
serta tingkah laku para Hakim dan para pejabat pengadilan dalam menjalankan tugas
yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok kekuasaan, Kehakiman, yaitu
dalam hal Memeriksa, menerima, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang
diajukan kepadanya dan menerima keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan
dengan teknis peradilan serta memberi teguran, peringatan serta petunjuk yang
diperlukan tanpa mengurangi Kebebasan Hakim (Pasal 32 Undang-Undang
Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

Fungsi Administratif
 Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer
dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1)
Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris, administrative dan finansial
sampai saat ini masih berada dibawah Departemen yang bersangkutan, walaupun
menurut Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan
dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
 Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab,
susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35
Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).

Fungsi Nasehat
 Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi
petunjuk kepada pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam rangka pelaksanaan
ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung).
 Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala
Negara dalam rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang
Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
 Mahkamah Agung memberikan nasihat dan pertimbangan dalam bidang
hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah
Agung No.14 Tahun 1985).
 Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun
1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberi kewenangan untuk memberikan
pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala Negara.

Fungsi Lain-lain
 Selain tugas pokok untuk memeriksa, menerima dan mengadili serta
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2)
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14
Tahun 1985, Mahkamah Agung juga diserahi tugas serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-undang.

Kekuasaan Mahkamah Agung ( MA ) :


1. memeriksa dan memutus
a) permohonan kasasi;
b) sengketa tentang kewenangan mengadili;
c) permohonan peninjauan kembali putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
2. memberikan pertimbangan dalam bidang hukum baik diminta maupun tidak,
kepada Lembaga Tinggi Negara.
3. menguji secara materiil hanya terhadap peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang.
4. memberikan nasehat hukum kepada Presiden selaku Kepala Negara untuk
pemberian atau penolakan grasi.
5. melaksanakan tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.

Hak Mahkamah Agung (MA) :


 Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang;
 memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.
 mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.
PENGERTIAN WAWASAN KEBANGSAAN
INDONESIA
Kata wawasan berasal dari bahasa Jawa yaitu mawas yang artinya memandang
atau melihat, jadi kata wawasan dapat diartikan cara melihat atau cara pandang.
Sehingga, Wawasan Kebangsaan Indonesia adalah cara pandang mengenai diri
dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dan sikap bangsa Indonesia terhadap
diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah
dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Prof. Muladi, Gubernur Lemhannas RI, meyampaikan bahwa wawasan


kebangsaan indonesia adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai cara memandang / sudut


pandang yang mengandung kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk
memahami keberadaan jati diri sebagai suatu bangsa dalam memandang dirinya dan
bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan internal dan
lingkungan eksternal (Suhady dan Sinaga, 2006).

Wawasan Kebangsaan Indonesia juga dikenal sebagai sebuah pedoman yang masih
bersifat filosofia normatif. Sebagai perwujudan dari rasa dan semangat kebangsaan
yang melahirkan bangsa Indonesia. Akan tetapi situasi dan suasana lingkungan yang
terus berubah sejalan dengan proses perkembangan kehidupan bangsa dari waktu
ke waktu. Wawasan Kebangsaan Indonesia harus senantiasa dapat menyesuaikan
diri dengan perkembagan dan berbagai bentuk implementasinya.

Makna Wawasan Kebangsaan


Wawasan Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki berbagai makna, salah
satunya adalah:
1. Wawasan kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar
menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa di atas kepentingan individu atau golongan.
2. Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat pada patriotisme yang licik.
3. Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian
rupa sehingga asas Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan.
4. NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bertekad untuk
mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin,
sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju.
5. Dengan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup
Pancasila, bangsa Indonesia telah berhasil merintis jalan menjalani misinya di
tengah-tengah tata kehidupan di dunia.

Nilai Dasar Wawasan Kebangsaan


Nilai Wawasan Kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan kesatuan bangsa
memiliki 6 dimensi yang bersifat mendasar dan fundamental, yaitu sebagai berikut:
1. Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Cinta atas tanah air dan bangsa.
3. Demokrasi atau kedaulatan rakyat.
4. Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merdeka,
dan besatu.
5. Masyarakat adil-makmur.
6. Kesetiakawanan sosial.

Mengapa Wawasan Kebangsaan Harus Ada ?


Wawasan Kebangsaan merupakan konsep politik bangsa Indonesia yang
memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut)
termasuk dasar laut dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya secara tidak
terpisahkan, yang mempersatukan bangsa dan negara secara menyeluruh mencakup
segenap bidang kehidupan nasional yang meliputi aspek ekonomi, politik, sosial
budaya, dan hankam.

Wawasan Kebangsaan sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan


manifestasi pemikiran politik bangsa Indonesia. Sebagai satu kesatuan negara
kepulauan, secara konseptual, geopolitik Indonesia dituangkan dalam salah satu
doktrin nasional yang disebut Wawasan Nusantara dan politik luar negeri bebas aktif.
Sedangkan geostrategi Indonesia diwujudkan melalui konsep Ketahanan Nasional
yang bertumbuh pada perwujudan kesatuan ideologi, ekonomi, politik, sosial budaya
dan pertahanan keamanan.

Landasan Wawasan Kebangsaan


 Konstitusional ==> UUD 1945
 Idiil ==> Pancasila

Terdapat 3 Unsur Dasar Wawasan Kebangsaan, Yaitu:


1. Wadah (Contour)
2. Isi (Content)
3. Tata laku (Conduct)

Berikut penjelasan dari ke 3 Unsur Dasar Wawasan Kebangsaan diatas.


Wadah (Contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mencakup seluruh
wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan alam
dan penduduk serta aneka ragam budaya. Bangsa Indonesia mempunyai
organisasi kenegaraan yang merupakan wadah beragam kegiatan kenegaraan dalam
bentuk supra struktur politik dan wadah dalam kehidupan bermasyarakat pada
berbagai kelembagaan dalam bentuk infra struktur politik.

Isi (Content)
Isi (Content) merupakan aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan
cita-cita serta tujuan nasional.
Tata laku (Conduct)
Hasil interaksi antara wadah dan isi wawasan kebangsaan akan berwujud tata laku,
yang terdiri dari:
 Tata laku Lahiriah yaitu tercermin dalam perbuatan, tindakan dan perilaku
dari bangsa Indonesia.
 Tata laku Bathiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas
yang baik dari bangsa Indonesia.
Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas kepribadian / jati diri bangsa
berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang mempunyai rasa bangga dan
cinta terhadap bangsa dan tanah air sehingga menyebabkan rasa nasionalisme yang
tinggi dalam segala aspek kehidupan nasional.

Asas Wawasan Kebangsaan


Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, dipelihara, ditaati dan
diciptakan agar terwujud demi tetap taat dan setianya unsur / komponen pembentuk
bangsa Indonesia (golongan/suku) terhadap kesepakatan (commitment) bersama.
Asas Wawasan Kebangsaan terdiri dari:
1. Kepentingan/Tujuan yang sama
2. Solidaritas
3. Keadilan
4. Kerjasama
5. Kejujuran
6. Kesetiaan terhadap kesepakatan

Hakekat Wawasan Kebangsaan


Hakekat Wawasan Kebangsaan adalah keutuhan nasional / nusantara, dalam
pengertian cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara dan
demi kepentingan nasional.

Berarti setiap warga negara dan aparatur negara wajib berfikir, bersikap dan
bertindak secara utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa
termasuk produk-produk yang dihasilkan oleh lembaga negara.

Hubungan Wawasan Kebangsaan dan Ketahanan Nasional

Dalam penyelenggaraan kehidupan nasional agar senantiasa mengarah pada


pencapaian tujuan nasional diperlukan suatu landasan dan pedoman yang kokoh
berupa konsepsi wawasan kebangsaan untuk mewujudkan aspirasi bangsa serta
kepentingan dan tujuan nasional.

Wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan wawasan nusantara yang tidak


lain adalah pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan
nasional. Sedangkan ketahanan nasional adalah kondisi yang harus diwujudkan
agar proses pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan sukses.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa wawasan kebangsaan dan Ketahanan
Nasional merupakan dua konsepsi dasar yang saling mendukung sebagai pedoman
bagi penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara agar tetap jaya dan
berkembang seterusnya.
SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
- Sistem Tata Negara / Sistem Pemerintahan memiliki tujuan untuk menjaga kestabilan
suatu negara. Di dunia ini terdapat beberapa macam sistem pemerintahan yang
masing-masing mempunyai kelebihan, kekurangan, karakteristik, serta perbedaan
masing-masing. Sehingga diterapkan sesuai dengan kondisi masing-masing negara,
sistem ini dapat dibedakan menjadi :
 Parlementer
 Presidensial
 Semipresidensial
 Komunis
 Liberal
 Demokrasi liberal

Sistem pemerintahan merupakan cara pemerintah dalam mengatur segala yang


berhubungan dengan pemerintahan. Secara luas sistem pemerintahan bisa diartikan
sebagai sistem yang menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku kaum
minoritas dan mayoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik,
ekonomi, pertahanan, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontinu
dan demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan
sistem pemerintahan tersebut.

Secara sempit, Sistem pemerintahan diartikan sebagai sarana kelompok untuk


menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu
lama dan mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari masyarakat.

Sistem Pemerintahan bisa juga sebuah tatanan utuh yang terdiri dari bermacam macam
komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan serta memengaruhi dalam
pencapaian fungsi dan tujuan pemerintahan. Sistem ini bermanfaat untuk menjaga
kestabilan pemerintahan, pertahanan, ekonomi, politik, dan lain sebagainya.

Sistem Pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum


Diamandemen
Sebelum diamandemen, UUD 1945 mengatur kedudukan lembaga tertinggi dan lembaga
tinggi negara, serta hubungan antar lembaga-lembaga tersebut. Undang-Undang Dasar
merupakan hukum tertinggi, kemudian kedaulatan rakyat diberikan seluruhnya kepada
MPR (Lembaga Tertinggi). MPR mendistribusikan kekuasaannya (distribution of power)
kepada 5 Lembaga Tinggi yang sejajar kedudukannya, yaitu Presiden, Mahkamah Agung
(MA), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum Diamandemen


Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum
diamandemen
tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang 7 kunci pokok sistem pemerintahan
negara indonesia, sebagai berikut:
 Sistem Konstitusional.
 Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
 Kekuasaan tertinggi negara ada di tangan MPR (Majelis Permusyawaratan
Rakyat).
 Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
 Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
 Presiden merupakan penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi
dibawah MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)
 Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung
jawab kepada DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).

Dari tujuh kunci pokok sistem pemerintahan diatas, sistem pemerintahan Indonesia
menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan Presidensial. Sistem
pemerintahan Presidensial ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru.

Ciri dari sistem pemerintahan Presidensial kala itu ialah adanya kekuasaan
yang sangat besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan
presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan
persetujuan maupun pertimbangan DPR sebagai wakil rakyat. Karena tidak
adanya pengawasan dan persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar
dan cenderung mudah disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan
yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat
mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu
menciptakan pemerintahan yang solid dan kompak serta Sistem pemerintahan lebih
stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Namun, dalam praktik perjalanan sistem
pemerintahan di Indonesia pada masa itu ternyata kekuasaan yang besar dalam diri
presiden lebih banyak merugikan bangsa dan negara.

Memasuki masa Reformasi, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem


pemerintahan yang lebih baik (demokratis). Untuk itu, harus disusun pemerintahan
yang berdasarkan pada konstitusi (Pemerintah konstitusional). Pemerintah
konstitusional memiliki ciri bahwa konstitusi negara itu berisi :

 Jaminan terhadap hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.


 Adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif.

Sistem pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah


Diamandemen
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 ialah dilakukannya amandemen pada UUD 1945.
Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde
Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (namun kenyataannya bukan di tangan
rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang
terlalu "luwes" (yang dapat menimbulkan mulitafsir), serta kenyataan rumusan UUD
1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung
ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu ialah menyempurnakan aturan dasar
seperti tatanan negara, HAM, kedaulatan rakyat, pembagian kekuasaan,
eksistensi negara hukum dan negara demokrasi, serta hal-hal lain yang sesuai
dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945
dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan (staat structur) kesatuan atau selanjutnya
lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensil.

Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945, dapat


dijelaskan sebagai berikut: Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi
dimana kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya
berdasarkan UUD. UUD memberikan pembagian kekuasaan (separation of
power) kepada 6 lembaga negara dengan kedudukan yang sama dan sejajar,
yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Presiden, Mahkamah Agung (MA),
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Mahkamah Konstitusi (MK), Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), serta Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah Diamandemen

Pada masa sekarang ini, bisa disebut sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam
masa transisi. Sebelum diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan
UUD 1945 hasil amandemen ke 4 tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih
mendasarkan pada UUD 1945 dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya
transisi menuju sistem pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan yang baru ini
diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya Pemilu pada tahun 2004.

Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut:


 Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan
presidensial.
 Bentuk negara kesatuan yang memiliki prinsip otonomi daerah yang luas.
Wilayah negara terbagi menjadi beberapa provinsi.
 Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan
dibawahnya.
 Presiden merupakan kepala negara yang sekaligus sebagai kepala
pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam
satu paket.
 Parlemen terdiri dari dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Para anggota DPR dan DPD merupakan
anggota MPR. DPR mempunyai kekuasaan legislatif serta kekuasaan mengawasi
jalannya pemerintahan.
 Kabinet / menteri diangkat oleh presiden serta bertanggung jawab langsung
kepada presiden.

Sistem pemerintahan ini juga mengambil elemen-elemen dari sistem pemerintahan


parlementer dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan yang
ada pada sistem presidensial. Beberapa variasi sistem pemerintahan presidensial
di Indonesia ialah sebagai berikut :
 Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR.
 Parlemen mendapat kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk
undang-undang dan hak anggaran (budget)
 Presiden sewaktu-waktu bisa diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR.
Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun tidak secara
langsung.
 Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu persetujuan
dan pertimbangan DPR.

Sistem Pemerintahan Indonesia Saat Ini (Setelah Diamandemen)


Berdasarkan Pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang berbunyi, "bahwa kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat".

Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, yang berbunyi, "Negara Indonesia adalah
negara kesatuan yang berbentuk republik".

Dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia ialah Negara Kesatuan,


sedangkan bentuk pemerintahannya ialah Republik. Selain bentuk pemerintahan
republik dan bentuk negara kesatuan, Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu
didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, "Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang Undang Dasar". Dengan
demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut Sistem Pemerintahan
Presidensial.

Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem pemerintahan


presidensial. Namun dalam praktiknya banyak elemen elemen dari sistem
pemerintahan parlementer yang masuk ke dalam sistem pemerintahan di Indonesia.
Sehingga secara singkat bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan yang berjalan di
Indonesia ialah sistem pemerintahan yang merupakan gabungan atau perpaduan
antara sistem pemerintahan presidensial (mayoritas) dengan sistem pemerintahan
parlementer (minoritas). Apalagi bila dirunut dari sejarahnya, Indonesia mengalami
beberapa kali perubahan Periodisasi Sistem Pemerintahan, diantaranya :
 Tahun 1945-1949, Indonesia pernah menganut Sistem Pemerintahan
Presidensial
 Tahun 1949-1950, Indonesia menganut sistem pemerintahan
parlementer yang semu
 Tahun 1950-1959, Indonesia masih menganut sistem pemerintahan
parlementer dengan demokrasi liberal
 Tahun 1959-1966, Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensial secara demokrasi terpimpin.
 Tahun 1966-1998 (Orde Baru), Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensial

Terdapat perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal tersebut


diperuntukan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan baru ini
antara lain adanya pemilihan secara langsung, mekanisme check and balance,
sistem bikameral dan pemberian kekuasaan yang lebih besar pada parlemen untuk
melakukan pengawasan serta fungsi anggaran.
LEMBAGA PEMERINTAHAN
KEMENTRIAN DAN NON KEMENTRIAN
Lembaga Pemerintahan Kementrian
Kementrian merupakan lembaga Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan
tertentu dalam pemerintahan. Kementerian berkedudukan di Jakarta (ibukota negara)
dan bertanggung jawab langsung kepada presiden serta berada dibawah presiden.

Landasan hukum Kementerian di indonesia adalah Bab V Pasal 17 UUD


1945 yang menyebutkan bahwa:
 Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
 Menteri-menteri negara diangkat dan diperhentikan oleh Presiden.
 Setiap menteri membidangi urusan tertentu pada pemerintahan.
 Pembentukan, pengubahan, serta pembubaran kementerian negara diatur
dalam undang-undang.

Selain itu Lembaga Pemerintahan kementerian juga diatur oleh Peraturan


Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara serta
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.
Berikut Nama Lembaga Kementerian di Indonesia (Masa pemerintahan Joko
Widodo - Muhammad Jusuf Kalla) beserta tugasnya:

Kementerian koordinator yang memiliki tugas sinkronisasi dan


koordinasi urusan kementerian-kementerian yang berada dalam
kewenangannya, adalah sebagai berikut :
 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra)
 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian)
 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko
Polhukam)

Kementerian yang memiliki tugas menangani urusan pemerintahan


dengan nomenklatur kementeriannya disebutkan dalam Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 (UUD 1945), adalah sebagai berikut :
 Kementerian Pertahanan (Kemenhan)
 Kementerian Luar Negeri (Kemlu)
 Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)

Kementerian yang mempunyai tanggung jawab urusan pemerintahan


yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun
1945 (UUD 1945), adalah sebagai berikut :
 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans)
 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kemen ESDM)
 Kementerian Agama (Kemenag)
 Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo)
 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham)
 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)
 Kementerian Kehutanan (Kemenhut)
 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
 Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
 Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
 Kementerian Perdagangan (Kemendag)
 Kementerian Perhubungan (Kemenhub)
 Kementerian Perindustrian (Kemenperin)
 Kementerian Pekerjaan Umum (Kemenpu)
 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdiknas)
 Kementerian Sosial (Kemensos)
 Kementerian Pertanian (Kementan)

Kementerian yang bertugas mengurusi urusan pemerintahan sebagai


bentuk penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah,
adalah sebagai berikut :
 Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg)
 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemenegpdt)
 Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora)
 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemeneg
PP & PA)
 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Kemenpan RB)
 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN)
 Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera)
 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM)
 Kementerian Lingkungan Hidup (Menlh)
 Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek)
 Kementerian Badan Usaha Milik Negara (Kemen BUMN)

Kementerian yang dibubarkan, adalah sebagai berikut :


 Kementerian Penerangan, dibentuk saat proklamasi kemerdekaan (Kabinet
Presidensial) dan dibubarkan pada Kabinet Persatuan Nasional hingga sekarang.
 Kementerian Sosial, dibentuk saat proklamasi kemerdekaan (Kabinet
Presidensial), sempat dibubarkan pada Kabinet Persatuan Nasional, dan dibentuk
kembali pada Kabinet Gotong Royong hingga sekarang.
 Kementerian Kemakmuran, dibentuk saat proklamasi kemerdekaan (Kabinet
Presidensial) dan dibubarkan pada Kabinet Natsir hingga sekarang.

Kementerian yang dipisahkan/digabungkan, adalah sebagai berikut :


 Kementerian Perumahan Rakyat dan Kementerian Pekerjaan Umum pada
Kabinet Kerja (2014) digabung menjadi Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
 Kementerian Perdagangan serta Kementerian Perindustrian saat ini, sempat
digabungkan menjadi "Departemen Perindustrian dan Perdagangan" pada
pertengahan perjalanan Kabinet Pembangunan VI, yang kemudian dipisahkan
kembali pada Kabinet Indonesia Bersatu hingga sekarang.

Lembaga Pemerintah Non Kementerian


Lembaga Pemerintah Nonkementerian disingkat (LPNK), dulu bernama Lembaga
Pemerintah Nondepartemen (LPND), LPNK merupakan lembaga negara yang
dibentuk guna menjalankan tugas pemerintahan tertentu dari presiden. Kepala LPNK
berada di bawah serta bertanggung jawab secara langsung kepada presiden melalui
menteri atau pejabat setingkat menteri yang mengoordinasikannya.

LPNK sendiri merupakan lembaga negara di Indonesia yang dibentuk untuk


melaksanakan tugas pemerintahan di bidang tertentu yang tidak dilaksanakan oleh
kementerian / instansi, bersifat strategis, nasional, lintas instansi / kementerian, lintas
sektor dan lintas wilayah. Selain itu, LPNK juga menunjang tugas yang dilakukan oleh
Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Susunan Organisasi dan Tata Lembaga Pemerintahan Non Kementerian:


Kepala
Sekretariat Utama
Deputi
Inspektorat Utama.

Berikut Nama-Nama Lembaga Non Kementerian di Indonesia:


 Lembaga Administrasi Negara
 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
 Lembaga Ketahanan Nasional
 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
 Lembaga Sandi Negara
 Badan Intelijen Negara
 Badan Kepagawaian Negara
 Badan Pengawas Tenaga Nuklir
 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
 Badan Koordinasi Pananaman Modal
 Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional
 Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
 Badan Pertanahan Nasional
 Badan Pengawasan Obat dan Makanan
 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
 Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
 Badan Nasional Penanggulangan Bencana
 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
 Badan Pusat Statistik
 Badan SAR Nasional
 Badan Narkotika Nasional
 Badan Standardisasi Nasional
 Badan Tenaga Nuklir Nasional
 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
 Arsip Nasional Republik Indonesia
 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
PENGERTIAN
EKSEKUTIF, LEGISLATIF, YUDIKATIF
SERTA FUNGSI DAN KEKUASAANYA
Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari beberapa lembaga kenegaraan
sesuai dengan fungsionlitasnya masing-masing. Dalam melaksanakan roda
pemerintahan, Indonesia dijalankan oleh sejumlah lembaga penting, salah satunya
adalah Mahkamah Konstitusi (MK).

Dalam struktur kepemerintahan Indonesia kita mengenal yang namanya Eksekutif,


Legislatif dan Yudikatif. Kesemuanya merupakan unsur-unsur struktural terpenting
dalam pemerintahan Indonesia. Mungkin masih ada masyarakat yang sebenarnya
belum sepenuhnya memahami Pengertian dan Fungsi Eksekutif, Pengertian dan
Fungsi Yudikatif serta Pengertian dan Fungsi Legislatif.

Bagi Kalian yang belum begitu paham, melalui artikel ini kita akan mencoba
menjelaskan kepada Anda fungsi lembaga Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.
Berikut penjelasan ringkas yang akan kita paparkan melalui kolom artikel ini terkait
pengertian serta peran Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.

Pengertian Eksekutif
Eksekutif merupakan salah satu cabang pemerintahan yang memiliki kekuasaan dan
bertanggungjawab untuk menerapkan hukum. Figur paling senior dalam sebuah
cabang eksekutif disebut kepala pemerintahan. Eksekutif dapat merujuk kepada
administrasi, dalam sistem presidensiil (Seperti di Indonesia), atau sebagai
pemerintah, dalam sistem parlementer.

Baca Juga: Pengertian Asas Praduga Tak Bersalah

Di Indonesia Yang masuk dalam lingkaran eksekutif adalah presiden, wakil presiden
serta jajaran kabinet dalam pemerintahan. Jajaran kabinet dalam sebuah
pemerintahan dalam hal ini pemerintahan Republik Indonesia adalah para menteri
yang telah ditunjuk dan dilantik secara resmi oleh presiden.

Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaaan untuk melaksanakan undang-undang atau
disebut dengan rule application function.
Pengertian Legislatif
Legislatif merupakan badan deliberatif pemerintah dengan kuasa membuat hukum.
Legislatif dikenal dengan beberapa nama, yaitu parlemen, DPR (indonesia), kongres,
dan asembli nasional. Dalam sistem Parlemen, legislatif adalah badan tertinggi dan
menujuk eksekutif. Dalam Sistem Presidensial, legislatif adalah cabang pemerintahan
yang sama dan bebas dari eksekutif.

Baca Juga: Heboh, Gambar Hujan Yang Ditangkap Oleh Kamera dari atas Pesawat

Di Indonesia Legislatif adalah sebuah lembaga kenegaraan di Indonesia yang dalam


hal ini memiliki tugas untuk membuat atau menciptakan produk undang-udang.
Lembaga yang disebut sebagai lembaga legislator adalah DPR.

Kekuasaan Legeslatif
Kekuasaan legelatif adalah kekuasaan membuat undang-undang atau disebut denga
rule making function.

Pengertian Yudikatif
Jika legislator adalah DPR, dan eksekutif adalah presiden, wakil presiden dan para
menteri anggota kabinet, maka yudikatif adalah lembaga yang memiliki tugas untuk
mengawal serta memantau jalannya perundang-udangan atau penegakan hukum di
Indonesia, seperti Mahkamah Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi (MK).

Kekuasaan Yudikatif
Kekuasaan yudikatif merupakan kekuasaan untuk mengadili atas pelanggaran
undang-undang atau disebut denga rule adjudication function.

Fungsi Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif


Dari uraian diatas, tentunya sudah dapat dipahami bahwa Fungsi eksekutif sebagai
eksekutor atau pelaksana, Fungsi legislatif adalah untuk membuat undang-undang
sedangkan Fungsi dari yudikatif adalah sebagai lembaga pengawal serta pemantau
jalannya roda pemerintahan dengan menjadikan hukum sebagai acuan.
PENGERTIAN, HUBUNGAN DAN PEMBAGIAN URUSAN
PEMERINTAHAN PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH
Indonesia merupakan negara kesatuan yang disebut dengan eenheidstaat, yaitu
negara merdeka dan berdaulat yang pemerintahannya diatur oleh pemerintah pusat.
Dalam konstitusi Republik Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam pasal 4 ayat (1) dikatakan bahwa Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang
Dasar. Sehingga dalam pasal ini apabila kita tafsirkan bahwa pemegang kekuasaan
tertinggi di negara Indonesia adalah presiden.

Namun, karena luasnya daerah-daerah di negara kita yang terbagi-bagi atas


beberapa provinsi, kabupaten serta kota maka daerah-daerah tersebut memiliki
pemerintahan daerah guna mempermudah kinerja pemerintah pusat terhadap
daerahnya maka digunakanlah suatu asas yang dinamakan asas otonomi sesuai
dengan yang diatur dalam pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Maka dari itu pemerintahan daerah menjalankan
otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat, sehingga dalam hal ini menimbulkan
suatu hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah di daerah.

Pengertian Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah


Pemerintahan pusat adalah penyelenggara pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yakni Presiden dengan dibantu seorang Wakil Presiden dan oleh
menteri-menteri negara. Dengan kata lain, pemerintahan pusat adalah pemerintahan
secara nasional yang berkedudukan di ibu kota Negara Republik Indonesia.

Pemerintahan Daerah, Pengertian Pemerintah Daerah Bedasarkan UU No.32


tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah), berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI (Negara
Kesatuan Republik Indonesia), seperti yang dimaksud pada UUD 1945.
Penyelenggara Pemerintahan Daerah: Walikota, Bupati, Gubernur dan perangkat
daerah lainnya (kepala badan, kepala dinas, dan unit-unit kerja lannya yang
dikendalikan oleh Sekretariat Daerah).

Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang bersifat


struktural dan fungsional
Hubungan Struktural
Hubungan struktural adalah hubungan yang didasarkan pada tingkat dan jenjang dalam
pemerintahan. Pemerintah pusat merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di
tingkat nasional. Pemerintah daerah merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di
daerah masing masing bersama DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan,
dalam sistem dan prinsip NKRI. Secara struktural presiden merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi dalam penyelenggara urusan pemerintahan di tingkat nasional.
Kepala daerah merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di daerah masing
masing sesuai dengan prinsip otonomi seluas luasnya.
Secara struktural hubungan pemerintah pusat dan daerah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000. Berdasarkan ketentuan tersebut daerah diberi
kesempatan untuk membentuk lembaga-lembaga yang disesuaikan dengan kebutuhan
daerah. Untuk lebih jelasnya, hubungan struktural tersebut dapat kalian lihat pada bagan
berikut.

Hubungan Struktural Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah

Dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia terdapat dua cara yang dapat
menghubungkan antara pemerintah pusat dan pemeritah daerah yaitu sentralisasi
dan desentralisasi.
 Sentralisasi merupakan pengaturan kewenangan dari pemerintah daerah
kepada pemerintah pusat untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri
berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari masyarakatnya dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Desentralisasi sebenarnya merupakan istilah
dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai pengaturan
kewenangan. Di Indonesia sistem sentralisasi pernah diterapkan pada zaman
kemerdekaan sampai orde baru.
 Desentralisasi merupakan penyerahan kewenangan dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya
sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari masyarakatnya dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan adanya desentralisasi maka
muncullah otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya
merupakan istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan
sebagai penyerahan kewenangan.

Pelimpahan wewenang dengan cara Dekonsentrasi dilakukan melalui


pendelegasian wewenang kepada perangkat yang berada di bawah hirarkinya
di daerah sedangkan pelimpahan wewenang dengan cara desentralisasi
dilakukan melalui pendelegasian urusan kepada daerah otonom. Terdapat tiga
faktor yang menjadi dasar pembagian fungsi, urusan, tugas, dan wewenang antara
pemerintah pusat dan daerah.
 Fungsi yang sifatnya berskala nasional dan berkaitan dengan eksistensi
negara sebagai kesatuan politik diserahkan kepada pemerintah pusat.
 Fungsi yang menyangkut pelayanan masyarakat yang perlu disediakan
secara beragam untuk seluruh daerah dikelola oleh pemerintah pusat.
 Fungsi pelayanan yang bersifat lokal, melibatkan masyarakat luas dan tidak
memerlukan tingkat pelayanan yang standar, dikelola oleh pemerintah daerah yang
disesuaikan dengan kebutuhan serta kemampuan daerah masing-masing.

Hubungan Fungsional
Hubungan fungsional adalah hubungan yang didasarkan pada fungsi masing-masing
pemerintahan yang saling mempengaruhi dan saling bergantung antara satu dengan
yang lain. Pada dasarnya pemerintah pusat dan daerah memiliki hubungan
kewenangan yang saling melengkapi satu sama lain. Hubungan tersebut terletak
pada visi, misi, tujuan, dan fungsinya masing-masing. Visi dan misi kedua lembaga ini,
baik di tingkat lokal maupun nasional adalah melindungi serta memberi ruang
kebebasan kepada daerah untuk mengolah dan mengurus rumah tangganya sendiri
berdasarkan kondisi dan kemampuan daerahnya.

Hubungan fugsional menyangkut atas pembagian tugas dan kewenangan yang


harus dijalankan oleh pemerintahan pusat dan daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance). Nah pembagian
tugas dan wewenang baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
tercantum dalam UU Nomor 32 Tahun 2004.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi atas kriteria akuntabilitas,


eksternalitas dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan
antarsusunan pemerintahan. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah, yang diselenggarakan berdasarkan kriteria di atas terdiri atas
urusan wajib dan urusan pilihan.
 Kriteria ekesternalitas adalah pembagian urusan pemerintahan yang
ditentukan berdasarkan dampak akibat yang ditimbulkan. Dalam arti jika urusan
pemerintahan tersebut dalam penyelenggaraannya berdampak nasional maka itu
menjadi urusan Pemerintah, berdampak regional menjadi urusan Provinsi dan lokal
menjadi urusan Kabupaten/Kota.
 Kriteria akuntabilitas adalah penanggung jawab suatu urusan
pemerintahan ditentukan berdasarkan kedeketannya/yang menerima langsung
dampak/akibat yang ditimbulkan. Hal ini untuk menghindari klaim atas
dampak/akibat tersebut, dan ini sejalan dengan semangat demokrasi yaitu
pertanggungjawaban Pemerintah kepada rakyatnya.
 Kriteria efisiensi yakni daya guna dan hasil guna yang diperoleh dalam
arti jika urusan pemerintahan tersebut akan berhasil jika ditangani/diurus Pemerintah
maka itu menjadi urusan pemerintah, demikian pula sebaliknya.

Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten


atau kota adalah urusan dalam skala provinsi. Urusan pemerintahan provinsi yang
bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kekhasan, kondisi,
serta potensi unggulan pada daerah tersebut.

Pemerintahan daerah saat menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki


hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintahan daerah lainnya.
Hubungan tersebut meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum,
pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya. Hubungan keuangan,
pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya
dilaksanakan secara adil dan selaras. Hubungan wewenang, keuangan, pelayanan
umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya menimbulkan
hubungan administrasi dan kewilayahan antarsusunan pemerintahan.

Pembagian Urusan Pemerintahan


Ketika kita membahas urusan pemerintahan daerah dan pemerintahan pusat,
peraturan yang dapat menjadi pegangan bagi kita ialah Undang-Undang No. 23
tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang yang disahkan pada
akhir masa Pemerintahan Pesiden SBY

Menurut UU no. 23 tahun 2014 Urusan pemerintahan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
 Urusan pemerintahan konkuren
 Urusan pemerintahan absolut
 Urusan pemerintahan umum

Ketiga urusan diatas dibagi menjadi urusan yang menjadi domain Pemerintah pusat
dan daerah. Asas yang digunakan dalam pembagian urusan pemerintahan terdiri
atas asas dekonsentrasi, desentraslisasi, serta asas tugas pembantuan, berikut
penjelasannya :
 Asas dekonsentrasi merupakan pelimpahan sebagian urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur
sebagai wakil Pemerintah Pusat / bisa juga kepada instansi vertikal di wilayah tertentu,
/ kepada wali kota maupun bupati sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan
umum.
 Asas desentralisasi merupakan penyerahan kewenangan dari pusat ke
daerah, dan domain dari desentralisasi sangat berkaitan dengan penyerahan
kekuasaan dari sebelumnya kekuasaan milik pusat menjadi milik daerah.
 Asas tugas pembantuan merupakan penugasan dari Pemerintah Pusat
kepada daerah otonom untuk menjalankan sebagian Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah
provinsi kepada Daerah kota atau kabupaten untuk menjalankan sebagian
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi.

Urusan pemerintahan konkuren ialah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara


Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kota/kabupaten, urusan yang
diserahkan kepada daerah menjadi patokan pelaksana otonomi daerah. Pembagian
tersebut mencangkup berbagai bidang, mulai dari perdagangan, pertanian, perikanan,
pertambangan dan lain sebagainya. Tapi prinsip utama dalam pembagian urusan
pemerintahan konkuren adalah harus didasarkan pada efisiensi, akuntabilitas,
eksternalitas serta harus berkepentingan nasional.

Pembagian urusan konkuren kemudian diperjelas dalam tatananan territorial atau


wilayah, seperti contohnya dalam lokasi, pusat berwenang pada lokasi lintasi Negara
ataupun lintas daerah provinsi, sedang provinsi berada pada lintas kabupaten/kota,
sedang untuk tingkat kabupaten/kota berada pada area dalam kabupaten atau kota.

Dalam UU no. 23 tahun 2014 pada lampiran matriks pembagian urusan


pemerintahan konkuren, jika kita masuk kedalam bidang dan sub bidang, maka pusat,
daerah provinsi dan kabupaten/kota memiliki porsi kewenangannya sendiri-sendiri.
Misal dalam bidang pendidikan, lalu jika dipilih sub bidang, manajemen pendidikan
contohnya, kewenangan pusat saat penetapan standar pendidikan, untuk provinsi
berkewenanggan mengelola pedidikan menengah dan untuk kabupaten/kota
mengelola pendidikan dasar.

Jika kita lihat dalam bidang lain, misal perumahan, kesehatan dan lain sebagainya,
memiliki pola yang sama, ada porsi pusat dan daerah. Meski ada beberapa bagian,
misal dalam pengawasan kehutanan, pusat berwenang penuh dalam urusan itu, tidak
melibatkan daerah.

Urusan pemerintahan absolut merupakan urusan pemerintahan yang menjadi


sepenuhnya menjadi kewenangan pusat. Definisi Pusat jika kita masuk bidang
eksekutif adalah Pemerintah Pusat, definisinya sendiri adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri. Cakupan urusan pemerintahan
absolut terdiri dari masalah bidang politik luar negeri, pertanahan, keamanan,
yustisi, moneter dan fiskal serta agama.

Meski sepenuhnya berada ditangan pusat, urusan pemerintahan absolut bisa


dilimpahkan kepada instansi vertical yang ada di daerah berdasarkan asas
dekonsentrasi. Instansi vertical sendiri merupakan perangkat kementerian dan/atau
lembaga pemerintah nonkementerian yang mengurus Urusan Pemerintahan yang
tidak diserahkan kepada daerah otonom dalam wilayah tertentu dalam rangka
Dekonsentrasi, contoh instansi vertical di daerah ialah satuan kerja perangkat daerah
atau SKPD, seperti dinas dan badan daerah.

Urusan pemerintahan umum, merupakan urusan pemerintahan yang menjadi


kewenangan Presiden sebagai kepala Pemerintah. Urusan tersebut meliputi
kerukunan antar umatberagama, pengembangan kehidupan demokrasi, pembinaan
ketahanan nasional, koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang
ada diwilayah daerah provinsi dan kabupaten/kota, penanganan konflik social,
persatuan dan kesatuan bangsa, pembinaan kerukunan antar suku ataupun intrasuku
serta pelaksananan semua urusan pemerintahan yang bukan merupakan
kewenangan pemerintahan daerah.

Pelaksaan urusan pemerintahan umum merupakan gubernur dan bupati/walikota di


daerahnya masing-masing, dibantu oleh instansi vertical. Pertanggung jawabannya
sendiri, gubernur bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri dan
walikota/bupati bertanggung jawab kepada menteri melalui gubernur. Hal tersebut
karena gubernur diposisikan sebagai wakil pemerintah pusat.
PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM
KEBIJAKAN PEMERINTAH
Istilah kebijakan atau kebijaksanaan yang diterjemahkan dari kata policy memang
biasanya dihubungkan dengan keputusan pemerintah, karena pemerintahlah yang
mempunyai kekuasaan (wewenang) untuk mengarahkan masyarakat, dan
bertanggung jawab melayani kepentingan umum.

Kebijakan dapat juga berarti sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Oleh beberapa ahli
maupun organisasi kebijakan diartikan sebagai berikut ini:
 Friedrik (1963) Berpendapat Bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan
yang diajukan seseorang, group, dan pemerintah dalam lingkungan tertentu dengan
mencantumkan kendala-kendala yang dihadapi serta kesempatan yang
memungkingkan pelaksanaan usulan tersebut dalam upaya mencapai tujuan.
 Menurut PBB: Kebijakan adalah suatu deklarasi mengenai dasar pedoman
(untuk) bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai
aktivitas-aktivitas tertentu atau suatu rencana.
 Anderson (1979) Berpendapat Bahwa kebijakan merupakan serangkaian
tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang mesti diikuti dan dilakukan oleh para
pelakunya untuk memecahkan suatu masalah (a purposive corse of problem or
matter of concern).
 Lasswell (1970) Berpendapat Bahwa kebijakan adalah sebagai suatu program
pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah (a projected program of
goals values and practices).
 Heclo (1977) Berpendapat Bahwa kebijakan merupakan cara bertindak yang
sengaja dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah-masalah.
 Amara Raksasa Taya (1976) Berpendapat Bahwa kebijakan ialah suatu taktik
atau strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan.
 Budiardjo (1988) Berpendapat Bahwa kebijakan adalah sekumpulan
keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha
memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
 Anderson Berpendapat Bahwa Kebijakan adalah suatu tindakan yang
mempunyai tujuan yang dilakukan seseorang pelaku atau sejumlah pelaku untuk
memecahkan suatu masalah.
 Carter V. Good (1959) Berpendapat Bahwa kebijakan merupakan sebuah
pertimbangan yang didasarkan atas suatu nilai dan beberapa penilaian terhadap
faktor-faktor yang bersifat situasional, untuk mengoperasikan perencanaan yang
bersifat umum dan memberikan bimbingan dalam pengambilan keputusan demi
tercapainya tujuan.
 Indrafachrudi (1984) Berpendapat Bahwa kebijakan adalah suatu ketentuan
pokok yang menjadi dasar dan arah dalam melaksanakan kegiatan administrasi atau
pengelolaan.
 Carl Friedrich Berpendapat Bahwa Kebijakan ialah sebuah tindakan yang
mengarah pada tujuan dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya
hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai
tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.
 Eulau (1977) Berpendapat Bahwa kebijakan merupakan keputusan tetap,
dicirikan oleh tindakan yang bersinambung dan berulang-ulang pada mereka yang
membuat dan melaksanakan kebijakan.
 Menurut KBBI: Kebijakan merupakan rangkaian konsep dan asas yang
menjadi garis dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan,
serta cara bertindak (tetang perintah, organisasi, dan lainnya).

Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses pembuatan
keputusan-keputusan penting pada organisasi, termasuk identifikasi berbagai
alternatif seperti prioritas program maupun pengeluaran, dan pemilihannya
berdasarkan dampaknya. Kebijakan bisa juga diartikan sebagai mekanisme politis,
finansial, manajemen, atau administratif untuk mencapai suatu tujuan eksplisit.

Kebijakan dapat berbentuk keputusan yang dipikirkan secara matang dan hati-hati
oleh pengambil keputusan puncak dan bukan kegiatan-kegiatan berulang yang rutin
dan terprogram atau terkait dengan aturan-aturan keputusan.

Jadi kebijakan merupakan seperangkat keputusan yang diambil oleh


pelaku-pelaku politik dalam rangka memilih tujuan dan bagaimana cara untuk
mencapainya.

Kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat atas dasar kebijakan yang bersifat luas.
Menurut Werf (1997) yang dimaksud dengan kebijakan adalah usaha mencapai
tujuan tertentu dengan sasaran tertentu dan dalam urutan tertentu. Sedangkan
kebijakan pemerintah mempunyai pengertian baku yaitu suatu keputusan yang dibuat
secara sistematik oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang
menyangkut kepentingan umum

Dalam berbagai sistem politik, kebijakan publik diimplementasikan oleh badan-badan


pemerintah (melalui kebijakan pemerintah). Badan-badan tersebut melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan pemerintah dan hari ke hari yang membawa dampak pada
warganegaranya. Dalam literatur administrasi. (Subarsono, 2005:87)

Untuk lebih memahami tentang kebijakan pemerintah, Berikut Definisi Pemerintah


Menurut Para Ahli:

Definisi Pemerintah Menurut Para Ahli:


 Thomas R. Dye mengatakan Kebijaksanaan pemerintah merupakan apa saja
yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Definisi
Thomas R. Dye itu didasarkan pada kenyataan, bahwa banyak sekali
masalah-masalah yang harus diatasinya, banyak sekali keinginan dan kehendak
rakyat yang harus dipenuhinya. (Soenarko, 2003:41)
 Dimock dalam bukunya yang berjudul Public Administration mengarahkan
kebijaksanaan pemerintah adalah perpaduan dan kristalisasi dan pada pendapat-
pendapat dan keinginan-keinginan banyak orang dan golongan-golongan dalam
masyarakat. (Soenarko, 2003:43)
 Robert Eyestone mengatakan kebijaksanaan pemerintah adalah hubungan
suatu lembaga pemerintah terhadap lingkungannya. (Soenarko, 2003:42)
 Carl J. Friedrich mengatakan kebijakan pemerintah adalah suatu arah
tindakan yang diusulkan pada seseorang, golongan, atau Pemerintah dalam suatu
lingkungan dengan halangan-halangan dan kesempatan-kesempatannya, yang
diharapkan dapat memenuhi dan mengatasi halangan tersebut di dalam rangka
mencapai suatu cita-cita atau mewujudkan suatu kehendak serta suatu tujuan
tertentu. (Soenarko, 2003:42)
 Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt mengatakan Kebijakan dapatlah diberi
definisi sebagai suatu keputusan yang siap dilaksanakan dengan ciri adanya
kemantapan perilaku dan berulangnya tindakan, baik oleh mereka yang membuatnya
maupun oleh mereka yang harus mematuhinya. (Soenarko, 2003:41)

Macam - Macam Kebijakan Pemerintahan di Bidang Keuangan


Uang
Uang memiliki peranan penting dalam menetukan kegiatan ekonomi masyarakat
suatu negara. Sudah sejak lama para ahli ekonomi sepakat bahwa uang bisa
berakibat baik bagi perekonomian, tetapi uang kadang-kadang juga bisa berakibat
buruk bagi perekonomian, dan para ahli ekonom juga sepakat bahwa uang yang
tersedia dalam perekonomian sangat besar pengaruhnya dalam menentukan
kesetabilan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Uang adalah benda yang disetujui oleh masyarakat umum sebagai alat pelantara
tukar menukar dalam perdagangan. Fungsi uang dalam perekonomian yaitu:
 sebagai alat pertukaran
 sebagai pengukur nilai
 sebagai perhitungan dan akuntansi
 sebagai penyimpan nilai
 sebagai instrumen term of payment

Motif orang menyimpan uang adalah:


 motif transaksi
 motif berjaga-jaga
 motif spekulasi

Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga umum barang dan jasa secara terus
menerus akibat dari tidak ada keseimbangan arus barang dan arus uang.

Suatu negara yang mengalami inflasi memiliki ciri - ciri sebagai berikut :
1. harga barang pada umumnya dalam kondisi naik terus menerus
2. Arus barang relatif sedikit
3. Arus uang yang beredar melebihi kebutuhan
4. nilai uang (daya beli uang) menjadi turun

Pencegahan inflasi telah lama menjadi salah satu tujuan utama dari kebijaksanaan
ekonomi makro pemerintahan dan bank sentral dinegara manapun. Hal ini
disebabkan inflasi dianggap sebagai suatu yang tidak diinginkan dan inflasi memberi
pengaruh yang tidak baik terhadap distribusi pendapatan (masyarakat berpendapat
rendah akan menderita), kegiatan pinjam meminjam (pemberi pinjaman beruntung,
peminjam merugi), spekulasi dan persaingan dalam perdagangan internasional.
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah (Bank
Sentral ) untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar. Sejak
tahun 1945, kebijakan moneter hanya digunakan sebagai kebijakan ekonomi untuk
mencapai stabilitaas ekonomi jangka pendek. Adapun kebijakan fiscal digunakan
dalam pengendalian ekonomi jangka panjang. Namun pada saat ini kebijakan
moneter merupakan kebijakan utama yang dipergunakan untuk pengendalian
ekonomi jangka pendek dan jangka panjang.

Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat melakukan


kebijakan uang ketat dan kebijakan uang longgar.
1. Easy Money Policy, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk
menambah jumlah uang yang beredar dengan cara :
 Memberikan kredit longgar.
 Menurunkan tingkat suku bunga
 Menurunkan cadangan Kas
 Membeli surat-surat berharga
2. Tight Money Policy, yaitu kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah
uang yang beredar dengan cara :
 Membatasi pemberian kredit
 Menjual surat berharga
 Menaikan suku bunga
 Menaikan cadangan kas

Jadi cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi inflasi adalah melalui kebijakan
uang kertas, kebijakan fiscal, kebijakan produksi, kebijakan perdagangan
internasional dan kebijakan harga.

Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal pada prinsipnya merupakan kebijakan yang mengatur tentang
penerimaan dan pengeluaran negara. Sumber-sumber penerimaan negara antara
lain dari pajak, penerimaan bukan pajak serta bantuan/pinjaman dan luar negeri.

Selain itu, pengeluaran dibagi menjadi dua kelompok besar yakni pengeluaran yang
bersifat rutin seperti membayar gaji pegawai, belanja barang serta pengeluaran yang
bersifat pembangunan. Dengan demikian, kebijakan fiskal merupakan kebijakan
pengelolaan keuangan negara dan terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan
alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.

Sedangkan kebijakan atau kebijaksanaan pemerintah mempunyai beberapa


tingkatan yaitu:
Kebijakan Nasional
Yaitu kebijakan Negara yang bersifat fundamental dan strategis untuk mencapai
tujuan nasional/Negara sesuai dengan amanat UUD 1945 GBHN. Kewenangan
dalam pembuat kebijaksanaan adalah MPR, dan presiden bersama-sama
dengan DPR.
Bentuk kebijaksanaan nasional yang dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan dapat berupa:
 UUD 1945
 Ketetapan MPR
 Undang-undang
 Peraturan pemerintah pengganti undang undang (Perpu) dibuat oleh
presiden dalan hal kepentingan memaksa setelah mendapat persetujuan DPR.

Kebijaksanaan Umum
Kebijaksanaan yang dilakukan oleh presiden yang bersifat nasional dan
menyeluruh berupa penggarisan ketentuan ketentuan yang bersifat garis besar
dalam rangka pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
sebagai pelaksanaan UUD 1945, ketetapan MPR maupun undang undang guna
mencapai tujuan nasional.

Penetapan kebijaksanaan umum merupakan sepenuhnya kewenangan presiden,


sedangkan bentuk kebijaksanaan umum tersebut merupakan tertulis berupa
peraturan perundang-undangan seperti hal nya keputusan presiden (Kepres),
peraturan pemerintah (PP) maupun Instruksi Presiden (Inpres).

Sedangkan kebijaksanaan pelaksanaan dari kebijakan umum tersebut merupakan


penjabaran dari kebijakan umum serta strategi pelaksanaan dalam suatu bidang
tugas umum pemerintahan dan pembangunan dibidang tertentu. Penetapan
kebijaksanaan pelaksanaan terletak pada para pembantu presiden yaitu para menteri
atau pejabat lain setingkat dengan menteri dan pimpinan sesuai dengan
kebijaksanaan pada tingkat atasnya serta perundang-undangan berupa peraturan,
keputusan atau instruksi pejabat tersebut (pejabat/menteri)

Strategi kebijakan
Merupakan salah satu kebijakan pelaksanaan yang secara hirarki dibuat
setingkat menteri, gubernur, walikota/bupati berupa surat keputusan yang
mengatur tata laksana kerja dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
sumber daya manusia. Pengertian strategi merupakan serangkaian sasaran
organisasi yang kemudian mempengaruhi penentuan tindakan komprehensif untuk
mencapai sasaran yang telah ditentukan atau alat dengan mana tujuan akan dicapai.
OTONOMI DAERAH
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem otonomi daerah
dalam pelaksanaan pemerintahannya. Otonomi daerah merupakan bagian dari
desentralisasi. Dengan adanya otonomi daerah, daerah mempunyai hak serta
kewajiban untuk mengatur daerahnya sendiri tetapi masih tetap dikontrol oleh
pemerintah pusat serta sesuai dengan undang-undang.

Pengertian Otonomi Daerah


Secara etimologi (harfiah), otonomi daerah berasal dari 2 kata yaitu "otonom" dan
"daerah". Kata otonom dalam bahasa Yunani berasal dari kata "autos" yang
berarti sendiri dan "namos" yang berarti aturan. Sehingga otonom dapat diartikan
sebagai mengatur sendiri atau memerintah sendiri. Sedangkan daerah yaitu kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah. Jadi, otonomi daerah
dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri kepentingan suatu
masyarakat atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus
daerahnya sendiri.

Otonomi Daerah (Lengkap Pengertian, Dasar Hukum, Pelaksanaan, Tujuan dan Manfaat)

Secara umum, pengertian otonomi daerah yang biasa digunakan yaitu pengertian
otonomi daerah menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dalam
UU tersebut berbunyi otonomi daerah merupakan hak, wewenang, serta kewajiban
daerah otonom guna mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan serta
kepentingan masyarakatnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Menurut Kamus Hukum dan Glosarium, otonomi daerah


merupakan kewenangan untuk mengatur serta mengurus kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dari masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Menurut Encyclopedia of Social Scince, otonomi daerah merupakan hak sebuah


organisasi sosial untuk mencukupi diri sendiri dan kebebasan aktualnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, otonomi daerah adalah hak,


wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengertian Otonomi Daerah Menurut Para Ahli
1. Menurut F. Sugeng Istianto: Otonomi Daerah adalah sebuah hak dan
wewenang untuk mengatur serta mengurus rumah tangga daerah.
2. Menurut Syarif Saleh: Otonomi Daerah merupakan hak yang mengatur
serta memerintah daerahnya sendiri dimana hak tersebut merupakan hak yang
diperoleh dari pemerintah pusat.
3. Menurut Kansil: Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, serta kewajiban
daerah untuk mengatur serta mengurus daerahnya sendiri sesuai
perundang-undangan yang masih berlaku.
4. Menurut Widjaja: Otonomi Daerah merupakan salah satu bentuk
desentralisasi pemerintahan yang pada dasarnya ditujukan untuk memenuhi
kepentingan bangsa dan negara secara menyeluruh dengan upaya yang lebih
baik dalam mendekatkan berbagai tujuan penyelenggaraan pemerintahan agar
terwujudnya cita-cita masyarakat yang adil dan makmur.
5. Menurut Philip Mahwood: Otonomi Daerah merupakan hak dari masyarakat
sipil untuk mendapatkan kesempatan serta perlakuan yang sama, baik dalam
hal mengekspresikan, berusaha mempertahankan kepentingan mereka
masing-masing dan ikut serta dalam mengendalikan penyelenggaraan kinerja
pemerintahan daerah.
6. Menurut Benyamin Hoesein: Otonomi Daerah merupakan pemerintahan
oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional Negara secara informal
berada diluar pemerintah pusat.
7. Menurut Mariun: Otonomi Daerah merupakan kewenangan atau kebebasan
yang dimiliki pemerintah daerah agar memungkinkan mereka dalam membuat
inisiatif sendiri untuk mengatur dan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki
daerahnya.
8. Menurut Vincent Lemius: Otonomi Daerah adalah kebebasan/ kewenangan
dalam membuat keputusan politik serta administrasi yang sesuai dengan
peraturan perundang- undangan.

Dasar Hukum Pelaksanaan Otonomi Daerah


1. Undang Undang Dasar Tahun 1945 Amandemen ke-2 yang terdiri dari:
Pasal 18 Ayat 1 - 7, Pasal 18A ayat 1 dan 2 dan Pasal 18B ayat 1 dan 2.
2. Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi
Daerah.
3. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 mengenai Rekomendasi Kebijakan
dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
4. Undang Undang No. 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah.
5. Undang Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Daerah dan Pusat.

Penerapan Otonomi Daerah


Penerapan (Pelaksanaan) otonomi daerah di Indonesia menjadi titik fokus penting
dalam memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah bisa
disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan ciri khas daerah
masing-masing. Otonomi daerah mulai diberlakukan di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pada
tahun 2004, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 telah dianggap tidak sesuai lagi
dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, serta tuntutan penyelenggaraan
otonomi daerah. Oleh karena itu maka Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Sampai sekarang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah telah mengalami banyak perubahan. Salah satunya
yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk
membuktikan bahwa kemampuannya dalam mengatur serta melaksanakan
kewenangan yang menjadi hak daerah masing-masing. Berkembang atau tidaknya
suatu daerah tergantung dari kemampuan dan kemauan untuk dapat
melaksanakannya. Pemerintah daerah bisa bebas berekspresi dan berkreasi dalam
rangka membangun daerahnya sendiri, tentu saja harus sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

Tujuan Otonomi Daerah


1. Untuk meningkatkan pelayanan masyarakat yang semakin baik.
2. Keadilan Nasional.
3. Pemerataan wilayah daerah.
4. Mendorong pemberdayaan masyarakat.
5. Menjaga hubungan baik antara pusat dengan daerah, antar pusat, serta
antar daerah dalam rangka keutuhan NKRI.
6. Untuk mengembangkan kehidupan yang demokrasi.
7. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam menumbuhkan prakarsa
dan kreativitas.
8. Untuk mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD).

Secara konseptual, tujuan otonomi daerah di Indonesia dilandasi oleh tiga


tujuan utama yaitu tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi.
1. Tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu upaya untuk
mewujudkan demokratisasi politik melalui partai politik dan DPRD.
2. Tujuan administratif dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu adanya
pembagian urusan pemerintahan antara pusat dengan daerah, termasuk
pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan di daerah, serta sumber
keuangan.
3. Tujuan ekonomi dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu terwujudnya
peningkatan indeks pembangunan manusia sebagai sarana peningkatan
kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Tujuan otonomi daerah menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 yaitu:


1. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah kekuasaannya.
2. Untuk meningkatkan Pelayanan umum di daerah kekuasaaannya.
3. Untuk meningkatkan daya saing daerah.
Manfaat Otonomi Daerah
Otonomi daerah memberikan manfaat yang cukup efektif bagi pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Otonomi daerah memberikan hak dan wewenang kepada suatu
daerah dalam mengatur urusannya sendiri. Sehingga dapat memberikan dampak
positif bagi masyarakat maupun pemerintah itu sendiri. Selain itu, pemerintah juga
bisa melaksanakan tugasnya dengan lebih leluasa dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat.

Prinsip Otonomi Daerah

1. Prinsip otonomi seluas-luasnya merupakan prinsip otonomi daerah


dimana daerah diberikan kewenangan dalam mengurus dan mengatur semua
urusan pemerintahan yang meliputi kewenangan semua bidang pemerintahan,
kecuali kewenangan terhadap bidang politik luar negeri, moneter, keamanan,
agama, peradilan, keamanan, serta fiskal nasional.
2. Prinsip otonomi nyata merupakan prinsip otonomi daerah dimana daerah
diberikan kewenangan dalam menangani urusan pemerintahan yang
berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang secara nyata sudah ada
dan dapat berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan
potensi dan ciri khas daerah.
3. Prinsip otonomi yang bertanggung jawab merupakan prinsip otonomi
yang dalam sistem penyelenggaraannya harus sesuai dengan tujuan dan
maksud dari pemberian otonomi, yang bertujuan untuk memberdayakan
daerahnya masing-masing dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Asas Otonomi Daerah


Penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada asas umum penyelenggaraan
negara yang meliputi:
1. Asas kepastian hukum yaitu asas yang mementingkan landasan peraturan
perundang-undangan dan keadilan dalam penyelenggaraan suatu negara.
2. Asas tertip penyelenggara yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan,
keserasian serta keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.
3. Asas kepentingan umum yaitu asas yang mengutamakan kesejahteraan
umum dengan cara aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4. Asas keterbukaan yaitu asas yang membuka diri atas hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, serta tidak diskriminatif
mengenai penyelenggara negara dengan tetap memperhatikan perlindungan
atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
5. Asas proporsinalitas yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban.
6. Asas profesionalitas yaitu asas yang mengutamakan keadilan yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
7. Asas akuntabilitas yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus bisa
dipertanggungjawabkan kepada rakyat atau masyarakat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi suatu negara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
8. Asas efisiensi dan efektifitas yaitu asas yang menjamin terselenggaranya
kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara
optimal dan bertanggung jawab.

Adapun tiga asas otonomi daerah yang meliputi:


1. Asas desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan dari
pemerintah kepada daerah otonom berdasarkan struktur NKRI.
2. Asas dekosentrasi yaitu pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat daerah.
3. Asas tugas pembantuan yaitu penugasan oleh pemerintah kepada daerah
dan oleh daerah kepada desa dalam melaksanakan tugas tertentu dengan
disertai pembiayaan, sarana, dan prasarana serta sumber daya manusia
dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan
mempertanggungjawabkan kepada yang berwenang.
KERAJAAN MATARAM KUNO
(Kerajaan Mataram Hindu atau Kerajaan medang periode jawa tengah) merupakan
kelanjutan dari kerajaan kalingga di jawa tengah sekitar abad ke 8 M, yang
selanjutnya pindah ke propinsi jawa timur pada abad 10. Penyebutan Mataram
kuno/hindu berguna untuk membedakan kerajaan ini dengan kerajaan mataram islam
yang berdiri sekitar abad ke 16. Kerajaan ini runtuh pada awal abad ke 11.

Wilayah Kekuasaan Kerajaan Medang


Penamaan
Pada umumnya, istilah Kerajaan Medang hanya lazim dipakai untuk menyebut
periode Jawa Timur saja, padahal berdasarkan prasasti-prasasti yang telah
ditemukan, nama Medang sudah dikenal sejak periode sebelumnya, yaitu periode
Jawa Tengah. Sementara itu, nama yang lazim dipakai untuk menyebut Kerajaan
Medang periode Jawa Tengah adalah Kerajaan Mataram, yaitu merujuk kepada salah
daerah ibu kota kerajaan ini. Kadang untuk membedakannya dengan Kerajaan
Mataram Islam yang berdiri pada abad ke-16, Kerajaan Medang periode Jawa
Tengah biasa pula disebut dengan nama Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan
Mataram Hindu.

Pusat Kerajaan
Bhumi Mataram adalah sebutan lama untuk Yogyakarta dan sekitarnya. Di
daerah inilah untuk pertama kalinya istana Kerajaan Medang diperkirakan
berdiri (Rajya Medang i Bhumi Mataram). Nama ini ditemukan dalam beberapa
prasasti, misalnya prasasti Minto dan prasasti Anjuk ladang. Istilah Mataram
kemudian lazim dipakai untuk menyebut nama kerajaan secara keseluruhan,
meskipun tidak selamanya kerajaan ini berpusat di sana.

Sesungguhnya, pusat Kerajaan Medang pernah mengalami beberapa kali


perpindahan, bahkan sampai ke daerah Jawa Timur sekarang. Beberapa daerah
yang pernah menjadi lokasi istana Medang berdasarkan prasasti-prasasti yang sudah
ditemukan antaralain:
 Medang i Bhumi Mataram (zaman Sanjaya)
 Medang i Mamrati (zaman Rakai Pikatan)
 Medang i Poh Pitu (zaman Dyah Balitung)
 Medang i Bhumi Mataram (zaman Dyah Wawa)
 Medang i Tamwlang (zaman Mpu Sindok)
 Medang i Watugaluh (zaman Mpu Sindok)
 Medang i Wwatan (zaman Dharmawangsa Teguh)
Menurut perkiraan, Mataram terletak di daerah Yogyakarta sekarang. Mamrati dan
Poh Pitu diperkirakan terletak di daerah Kedu. Sementara itu, Tamwlang sekarang
disebut dengan nama Tembelang, sedangkan Watugaluh sekarang disebut Megaluh.
Keduanya terletak di daerah Jombang. Istana terakhir, yaitu Wwatan, sekarang
disebut dengan nama Wotan, yang terletak di daerah Madiun.

Awal berdirinya kerajaan


Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung menyebutkan dengan
jelas bahwa raja pertama Kerajaan Medang (Rahyang ta rumuhun ri Medang ri
Poh Pitu) adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Sanjaya sendiri
mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak menyebut dengan jelas apa
nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja lain yang memerintah pulau
Jawa sebelum dirinya, bernama Sanna. Sepeninggal Sanna, negara menjadi kacau.
Sanjaya kemudian tampil menjadi raja, atas dukungan ibunya, yaitu Sannaha,
saudara perempuan Sanna.

Sanna, juga dikenal dengan nama "Sena" atau "Bratasenawa", merupakan raja
Kerajaan Galuh yang ketiga (709 - 716 M). Bratasenawa alias Sanna atau Sena
digulingkan dari tahta Galuh oleh Purbasora (saudara satu ibu Sanna) dalam tahun
716 M. Sena akhirnya melarikan diri ke Pakuan, meminta perlindungan pada Raja
Tarusbawa. Tarusbawa yang merupakan raja pertama Kerajaan Sunda (setelah
Tarumanegara pecah menjadi Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh) adalah sahabat
baik Sanna. Persahabatan ini pula yang mendorong Tarusbawa mengambil Sanjaya
menjadi menantunya. Sanjaya, anak Sannaha saudara perempuan Sanna, berniat
menuntut balas terhadap keluarga Purbasora. Untuk itu ia meminta bantuan
Tarusbawa (mertuanya yang merupakan sahabat Sanna). Hasratnya dilaksanakan
setelah menjadi Raja Sunda yang memerintah atas nama istrinya. Akhirnya Sanjaya
menjadi penguasa Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh dan Kerajaan Kalingga (setelah
Ratu Shima mangkat). Dalam tahun 732 M Sanjaya mewarisi tahta Kerajaan
Mataram dari orangtuanya. Sebelum Sanjaya meninggalkan kawasan Jawa Barat,
ia mengatur pembagian kekuasaan antara puteranya, Tamperan dan Resi Guru
Demunawan. Sunda dan Galuh menjadi kekuasaan Tamperan, sedangkan Kerajaan
Kuningan dan Galunggung diperintah oleh Resi Guru Demunawan, putera bungsu
Sempakwaja.

Dari prasasti Canggal, bisa diperoleh informasi jika Kerajaan Mataram Kuno
telah berdiri dan berkembang sekitar abad ke-7 M dengan raja yang pertama
adalah Sanjaya yang memiliki gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

Dinasti yang berkuasa


Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah berkuasa
di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra pada periode
Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana pada periode Jawa Timur.
Mata uang kerajaan Medang (Emas atau keping tahil Jawa)

Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Raja
Sanjaya. Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Berdasarkan pendapat van
Naerssen, pada zaman pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti Raja Sanjaya
pada tahun 770an), kekuasaan atas Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang
beragama Buddha Mahayana.

Sejak saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di tanah Jawa, bahkan berhasil pula
menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun
840-an, seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan menikahi
Pramodawardhani yang merupakan putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat
pernikahan itu Rakai Pikatan bisa menjadi raja di Medang, dan memindahkan istana
kerajaan Medang ke Mamrati. Hal tersebut dianggap sebagai awal Bangkitan kembali
Wangsa Sanjaya.

Menurut teori Bosch, nama raja-raja Medang dalam Prasasti Mantyasih dianggap
sebagai anggota Wangsa Sanjaya secara keseluruhan. Sementara itu Slamet
Muljana berpendapat bahwa daftar tersebut adalah daftar raja-raja yang pernah
berkuasa di Medang, dan bukan daftar silsilah keturunan Sanjaya.

Contoh yang diajukan Slamet Muljana adalah Rakai Panangkaran yang diyakininya
bukan putra Sanjaya. Alasannya ialah, prasasti Kalasan tahun 778 memuji Rakai
Panangkaran sebagai “permata wangsa Sailendra” (Sailendrawangsatilaka). Dengan
demikian pendapat ini menolak teori van Naerssen tentang kekalahan Rakai
Panangkaran oleh seorang raja Sailendra.

Menurut teori Slamet Muljana, raja-raja Medang versi Prasasti Mantyasih mulai dari
Rakai Panangkaran sampai dengan Rakai Garung adalah anggota Wangsa Sailendra.
Sedangkan kebangkitan Wangsa Sanjaya baru dimulai sejak Rakai Pikatan naik
takhta menggantikan Rakai Garung.

Istilah Rakai pada zaman Medang identik dengan Bhre pada zaman Majapahit,
yang bermakna “penguasa di”. Jadi, gelar Rakai Panangkaran sama artinya
dengan “Penguasa di Panangkaran”. Nama aslinya ditemukan dalam prasasti
Kalasan, yaitu Dyah Pancapana.

Slamet M kemudian mengidentifikasi nama Rakai Panunggalan sampai dengan


Rakai Garung dengan nama raja-raja Wangsa Sailendra yang telah diketahui,
misalnya Dharanindra atau Samaratungga. yang selama ini cenderung dianggap
bukan bagian dari daftar para raja versi Prasasti Mantyasih.

Sementara itu pada dinasti ketiga yang berkuasa di Medang adalah Wangsa Isana
yang baru muncul pada ‘’periode Jawa Timur’’. Dinasti ini didirikan oleh Mpu Sindok
yang membangun istana baru di Tamwlang tahun 929an. Dalam prasastinya, Mpu
Sindok menyebutkan bahwa kerajaannya merupakan kelanjutan dari Kadatwan
Rahyangta i Medang i Bhumi Mataram.

Raja-raja yang memimpin Kerajaan Medang


Daftar raja-raja Medang menutur teori Slamet Muljana adalah sebagai berikut:
 Sanjaya, (merupakan pendiri Kerajaan Medang)
 Rakai Panangkaran, (awal berkuasanya Wangsa Syailendra)
 Rakai Panunggalan alias Dharanindra
 Rakai Warak alias Samaragrawira
 Rakai Garung alias Samaratungga
 Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, (awal kebangkitan Wangsa Sanjaya)
 Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
 Rakai Watuhumalang
 Rakai Watukura Dyah Balitung
 Mpu Daksa
 Rakai Layang Dyah Tulodong
 Rakai Sumba Dyah Wawa
 Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
 Sri Lokapala (merupaka suami dari Sri Isanatunggawijaya)
 Makuthawangsawardhana
 Dharmawangsa Teguh, (berakhirnya Kerajaan Medang)
Pada daftar di atas hanya Sanjaya yang memakai gelar Sang Ratu, sedangkan raja
sesudahnya memakai gelar Sri Maharaja.

Candi Prambanan - Peninggalan Kerajaan Medang

Struktur pemerintahan
Raja merupakan pemimpin tertinggi Kerajaan Medang. Sanjaya sebagai raja pertama
memakai gelar Ratu. Pada zaman itu istilah Ratu belum identik dengan kaum
perempuan. Gelar ini setara dengan Datu yang berarti "pemimpin". Keduanya
merupakan gelar asli Indonesia. Ketika Rakai Panangkaran dari Wangsa Sailendra
berkuasa, gelar Ratu dihapusnya dan diganti dengan gelar Sri Maharaja. Kasus yang
sama terjadi pada Kerajaan Sriwijaya di mana raja-rajanya semula bergelar Dapunta
Hyang, dan setelah dikuasai Wangsa Sailendra juga berubah menjadi Sri Maharaja.
Pemakaian gelar Sri Maharaja di Kerajaan Medang tetap dilestarikan oleh Rakai
Pikatan meskipun Wangsa Sanjaya berkuasa kembali. Hal ini dapat dilihat dalam
daftar raja-raja versi Prasasti Mantyasih yang menyebutkan hanya Sanjaya yang
bergelar Sang Ratu. Jabatan tertinggi sesudah raja ialah Rakryan Mahamantri i Hino
atau kadang ditulis Rakryan Mapatih Hino. Jabatan ini dipegang oleh putra atau
saudara raja yang memiliki peluang untuk naik takhta selanjutnya. Misalnya, Mpu
Sindok merupakan Mapatih Hino pada masa pemerintahan Dyah Wawa.

Jabatan Rakryan Mapatih Hino pada zaman ini berbeda dengan Rakryan Mapatih
pada zaman Majapahit. Patih zaman Majapahit setara dengan perdana menteri
namun tidak berhak untuk naik takhta. Jabatan sesudah Mahamantri i Hino secara
berturut-turut adalah Mahamantri i Halu dan Mahamantri i Sirikan. Pada zaman
Majapahit jabatan-jabatan ini masih ada namun hanya sekadar gelar kehormatan saja.
Pada zaman Wangsa Isana berkuasa masih ditambah lagi dengan jabatan
Mahamantri Wka dan Mahamantri Bawang.

Jabatan tertinggi di Medang selanjutnya ialah Rakryan Kanuruhan sebagai pelaksana


perintah raja. Mungkin semacam perdana menteri pada zaman sekarang atau setara
dengan Rakryan Mapatih pada zaman Majapahit. Jabatan Rakryan Kanuruhan pada
zaman Majapahit memang masih ada, namun kiranya setara dengan menteri dalam
negeri pada zaman sekarang.

Perkembangan Pemerintahan
Sebelum Sanjaya berkuasa di Mataram Kuno, di Jawa sudah berkuasa seorang raja
bernama Sanna. Menurut prasasti Canggal yang berangka tahun 732 M, diterangkan
bahwa Raja Sanna telah digantikan oleh Sanjaya. Raja Sanjaya adalah putra Sanaha,
saudara perempuan dari Sanna.

Dalam Prasasti Sojomerto yang ditemukan di Desa Sojomerto, Kabupaten Batang,


disebut nama Dapunta Syailendra yang beragama Syiwa (Hindu). Diperkirakan
Dapunta Syailendra berasal dari Sriwijaya dan menurunkan Dinasti Syailendra yang
berkuasa di Jawa bagian tengah. Dalam hal ini Dapunta Syailendra diperkirakan yang
menurunkan Sanna, sebagai raja di Jawa.

Sanjaya tampil memerintah Kerajaan Mataram Kuno pada tahun 717 - 780 M. Ia
melanjutkan kekuasaan Sanna. Sanjaya kemudian melakukan penaklukan terhadap
raja-raja kecil bekas bawahan Sanna yang melepaskan diri. Setelah itu, pada tahun
732 M Raja Sanjaya mendirikan bangunan suci sebagai tempat pemujaan. Bangunan
ini berupa lingga dan berada di atas Gunung Wukir (Bukit Stirangga). Bangunan suci
itu merupakan lambang keberhasilan Sanjaya dalam menaklukkan raja-raja lain.

Raja Sanjaya bersikap arif, adil dalam memerintah, dan memiliki pengetahuan luas.
Para pujangga dan rakyat hormat kepada rajanya. Oleh karena itu, di bawah
pemerintahan Raja Sanjaya, kerajaan menjadi aman dan tenteram. Rakyat hidup
makmur. Mata pencaharian penting adalah pertanian dengan hasil utama padi.
Sanjaya juga dikenal sebagai raja yang paham akan isi kitab-kitab suci. Bangunan
suci dibangun oleh Sanjaya untuk pemujaan lingga di atas Gunung Wukir, sebagai
lambang telah ditaklukkannya raja-raja kecil di sekitarnya yang dulu mengakui
kemaharajaan Sanna.
Setelah Raja Sanjaya wafat, ia digantikan oleh putranya bernama Rakai
Panangkaran. Panangkaran mendukung adanya perkembangan agama Buddha.
Dalam Prasasti Kalasan yang berangka tahun 778, Raja Panangkaran telah
memberikan hadiah tanah dan memerintahkan membangun sebuah candi untuk Dewi
Tara dan sebuah biara untuk para pendeta agama Buddha. Tanah dan bangunan
tersebut terletak di Kalasan. Prasasti Kalasan juga menerangkan bahwa Raja
Panangkaran disebut dengan nama Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai
Panangkaran. Raja Panangkaran kemudian memindahkan pusat pemerintahannya
ke arah timur.

Raja Panangkaran dikenal sebagai penakluk yang gagah berani bagi musuh-musuh
kerajaan. Daerahnya bertambah luas. Ia juga disebut sebagai permata dari Dinasti
Syailendra. Agama Buddha Mahayana waktu itu berkembang pesat. Ia juga
memerintahkan didirikannya bangunan-bangunan suci. Misalnya, Candi Kalasan dan
arca Manjusri.

Setelah kekuasaan Penangkaran berakhir, timbul persoalan dalam keluarga


Syailendra, karena adanya perpecahan antara anggota keluarga yang sudah
memeluk agama Buddha dengan keluarga yang masih memeluk agama Hindu
(Syiwa).Hal ini menimbulkan perpecahan di dalam pemerintahan Kerajaan Mataram
Kuno. Satu pemerintahan dipimpin oleh tokoh-tokoh kerabat istana yang menganut
agama Hindu berkuasa di daerah Jawa bagian utara. Kemudian keluarga yang terdiri
atas tokoh-tokoh yang beragama Buddha berkuasa di daerah Jawa bagian selatan.
Keluarga Syailendra yang beragama Hindu meninggalkan bangunan-bangunan candi
di Jawa bagian utara. Misalnya, candi-candi kompleks Pegunungan Dieng (Candi
Dieng) dan kompleks Candi Gedongsongo. Kompleks Candi Dieng memakai
nama-nama tokoh wayang seperti Candi Bima, Puntadewa, Arjuna, dan Semar.

Sementara yang beragama Buddha meninggalkan candi-candi seperti Candi Ngawen,


Mendut, Pawon dan Borobudur. Candi Borobudur diperkirakan mulai dibangun oleh
Samaratungga pada tahun 824 M. Pembangunan kemudian dilanjutkan pada zaman
Pramudawardani dan Pikatan.

Perpecahan di dalam keluarga Syailendra tidak berlangsung lama. Keluarga itu


akhirnya bersatu kembali. Hal ini ditandai dengan perkawinan Rakai Pikatan dan
keluarga yang beragama Hindu dengan Pramudawardani, putri dari Samaratungga.
Perkawinan itu terjadi pada tahun 832 M. Setelah itu, Dinasti Syailendra bersatu
kembali di bawah pemerintahan Raja Pikatan.

Setelah Samaratungga wafat, anaknya dengan Dewi Tara yang bernama


Balaputradewa menunjukkan sikap menentang terhadap Pikatan. Kemudian terjadi
perang perebutan kekuasaan antara Pikatan dengan Balaputradewa. Dalam perang
ini Balaputradewa membuat benteng pertahanan di perbukitan di sebelah selatan
Prambanan. Benteng ini sekarang kira kenal dengan Candi Boko. Dalam
pertempuran, Balaputradewa terdesak dan melarikan diri ke Sumatra. Balaputradewa
kemudian menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.

Kerajaan Mataram Kuno daerahnya bertambah luas. Kehidupan agama berkembang


pesat tahun 856 Rakai Pikatan turun takhta dan digantikan oleh Kayuwangi atau
Dyah Lokapala. Kayuwangi kemudian digantikan oleh Dyah Balitung. Raja Balitung
merupakan raja yang terbesar. Ia memerintah pada tahun 898 - 911 M dengan gelar
Sri Maharaja Rakai Wafukura Dyah Balitung Sri Dharmadya Mahasambu. Pada
pemerintahan Balitung bidang-bidang politik, pemerintahan, ekonomi, agama, dan
kebudayaan mengalami kemajuan. Ia telah membangun Candi Prambanan sebagai
candi yang anggun dan megah. Relief-reliefnya sangat indah.

Sesudah pemerintahan Balitung berakhir, Kerajaan Mataram mulai mengalami


kemunduran. Raja yang berkuasa setelah Balitung adalah Daksa, Tulodong, dan
Wawa. Beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran Mataram Kuno antara lain
adanya bencana alam dan ancaman dari musuh yaitu Kerajaan Sriwijaya.

Konflik takhta periode Jawa Tengah


Pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi putra Rakai Pikatan (sekitar 856 – 880–
an), ditemukan beberapa prasasti atas nama raja-raja lain, yaitu Maharaja Rakai
Gurunwangi dan Maharaja Rakai Limus Dyah Dewendra. Hal ini menunjukkan kalau
pada saat itu Rakai Kayuwangi bukanlah satu-satunya maharaja di Pulau Jawa.
Sedangkan menurut prasasti Mantyasih, raja sesudah Rakai Kayuwangi adalah
Rakai Watuhumalang.

Dyah Balitung yang diduga merupakan menantu Rakai Watuhumalang berhasil


mempersatukan kembali kekuasaan seluruh Jawa, bahkan sampai Bali.
Pemerintahan Balitung berakhir karena terjadi kudeta yang dilancarkan oleh Mpu
Daksa yang mengaku sebagai keturunan asli dari Sanjaya. Ia sendiri kemudian
digantikan oleh menantunya, bernama Dyah Tulodhong. Tidak diketahui secara pasti
alur terjadinya proses suksesi ini berjalan. Tulodhong akhirnya tersingkir oleh
pemberontakan Dyah Wawa yang sebelumnya memiliki jabatan sebagai pegawai
pengadilan.

Permusuhan dengan Sriwijaya


Selain menguasai Medang, Wangsa Sailendra juga menguasai Kerajaan Sriwijaya di
pulau Sumatra. Hal ini ditandai dengan ditemukannya Prasasti Ligor tahun 775 yang
menyebut nama Maharaja Wisnu dari Wangsa Sailendra sebagai penguasa Sriwijaya.
Hubungan senasib antara Jawa dan Sumatra berubah menjadi permusuhan ketika
Wangsa Sanjaya bangkit kembali memerintah Medang. Menurut teori de Casparis,
sekitar tahun 850, Rakai Pikatan dapat menyingkirkan anggota Wangsa Sailendra
bernama Balaputradewa.

Balaputradewa kemudian menjadi raja Sriwijaya di mana ia tetap menyimpan dendam


terhadap Rakai Pikatan yang telah menyingkirkannya. Perselisihan antara kedua raja
ini berkembang menjadi permusuhan secara turun-temurun pada generasi berikutnya.
Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai lalu lintas
perdagangan di Asia Tenggara. Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa
terus berlanjut bahkan ketika Wangsa Isana berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok memulai
periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang menyerangnya. Pertempuran terjadi
di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan oleh
pihak Mpu Sindok.

Peristiwa Mahapralaya
Mahapralaya adalah peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur berdasarkan
berita dalam prasasti Pucangan. Tahun terjadinya peristiwa tersebut tidak dapat
dibaca dengan jelas sehingga muncul dua versi pendapat. Sebagian sejarawan
menyebut Kerajaan Medang runtuh pada tahun 1006, sedangkan yang lainnya
menyebut tahun 1016. Raja terakhir Medang adalah Dharmawangsa Teguh, cicit Mpu
Sindok. Kronik Cina dari Dinasti Song mencatat telah beberapa kali Dharmawangsa
mengirim pasukan untuk menggempur ibu kota Sriwijaya sejak ia naik takhta tahun
991. Permusuhan antara Jawa dan Sumatra semakin memanas saat itu.

Pada tahun 1006 (atau 1016) Dharmawangsa lengah. Ketika ia mengadakan pesta
perkawinan putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji Wurawari dari
Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa
tersebut, Dharmawangsa tewas. Tiga tahun kemudian, seorang pangeran berdarah
campuran Jawa–Bali yang lolos dari Mahapralaya tampil membangun kerajaan baru
sebagai kelanjutan Kerajaan Medang. Pangeran itu bernama Airlangga yang
mengaku bahwa ibunya adalah keturunan Mpu Sindok. Kerajaan yang ia dirikan
kemudian lazim disebut dengan nama Kerajaan Kahuripan.

Peninggalan sejarah
Selain mempunyai peninggalan sejarah berupa prasasti yang tersebar di Jawa
Tengah maupun Jawa Timur, Kerajaan Medang (Mataran Kuno) juga membangun
banyak candi, baik itu yang bercorak Hindu atau Buddha. Temuan Wonoboyo berupa
artifak emas yang ditemukan tahun 1990 di Wonoboyo, Klaten, menunjukkan
kekayaan dan kehalusan seni budaya kerajaan Medang.

Candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan,
Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari,
Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan,
dan Candi Borobudur.

Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno dalam bentuk Prasasti:.


 Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778
M, ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta.
 Prasasti Klurak ditemukan di desa Prambanan berangka tahun 782 M ditulis
dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan arca
Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya
 Prasasti Canggal, prasasti ini di temukan di halaman Candi Guning Wukir di
wilayah desa Canggal mempunyai angka tahun 732 Masehi. ditulis dengan huruf
pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasati ini berisi tentang cerita pendirian Lingga
(atau lambang Syiwa) di wilayah desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya selain itu
prasasti ini juga menceritakan bahwa terdapat seorang raja yang memimpin pulau
jawa sebelum dirinya yang bernama Sanna yang kemudian digantikan oleh Sanjaya.
 Prasasti Mantyasih ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa tengah, berangka
tahun 907 M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah
daftar silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Bality yaitu Raja Sanjaya, Rakai
Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan,
Rakai Kayuwangi, Rakai Watuhumalang, dan Rakai Watukura Dyah Balitung. Untuk
itu prasasti Mantyasih/Kedu ini juga disebut dengan prasasti Belitung.
Artifak emas, warisan seni budaya kerajaan Medang.

(Kiri) Avalokitesvara lengan-dua. (Tengah) Chundā lengan-empat. (Kanan) Dewi Tantra


lengan-empat (Chundā?)

Candi Borobudur - Peninggalan Kerajaan Medang


MATARAM ISLAM
Kesultanan Mataram (Kerajaan Mataram Islam) merupakan kerajaan Islam di
tanah Jawa yang berdiri pada abad ke-17. Kesultanan ini dipimpin oleh dinasti
keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai
keturunan penguasa Majapahit. Asal-usul kerajaan Mataram Islam berawal dari suatu
Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang, berpusat di 'Bumi Mentaok' yang diberikan
untuk Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasa yang diberikannya. Raja
berdaulat pertama adalah Sutawijaya (Panembahan Senapati), ia adalah putra
Ki Ageng Pemanahan.

Kerajaan Mataram Islam (Kesultanan Mataram)

Kerajaan Mataram Islam pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa
dan Madura. Kerajaan ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah
semakin berkuasanya VOC, namun ironisnya Kerajaan ini malah menerima bantuan
VOC pada masa akhir menjelang keruntuhan.

Bendera Kerajaan Mataram Islam

Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian. Kerajaan ini meninggalkan


beberapa jejak sejarah yang dapat ditemui hingga kini, seperti kampung Matraman di
Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Jawa Barat (Pantura), penggunaan
hanacaraka, serta beberapa batas administrasi wilayah yang masih berlaku sampai
sekarang.

Masa awal
Setelah Sutawijaya merebut wilayah Pajang sepeninggal Hadiwijaya ia kemudian
naik tahta dengan gelar Panembahan Senopati. Pada masa itu wilayahnya hanya di
sekitar Jawa Tengah, mewarisi wilayah Kerajaan Pajang. Pusat pemerintahan
Kesultanan Mataram berada di daerah Mentaok, wilayah nya terletak kira-kira di
selatan Bandar Udara Adisucipto sekarang (timur Kota Yogyakarta). Lokasi keraton
pada masa awal terletak di Banguntapan, kemudian dipindah ke Kotagede.
Sesudah ia meninggal kekuasaan diteruskan oleh putranya, yaitu Mas Jolang yang
setelah naik tahta bergelar Prabu Hanyokrowati.

Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tidak berlangsung lama karena dia wafat


karena kecelakaan saat sedang berburu di hutan Krapyak. Setelah itu tahta
pindah ke putra keempat Mas Jolang yang bergelar Adipati Martoputro. Ternyata
Adipati Martoputro memiliki penyakit syaraf sehingga tahta nya beralih dengan cepat
ke putra sulung Mas Jolang yang bernama Mas Rangsang pada masa pemerintahan
Mas Rangsang, Kerajaan Mataram mengalami masa kejayaan.

Terpecahnya Mataram
Pada tahun 1647 Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered, tidak jauh
dari Karta. Pada saat itu, ia tidak lagi memakai gelar sultan, melainkan 'sunan'
(berasal dari kata 'Susuhunan' atau 'Yang Dipertuan'). Pemerintahan Amangkurat I
kurang stabil karena banyak yang tidak puas dan pemberontakan. Pernah terjadi
pemberontakan besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat
untuk berkomplot dengan VOC. Pada tahun 1677 Amangkurat I meninggal di
Tegalarum ketika mengungsi sehingga ia dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya,
Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat tunduk pada VOC sehingga kalangan
istana banyak yang tidak suka dan pemberontakan terus terjadi. Pada tahun 1680
kraton dipindahkan lagi ke Kartasura. karena kraton yang lama dianggap telah
tercemar.

Pengganti Amangkurat II berturut-turut adalah Amangkurat III (tahun 1703-1708),


Pakubuwana I (tahun 1704-1719), Amangkurat IV (tahun 1719-1726), Pakubuwana II
(tahun 1726-1749). VOC tidak menyukai Amangkurat III karena ia tidak patuh (tunduk)
kepada VOC sehingga VOC menobatkan Pakubuwana I sebagai raja. Akibatnya
Mataram memiliki dua orang raja dan hal tersebut menyebabkan perpecahan internal
di Kerajaan. Amangkurat III kemudian memberontak dan menjadi ia sebagai "king in
exile" hingga akhirnya tertangkap di Batavia dan dibuang ke Ceylon.

Kekacauan politik ini baru terselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah
pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta dan
Kesultanan Ngayogyakarta (Pada 13 Februari 1755). Pembagian wilayah ini tertuang
dalam Perjanjian Giyanti. Berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan
wilayah. Walaupun demikian sebagian masyarakat Jawa beranggapan bahwa
Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta merupakan 'ahli waris' dari
Mataram.

Peristiwa Penting
 Tahun 1558: Ki Ageng Pemanahan dihadiahi wilayah Mataram oleh Sultan
Pajang Adiwijaya atas jasanya yang telah mengalahkan Arya Penangsang.
 Tahun 1577: Ki Ageng Pemanahan membangun istananya di Pasargede atau
Kotagede.
 Tahun 1584: Ki Ageng Pemanahan meninggal. Sultan Pajang mengangkat
Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan sebagai penguasa baru (raja) di Mataram,
yang sebelumnya sebagai putra angkat Sultan Pajang bergelar "Mas Ngabehi Loring
Pasar". Ia mendapat gelar "Senapati in Ngalaga" (karena masih dianggap sebagai
Senapati Utama Pajang).
 Tahun 1587: Pasukan Kesultanan Pajang yang akan menyerbu Mataram
porak-poranda diterjang badai letusan Gunung Merapi. namun Sutawijaya dan
pasukannya selamat.
 Tahun 1588: Mataram menjadi kerajaan dengan Sutawijaya sebagai Sultan,
bergelar 'Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama' yang artinya Panglima Perang dan
Ulama Pengatur Kehidupan Beragama.
 Tahun 1601: Panembahan Senopati wafat dan digantikan putranya, Mas
Jolang yang bergelar Panembahan Hanyakrawati dan kemudian dikenal sebagai
"Panembahan Seda ing Krapyak" karena wafat saat berburu di hutan Krapyak.
 Tahun 1613: Mas Jolang wafat, kemudian digantikan oleh putranya Pangeran
Aryo Martoputro. Karena Pangeran Aryo sering sakit, kemudian digantikan oleh
kakaknya Raden Mas Rangsang.
 Tahun 1645: Sultan Agung wafat dan digantikan putranya Susuhunan
Amangkurat I.
 Tahun 1645 - 1677: Pertentangan dan perpecahan dalam keluarga kerajaan
Mataram, yang dimanfaatkan oleh VOC.
 Tahun 1677: Trunajaya merangsek menuju Ibukota Pleret. Susuhunan
Amangkurat I meninggal. Putra Mahkota dilantik menjadi Susuhunan Amangkurat II di
pengasingan. Pangeran Puger yang diserahi tanggung jawab atas ibukota Pleret
mulai memerintah dengan gelar Susuhunan Ing Ngalaga.
 Tahun 1680: Susuhunan Amangkurat II memindahkan pusat pemerintahan
(ibu kota) ke Kartasura.
 Tahun 1681: Pangeran Puger diturunkan dari tahta Plered.
 Tahun 1703: Susuhunan Amangkurat III wafat. Putra mahkota diangkat
menjadi Susuhunan Amangkurat III.
 Tahun 1704: Atas pertolongan VOC Pangeran Puger ditahtakan sebagai
Susuhunan Paku Buwono I. Awal Perang Tahta I (1704-1708). Susuhunan
Amangkurat III kemudian membentuk pemerintahan pengasingan.
 Tahun 1708: Susuhunan Amangkurat III ditangkap dan dibuang ke Srilanka
sampai wafatnya pada 1734.
 Tahun 1719: Susuhunan Paku Buwono I meninggal kemudian digantikan
putra mahkota dengan gelar Susuhunan Amangkurat IV atau Prabu Mangkurat Jawa.
Awal Perang Tahta Jawa Kedua (1719-1723).
 Tahun 1726: Susuhunan Amangkurat IV meninggal kemudian digantikan
Putra Mahkota yang bergelar Susuhunan Paku Buwono II.
 Tahun 1742: Ibukota Kartasura dikuasai pemberontak. Susuhunan Paku
Buwana II berada dalam pengasingan.
 Tahun 1743: Dengan bantuan VOC Ibukota Kartasura berhasil direbut dari
tangan pemberontak dengan keadaan luluh lantak. Sebuah perjanjian yang sangat
berat (menggadaikan kedaulatan Mataram kepada VOC selama Mataran belum
melunasi hutang biaya perang) bagi Mataram dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II
sebagai imbalan atas pertolongan yang diberikan VOC.
 Tahun 1745: Susuhunan Paku Buwana II membangun ibukota baru di desa
Sala di tepian Bengawan Beton.
 Tahun 1746: Susuhunan Paku Buwana II secara resmi menempati ibukota
baru yang dinamai Surakarta. Konflik Istana menyebabkan saudara Susuhunan, P.
Mangkubumi, meninggalkan istana. Meletus Perang Tahta Jawa Ketiga yang
berlangsung lebih dari 10 tahun (1746-1757) dan mencabik Kerajaan Mataram
menjadi dua Kerajaan besar dan satu kerajaan kecil.
 Tahun 1749: 11 Desember Paku Buwono II menandatangani penyerahan
kedaulatan Mataram kepada VOC. Namun secara de facto Mataram baru
ditundukkan sepenuhnya pada 1830. 12 Desember Di Yogyakarta, P. Mangkubumi
diproklamirkan sebagai Susuhunan Paku Buwono oleh para pengikutnya. pada 15
Desember van Hohendorff mengumumkan Putra Mahkota sebagai Susuhunan Paku
Buwono III.
 Tahun 1752: Mangkubumi berhasil menggerakkan pemberontakan di daerah
Pesisiran (daerah pantura) mulai dari Banten sampai Madura. Perpecahan
Mangkubumi-Raden Mas Said.
 Tahun 1754: Nicolas Hartingh menyerukan gencatan senjata dan perdamaian.
Pada tanggal 23 September, Nota Kesepahaman Hartingh-Mangkubumi. 4 November,
Paku Buwana III meratifikasi nota kesepahaman. Batavia walau keberatan tidak
punya pilihan lain selain meratifikasi nota yang sama.
 Tahun 1755: 13 Februari menjadi Puncak perpecahan, hal ini ditandai dengan
Perjanjian Giyanti yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kesunanan
Surakarta dan Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan atas Kesultanan
Yogyakarta dengan gelar 'Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono
Senopati Ing-Ngalaga Ngabdurakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah' atau
dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.
 Tahun 1757: Perpecahan kembali melanda Kerajaan Mataram. sehingga
muncul Perjanjian Salatiga, perjanjian yang lebih lanjut membagi wilayah Kesultanan
Mataram yang sudah terpecah, ditandatangani pada 17 Maret 1757 di Kota Salatiga
antara Sultan Hamengku Buwono I, Sunan Paku Buwono III, Raden Mas Said dan
VOC. Raden Mas Said kemudian diangkat sebagai penguasa atas
sebuah kepangeranan, Praja Mangkunegaran yang terlepas dari Kesunanan
Surakarta.
 Tahun 1788: wafat nya Susuhunan Paku Buwono III.
 Tahun 1792: wafat nya Sultan Hamengku Buwono I wafat.
 Tahun 1795: wafat nya KGPAA Mangku Nagara I wafat.
 Tahun 1799: dibubarkan nya VOC oleh benlanda
 Tahun 1813: Perpecahan kembali melanda Mataram. P. Nata Kusuma
diangkat sebagai penguasa atas sebuah kepangeranan, Kadipaten Paku Alaman
yang terlepas dari Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Kangjeng Gusti Pangeran
Adipati Paku Alam".
 Tahun 1830: Akhir perang Diponegoro. Semua daerah kekuasaan Surakarta
dan Yogyakarta dirampas Belanda. Pada 27 September, Perjanjian Klaten
menentukan tapal yang tetap antara Surakarta dan Yogyakarta dan membagi secara
permanen Kerajaan Mataram ditandatangani oleh Sasradiningrat, Pepatih Dalem
Surakarta, dan Danurejo, Pepatih Dalem Yogyakarta. Mataram secara resmi dikuasai
Belanda.

Peta Mataram Baru yang telah dipecah menjadi empat kerajaan pada tahun 1830, setelah Perang
Diponegoro.
Peninggalan kerajaan mataram Islam:
Pasar Kotagede
Tata kota kerajaan Jawa biasanya menempatkan kraton, alun-alun dan pasar dalam
poros selatan - utara. Kitab Nagarakertagama yang ditulis pada masa Kerajaan
Majapahit (abad ke-14) menyebutkan bahwa pola ini sudah digunakan pada masa itu.
Pasar tradisional yang sudah ada sejak jaman Panembahan Senopati masih aktif
hingga kini. Setiap pagi legi dalam kalender Jawa, penjual, pembeli, dan barang
dagangan tumpah ruah di pasar ini.

Masjid Agung Negara

Masjid ini dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.

Masjid Agung Negara

Kompleks Makam Pendiri Kerajaan di Imogiri


Berjalan 100 meter ke arah selatan dari Pasar Kotagede, kita dapat menemukan
kompleks makam para pendiri kerajaan Mataram Islam yang dikelilingi tembok yang
tinggi dan kokoh. Gapura ke kompleks makam ini memiliki ciri arsitektur Hindu. Setiap
gapura memiliki pintu kayu yang tebal dan dihiasi ukiran yang indah. Beberapa abdi
dalem berbusana adat Jawa menjaga kompleks ini 24 jam sehari.

Permakaman Imogiri pada tahun 1890


Sejarah Kerajaan Majapahit
Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, berdiri antara tahun 1293
hingga 1500 Masehi. Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan
Raja Hayam Wuruk, yang berkuasa pada tahun 1350-1389. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan
Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu kerajaan
terbesar dalam sejarah Indonesia. Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa,
Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah
kekuasaannya masih diperdebatkan.

Puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit pada abad XIV

Bukti Adanya Kerajaan Majapahit


Tidak banyak bukti fisik dari Kerajaan Majapahit, dan sejarahnya tidak jelas. Sumber
utama yang digunakan oleh sejarawan merupakan Nagarakretagama dalam bahasa
Jawa Kuno dan Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi. Nagarakertagama
merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di
bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Kakawin Nagarakretagama pada tahun 2008
diakui sebagai bagian dalam Daftar Ingatan Dunia (Memory of the World Programme)
oleh UNESCO. Kemudian, Pararaton berisi cerita, terutama menceritakan Ken Arok
(pendiri Kerajaan Singasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai
terbentuknya Majapahit. Selain dua sumber diatas terdapat beberapa prasasti dalam
bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.

Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara National University of Singapore John
N. Miksic jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura bahkan
Thailand yang dibuktikan dengan corak bangunan, pengaruh kebudayaan, candi, seni
dan patung. Bahkan ada perguruan silat bernama Kali Majapahit yang berasal dari
Filipina dengan anggotanya dari Asia dan Amerika. Silat Kali Majapahit ini mengklaim
berakar dari Kerajaan Majapahit kuno yang disebut menguasai Singapura, Filipina,
Selatan Thailand dan Malaysia.

Surya Majapahit: Lambang Kerajaan Majapahit


Berdirinya Majapahit
Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di
Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia
mengirim utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti.
Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar
upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan
memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi
besar ke Jawa tahun 1293.

Arca Harihara, Setengah Dewa Siwa dan Dewa Wisnu. Patung ini menggambarkan Raja
Kertarajasa (Raden Wijaya), raja pertama Majapahit

Ketika Singasari jatuh ke tangan Jayakatwang, Raden Wijaya (menantu Kertanegara)


lari ke Madura. Atas bantuan Arya Wiraraja, ia diterima kembali dengan baik oleh
Jayakatwang dan diberi sebidang tanah di Tarik (Mojokerto).

Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh


Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan
kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri.
Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat berisi
pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang.
Jawaban dari surat di atas disambut dengan senang hati. Raden Wijaya kemudian
diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu
dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah
tersebut.

Ketika tentara Kublai Khan menyerbu Singasari, Raden Wijaya berpura-pura


membantu menyerang Jayakatwang. Namun, setelah Jayakatwang dibunuh, Raden
Wijaya berbalik menyerang tentara Mongol dan berhasil mengusirnya. Pasukan
mongol secara kalang-kabut kalah dan mundur karena mereka berada di negeri asing.
Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson
agar dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau
yang asing.

Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan


Majapahit merupakan hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15
bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293.
Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini
menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk
Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun
pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini didukung
oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik,
dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam Pararaton. Slamet Muljana
menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk
menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi
dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti),
Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati. Wijaya meninggal dunia
pada tahun 1309.

Putra dan penerus Wijaya merupakan Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala


Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun
pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da Pordenone
mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh
oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya
menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana
dan menjadi bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana
Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana
menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada
mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya untuk
melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan.
Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih
besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit
sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam
Wuruk.

Kejayaan Majapahit
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350
hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan
bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364),
Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.

Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit


meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa
Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina.
Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan
Majapahit.

Namun, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan


tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi
terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh
raja. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma
bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.

Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan
diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik,
Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda
sebagai permaisurinya. Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian
persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya
bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam
Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa
kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan
Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan
gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan
akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat
dibinasakan secara kejam. Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa,
dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela
kehormatan negaranya. Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah
Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga naskah
Carita Parahiyangan. Kisah tersebut disinggung dalam Pararaton tetapi tidak
disebutkan dalam Nagarakretagama.

Kakawin Nagarakretagama yang disusun tahun 1365 menyebutkan budaya keraton


yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus
dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga
menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala raksasa yang membentang dari
Sumatera ke Papua, yang mencakup Semenanjung Malaya dan Maluku. Tradisi lokal
di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan
Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya
mencakup wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam
pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan
Majapahit atas mereka.

Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit
melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang.
Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan
kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit
nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di
kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam
mulai memasuki kawasan ini.

Jatuhnya Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit
berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389,
Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta.
Pewaris Hayam Wuruk merupakan putri mahkota Kusumawardhani, yang
menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga
memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas
takhta. Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada
tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini
akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan
kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit
atas daerah-daerah taklukannya di seberang.

Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti


Ming yang dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba
di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430
ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di
beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban,
dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.
Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya,
Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia merupakan putri
kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada
1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik
laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre
Pamotan menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan.
Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis
pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia
kemudian meninggal pada 1466 dan diganti oleh Singhawikramawardhana. kemudian
tahun 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana
dan ia mengangkat dirinya sendiri sebagai raja Majapahit.

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim sudah mulai memasuki Nusantara.


Pada akhir abad ke-14, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang.
Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam
muncul, yaitu Kesultanan Malaka. Di bagian kemaharajaan yang mulai runtuh ini,
Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada
pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan
kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan
Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari
kekuasaan Majapahit.

Setelah mengalami kekalahan dalam perebutan kekuasaan dengan Bhre Kertabumi,


Singhawikramawardhana mengasingkan diri ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota
Kerajaan Kediri) dan terus melanjutkan pemerintahannya di sana hingga digantikan
oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Tahun 1478 Ranawijaya mengalahkan
Kertabhumi dengan cara memanfaatkan ketidakpuasan umat Hindu maupun Budha
atas kebijakan Bhre Kertabumi serta mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu
kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga 1498 dengan gelar
Girindrawardhana hingga ia digulingkan oleh Patih Udara. Akibat konflik dinasti ini,
Majapahit menjadi lemah dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan Demak yang
didirikan oleh keturunan Bhre Wirabumi di pantai utara Jawa.

Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478
(tahun 1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti
dan berakhirnya suatu pemerintahan) hingga tahun 1518. Dalam tradisi Jawa ada
sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi.
Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai
0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna
hilanglah kemakmuran bumi”. Namun yang sebenarnya digambarkan oleh
candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh
Girindrawardhana. Raden Patah yang saat itu merupakan adipati Demak sebetulnya
berupaya membantu ayahnya dengan mengirim bala bantuan dipimpin oleh Sunan
Ngudung, tapi mengalami kekalahan bahkan Sunan Ngudung meninggal di tangan
Raden Kusen adik Raden Patah yang memihak Ranawijaya hingga para dewan wali
menyarankan Raden Fatah untuk meneruskan pembangunan masjid Demak.

Hal ini diperkuat oleh prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah
mengalahkan Kertabhumi dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini
memicu perang antara Ranawijaya dengan Kesultanan Demak, karena penguasa
Demak adalah keturunan Kertabhumi. Sebenarnya perang ini sudah mulai mereda
ketika Patih Udara melakukan kudeta ke Girindrawardhana dan mengakui kekuasan
Demak bahkan menikahi anak termuda Raden Patah, tetapi peperangan berkecamuk
kembali ketika Prabu Udara meminta bantuan Portugis. Sehingga pada tahun 1518,
Demak melakukan serangan ke Daha yang mengakhiri sejarah Majapahit dan ke
Malaka. Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga
kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk
menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama ini mereka
mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.

Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1518, kekuatan
kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit.
Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah),
diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi
Demak, legitimasi Raden Patah karena ia merupakan putra raja Majapahit Brawijaya
V dengan seorang putri China.

Catatan sejarah Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta)


mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan
penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara
tahun 1518 dan 1521 M. Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional
dan menjadi kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah
keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya
tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di
Pajajaran di bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya
masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu
Tengger hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan
Semeru.

Perkembangan politik
Pemerintahan Kertarajasa
Untuk meredam kemungkinan terjadinya pemberontakan, Raden Wijaya (Kertarajasa)
melakukan langkah-langkah sebagai berikut.

Mengawini empat putri Kertanegara dengan tujuan mencegah terjadinya perebutan


kekuasaan antaranggota keluarga raja. Putri sulung Kertanegara, Dyah Sri
Tribhuaneswari, dijadikan permaisuri dan putra dari pernikahan tersebut Jayanegara,
dijadikan putra mahkota. Putri bungsu Kertanegara, Dyah Dewi Gayatri dijadikan
Rajapatni. Dari putri ini, Kertarajasa memiliki dua putri, Tribhuwanatunggadewi
Jayawisnuwardhani diangkat menjadi Bhre Kahuripan dan Rajadewi Maharajasa
diangkat menjadi Bhre Daha. Adapun kedua putri Kertanegara lainnya yang dinikahi
Kertarajasa adalah Dyah Dewi Narendraduhita dan Dyah Dewi Prajnaparamita. Dari
kedua putri ini, Kertarajasa tidak mempunyai putra.

 Memberikan kedudukan dan hadiah yang pantas kepada para pendukungnya,


misalnya, Lurah Kudadu memperoleh tanah di Surabaya dan Arya Wiraraja diberi
kekuasaan atas daerah Lumajang sampai Blambangan. Kepemimpinan Kertarajasa
yang cukup bijaksana menyebabkan kerajaan menjadi aman dan tenteram. Ia wafat
pada tahun 1309 dan dimakamkan di Sumping (Blitar) sebagai Syiwa dan di
Antahpura (dalam kota Majapahit) sebagai Buddha. Arca perwujudannya adalah
Harikaya, yaitu Wisnu dan Syiwa digambarkan dalam satu arca. Penggantinya adalah
Jayanegara.
Pemerintahan Jayanegara
Masa pemerintahan Jayanegara dipenuhi pemberontakan akibat kepemim- pinannya
kurang berwibawa dan kurang bijaksana. Pemberontakan-pemberontakan itu sebagai
berikut.
 Pemberontakan Ranggalawe pada tahun 1231. Pemberontakan ini dapat
dipadamkan pada tahun 1309.
 Pemberontakan Lembu Sora pada tahun 1311.
 Pemberontakan Juru Demung (1313) disusul Pemberontakan Gajah Biru.
 Pemberontakan Nambi pada tahun 1319. Nambi adalah Rakryan Patih
Majapahit sendiri.
 Pemberontakan Kuti pada tahun 1319. Pemberontakan ini adalah yang paling
besar dan berbahaya. Kuti berhasil menduduki ibu kota kerajaan sehingga
Jayanegara terpaksa melarikan diri ke daerah Bedander. Jayanegara kemudian
dilindungi oleh pasukan Bhayangkari pimpinan Gajah Mada. Berkat kepemimpinan
Gajah Mada, Pemberontakan Kuti dapat dipadamkan.

Namun, meskipun berbagai pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan,


Jayanegara justru meninggal akibat dibunuh oleh salah seorang tabibnya yang
bernama Tanca. Ia lalu dimakamkan di candi Singgapura di Kapopongan.

Pemerintahan Tribhuwanatunggadewi
Oleh karena Jayanegara tidak berputra, sementara Gayatri sebagai Rajapatni telah
menjadi biksuni, takhta Kerajaan Majapahit kemudian diserahkan kepada
Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhana (1328 – 1350) yang menjalankan
pemerintahan dibantu oleh suaminya (Kertawardhana). Masa pemerintahan
Tribhuwanatunggadewi diwarnai permasalahan dalam negeri, yakni meletusnya
Pemberontakan Sadeng. Pemberontakan ini dapat dipadamkan oleh Gajah Mada
yang pada saat itu baru saja diangkat menjadi Patih Daha.

Pemerintahan Hayam Wuruk


Tribhuwanatunggadewi terpaksa turun takhta pada tahun 1350 sebab Rajapatni Dyah
Dewi Gayatri wafat. Penggantinya adalah putranya yang bernama Hayam Wuruk
yang lahir pada tahun 1334. Hayam Wuruk naik takhta pada usia 16 tahun dengan
gelar Rajasanegara. Dalam menjalankan pemerintahan, ia didampingi oleh
Mahapatih Gajah Mada.

Dalam kitab Negarakertagama disebutkan bahwa pada zaman Hayam Wuruk,


Kerajaan Majapahit mengalami masa kejayaan dan memiliki wilayah yang sangat
luas. Luas kekuasaan Majapahit pada saat itu hampir sama dengan luas negara
Republik Indonesia sekarang. Namun, sepeninggal Gajah Mada yang wafat pada
tahun 1364, Hayam Wuruk tidak berhasil mendapatkan penggantinya yang setara.
Kerajaan Majapahit pun mulai mengalami kemunduran. Kondisi Majapahit berada di
ambang kehancuran ketika Hayam Wuruk juga wafat pada tahun 1389.
Sepeninggalnya, Majapahit sering dilanda perang saudara dan satu per satu daerah
kekuasaan Majapahit pun melepaskan diri. Seiring dengan itu, muncul
kerajaan-kerajaan Islam di pesisir. Pada tahun 1526, Kerajaan Majapahit runtuh
setelah diserbu oleh pasukan Islam dari Demak di bawah pimpinan Raden Patah.
Kebudayaan
Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan
cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit.
Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra
(Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke
istana untuk membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana
terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya;
wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat
yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan
Nusantara yang menikmati otonomi luas. Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan
kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan
setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh
penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun
Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang Islam, akan tetapi
sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau abdi istana muslim saat itu.

Gapura Bajang Ratu, salah satu gerbang masuk di ibu kota Majapahit.

"Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah"
[Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah
bagai pemandangan dalam lukisan... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin
dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga,
menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya".
Gambaran ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.

"..Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk
banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.... Raja pulau ini memiliki
istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan bagian
dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas.
Kini Khan Agung dari China beberapa kali berperang melawan raja ini; akan tetapi
selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya."
Gambaran Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone).

Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit
didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan
dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi
beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia
dikirim Paus untuk menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat
dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai
Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai
Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan
darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330.
Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama
tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan.
Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai
rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan
mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja Mongol
beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir
kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan di sini tak lain merupakan Majapahit yang
dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan
Jayanegara.

Ekonomi
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Pajak dan
denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata
uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan
keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja
pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam
negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China.
Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40
kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk di Sidoarjo. Badan
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin
tersebut berasal dari era Majapahit. Alasan penggunaan uang logam atau koin asing
ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga
bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan
kecil atau uang receh dalam sistem mata uang Majapahit agar dapat digunakan
dalam aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan
tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.

Celengan zaman Majapahit

Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu
dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun
1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu
penyeberangan di dalam negeri (mandala Jawa). Prasasti dari masa Majapahit
menyebutkan berbagai macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari pengrajin
emas dan perak, hingga penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun
banyak di antara pekerjaan-pekerjaan ini sudah ada sejak zaman sebelumnya,
namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar
pertanian semakin meningkat pada era Majapahit. Menurut catatan Wang Ta-Yuan,
pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain,
dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak,
sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran
perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Selain itu, catatan Odorico da
Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun
1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak,
dan permata.

Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor.


 Faktor pertama; lembah sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas di
dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok untuk pertanian padi. Pada masa
jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan
dukungan pemerintah.
 Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin
sekali berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk mendapatkan komoditas
rempah-rempah Maluku. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah
yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit.

Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah


menarik banyak pedagang asing, di antaranya pedagang dari Khmer, China, Siam
dan India. Pajak khusus dikenakan pada orang asing terutama yang menetap
semi-permanen di Jawa dan melakukan pekerjaan selain perdagangan internasional.
Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan
Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah
Majapahit di Jawa.

Uang Gobog Majapahit

Struktur pemerintahan
Dalam struktur pemerintahan di Majapahit, raja dianggap sebagai penjelmaan dewa
dan memegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan. Roda pemerintahan
dijalankan raja dibantu oleh putra raja, kerabat raja, dan beberapa pejabat
pemerintah. Sebelum menduduki jabatan raja, putra mahkota biasanya diberi
kekuasaan sebagai raja muda (Rajakumara atau Yuwaraja). Contohnya, sebelum
dinobatkan menjadi raja, Hayam Wuruk lebih dahulu diangkat sebagai Rajakumara
yang berkedudukan di Jimna. dalam struktur pemerintahannya Majapahit memiliki
struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan
Hayam Wuruk.

Raja dibantu oleh dewan pertimbangan kerajaan atau Bhatara Saptaprabu. Tugas
lembaga ini adalah memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada raja. Anggota
dewan ini merupakan para sanak saudara raja. Untuk masalah-masalah keagamaan,
raja dibantu oleh dewan yang disebut Dharmadyaksa. Dharmadyaksa ri Kasainan
bertugas menangani urusan agama Syiwa dan Dharmadyaksa ri Kasogatan bertugas
menangani urusan agama Buddha. Para pejabat keagamaan ini dibantu oleh tujuh
Dharma Upapati, yaitu Sang Panget i Tirwan, i Kandamulri, i Mangkuri, i Paratan, i
Jambi, i Kandangan Rase, dan i Kandangan Atuha. Selain sebagai pejabat
keagamaan, mereka juga merupakan kelompok cendekiawan.

Tiga lembaga pemerintahan tingkat atas di Majapahit sebagai berikut.


 Sapta Prabu, merupakan sebuah dewan kerajaan. Anggota dewan ini adalah
keluarga raja yang bertugas mengurusi soal keluarga raja, penggantian mahkota, dan
urusan-urusan negara yang berhubungan dengan kebijaksanaan negara.
 Dewan Menteri Besar, menerima perintah raja. Anggotanya berjumlah lima
orang dan dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada. Dewan ini bertugas mengepalai
urusan tata negara merangkap urusan angkatan perang dan kebijaksanaan.

Dewan Menteri Kecil, melanjutkan perintah raja. Beranggotakan tiga orang dan
bertugas sebagai pelaksana kebijaksanaan raja.

Raja Majapahit juga dibantu oleh tiga mahamenteri, yakni i Hino, i Halu, dan i Sirikan.
Biasanya yang diangkat untuk menduduki jabatan ini adalah putra raja. Mahamenteri i
Hino memiliki kedudukan paling tinggi karena di samping memiliki hubungan erat
dengan raja, ia juga dapat mengeluarkan prasasti-prasasti. Para mahamenteri ini
dibantu oleh para Rakryan Mantri atau sekelompok pejabat tinggi kerajaan yang
merupakan badan pelaksana pemerintahan. Badan ini terdiri atas lima orang, yaitu
Patih Amangkubumi, Rakyan Tumenggung, Rakryan Demung, Rakryan Rangga, dan
Rakryan Kanuruhan. Kelima pejabat ini disebut Sang Panca ri Wilwatikta atau Mantri
Amancanegara.

Aparat birokrasi
Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan,
dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja
biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:
 Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
 Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan
pemerintahan
 Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
 Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan

Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu
Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai
perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan
pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang
anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.

Pembagian wilayah
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari,
terdiri atas beberapa kawasan tertentu di bagian timur maupun bagian tengah Jawa.
Daerah ini diperintah oleh uparaja yang biasah disebut Paduka Bhattara yang
memiliki gelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini merupakan gelar tertinggi bangsawan
kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka
adalah untuk mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti
ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.
Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di
Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian
wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut:
 Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja
 Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre
(pangeran atau bangsawan)
 Watek: dikelola oleh wiyasa,
 Kuwu: dikelola oleh lurah,
 Wanua: dikelola oleh thani,
 Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.

Saat Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi saat pemerintahan Gajah


Mada, beberapa negara bagian di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran
pengaruh Majapahit, sebagai hasilnya, konsep teritorial yang lebih besar pun
terbentuk:
Negara Agung, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit atau
Majapahit Lama selama masa pembentukannya sebelum memasuki era
kemaharajaan. Yang termasuk area ini adalah ibukota kerajaan dan wilayah
sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan pemerintahannya. Area ini meliputi
setengah bagian timur Jawa, dengan semua provinsinya yang dikelola oleh para Bhre
(bangsawan), yang merupakan kerabat dekat raja.

Mancanegara, area yang melingkupi Negara Agung. Area ini secara langsung
dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi,
area-area tersebut biasanya memiliki penguasa atau raja pribumi, yang kemungkinan
membentuk persekutuan atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit.
Kerajaan Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan
mengatur kegiatan perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak,
namun mereka menikmati otonomi internal yang cukup besar. Wilayah Mancanegara
termasuk di dalamnya seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura, Bali, dan juga
Dharmasraya, Pagaruyung, Lampung dan Palembang di Sumatra.

Nusantara, ialah area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk
ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati
otonomi yang cukup luas dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa
penting untuk menempatkan birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi,
tantangan apa pun yang terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu
akan menuai reaksi keras. Termasuk dalam area ini adalah kerajaan kecil dan koloni
di Maluku, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung
Malaya.

Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan
tetapi Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang didefinisikan sebagai
hubungan diplomatik luar negeri:
Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang
sama". Hal itu menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara
oleh Majapahit, bukan sebagai bawahan dalam kekuatan Majapahit. Menurut
Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing adalah Syangkayodhyapura (Ayutthaya di
Thailand), Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura
dan Sinhanagari (kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja (Kamboja), dan
Yawana (Annam). Mitreka Satata dapat dianggap sebagai aliansi Majapahit, karena
kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk dalam kategori ini
meskipun Majapahit telah melakukan hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.

Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini kemudian
diidentifikasi oleh sejarahwan modern sebagai "mandala", yaitu kesatuan yang politik
ditentukan oleh pusat atau inti kekuasaannya daripada perbatasannya, dan dapat
tersusun atas beberapa unit politik bawahan tanpa integrasi administratif lebih lanjut.
Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup mandala Majapahit, yaitu
wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya memiliki pemimpin asli penguasa
daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup luas. Wilayah-wilayah
bawahan ini meskipun sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap menjalankan
sistem pemerintahannya sendiri tanpa terintegrasi lebih lanjut oleh kekuasaan pusat
di ibu kota Majapahit. Pola kekuasaan mandala ini juga ditemukan dalam
kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Sriwijaya dan Angkor, serta
mandala-mandala tetangga Majapahit yang sezaman; Ayutthaya dan Champa.

Raja-raja Majapahit

Silsilah wangsa Rajasa, keluarga penguasa Singhasari dan Majapahit.

Para penguasa Majapahit adalah penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang
dirintis oleh Sri Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa Rajasa pada akhir abad ke-13.
Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode
kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan
Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan
keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.
 Raden Wijaya (Gelar: Kertarajasa Jayawardhana) 1293 - 1309
 Kalagamet (Sri Jayanagara) 1309 - 1328
 Sri Gitarja (Tribhuwana Wijayatunggadewi) 1328 - 1350
 Hayam Wuruk (Sri Rajasanagara) 1350 - 1389
 Wikramawardhana 1389 - 1429
 Suhita (Dyah Ayu Kencana Wungu) 1429 - 1447
 Kertawijaya (Brawijaya I) 1447 - 1451
 Rajasawardhana (Brawijaya II) 1451 - 1453
 Purwawisesa atau Girishawardhana (Brawijaya III) 1456 - 1466
 Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa (Brawijaya IV) 1466 - 1468
 Bhre Kertabumi (Brawijaya V) 1468 - 1478
 Girindrawardhana (Brawijaya VI) 1478 - 1498 Patih Udara 1498 - 1518

Peninggalan Kerajaan Majapahit

Terakota wajah yang dipercaya sebagai potret Gajah Mada

Bidadari Majapahit, arca emas apsara gaya Majapahit menggambarkan zaman kerajaan Majapahit.

Patung penjaga gerbang abad ke-14 dari kuil Majapahit.

Tampilan model kapal Majapahit


Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit akhir.

Arca dewi Parwati sebagai perwujudan anumerta Tribhuwanottunggadewi, ratu Majapahit ibunda
Hayam Wuruk.

Candi Bajang Ratu


Candi Brahu

Candi Gentong

Candi Tikus

Candi Wringin Lawang


KERAJAAN SRIWIJAYA
Sriwijaya (disebut juga Srivijaya; dalam bahasa Thailan: ศศศศศศศศ atau "Ṣ̄rī wichạy")
merupakan kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak
memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja,
Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti
"kemenangan" atau "kejayaan", maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang
gilang-gemilang".

Jangkauan terluas Kemaharajaan Sriwijaya sekitar abad ke-8 Masehi.

Letak Kerajaan
Merupakan kerajaan yang berdiri di Sumatra pada abad ke-7. Pendirinya adalah Dapunta
Hyang, Sriwijaya memiliki sebutan Kerajaan Nasional I sebab pengaruh kekuasaannya
mencakup hampir seluruh Nusantara dan negara-negara di sekitarnya. Letaknya sangat
strategis. Wilayahnya meliputi tepian Sungai Musi di Sumatra Selatan sampai ke Selat
Malaka (merupakan jalur perdagangan India – Cina pada saat itu), Selat Sunda, Selat
Bangka, Jambi, dan Semenanjung Malaka.

Candi Gumpung, candi Buddha di Muaro Jambi, Kerajaan Melayu yang ditaklukkan Sriwijaya.
Reruntuhan Wat (Candi) Kaew yang berasal dari zaman Sriwijaya di Chaiya, Thailand Selatan.

Catatan sejarah
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta
Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 dan tinggal
selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada
pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang.

Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa
lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada orang Indonesia
modern yang mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana
Perancis George Cœdès mempublikasikan penemuannya dalam surat kabar berbahasa
Belanda dan Indonesia. Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap
"San-fo-ts'i", sebelumnya dibaca "Sribhoja", dan beberapa prasasti dalam Melayu Kuno
merujuk pada kekaisaran yang sama.

Selain berita-berita diatas tersebut, telah ditemukan oleh Balai Arkeologi Palembang
sebuah perahu kuno yang diperkirakan ada sejak masa awal atau proto Kerajaan
Sriwijaya di Desa Sungai Pasir, Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Sumatera Selatan. Sayang, kepala perahu kuno itu sudah hilang dan sebagian papan
perahu itu digunakan justru buat jembatan. Tercatat ada 17 keping perahu yang terdiri
dari bagian lunas, 14 papan perahu yang terdiri dari bagian badan dan bagian buritan
untuk menempatkan kemudi. Perahu ini dibuat dengan teknik pasak kayu dan papan ikat
yang menggunakan tali ijuk. Cara ini sendiri dikenal dengan sebutan teknik tradisi Asia
Tenggara. Selain bangkai perahu, ditemukan juga sejumlah artefak-artefak lain yang
berhubungan dengan temuan perahu, seperti tembikar, keramik, dan alat kayu.

Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal, dan kerajaan besar Nusantara selain
Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi referensi
oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan
negara sebelum kolonialisme Belanda.

Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya


Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts'i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sanskerta dan bahasa Pali,
kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabaj dan
Khmer menyebutnya Malayu. Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa
Sriwijaya sangat sulit ditemukan. Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan
tentang adanya 3 pulau Sabadeibei yang kemungkinan berkaitan dengan Sriwijaya.
Sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin melakukan observasi dan berpendapat bahwa
pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak
di provinsi Sumatera Selatan sekarang), tepatnya di sekitar situs Karanganyar yang kini
dijadikan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Pendapat ini didasarkan dari foto udara
tahun 1984 yang menunjukkan bahwa situs Karanganyar menampilkan bentuk bangunan
air, yaitu jaringan kanal, parit, kolam serta pulau buatan yang disusun rapi yang dipastikan
situs ini adalah buatan manusia.

Namun sebelumnya Soekmono berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak pada


kawasan sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi (di
provinsi Jambi sekarang), Namun yang pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra Chola
I, berdasarkan prasasti Tanjore, Sriwijaya telah beribukota di Kadaram (Kedah sekarang).

1) Berita dari Cina


Dalam perjalanannya untuk menimba ilmu agama Buddha di India, I-Tsing pendeta dari
Cina, singgah di Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) selama enam bulan dan mempelajari
paramasastra atau tata bahasa Sanskerta. Kemudian, bersama guru Buddhis, Sakyakirti,
ia menyalin kitab Hastadandasastra ke dalam bahasa Cina. Kesimpulan I-Tsing
mengenai Sriwijaya adalah negara ini telah maju dalam bidang agama Buddha.
Pelayarannya maju karena kapal-kapal India singgah di sana dan ditutupnya Jalan Sutra
oleh bangsa Han. Buddhisme di Sriwijaya dipengaruhi Tantraisme, namun disiarkan pula
aliran Buddha Mahayana. I-Tsing juga menyebutkan bahwa Sriwijaya telah menaklukkan
daerah Kedah di pantai barat Melayu pada tahun 682 – 685.

Berita Cina dari dinasti Tang menyebutkan bahwa Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) adalah
kerajaan Buddhis yang terletak di Laut Selatan. Adapun berita sumber dari dinasti Sung
menyebutkan bahwa utusan Cina sering datang ke San-fo-tsi. Diyakini bahwa yang
disebut San-fo-tsi itu adalah Sriwijaya.

2) Berita dari Arab


Berita Arab menyebutkan adanya negara Zabag (Sriwijaya). Ibu Hordadheh mengatakan
bahwa Raja Zabag banyak menghasilkan emas. Setiap tahunnya emas yang dihasilkan
seberat 206 kg. Berita lain disebutkan oleh Alberuni. Ia mengatakan bahwa Zabag lebih
dekat dengan Cina daripada India. Negara ini terletak di daerah yang disebut
Swarnadwipa (Pulau Emas) karena banyak menghasilkan emas.

3) Berita dari India


Prasasti Leiden Besar yang ditemukan oleh raja-raja dari dinasti Cola menyebutkan
adanya pemberian tanah Anaimangalam kepada biara di Nagipatma. Biara tersebut
dibuat oleh Marawijayattunggawarman, keturunan keluarga Syailendra yang berkuasa di
Sriwijaya dan Kataka.

Prasasti Nalanda menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa dari Nalanda, India, telah
membebaskan lima buah desa dari pajak. Sebagai imbalannya, kelima desa itu wajib
membiayai para mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan
Nalanda. Hal ini merupakan wujud penghargaan sebab Raja Sriwijaya saat itu,
Balaputradewa, mendirikan vihara di Nalanda. Selain itu, prasasti Nalanda juga
menyebutkan bahwa Raja Balaputradewa sebagai raja terakhir dinasti Syailendra yang
terusir dari Jawa meminta kepada Raja Nalanda untuk mengakui hak-haknya atas dinasti
Syailendra.

4) Berita dari dalam negeri


Sumber-sumber sejarah dalam negeri mengenai Sriwijaya adalah prasasti- prasasti
berhuruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno:
 Prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 605 Saka (683 M) ditemukan di tepi
Sungai Tatang, dekat Palembang.
 Prasasti Talang Tuo berangka tahun 606 Saka (684 M) ditemukan di sebelah
barat Pelembang.
 Prasasti Kota Kapur berangka tahun 608 Saka (686 M) ditemukan di Bangka.
Prasasti ini menjadi bukti serangan Sriwijaya terhadap Tarumanegara yang membawa
keruntuhan kerajaan tersebut, terlihat dari bunyi: "Menghukum bumi Jawa yang tidak
tunduk kepada Sriwijaya."
 Prasasti Karang Berahi berangka tahun 608 Saka (686 M). Isi prasasti ini
memperjelas bahwa secara politik, Sriwijaya bukanlah negara kecil, melainkan memiliki
wilayah yang luas dan kekuasaannya yang besar. Prasasti ini juga memuat penaklukan
Jambi.
 Prasasti Telaga Batu (tidak berangka tahun). Prasasti ini menyebutkan bahwa
negara Sriwijaya berbentuk kesatuan dan menegaskan kedudukan putra-putra raja:
Yuwaraja (putra mahkota), Pratiyuwaraja (putra mahkota kedua), dan Rajakumara (tidak
berhak menjadi raja).
 Prasasti Ligor berangkat tahun 697 Saka (775 M) ditemukan di Tanah Genting
Kra. Prasasti ini memuat kisah penaklukan Pulau Bangka dan Tanah Genting Kra
(Melayu) oleh Sriwijaya
 Prasasti Palas Pasemah (tidak berangka tahun) ditemukan di Lampung berisi
penaklukan Sriwijaya terhadap Kerajaan Tulangbawang pada abad ke-7.

Prasasti Telaga Batu

Dari sumber-sumber sejarah tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama,


pendiri Kerajaan Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanegara yang berkedudukan di
Minangatwan. Kedua, Raja Dapunta Hyang berusaha memperluas wilayah
kekuasaannya dengan menaklukkan wilayah di sekitar Jambi. Ketiga, Sriwijaya semula
tidak berada di sekitar Pelembang, melainkan di Minangatwan, yaitu daerah pertemuan
antara Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri. Setelah berhasil menaklukkan
Palembang, barulah pusat kerajaan dipindah dari Minangatwan ke Palembang.

Pembentukan dan pertumbuhan


Belum banyak bukti fisik mengenai kerajaan Sriwijaya yang ditemukan. Kerajaan ini
menjadi pusat perdagangan serta merupakan negara bahari. Beberapa ahli
memperdebatkan kawasan yang menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya, selain
itu kemungkinan besar Sriwijaya biasah memindahkan pusat pemerintahannya, namun
kawasan yang menjadi ibukota tetap diperintah secara langsung oleh penguasa.
Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing, dari prasasti
Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta
Hyang. Diketahui, Prasasti Kedukan Bukit adalah prasasti tertua yang ditulis dalam
bahasa Melayu. Para ahli berpendapat bahwa prasasti ini mengadaptasi ortografi India
untuk menulis prasasti ini. Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua
kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya. Berdasarkan
prasasti Kota Kapur yang berangka tahun 686 ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan
ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga
Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan
ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya,
peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing
(Kalingga) di Jawa Tengah yang kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya.
Kemungkinan yang dimaksud dengan Bhumi Jawa adalah Tarumanegara. Sriwijaya
tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat
Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.

Ekspansi Sriwijaya ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan kerajaan ini


mengendalikan dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi,
ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Kamboja serta Thailand. Pada abad ke-7,
pelabuhan Champa di sebelah timur Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari
Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut, Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa
serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas
Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri kemaharajaan Khmer, memutuskan
hubungan dengan Sriwijaya pada abad yang sama. Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan
di Jawa, antara lain Tarumanegara dan Holing berada di bawah kekuasaan Sriwijaya.
Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan
berkuasa di sana.

Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada


periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga
tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan
Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di
Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.

Agama
Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan
sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang
melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda,
India, pada tahun 671 dan 695, I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi
sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Selain berita
diatas, terdapat berita yang dibawakan oleh I Tsing, dinyatakan bahwa terdapat 1000
orang pendeta yang belajar agama Budha pada Sakyakirti, seorang pendeta terkenal di
Sriwijaya.
Arca Buddha langgam Amarawati setinggi 2,77 meter, ditemukan di situs Bukit Seguntang, Palembang,
abad ke-7 sampai ke-8 M.

Terdapat lebih dari 1000 pandita Buddhis di Sriwijaya yang belajar serta mempraktikkan
Dharma dengan baik. Mereka menganalisa dan mempelajari semua topik ajaran
sebagaimana yang ada di India; vinaya dan ritual-ritual mereka tidaklah berbeda sama
sekali [dengan yang ada di India]. Apabila seseorang pandita Tiongkok akan pergi ke
Universitas Nalanda di India untuk mendengar dan mempelajari naskah-naskah Dharma
auutentik, ia sebaiknya tinggal di Sriwijaya dalam kurun waktu 1 atau 2 tahun untuk
mempraktikkan vinaya dan bahasa sansekerta dengan tepat.

Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di
pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Mahayana juga
turut berkembang di Sriwijaya. Menjelang akhir abad ke-10, Atiśa, seorang sarjana
Buddha asal Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di
Tibet menyebutkan ditulis pada masa pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa
penguasa Sriwijaya nagara di Malayagiri di Suvarnadvipa.

Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India. Peranannya dalam agama Budha
dibuktikannya dengan membangun tempat pemujaan agama Budha di Ligor, Thailand.
Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan
dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9, sehingga secara langsung turut serta
mengembangkan bahasa Melayu beserta kebudayaannya di Nusantara.

Sangat dimungkinkan bahwa Sriwijaya yang termahsyur sebagai bandar pusat


perdagangan di Asia Tenggara, tentunya menarik minat para pedagang dan ulama
muslim dari Timur Tengah, sehingga beberapa kerajaan yang semula merupakan bagian
dari Sriwijaya, kemudian tumbuh menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam di
Sumatera kelak, disaat melemahnya pengaruh Sriwijaya.

"... banyak raja dan pemimpin yang berada di pulau-pulau pada Lautan Selatan percaya
dan mengagumi Buddha, dihati mereka telah tertanam perbuatan baik. Di dalam benteng
kota Sriwijaya dipenuhi lebih dari 1000 biksu Budha, yang belajar dengan tekun dan
mengamalkannya dengan baik.... Jika seorang biarawan Cina ingin pergi ke India untuk
belajar Sabda, lebih baik ia tinggal dulu di sini selama satu atau dua tahun untuk
mendalami ilmunya sebelum dilanjutkan di India".
Gambaran Sriwijaya menurut I Tsing.
Budaya
Berdasarkan berbagai sumber sejarah, sebuah masyarakat yang kompleks dan
kosmopolitan yang sangat dipengaruhi alam pikiran Budha Wajrayana digambarkan
bersemi di ibu kota Sriwijaya. Beberapa prasasti Siddhayatra abad ke-7 seperti Prasasti
Talang Tuo menggambarkan ritual Budha untuk memberkati peristiwa penuh berkah yaitu
peresmian taman Sriksetra, anugerah Maharaja Sriwijaya untuk rakyatnya. Prasasti
Telaga Batu menggambarkan kerumitan dan tingkatan jabatan pejabat kerajaan,
sementara Prasasti Kota Kapur menyebutkan keperkasaan balatentara Sriwijaya atas
Jawa. Semua prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno, leluhur bahasa Melayu
dan bahasa Indonesia modern. Sejak abad ke-7, bahasa Melayu kuno telah digunakan di
Nusantara. Ditandai dengan ditemukannya berbagai prasasti Sriwijaya dan beberapa
prasasti berbahasa Melayu Kuno di tempat lain, seperti yang ditemukan di pulau Jawa.
Hubungan dagang yang dilakukan berbagai suku bangsa Nusantara menjadi wahana
penyebaran bahasa Melayu, karena bahasa ini menjadi alat komunikasi bagi kaum
pedagang. Sejak saat itu, bahasa Melayu menjadi lingua franca dan digunakan secara
meluas oleh banyak penutur di Kepulauan Nusantara.

Arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan, seni Sriwijaya sekitar abad ke-9 M.

Meskipun disebut memiliki kekuatan ekonomi dan keperkasaan militer, Sriwijaya hanya
meninggalkan sedikit tinggalan purbakala di jantung negerinya di Sumatera. Sangat
berbeda dengan episode Sriwijaya di Jawa Tengah saat kepemimpinan wangsa
Syailendra yang banyak membangun monumen besar; seperti Candi Kalasan, Candi
Sewu, dan Borobudur. Candi-candi Budha yang berasal dari masa Sriwijaya di Sumatera
antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro Bahal. Akan tetapi tidak
seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari batu andesit, candi di Sumatera
terbuat dari bata merah.

Beberapa arca bersifat Budhisme, seperti berbagai arca Budha yang ditemukan di Bukit
Seguntang, Palembang, dan arca-arca Bodhisatwa Awalokiteswara dari Jambi, Bidor,
Perak dan Chaiya, dan arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan. Semua arca-arca
ini menampilkan keanggunan dan langgam yang sama yang disebut "Seni Sriwijaya" atau
"Langgam/Gaya Sriwijaya" yang memperlihatkan kemiripan — mungkin diilhami — oleh
langgam Amarawati India dan langgam Syailendra Jawa (sekitar abad ke-8 sampai ke-9).

Perdagangan
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan
Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab
mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu,
cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya
raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli
kesetiaan dari vassal-vassal-nya di seluruh Asia Tenggara. Dengan berperan sebagai
entreport atau pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu,
persetujuan, dan perlindungan dari Kaisar China untuk dapat berdagang dengan
Tiongkok, Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasi
urat nadi pelayaran antara Tiongkok dan India.

Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya dengan
selalu mengawasi dan sering kali memerangi pelabuhan pesaing di negara jirannya.
Keperluan untuk menjaga monopoli perdagangan inilah yang mendorong Sriwijaya
menggelar ekspedisi militer untuk menaklukkan bandar pelabuhan pesaing di kawasan
sekitarnya dan menyerap mereka ke dalam mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di Jambi,
Kota Kapur di pulau Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat,
Kalingga di Jawa Tengah, dan bandar Kedah dan Chaiya di semenanjung Melaya adalah
beberapa bandar pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam lingkup pengaruh
Sriwijaya. Disebutkan dalam catatan sejarah Champa adanya serangkaian serbuan
angkatan laut yang berasal dari Jawa terhadap beberapa pelabuhan di Champa dan
Kamboja. Mungkin angkatan laut penyerbu yang dimaksud adalah armada Sriwijaya,
karena saat itu wangsa Sailendra di Jawa adalah bagian dari mandala Sriwijaya. Hal ini
merupakan upaya Sriwijaya untuk menjamin monopoli perdagangan laut di Asia
Tenggara dengan menggempur bandar pelabuhan pesaingnya. Sriwijaya juga pernah
berjaya dalam hal perdagangan sedari tahun 670 hingga 1025 M.

Kejayaan bahari Sriwijaya terekam di relief Borobudur yaitu menggambarkan Kapal


Borobudur, kapal kayu bercadik ganda dan bertiang layar yang melayari lautan Nusantara
sekitar abad ke-8 Masehi. Fungsi cadik ini adalah untuk menyeimbangkan dan
menstabilkan perahu. Cadik tunggal atau cadik ganda adalah ciri khas perahu bangsa
Austronesia dan perahu bercadik inilah yang membawa bangsa Austronesia berlayar di
seantero Asia Tenggara, Oseania, dan Samudra Hindia. Kapal layar bercadik yang
diabadikan dalam relief Borobudur bisa jadi merupakan jenis kapal yang digunakan
armada Sailendra dan Sriwijaya dalam melakukan pelayaran antar pulaunya.

Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin
perdagangan dengan kawasan Arab. Kemungkinan utusan Maharaja Sri Indrawarman
yang mengantarkan surat kepada khalifah Umar bin Abdul-Aziz dari Bani Umayyah tahun
718, kembali ke Sriwijaya dengan membawa hadiah Zanji (budak wanita berkulit hitam),
dan kemudian dari kronik Tiongkok disebutkan Shih-li-fo-shih dengan rajanya
Shih-li-t-'o-pa-mo (Sri Indrawarman) pada tahun 724 mengirimkan hadiah untuk kaisar
Cina, berupa ts'engchi (bermaksud sama dengan Zanji dalam bahasa Arab).

Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya dinasti
Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, kerajaan Min dan
kerajaan Nan Han dengan negeri kayanya Guangdong. Tak diragukan lagi Sriwijaya
mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. Pada masa inilah diperkirakan rakyat
Sriwijaya mulai mengenal buah semangka (Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum. & Nakai),
yang masuk melalui perdagangan mereka.

Hubungan dengan wangsa Sailendra


Munculnya keterkaitan antara Sriwijaya dengan dinasti Sailendra dimulai karena adanya
nama Śailendravamśa pada beberapa prasasti di antaranya pada prasasti Kalasan di
pulau Jawa, prasasti Ligor di selatan Thailand, dan prasasti Nalanda di India. Sementara
pada prasasti Sojomerto dijumpai nama Dapunta Selendra. Karena prasasti Sojomerto
ditulis dalam bahasa Melayu dn bahasa Melayu umumnya digunakan pada
prasasti-prasasti di Sumatera maka diduga wangsa Sailendra berasal dari Sumatera,
Walaupun asal usul bahasa melayu ini masih menunggu penelitian sampai sekarang.

Candi Borobudur, pembangunannya diselesaikan pada masa Samaratungga

Majumdar berpendapat dinasti Sailendra ini terdapat di Sriwijaya (Suwarnadwipa) dan


Medang (Jawa), keduanya berasal dari Kalinga di selatan India. Kemudian Moens
menambahkan kedatangan Dapunta Hyang ke Palembang, menyebabkan salah satu
keluarga dalam dinasti ini pindah ke Jawa. Sementara Poerbatjaraka berpendapat bahwa
dinasti ini berasal dari Nusantara, didasarkan atas Carita Parahiyangan kemudian
dikaitkan dengan beberapa prasasti lain di Jawa yang berbahasa Melayu Kuna di
antaranya prasasti Sojomerto.

Model kapal Sriwijaya tahun 800-an Masehi yang terdapat pada candi Borobudur.

Hubungan dengan kekuatan regional


Untuk memperkuat posisinya atas penguasaan kawasan Asia Tenggara, Sriwijaya
menjalin hubungan diplomasi dengan kekaisaran China, dan secara teratur
mengantarkan utusan beserta upeti. Sejarawan S.Q. Fatimi menyebutkan bahwa pada
tahun 100 Hijriyah (718 M), seorang maharaja Sriwijaya (diperkirakan adalah Sri
Indrawarman) mengirimkan sepucuk surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari
Kekhalifahan Umayyah, yang berisi permintaan kepada khalifah untuk mengirimkan
ulama yang dapat menjelaskan ajaran dan hukum Islam kepadanya. Surat itu dikutip
dalam Al-'Iqd Al-Farid karya Ibnu Abdu Rabbih (sastrawan Kordoba, Spanyol), dan
dengan redaksi sedikit berbeda dalam Al-Nujum Az-Zahirah fi Muluk Misr wa Al-Qahirah
karya Ibnu Tagribirdi (sastrawan Kairo, Mesir).

" Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuan raja, yang isterinya pun
adalah cucu dari ribuan raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang
wilayah kekuasaannya terdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya,
rempah wangi, pala, dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar hingga 12 mil.
Kepada Raja Arab yang tidak menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah. Aku telah
mengirimkan kepadamu bingkisan yang tak seberapa sebagai tanda persahabatan.
Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islam dan segala
hukum-hukumnya kepadaku."
Surat Maharaja Sriwijaya kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Peristiwa ini membuktikan bahwa Sriwijaya telah menjalin hubungan diplomatik dengan
dunia Islam atau dunia Arab. Meskipun demikian surat ini bukanlah berarti bahwa raja
Sriwijaya telah memeluk agama Islam, melainkan hanya menunjukkan hasrat sang raja
untuk mengenal dan mempelajari berbagai hukum, budaya, dan adat-istiadat dari
berbagai rekan perniagaan dan peradaban yang dikenal Sriwijaya saat itu; yakni
Tiongkok, India, dan Timur Tengah.

Pada masa awal, Kerajaan Khmer merupakan daerah jajahan Sriwijaya. Banyak
sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani, Thailand Selatan, sebagai
ibu kota kerajaan tersebut. Pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom
That yang bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga
kota yakni (Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit), dan Khirirat Nikhom.

Seperti disebutkan sebelumnya, Sriwijaya di Sumatra meluaskan wilayah degan


perpindahan Wangsa Sailendra ke Jawa. Pada kurun waktu tertentu wangsa Sailendra
sebagai anggota mandala Sriwijaya berkuasa atas Sriwijaya dan Jawa. Maka Wangsa
Sailendra berkuasa sekaligus atas Sriwijaya dan Kerajaan Medang, yaitu Sumatera dan
Jawa. Akan tetapi akibat pertikaian suksesi singgasana Sailendra di Jawa antara
Balaputradewa melawan Rakai Pikatan dan Pramodawardhani, hubungan antara
Sriwijaya dan Medang memburuk. Balaputradewa kembali ke Sriwijaya dan akhirnya
berkuasa di Sriwijaya, dan permusuhan ini diwariskan hingga beberapa generasi
berikutnya. Dalam prasasti Nalanda yang bertarikh 860 Balaputra menegaskan
asal-usulnya sebagai keturunan raja Sailendra di Jawa sekaligus cucu Sri Dharmasetu
raja Sriwijaya. Dengan kata lain ia mengadukan kepada raja Dewapaladewa, raja Pala di
India, bahwa haknya menjadi raja Jawa dirampas Rakai Pikatan. Persaingan antara
Sriwijaya di Sumatera dan Medang di Jawa ini kian memanas ketika raja Dharmawangsa
Teguh menyerang Palembang pada tahun 990, tindakan yang kemudian dibalas dengan
penghancuran Medang pada tahun 1006 oleh Raja Wurawari ( sebagai sekutu Sriwijaya
di Jawa) atas dorongan Sriwijaya.

Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, pada prasasti
Nalanda berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputradewa mendedikasikan sebuah
biara kepada Universitas Nalanda. Relasi dengan Dinasti Chola di selatan India juga
cukup baik. Dari prasasti Leiden disebutkan raja Sriwijaya di Kataha Sri
Mara-Vijayottunggawarman telah membangun sebuah vihara yang dinamakan dengan
Vihara Culamanivarmma, namun menjadi buruk setelah Rajendra Chola I naik tahta yang
melakukan penyerangan pada abad ke-11. Kemudian hubungan ini kembali membaik
pada masa Kulothunga Chola I, di mana raja Sriwijaya di Kadaram mengirimkan utusan
yang meminta dikeluarkannya pengumuman pembebasan cukai pada kawasan sekitar
Vihara Culamanivarmma tersebut. Namun pada masa ini Sriwijaya dianggap telah
menjadi bagian dari dinasti Chola. Kronik Tiongkok menyebutkan bahwa Kulothunga
Chola I (Ti-hua-ka-lo) sebagai raja San-fo-ts'i, membantu perbaikan candi dekat Kanton
pada tahun 1079. Pada masa dinasti Song candi ini disebut dengan nama Tien Ching
Kuan, dan pada masa dinasti Yuan disebut dengan nama Yuan Miau Kwan
Masa kejayaan
Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim. Mengandalkan hegemoni pada
kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan,
menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan armadanya
dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang, memungut cukai, serta untuk
menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya. Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi,
pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan
Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja,
Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan
Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang
mengenakan bea dan cukai atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengumpulkan
kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar
Tiongkok, dan India.

Arca emas Avalokiteçvara bergaya Malayu-Sriwijaya, ditemukan di Rantaukapastuo, Muarabulian,


Jambi, Indonesia.

Berdasarkan sumber catatan sejarah dari Arab, Sriwijaya disebut dengan nama Sribuza.
Pada tahun 955 M, Al Masudi, seorang musafir (pengelana) sekaligus sejarawan Arab
klasik menulis catatan tentang Sriwijaya. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya
adalah sebuah kerajaan besar yang kaya raya, dengan tentara yang sangat banyak.
Disebutkan kapal yang tercepat dalam waktu dua tahun pun tidak cukup untuk
mengelilingi seluruh pulau wilayahnya. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu
gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kapulaga, gambir dan beberapa hasil bumi lainya.

Catatan lain menuliskan bahwa Sriwijaya maju dalam bidang agraris. Ini disimpulkan dari
seorang ahli dari Bangsa Persia yang bernama Abu Zaid Hasan yang mendapat
keterangan dari Sujaimana, seorang pedagang Arab. Abu Zaid menulis bahwasanya
Kerajaan Zabaj (Sriwijaya -sebutan Sriwijaya oleh bangsa Arab pada masa itu-) memiliki
tanah yang subur dan kekuasaaan yang luas hingga ke seberang lautan. Sriwijaya
menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara sepanjang abad ke-10, akan
tetapi pada akhir abad ini Kerajaan Medang di Jawa Timur tumbuh menjadi kekuatan
bahari baru dan mulai menantang dominasi Sriwijaya. Berita Tiongkok dari Dinasti Song
menyebut Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dengan nama San-fo-tsi, sedangkan Kerajaan
Medang di Jawa dengan nama Cho-po. Dikisahkan bahwa, San-fo-tsi dan Cho-po terlibat
persaingan untuk menguasai Asia Tenggara. Kedua negeri itu saling mengirim duta besar
ke Tiongkok. Utusan San-fo-tsi yang berangkat tahun 988 tertahan di pelabuhan Kanton
ketika hendak pulang, karena negerinya diserang oleh balatentara Jawa. Serangan dari
Jawa ini diduga berlangsung sekitar tahun 990-an, yaitu antara tahun 988 dan 992 pada
masa pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa.

Pada musim semi tahun 992 duta Sriwijaya tersebut mencoba pulang namun kembali
tertahan di Champa karena negerinya belum aman. Ia meminta kaisar Song agar
Tiongkok memberi perlindungan kepada San-fo-tsi. Utusan Jawa juga tiba di Tiongkok
tahun 992. Ia dikirim oleh rajanya yang naik takhta tahun 991. Raja baru Jawa tersebut
adalah Dharmawangsa Teguh.

Kerajaan Medang berhasil merebut Palembang pada tahun 992 untuk sementara waktu,
namun kemudian pasukan Medang berhasil dipukul mundur oleh pasukan Sriwijaya.
Prasasti Hujung Langit tahun 997 kembali menyebutkan adanya serangan Jawa terhadap
Sumatera. Rangkaian serangan dari Jawa ini pada akhirnya gagal karena Jawa tidak
berhasil membangun pijakan di Sumatera. Menguasai ibu kota di Palembang tidak cukup
karena pada hakikatnya kekuasaan dan kekuatan mandala Sriwijaya tersebar di
beberapa bandar pelabuhan di kawasan Selat Malaka. Maharaja Sriwijaya, Sri Cudamani
Warmadewa, berhasil lolos keluar dari ibu kota dan berkeliling menghimpun kekuatan dan
bala bantuan dari sekutu dan raja-raja bawahannya untuk memukul mundur tentara Jawa.

Sri Cudamani Warmadewa kembali memperlihatkan kecakapan diplomasinya,


memenangi dukungan Tiongkok dengan cara merebut hati Kaisarnya. Pada tahun 1003,
ia mengirimkan utusan ke Tiongkok dan mengabarkan bahwa di negerinya telah selesai
dibangun sebuah candi Buddha yang didedikasikan untuk mendoakan agar Kaisar
Tiongkok panjang usia. Kaisar Tiongkok yang berbesar hati dengan persembahan itu
menamai candi itu cheng tien wan shou dan menganugerahkan genta yang akan
dipasang di candi itu. (Candi Bungsu, Terletak di Muara Takus).

Serangan dari Medang ini membuka mata Sriwijaya betapa berbahayanya ancaman
Jawa, maka Maharaja Sriwijaya pun menyusun siasat balasan dan berusaha
menghancurkan Kerajaan Medang. Sriwijaya disebut berperan dalam menghancurkan
Kerajaan Medang di Jawa. Dalam prasasti Pucangan disebutkan sebuah peristiwa
Mahapralaya, yaitu peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di mana Haji
Wurawari dari Lwaram yang merupakan raja bawahan Sriwijaya, pada tahun 1006 atau
1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja Medang terakhir Dharmawangsa
Teguh.

Masa Kemunduran
Tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, yang merupakan raja dari dinasti Chola di India
selatan, mengirim ekspedisi laut untuk menyerang Kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan
prasasti Tanjore bertarikh 1030, Kerajaan Chola telah menaklukan daerah-daerah yang
sebelumnya menjadi koloni Sriwijaya, dan berhasil menawan raja Sriwijaya yang
berkuasa waktu itu Sangrama-Vijayottunggawarman. Selama beberapa dekade
berikutnya, seluruh kekuasaan Sriwijaya berada dalam pengaruh dinasti Chola. Meskipun
demikian Rajendra Chola tetap memberikan peluang kepada raja yang ditaklukannya
untuk tetap berkuasa dengan syarat tetap tunduk kepadanya.

Pengaruh invasi Rajendra Chola I, terhadap hegemoni Sriwijaya atas raja-raja


bawahannya melemah. Beberapa daerah taklukan melepaskan diri, sampai muncul
Dharmasraya dan Pagaruyung sebagai kekuatan baru yang kemudian menguasai
kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera,
sampai Jawa bagian barat. Pada tahun 1079 dan 1088, catatan Cina menunjukkan
bahwa Sriwijaya mengirimkan duta besar pada Cina. Khususnya pada tahun 1079,
masing-masing duta besar tersebut mengunjungi Cina. Ini menunjukkan bahwa ibu kota
Sriwijaya selalu bergeser dari satu kota maupun kota lainnya selama periode tersebut.
Ekspedisi Chola mengubah jalur perdagangan dan melemahkan Palembang, yang
memungkinkan Jambi untuk mengambil kepemimpinan Sriwijaya pada abad ke-11.

Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178,
Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat dua kerajaan
yang sangat kuat dan kaya, yakni San-fo-ts'i dan Cho-po (Jawa). Di Jawa dia menemukan
bahwa rakyatnya memeluk agama Budha dan Hindu, sedangkan rakyat San-fo-ts'i
memeluk Budha. Namun, istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1178 tidak lagi identik
dengan Sriwijaya, melainkan telah identik dengan Dharmasraya. Dari daftar 15 negeri
bawahan San-fo-tsi tersebut, ternyata adalah wilayah jajahan Kerajaan Dharmasraya.
Walaupun sumber Tiongkok tetap menyebut San-fo-tsi sebagai kerajaan yang berada di
kawasan Laut Cina Selatan. Hal ini karena dalam Pararaton telah disebutkan Malayu.

Secara garis besar Kerajaan Sriwijaya mundur sejak abad ke-10 disebabkan oleh
faktor-faktor berikut:
 Perubahan keadaan alam di sekitar Palembang. Sungai Musi, Ogan Komering,
dan sejumlah anak sungai lainnya membawa lumpur yang diendapkan di sekitar
Palembang sehingga posisinya menjauh dari laut dan perahu sulit merapat.
 Letak Palembang yang makin jauh dari laut menyebabkan daerah itu kurang
strategis lagi kedudukannya sebagai pusat perdagangan nasional maupun internasional.
Sementara itu, terbukanya Selat Berhala antara Pulau Bangka dan Kepulauan Singkep
dapat menyingkatkan jalur perdagangan internasional sehingga Jambi lebih strategis
daripada Palembang.
 Dalam bidang politik, Sriwijaya hanya memiliki angkatan laut yang diandalkan.
Setelah kekuasaan di Jawa Timur berkembang pada masa Airlangga, Sriwijaya terpaksa
mengakui Jawa Timur sebagai pemegang hegemoni di Indonesia bagian timur dan
Sriwijaya di bagian barat.
 Adanya serangan militer atas Sriwijaya. Serangan pertama dilakukan oleh Teguh
Dharmawangsa terhadap wilayah selatan Sriwijaya (992) hingga menyebabkan utusan
yang dikirim ke Cina tidak berani kembali. Serangan kedua dilakukan oleh Colamandala
atas Semenanjung Malaya pada tahun 1017 kemudian atas pusat Sriwijaya pada tahun
1023 – 1030. Dalam serangan ini, Raja Sriwijaya ditawan dan dibawa ke India. Ketika
Kertanegara bertakhta di Singasari juga ada usaha penyerangan terhadap Sriwijaya,
namun baru sebatas usaha mengurung Sriwijaya dengan pendudukan atas wilayah
Melayu. Akhir dari Kerajaan Sriwijaya adalah pendudukan oleh Majapahit dalam usaha
menciptakan kesatuan Nusantara (1377).

Struktur pemerintahan
Masyarakat Sriwjaya sangat majemuk, dan mengenal stratatifikasi sosial. Pembentukan
satu negara kesatuan dalam dimensi struktur otoritas politik Sriwijaya, dapat dilacak dari
beberapa prasasti yang mengandung informasi penting tentang kadātuan, vanua,
samaryyāda, mandala dan bhūmi.

Kadātuan dapat bermakna kawasan dātu, (tnah rumah) tempat tinggal bini hāji, tempat
disimpan mas dan hasil cukai (drawy) sebagai kawasan yang mesti dijaga. Kadātuan ini
dikelilingi oleh vanua, yang dapat dianggap sebagai kawasan kota dari Sriwijaya yang di
dalamnya terdapat vihara untuk tempat beribadah bagi masyarakatnya. Kadātuan dan
vanua ini merupakan satu kawasan inti bagi Sriwijaya itu sendiri. Menurut Casparis,
samaryyāda merupakan kawasan yang berbatasan dengan vanua, yang terhubung
dengan jalan khusus (samaryyāda-patha) yang dapat bermaksud kawasan pedalaman.
Sedangkan mandala merupakan suatu kawasan otonom dari bhūmi yang berada dalam
pengaruh kekuasaan kadātuan Sriwijaya.
Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam lingkaran
raja terdapat secara berurutan yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota
kedua) dan rājakumāra (pewaris berikutnya). Prasasti Telaga Batu banyak menyebutkan
berbagai jabatan dalam struktur pemerintahan kerajaan pada masa Sriwijaya. Menurut
Prasasti Telaga Batu, selain diceritakan kutukan raja Sriwijaya kepada siapa saja yang
menentang raja, diceritakan pula bermacam-macam jabatan dan pekerjaan yang ada
pada zaman Sriwijaya. Adapun, jabatan dan pekerjaan yang diceritakan tersebut adalah
raja putra (putra raja yang keempat), bhupati (bupati), senopati (komandan pasukan), dan
dandanayaka (hakim). Kemudian terdapat juga Tuha an watak wuruh (pengawas
kelompok pekerja), Adyaksi nijawarna/wasikarana (pandai besi/ pembuat senjata pisau),
kayastha (juru tulis), sthapaka (pemahat), puwaham (nakhoda kapal), waniyaga (peniaga),
pratisra (pemimpin kelompok kerja), marsi haji (tukang cuci), dan hulun haji (budak raja).

Menurut kronik Cina Hsin Tang-shu, Sriwijaya yang begitu luas dibagi menjadi dua.
Seperti yang diterangkan diatas, Dapunta Hyang punya dua orang anak yang diberi gelar
putra mahkota, yakni yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua).
Maka dari itu, Ahmad Jelani Halimi (profesor di Universiti Sains Malaysia) mengatakan
bahwa untuk mencegah perpecahan di antara anak-anaknya itulah, maka kemungkinan
Kerajaan Sriwijaya dibagi menjadi dua.

Raja yang memerintah


Dari abad ke-7 sampai ke-13 Masehi, Kerajaan Sriwijaya pernah di pimpin oleh raja-raja
di bawah ini, yaitu:
 Dapunta Hyang Sri Jayanasa (671)
 Sri Indravarman Che-li-to-le-pa-mo (702)
 Rudra Vikraman Lieou-t’eng-wei-kong (728)
 Maharaja Wisnu Dharmmatunggadewa (760)
 Dharanindra Sanggramadhananjaya (775)
 Samaragrawira (782)
 Samaratungga (792)
 Balaputradewa (835)
 Sri Udayadityavarman Se-li-hou-ta-hia-li-tan (960)
 Hie-tche (Haji) (980)
 Sri CudamanivarmadevaSe-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tian-hwa (988)
 Sri MaravijayottunggaSe-li-ma-la-pi (1008)
 Sumatrabhumi (1017)
 Sangramavijayottungga (1025)
 Rajendra Dewa KulottunggaTi-hua-ka-lo (1079)
 Rajendra II (1100)
 Rajendra III (1156)
 Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1183-1286)
 Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa (1286-1293)
 Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa
(1347)
Warisan sejarah
Penemuan kemaharajaan Sriwijaya ini ditemukan pertama kali oleh Coedès pada tahun
1920-an yang telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu bentuk kemaharajaan yang
terdiri atas persekutuan kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan berjaya
pada masa lalu.

Pada abad ke-14 meskipun pengaruhnya telah memudar, wibawa dan gengsi Sriwijaya
masih digunakan sebagai sumber legitimasi politik. Sang Nila Utama yang mengaku
sebagai keturunan bangsawan Sriwijaya dari Bintan, bersama para pengikut dan
tentaranya yang terdiri dari Orang Laut, telah mendirikan Kerajaan Singapura di Tumasik.
Menurut Sejarah Melayu dan catatan sejarah China yang ditulis Wang Ta Yuan,
disebutkan bahwa Kerajaan Siam sempat menyerang kerajaan Singapura pada kurun
tahun 1330 hingga 1340. Serangan Siam ini berhasil dipukul mundur.

Warisan terpenting Sriwijaya mungkin adalah bahasanya. yang Selama berabad-abad,


kekuatan ekononomi dan keperkasaan militernya telah berperan besar atas
tersebarluasnya penggunaan Bahasa Melayu Kuno di Nusantara, setidaknya di kawasan
pesisir. Bahasa ini menjadi bahasa kerja atau bahasa yang berfungsi sebagai
penghubung yang digunakan di berbagai bandar dan pasar di kawasan Nusantara.
Tersebar luasnya Bahasa Melayu Kuno ini mungkin yang telah membuka dan
memuluskan jalan bagi Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional Malaysia, dan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa pemersatu Indonesia modern. Adapun Bahasa Melayu Kuno
masih tetap digunakan sampai pada abad ke-14 M.

Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan Sriwijaya sebagai


sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau Indonesia. Kegemilangan
Sriwijaya telah menjadi sumber kebanggaan nasional dan identitas daerah, khususnya
bagi penduduk kota Palembang. Keluhuran Sriwijaya telah menjadi inspirasi seni budaya,
seperti lagu dan tarian tradisional Gending Sriwijaya. Hal yang sama juga berlaku bagi
masyarakat selatan Thailand yang menciptakan kembali tarian Sevichai yang
berdasarkan pada keanggunan seni budaya Sriwijaya. Di Indonesia, nama Sriwijaya telah
digunakan dan diabadikan sebagai nama nama dalam berbagai hal misal nama jalan di
berbagai kota, maupun nama universitas, nama perusahaan, dan nama di kemiliteran.
Macam Peninggalan Bersejarah di Indonesia -
Sebagian besar masyarakat telah mengetahui adanya peninggalan bersejarah yang
ada di Indonesia. Salah satunya yaitu Candi Borobudur yang terletak di kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur sendiri telah ditetapkan sebagai salah satu
Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991. Sampai sekarang masih banyak
wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur baik yang berasal dalam negeri maupun
luar negeri.

Nah.., pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai macam-macam
peninggalan bersejarah yang ada di Indonesia. Sebelum membahas macam-macam
peninggalan bersejarah di Indonesia, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu
pengertian dari peninggalan Sejarah itu sendiri. Apakah Peninggalan Sejarah itu?
Peninggalan Sejarah adalah peninggalan-peninggalan pada masa lampau yang
mempunyai nilai sejarah dalam kehidupan manusia. Peninggalan bersejarah dapat di
jadikan sebagai bahan untuk menyusun sejarah serta membantu kita mengetahui apa
yang terjadi pada masa lampau.

Candi Borobudur merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia

Indonesia memiliki banyak peninggalan bersejarah yang bernilai tinggi. Maka dari itu,
kita wajib menghargai dan melestarikannya agar terjaga kelestariannya. Selain itu,
dengan adanya peninggalan bersejarah di Indonesia, dapat membantu kita dalam
mempelajari sejarah bangsa Indonesia. Mulai dari fosil, prasasti, patung, bangunan,
naskah kuno dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan macam-macam peninggalan
bersejarah di Indonesia. Terdapat 5 macam peninggalan sejarah di Indonesia,
diantaranya yaitu berupa tulisan, bangunan, benda-benda bersejarah, karya seni, dan
adat istiadat. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu per satu. Berikut 5 Macam
Peninggalan Bersejarah Di Indonesia:

1. Tulisan
Peninggalan bersejarah di Indonesia berupa tulisan terbagi menjadi dua, yaitu Prasasti
dan naskah kuno:
Prasasti
Prasasti merupakan peninggalan sejarah yang berupa tulisan atau gambar pada batu.
Sehingga prasasti disebut juga sebagai batu tulis. Sebuah prasasti biasanya ditulis
dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta.
Prasasti Yupa merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia

Pada umumnya Prasati berisi informasi/ catatan mengenai peristiwa penting yang dialami
oleh suatu kerajaan atau seorang raja. Beberapa prasasti yang ada di Indonesia yaitu,
anatar lain :
 Prasasti Yupa di Kalimantan Timur sekitar tahun 500 M peninggalan dari
Kerajaan Kutai.
 Prasasti Telaga Batu di Palembang peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya.
 Prasasti Sriwijaya di Sumatera peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya.
 Prasasti Ciaruteun di Jawa Barat peninggalan kerajaan Taruma Negara.

Naskah Kuno
Naskah kuno yaitu dokumen-dokumen penting yang berisi informasi pada zaman dahulu.
Naskah kuno juga bisa berupa karya sastra seperti syair, hikayat, legenda dan kitab-kitab.
Beberapa naskah kuno yang ada di Indonesia yaitu, Antara lain :
 Kitab Sutasoma Karya Mpu Tantular dari kerajaan Majapahit.
 Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca dari kerajaan Majapahit.
 Kakawi Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa pada zaman kerajaan Airlangga,
Kahuripan.
 Kitab Smaradahana karya Mpu Darmaja pada zaman Raja Kameswara I, Kediri.
 Kitab Bharatayuda karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh pada jaman Raja Jaya
Baya, Kediri.
Perlu diketahui Kakawi merupakan syair dalam bahasa Jawa Kuna dengan metrum yang
berasal dari India.

2. Bangunan
Bangunan bersejarah di Indonesia memiliki aset yang tak ternilai harganya. Peninggalan
bersejarah di Indonesia berupa bangunan memiliki 6 bentuk bangunan, diantaranya
adalah sebagai berikut :
Candi
Candi merupakan bangunan kuno yang dibuat dari batu dan biasanya digunakan sebagai
tempat pemujaan/ beribadah bagi pemeluk agama Hindu dan Budha pada zaman dahulu.
Candi merupakan peninggalan kerajaan Hindu dan Budha. Fungsi bangunan candi yaitu
untuk memuliakan raja yang telah meninggal dunia. Beberapa candi yang ada di
Indonesia yaitu, antara lain:
 Candi Borobudur : di Magelang, Jawa Tengah.
 Candi Padas : di Tampak Siring, Bali.
 Candi Kidal : di Malang, Jawa Timur.
 Candi Sewu : di Magelang, Jawa Tengah.
 Candi Prambanan : di Klaten, Jawa Tengah.
 Candi Tikus : di Mojokerto, Jawa Timur.

Benteng
Banteng merupakan bangunan yang difungsikan guna mempertahankan diri (bertahan)
dari serangan lawan.

Benteng Duurstede merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia

Benteng-benteng yang ada di Indonesia sebagian besar berasal dari peninggalan


Belanda, Portugis dan Spanyol pada masa penjajahan. Beberapa benteng yang ada di
Indonesia yaitu, antara lain:
 Benteng Inang Bale : di Aceh, Daerah Istimewa Aceh.
 Benteng Bonjol : di Bonjol Sumatra Barat.
 Benteng Duurstede : di Saparua, Maluku.
 Benteng Surason : di Banten, JawaBarat.
 Benteng Jagaraga : di Bali.

Masjid
Masjid adalah tempat ibadah bagi umat Islam. Dengan adanya peninggalan bersejarah
berupa masjid membuktikan bahwa pengaruh Islam di Indonesia sudah ada sejak zaman
dahulu. Beberapa masjid yang bersejarah di Indonesia antara lain Masjid Aceh, Masjid
Agung Banten, Masjid Makam Sedangduwur (Jawa Timur), Masjid Kudus, Masjid Demak,
dan Masjid Jami Pontianak.

Monumen atau tugu


Monumen atau tugu merupakan bangunan yang sengaja dibuat untuk memperingati
suatu peristiwa dan penghormatan terhadap jasa perjuangan para pahlawan zaman
dahulu. Beberapa monumen yang ada di Indonesia antara lain Monumen Nasional (Tugu
Monas) di Jakarta, Monumen Tugu Muda di Semarang, Monumen Proklamasi di Jakarta,
Monumen Palagan Ambarawa di Semarang, Monumen Pers Nasional di Solo, Jawa
Tengah.

Baca Juga : Materi Lengkap Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS

Istana atau keraton


Istana atau keraton merupakan bangunan yang dijadikan sebagai tempat tinggal sang
raja pada zaman dahulu. Beberapa istana yang ada di Indonesia antara lain Keraton
Mangkunegaran di Surakarta, Keraton Paku Alam di Yogyakarta, Keraton Kasepuhan di
Cirebon, Karaton Maimun di Medan, Istana Raja Goa di Sulawesi Selatan, Istana Raja
Khungkung di Bali.

Makam
Makam merupakan tempat untuk menguburkan orang-orang yang sudah meninggal
terutama para raja/ tokoh-tokoh penting dalam sejarah.

Makam Pangeran Diponegoro merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia

Biasanya makam banyak dijadikan sumber sejarah dan peninggalan sejarah. Beberapa
makam yang ada di Indonesia yaitu, antara lain:
 Makam Raja-raja Surakarta dan Yogyakarta di Imogiri, Yogyakarta.
 Makam Pangeran Diponegoro di Makassar, Sulawesi Selatan.
 Makam RA. Kartini di Rembang, Jawa Tengah.
 Makam Ir. Soekarno Presiden RI Pertama di Blitar, Jawa Timur.
 Makam Sunan Kalijaga di Demak, Jawa Tengah.

3. Benda-benda Peninggalan bersejarah


Benda-benda Peninggalan bersejarah yang berupa benda atau barang antara lain adalah
sebagai berikut :
Fosil
Fosil adalah bagian atau sisa dari mahkluk hidup (manusia, hewan atau tumbuhan) yang
sudah membatu. Beberapa fosil yang ada di Indonesia antara lain di Desa Trinil,
(Mojokerto Jawa Timur), Sangiran (Sragen, Jawa Tengah), dan lain sebagainya.
Artefak
Artefak adalah perkakas atau peralatan yang digunakan oleh manusia pada zaman
dahulu. Artefak bisa berupa alat pertanian, peralatan makan, peralatan memasak, senjata,
serta perhiasan.

Arca
Arca merupakan peninggalan sejarah yang bercorak agama Hindhu-Buddha. Arca biasa
dikenal oleh masyarakat luas dengan istilah patung. Arca atau Patung biasanya terbuat
dari batu, perunggu dan bahkan emas. Bentuk-bentuk Arca atau Patung
bermacam-macam, ada patung dewa, patung raja/ratu, patung binatang dan lain-lain.
Beberapa Arca yang ada di Indonesia Antara lain Arca Buddha Amarawati di Sulawesi
Selatan, Arca Roro Jonggrang di Candi Prambanan, Arca Airlangga di Belahan, Arca
Tribhuwana di Candi Arimbi, dll.

4. Karya Seni
Karya Seni adalah peninggalan bersejarah yang berasal dari nenek moyang kita yang
kemudian menjadi tradisi di masyarakat. Pada zaman dahulu nenek moyang kita banyak
memiliki karya seni yang sampai sekarang masih ada, antara lain :

Tarian tradisional
Tarian tradisional adalah tarian peninggalan zaman dahulu yang hingga saat ini masih
ada dan sering ada dipertunjukan. Beberapa contoh dari tarian tradisional di Indonesia
antara lain Tari Gambyong dari Jawa Tengah dan Tari Seudati dari Aceh.

Dongeng atau cerita rakyat


Dongeng atau cerita rakyat adalah cerita yang disampaikan secara turun-temurun dan
tidak diketahui pengarangnya. Cerita rakyat ini biasanya mengandung hikmah atau
pelajaran yang dapat diambil oleh masyarakat. Beberapa contoh dari cerita rakyat di
Indonesia antara lain Malinkundang dari Sumatera Barat dan Tangkuban Perahu dari
Jawa Barat.

Baca Juga : Uniknya Bandara Gibraltar, miliki Jalan Raya Ditengah Landasan Pacu

Lagu atau tembang daerah


Lagu atau tembang suatu daerah merupakan peninggalan sejarah yang masih
dilestarikan. Beberapa contoh dari lagu/ tembang di Indonesia antara lain Lagu Lir-ilir dari
Jawa Tengah dan Lagu Gending Sriwijaya dari Sumatera.

Seni pertunjukan
Dunia hiburan atau seni pertunjukan memang tidak akan pernah sirna di belahan bumi
Indonesia. Hal ini terbukti dari dahulu hingga sekarang masih banyak ditemui dunia
hiburan atau pertunjukan yang bersifat menghibur masyarakat. Perbedaan seni
pertunjukan yang dahulu dengan yang sekarang salah satunya dari media yang
digunakan. Beberapa contoh dari seni pertunjukan di Indonesia antara lain Wayang Kulit
dari Jawa Tengah dan Yogyakarta, Ogoh-ogoh dari Bali dan Wayang Golek dari Jawa
Barat.
5. Adat istiadat
Adat istiadat merupakan tradisi kepercayaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat
secara turun-temurun.

Acara Adat Ngaben merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia

Contoh upacara adat istiadat Antara lain adalah : upacara adat pembakaran mayat
(Ngaben) di Bali, Sekaten di Solo dan Yogyakarta, upacara adat pernikahan dan
sebagainya.

Tempat Bersejarah di Indonesia -


Selain kekayaan alam, apa yang bisa dibanggakan dari Indonesia? Yap Sejarahnya,
Negeri ini memiliki sejarah panjang mulai dari masa kejayaan dinasti di masa lampau
sampai perjuangan rakyat merebut kemerdekaan. Tak ada alasan untuk tidak
mengenal negeri sendiri dari sejarahnya, salah satu cara kita mengenal sejarah indonesia
adalah dengan berwisata ke tempat-tempat bersejarah tersebut.

Berwisata merupakan salah satu cara terbaik untuk Belajar Sejarah, dengan
Mengunjungi Tempat Bersejarah di Indonesia sobat secara tidak langsung juga belajar
mengenai sejarah indonesia karena salah satu cara mempelajari sejarah indonesia
adalah dengan mempelajarinya lewat peninggalan sejarahnya yang ada di berbagai kota
di Indonesia.

Berikut ini akan kami sajikan 15 tempat bersejarah di Indonesia versi MARKIJAR.Com
yang Wajib Kamu Ketahui maupun kamu kunjungi untuk lebih dekat dengan indonesia,
tempat-tempat ini mungkin bisa sobat jadikan pilihan tujuan wisata sobat maupun hanya
untuk mengenal atau menambah pengetahuan dan wawasan sobat tentang sejarah dari
tempat tersebut, berikut daftarnya :

1. Candi Borobudur (Magelang)


Borobudur merupakan sebuah candi Buddha yang terletak di Magelang, Jawa Tengah.
Lokasi candi kurang lebih 86 km di sebelah barat Surakarta, 100 km di sebelah barat daya
Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini
didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800an Masehi pada
masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur juga merupakan candi atau kuil
Buddha serta monumen Buddha terbesar di dunia.

Candi Borobudur

Dalam pembangunannya belum ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang
membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu pembangunannya diperkirakan
berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup
Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan
abad ke-8 dan ke-9. maka Borobudur diperkirakan dibangun sekitar tahun 800 masehi.
Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, yang merupakan masa
puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, dimana masa itu dipengaruhi
Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75
samapai 100 tahun dan benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja
Samaratungga pada tahun 825.

Hal yang unik dari candi borobudur adalah balok yang digunakan sebagai bahan utama
konstruksi bangunan terbuat dari abu vulkanik Gunung Merapi yang dibekukan.
Balok-balok ini kemudian disusun membentuk lebih dari 500 buah arca tanpa
menggunakan semen sama sekali. Luar biasa bukan, Tak hanya itu, candi ini juga penuh
dengan pahatan relief yang menceritakan perjalanan hidup Sang Buddha.

2. Candi Prambanan (Yogyakarta)


Candi Loro Jonggrang atau Candi Prambanan merupakan kompleks candi Hindu terbesar
di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk
Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Wishnu, Siwa dan Brahma. Menurut prasasti
Siwagrha nama asli kompleks candi Prambanan adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta
yang bermakna "Rumah Siwa"), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini
bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi
ini dewa Siwa lebih diutamakan.

Candi Prambanan

Prambanan merupakan candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah dibangun di
Jawa kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan ini diawali oleh Rakai Pikatan sebagai
tandingan candi Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak jauh dari
Prambanan. Beberapa sejarawan lama menduga bahwa pembangunan candi agung
Hindu ini untuk menandai kembali berkuasanya keluarga Sanjaya atas Jawa, hal ini
terkait teori wangsa kembar berbeda keyakinan yang saling bersaing. yaitu wangsa
Sailendra penganut Buddha dan wangsa Sanjaya penganut Hindu. Pastinya, dengan
dibangunnya candi ini menandai bahwa Hinduisme aliran Siwa kembali mendapat
dukungan keluarga kerajaan, setelah sebelumnya wangsa Sailendra cenderung lebih
mendukung Buddha aliran Mahayana. Hal ini menandai bahwa kerajaan Medang beralih
fokus dukungan keagamaanya, dari Buddha Mahayana ke pemujaan terhadap Siwa.

Candi Prambanan sendiri pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh
Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja
Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun
856 M, Dalam prasasti Siwagrha tertulis bahwa saat pembangunan candi Siwagrha
berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan
aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir
dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan. Sejarawan
menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok melengkung ke arah timur, dan
dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga erosi sungai bisa mengancam konstruksi
candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang
memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar
kompleks candi.

Candi Prambanan juga memiliki cerita rakyat yang melekat erat dengannya yaitu cerita
Roro Jonggrang. Dikisahkan bahwa candi induk yang ada merupakan wujud Roro
Jonggrang yang dikutuk oleh Bandung Bondowoso karena berusaha menggagalkan
upaya Bondowoso membangun seribu candi untuknya.

3. Lawang Sewu (Semarang)


Lawang Sewu merupakan gedung gedung bersejarah di Indonesia yang berlokasi di Kota
Semarang, Jawa Tengah. Gedung ini, dahulu yang merupakan kantor dari
Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan
selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda.
Lawang Sewu

Lawang Sewu dibangun pada 27 Februari 1904 dengan nama Het hoofdkantor van
de Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (yang digunakan untuk Kantor Pusat
NIS). pada mulanya kegiatan administrasi perkantoran dilakukan di Stasiun Semarang
Gudang (Samarang NIS), namun dengan berkembangnya jalur jaringan kereta yang
begitu pesat, mengakibatkan bertambahnya kebutuhan personil teknis dan tenaga
administrasi yang besar.

Baca Juga : 5 Macam Peninggalan Bersejarah di Indonesia yang Wajib Kita Ketahui

Pada akibatnya kantor NIS di stasiun Samarang NIS tidak lagi memadai. Berbagai solusi
dilakukan NIS antara lain menyewa beberapa bangunan milik perseorangan sebagai
solusi sementara. Apalagi letak stasiun Samarang NIS berada di dekat rawa sehingga
urusan sanitasi dan kesehatan pun menjadi pertimbangan penting. Maka, diusulkanlah
alternatif lain: yaitu membangun kantor administrasi di lokasi baru. kemudian dibangunlah
Lawang Sewu di ujung Bodjongweg Semarang (sekarang Jalan Pemuda).

4. Benteng Rotterdam (Makassar)


Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) atau Fort Rotterdam merupakan sebuah
benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai
sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Benteng ini dibangun pada tahun 1545
oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung
Tumapa'risi' kallonna. Pada mulanya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada
masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti
menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah
Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak
merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa,
bahwa penyu dapat hidup di laut maupun di darat. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa
yang berjaya di laut dan darat.
Benteng Rotterdam

Biasanya masyarakat Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng


Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. dalam sejarahnya
Kerajaan Gowa-Tallo menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya
menuntut Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat
Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang kamudian diganti
menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk
mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh
Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.

Saat ini, Benteng Rotterdam menjadi tempat wisata sejarah andalan kota Makassar. Di
dalamnya terdapat museum La Galigo yang berisi koleksi benda-benda peninggalan
Kerajaan Gowa-Tallo. Menariknya lagi, di sini terdapat sebuah ruangan yang dipercaya
sebagai tempat pengasingan Pangeran Diponegoro di masa perjuangan dahulu.

5. Benteng Vredeburg (Yogyakarta)


Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengan lahirnya Kasultanan
Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berrhasil menyelesaikan
perseteruan antara Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I kelak)
dengan Susuhunan Pakubuwono III adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu
ingin ikut campur urusan dalam negeri raja-raja Jawa waktu itu.
Benteng Vredeburg

Melihat kemajuan yang sangat pesat terhadap kraton yang didirikan oleh Sultan
Hamengku Buwono I, rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul. Pihak Belanda
mengusulkan kepada sultan agar diizinkan membangun sebuah benteng di dekat kraton.
Belanda dalih agar mereka dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi
dibalik dalih tersebut niatan Belanda yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan
dalam mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam kraton. Letak benteng
yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang menghadap ke
jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan
sebagai benteng strategi, penyerangan, intimidasi serta blokade terhadap kraton. Dapat
disimpulkan bahwa berdirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila
sewaktu-waktu Sultan memiliki keinginan untuk menentang Belanda.

Baca Juga : Sejarah Pembentukan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara

Besarnya kekuatan yang tersembunyi dibalik kontrak politik yang dilahirkan dalam setiap
perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi kekuatan yang sulit dilawan oleh
setiap pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda. Dalam hal ini termasuk pula Sri
Sultan Hamengku Buwono I. Oleh karena itu permohonan izin Belanda untuk
membangun benteng dikabulkan. Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang
sekarang (Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta), ditempat tersebut sebenarnya
Sultan HB I telah membangun sebuah benteng yang sangat sederhana berbentuk bujur
sangkar. Di keempat sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut seleka atau bastion.
Oleh sultan keempat sudut tersebut diberi nama Jayapurusa (sudut timur laut),
Jayawisesa (sudut barat laut), Jayaprayitna (sudut tenggara) dan Jayaprakosaningprang
(sudut barat daya).

6. Taman Sari (Yogyakarta)


Taman Sari adalah situs bekas taman atau kebun istana Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat, Taman sari dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I pada tahun
1758-1765. Awalnya, taman yang mendapat sebutan "The Fragrant Garden" ini memiliki
luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik berupa kolam pemandian,
gedung, jembatan gantung, danau buatan, pulau buatan, kanal air serta lorong bawah air.
Taman Sari yang digunakan secara efektif antara 1765-1812 ini pada mulanya
membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan.
Namun sekarang sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang
berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.
Taman Sari

Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang
didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan
menuju Imogiri. Sebagai pimpinan proyek pembangunan Taman Sari dipilih Tumenggung
Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Tumenggung
Prawirosentiko besrta seluruh rakyatnya. Di tengah pembangunan pimpinan proyek
diambil alih oleh Pangeran Notokusumo, setelah Mangundipuro mengundurkan diri.
Walaupun secara resmi sebagai kebun kerajaan, namun bebrapa bangunan yang ada
mengindikasikan Taman Sari juga berperan sebagai benteng pertahanan terakhir jika
istana diserang oleh musuh.

7. Istana Maimun (Medan)


Istana Maimun bisa disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran
Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna kuning yang merupakan warna kebesaran
kerajaan Melayu, istana Maimun merupakan salah satu ikon kota Medan, Sumatera Utara.
Didesain oleh arsitek Italia dan dibangun oleh Sultan Deli, Sultan Mahmud Al Rasyid.
Pembangunan istana ini dimulai dari 26 Agustus 1888 dan selesai pada 18 Mei
1891. Istana Maimun memiliki luas sebesar 2.772 m2 dan 30 ruangan. Istana Maimun
terdiri dari 2 lantai dan memiliki 3 bagian yaitu bangunan induk, bangunan sayap kiri dan
bangunan sayap kanan. Bangunan istana ini menghadap ke utara dan pada sisi depan
terdapat bangunan Masjid Al-Mashun atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid
Raya Medan.
Istana Maimun

Di istana ini juga terdapat meriam buntung yang memiliki legenda tersendiri. Orang
Medan menyebut meriam ini dengan sebutan Meriam Puntung. Kisah meriam puntung ini
memiliki kaitan dengan Putri Hijau. Diceritakan, di Kerajaan Timur Raya, hiduplah
seorang putri yang cantik jelita, bernama Putri Hijau. Ia disebut demikian, karena
tubuhnya memancarkan warna hijau. sang putri mempunyai dua orang saudara laki-laki,
yaitu Mambang Khayali dan Mambang Yasid. Suatu ketika, datanglah Raja Aceh
meminang Putri Hijau, namun, pinangan ini ditolak oleh kedua saudaranya.

Baca Juga : 16 Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia

Raja Aceh menjadi marah, lalu menyerang Kerajaan Timur Raya. Raja Aceh berhasil
mengalahkan Mambang Yasid. Saat tentara Aceh hendak masuk istana menculik Putri
Hijau, mendadak terjadi keajaiban, Mambang Khayali tiba-tiba berubah menjadi meriam
dan menembak membabi-buta tanpa henti. Karena terus-menerus menembakkan peluru
ke arah pasukan Aceh, maka meriam ini terpecah dua. Bagian belakang terlempar ke
Labuhan Deli sementara Bagian depannya ditemukan di daerah Surbakti, di dataran
tinggi Karo, dekat Kabanjahe, kemudian dipindahkan ke halaman Istana Maimun.

Istana Maimun menjadi tujuan wisata bukan hanya karena usianya yang tua, namun juga
desain interiornya yang unik, memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu,
dengan gaya Islam, Spanyol, India dan Italia. Namun sayang, tempat wisata ini tidak
bebas dari kawasan Pedagang kaki lima.

8. Asta Tinggi Sumenep (Madura)


Asta Tinggi adalah kawasan pemakaman khusus para Pembesar/Raja/Kerabat Raja
yang teletak di kawasan dataran tinggi bukit Kebon Agung Sumenep. Dalam Bahasa
Madura, Asta Tinggi disebut juga sebagai Asta Raja yang bermakna makam para
Pangradja (pembesar kerajaan) yang merupakan asta/makam para raja, anak keturunan
beserta kerabat-kerabatnya yang dibangun sekitar tahun 1750M. Kawasan Pemakaman
ini direncanakan awalnya oleh Panembahan Somala dan dilanjutkan pelaksanaanya oleh
Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I dan Panembahan Natakusuma II

Asta Tinggi Sumenep


Asta tinggi sendiri menurut arti Etimologi adalah makam yang tinggi. Itu berdasar dari
letak makam yang berada di puncak bukit dan penamaan Asta Tinggi sebenarnya hanya
untuk mempermudah penyebutan saja. Di Asta Tinggi sendiri bukan hanya terdapat
makam dari raja namun juga makam dari keluarga raja, sentana, dan punggawa sejak
abad XVI. Dari banyak sumber sejarah mengatakan bahwa Asta Tinggi memiliki nilai
kekeramatan yang tinggi. Meskipun dulu mempunyai mitos keangkeran dan daya mistis
yang tinggi sekarang hal tersebut seperti sudah lenyap karena sudah banyak orang yang
berziarah. Orang banyak berziarah kesini karena raja-raja sumenep juga dikenal karena
kewaliannya karena perduli terhadap perkembangan Islam di daerah Sumenep dan
sekitarnya.

9. Masjid Agung Palembang


Sejarah Masjid Agung Palembang diawalawi Saat terjadi perang antara masyarakat
Palembang dengan Belanda di tahun 1659 M, kala itu sebuah masjid terbakar. Masjid
tersebut merupakan masjid yang dibangun oleh Sultan Palembang kala itu, Ki Gede Ing
Suro, yang berlokasi di Keraton Kuto Gawang. Beberapa tahun kemudian, tepatnya di
tahun 1738 M, Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo membangun kembali masjid
tepat di lokasi berdirinya masjid yang terbakar. Pembangunan masjid yang baru
memakan waktu cukup lama, hingga pada 26 Mei 1748 atau pada 28 Jumadil Awal 1151
tahun hijriah, masjid tersebut baru diresmikan berdiri. Di awal pembangunannya, Masjid
Agung Palembang disebut oleh masyarakat Palembang dengan nama Masjid Sulton.
Nama tersebut merujuk pada pembangunan masjid yang diketuai dan dikelola secara
langsung oleh Sultan Mahmud Badaruddin Jaya Wikramo.

Masjid Agung Palembang

Sekarang Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I atau biasa disebut Masjid Agung
Palembang adalah sebuah masjid paling besar di Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Masjid ini dipengaruhi oleh 3 arsitektur yakni Indonesia, China dan Eropa. Bentuk
arsitektur Eropa terlihat dari pintu masuk di gedung baru masjid yang besar dan tinggi.
Sedangkan arsitektur China dilihat dari masjid utama yang atapnya seperti kelenteng.
Masjid ini dulunya adalah masjid terbesar di Indonesia selama beberapa tahun. Bentuk
masjid yang ada sekarang adalah hasil renovasi tahun 2000 dan selesai tahun 2003.
Megawati Soekarnoputri adalah orang yang meresmikan masjid raksasa Sumatera
Selatan modern ini.
10. Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak merupakan salah satu mesjid tertua yang ada di Indonesia. Masjid
ini terletak di Kampung Kauman, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Masjid Agung
Demak dipercayai pernah menjadi tempat berkumpulnya walisongo (para ulama
yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa). Pendiri masjid ini diperkirakan adalah
Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak sekitar abad ke-15 Masehi.

Masjid Agung Demak

Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan masjid yang karismatik ini dengan
memberi gambar serupa bulus. Ini merupakan candra sengkala memet, dengan arti
Sarira Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka. Gambar bulus terdiri atas
kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti angka 4 (empat), badan bulus berarti
angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). Dari simbol ini diperkirakan Masjid Agung
Demak berdiri pada tahun 1401 Saka. Masjid ini didirikan pada tanggal 1 Shofar.

Atap Masjid Agung Demak ditahan empat tiang kayu raksasa yang khusus dibuat empat
wali di antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, sebelah
barat daya buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang
sebelah timur laut merupakan sumbangan Sunan Kalijaga.

11. Masjid Menara Kudus


Masjid Menara Kudus disebut juga dengan Masjid Al Manar ("Mesjid Menara") adalah
masjid kuna yang dibangun oleh Sunan Kudus sejak tahun 1549 Masehi (956 Hijriah).
Lokasi saat ini berada di Desa Kauman, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Ada keunikan
dari masjid ini karena memiliki menara yang serupa bangunan candi serta pola arsitektur
yang memadukan konsep budaya Islam dengan budaya Hindu-Buddhis sehingga
menunjukkan terjadinya proses akulturasi dalam pengislaman Jawa.
Masjid Menara Kudus

Berdirinya Masjid Menara Kudus tidak terlepas dari peran Sunan Kudus sebagai
penggagas dan pendiri. Sebagaimana Walisongo yang lainnya, Sunan Kudus
menggunakan pendekatan kultural (budaya) dalam berdakwah. Ia mengadaptasi dan
melakukan pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat yang telah memiliki budaya
mapan dalam pengaruh agama Hindu dan Buddha. Akulturasi budaya Hindu dan Budha
dalam dakwah Islam yang dilakukan Sunan Kudus terlihat jelas pada arsitektur dan
konsep bangunan Masjid Menara Kudus.

Masjid ini mulai didirikan pada tahun 956 H atau 1549 M. Hal ini didasarkan pada inskripsi
berbahasa Arab yang tertulis pada prasasti batu berukuran lebar 30 cm dan panjang 46
cm yang terletak pada mihrab masjid. Peletakan batu pertama menggunakan batu dari
Baitul Maqdis di Palestina, oleh karena itu masjid ini kemudian dinamakan Masjid Al
Aqsha.

12. Masjid Raya Baiturrahman (Aceh)


Masjid Raya Baiturrahman merupakan sebuah masjid Kesultanan Aceh yang dibangun
oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam pada tahun 1022 H/1612 M. Pada masa
Kesultanan Aceh Darussalam, Selain Masjidil Haram di kota suci Makkah, Masjid Raya
Baiturrahman ini juga menjadi salah satu pusat pembelajaran agama Islam yang
dikunjungi oleh orang-orang yang ingin mempelajari Islam dari seluruh penjuru dunia.
Masjid Raya Baiturrahman

Pada tanggal 26 Maret 1873 Kerajaan Belanda mendeklarasikan perang kepada


Kesultanan Aceh, mereka mulai melepaskan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang
Citadel Van Antwerpen. Pada 5 April 1873, Belanda mendarat di Pante Ceureumen di
bawah pimpinan Johan Harmen Rudolf Kohler, dan langsung bisa menguasai Masjid
Raya Baiturrahman. Kohler saat itu membawa 3.198 pasukan. Namun peperangan
pertama ini dimenangkan oleh pihak Kesultanan Aceh, di mana dalam peristiwa tersebut
Jenderal Johan Harmen Rudolf Kohler tewas akibat ditembak dengan menggunakan
senapan oleh pasukan perang Kesultanan Aceh yang kemudian diabadikan tempat
tertembaknya pada sebuah monumen kecil di bawah Pohon Kelumpang yang berada di
dekat pintu masuk sebelah utara Masjid Raya Baiturrahman.

Saat Kerajaan Belanda menyerang Kesultanan Aceh pada agresi tentara Belanda kedua
pada Bulan Shafar 1290 Hijriah atau 10 April 1873 Masehi, Masjid Raya Baiturrahman
dibakar. Kemudian, pada tahun 1877 Belanda membangun kembali Masjid Raya
Baiturrahman untuk menarik perhatian serta meredam kemarahan Bangsa Aceh. Pada
saat itu Kesultanan Aceh masih berada di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Daud
Syah Johan Berdaulat yang merupakan Sultan Aceh yang terakhir.

13. Masjid Agung Banten


Masjid Agung Banten adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan
nilai sejarah. Setiap harinya masjid ini ramai dikunjungi para peziarah yang datang tidak
hanya dari Banten dan Jawa Barat, tapi juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Masjid
ini dikenali dari bentuk menaranya yang sangat mirip dengan bentuk sebuah bangunan
mercusuar, Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin
(1552-1570), sultan pertama dari Kesultanan Banten. Ia adalah putra pertama dari Sunan
Gunung Jati.
Masjid Agung Banten

Salah satu keistimewaan Masjid Agung Banten adalah masjid ini dibangun oleh tiga
orang arsitektur yang berbeda sehingga mempunyai ciri khas tiap-tiap arsitektur yang
membangunnya. Yang pertama adalah Raden Sepat, arsitek Majapahit yang juga
membangun beberapa masjid di nusantara. Yang kedua adalah arsitektur dari Tiongkok
yang bernama Cek Ban Su yang ikut ambil bagian dan memberikan pengaruh kuat pada
bentuk atap masjid yang bentuknya bersusun 5, mirip dengan pagoda Tiongkok pada
umumnya.

Baca Juga : 7 Penyebab Bau Mulut dan Cara Mengatasinya

Arsitek ketiga adalah Hendrik Lucaz Cardeel yang merupakan arsitek dari Belanda yang
kabur dari Batavia. Ia ikut turut andil dalam membangun Tiyamah serta Menara Masjid di
komplek Masjid Agung Banten. Tiyamah adalah bangunan bertingkat bergaya Belanda
kontemporer yang pada dahulu digunakan untuk pertemuan penting, namun sekarang
dialih fungsikan sebagai tempat museum benda peninggalan.

14. Gereja Blenduk (Semarang)


Gereja Blenduk adalah Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah yang dibangun oleh
masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada 1753, dengan bentuk heksagonal
(persegi delapan). Gereja Blenduk sesungguhnya bernama Gereja GPIB Immanuel,
di Jl. Letjend. Suprapto 32. Kubahnya besar, dilapisi perunggu, dan di dalamnya terdapat
sebuah orgel Barok. Arsitektur di dalamnya dibuat berdasarkan salib Yunani. Gereja ini
direnovasi pada 1894 oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan
kedua menara di depan gedung gereja ini. Nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat
setempat yang berarti kubah. Gereja ini hingga sekarang masih dipergunakan setiap hari
Minggu. Di sekitar gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan lain dari masa kolonial
Belanda.

Gereja Blenduk

Gereja yang dibangun pada 1753 ini merupakan salah satu landmark di Kota Lama
Semarang. Berbeda dari bangunan lain di Kota Lama yang pada umumnya memagari
jalan dan tidak menonjolkan bentuk, gedung yang bergaya Neo-Klasik ini justru tampil
kontras dan mudah dikenali.

15. Gereja Katedral (Jakarta)


Gereja Katedral merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang ada di Jakarta.
Sebelum diresmikan sebagai bangunan cagar budaya, Gereja Katedral mempunyai
sejarah yang panjang dalam pembangunannya. Pembangunan Gereja Katedral dimulai
ketika Paus Pius VII mengangkat pastor Nelissen sebagi prefek apostik Hindia
Belanda pada 1807. Saat itulah dimulai penyebaran misi dan pembangunan gereja katolik
di kawasan nusantara, termasuk di Jakarta.
Gereja Katedral

Gereja yang sekarang ini dirancang dan dimulai oleh Pastor Antonius Dijkmans dan
peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Pro-vikaris, Carolus Wenneker. Pekerjaan ini
kemudian dilanjutkan oleh Cuypers-Hulswit ketika Dijkmans tidak bisa melanjutkannya,
dan kemudian diresmikan dan diberkati pada 21 April 1901 oleh Mgr. Edmundus
Sybradus Luypen, S.J., Vikaris Apostolik Jakarta. Katedral yang kita kenal sekarang
sesungguhnya bukanlah gedung gereja yang asli di tempat itu, karena Katedral yang asli
diresmikan pada Februari 1810, namun pada 27 Juli 1826 gedung Gereja itu terbakar
bersama 180 rumah penduduk di sekitarnya. Lalu pada tanggal 31 Mei 1890 dalam cuaca
yang cerah, Gereja itu pun sempat roboh.

15 Tempat bersejarah diatas tadi dapat dipilih sebagai tujuan wisata sobat, atau kalau
sobat sudah pernah kesana minimal artikel ini dapat menambah wawasan sobat
mengenai sejarah dari tempat tersebut. dengan berkunjung (berwisata) ke tempat
bersejarah diatas sobat tak hanya sekedar berwisata untuk mendapatkan kesenangan
saja, tetapi juga bisa belajar sejarah dari tempat yang dikunjungi.
SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
Bangsa Indonesia adalah sekelompok masarakat indonesia yang bersatu atau
dipersatukan karna adanya persamaan sejarah dan nasip di masa lampau, serta
memiliki cita-cita maupun tujuan yang sama untuk kehidupan di masa yang akan
datang.

Menurut Surjomiharjdjo (1989) perjuangan bangsa untuk mencapai kemerdekaan di


Negara-negara asia yang pernah mengalami prosess penjajahan, pada
umumnya mencapai puncak pada pertengahan abad ke 20 yakin melalui proses
dekolonisasi antara tahun 1945-1955 negara-negara yang merdeka dalam periode
tersebut selain Indonesia adalah srilangka dan libanon (22 november 1943), pilipina
(4 juli 1946), yordania (22 Maret 1946), Pakistan dan India (15 agustus 1947),
miyanmar atau burma (4 januari 1948), Vietnam(20 juli 1954) dan srilangka (4 febuari
1948).

Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Sebelum Kemerdekaan

Masa Bangsa Portugis


Sebelum negara ini merdeka, Indonesia harus mencicipi kejamnya penjajahan oleh
beberapa negara asing. Diawali dari Portugis yang pertama kali datang ke Malaka
pada 1509. dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque Portugis dapat menguasai Malaka
pada 10 Agustus 1511. Setelah mendapatkan Malaka, portugis mulai bergerak
dari Madura sampai ke Ternate.

Ilustrasi masukknya portugis di indonesia

Sejatinya Bangsa Indonesia meluncurkan berbagai perlawanan kepada Portugis.


Salah satu perlawan yang terkenal ialah perlawan Fatahillah yang berasal dari
Demak di Sunda Kelapa (Jakarta). kala itu Fatahillah dapat menyapu bangsa
Portugis dan merebut kembali Sunda Kelapa. Kemudian oleh Fatahillah nama
Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta.

Masa Bangsa Spanyol


Keberhasilan Portugis mendorong bangsa Eropa yang lain untuk ikut mencari untung.
Kalau Portugis lebih memusatkan perhatian di Ternate, Spanyol lebih tertarik
bersekutu dengan Tidore. Terjadilah persaingan antara Portugis dan Spanyol di
kawasan Maluku. Spanyol kemudian membangun benteng di Tidore. Pembangunan
benteng ini semakin memperuncing persaingan persekutuan Portugis dan Ternate
dengan Spanyol dan Tidore. Akhirnya pada tahun 1527 terjadilah pertempuran antara
Ternate dengan bantuan Portugis melawan Tidore yang dibantu oleh Spanyol.
Benteng yang dibangun Spanyol di Tidore dapat direbut oleh persekutuan Ternate
dan Portugis.

Portugis dan Spanyol menyadari kerugian yang ditimbulkan akibat persaingan itu.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pada tahun 1534 keduanya menyepakati
diadakanlah Perjanjian Saragosa. Isi perjanjian itu antara lain:
1. Maluku menjadi daerah pengaruh dan kegiatan Portugis
2. Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan diri di Filipina
Perjanjian ini semakin mengokohkan kedudukan Portugis di Maluku. Dalam
melaksanakan monopoli perdagangan, Portugis juga memiliki ambisi untuk
menanamkan kekuasaan di Maluku. Itulah sebabnya, rakyat dan raja Ternate
kemudian menentang Portugis.

Masa Pemerintahan penjajah Belanda


Masuknya belanda ke indonesia juga sebagai akhir dari masa penjajahan bangsa
Portugis (Penjajahan Portugis Berakhir pada 1602). Cornelius de Houtman memimpin
Belanda masuk ke Indonesia melalui Banten. Pada tahun 1602 Belanda mendirikan
Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Banten karena ingin menguasai pasar
rempah-rempah di Indonesia. kemudian lantaran pasar di Banten mendapat saingan
dari pedagang inggris dan tionghoa maka kantor VOC pindah ke Sulawesi Selatan. Di
Sulawesi Selatan, VOC mendapat perlawanan dari Sultan Hasanuddin. Setelah
berpindah-pindah tempat, akhirnya sampailah VOC di Yogyakarta. Di Yogyakarta,
VOC menyepakati perjanjian Giyanti yang isinya ialah Belanda mengakui
mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwono 1. Perjanjian Giyanti juga membagi
kerajaan Mataram menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunan Surakarta.
kemudian pada tanggal 1 Januari 1800 VOC dibubarkan setelah Perancis
mengalahkan Belanda.

Logo VOC

Penjajahan Belanda tidak berhenti Semenjak VOC dibubarkan. Belanda kemudian


memilih Daendels sebagai gubernur jenderal hindia belanda. Saat masa Deandels,
rakyat Indonesia dipaksa untuk membuat jalan raya dari Anyer hingga Panarukan.
Namun masa pemerintahan Daendels berlangsung singkat yang kemudian diganti
Johannes van den Bosch. Johannes Van den Bosch menerapkan cultuur stelsel
(sistem tanam paksa). Dalam sistem tanam paksa, tiap desa wajib menyisihkan
sebagian tanahnya untuk ditanami komoditi ekspor seperti tebu, kopi, nila dll. Hasil
tanam paksa ini harus dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang telah
ditetapkan.

Masa Pemerintahan penjajah Jepang

Setelah 3,5 abad Belanda menjajah Indonesia, kemudian Jepang menggantikan


Penjajahan Belanda di Indonesia. kala itu melalui perjanjian Kalijati pada tanggal 8
maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada jepang. Masa pendudukan
Jepang dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada 17 agustus 1945. Saat
melakuakn penjajahan di NKRI Jepang membentuk beberapa organisasi. Organisasi
yang dibentuk Jepang antara lain ialah Putera, Heiho (pasukan Indonesia buatan
Jepang), PETA (Pembela Tanah Air), Jawa Hokokai (pengganti Putera).
Masa Pemerintahan penjajah Jepang
Pada awalnya, kedatangan pasukan Jepang disambut dengan ramah oleh bangsa
Indonesia. Namun dalam kenyataannya, Jepang tidak jauh berbeda dengan Belanda.

Pembentukan BPUPKI
1 Maret 1945 Jepang meyakinkan Indonesia tentang kemerdekaan dengan
membentuk Dokuritsu Junbi Tyosakai atau BPUPKI (Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia). kemudian pada 28 April 1945, Jenderal
Kumakichi Harada, Komandan Pasukan Jepang Jawa melantik anggota BPUPKI di
Gedung Cuo Sangi In, di Pejambon Jakarta (sekarang Gedung Kemlu). saat itu Ketua
BPUPKI yang ditunjuk Jepang adalah dr. Rajiman Wedyodiningrat dengan wakilnya
Icibangase (Jepang) serta Sekretaris R.P. Soeroso. Jml anggota BPUPKI saat itu
adalah 63 orang yang mewakili hampir seluruh wilayah di Indonesia.

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

Tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang dan untuk menindaklanjuti


BPUPKI, Jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau
Dokuritsu Junbi Iinkai. PPKI beranggotakan 21 orang yang mewakili seluruh lapisan
masyarakat Indonesia dipimpin oleh Ir. Sukarno, dengan wakilnya Drs. Moh. Hatta
serta penasihatnya Ahmad Subarjo. kemudian Tanggal 14 Agustus 1945 Jepang
menyerah karena kalah setelah bom atom dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki. Kala
itu Kondisi di Indonesia tidak menentu namun membuka peluang baik karena Jepang
menyatakan kalah perang namun Sekutu tidak ada. Inilah waktu yang tepat sebagai
klimaks tonggak-tonggak perjuangan berabad-abad untuk memnjadi bangsa yang
berdaulat. kemudian 3 hari setelah Jepang tak berdaya, yaitu tanggal 17 Agustus
1945, pukul 10.00 dinyatakan proklamasi kemerdekaan Indonesia keseluruh dunia.

Proklamasi kemerdekaan Negara Republik Indonesia merupakan jembatan emas,


sehingga mempunyai makna yang sangat penting bagi bangsa dan negara Indonesia.
Menurut Surjumiharjo (1989), gerakan ini merupakan peristiwa yang serempak di
berbagai belahan bumi, khususnya di Asia dan Afrika.

Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Setelah Kemerdekaan


Konflik Indonesia dan Belanda
Atas nama bangsa Indonesia Proklamasi Kemerdekaan telah dikumandangkan oleh
Bung Karno didampingi oleh Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Satu langkah
maju sudah ada pada genggaman bangsa Indonesia melalui Proklamasi
kemerdekaan tersebut. Sebagai negara yang baru memproklamasikan kemerdekaan,
Indonesia mendapat simpati dari bangsa-bangsa di dunia. Hal ini tampak dari adanya
pengakuan negara lain terhadap Proklamasi 17 Agustus 1945. Sebagai sebuah
negara merdeka, maka pada tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkan Undang-Undang
Dasar (UUD 1945) dan pemilihan Presiden yaitu Bung Karno dan Bung Hatta sebagai
Wakil Presiden.

Semula rakyat Indonesia menyambut dengan senang hati kedatangan Sekutu,


karena mereka mengumandangkan perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui
bahwa Netherlands Indies Civil Administration (NICA) di bawah pimpinan Van der
Plass dan Van Mook ikut di dalamnya,sikap rakyat Indonesia menjadi curiga dan
bermusuhan. NICA adalah organisasi yang didirIkan orang-orang Belanda yang
melarikan diri ke Australia setelah Belanda menyerah pada Jepang. Organisasi ini
semula didirikan dan berpusat di Australia.

Keadaan bertambah buruk karena NICA mempersenjatai kembali KNIL setelah


dilepas Oleh Sekutu dari tawanan Jepang. Adanya keinginan Belanda berkuasa di
Indonesia menimbulkan pertentangan, bahkan diman-mana terjadi pertempuran
melawan NICA dan Sekutu. Tugas yang diemban oleh Sekutu yang dalam hal ini
dilakukan oleh Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) ternyata memiliki
agenda yang terselubung. Kedatangan pasukan Sekutu justru diboncengi oleh NICA
yang tidak lain adalah orang-orang Belanda yang ketika Jepang dating melarikan diri
ke Australia dan membentuk kekuatan di sana. Mereka memiliki keinginan untuk
menghidupkan kembali Hindia Belanda. Dengan demikian sikap Indonesia yang
semula menerima kedatangan Sekutu menjadi penuh kecurigaan dan kemudian
berkembang menjadi permusuhan.

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya


Pertempuran Surabaya ialah peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Britania
Raya dengan tentara Indonesia. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November
1945 di Kota Surabaya. Pertempuran ini merupakan perang pertama pasukan
Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan
salah satu pertempuran terberat dan terbesar dalam sejarah Revolusi Nasional
Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia kepada
kolonialisme.

Tentara India Britania menembaki penembak runduk Indonesia di balik tank Indonesia yang
terguling dalam pertempuran di Surabaya, November 1945.

Pertempuran dasyat ini memakan waktu hampir satu bulan lamanya, sebelum seluruh
kota jatuh di tangan pihak Inggris. Peristiwa berdarah ini benar benar membuat
inggris merasa berperang dipasifik, medan perang Surabaya mendapat julukan
“neraka” bagi mereka karena kerugian yg disebabkan tidaklah sedikit, sekitar 1600
orang prajurit pengalaman mereka tewas di surabaya serta puluhan alat perang rusak
dan hancur diterjang badai semangat arek arek Surabaya.

Kejadian luar biasa heroik yg terjadi di kota Surabaya telah menggetarkan Bangsa
Indonesia, semangat juang, pantang menyerah dan bertarung sampai titik darah
penghabisan demi tegaknya kedaulatan dan kehormatan bangsa telah mereka
tunjukan dengan penuh kegigihan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang
menjadi korban ketika itu serta semangat membara yang membuat Inggris serasa
terpanggang di neraka telah membuat kota Surabaya kemudian dikenang sebagai
Kota Pahlawan dan tanggal 10 nopember diperingati setiap tahunnya sebagai hari
Pahlawan.

Pertempuran Ambarawa
Palagan Ambarawa adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadap Sekutu
yang terjadi di Ambarawa, sebelah selatan Semarang, Jawa Tengah. Peristiwa ini
dilatarbelakangi oleh mendaratnya pasukan Sekutu dari Divisi India ke-23 di
Semarang pada tanggal 20 oktober 1945. Pemerintah Indonesia memperkenankan
mereka untuk mengurus tawanan perang yang berada di penjara Ambarawa dan
Magelang.

Kedatangan pasukan Sekutu (Inggris) diikuti oleh pasukan NICA. Mereka


mempersenjatai para bekas tawanan perang Eropa, sehingga pada tanggal 26
Oktober 1945 terjadi insiden di Magelang yang kemudian terjadi pertempuran antara
pasukan TKR dengan pasukan Sekutu. Insiden berakhir setelah Presiden Soekarno
dan Brigadir Jenderal Bethell datang ke Magelang pada tanggal 2 November 1945.
Mereka mengadakan perundingan gencatan senjata dan memperoleh kata sepakat
yang dituangkan daLam 12 pasal. Naskah persetujuan itu berisi antara lain:
1. Pihak sekutu tetap akan menempatkan pasukannya di Magelang untuk
melindungi dan mengurus evakuasi APWI (Allied Prisoners War And Interneers
atau tawanan perang dan interniran sekutu). Jumlah pasukan sekutu dibatasi
sesuai dengan keperluan itu.
2. Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas
Indonesia dan Sekutu.
3. Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dan badan-badan yang ada di
bawahnya.

Medan Area
Mr. Teuku M. Hassan yang telah diangkat menjadi gubernur mulai membenahi
daerahnya. Tugas pertama yang dilakukan Gubernur Sumatera ini adalah
menegakkan kedaulatan dan membentuk Komite Nasional Indonesia untuk wilayah
Sumatera. Oleh karena itu, mulai dilakukan pembersihan terhadap tentara Jepang
dengan melucuti senjata dan menduduki gedung-gedung pemerintah. Pada tanggal 9
Oktober 1945, di Medan mendarat pasukan Serikat yang diboncengi oleh NICA. Para
Pemuda Indonesia dan Barisan Pemuda segera membentuk TKR di Medan.
Pertempuran pertama pecah tanggal 13 Oktober 1945 ketika lencana merah putih
diinjak-injak oleh tamu di sebuah hotel. Para pemuda kemudian menyerbu hotel
tersebut sehingga mengakibatkan 96 korban luka-luka. Para korban ternyata
sebagian orang-orang NICA. Bentrokan antar Serikat dan rakyat menjalar ke seluruh
kota Medan. Peristiwa kepahlawanan ini kemudian dikenal sebagai pertempuran
“Medan Area”.

Bandung Lautan Api


Istilah Bandung Lautan Api menunjukkan terbakarnya kota Bandung sebelah selatan
akibat politik bumi hangus yang diterapkan TKR. Peristiwa itu terjadi tanggal 23 Maret
1946 setelah ada ultimatum perintah pengosongan Bandung oleh Sekutu. Seperti di
kota-kota lainnya, di Bandung juga terjadi pelucutan senjata terhadap Jepang. Di
pihak lain, tentara Serikat menghendaki agar persenjataan yang telah dikuasai rakyat
Indonesia diserahkan kepada mereka. Para pejuang akhirnya meninggalkan
Bandung, tetapi terlebih dahulu membumihanguskan kota Bandung. Peristiwa tragis
ini kemudian dikenal sebagai peristiwa Bandung Lautan Api.

Tragedi Nasional (Masa Orde Lama)


Tragedi nasional adalah suatu rangkaian peristiwa yang menimpa bangsa Indonesia.
Tragedi ini tentu membawa akibat yang sangat merugikan dan menyengsarakan
rakyat Indonesia. Peristiwa-demi peristiwa terjadi pada bangsa Indonesia sekaligus
merupakan ancaman, tantangan dan hambatan. Peristiwa-peristiwa tersebut sangat
mengganggu upaya menata kembali bangsa Indonesia setelah mencapai
kemerdekaan.

Pemberontakan PKI Madiun 1948


Peristiwa Madiun tidak dapat dipisahkan dari pembentukn Fron Demokrasi Rakyat
(FDR) pada tanggal 28 Juni 1948. FDR adalah kumpulan beberapa partai seperti
partai Sosialis, Pesindo, partaiBuruh, PKI dan Sobsi. Peristiwa Madiun itu diawali dari
kota Solo yang dilakukan oleh para pengikut Muso dan Amir SyarifuddinPada tahun
1948 Muso kembali dari Rusia. Sekembalinya itu Muso bergabung dengan Partai
Komunis Indonesia. Ajaranyang diberikan pada para anggota PKI adalah mengadu
domba kesatuan nasional dengan menyebarkan teror. Pada tanggal 18 September
1948 di Madiun tokoh-tokoh PKI memproklamirkan berdirinya Republik Soviet
Indonesia. Orang-orang yang dianggap musuh politiknya dibunuh oleh PKI.

Dengan terjadinya peristiwa Madiun tersebut, pemerintah dengan segera mengambil


tindakan tegas. Pemberontakan Madiun itu dapat diatasi setelah pemerintah
mengangkat Gubernur Militer Kolonel Subroto yang wilayahnya meliputi Semarang,
Pati dan Madiun. Walaupun dalam menghancurkan kekuatan PKI dalam peristiwa
Madiun menelan banyak korban, namun tindakan itu demi mempertahankan
Kemerdekaan yang kita miliki. Ketika Belanda melakukan agresi terhadap Republik
Indonesia, PKI justru menikam dari belakang dengan melaukan pemberontakan yang
sekaligus dapat merepotkan pemerintah Republik.

Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan)


Usai pendudukan oleh Kekaisaran Jepang pada 1945, para pemimpin khususnya
yang berdomisili di Pulau Jawa menyatakan kemerdekaan Indonesia. Namun Tidak
semua suku dan wilayah di Indonesia langsung menerima dan bergabung dengan
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Kala itu banyak terjadi pemberontakan
dan Pemberontakan pribumi pertama yang terorganisasi muncul di Maluku Selatan
dengan bantuan Belanda, pemberontakan tersebut biasa disebut Pemberontakan
RMS (Republik Maluku Selatan).

Gerakan 30 September 1965 (G.30 S / PKI)


Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI), Gestapu
(Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah
peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober
1965 di saat tujuh perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya
dibunuh dalam suatu usaha percobaan kudeta.

Monumen Pancasila Sakti

Gerakan G 30 S PKI sendiri terjadi pada tanggal 30-September-1965 tepatnya saat


malam hari. Insiden G 30 S PKI sendiri masih menjadi perdebatan kalangan
akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif yang melatar belakanginya.
Akan tetapi kelompok reliji terbesar saat itu dan otoritas militer menyebarkan kabar
bahwa insiden tersebut merupakan ulah PKI yang bertujuan untuk mengubah unsur
Pancasila menjadi ideologi komunis.

Sedangkan Menurut versi Orde Baru gerakan ini dilakukan oleh sekelompok pasukan
yang diketahui sebagai pasukan Cakrabirawa, yaitu pasukan pengawal presiden
yang melakukan aksi pembunuhan dan penculikan kepada Enam (6) jenderal senior
TNI AD (Angkatan Darat).
4 MASA PENJAJAHAN NEGARA ASING
DI INDONESIA
Bangsa Indonesia merupakan sekelompok masarakat indonesia yang bersatu atau
dipersatukan karna persamaan sejarah dan nasip di masa lampau, serta mempunyai
cita-cita maupun tujuan yang sama untuk kehidupan di masa yang akan datang.

Menurut Surjomiharjdjo (1989) perjuangan bangsa untuk mencapai kemerdekaan di


Negara-negara asia yang pernah mengalami prosess penjajahan, pada umumnya
mencapai kemerdekaanya pada pertengahan abad ke 20 yakni melalui proses
dekolonisasi antara tahun 1945-1955, negara-negara yang merdeka dalam periode
tersebut selain Indonesia ialah libanon (22 november 1943), pilipina (4 juli 1946),
yordania (22 Maret 1946), India dan Pakistan (15 agustus 1947), miyanmar atau
burma (4 januari 1948), Vietnam (20 juli 1954) dan srilangka (4 febuari 1948).

Penjajahan di Indonesia sangatlah lama terjadi sebelum bangsa Indonesia dapat


sepenuhnya merdeka, bahkan sebelumnya indonesia di jajah oleh beberapa negara,
salah satunya dijajah oleh bangsa Portugis, bukan hanya Portugis yang menjajah
namun juga bangsa eropa lain seperti Spanyol, mari kita menengok ke belakang
bagaimana kejadian penjajahan di indonesia sehingga salah satu negara asia
tenggara ini mampu mencapai kemerdekaan. Untuk menjelaskan mengenai Sejarah
Perjuangan Bangsa Indonesia dalam mengatasi penjajahan, berikut akan kami
paparkan dalam pembagian waktunya:

1. Masa Penjajahan Portugis


Sebelum negara ini merdeka, Indonesia harus mencicipi kejamnya penjajahan oleh
beberapa negara asing. Diawali dari Portugis yang pertama kali datang ke Malaka
pada 1509. Dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque Portugis dapat menguasai Malaka
pada 10 Agustus 1511. Setelah mendapatkan Malaka, portugis mulai bergerak dari
Madura sampai ke Ternate.

Ilustrasi masukknya portugis di indonesia

Alfonso de Albuquerque arsitek utama ekspansi portugis ke Asia, bangsa ini


merupakan bangsa Eropa pertama yang tiba di Nusantara, dan mencoba
mendominasi sumber-sumber rempah-rempah berharga dan berusaha menyebarkan
Katolik Roma.
Pada awalnya bangsa Portugis mendirikan koalisi dan perjanjian damai pada tahun
1512 dengan Kerajaan Sunda di Parahyangan, namun perjanjian koalisi tersebut
gagal akibat sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh sejumlah pemerintahan Islam
di Jawa, seperti Demak dan Banten.

Bangsa Portugis mengalihkan perhatiannya ke Kepulauan Maluku, yang terdiri atas


berbagai kumpulan negara yang awalnya berperang satu sama lain. Melalui
penaklukan militer dan persekutuan dengan penguasa setempat, Portugis mendirikan
pos, benteng, dan misi perdagangan di Indonesia Timur, termasuk Pulau Ternate,
Ambon, dan Solor, berikut Periode Kejayaan dan pendudukan Portugis di Nusantara:
 Pada 1511-1526, Nusantara menjadi pelabuhan maritim penting bagi Bangsa
Portugis, yang secara rutin menjadi rute maritim untuk menuju
Pulau Maluku, Jawa, Sumatera dan Banda.
 Pada 1511 Portugis meaklukkan Kerajaan Malaka.
 Pada 1512 Portugis menjalin Hubungan dengan Kerajaan Sunda untuk
menandatangani perjanjian dagang. Perjanjian dagang ini kemudian
diimplementasikan pada tanggal 21 Agustus 1522 dalam bentuk dokumen kontrak.
Pada hari yang sama dibangun juga sebuah prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian
Portugal-Sunda. Dengan perjanjian ini maka Portugis dibolehkan membangun
benteng dan gudang di Sunda Kelapa.
 Pada 1512 juga Afonso de Albuquerque mengirim Franscisco Serrao
serta Antonio Albreu untuk memimpin armadanya mencari jalan ke tempat asal
rempah-rempah di Maluku. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing di
bawah pimpinan Franscisco Serrao serta Antonio Albreu, mendarat di Kepulauan
Penyu dan Kepulauan Banda. Setelah mereka menjalin persahabatan dengan
penduduk dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate,
Portugis mendapat izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli. Namun hubungan
dagang rempah-rempah ini tidak berjalan lama, sebab Portugis menerapkan sistem
monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen. Pertemanan Portugis dan
Ternate berakhir pada tahun 1570. Peperangan dengan Sultan Babullah berlangsung
selama 5 tahun (1570-1575), membuat Portugis harus menyingkir dari Ternate dan
terusir ke Tidore dan Ambon. Kemudian Perlawanan rakyat Maluku akan Portugis
digunakan Belanda untuk menjejakkan kakinya di Maluku.
 Pada 1605, Belanda berhasil membuat Portugis menyerahkan pertahanannya
di Tidore kepada Cornelisz Sebastiansz dan di Ambon kepada Steven van der Hagen.
Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda.
Sejak itu Belanda dapat menguasai sebagian besar wilayah Maluku. Kedudukan
Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada 1602, kemudian sejak
itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku.

Sejatinya Bangsa Indonesia meluncurkan berbagai perlawanan kepada Portugis.


Salah satu perlawan yang terkenal ialah perlawan Fatahillah yang berasal dari
Demak di Sunda Kelapa (Jakarta). kala itu Fatahillah dapat menyapu bangsa Portugis
dan merebut kembali Sunda Kelapa. Kemudian oleh Fatahillah nama Sunda Kelapa
diganti menjadi Jayakarta, berikut beberapa perlawanan rakyat nusantara terhadap
Portugis:

Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis


Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk
mengusir Portugis di Maluku hal itu karena rakyat maluku merasa dirugikan oleh
Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha
monopoli perdagangan rempah-rempah. Pada 1570, Sultan Hairun memimpin rakyat
Ternate menjalankan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun berkat kelicikan
Portugis Sultan Hairun akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede.
Selanjutnya perlawanan dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Portugis
kemudian dapat diusir dari maluku dan kemudian bermukim di Pulau Timor.

Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis


Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh pernah menyerang
bangsa Portugis di Malaka pada tahun 1615 dan 1629.

Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis


Pada 1511, dipimpin oleh Albuquerque armada Portugis menyerang Kerajaan Malaka.
Saat itu perlawanan rakyat terhadap kolonial Portugis di Malaka mengalami
kegagalan sebab kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat dari Rakyat Malaka.
Pada 1527, pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah berhasil menguasai Sunda
Kelapa, Banten dan Cirebon. kala itu Portugis dapat ditumpas oleh Fatahillah dan
kemudian Fatahillah merubah nama Sunda Kelapa jadi Jayakarta yang memiliki
makna kemenangan besar.

Perlawanan Rakyat Minahasa terhadap Portugis


Perjuangan perlawanan Rakyat Perserikatan Minahasa melawan Portugis telah
berlangsung dari tahun 1512-1560, dengan gabungan perserikatan suku-suku di
Minahasa maka mereka dapat mengusir Portugis.

2. Masa Penjajahan Spanyol


Tibanya portugis di Indonesia membuat bangsa eropa lain bergerak mencari
keuntungan. Keberhasilan Portugis mendorong bangsa Eropa yang lain untuk ikut
mencari untung. Seandainya Portugis lebih memusatkan perhatian di Ternate,
Spanyol lebih tertarik bersekutu dengan Tidore. Kemudian persaingan pun terjadi di
daerah Maluku.

Ilustrasi masukknya spanyol di indonesia

Sepanyol memilih untuk membangun benteng di tidore. Pembangunan benteng


membuat persaingan semakin memanas. Dan pada tahun 1527 terjadilah
pertempuran antara Ternate dengan bantuan Portugis melawan Tidore yang
dibantu oleh Spanyol. Benteng yang dibangun Spanyol di Tidore dapat dirampas
oleh persekutuan Portugis dan Ternate. Dan pada tahun 1534 spanyol dan portugis
menyepakati diadakan perjanjian saragosa, diadakannya perjanjian saragosa karena
kedua belah pihak menyadari dampak negatif yang ditimbukan sangat besar akibat
persaingan itu. isi perjanjian itu antara lain:
1. Maluku menjadi daerah portugis untuk berkegiatan
2. Spanyol harus meninggalkan portugis dan memusatkan diri di Filipina
Perjanjian ini semakin mengokohkan kedudukan Portugis di Maluku. Dalam
melaksanakan monopoli perdagangan, Portugis juga memiliki ambisi untuk
menanamkan kekuasaan di Maluku. Itulah sebabnya, rakyat dan raja Ternate
kemudian menentang penuh kebijakan Portugis tersebut.

3. Masa Penjajahan Belanda


Portugis mengakhirkan penjajahan di indonesia tahun 1602 setelah bangsa
Belanda masuk ke Indonesia. Di bawah kepemimpinan Cornelius de Houtman
Belanda berhasil masuk ke Indonesia melalui Banten. Bangsa belanda berkeinginan
untuk mendapatkan dan menguasai pasar rempah-rempah di indonesia dengan
mendirikan VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) yang bertempat di Banten
pada tahun 1602. Karena pada waktu itu pasar di Banten sadang mengalami
persaingan perdagangan Inggris dan Tionghoa, oleh karna itulah VOC dipindahkan
ke Sulawesi Selatan. namun Di Sulawesi Selatan VOC mendapat perlawanan Sultan
Hasanuddin. Beberapa kali berpindah tempat kemudian VOC akhirnya mendapatkan
tempat di Yogyakarta. Di kota Jendral Sudirman tersebut, Di Yogyakarta, VOC
menyepakati perjanjian Giyanti yang isinya adalah Belanda mengakui
mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwono 1. Perjanjian Giyanti juga
membagi kerajaan Mataram menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunan
Surakarta. kemudian pada tanggal 1 Januari 1800 VOC dibubarkan setelah Perancis
mengalahkan Belanda.

Logo VOC

Penjajahan Belanda tidak berhenti Semenjak VOC dibubarkan. Belanda kemudian


memilih Daendels sebagai gubernur jenderal hindia belanda. Saat masa Deandels,
rakyat Indonesia dipaksa untuk membuat jalan raya dari Anyer hingga
Panarukan. Namun masa pemerintahan Daendels berlangsung singkat yang
kemudian diganti Johannes van den Bosch. Johannes Van den Bosch menerapkan
cultuur stelsel (sistem tanam paksa). Dalam sistem tanam paksa, tiap desa wajib
menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami komoditi ekspor seperti tebu, kopi,
nila dll. Hasil tanam paksa ini harus dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga
yang telah ditetapkan.

Pada 1905 muncul gerakan nasionalis yang pertama, yaitu Serikat Dagang Islam
yang kemudian diikuti oleh munculnya gerakan Budi Utomo. Belanda merespon
gerakan tersebut dengan memenjarakan banyak dari mereka dengan alasan kegiatan
politis, termasuk Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno pernah dipenjarakan.

Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Hindia Belanda mengumumkan keadaan siaga
dan pada bulan Juli Belanda mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Britania dan
Amerika Serikat. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan
persediaan bahan bakar pesawat tempur jepang gagal di Juni 1941, kemudian pada
bulan Desember 1941 Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara.
Penjajahan Belanda terhadap Indonesia berakhir secara keseluruhan saat
Pemerintah Jepang melakukan penyerangan. Tanggal 27 Februari 1942 tentara
Jepang berhasil mengalahkan armada gabungan dari Negara Inggris, Amerika,
Australia dan Belanda. Kemudian, di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi
Imamura, tentara Jepang mulai menginjakkan kaki ke Pulau Jawa. Di sana
Letnan Jenderal Hitoshi Imamura mengancam akan menyerang Belanda apabila
tidak segera menyerah. Pada akhirnya setelah mengalami kekalahan terus menerus
dari Jepang, Tjarda van Starkenborgh Stachouwer selaku Jenderal Hindia
Belanda menyerah dan ditangkap oleh jepang. Hal ini menjadi tanda berakhirnya
sejarah penjajahan Belanda di Indonesia sekaligus pertanda dimulainya masa
penjajahan Jepang di Indonesia.

4. Masa Penjajahan Jepang


Pada akhirnya, setelah 350 tahun Kolonial Belanda menguasai Indonesia, Belanda
akhirnya menyerah tanpa syarat terhadap Jepang melalui perjanjian Kalijati pada
tanggal 8 Maret 1942. Masaa kependudukan Jepang dimulai pada tahun 1942 dan
berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada masa penjajahan negeri sakura
tersebut, mereka (Jepang) membentuk beberapa organisasi diantaranya PETA
(Pembela Tanah Air), Heiho (pasukan indonesia buatan Jepang), dan Jawa
Hokokai (pengganti Putera).

Masa Penjajahan Jepang di Indonesia


Pada awalnya, kedatangan pasukan Jepang disambut dengan ramah oleh bangsa
Indonesia. Namun dalam kenyataannya, Jepang tidak jauh berbeda dengan Belanda.

Pada Juli 1942, Soekarno mendapat tawaran dari Jepang untuk mengadakan
kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang dapat memberikan jawaban
terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, para Kyai dan Mohammad Hatta
memperoleh penghormatan dari Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi,
pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat lah beragam, tergantung di
mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah
yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, penahanan
sembarang, terlibat perbudakan seks, hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya.
Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran
kekejaman dalam penguasaan Jepang.

Pada 1 Maret 1945 Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia). kemudian pada 28 April 1945, Jenderal Kumakichi Harada,
Komandan Pasukan Jepang Jawa melantik anggota BPUPKI di Gedung Cuo Sangi In,
di Pejambon Jakarta (sekarang Gedung Kemlu). saat itu Ketua BPUPKI yang ditunjuk
Jepang adalah dr. Rajiman Wedyodiningrat dengan wakilnya Icibangase (Jepang)
serta Sekretaris R.P. Soeroso. Jml anggota BPUPKI kala itu ialah 63 orang yang
mewakili hampir semua wilayah di Indonesia.
PERISTIWA MENJELANG PROKLAMASI
KEMERDEKAAN 17 AGUSTUS 1945
Sebagian dari kita tentu sudah mengetahui bahwa pada 6 Agustus 1945 Amerika
Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima. dan 9 Agustus 1945 bom
atom juga dijatuhkan di kota Nagasaki. Kedua bom atom tersebut mengakibatkan
korban jiwa yang sangat besar dan hancur nya berbagai infrastruktur sipil dan militer
Jepang, kala itu pemerintah Jepang benar-benar dalam kesulitan. Akhirnya, pada 14
Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Berikut akan kita kupas tuntas mengenai peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan
indonesia, Peristiwa peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan, Peristiwa
peristiwa Saat Proklamasi Kemerdekaan, peristiwa sebelum proklamasi, peristiwa
sekitar proklamasi kemerdekaan.

4 Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan


Adapun peristiwa-peristiwa yang terjadi menjelang Proklamasi Kemerdekaan adalah:
1. Jepang menyerah kepada Sekutu
a. Dalam Sidang Istimewa Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang)
Pada Sidang Istimewa Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang) ke-85 pada 7 September
1944 di Tokyo, Perdana Menteri Koiso mengumumkan bahwa daerah Hindia
Timur (Indonesia) diperkenankan untuk merdeka kelak di kemudian hari. Hal
tersebut disebabkan semakin terdesaknya Angkatan Perang Jepang oleh pasukan
Amerika, terlebih dengan jatuhnya Kepulauan Saipan ke tangan Amerika Serikat.

b. Pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai


Pada 1 Maret 1945, Letnan Jenderal Kumakici Harada mengumumkan pembentukan
Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Panitia Kemerdekaan.
Tindakan ini merupakan langkah konkret pertama bagi pelaksanaan janji Koiso. Dr.
Radjiman Wediodiningrat terpilih sebagai Kaico atau ketua.

c. Pembentukan Dokuritsu Junbi Linkai


Pada 7 Agustus 1945, Panglima Tentara Umum Selatan Jenderal Terauchi
meresmikan pembentukan Dokuritsu Junbi Linkai atau Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada saat ini pula, Dokuritsu Junbi Cosakai
dinyatakan bubar. dan Bung Karno terpilih sebagai ketua serta Bung Hatta sebagai
wakil ketua.
Awan jamur bom atom di langit Hiroshima (kiri) dan Nagasaki (kanan)

d. Bom Atom di kota Nagasaki dan Hiroshima


Pada tanggal 6 Agustus 1945, tepatnya jam 08.15 pagi kota Hiroshim telah di
jatuhi Bom atom oleh tentara sekutu. Lebih dari 70.000 orang penduduk kota
Hiroshima telah menjadi korban bom atom tersebut. kemudian Pada tanggal 9
Agustus 1945 bom atom yang kedua kembali dijatuhkan oleh Amerika Serikat di
kota Nagasaki. Dan akibat ledakan tersebut lebih dari 75.000 orang penduduk
Jepang di Nagasaki menjadi korban.

e. Berita Jepang akan memberikan Kemerdekaan kepada Indonesia


Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat
(Vietnam) memberikan informasi kepada tokoh pergerakan yang diundang,
yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan dr. Radjiman Wediodiningrat bahwa
pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Bangsa
Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilakukan pada tanggal 24
Agustus 1945, Pelaksanaannya akan dilakukan oleh PPKI.

f. Desakan Sutan Syahrir agar Ir. Soekarno segera memproklamasikan


kemerdekaan
Dua hari berselang, saat Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan dr. Radjiman
Wediodiningrat kembali ke tanah air dari Dalat (Vietnam), Sutan Syahrir mendesak
agar Bung Karno dapat secepatnya memproklamasikan kemerdekaan karena
menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, sebab
Jepang telah menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam
kubu nasionalis, antara yang pro dan kontra terhadap Jepang.

Soekarno belum merasa yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan
seandainya dilakukan proklamasi kemerdekaan saat itu, hal tersebut dapat
menyebabkan pertumpahan darah yang luas, dan dapat berakibat fatal jika para
pejuang Indonesia belum siap. Soekarno kemudian memberitahu Hatta bahwa
Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu merupakan
hak PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Sementara itu Syahrir
menganggap PPKI ialah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh
PPKI hanya merupakan "hadiah" dari Jepang

g. Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS Missouri.


Setelah peristiwa jatuhnya Bom Atom di kota Nagasaki dan Hiroshima pada tanggal 6
dan 9 Agustus 1945 yang mengakibatkan hancurnya militer jepang, Pada 14
Agustus 1945 Jepang menyerah secara resmi kepada Sekutu diatas kapal USS
Missouri. Saat itu tentara jepang masih menguasai Indonesia sebab Jepang berjanji
akan mengembalikan Indonesia ke tangan Sekutu.

2. Peristiwa Rengasdengklok
Sutan Sjahrir, Chaerul Saleh, Darwis dan Wikana mendengar kabar
menyerahnya Jepang kepada sekutu melalui radio BBC. Setelah mendengar
berita Jepang bertekuk lutut kepada sekutu, golongan muda mendesak golongan
tua untuk secepatnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun
tokoh golongan tua seperti Soekarno dan Hatta tidak ingin terburu-buru mereka
tetap menginginkan proklamasi dilaksanakan sesuai mekanisme PPKI. Alasannya
kekuasaan Jepang di Indonesia belum diambil alih hal tersebut membuat mereka
khawatir akan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi.

Tetapi, golongan muda, seperti Sukarni dan Tan Malaka menginginkan


proklamasi kemerdekaan dilaksanakan secepat cepatnya. Para pemuda
mendesak agar Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan secepatnya.
Alasan mereka adalah Indonesia dalam keadaan kekosongan kekuasaan (vakum).
Negosiasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. namun Golongan muda tidak
menyetujui rapat tersebut, mengingat PPKI merupakan sebuah badan yang dibentuk
oleh Jepang. Dan mereka lebih menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa
indonesia sendiri, bukan pemberian dari Jepang. Perbedaan pendapat antara
golongan muda dan golongan tua inilah yang menjadi latar belakang terjadinya
peristiwa Rengasdengklok.

a. Golongan Muda
Menanggapi sikap konservatif golongan tua, golongan muda yang diwakili oleh para
anggota PETA dan mahasiswa merasa kecewa. Mereka tidak setuju terhadap sikap
golongan tua dan menganggap bahwa PPKI merupakan bentukan Jepang. Sehingga
mereka menolak seandainya proklamasi dilaksanakan melalui mekanisme PPKI.
Sebaliknya, mereka menghendaki terlaksananya proklamasi kemerdekaan dengan
kekuatan sendiri, tanpa pengaruh dari Jepang. Sutan Syahrir termasuk tokoh
pertama yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia.

Sikap golongan muda secara resmi diputuskan dalam rapat yang diselenggarakan di
Pegangsaan Timur Jakarta pada 15 Agustus 1945. Hadir dalam rapat ini Djohar Nur,
Chairul Saleh, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana dan
Armansyah. Rapat yang diketuai Chairul Saleh ini menyepakati bahwa
kemerdekaan Indonesia merupakan hak dan masalah rakyat Indonesia sendiri,
bukan menggantungkan kepada pihak lain.

Keputusan rapat kemudian disampaikan oleh Darwis dan Wikana pada


Soekarno dan Hatta di Pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Mereka mendesak
agar Proklamasi Kemerdekaan segera dikumandangkan pada 16 Agustus 1945.
Jika tidak diumumkan pada tanggal tersebut, golongan pemuda menyatakan bahwa
akan terjadi pertumpahan darah. Namun, Soekarno tetap bersikap keras pada
pendiriannya bahwa proklamasi harus dilaksanakan melalui PPKI. Oleh sebab
itu, PPKI harus segera menyelenggarakan rapat. Pro kontra yang mencapai titik
puncak inilah yang telah mengantarkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok.
b. Golongan Tua
Mereka yang dicap sebagai golongan tua adalah para anggota PPKI yang diwakili
oleh Soekarno dan Hatta. Soekarno dan Hatta adalah kelompok konservatif yang
menghendaki pelaksanaan proklamasi harus melalui PPKI sesuai dengan
prosedur maklumat Jepang pada 24 Agustus 1945. Alasan mereka adalah
meskipun Jepang telah kalah, kekuatan militernya di Indonesia harus diperhitungkan
demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Kembalinya Tentara Belanda ke
Indonesia dianggap lebih berbahaya daripada sekedar masalah waktu pelaksanaan
proklamasi itu sendiri.

c. Golongan Muda Membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok


Pada tanggal 15 Agustus sekitar pukul 22.30 malam, utusan golongan muda
yang terdiri dari Wikana, Darwis telah menghadap Karno di Jalan Pegangsaan
Timur No. 56, Jakarta. Wikana pun penyampaikan tuntutan agar Bung Karno
segera mengumumkan Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada esok hari,
yakni pada tanggal 16 Agustus 1945. Bung Karno pun menolak tuntutan itu, dan
lebih menginginkan betemu dan bermusyawarah terlebih dahulu dengan anggota
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) lainnya. karena bung karno
menginginkan kemerdekaan Indonesia harus di capai tanpa pertumpahan darah.

Mendengar penolakan Bung Karno itu, maka Wikana pun mengancam bahwa
pada esok hari akan terjadi pertumpahan darah yang dahsyat dan pembunuhan
secara besar-besaran. Hal tersebut pun membuat suasana menjadi tegang
antara Bung Karno dan Pemuda, yang di saksikan langsung oleh Bung Hatta,
Mr. Ahmad Subardjo, Dr. Buntara, dan Mr. Iwa Kusumasumantri.

Di tengah suasana pro dan kontra, golongan muda memutuskan untuk membawa
Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Pilihan ini diambil berdasarkan
kesepakatan rapat terakhir golongan pemuda pada 16 Agustus 1945 di Asrama
Baperpi, Cikini, Jakarta. Maksudan dan tujuan para pemuda membawa kedua
pemimpin tersebut adalah agar Bung Karno dan Bung Hatta segera mengumumkan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan secepatnya serta menjauhkan Bung
Karno dan Bung Hatta dari pengaruh Jepang.

Sementara itu di Jakarta, terjadi dialog antara golongan tua yang diwakili Ahmad
Subardjo dan golongan muda yang diwakili oleh Wikana, setelah terjadi dialog
dan ditemui kata sepakat agar Proklamasi Kemerdekaan harus dilakukan di
Jakarta dan diumumkan pada 17 Agustus 1945. Golongan muda kemudian
mengutus Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Subardjo ke Rengasdengklok
dalam rangka menjemput kembali Bung Karno dan Bung Hatta.

Hal tersebut berjalan mulus lantaran Ahmad Subardjo memberi jaminan pada
golongan muda bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada 17 Agustus
1945 selambat-lambatnya pukul 12.00. Dengan jaminan itu, Cudanco Subeno
(Komandan Kompi PETA Rengasdengklok) mau melepaskan Soekarno dan Hatta
untuk kembali ke Jakarta dalam rangka mempersiapkan kelengkapan untuk
melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan.

Dan sekitar pukul 23.00 rombongan tiba di rumah kediaman Bung Karno di jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, untuk menurunkan Ibu Fatmawati (istri Bung
Karno), yang kala itu ikut di bawa ke Rengasdengklok. Dan pada malam itu juga,
sekitar pukul 02.00 pagi, Bung Karno memimpin rapat PPKI di rumah
Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. Rapat itu
terutama membahas tentang Persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

3. Perumusan Teks Proklamasi


Peristiwa Rengasdengklok telah mengubah jalan pikiran Bung Karno dan Bung Hatta.
Mereka telah menyetujui bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus segera
dikumandangkan. Kemudian diadakanlah rapat yang membahas Persiapan
Proklamasi Kemerdekaan di rumah Laksamana Maeda, dipilihnya rumah
Laksamana Maeda karena tempat tersebut dianggap tempat yang aman dari
ancaman tindakan militer Jepang karena Maeda adalah Kepala Kantor
Penghubung Angkatan Laut Jepang dan Maeda juga merupakan kawan baik Mr.
Ahmad Subardjo.

Di kediaman Maeda itulah rumusan teks proklamasi disusun. Hadir dalam pertemuan
itu Sukarni, Mbah Diro, dan B.M.Diah dari golongan muda yang menyaksikan
perumusan teks proklamasi. Semula golongan muda menyodorkan teks proklamasi
yang keras nadanya dan karena itu rapat tidak menyetujui.

Teks Naskah Proklamasi tulisan Ir Soekarno yang ditempatkan di Monumen Nasional

Kemudian berdasarkan pembicaraan antara Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo,


diperoleh rumusan teks proklamasi yang ditulis tangan oleh Soekarno yang berbunyi:

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal
jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara
seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17-8-05
Wakil2 bangsa Indonesia

Setelah teks proklamasi selesai disusun, muncul permasalahan tentang siapa yang
harus menandatangani teks tersebut. Kemudian Bung Hatta berpendapat agar teks
proklamasi itu ditandatangani oleh semua yang hadir sebagai wakil bangsa
Indonesia. Namun, dari golongan muda Sukarni mengajukan usul bahwa teks
proklamasi tidak perlu ditandatangani oleh semua yang hadir, akan tetapi
cukup oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia dan
Soekarno yang nantinya membacakan teks proklamasi tersebut.

Usul tersebut didasari bahwa Soekarno dan Hatta merupakan dwitunggal yang
pengaruhnya cukup besar di mata rakyat Indonesia. Usul Sukarni kemudian diterima
dan Soekarno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi
tersebut, disertai dengan perubahan-perubahan yang sebelumnya telah
disepakati bersama. Perumusan teks proklamasi sampai dengan
penandatanganannya sendiri baru ter selesaikan pada 04.00 WIB (pagi hari),
pada tanggal 17 Agustus 1945

Teks Naskah Proklamasi hasil ketikan Mohamad Ibnu Sayuti Melik yang ditempatkan di Monumen
Nasional

Dalam naskah yang diketik oleh Sayuti Melik Terdapat tiga perubahan pada naskah
tersebut dari yang semula berupa tulisan tangan Soekarno, Perubahan-perubahan itu
adalah sebagai berikut.
1. Kata "tempoh" diubah menjadi "tempo".
2. Konsep "wakil-wakil bangsa Indonesia" diubah menjadi "atas nama
bangsa Indonesia".
3. Tulisan "Djakarta 17-08-'05", diubah menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8
Tahoen '05".
4. Setelah selesai diketik, naskah teks proklamasi tersebut ditandatangani
oleh Soekarno-Hatta, dengan bunyi berikut ini.

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara
seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 Tahoen 鈥?5


Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno - Hatta

4. Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan


Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada
tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jumat) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta
(yang sekarang menjadi jalan Proklamasi). Sejak pagi telah dilakukan persiapan di
tempat tersebut (rumah Ir. Soekarno), untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.

Bendera Indonesia dikibarkan pada proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945

Banyak tokoh pergerakan nasional beserta rakyat berkumpul di tempat itu. Mereka
ingin menyaksikan pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sesuai
kesepakatan yang diambil di rumah Laksamana Maeda, para tokoh Indonesia
menjelang pukul 10.30 waktu Jawa (zaman Jepang) atau 10.00 WIB telah hadir
di rumah Ir. Soekarno. Mereka hadir untuk menjadi saksi pembacaan teks
Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Acara yang disusun dalam upacara di kediaman Ir. Soekarno (jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta) tersebut, antara lain sebagai berikut:
1. Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
2. Pengibaran bendera Merah Putih.
3. Sambutan Wali Kota Suwiryo dan dr. Muwardi.

Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol. Latief


Hendraningrat memberi aba-aba siap kepada seluruh barisan pemuda. Semua
yang hadir berdiri tegak dengan sikap sempurna.
Suasana menjadi sangat hening ketika Bung Karno dan Bung Hatta dipersilakan maju
beberapa langkah dari tempatnya semula. Dengan suaranya yang mantap, Bung
Karno dan didampingi Bung Hatta membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia setelah sebelumnya mengucapkan pidato singkat.

Setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan berakhir maka dilanjutkan dengan


upacara pengibaran bendera Merah Putih. Bendera Sang Saka Merah Putih itu
dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno. saat itu Suhud bertugas mengambil
bendera dari atas baki (nampan) yang telah disediakan dan mengibarkannya
dengan bantuan Shodanco Latief Hendraningrat.

Kemudian Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan hadirin yang datang bersama-sama
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera dinaikkan perlahan-lahan menyesuaikan
syair lagu Indonesia Raya.
14 PERTEMPURAN DALAM
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
INDONESIA
Berikut 14 pertempuran yang harus dihadapi rakyat indonesia dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia:

1. Insiden bendera di Surabaya


Pada tanggal 31 Agustus 1945 Presiden Soekarno mengeluarkan maklumat
yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Merah
Putih dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia, gerakan pengibaran bendera
tersebut makin meluas ke seluruh wilayah indonesia khususnya kota Surabaya.

Insiden ini bermula Pada Tanggal 18 September 1945 ketika Sekutu dan
Belanda dari AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) bersama-sama
dengan rombongan Intercross (Palang Merah Internasional) mendarat di
Surabaya. Rombongan Sekutu toleh administrasi Jepang di Surabaya ditempatkan di
Hotel Yamato sedangkan rombongan Intercross ditempatkan di Gedung Setan.

Pengibaran bendera Indonesia setelah bendera belanda berhasil disobek warna birunya di hotel
Yamato

Kemudian Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman


pada malam hari tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul 21.00,
mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah
RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara.
Para pemuda Surabaya keesokan harinya melihatnya dan menjadi marah karena
mereka menilai Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, dan melecehkan
gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.

Dengan gagah berani, arek-arek Surabaya menyerbu Hotel Yamato untuk


menurunkan bebdera Belanda. setelah sampai di bawah, bendera Belanda
(Merah-Putih-Biru) dirobek yang warna birunya kemudian dikibarkan kembali sebagai
bendera Indonesia (Merah-Putih). Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 19
September 1945, untuk mengenang peristiwa itu, kini di depan Hotel Yamato di
bangun monumen perjuangan. Dalam peristiwa tersebut Mr. W.V.Ch.
Ploegman tewas tercekik oleh Sidik kemudian Sudirman dan Hariyono berhasil
masuk lobi hotel yang kemudian naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera
Belanda.
2. Pertempuran Rakyat Makassar
Pada bulan Desember 1946, Belanda mengirimkan pasukan ke Makassar di bawah
pimpinan Kapten Raymond Westerling. Pasukan Westerling bertindak
kejam. pasukan Belanda Depot Speciale Troepen pimpinan Westerling. banyak
melakukan pembunuhan dan pembantaian terhadap rakyat Makassar, Peristiwa
ini terjadi pada Desember 1946-Februari 1947 selama operasi militer Counter
Insurgency (penumpasan pemberontakan).

Raymond Westerling

Akibat banyaknya pembantaian oleh Westerling, terjadi perlawanan rakyat Makassar


kepada Belanda. Perlawanan di pimpin oleh Wolter Monginsidi. Akan tetapi,
Wolter Monginsidi berhasil ditangkap Belanda dan kemudian dijatuhi hukuman mati.

3. Pertempuran lima hari di Semarang


Hingga bulan Oktober 1945, pasukan Jepang masih tetap berada di Kota Semarang.
Mereka juga masih melancarkan serangan terhadap beberapa kubu TKR (Tentara
Keamanan Rakyat) yang bertujuan untuk membebaskan orang-orang Jepang yang
masih dalam penahanan.

Sementara itu, tersiar kabar bahwa Jepang meracuni sumber air minum di wilayah
Candi Semarang. Oleh sebab itu, Dr. Karyadi memeriksa sumber air yang
diracuni oleh Jepang tersebut. Pada saat itu, ia menjabat kepala Laboratorium
Pusat Rumah Sakit Rakyat (Pusara) di Semarang. Namun naas, ia kemudian
dibunuh tentara Jepang. Terbunuhnya dr. Kariadi ini menyulut kemarahan pemuda.
Akibatnya, terjadi pertempuran di Simpang Lima, Tugu Muda dan sekitarnya.

Kurang lebih 2000 pasukan Jepang yang dikomandoi oleh Mayor Kido
berhadapan dengan TKR dan para pemuda. Pertempuran ini berlangsung
selama 5 hari, 15 - 19 Oktober 1945. Berhenti setelah adanya gencatan senjata.
namun Peristiwa ini memakan banyak korban dari kedua belah pihak. Dr. Karyadi
yang menjadi salah satu korban namanya kemudian diabadikan menjadi nama salah
satu Rumah sakit di kota Semarang. Untuk memperingati peristiwa tersebut maka
pemerintah membangun sebuah tugu yang diberi nama Tugu Muda.
4. Pertempuran di Surabaya
Pada Tanggal 25 Oktober 1945, dibawah pimpinan Brigadir Jendral Mallaby Brigade
49 Inggris mendarat di Surabaya, Kedatangan Mallaby disambut oleh R.M.T.A. Suryo
(Gubernur Jawa Timur). kala itu mereka bertugas untuk melucuti serdadu Jepang
serta membebaskan para interniran

Sebenarnya saat mendarat di Surabaya inggris terlebih dahulu telah membuat


kesepakatan dengan R.M.T.A. Suryo (Gubernur Jawa Timur) sehingga para tentara
inggris di ijinkan memasuki Surabaya, berikut isi kesepakatannya:
 Inggris berjanji bahwa tidak terdapat angkatan perang Belanda di antara
tentara Inggris.
 Disetujui kerja sama antara kedua belah pihak untuk menjamin ketenteraman
dan keamanan.
 Akan segera dibentuk Biro Kontak (Contact Bureau) agar kerja sama dapat
terlaksana sebaik-baiknya.
 dan Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang.
Namun ternyata pada pelaksanaannya, Inggris tidak menepati janjinya dan Inggris
justru berniat menguasai Surabaya.

Pada tanggal 27 Oktober 1945 pasukan Inggris membuat kegaduhan di surabaya


mereka menyebarkan pamflet yang berisi perintah, agar rakyat Surabaya dan Jawa
Timur menyerahkan senjata hasil rampasan dari Jepang. Dengan kejadian tersebut
maka pihak Indonesia menginstruksikan kepada semua rakyat surabaya untuk siap
siaga penuh menghadapi segala kemungkinan yang dapat terjadi. Akhirnya kontak
senjata pecah antara pemuda Surabaya dan tentara Inggris. Semua pemuda di
seluruh kota menyerang Inggris dengan segala kemampuan. Pada Tanggal 28-31
Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di Surabaya. Ketika terdesak, tentara
Sekutu mengusulkan perdamaian.

Tentara India Britania menembaki penembak runduk Indonesia di balik tank Indonesia yang
terguling dalam pertempuran di Surabaya, November 1945.

Tentara Sekutu menghubungi Presiden Soekarno untuk menyelamatkan pasukan


Inggris agar tidak mengalami kekalahan total, Kemudian Presiden Soekarno serta
Jenderal Mallaby melakukan perundingan. Pertemuan itu menghasilkan dua
kesepakatan, yaitu keberadaan RI diakui oleh Inggris dan penghentian kontak
senjata.
Namun Gencatan senjata tidak dihormati Sekutu. Dalam sebuah insiden yang belum
pernah terungkap secara jelas, Brigjen Mallaby ditemukan meninggal. Kemudian
Letnan Jendral Christison Panglima Sekutu di Indonesia, meminta kepada
pemerintah Indonesia menyerahkan orang-orang yang dicurigai membunuh
Jendral Mallaby. Permintaan tersebut diikuti ultimatum dari Mayor Jendral
Mansergh. Isi ultimatum tersebut adalah: "Sekutu memerintahkan rakyat Surabaya
menyerahkan senjatanya. Penyerahan paling lambat tanggal 9 November 1945 pukul
18.00 WIB. Apabila ultimatum tersebut tidak dilaksanakan, Kota Surabaya akan
diserang dari darat, laut, dan udara".

Ultimatum tersebut ditolak oleh para pemimpin dan rakyat Surabaya, kemudian Pada
Tanggal 10 November 1945 pukul 06.00, tentara Sekutu menggempur Surabaya
dari darat, laut maupun udara. Di bawah pimpinan Gubernur Suryo dan Sutomo
(Bung Tomo) rakyat Surabaya tidak mau menyerahkan sejengkal tanah pun
kepada tentara Sekutu. Dalam pertempuran yang tidak seimbang, Bung Tomo terus
mengangkat semangat rakyat agar terus maju, pantang mundur. Dengan pekik Allahu
Akbar, Bung Tomo membakar semangat rakyat. Dalam pertempuran yang
berlangsung sampai awal Desember itu gugur ribuan pejuang Indonesia. kemudiam
Pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.

5. Pertempuran Medan Area


Pada tanggal 9 Oktober 1945, pasukan Sekutu yang diboncengi serdadu
Belanda dan NICA di bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat
di kota Medan. Awalnya kedatangan mereka disambut oleh tokoh dan masyarakat di
Sumatera Utara. Akan tetapi, tindakan tentara Sekutu menyakitkan rakyat. Mereka
membebaskan para tahanan Belanda dan dibentuk Medan Batalyon KNIL.

Pada tanggal 13 Oktober 1945, terjadi peristiwa di hotel yang ada di Jalan Bali.
Medan. Seorang oknum penghuni hotel menginjak-injak lencana merah putih.
Akibatnya, hotel itu disderang oleh para pemuda kita sehingga timbul banyak korban.
Peristiwa ini menjadi awal terjadinya Pertempuran Medan Area. Untuk menghadapi
segala kemungkinan, TKR dan berbagai badan perjuangan telah membentuk
kesatuan perjuangan Kesatuan perjuangan itu adalah Barisan Pemuda Indonesia di
bawah pimpinan Achmad Taheer. Ternayata bentrokkan terus meluas dan terjadi di
berbagai daerah. Perkembangan ini oleh Sekutu dipandang sudah sangat
membahayakan. Oleh karena itu, pada tanggal 18 Oktober 1945. Sekutu
mengeluarkan ultimatum agar rakyat menyerahkan semua senjata kepada Sekutu.
Sudah tentu rakyat begitu saja memenuhi tuntutan Sekutu.

Pada tanggal 10 Desember 1945 tentara Sekutu melancarkan serangan militer


besar-besaran, yang dilengkapi dengan pesawat tempur canggih. Seluruh daerah
Medan dijadikan sasaran serangan, rakyat pun melukukan perlawanan sekuat tenaga.
Sekutu berusaha mendesak para pejuang kita, bahkan, Sekutu sejak tanggal 1
Desember 1945 memasang batas-batas penudukannya. Batas itu berupa papan
yang diberi tulisan Fixed Boundaries Medan Area (batas resmi wilayah Medan)
disudut-sudut kota. Sekutu dan tentara NICA mengusir dan menindas orang-orang
Republik yang masih berada di Kota Medan. Bahkan, di bulan April 1946, Sekutu dan
NICA berhasil mendesak beberapa pimpinan Republik keluar kota. Gubernur, wali
kota, dan Markas TRI pindah ke Pematangsiantar. Namun para penjuang kita
pantang mundur. Perlawaman dengan berbagai bentuk terus dilakukan.
6. Pertempuran di Ambarawa
Pertempuran ini diawali dengan kedatangan tentara Inggris di bawah pimpinan
Brigjen Bethel di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 untuk membebaskan
tentara Sekutu. Setelah itu menuju Magelang, karena Sekutu diboncengi oleh NICA
dan membebaskan para tawanan Belanda secara sepihak maka terjadilah
perlawanan dari TKR dan para pemuda.

Pasukan Inggris akhirnya terdesak mundur ke Ambarawa. Gerakan tentara Sekutu


yang mundur ke ambarawa berhasil ditahan di desa Jambu berkat bantuan dari
batalyon Polisi Istimewa di bawah pimpinan Onie Sastroatmodjo, resimen kedua yang
dipimpin M. Sarbini, dan batalyon dari Yogyakarta.

Pada pertempuran di desa Jambu tanggal 26 November 1945, Letkol Isdiman


(Komandan Resimen Banyumas) tewas sebagai pejuang bangsa. Lalu Kolonel
Soedirman (Panglima Divisi di Purwokerto) langsung naik mengambil alih pimpinan
dan pada tanggal 15 Desember 1945 tentara Indonesia berhasil memukul
mundur Sekutu sampai Semarang. Karena jasanya maka pada tanggal 18
Desember 1945 Kolonel Sudirman diangkat menjadi Panglima Besar TKR dan
berpangkat Jendral. Sampai sekarang setiap tanggal 15 Desember diperingati
sebagai hari Infantri.

7. Pertempuran di Jakarta
Menjelang berakhirnya tahun 1945 situasi keamanan ibukota Jakarta (saat itu
masih disebut Batavia) makin memburuk dengan terjadinya saling serang antara
kelompok pro-kemerdekaan dan kelompok pro-Belanda. Ketua Komisi Nasional
Jakarta, Mr. Mohammad Roem mendapat serangan fisik. Demikian pula, Perdana
Menteri Syahrir dan Menteri Penerangan Mr. Amir Sjarifuddin juga nyaris dibunuh
simpatisan Belanda (NICA)

Keadaan di Jakarta pun menjadi sulit dikendalikan dan kacau. Tentara Belanda
semakin merajalela. Pendaratan pasukan marinir Belanda di Tanjung Priok pada
30 Desember 1945 menambah keadaan semakin mencekam.

Karena itu pada tanggal 1 Januari 1946 Presiden Soekarno memberikan perintah
rahasia kepada Balai Yasa Manggarai untuk segera menyiapkan rangkaian
kereta api demi menyelamatkan para petinggi negara. Pada tanggal 3 Januari
1946 diputuskan bahwa Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta beserta
beberapa menteri/staf dan keluarganya meninggalkan Jakarta dan pindah ke
Yogyakarta, kemudian pada pukul 07.00 Preseiden dan Rombongannya tiba di
Stasiun Yogyakarta kemudian ibukota Republik Indonesia pun turut pindah ke
Yogyakarta (Lihat: 30 Tahun Indonesia Merdeka. 1945-1949: hlm. 79).

8. Peristiwa Merah Putih di Manado (Minahasa)


Berita proklamasi sampai juga di Tanah Minahasa atau Manado di Sulawesi Utara.
Seperti di daerah lain, rakyat Minahasa melakukan aksi peluncutan senjata dan
pengoperan kekuasaan dari tangan Jepang. Aksi terjadi pada tanggal 22
Agustus 1945. Gerakan rakyat Minahasa ini diprakarsai oleh Dewan Minahasa
yang dipimpin oleh Palengkahu.
Aksi dilakukan dengan menurunkan bendera-bendera Jepang dan mengibarkan
bendera Merah Putih di kantor-kantor. Hal itu telah membanggakan dan memberi
semangat serta kegembiraan rakyat Minahasa. Akan tetapi, pada awal September
1945, tentara Sekutu yang diwakili tentara Australia mendarat di Minahasa.
Kedatangan mereka diikuti oleh tentara NICA. NICA dengan segera melancarkan
aksinya untuk menegakkan kembali kekuatannya. Sekutu dan NICA kemudian
mengeluarkan perintah larangan pengibaran bendera Merah Putih.

Rakyat tidak menghiraukan larangan tersebut. Dengan semboyan "hidup atau mati",
rakyat Minahasa tetap akan mempertahankan berkibarnya Sang Saka Merah Putih di
Tanah Minahasa. Akhirnya, bentrokkan dan pertempuran antara rakyat Minahasa
melawan tentara Sekutu dan NICA tidak dapat dihindarkan.

Kemudian Rakyat Sulawesi Utara membentuk Pasukan Pemuda Indonesia (PPI)


untuk melakukan perlawanan terhadap NICA. dan Pada tanggal 14 Februari 1946,
para pejuang PPI menyerbu markas NICA di Teling. Pejuang PPI berhasil
membebaskan pimpinan PPI yang sebelumnya di tahan belanda dan menyandra
komandan NICA dengan pasukannya. Kemudian para pejuang merobek bendera
Belanda (merah-putih-biru) dan merubahnya menjadi bendera Indonesia
(merah-putih).

Bendera tersebut kemudian dikibarkan di markas Belanda di Teling. Oleh sebab itu
peristiwa itu dikenal dengan nama peristiwa merah putih di Minahasa (Manado). sejak
saat itu Para pejuang berhasil mengusir NICA dari tanah Sulawesi Utara.

9. Bandung lautan api


Pada bulan Oktober 1945, tentara Sekutu memasuki Kota Bandung. Ketika itu
para pejuang Bandung sedang melakukan pemindahan kekuasaan dan merebut
senjata dan peralatan dari tentara Jepang. Tanggal 21 November 1945, tentara
Sekutu membacakan ultimatum pertama, agar kota Bandung bagian utara
selambat-lambatnya pada tanggal 29 November 1945 dikosongkan oleh pihak
Indonesia dengan alasan demi keamanan. Namun para pejuang Republik
Indonesia tidak memperdulikan ultimatum tersebut. Akibatnya sering terjadi insiden
antara tentara Sekutu dengan pejuang Indonesia.

Monumen Bandung lautan api

Tanggal 23 Maret 1946 tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum kedua. Mereka


menuntut agar semua masyarakat dan para pejuang TRI (Tentara Republik
Indonesia) mengosongkan kota Bandung bagian selatan. sejak 24 Januari 1946,
TKR telah berubah namanya menjadi TRI. Demi keselamatan rakyat dan
pertimbangan politik, pemerintah Republik Indonesia Pusat memerintahkan TRI dan
para pejuang lainnya mundur dan mengosongkan Bandung Selatan.

Tokoh-tokoh pejuang, seperti Aruji Kartawinata, Suryadarma, dan Kolonel


Abdul Harris Nasution yang menjadi Panglima TRI waktu itu segera
bermusyawarah. Mereka sepakat untuk mematuhi perintah dari Pemerintah
Pusat. Namun, mereka tidak mau menyerahkan kota Bandung bagian selatan
itu secara utuh kepada musuh. Rakyat diungsikan ke luar kota Bandung.

Sebelum meninggalkan kota Bandung Para pejuang melancarkan serangan umum ke


arah markas besar Sekutu dan berhasil membumi-hanguskan kota Bandung. Dalam
waktu tujuh jam kota Bandung menjadi kota yang berkobar, setiap warga
membakar rumah mereka, tidak kurang dari 200.000 rumah warga bandung
dibakar dan mengungsikan diri ke bandung bagian selatan, yang berupa
daratan tinggi dan pegunungan. Pembakaran tersebut bertujuan untuk
menghentikan dan mencegah tentara sekutu dan tentara NICA yang ingin
memanfaatkan kota Bandung sebagai markas militer. Peristiwa ini terjadi pada
tanggal 23 Maret 1946 dan terkenal dengan sebutan Bandung Lautan Api.

10. Pertempuran Margarana


Seperti daerah lainnya, rakyat Bali juga berusaha sekuat tenaga untuk
mempertahankan kemerdekaan dan merebut kekuasaan dari Jepang. Untuk itu,
letkol I Gusti Ngurah Rai sebagai salah seorang pimpinan di Bali pergi ke
Yogyakarta untuk melakukan konsultasi ke Markas Besar TRI.

Saat Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai sedang berada di Yogyakarta untuk
berkonsultasi dengan markas tertinggi TRI mengenai pembinaan Resimen Sunda
Kecil dan cara-cara menghadapi Belanda, Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1946
Belanda mendaratkan kira-kira 2000 tentara di Bali. Karena akibat perundingan
Linggarjati, daerah kekuasaan de facto Republik Indonesia yang diakui hanya
terdiri dari Sumatera, Madura dan Jawa. ini berarti Bali tidak diakui sebagai bagian
dari wilayah Indonesia.

Ternyata sejak Maret 1946, Belanda sudah menduduki beberapa tempat di Bali.
Kemudian I Gusti Ngurah Rai kembali ke Bali untuk melakukan perlawanan terhadap
Belanda. Ngurah Rai mendapat bantuan dari TRI - Laut dengan pimpinan Kapten
Markadi. Dalam perjalanan menyeberangi Selat Bali telah terjadi pertempuran laut
antara pasukan Ngurah Rai dengan patroli Belanda. Pertempuran juga terjadi di
Cekik dekat Gilimanuk, Bali.

Setelah berhasil melaksanakan Operasi Lintas Laut. I Gusti Ngurah Rai di Markas
TRI Sunda Kecil segera memperkuat pasukannya. I Gusti Ngurah Rai segera
membentuk Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia Sunda Kecil. Beberapa tokohn ya
di samping I Gusti Ngurah Rai adalah I Gusti Putu Wisnu dan Subroto Aryo Mataram.

Pada saat itu, Indonesia telah menyepakati Perundingan Linggarjati, oleh karena itu
Belanda terus berusaha menduduki daerah Bali. Kebetulan juga dalam naskah
kesepakatan Perundingan Linggarjati disebutkan bahwa Belanda hanya mengakui
secara de facto, wilayah RI yang terdiri atas Jawa, Sumatra dan Madura, Ngurah Rai
terus berjuang untuk mengusir Belanda dari tanah Bali. Pada tanggal 18 November
1946, tentara Ngurah Rai (Pasukan Cing Wanara) mulai menyerang Tabanan
dan berhasil. Belanda segera mengerahkan kekuatannya dari Bali dan Lombok.

Melihat dua kekuatan yang tidak seimbang pasukan Ngurah Rai kemudian
melakukan Perang Puputan (Pertempuran habis-habisan). Pertempuran dimulai
pada tanggal 20 November 1946 di Margarana sebelah utara Tabanan. Dalam
pertempuran tersebut Ngurah Rai gugur sebagai pejuang bangsa pada tanggal 29
November 1946,

11. Pertempuran lima hari di Palembang


Pasukan Sekutu mendarat di Palembang pada tanggal 12 Oktober 1945.
Pasukan ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Carmichael. Bersama pasukan Sekutu
ikut pula aparat NICA. Mereka diizinkan oleh pemerintah untuk mendiami daerah
Talang Semut. Akan tetapi, mereka tidak mengindahkan peraturan itu dan akhirnya
Insiden dengan pemuda meletus ketika mereka menggeledah rumah-rumah
penduduk untuk mencari senjata.

Tindakan Sekutu yang sangat menyinggung perasaan rakyat dengan melakukan


penggeledehan rumah penduduk yang bertujuan untuk mencari senjata hasil
rampasan dari pihak Jepang. Justru mengakibatkan terjadi insiden bersenjata pada
1 Januari 1946. Saat itu tentara Sekutu dengan menggunakan pesawat dan kapal
laut membombardir kota Palembang. namun Para pejuang terus mengadakan
perlawanan dan hasil dari pertempuran ini Seperlima bagian kota Palembang hancur.
kemudian Pada tanggal 6 Januari 1947 dicapai persetujuan gencatan senjata
antara Belanda dan Pemerintah Republik Indonesia di Palembang.

12. Agresi Militer Belanda I


Perselisihan pandangan akibat beda penafsiran ketentuan-ketentuan dalam
persetujuan Linggarjati makin memanas. Belanda berusaha untuk menyelesaikan
"masalah Indonesia" dengan cepat. Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda
mengirimkan nota kepada pemerintah Republik Indonesia. Nota itu berupa
ultimatum yang harus dijawab dalam waktu 14 hari. Isi nota itu adalah:
 Membentuk pemerintahan ad interim bersama.
 Republik Indonesia harus mengirimkan beras untuk rakyat di daerah-daerah
yang diduduki Belanda.
 Mengeluarkan uang bersama dan mendirikan lembaga devisa bersama.
 Menyelenggarakan pemilikan bersama atas impor dan ekspor.
 Menyelenggarakan ketertiban dan keamanan bersama, termasuk di daerah
Republik Indonesia yang memerlukan bantuan Belanda (gendarmerie bersama).
Perdana Menteri Syahrir menolak gendarmerie bersama. Kemudian, Sebagai
pemimpin kabinet berikutnya Amir Syarifuddin kembali memberikan jawaban yang
pada dasarnya sama dengan Syahrir.

Pada tanggal 15 Juli 1947, Belanda kembali mengirim nota. Belanda tetap
menuntut gendarmerie bersama dan Dalam waktu 32 jam Republik Indonesia harus
memberi jawaban atas nota tersebut. kemudian Pada tanggal 17 Juli 1947,
Pemerintah Republik Indonesia memberi jawaban yang disampaikan Amir
Syarifuddin lewat RRI Yogyakarta. Jawaban itu ditolak Belanda. dan Pada
tanggal 20 Juli 1947, van Mook mengumumkan bahwa pihak Belanda tidak mau
berunding lagi dengan Indonesia.
Kemudian Tanggal 21 Juli 1947, Belanda menyerang wilayah Republik Indonesia.
Tindakan ini melanggar Perjanjian Linggajati. Belanda berhasil merebut
sebagian Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Akibatnya wilayah
kekuasaan Republik Indonesia semakin kecil. Serangan militer Belanda ini dikenal
sebagai Agresi Militer Belanda I.

Peristiwa tersebut menimbulkan protes dari negara-negara tetangga dan dunia


internasional. Wakil-wakil dari India dan Australia mengusulkan kepada PBB
(Perserikatan Bangsa-bangsa) agar mengadakan sidang untuk membicarakan
masalah penyerangan Belanda ke wilayah Republik Indonesia.

13. Agresi Militer Belanda II


Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan serangan atas wilayah
Republik Indonesia. Ibu kota Republik Indonesia waktu itu, Yogyakarta, diserang
Belanda. Belanda dengan seluruh kekuatan melakukan Agresi Militer II dengan
menyerbu Yogyakarta. dan Lapangan terbang Maguwo dapat dikuasai Belanda
dengan cepat.

Dalam waktu cepat pula Yogyakarta dapat dikuasai Belanda. Para pimpinan RI
ditangkap Belanda. Para pemimpin RI yang ditangkap Belanda antara lain
Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Suryadarma dan Sutan
Syahrir. Namun sebelum tertangkap Sukarno sudah mengirim mandat lewat radio
kepada Menteri Kemakmuran, Mr. Syaffiruddin Prawiranegara yang berada di
Sumatera. Tujuannya adalah untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia (PDRI) dengan ibu kota di Bukit Tinggi.

Serbuan Belanda atau Agresi Militer II memperoleh reaksi masyarakat internasional.


Pada tanggal 7 Februari 1949, suara simpati kepada Indonesia atas terjadinya
serbuan Belanda datang dari Amerika Serikat. Rasa simpati Amerika Serikat
terhadap Indonesia diwujudkan dengan pernyataan-pernyataan sebagai berikut:
1. Mendesak Belanda untuk membuka kembali perundingan yang jujur dengan
Indonesia atas dasar persetujuan Renville.
2. Amerika Serikat menghentikan semua bantuan kepada Belanda sampai
negeri ini menghentikan permusuhannya dengan Indonesia.
3. Mendesak pihak Belanda supaya menarik pasukannya ke belakang garis
status quo Renville. Membebaskan pemimpin-pemimpin Indonesia yang
ditawan sejak 18 Desember 1948.
Rasa simpati dunia internasional tidak hanya datang dari Amerika Serikat, tetapi juga
dari Rusia dan Cina. bahkan pada bulan Desember 1949 Negara-negara di Asia
seperti India, Afganistan, Myanmar dan lain-lain yang segera mengadakan
Konferensi di New Delhi. Mereka mendesak agar Pemerintah RI segera
dikembalikan ke Yogyakarta, dan pasukan Belanda segera ditarik mundur dari
Indonesia. Karena tekanan politik dan militer itulah akhirnya Belanda mau
menerima perintah Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan agresinya.

14. Serangan Umum 1 Maret 1949


Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta merupakan satu episode penting dalam
sejarah revolusi Indonesia. Berawal dari Agresi Militer Belanda II, Belanda berhasil
menduduki Kota Yogyakarta, yang saat itu merupakan Ibukota Republik Indonesia.
Setelah kota Yogyakarta dikuasai, Belanda kemudian berusaha menguasai kota-kota
sekitar Kota Yogyakarta yaitu Gunung Kidul, Sleman, Kulon Progo, dan Bantul.

Monumen Serangan Umum 1 Maret

Situasi ibu kota negara saat itu sangat tidak kondusif. Keadaan tersebut diperparah
propaganda Belanda di dunia luar bahwa tentara Indonesia sudah tidak ada. Sri
Sultan Hamengku Buwono IX, yang saat itu telah melepas jabatannya sebagai
Raja Keraton Yogyakarta mengirimkan surat kepada Letnan Jenderal
Soedirman untuk meminta izin diadakannya serangan. Jenderal Sudirman
menyetujuinya dan meminta Sri Sultan HB X untuk berkoordinasi dengan Letkol
Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Komandan Brigade 10/Wehkreise III.

Sri Sultan HB IX mengadakan pertemuan empat mata dengan Letkol Soeharto di


Ndalem Prabuningratan. Pertemuan ini menghasilkan keputusan untuk melancarkan
Serangan Umum pada tanggal 1 Maret 1949 serta menyusun strategi serangan
umum. Selain itu, beberapa kesatuan diperintahkan untuk menyusup ke dalam kota
Yogyakarta, di antaranya adalah kesatuan khusus di bawah pimpinan Kapten Widodo.

Untuk mempermudah koordinasi penyerangan, wilayah penyerangan dibagi atas 5


sektor, yaitu:

 Sektor barat, di bawah pimpinan Letkol Soeharto (sampai perbatasan


Malioboro).
 Sektor timur, dipimpin oleh Letkol Vence Sumual,
 Sektor utara, dipimpin oleh Mayor Kusno,
 Sektor selatan, dipimpin oleh Mayor Sarjono,
 Sektor kota, dipimpin oleh Letnan Marsudi dan Letnan Amir Murtono,
Yang dijadikan patokan sebagai tanda mulainya serangan adalah bunyi sirene
pukul 06.00 pagi yang biasa dibunyikan di kota Yogyakarta waktu itu. Pada
tanggal 1 Maret 1949, beberapa jam sebelum serangan umum berlangsung, sudah
banyak gerilyawan yang mulai memasuki kota Yogyakarta. dan Tepat pada pukul
06.00 pagi, sirene penanda berakhirnya jam malam berbunyi dimana hal tersebut
juga merupakan pertanda dimulainya serangan umum.

Kurang lebih 2.500 orang pasukan gerilya TNI di bawah pimpinan Letkol Soeharto
melancarkan serangan besar-besaran di jantung Kota Yogyakarta. Pasukan TNI
mengepung Kota Yogyakarta dari berbagai arah. dari arah utara pasukan gerilya
yang dipimpin oleh Mayor Kusno, kemudian Mayor Sardjono memimpin pasukannya
melancarkan serangan dari arah selatan dan Di arah barat, pasukan gerilya
menggempur kota Yogyakarta dibawah pimpinan Letkol Soeharto..

Banyak pertempuran hebat terjadi di ruas-ruas jalan kota Yogyakarta. Serangan


Umum 1 Maret 1949 terbukti ampuh untuk kembali merebut Yogyakarta dan
mengalahkan Belanda. Belanda merasa kaget dan sedikit persiapan dalam
menangani serangan tersebut sehingga perlawanan yang dilakukan tidak mampu
mengimbangan serangan TNI. Dalam waktu singkat, Belanda berhasil didepak
mundur. Pos-pos militer ditinggalkan dan Beberapa buah kendaraan lapis baja dapat
direbut oleh pasukan TNI.

Pasukan TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam, sesuai dengan
rencana semula, sekitar pukul 12.00. TNI mulai mundur keluar kota untuk
mengosongkan kota dan kembali menuju pangkalan gerilya seperti yang telah
direncanakan sebelumnya sebelum pasukan bantuan Belanda tiba di yogyakarta.

Berita kemenangan ini segera disebarkan secara estafet lewat radio dimulai dari
Playen, Gunungkidul, kemudian diteruskan ke pemancar di Bukit Tinggi, lalu
diteruskan oleh pemancar militer di Myanmar kemudian ke New Delhi (India) lalu
sampai pada PBB yang sedang bersidang di Washington D.C, Amerika Serikat.

Serangan Umum 1 Maret dapat meningkatkan posisi tawar Republik Indonesia serta
mempermalukan Belanda yang telah mengklaim bahwa Republik Indonesia sudah
lemah, Kemenangan ini juga berhasil meningkatkan moril dan semangat juang
pasukan gerilya TNI di wilayah lainnya. Tak lama setelah Serangan Umum 1 Maret
terjadi Serangan Umum Surakarta yang menjadi salah satu keberhasilan penting
pejuang Republik Indonesia yang paling gemilang karena membuktikan kepada
Belanda bahwa gerilya bukan saja mampu melakukan sabotase atau penyergapan
secara diam diam, tetapi juga mampu melakukan serangan secara frontal ke tengah
kota Solo yang dipertahankan dengan pasukan kavelerie, pasukan infantri serta
komando yang tangguh. Serangan umum Solo inilah yang mengusir Hindia
Belanda untuk selamanya.
ORGANISASI PERGERAKAN
KEBANGKITAN NASIONAL
Tahun 1908 merupakan titik awal bangkitnya kesadaran nasional. Dimulai pada 1908
bermunculan organisasi pergerakan nasional yang pertama (Budi Utomo - 20 Mei
1908), yang kemudian disusul oleh organisasi-organisasi lainnya (Sarekat Islam
berdiri tahun 1905, namun saat itu masih berbentuk sarekat dagang yang awalnya
hanya mengayomi pedagang pedagang Islam). Dengan demikian perjuangan bangsa
Indonesia untuk mencapai kemerdekaan telah memasuki tahap baru, yang lain
sifatnya dengan perjuangan masa sebelum tahun 1908.

Perjuangan bangsa indonesia untuk mencapai kemerdekaannya memiliki ciri dan


sifat-sifat perjuangan yang berbeda setelah tahun 1908, berikut sifat-sifat perjuangan
bangsa indonesia untuk mencapai kemerdekaannya setelah tahun 1908:
1. Menggunakan organisasi yang teratur dan lebih terstruktur.
2. Bersifat nasional, artinya sudah terjadi kerja sama antar daerah di seluruh
Indonesia.
3. Tidak tergantung pada satu orang (pimpinan). Artinya, jika pimpinan /
sesorang ditangkap, perannya dapat digantikan oleh yang lain.

Pergerakan nasional di Indonesia sendiri lahir karena adanya beberapa faktor, yaitu
faktor-faktor dari dalam dan luar negeri.
Berikut beberapa faktor lahirnya pergerakan nasional di indonesia dari dalam
negeri:
1. Timbulnya kaum terpelajar. Mereka inilah yang memolopori pergerakan
nasional.
2. Penderitaan rakyat yang sudah cukup lama, sehingga menimbulkan
dorongan yang kuat untuk berjuang membebaskan diri dari segala penjajahan
yang menyebabkan penderitaan.
3. Pengalaman perjuangan masa lampau. Perjuangan fisik dan bersifat
kedaerahan ternyata tidak banyak berhasil, sehingga mendorong untuk
mengubah cara perjuangan menjadi lebih diplomatik dan lebih terkoordinasi.

Berikut beberapa faktor lahirnya pergerakan nasional di indonesia dari luar


negeri:
1. Adanya pengaruh dari gerakan nasional di negara-negara lain. Misalnya
gerakan nasional di Filipina dan India.
2. Kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1904-1905. Hal ini
telah membangkitkan semangat banyak bangsa Asia bahwa mereka dapat
mengusir bangsa eropa (penjajah) jika mereka bersungguh sungguh,
termasuk Indonesia untuk mengusir Belanda (kaum penjajah).

Beberapa organisasi yang berdiri pada masa tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sarekat Islam (16 Oktober 1905)


Syarikat Islam / Sarekat Islam (disingkat SI) dahulu bernama Sarekat Dagang Islam
(disingkat SDI) didirikan oleh Haji Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905, Sarekat
Dagang Islam merupakan organisasi pertama yang lahir di Indonesia, pada awalnya
Organisasi Sarekat Islam yang dibentuk oleh Haji Samanhudi ini merupakan
perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang menentang masuknya pedagang
asing yang ingin menguasai ekonomi rakyat.

Logo Sarekat Islam

Atas prakarsa H.O.S. Cokroaminoto, nama Sarekat Dagang Islam kemudian


diubah menjadi Sarekat Islam (SI), dengan tujuan untuk memperluas anggota
sehingga tidak hanya terbatas pada pedagang saja. Tujuan SI ialah
membangun persahabatan, persaudaraan dan tolong-menolong di antara muslim dan
mengembangkan perekonomian rakyat.

Berdasarkan Akte Notaris pada tanggal 10 September 1912, ditetapkan tujuan


Sarekat Islam sebagai berikut:
1. memajukan perdagangan
2. membantu para anggotanya yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha
(permodalan)
3. memajukan kepentingan rohani dan jasmani penduduk asli
4. memajukan kehidupan agama Islam

Karena perkembangannya yang pesat pada waktu SI pusat mengajukan diri sebagai
Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya
diberikan pada SI lokal. Meskipun dalam anggaran dasarnya tidak tampak adanya
unsur politik, namun dalam kegiatannya Syarikat Islam menaruh perhatian besar
terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang
dilakukan oleh pemerintah hindia Belanda.

Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya Syarikat Islam (SI) pusat diberi
pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah
pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi
partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917, yaitu HOS
Tjokroaminoto, sedangkan Abdoel Moeis yang juga tergabung dalam Central
Sarekat Islam menjadi anggota volksraad atas namanya sendiri berdasarkan
ketokohan, dan bukan mewakili Central Sarekat Islam sebagaimana halnya HOS
Tjokroaminoto yang menjadi tokoh terdepan dalam Central Sarekat Islam.

Namun Tjokroaminoto tidak lama berada di lembaga yang dibuat Pemerintah Hindia
Belanda tersebut dan Tjokroaminoto keluar dari Volksraad (semacam Dewan Rakyat),
karena volksraad di anggap sebagai "Boneka Belanda" yang hanya mementingkan
urusan penjajahan di Hindia Belanda dan tetap mengabaikan hak-hak kaum
pribumi. Sebelumnya Tjokroaminoto ketika itu sudah menyuarakan agar bangsa
Hindia (Indonesia) diberi hak untuk mengatur urusan dirinya sendiri, namun hal ini
ditolak oleh pihak Belanda.

Sarekat Islam yang mengalami perkembangan pesat, kemudian mulai disusupi


oleh paham sosialisme revolusioner. Paham ini disebarkan oleh H.J.F.M
Sneevliet yang mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische
Vereeniging) pada tahun 1914. Pada mulanya ISDV sudah mencoba menyebarkan
pengaruhnya, namun karena paham yang mereka anut tidak berakar di dalam
masyarakat Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga
usahanya tidak berhasil. Kemudian mereka menggunakan taktik infiltrasi yang
dikenal sebagai "Blok di dalam", mereka berhasil menyusup ke dalam tubuh SI
oleh karena dengan tujuan yang sama yaitu membela rakyat kecil dan menentang
kapitalisme namun dengan cara yang berbeda.

Dengan usaha yang baik, mereka berhasil memengaruhi tokoh-tokoh muda SI


seperti Tan Malaka, Darsono, Alimin Prawirodirdjo dan Semaoen. Hal ini
menyebabkan SI pecah menjadi "SI Putih" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto
dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen.

2. Budi Utomo (20 Mei 1908)


Organisasi Budi Utomo (juga disebut Boedi Oetomo) merupakan sebuah organisasi
pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA yaitu
Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908 yang
Digagaskan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo dimana sebelumnya ia telah
berkeliling Pulau Jawa untuk menawarkan idenya membentuk Studiefounds..

Sejatinya organisasi ini Dipelopori oleh pemuda-pemuda dari STOVIA, Sekolah


Peternakan dan Pertanian Bogor, Sekolah Guru Bandung, Sekolah Pamong Praja
Magelang dan Probolinggo serta Sekolah Sore untuk Orang Dewasa di Surabaya.
Para pelajar terdiri dari Muhammad Saleh, Soeradji, Soewarno A., Suwarno B., R.
Gumbreg, R. Angka, Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soetomo. Nama Budi
Utomo sendiri diusulkan oleh Soeradji dan semboyan yang dikumandangkan
adalah Indie Vooruit (Hindia Maju) dan bukan Java Vooruit (Jawa Maju).

Dr. Sutomo

Gagasan Studiesfounds yang ditawarkan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo


sejatinya bertujuan untuk menghimpun dana guna memberikan beasiswa bagi
pelajar yang berprestasi dan memiliki perekonomian yang lemah sehingga
tidak dapat melanjutnya studinya. Gagasan itu tidak terwujud, akan tetapi gagasan
itu melahirkan Budi Utomo. Tujuan Budi Utomo sendiri ialah memajukan pengajaran
dan kebudayaan.
Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, Budi Utomo menerapkan usaha-usaha
sebagai berikut:
1. memajukan pengajaran
2. memajukan perdagangan, peternakan dan pertanian
3. menghidupkan kembali kebudayaan.
4. memajukan teknik dan industri

Seandainya dilihat dari tujuannya, Budi Utomo bukan merupakan organisasi politik
akan tetapi merupakan organisasi pelajar dengan pelajar STOVIA yang menjadi
bagian intinya. Sampai menjelang kongresnya yang pertama di Yogyakarta
organisasi ini telah memiliki 7 cabang, yakni di Bogor, Batavia, Bandung,
Yogyakarta, Magelang, Ponorogo dan Surabaya. dalam mengejar kepentingannya
Budi Utomo pada dasarnya menerapkan strategi dengan bersifat kooperatif terhadap
pemerintah belanda.

Untuk mengkonsolidasi diri (dengan dihadiri 7 cabangnya), Budi Utomo menggelar


kongres yang pertama di Yogyakarta yaitu pada 3-5 Oktober 1908. Kongres
menghasilkan kesepakatan sebagai berikut.
1. Kegiatan Budi Utomo terutama difokuskan pada bidang pendidikan dan
kebudayaan.
2. Budi Utomo tidak ikut dalam mengadakan kegiatan politik.
3. Yogyakarta ditetapkan sebagai pusat organisasi.
4. R.T. Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) dipilih sebagai ketua Budi
Utomo.
5. Ruang gerak Budi Utomo terbatas pada Pulau Jawa dan Madura.

Sampai dengan akhir tahun 1909, Budi Utomo telah memiliki 40 cabang dengan
jumlah anggota sekitar 10.000 orang. Akan tetapi, dengan adanya kongres tersebut
mulailah terjadi pergeseran pimpinan dari generasi muda ke generasi tua. Sehingga
tidak sedikit anggota muda yang menyingkir dari barisan depan, dan menyisakan
golongan priayi dan pegawai negeri sebagai anggota mayoritas di Budi Utomo.
Dengan demikian, sifat protonasionalisme dari para pemimpin yang tampak pada
awal berdirinya Budi Utomo terdepak ke belakang.

Mulai tahun 1912, saat Notodirjo menjadi ketua Budi Utomo menggantikan R.T.
Notokusumo, Budi Utomo ingin mengejar ketinggalannya. Akan tetapi, hasilnya tidak
begitu signifikan karena pada saat itu telah muncul organisasi-organisasi nasional
lainnya, seperti Indiche Partij (IP) dan Sarekat Islam (SI). Akan tetapi Budi Utomo
tetap memiliki andil dan jasa yang besar dalam sejarah pergerakan nasional, yaitu
telah membuka jalan dan memelopori gerakan kebangsaan Indonesia. Oleh karena
itu setiap tanggal 20 Mei (Tanggal Berdirinya Budi Utomo) ditetapkan sebagai
hari Kebangkitan Nasional.

3. Muhammadiyah (18 November 1912)


Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8
Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad
Darwis, kemudian dikenal dengan K. H. Ahmad Dahlan, Tujuan didirikannya
Muhammadiyah adalah memajukan pengajaran Islam, mengembangkan
pengetahuan Islam dan cara hidup menurut peraturan Islam, membantu dan
meningkatkan kehidupan sosial masyarakat Islam.

Logo Muhammadiyah

Untuk mencapai tujuan partai, Muhammadiyah menempuh usaha-usaha, antara lain:

1. mendirikan, memelihara, dan membantu pendirian sekolah


berdasarkan agama Islam untuk memberantas buta huruf
2. mendirikan dan memelihara masjid, langgar, rumah sakit, dan rumah
yatim piatu
3. membentuk badan perjalanan haji ke tanah suci.

Muhammadiyah berusaha untuk mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan


Al-Qur'an dan Hadis. Itulah sebabnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
agama Islam secara modern dan memperteguh keyakinan tentang agama Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarnya. Kegiatan Muhammadiyah
juga telah memperhatikan pendidikan wanita yang dinamakan Aisyiah,

Sejak berdiri di Yogyakarta (1912) Muhammadiyah terus mengalami perkembangan


yang pesat. Sampai tahun 1913, Muhammadiyah telah memiliki 267 cabang yang
tersebar di Pulau Jawa. Pada tahun 1935, Muhammadiyah sudah mempunyai
710 cabang yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.

K. H. Ahmad Dahlan sendiri memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 - 1922


dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan.
Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah digantikan oleh KH Ibrahim
yang kemudian memimpin Muhammadiyah hingga tahun 1934. Rapat Tahunan
itu sendiri kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di
kemudian hari berubah menjadi Muktamar 3 tahunan dan seperti saat ini Menjadi
Muktamar 5 tahunan.

4. Indische Partij (25 Desember 1912)


Indische Partij (IP) berdiri di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 oleh Tiga
Serangkai, yakni Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Douwes Dekker (Setyabudi Danudirjo).
Salah Satu Pendiri Indische Partij - Douwes Dekker

Indische Partij memiliki cita-cita untuk menyatukan semua golongan yang ada
di Indonesia, baik golongan Indonesia asli maupun golongan (keturunan) Arab,
Cina dan sebagainya. Mereka akan dipadukan dalam kesatuan bangsa indonesia
dengan semangat nasionalisme Indonesia. Cita-cita Indische Partij banyak disebar
luaskan melalui media surat kabar De Expres. Selain itu juga disusun program
kerja sebagai berikut:
1. meresapkan cita-cita nasional Hindia (Indonesia).
2. memberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antara
agama yang satu dengan agama yang lainnya
3. memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik di bidang
pemerintahan, maupun kemasyarakatan.
4. dalam hal pengajaran, kegunaannya harus ditujukan untuk kepentingan
ekonomi Hindia dan memperkuat mereka yang ekonominya lemah.
5. berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang
Hindia.
6. memperbesar pengaruh pro-Hindia di lapangan pemerintahan.

Dengan tujuan dan cara-cara mencapai tujuan seperti itu maka dapat diketahui
bahwa Indische Partij berdiri di atas nasionalisme untuk mencapai Indonesia merdeka.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Indische Partij adalah partai politik
pertama di Indonesia dengan haluan kooperasi. Sehingga dalam waktu yang
relatif cepat Indische Partij memiliki 30 cabang dengan anggota mencapai 7.000
orang yang kebanyakan orang Indonesia.

Oleh karena sifatnya yang progresif dengan menyatakan diri sebagai partai politik
yang memiliki tujuan Indonesia merdeka sehingga pemerintah hindia belanda tidak
mau memberikan status badan hukum dengan alasan Indische Partij bersifat
politik dan akan mengancam ketertiban umum. Meskipun demikian, para
pemimpin Indische Partij masih terus menjalankan propaganda untuk menyebarkan
pemikiran-pemikirannya.

Salah satu hal yang membuat pemerintah Hindia Belanda geram adalah
tulisan Ki Hajar Dewantara yang berjudul Als ik een Nederlander was
(seandainya saya seorang Belanda) yang isinya berupa sindiran terhadap
ketidak adilan di daerah jajahan belanda. Karena kegiatan Indische Partij sangat
mencemaskan pemerintah Belanda maka pada bulan Agustus 1913 ketiga
pemimpin Indische Partij dijatuhi hukuman pengasingan dan mereka bertiga
memilih Negeri Belanda sebagai tempat pengasingannya.

Setelah diasingkannya ketiga pemimpin Indische Partij maka eksistensi Indische


Partij makin berkurang. Kemudian Indische Partij merubah namanya menjadi
Partai Insulinde dan pada tahun 1919 berubah lagi menjadi National Indische
Partij (NIP). Pada perjalanannya National Indische Partij tidak pernah mempunyai
pengaruh yang singnifikan di masyarakat sehingga pada akhirnya hanya menjadi
perkumpulan orang-orang terpelajar.

5. Partai Komunis Indonesia (9 Mei 1914)


Benih-benih paham Marxis dibawa masuk ke Indonesia oleh seorang Belanda
yang bernama H.J.F.M. Sneevliet. Atas dasar Marxisme inilah kemudian pada
tanggal 9 Mei 1914 di Semarang, Sneevliet bersama-sama dengan P. Bersgma,
H.W. Dekker dan J.A. Brandsteder berhasil mendirikan Indische Sociaal
Democratische Vereeniging (ISDV). Ternyata ISDV tidak mampu berkembang
sehingga Sneevliet melakukan infiltrasi (penyusupan) kader-kadernya ke dalam
tubuh Sarekat Islam (SI) dengan menjadikan anggota-anggota ISDV sebagai
anggota SI, dan sebaliknya anggota-anggota SI dijadikan anggota ISDV.

Partai Komunis Indonesia

Dengan cara itu Sneevliet dan ISDV mempunyai pengaruh yang kuat di kalangan
Sarekat Islam, lebih-lebih setelah berhasil mengambil alih beberapa pemimpin SI,
seperti Semaun dan Darsono. Mereka inilah yang dididik secara khusus untuk
menjadi tokoh-tokoh Marxisme tulen. Akibatnya SI Cabang Semarang yang sudah
berada di bawah pengaruh ISDV semakin jelas warna Marxisnya dan selanjutnya
terjadilah perpecahan dalam Sarekat Islam.

Pada tanggal 23 Mei 1923 ISDV berubah nama menjadi Partai Komunis Hindia
dan selanjutnya pada bulan Desember 1924 menjadi Partai Komunis Indonesia
(PKI). Susunan pengurus PKI, antara lain Semaun (ketua), Darsono (wakil ketua),
Dekker (bendahara) dan Bersgma (sekretaris).

PKI semakin aktif dalam kancah politik dan untuk menarik massa PKI menghalalkan
segala cara dalam propagandanya. Sampai-sampai tidak segan-segan untuk
mempergunakan kepercayaan rakyat seperti Ramalan Jayabaya dan Ratu Adil.
Kemajuan yang diperolehnya ternyata membuat PKI lupa diri sehingga
merencanakan suatu petualangan politik. Pada tanggal 13 November 1926 PKI
melancarkan pemberontakan di Batavia dan disusul di daerah-daerah lain,
seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Di Sumatra Barat
pemberontakan PKI dilancarkan pada tanggal 1 Januari 1927. Dalam waktu yang
singkat semua pemberontakan PKI tersebut dapat ditumpas. Akhirnya, ribuan rakyat
ditangkap, dipenjara, dan dibuang ke Tanah Merah dan Digul Atas (Papua).

6. Gerakan Pemuda / Tri Koro Dharmo / Jong Java (7 Maret 1915)


Gerakan pemuda Indonesia, sejatinya sudah dimulai sejak berdirinya Budi Utomo,
akan tetapi sejak kongresnya yang pertama, peran pemuda di Budi Utomo telah
banyak diambil oleh golongan tua (kaum priayi dan pegawai negeri) sehingga
para pemuda kecewa dan keluar dari organisasi tersebut.

Baru beberapa tahun kemudian, berdirilah Tri Koro Dharmo, Tri Koro Dharmo
(Jong Java) merupakan sebuah organisasi kepemudaan yang didirikan oleh
Satiman Wirjosandjojo di Gedung STOVIA tanggal 7 Maret 1915 dengan nama
awal Tri Koro Dharmo(Memiliki makna : Tiga Tujuan Mulia). Perkumpulan
pemuda ini didirikan atas dasar banyaknya pemuda yang menganggap bahwa Budi
Utomo merupakan organisasi elite.

Foto para pendiri Jong Java di arsip Museum Sumpah Pemuda

Trikoro Dharmo yang diketuai oleh R. Satiman Wiryosanjoyo merupakan organisasi


pemuda yang pertama yang anggotanya terdiri dari para siswa sekolah menengah
yang berasal dari Jawa dan Madura. Trikoro Dharmo, artinya tiga tujuan mulia, yakni
sakti, budi, dan bakti. Tujuan Trikoro Dharmo ialah sebagai berikut:
1. menambah pengetahuan umum bagi para anggotanya
2. mempererat tali persaudaraan antar siswa-siswi bumi putra pada sekolah
menengah dan perguruan kejuruan
3. membangkitkan dan mempertajam peranan untuk segala bahasa dan
budaya.

Tujuan tersebut sebenarnya baru merupakan tujuan perantara. Adapun tujuan yang
sebenarnya ialah seperti apa yang tertulis dalam majalah Trikoro Dharmo yakni
mencapai Jawa raya dengan jalan memperkokoh rasa persatuan antara
pemuda-pemuda Jawa, Madura, Sunda, Lombok dan Bali. Oleh karena sifatnya
yang masih Jawa sentris maka para pemuda di luar Jawa (tidak berbudaya Jawa)
kurang senang.

Untuk menghindari perpecahan, pada kongresnya di Solo pada tanggal 12 Juni


1918 nama Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java (Pemuda Jawa). yang
dimaksudkan untuk bisa merangkul para pemuda dari Madura, Bali dan Sunda.
Bahkan tiga tahun kemudian atau pada tahun 1921 terbersit ide untuk
menggabungkan Jong Java dengan Jong Sumatranen Bond, akan tetapi upaya ini
belum bisa terlaksana.

Sejalan dengan berdirinya Jong Java, pemuda-pemuda di daerah lain juga


membentuk organisasi serupa, seperti Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong
Minahasa, Jong Batak, Jong Selebes, dan lain-lain. Pada hakikatnya semua
organisasi itu masih bersifat kedaerahan (lokal), namun semuanya mempunyai tujuan
ke arah kemajuan Indonesia, khususnya memajukan daerah nya sendiri-sendiri.

Pada tahun 1925 wawasan organisasi ini makin meluas, menyerap gagasan
persatuan Indonesia dan pencapaian Indonesia merdeka. Maka Pada 1928 Jong
Java siap bergabung dengan organisasi kepemudaan lainnya dan ketuanya R.
Koentjoro Poerbopranoto, menegaskan kepada anggota bahwa pembubaran
Jong Java semata-mata untuk kepentingan tanah air. Oleh karena nya sejak 27
Desember 1929, Jong Java pun bergabung dengan Indonesia Moeda

7. Taman Siswa (3 Juli 1922)


Sekembalinya dari pengasingannya di Negeri Belanda (1919), Suwardi
Suryaningrat (lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara) menfokuskan
perjuangannya dalam bidang pendidikan. Pada tanggal 3 Juli 1922 Ki Hajar
Dewantara sukses mendirikan perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Dengan
berdirinya Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara memulai gerakan baru bukan lagi
dalam bidang politik akan tetapi di bidang pendidikan, yakni dengan mendidik
angkatan muda dengan jiwa kebangsaan Indonesia berdasarkan akar budaya
bangsa.

Panji taman siswa

Taman Siswa merupakan nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar


Dewantara (Suwardi Suryaningrat) pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta
(Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa berarti murid).
Pada saat pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama "National
Onderwijs Institut Taman Siswa", yang merupakan realisasi gagasan dia
bersama-sama dengan teman di paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah Taman Siswa ini
sekarang berpusat di balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa,
Yogyakarta, dan memiliki 129 sekolah cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia.

Prinsip dasar dalam sekolah Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang guru
dikenal sebagai Patrap Triloka. Konsep ini dikembangkan oleh Ki Hadjar
Dewantara setelah ia mempelajari sistem pendidikan progresif yang diperkenalkan
oleh Rabindranath Tagore (India/Benggala) dan Maria Montessori (Italia). Patrap
Triloka memiliki unsur-unsur (dalam bahasa Jawa)
 ing ngarsa sung tulada (ꦲꦶꦁꦔꦂꦱꦱꦸꦠ
ꦁ ꦸꦭꦝ, "(yang) di depan memberi teladan"),

 ing madya mangun karsa (ꦲꦶꦁꦩꦢꦾꦩꦔꦸꦤ꧀ꦏꦂꦱ , "(yang) di tengah membangun


inisiatif/kemauan"),
 tut wuri handayani (ꦠꦸꦠꦸꦫꦶꦲꦶ ꦤ꧀ꦢ ꦪꦤ꧀ꦶ, "dari belakang mendukung").

Berkat jasa dan perjuangannya yakni mencerdaskan Indonesia melalui sekolah


Taman Siswa maka setiap tanggal 2 Mei (hari kelahiran Suwardi Suryaningrat / Ki
Hajar Dewantara) maka ditetapkan sebagai hari Pendidikan Nasional. Selain itu,
"Tut Wuri Handayani" juga ditetapkan sebagai semboyan yang terukir dalam lambang
Departemen Pendidikan Nasional.

8. Partai Nasional Indonesia (4 Juli 1927)


Algemeene Studie Club di Bandung yang didirikan oleh Ir. Soekarno pada tahun
1925 telah mendorong para pemimpin lainnya untuk mendirikan partai politik
dengan nama Perserikatan Nasional Indonesia yang kemudian pada tahun 1928
Berganti nama dari Perserikatan Nasional Indonesia menjadi Partai Nasional
Indonesia. PNI didirikan di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 oleh 8 pemimpin,
yakni Ir. Soekarno (sebagai ketuanya), Ir. Anwari, Mr. Budiarto, dr. Cipto
Mangunkusumo, Mr. Sartono, Dr. Samsi, Mr. Sunaryo dan Mr. Iskak. Mayoritas
dari mereka merupakan mantan anggota Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda
yang baru pulang ke indonesia. Setelah berdirinya Partai Nasional Indonesia para
pelajar yang tergabung dalam Algemeene Studie Club yang diketuai oleh Ir.
Soekarno turut pula bergabung dengan partai ini.

Foto para pendiri PNI yang merupakan arsip dari gedung Museum Sumpah Pemuda.
Radikal PNI telah terlihatan sejak awal berdirinya. Hal ini tercermin melalui anggaran
dasarnya bahwa tujuan PNI adalah Indonesia merdeka dengan strategi
perjuangannya nonkooperasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI sudah
merumuskan program kerja sebagaimana dijelaskan dalam kongresnya yang
pertama di Surabaya pada tahun 1928, yaitu seperti berikut:
1. Usaha politik, dengan memperkuat rasa kebangsaan (nasionalisme) dan
kesadaran atas persatuan bangsa Indonesia, memajukan pengetahuan
sejarah kebangsaan, mempererat kerja sama dengan negara negara di Asia,
dan memberantas segala rintangan bagi kemerdekaan diri dan kehidupan
politik.
2. Usaha sosial, yaitu memajukan pengajaran yang bersifat nasional,
meningkatkan derajat kaum wanita, memajukan transmigrasi, memerangi
pengangguran, memajukan kesehatan rakyat, antara lain dengan mendirikan
poliklinik.
3. Usaha ekonomi, yakni memajukan perdagangan pribumi, kerajinan, serta
mendirikan bank-bank dan koperasi.

Untuk menyebarluaskan gagasannya, PNI menbuat propaganda-propaganda, baik


lewat surat kabar, seperti Persatuan Indonesia di Batavia dan Banteng Priangan di
Bandung, maupun lewat para pemimpin khususnya Bung Karno sendiri. Dalam waktu
singkat, PNI telah berkembang pesat sehingga menimbulkan kekhawatiran di sisi
pemerintah Belanda. Pemerintah selanjutnya memberikan peringatan kepada
pemimpin PNI agar menahan diri dalam propaganda, ucapan, serta tindakannya.

Dengan adanya isu bahwa pada awal tahun 1930 PNI akan melakukan
pemberontakan maka pada tanggal 29 Desember 1929, pemerintah Hindia
Belanda mengadakan penggeledahan secara masal dan menangkap 4
pemimpinnya, yaitu Ir. Soerkarno, Gatot Mangunprojo, Soepriadinata, dan
Maskun Sumadiredja. Kemudian mereka ber 4 diajukan ke pengadilan di
Bandung.

Pengadilan para tokoh yang ditangkap ini dilakukan pada tanggal 18 Agustus
1930. Setelah diadili di pengadilan Belanda maka para tokoh ini dimasukkan ke
penjara Sukamiskin. Dalam masa pengadilan ini Ir. Soekarno membuat pembelaan
dengan menulis pidato Indonesia Menggugat dan membacakannya di depan
pengadilan sebagai gugatannya.
SEJARAH PERSIAPAN PROKLAMASI DAN
KEMERDEKAAN INDONESIA
Persiapan kemerdekaan Indonesia dimulai saat Jepang sedang berjuang pada
Perang Dunia II. Saat itu Perdana Mentri Jepang yaitu Tojo digantikan
oleh Perdana Mentri Koiso yang menjanjikan bahwasanya Indonesia (saat itu
Hindia Timur) akan merdeka dikemudian hari. Mulai 1 Maret 1945 pemerintah
pendudukan Jepang melalui Balatentara XIV, yaitu Jendral Kumakici Harada
mengumumkan rencana pembentukan BPUKPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dalam Bahasa Jepangnya disebut dengan
Dokuritsi Junbi Cosakai. Untuk lebih jelas mengenai Bagaimana proses kemerdekaan
Indonesia, Langsung saja kita simak informasi nya.

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)


Panglima pemerintahan Jepang di Jawa (Jenderal Kumakichi Harada),
mengumumkan pembentukkan Dokuritsu Jundi Coosokai atau Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 1
Maret 1945. Tujuan BPUPKI ialah untuk menyelidiki hal-hal penting yang
berhubungan dengan persiapan kemerdekaan Indonesia.

BPUPKI beranggotakan 63 orang, didalamnya terdapat perwakilan Arab,


Indonesia dan Cina serta 7 orang Jepang. Pengurus BPUPKI terbentuk pada
tanggal 29 April 1945 dengan diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung
(K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat.

Tanggal 28 Mei 1945, diadakan upacara pelantikan sekaligus upacara


pembukaan sidang pertama BPUPKI di gedung Chuo Sangi In (sekarang
Gedung Pancasila) di Jalan Pejambon 6 Jakarta. Pada zaman Belanda, gedung
tersebut ialah gedung Volksraad, lembaga DPR pada zaman kolonial Belanda.
Selama berdiri BPUPKI mengadakan dua kali masa sidang resmi, yaitu:

Persidangan resmi BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945

Sidang resmi pertama


Sidang resmi pertama berlangsung mulai tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945.
Pada masa sidang resmi pertama ini bertujuan untuk merumuskan dan
membentuk rangka dasar dari Undang-Undang Dasar, yang mana merupakan
dasar dari negara Indonesia. Setelah itu kemudian dirumuskan konstitusi negara.
Masa sidang pertama BPUPKI dikenal dengan sebutan detik-detik lahirnya Pancasila.
Sidang resmi kedua
Sidang resmi kedua berlangsung 10 sampai 17 Juli 1945 dengan tema bahasan
bentuk negara, rancangan Undang-Undang Dasar, kewarganegaraan, wilayah
negara, pembelaan negara, ekonomi dan keuangan, pendidikan serta
pengajaran. Dalam rapat ini dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar
yang beranggotakan 19 orang dengan ketua Ir. Soekarno, Panitia Ekonomi dan
Keuangan diketuai Mohamad Hatta. dan Panitia Pembelaan Tanah Air dengan
ketua Abikoesno Tjokrosoejoso

Persidangan resmi BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 Juli-14 Juli 1945

Dengan pemungutan suara, akhirnya ditentukan wilayah Indonesia merdeka yakni


wilayah Hindia Belanda dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua,
Timor-Portugis, dan pulau-pulau sekitarnya. Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia
Perancang UUD membentuk lagi panitia kecil beranggotakan 7 orang yaitu: Prof.
Dr. Mr. Soepomo (ketua merangkap anggota), Mr. A.A. Maramis, Mr. Achmad
Soebardjo, H. Agus Salim, Mr. R.P. Singgih, Dr. Soekiman dan Mr.
Wongsonegoro,

Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Perancang UUD mengadakan sidang untuk
membahas hasil kerja panitia kecil perancang UUD tersebut, kemudian Pada
tanggal 14 Juli 1945, Panitia Perancang UUD yang diketuai oleh Ir. Soekarno,
melaporkan hasil kerja panitia, yaitu:
1. Pernyataan kemerdekaan Indonesia.
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar.
3. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar.

Sesudah sidang-sidang tersebut dilaksanakan, terbentuklah perumusan dasar


negara Indonesia yang telah disepakati. Yang mana perumusan tersebut merupakan
hasil dari mufakat yang dilakukan oleh panitia sembilan, setelah memilah-milah
pendapat yang diutarakan seperti perbedaan pendapat yang muncul mengenai
falsafah negara Indonesia. Dari mufakat tersebut, panitia sembilan menyepakati
perihal:
1. Bentuk negara, yaitu negara kesatuan
2. Bendera nasional, yang berwarna merah putih dan disebut Sang Merah
Putih
3. Bentuk pemerintahan, yaitu republik
4. Bahasa nasional, yaitu Bahasa Indonesia
5. Pernyataan kemerdekaan Indonesia, Pembukaan Undang-Undang Dasar
dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar
Sehingga Panitia Perancang UUD telah melaksanakan tugasnya. Pada tanggal 16
Juli 1945, BPUPKI menerima dengan bulat naskah Undang-Undang Dasar yang
dibentuk oleh Panitia Perancang UUD. Setelah menyelesaikan tugasnya, BPUPKI
menyerahkan semua hasil pekerjaanya kepada Saiko Shikikan (panglima tertinggi
tentara di Jawa). selanjutnya Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan
BPUPKI dan membentuk PPKI

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)


7 Agustus 1945 menyetujui pembentukan Dokuritzu Zyumbi Inkai atau PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pengganti BPUPKI. Tugas utama PPKI
mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan keperluan pergantian kekuasaan.

Dokuritsu Junbi Inkai (PPKI), beranggotakan 21 orang sebagai upaya untuk


pencerminan perwakilan etnis, yang berasal dari: 3 orang dari Sumatra, 12 orang dari
Jawa, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari maluku, 1 orang
dari Nusa Tenggara, dan 1 orang dari Tionghoa.

Tugas utama PPKI adalah mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan


keperluan pergantian kekuasaan dari Jepang yang meliputi:
 Menyelesaikan dan mengesahkan Rancangan Undang-Undang Dasar yang
dipersiapkan BPUPKI
 Merumuskan dan memutuskan pelaksanaan pernyataan kemerdekaan
Indonesia bila saatnya telah tiba

Pada tanggal 9 Agustus, Jenderal Terauchi memanggil 3 tokoh nasional, yakni:


Dr. Radjiman Widyodiningrat, Drs. Mohammad Hatta dan Ir. Sukarno. mereka
dipanggil ke Dalat Vietnam, untuk menerima informasi mengenai kemerdekaan
Indonesia. Pelaksanaan kemerdekaan, akan dilakukan dengan segera. Adapun
mengenai wilayah Indonesia ialah seluruh wilayah bekas jajahan Hindia Belanda.

Namun setelah pertemuan Dalat (Vietnam), PPKI tidak dapat bertugas karena para
pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan atas nama PPKI,
yang dianggap mereka merupakan alat buatan Jepang. Bahkan rencana rapat 16
Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa Rengasdengklok.
sehingga PPKI baru dapat bersidang sehari setelah proklamasi kemerdekaan.

Persidangan resmi PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945


Sidang pertama PPKI
Setelah proklamasi kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI
memutuskan antara lain:
1. mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945,
2. memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden Republik
Indonesia dan Drs. M. Hatta sebagai wakil presiden Republik Indonesia
3. membentuk Komite Nasional untuk membantu tugas presiden sebelum
DPR/MPR terbentuk.

Berkaitan dengan Undang Undang Dasar, terdapat perubahan dari bahan yang
dihasilkan oleh BPUPKI, antara lain:
1. Kata Muqaddimah diganti dengan kata Pembukaan.
2. Pada pasal 6:1 yang semula berbunyi Presiden ialah orang Indonesia Asli
dan beragama Islam diganti menjadi Presiden adalah orang Indonesia Asli
3. Pada pembukaan alinea keempat anak kalimat Ketuhanan, dengan
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya diganti dengan
Ketuhanan yang Maha Esa.
4. Pada pembukaan alinea keempat anak kalimat "Menurut kemanusiaan yang
adil dan beradab" diganti menjadi "kemanusiaan yang adil dan beradab".

Sidang kedua PPKI


PPKI mengadakan sidang kedua pada tanggal 19 Agustus 1945. Sidang tersebut
memutuskan hal - hal berikut:
1. Membentuk KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat)
2. Membentuk 12 departemen dan menteri - menterinya.
3. Menetapkan pembagian wilayah Republik Indonesia atas 8 provinsi
beserta gubernur - gubernurnya

Peristiwa Rengasdengklok
Chaerul Saleh, Sutan Sjahrir, Darwis dan Wikana mendengar kabar
menyerahnya jepang kepada sekutu melalui radio BBC. Setelah mendengar
berita Jepang menyerah kepada sekutu, golongan muda mendesak golongan tua
untuk secepatnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun tokoh
golongan tua seperti Ir. Soekarno dan Drs. M. Hatta tidak mau terburu-buru mereka
tetap menginginkan proklamasi dilaksanakan sesuai mekanisme PPKI. Alasannya
kekuasaan Jepang di Indonesia belum diambil alih hal tersebut membuat mereka
khawatir akan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi.

Tetapi, golongan muda, seperti Tan Malaka dan Sukarni menginginkan proklamasi
kemerdekaan dilaksanakan secepat cepatnya. Beberapa perkumpulan yang
termasuk golongan muda, misalnya: Kelompok Asrama Menteng 31 yang
dipelopori Chaerul Saleh dan Sukarni serta Kelompok Asrama Indonesia
Merdeka yang dipelopori Mr. Soebardjo
Peristiwa Rengasdengklok

Golongan muda mendesak agar Soekarno dan Hatta memproklamasikan


kemerdekaan secepatnya. Alasan mereka adalah Indonesia dalam keadaan
kekosongan kekuasaan (vakum). Negosiasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI.
namun Golongan muda tidak menyetujui rapat tersebut, mengingat PPKI merupakan
sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Dan mereka lebih menginginkan
kemerdekaan atas usaha bangsa indonesia sendiri, bukan pemberian dari Jepang.
Perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan tua inilah yang menjadi
latar belakang terjadinya peristiwa Rengasdengklok.

a. Golongan Tua
Mereka yang dicap sebagai golongan tua adalah para anggota PPKI yang diwakili
oleh Soekarno dan Hatta. Mereka adalah kelompok konservatif yang menghendaki
pelaksanaan proklamasi harus melalui PPKI sesuai dengan prosedur maklumat
Jepang pada 24 Agustus 1945. Alasan mereka adalah meskipun Jepang sudah kalah,
kekuatan militernya di Indonesia harus dipikirkan demi menjaga hal-hal yang tidak
diinginkan. Kembalinya Tentara Belanda ke Indonesia dianggap lebih berbahaya
daripada sekedar masalah waktu pelaksanaan proklamasi itu sendiri.

b. Golongan Muda
Menanggapi sikap konservatif golongan tua, golongan muda yang diwakili oleh
para anggota PETA dan mahasiswa merasa kecewa. Mereka tidak setuju terhadap
sikap golongan tua dan menganggap bahwa PPKI merupakan bentukan Jepang.
Sehingga mereka menolak seandainya proklamasi dilaksanakan melalui mekanisme
PPKI. Sebaliknya, mereka menghendaki terlaksananya proklamasi kemerdekaan
dengan kekuatan sendiri, tanpa pengaruh dari Jepang. Sutan Syahrir termasuk
tokoh pertama yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Sikap golongan muda secara resmi diputuskan dalam rapat yang diselenggarakan di
Pegangsaan Timur Jakarta pada 15 Agustus 1945. Hadir dalam rapat ini Djohar
Nur, Chairul Saleh, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana dan
Armansyah. Rapat yang diketuai Chairul Saleh ini menyepakati bahwa
kemerdekaan Indonesia merupakan hak dan masalah rakyat Indonesia sendiri,
bukan menggantungkan kepada pihak lain.

Keputusan rapat kemudian disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada Soekarno dan
Hatta di Pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Mereka mendesak agar Proklamasi
Kemerdekaan segera dikumandangkan pada 16 Agustus 1945. Jika tidak diumumkan
pada tanggal tersebut, golongan pemuda menyatakan bahwa akan terjadi
pertumpahan darah. Namun, Soekarno tetap bersikap keras pada pendiriannya
bahwa proklamasi harus dilakukan melalui PPKI. Oleh sebab itu, PPKI harus segera
menggelar rapat. Pro kontra yang mencapai titik puncak inilah yang telah
mengantarkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok.

c. Golongan Muda Membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok


Pada tanggal 15 Agustus sekitar pukul 22.30 malam, utusan golongan muda yang
terdiri dari Wikana, Darwis telah menghadap Karno di Jalan Pegangsaan Timur No.
56, Jakarta. Wikana pun penyampaikan tuntutan agar Bung Karno segera
mengumumkan Proklamasi kemerdekaan Indonesia pad esok hari, yakni pada
tanggal 16 Agustus 1945. Bung Karno pun menolak tuntutan itu, dan lebih
menginginkan betemu dan bermusyawarah terlebih dahulu dengan anggota Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) lainnya. karena bung karno menginginkan
kemerdekaan Indonesia harus di capai tanap pertumpahan darah.

Mendengar penolakan Bung Karno itu, maka Wikana pun mengancam bahwa pada
esok hari akan terjadi pertumpahan darah yang dahsyat dan pembunuhan secara
besar-besaran. Hal tersebut pun membuat suasana menjadi tegang antara Bung
Karno dan Pemuda, yang di saksikan langsung oleh Drs. M. Hatta, Dr. Buntara, Mr.
Iwa Kusumasumantri dan Mr. Ahmad Subardjo. Di tengah suasana pro dan kontra,
golongan muda memutuskan untuk membawa Soekarno dan Hatta ke
Rengasdengklok. Pilihan ini diambil berdasarkan kesepakatan rapat terakhir
golongan pemuda pada 16 Agustus 1945 di Asrama Baperpi, Cikini, Jakarta.
Maksut dan tujuan para pemuda membawa kedua pemimpin tersebut adalah agar
Bung Karno dan Bung Hatta segera mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dengan secepatnya serta menjauhkan Bung Karno dan Bung Hatta dari
pengaruh Jepang.

Sementara itu di Jakarta, terjadi dialog antara golongan tua yang diwakili Ahmad
Subardjo dan golongan muda yang diwakili oleh Wikana, setelah terjadi dialog dan
ditemui kata sepakat agar Proklamasi Kemerdekaan harus dilakukan di Jakarta dan
diumumkan pada 17 Agustus 1945. Golongan muda kemudian mengutus Yusuf
Kunto untuk mengantar Ahmad Subardjo ke Rengasdengklok dalam rangka
menjemput kembali Bung Karno dan Bung Hatta.

Hal tersebut berjalan mulus lantaran Ahmad Subardjo memberi jaminan pada
golongan muda bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada 17 Agustus
1945 selambat-lambatnya pukul 12.00. Dengan jaminan itu, Cudanco Subeno
(Komandan Kompi PETA Rengasdengklok) mau melepaskan Soekarno dan
Hatta untuk kembali ke Jakarta dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan
Proklamasi Kemerdekaan.

Dan sekitar pukul 23.00 rombongan tiba di rumah kediaman Bung Karno di jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, untuk menurunkan Ibu Fasmawati (istri Bung
Karno), yang kala itu ikut di bawa ke Rengasdengklok. Dan pada malam itu juga,
sekitar pukul 02.00 pagi, Bung Karno memimpin rapat PPKI di rumah
Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. Rapat itu
terutama membahas tentang Persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Perumusan Teks Proklamasi
Peristiwa Rengasdengklok telah mengubah jalan pikiran Bung Karno dan Bung Hatta.
Mereka telah menyetujui bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus segera
dikumandangkan. Kemudian diadakanlah rapat yang membahas Persiapan
Proklamasi Kemerdekaan di rumah Laksamana Maeda, dipilihnya rumah
Laksamana Maeda karena tempat tersebut dianggap tempat yang aman dari
ancaman tindakan militer Jepang karena Maeda adalah Kepala Kantor
Penghubung Angkatan Laut Jepang dan Maeda juga merupakan kawan baik Mr.
Ahmad Subardjo.

Di kediaman Maeda itulah rumusan teks proklamasi disusun. Hadir dalam pertemuan
itu Sukarni, B.M.Diah dan Mbah Diro dari golongan muda yang menyaksikan
perumusan teks proklamasi. Semula golongan muda menyodorkan teks proklamasi
yang keras nadanya dan karena itu rapat tidak menyetujui.

Teks Naskah Proklamasi tulisan Ir Soekarno yang ditempatkan di Monumen Nasional

Kemudian berdasarkan pembicaraan antara Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo,


diperoleh rumusan teks proklamasi yang ditulis tangan oleh Soekarno yang berbunyi:

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang
mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan
dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17-8-'05
Wakil2 bangsa Indonesia

Setelah teks proklamasi selesai disusun, Permasalahan baru muncul yaitu perihal
siapa yang harus menandatangani teks tersebut, setelah teks proklamasi
disusun. Drs. M. Hatta memberi usulan, agar teks proklamasi itu ditandatangani oleh
seluruh yang hadir sebagai Wakil Bangsa Indonesia. Sukarni dari golongan muda,
mengajukan usulan bahwa teks proklamasi tidak perlu ditandatangani oleh
semua yang hadir, tetapi cukup oleh dua orang saja, yaitu Ir. Sukarno dan Drs.
M. Hatta, Atas Nama Bangsa Indonesia. dan Ir. Sukarno juga diusulkan untuk
membacakan teks proklamasi tersebut. Usulan dari Sukarni, diterima. Kemudian,
Sukarno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi tersebut,
dengan perubahan-perubahan yang disetujui bersama.

Setelah konsep selesai disepakati, Sayuti Melik menyalin dan mengetik naskah
tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL
Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalnya pembacaan
proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan
dipindahkan ke kediaman Ir. Soekarno.

Persiapan Pembacaan Teks Proklamasi


Dini hari pada tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin nasional dan para pemuda
kembali ke rumah masing-masing guna menyiapkan penyelenggaraan pembacaan
teks proklamasi setelah teks proklamasi selesai di rumuskan dan di sahkan. saat itu
Jepang mengetahui rencana pembacaan proklamasi dan mengira bahwa pembacaan
proklamasi akan dilaksanakan di lapangan Ikada, oleh karena itu tentara Jepang
memblokade lapangan Ikada. Barisan Muda pun telah ramai berdatangan menuju
lapangan Ikada dalam rangka menjadi saksi pembacaan teks proklamasi. Pemimpin
Barisan Pelopor (Sudiro), juga datang ke lapangan Ikada dan melihat pasukan
Jepang dengan persenjataan lengkap telah memblokade lapangan Ikada. Sudiro
kemudian melaporkan keadaan itu kepada Muwardi (Kepala Keamanan Bung Karno).
Sudiro pun kemudian mengetahui bahwa pembacaan proklamasi dipindah dari
lapangan Ikada ke rumah Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.

Saat itu, halaman rumah Sukarno mulai ramai dipadati oleh massa, menjelang
pembacaan teks proklamasi. Dr. Muwardi mengutus Latief Hendraningrat untuk
menjaga keamanan pelaksanaan upacara dan untuk mengantisipasi gangguan
dari tentara Jepang, dalam melaksanakan pengamanan Latief
Hendraningrat dibantu oleh Arifin Abdurrahman. Suasana halaman rumah
Sukarno, terlihat sangat ramai. Suwiryo, Wakil Walikota Jakarta, meminta kepada
Wilopo untuk mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Wilopo
kemudian meminjam mikrofon dan beberapa pengeras suara ke toko elektronik
milik Gunawan.

Kemudian Sudiro (Pemimpin Barisan Pelopor) mengutus Komandan Pengawal


rumah Sukarno, S. Suhud, untuk mencari tiang bendera. Suhud kemudian
memperoleh sebatang tiang bambu dari belakang rumah, dan menancapkan bambu
tersebut di dekat teras, kemudian dia memberi tali sebagai kelengkapan untuk
pengibaran bendera. Di sisi lain, Fatmawati (Istri Sukarno) mempersiapkan bendera
yang dijahit dengan tangannya sendiri. Ukuran bendera tersebut masih belum standar
seperti ukuran bendera sekarang.

Para pemuda mengiginkan agar pembacaan teks proklamasi segera dilaksanakan


karena mereka sudah tidak sabar untuk menyaksikan proklamasi kemerdekaan
indonesia. Mereka mendesak Muwardi agar mengingatkan Ir. Sukarno agar segera
melaksanakan proklamasi kemerdekaan indonesia. Namun Sukarno menolak jika
harus melaksanakannya sendiri tanpa didampingi Bung Hatta. Ketegangan pun
terjadi sebab Muwardi terus mendesak Sukarno, untuk segera membacakan teks
proklamasi tanpa harus menunggu kehadiran Bung Hatta. Untunglah, 5 menit
sebelum pelaksanaan upacara, Bung Hatta datang dan langsung mendampingi
Sukarno untuk segera melaksanakan upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Pelaksanaan Upacara Proklamasi Kemerdekaan
Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada
tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta
(yang sekarang menjadi jalan Proklamasi).

Bendera Indonesia dikibarkan pada proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945

Upacara proklamasi kemerdekaan dipimpin oleh Latief Hendraningrat, tanpa protokol.


Latief segera memimpin barisan untuk berdiri, dengan sikap sempurna. Suhud
dan Latief mengibarkan bendera merah putih secara perlahan-lahan, sesudah
selesainya pembacaan proklamasi, Bendera merah putih dinaikkan sambil diiringi
lagu Indonesia Raya, yang secara spontan dinyanyikan oleh seluruh masyarakat
yang hadir pada saat itu.

Seusai pengibaran bendera Merah Putih acara dilanjutkan sambutan dari Wali
Kota Suwiryo dan dr. Muwardi. Pelaksanaan upacara Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dihadiri oleh tokoh tokoh Indonesia lainnya, seperti Sukarni, Mr.
Latuharhary, Ibu Fatmawati, Ny. S.K. Trimurti, Mr. A.G. Pringgodigdo, Mr. Sujono dan
dr. Samsi,
PROSES PEMBENTUKAN NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA (NKRI)
A. Awala Proses Pembentukan Indonesia (Sebelum Merdeka)
Belanda menjajah / masuk ke Indonesia. Di bawah kepemimpinan Cornelius de
Houtman, Belanda berhasil masuk ke Indonesia melalui Banten. Tujuan belanda
saat itu adalah untuk mendapatkan dan menguasai pasar rempah-rempah di
indonesia dengan mendirikan VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) yang
bertempat di Banten pada tahun 1602. Karena pasar di Banten sadang mengalami
persaingan perdagangan anatara Tionghoa dan Inggris, oleh karna itu VOC
dipindahkan ke Sulawesi Selatan. namun Di Sulawesi Selatan VOC mendapat
perlawanan dari Sultan Hasanddin.

VOC (Verenigde Oostindische Compagnie)

Beberapa kali berpindah tempat akhirnya VOC mendapatkan tempat di Yogyakarta.


Di Yogyakarta, VOC menyepakati perjanjian Giyanti berisi Belanda mengakui
mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwono 1. Perjanjian Giyanti juga
membagi kerajaan Mataram menjadi Kasultanan Surakarta dan Kasunan
Yogyakarta. kemudian pada tanggal 1 Januari 1800 VOC dibubarkan setelah
Perancis mengalahkan Belanda. Penjajahan Belanda tidak berhenti Semenjak
VOC dibubarkan. Belanda kemudian menunjuk Daendels sebagai gubernur jenderal
hindia belanda.

Penjajahan Belanda terhadap Indonesia berakhir secara keseluruhan saat


Pemerintah Jepang melakukan penyerangan. Tanggal 27 Februari 1942 tentara
Jepang berhasil mengalahkan armada gabungan dari Negara Inggris, Australia,
Amerika dan Belanda. Kemudian, di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi
Imamura, tentara Jepang mulai menginjakkan kaki di Pulau Jawa. Di sana Letnan
Jenderal Hitoshi Imamura mengancam akan menyerang Belanda apabila tidak
segera menyerah. Pada akhirnya setelah mengalami kekalahan terus menerus dari
Jepang, Tjarda van Starkenborgh Stachouwer selaku Jenderal Hindia Belanda
menyerah dan ditangkap oleh jepang. Hal ini menjadi tanda berakhirnya sejarah
penjajahan Belanda di Indonesia sekaligus pertanda dimulainya masa penjajahan
Jepang di Indonesia. Menyerahnya Belanda tanpa syarat terhadap Jepang
dilakukan melalui perjanjian Kalijati pada tanggal 8 maret 1942.

Pada 1 Maret 1945 Jepang mengumumkan pembentukkan BPUPKI (Badan


Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). kemudian pada 28 April
1945, Jenderal Kumakichi Harada, Komandan Pasukan Jepang Jawa melantik
anggota BPUPKI di Gedung Cuo Sangi In, di Pejambon Jakarta (sekarang
Gedung Kemlu). saat itu Ketua BPUPKI yang ditunjuk Jepang adalah dr.
Rajiman Wedyodiningrat dengan wakilnya Icibangase (Jepang) serta Sekretaris
R.P. Soeroso. Jumlah anggota BPUPKI saat itu ialah 63 orang yang mewakili
hampir semua wilayah di Indonesia.
Kemudian BPUPKI dibubarkan setelah melaksanakan tugasnya. Pada tanggal 7
Agustus 1945 Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Dokuritzu Zyumbi
Inkai atau PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) sebagai pengganti
BPUPKI. Tugas utama PPKI ialah mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan
keperluan pergantian kekuasaan.

Pada tanggal 9 Agustus, Jenderal Terauchi memanggil 3 tokoh nasional, yakni:


Drs, Mohammad Hatta, Dr. Radjiman Widyodiningrat, dan Ir. Sukarno. mereka
dipanggil ke Dalat Vietnam, untuk menerima informasi mengenai kemerdekaan
Indonesia. Pelaksanaan kemerdekaan, akan dapat dilakukan dengan segera.
Adapun mengenai wilayah Indonesia ialah seluruh wilayah bekas jajahan Hindia
Belanda.

Namun setelah pertemuan Dalat (Vietnam), PPKI tidak dapat bertugas karena para
pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan atas nama PPKI,
yang dianggap mereka merupakan alat buatan Jepang. Bahkan rencana rapat 16
Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa Rengasdengklok.
sehingga PPKI baru dapat bersidang sehari setelah proklamasi kemerdekaan.

B. Pidato Ir. Soekarno Pada Saat Proklamasi Kemerdekaan


Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada
tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta
(yang sekarang menjadi jalan Proklamasi). pembacaan nya sendiri dilakukan oleh Ir.
Soekarno, Berikut Teks pidato proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh Ir.
Soekarno:

Saudara-saudara sekalian!

Saya telah meminta Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam
sejarah kami yang paling penting.

Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan
negara kita-bahkan selama ratusan tahun!

Ada gelombang dalam tindakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik,
dan ada yang jatuh, namun semangat kami masih ditetapkan dalam arah cita-cita
kami.

Juga selama zaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak
pernah berhenti. Pada zaman Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk
pada mereka. Tetapi pada dasarnya, kita masih terus membangun kekuatan kita
sendiri, kita masih percaya pada kekuatan kita sendiri.

Kini telah hadir saat ketika benar-benar kita mengambil nasib tindakan kita dan nasib
negara kita ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk
mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri akan dapat berdiri dalam kekuatan.
Oleh karena semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari
seluruh Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dengan suara bulat berpendapat
bahwa sekarang telah datang waktu untuk mendeklarasikan kemerdekaan.

Saudara-saudara:
Bersama ini kami menyatakan solidaritas penentuan itu. Dengarkan Proklamasi
kami :

PROKLAMASI
KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN
INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN
LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO
YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.

DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945


ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.
SOEKARNO-HATTA.

Jadi, Saudara-saudara!

Kita sekarang sudah bebas!

Tidak ada lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!

Mulai saat ini kita membangun negara kita. Sebuah negara bebas, Negara Republik
Indonesia-lamanya dan abadi independen. Semoga Tuhan memberkati dan membuat
aman kemerdekaan kita ini!

C. Pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)


Pembacaan teks proklamasi oleh Ir.Soekarno dan Mohd Hatta di Jl.Pengangsaan
Timur no.56 (kediaman Soekarno) telah memberikan semangat baru bagi seluruh
rakyat Indonesia. Akibat pembacaan teks tersebut, maka bangsa Indonesia telah
merdeka dari tangan Jepang, dan bisa menentukan nasib di tangannya sendiri.

Persidangan resmi PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945

Sidang PPKI yang dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 1945 telah mengambil
keputusan, menetapkan, serta mengesahkan bahwasanya Undang-Undang
Dasar telah menjadi dasar Negara Indonesia (UUD 1945). Dengan demikian, maka
sudah terbentuklah Negara Kesatuan republik Indonesia yang menganut system
presidensial sebagai system pemerintahannya, dengan memilih Ir.Soekarno dan
Mohd.Hatta masing-masing sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
Mereka terpilih berdasarkan usul dari Otto Iskandardinata dan mendapat persetujuan
dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Saat itu hal pertama yang menjadi kendala adalah penyebaran berita atau informasi
kemerdekaan Indonesia ke seluruh pelosok negeri dan seluruh penjuru dunia. Hal ini
dikarenakan luas Indonesia yang sangat luas, ditambah dengan ketersediaan alat
komunikasi yang belum memadai. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat juang
pemuda Indonesia.

Penyebaran berita kemerdekaan di Pulau Jawa sendiri dapat dilakukan dengan


mudah dan cepat. Naskah proklamasi pada hari itu juga telah tiba di tangan Kepala
Bagian Radio dari kantor Domei (sekarang radio Antara). Ia menerima naskah
tersebut dari seorang wartawan bernama Syahruddin. Kemudian Syahruddin
mengutus F.Wuz agar menyiarkan ke seluruh penjuru indonesia perihal kemerdekaan
ini.

Akibat dari penyiaran kemerdekaan indonesia tersebut, komandan tentara Jepang di


Jawa meralat hal tersebut dan mengatakan bahwa hal yang disiarkan adalah hal yang
keliru. Puncaknya, pada tanggal 20 Agustus 1945, kantor berita Domei disegel
dan karyawannya dilarang masuk. Namun, seorang wartawan bernama Jusuf
Ronodipuro membuat pemancar radio baru, dari sinilah usaha untuk menyiarkan
kemerdekaan Indonesia terus dilakukan.

Penyebaran berita kemerdekaan Indonesia tidak hanya sebatas melalui udara saja.
Ada banyak hal yang dilakukan oleh para pemuda dalam usaha untuk
menyebarluaskan kemerdekaan. Mereka juga memasang plakat, maupun
menuliskan slogan-slogan kemerdekaan berupa coretan di dinding dan gerbong
kereta api.

Berita penyebaran kemerdekaan Indonesia juga disebarluaskan melalui


perwakilan-perwakilan daerah yang hadir di dalam siding PPKI tanggal 18 Agustus
1945. Mereka adalah A.A Hamidan dari Kalimantan, T.Muhammad Hasan dari
Aceh, Ketut Pudja dari Bali dan Sam Ratulangi dari Sulawesi.

D. Tokoh-Tokoh Yang Berperan Dalam Proklamasi


Peristiwa proklamasi yang diselenggarakan pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB
telah memberikan semangat baru bagi rakyat Indonesia. Dengan adanya proklamasi
ini, maka rakyat Indonesia telah terbebas dari penjajahan dan berhak menentukan
pemerintahan serta nasibnya sendiri. Para tokoh-tokoh nasional telah banyak berbuat
untuk menjadikan Negara Indonesia menjadi sebuah negara yang berdaulat. Mereka
takkenal takut dan lelah untuk terus berdiskusi memperjuangkan kedaulatan
indonesia. Berikut merupakan beberapa tokoh yang kami rasa berperan besar dalam
peristiwa proklamasi kemerdekaan indonesia:

1. Ir. Soekarno
Tidak dapat dipungkiri peran Soekarno dalam berbagai peristiwa untuk merebut
kemerdekaan bangsa Indonesia. Beliau terkenal dengan bapak proklamasi. Beliau
merupakan seorang tokoh bangsa yang menjadi pemikir hebat dan sangat kritis
terhadap kebijakan-kebijakan penjajah yang tidak memihak kepentingan rakyat
pribumi. Ir.Soekarno juga yang menyusun 5 poin pancasila yang sampai sekarang
dijadikan dasar Negara Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945, beliau dengan
didampingi oleh Mohd.Hatta membacakan naskah proklamasi yang telah disusun
pada malam harinya.

2. Drs. Mohammad Hatta


Drs. Mohammad Hatta bersama dengan Ir.Soekarno merupakan seorang bapak
bangsa Indonesia. Beliau selalu setia menemani Ir.Soekarno dalam memikirkan,
merancang dan memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indoneisa. Drs. Mohammad
Hatta (Bung Hatta) seringkali menjadi perantara antara golongan muda dan golongan
tua, terutama dengan Bung Karno. Karena peran beliau, pendapat golongan tua dan
golongan muda bisa dipertemukan.

3. Laksamana Tadashi Maeda


Walaupun beliau orang Jepang, Laksamana Tadashi Maeda rela membantu
indonesia karena simpati akan nasib rakyat indonesia, Maeda sendiri merupakan
seorang perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Hindia Belanda pada
masa Perang Pasifik. Ia melanggar perintah Sekutu yang melarang para pemimpin
Indonesia mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peranannya dalam
mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah menyediakan tempat
(rumahnya) untuk penyusunan konsep teks Proklamasi.

4. Sayuti Melik
Sayuti melik merupakan salah satu tokoh nasionalis yang berjasa pada saat peristiwa
proklamasi. Salah satu jasanya karena Sayuti Melik lah yang mengetik naskah
proklamasi yang disalin dari tulisan tangan asli Ir.Soekarno. Beliau juga masuk ke
dalam keanggotaan PPKI.

5. Mr. Achmad Soebardjo


Achmad Soebardjo Djojoadisurjo (lahir di Karawang, Jawa Barat, 23 Maret 1896 –
wafat 15 Desember 1978) adalah Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Mr.
Achmad Soebardjo adalah salah seorang tokoh dari golongan tua yang berperan
dalam mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Adapun peranan Mr.
Achmad Soebardjo ialah menyusun konsep teks proklamasi di rumah
Laksamana Tadashi Maeda bersama Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.

6. B.M Diah
Beliau merupakan slaah satu tokoh yang ikut serta dalam penyusunan naskah
proklamasi bersama dengan tokoh lainnya. B.M Diah juga merupakan seorang
wartawan yang sangat berperan dalam menyiarkan kabar berita proklamasi ke
seluruh pelosok indonesia.

7. Sukarni
Sukarni merupakan tokoh dari kalangan pemuda yang pada saat mendengar kabar
bahwa Jepang telah menyerah tanpa syarat kepada sekutu, dia bersama
teman-teman yang lain langsung mendesak golongan tua yang dipimpin oleh
Ir.Soekarno untuk segera memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Mereka
kemudian menculik Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta. ke Rengasdengklok.
Peristiwa inilah yang dikenal dengan "peristiwa Rengasdengklok".
SEJARAH LENGKAP PROKLAMASI
KEMERDEKAAN INDONESIA
Belanda yang menjajah Indonesia pada masa kolonial selama hampir 350 tahun,
Inggris yang menjajah selama 5 tahun, kemudian diakhiri Jepang yang menjajah
indonesia selama 3,5 tahun sebelum akhirnya indonesia bisa merdeka.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sendiri dilaksanakan pada hari Jumat, 17


Agustus 1945 atau 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, dimana teks proklamasi
dibacakan oleh Ir. Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta
bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.
Detik-detik pembacaan naskah proklamasi
Dini hari pada tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin nasional dan para pemuda
kembali ke rumah masing-masing guna menyiapkan penyelenggaraan pembacaan
teks proklamasi setelah teks proklamasi selesai di rumuskan dan di sahkan
(Perumusan dilakukan di rumah Laksamana Tadashi Maeda). saat itu melalui
mata-mata nya Jepang mengetahui rencana pembacaan proklamasi dan mengira
bahwa pembacaan proklamasi akan dilaksanakan di lapangan Ikada, oleh karena itu
tentara Jepang memblokade lapangan Ikada. Barisan Muda pun telah ramai
berdatangan menuju lapangan Ikada dalam rangka menjadi saksi pembacaan teks
proklamasi. Pemimpin Barisan Pelopor (Sudiro), juga datang ke lapangan Ikada
dan menyaksikan pasukan Jepang bersenjata lengkap telah memblokade
lapangan Ikada. Sudiro kemudian melaporkan keadaan itu kepada Muwardi
(Kepala Keamanan Bung Karno). Sudiro pun kemudian mengetahui bahwa
pembacaan proklamasi dipindah dari lapangan Ikada ke rumah Sukarno di Jalan
Pegangsaan Timur 56 Jakarta.

Saat itu, halaman rumah Sukarno mulai ramai didatangi oleh massa, menjelang
pembacaan teks proklamasi. Dr. Muwardi mengutus Latief Hendraningrat untuk
menjaga keamanan pelaksanaan upacara dan untuk mengantisipasi gangguan dari
tentara Jepang, dalam melaksanakan pengamanan Latief Hendraningrat dibantu
oleh Arifin Abdurrahman. Suasana halaman rumah Sukarno, terlihat sangat ramai.
Suwiryo (Wakil Walikota Jakarta) meminta kepada Wilopo untuk mempersiapkan
perlengkapan yang dibutuhkan. Wilopo kemudian meminjam mikrofon dan
beberapa pengeras suara ke toko elektronik milik Gunawan.

Teks Naskah Proklamasi hasil ketikan Mohamad Ibnu Sayuti Melik yang ditempatkan di Monumen
Nasional
Kemudian Sudiro (Pemimpin Barisan Pelopor) mengutus Komandan Pengawal
rumah Sukarno, S. Suhud, untuk mencari tiang bendera. Suhud kemudian
memperoleh sebatang tiang bambu dari belakang rumah, dan menancapkan bambu
tersebut di dekat teras, kemudian dia memberi tali sebagai kelengkapan untuk
pengibaran bendera. Di sisi lain, Fatmawati (Istri Sukarno) mempersiapkan
bendera yang dijahit dengan tangannya sendiri. Ukuran bendera belum standar
seperti ukuran bendera sekarang.

Saat itu para pemuda mengiginkan agar pembacaan teks proklamasi segera
dilaksanakan karena mereka sudah tidak sabar untuk menyaksikan proklamasi
kemerdekaan indonesia. Mereka mendesak Muwardi agar mengingatkan Ir. Sukarno
agar segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan indonesia. Namun Sukarno
menolak jika harus melaksanakannya sendiri tanpa didampingi Bung Hatta.
Ketegangan pun terjadi lantaran Muwardi terus mendesak Sukarno untuk segera
membacakan teks proklamasi tanpa harus menunggu kehadiran Bung Hatta.
Untunglah, 5 menit sebelum pelaksanaan upacara, Bung Hatta datang dan langsung
mendampingi Sukarno untuk segera melaksanakan upacara proklamasi
kemerdekaan Indonesia.

Pelaksanaan Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan


Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada
tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta
(sekarang jalan Proklamasi). Sejak pagi telah dilakukan persiapan di tempat tersebut
(rumah Ir. Soekarno), untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Bendera Indonesia dikibarkan pada proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945

Banyak tokoh pergerakan nasional beserta rakyat berkumpul di tempat itu. Mereka
ingin menyaksikan pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sesuai
kesepakatan yang diambil di rumah Laksamana Maeda, para tokoh Indonesia
menjelang pukul 10.30 waktu Jawa (zaman Jepang) atau 10.00 WIB telah hadir di
rumah Ir. Soekarno. Mereka hadir untuk menjadi saksi pembacaan teks Proklamasi
Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Acara yang disusun dalam upacara di kediaman 1r. Soekarno (jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta) tersebut, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
2. Pengibaran bendera Merah Putih.
3. Sambutan Walikota Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi.

Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol. Latief Hendraningrat


memberi aba-aba siap kepada seluruh barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri
tegak dengan sikap sempurna.

Suasana menjadi sangat hening ketika Bung Karno dan Bung Hatta dipersilakan maju
beberapa langkah dari tempatnya semula. Dengan suaranya yang mantap, Bung
Karno dan didampingi Bung Hatta membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia setelah sebelumnya mengucapkan pidato singkat.

Setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan selesai, maka dilanjutkan dengan


upacara pengibaran bendera Merah Putih. Bendera Sang Saka Merah Putih itu dijahit
oleh Ibu Fatmawati Soekarno. saat itu Suhud bertugas mengambil bendera dari atas
baki (nampan) yang telah disediakan dan mengibarkannya dengan bantuan Latief
Hendraningrat.

Kemudian Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan hadirin yang datang bersama-sama
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera dinaikkan perlahan-lahan menyesuaikan
syair lagu Indonesia Raya.

Seusai pengibaran bendera Merah Putih acara dilanjutkan sambutan dari Walikota
Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi. Pelaksanaan upacara Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dihadiri oleh tokoh tokoh Indonesia lainnya, seperti Mr. Latuharhary,
Sukarni, Ibu Fatmawati, Mr. A.G. Pringgodigdo, Mr. Sujono, Ny. S.K. Trimurti, dan dr.
Samsi,.

Soekarno membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah diketik
oleh Sayuti Melik dan telah ditandatangani oleh Soekarno-Hatta
Pidato Ir. Soekarno Pada Saat Proklamasi Kemerdekaan
Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada
tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta
(yang sekarang menjadi jalan Proklamasi). pembacaan nya sendiri dilakukan oleh Ir.
Soekarno, Berikut Teks pidato proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh Ir.
Soekarno:

Saudara-saudara sekalian!

Saya telah meminta Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam
sejarah kami yang paling penting.

Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan
negara kita-bahkan selama ratusan tahun!

Ada gelombang dalam tindakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik,
dan ada yang jatuh, namun semangat kami masih ditetapkan dalam arah cita-cita
kami.

Juga selama zaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak
pernah berhenti. Pada zaman Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk
pada mereka. Tetapi pada dasarnya, kita masih terus membangun kekuatan kita
sendiri, kita masih percaya pada kekuatan kita sendiri.

Kini telah hadir saat ketika benar-benar kita mengambil nasib tindakan kita dan nasib
negara kita ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk
mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri akan dapat berdiri dalam kekuatan.

Oleh karena semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari
seluruh Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dengan suara bulat berpendapat
bahwa sekarang telah datang waktu untuk mendeklarasikan kemerdekaan.

Saudara-saudara:
Bersama ini kami menyatakan solidaritas penentuan itu. Dengarkan Proklamasi
kami :

PROKLAMASI

KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN


INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN
LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO
YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.

DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945


ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.
SOEKARNO-HATTA.

Jadi, Saudara-saudara!

Kita sekarang sudah bebas!

Tidak ada lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!
Mulai saat ini kita membangun negara kita. Sebuah negara bebas, Negara Republik
Indonesia-lamanya dan abadi independen. Semoga Tuhan memberkati dan membuat
aman kemerdekaan kita ini!

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Salah satu kendala / masalah utama setelah terjadinya Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia ialah penyebaran berita atau informasi kemerdekaan Indonesia ke seluruh
penjuru indonesia dan dunia. Hal ini dikarenakan luas Indonesia yang sangat luas,
ditambah dengan ketersediaan alat komunikasi yang belum memadai. Namun hal ini
tidak menyurutkan semangat juang pemuda Indonesia.

Penyebaran berita kemerdekaan di Pulau Jawa sendiri dapat dilakukan dengan


mudah dan cepat. Naskah proklamasi pada hari itu juga telah tiba di tangan Kepala
Bagian Radio dari kantor Domei (sekarang radio Antara). Ia menerima naskah
tersebut dari seorang wartawan bernama Syahruddin. Kemudian Syahruddin
mengutus F.Wuz agar menyiarkan ke seluruh penjuru Indonesia.

Akibat dari penyiaran kemerdekaan indonesia tersebut, komandan tentara Jepang di


Jawa meralat hal tersebut dan mengatakan bahwa hal yang disiarkan adalah hal yang
keliru. Puncaknya, pada tanggal 20 Agustus 1945, kantor berita Domei disegel dan
karyawannya dilarang masuk. Namun, seorang wartawan bernama Jusuf
Ronodipuro membuat pemancar radio baru, dari sinilah usaha untuk
menyiarkan kemerdekaan Indonesia terus dilakukan.

Penyebaran berita kemerdekaan Indonesia tidak hanya sebatas melalui udara saja.
Ada banyak hal yang dilakukan oleh para pemuda dalam usaha untuk
menyebarluaskan kemerdekaan. Mereka juga memasang plakat, maupun
menuliskan slogan-slogan kemerdekaan berupa coretan di dinding dan gerbong
kereta api misalnya dengan slogan Respect Our Constitution, August 17!!!
(Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!)..

Berita penyebaran kemerdekaan Indonesia juga disebarluaskan melalui


perwakilan-perwakilan daerah yang hadi pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945.
Mereka adalah A.A Hamidan dari Kalimantan, T.Muhammad Hasan dari Aceh, Ketut
Pudja dari Bali dan Sam Ratulangi dari Sulawesi.

Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga
dilakukan melalui media pers dan surat selebaran. Hampir semua harian di Jawa
dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi
kemerdekaan indonesia dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang menulis berita
proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui media pers antara lain
Sayuti Melik, Sumanang dan B.M. Diah. Melalui berbagai cara dan media tersebut,
akhirnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas ke penjuru
Indonesia dan terdengan di seluruh dunia.
PEMBERONTAKAN DI INDONESIA
Dahulu, Indonesia pernah berada di situasi konflik yang menyebabkan pertumpahan
darah diberbagai tempat. Kala itu banyak dari aksi konfrontasi dilakukan oleh para
pemberontak yang mengancam kedaulatan Indonesia yang sudah direbut dengan
susah payah dari Belanda. Terdapat 8 peristiwa pemberontakan yang pernah terjadi
di Indonesia. Apa saja peristiwa pemberontakan di Indonesia ?

8 Pemberontakan di Indonesia yang Paling Membahayakan


1. Pemberontakan PKI di Madiun (PKI Musso) Tahun 1948
Membahas tentang pemberontakan PKI di Madiun / PKI Madiun tidak bisa lepas
dari jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin tahun 1948. Mengapa kabinet Amir jatuh ?
Jatuhnya kabinet Amir disebabkan karena kegagalannya dalam Perundingan
Renville yang dirasa merugikan Indonesia. Setelah kabinet Amir Sjarifuddin jatuh
karena tidak mendapat dukungan lagi sejak disepakatinya Perjanjian Renville. Lalu
dibentuklah kabinet baru dengan Mohammad Hatta sebagai perdana menteri, namun
Amir beserta kelompok-kelompok sayap kiri lainnya tidak setuju dengan pergantian
kabinet tersebut.

Untuk merebut kembali kedudukannya, pada tanggal 28 Juni 1948 Amir Syarifuddin
membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) Untuk memperkuat basis massa, FDR
membentuk organisasi kaum petani dan buruh. Pada tanggal 11 Agustus 1948,
Setelah Musso tiba dari Moskow. Amir dan FDR segera bergabung dengan
Musso. Untuk memperkuat organisasi, maka disusunlah doktrin bagi PKI. Doktrin itu
bernama Jalan Baru.

Oleh PKI daerah Surakarta dijadikan daerah kacau (wildwest). Sementara Madiun
dijadikan markas gerilya. Pada tanggal 18 September 1948, Musso
memproklamasikan berdirinya pemerintahan Soviet di Indonesia. Tujuannya
untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
menggantinya dengan negara komunis. Pada waktu yang bersamaan, gerakan PKI
dapat merebut tempat-tempat penting di Madiun.

Kemudian atas perintah Jenderal Sudirman, tentara berhasil menumpas gerakan ini.
Sang tokoh utama itu tewas sedangkan beberapa yang lain seperti Dipa Nusantara
Aidit (DN. Aidit) berhasil meloloskan diri.

Dipa Nusantara Aidit

Untuk menumpas pemberontakan PKI, TNI sebagai aparat pun tak diam saja dengan
gerakan membahayakan ini. pemerintah melancarkan operasi militer. Dalam hal ini
peran Divisi Siliwangi cukup signifikan. Di samping itu, Panglima Besar Jenderal
Soedirman memerintahkan Kolonel Sungkono di Jawa Timur dan Kolonel Gatot
Subroto di Jawa Tengah untuk mengerahkan pasukannya menumpas
pemberontakan PKI di Madiun. Dengan dukungan rakyat dari berbagai tempat,
pada tanggal 30 September 1948, kota Madiun berhasil direbut kembali oleh
tentara Republik Indonesia. Pada akhirnya tokoh-tokoh PKI seperti Lukman dan DN.
Aidit melarikan diri ke Vietnam dan Cina. Sementara itu, tanggal 31 Oktober 1948
Musso tewas ditembak. Sekitar 300 orang ditangkap oleh pasukan Siliwangi
pada tanggal 1 Desember 1948 di daerah Purwodadi, Jawa Tengah.

Dengan ditumpasnya pemberontakan PKI di Madiun, maka selamatlah bangsa dan


negara Indonesia dari ancaman kaum komunis yang bertentangan dengan ideologi
Pancasila. Penumpasan pemberontakan PKI dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri,
tanpa bantuan apa pun dari pihak asing. Dalam kondisi bangsa yang masih begitu
sulit kala itu, ternyata Republik Indonesia sanggup menumpas pemberontakan yang
relatif besar oleh golongan komunis dalam waktu singkat.

2. Pemberontakan Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia (TII)


DI/TII dibentuk karena banyak pihak yang kecewa dengan kepemimpinan Presiden
Soekarno. Tujuan DI TII sendiri ialah mendirikan negara berbasis Islam dengan
pimpinan utamanya bernama Kartosuwiryo. Kelompok ini rupanya mendapat
dukungan dari banyak pihak, termasuk Aceh dan beberapa daerah lain yang bahkan
menyatakan bergabung dengan organisasi tersebut.

Teungku Muhammad Daud Beureu'eh, ulama pemimpin perjuangan DI/TII Aceh

Dalam perkembangannya, DI TII menyebar hingga di beberapa wilayah, terutama


Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan dan Aceh. Untuk melindungi kereta api,
Kavaleri Kodam VI Siliwangi (sekarang Kodam III) mengawal kereta api dengan
panzer tak bermesin yang didorong oleh lokomotif uap D-52 buatan Krupp Jerman
Barat. Panzer tersebut berisi prajurit TNI yang siap tempur dengan senjata mereka.
Bila ada pertempuran antara TNI dan DI/TII di depan, maka kereta api harus berhenti
di halte terdekat. Pemberontakan bersenjata yang selama 13 tahun itu telah
menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Ribuan ibu-ibu menjadi janda dan
ribuan anak-anak menjadi yatim-piatu. Diperkirakan 13.000 rakyat Sunda, anggota
organisasi keamanan desa (OKD) serta tentara gugur. Anggota DI/TII yang tewas
pun tak diketahui pasti jumlahnya.
Pemerintah menganggap jika gerakan ini akan membahayakan stabilitas dan
kedaulatan negara. Oleh karenanya, negara pun mengeluarkan perintah untuk
menumpas gerakan ini agar tidak semakin merajalela. Kemudian setelah
Kartosoewirjo ditangkap TNI dan dieksekusi mati pada 1962, gerakan ini menjadi
terpecah, namun tetap eksis secara diam-diam meskipun dinyatakan sebagai
organisasi ilegal oleh pemerintah Indonesia. Uniknya, sosok
Kartosoewirjo ini ternyata adalah sahabat dekat Bung Karno selama masih
dalam pengasuhan HOS Tjokroaminoto.

3. Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia


(PRRI)
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia atau PRRI tercipta sebagai buah dari
protes masyarakat daerah yang merasakan ketidakadilan pemerintah pusat. Daerah
kecewa terhadap pemerintah pusat yang dianggap tidak adil dalam alokasi dana
pembangunan. Kekecewaan tersebut diwujudkan dengan pembentukan
dewan-dewan daerah seperti berikut.
 Dewan Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Kolonel Ventje
Sumual.
 Dewan Garuda di Sumatra Selatan yang dipimpin oleh Letkol Barlian.
 Dewan Gajah di Sumatra Utara yang dipimpin oleh Kolonel Maludin
Simbolan.
 Dewan Banteng di Sumatra Barat yang dipimpin oleh Letkol Ahmad
Husein.

Tanggal 10 Februari 1958 Ahmad Husein menuntut agar Kabinet Djuanda


mengundurkan diri dalam waktu 5 x 24 jam, dan menyerahkan mandatnya kepada
presiden. Tuntutan tersebut jelas ditolak pemerintah pusat. Setelah menerima
ultimatum, maka pemerintah bertindak tegas dengan memecat secara tidak hormat
Ahmad Hussein, Zulkifli Lubis, Dahlan Djambek dan Simbolon yang memimpin
gerakan sparatis. Langkah berikutnya tanggal 12 Februari 1958 KSAD A.H.
Nasution membekukan Kodam Sumatra Tengah dan selanjutnya menempatkan
langsung di bawah KSAD. Pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hussein
memproklamasikan berdirinya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI). Dimana Mr. Syafruddin Prawiranegara diangkat sebagai perdana
menterinya.

Pemerintah pusat pun menganggap jika ini sebagai aksi membahayakan karena misi
PRRI adalah membentuk semacam pemerintahan tandingan. Belum lagi mereka
didukung oleh banyak pihak pula. Akhirnya TNI dikerahkan untuk memberantas
gerakan ini dan Indonesia sekali lagi aman dari pergolakan.

4. Pemberontakan Permesta
Proklamasi PRRI ternyata mendapat dukungan dari Indonesia bagian Timur.
Gerakannya dikenal dengan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Permesta
dideklarasikan oleh pemimpin sipil dan militer Indonesia bagian timur pada 2
Maret 1957 yaitu oleh Letkol Ventje Sumual. Gerakan ini jelas melawan
pemerintah pusat dan menentang tentara sehingga harus ditumpas. Untuk
menumpas gerakan Permesta, pemerintah melakuakan operasi militer beberapa kali.
Berikut ini operasi-operasi militer tersebut.
1. Komando operasi Merdeka yang dipimpin oleh Letkol Rukminto
Hendraningrat.
2. Operasi Mena I yang dipimpin Letkol Pieters dengan sasaran Jailolo.
3. Operasi Mena II yang dipimpin Letkol Hunholz untuk merebut lapangan
udara Morotai.
4. Operasi Saptamarga I yang dipimpin Letkol Sumarsono, dengan tujuan
menumpas Permesta di Sulawesi Utara bagian Tengah.
5. Operasi Saptamarga II yang dipimpin Letkol Agus Prasmono dengan tujuan
menumpas Permesta di Sulawesi Utara bagian Selatan.
6. Operasi Saptamarga III yang dipimpin Letkol Magenda dengan tujuan
menumpas Permesta di kepulauan sebelah Utara Manado.
7. Operasi Saptamarga IV yang dipimpin Letkol Rukminto Hendraningrat,
dengan tujuan menumpas Permesta di Sulawesi Utara.

Ternyata Gerakan Permesta mendapat dukungan asing, terbukti dengan


ditembaknya pesawat militer di atas Ambon pada 18 Mei 1958 yang
dikemudikan oleh Alan Pope seorang warga negara Amerika Serikat.

Selain itu Presiden Taiwan Chiang Kai Shek pernah merencanakan untuk
mengirimkan 1 skuadron pesawat tempur dan 1 resimen marinir untuk merebut
Morotai bersama sama dengan Permesta, namun Menteri Luar Negeri Taiwan Yen
Kung Chau menentang gagasan itu. karena khawatir Republik Rakyat Tiongkok akan
ikut serta membantu Pemerintah Pusat di Jakarta dan mungkin akan mempunyai
alasan untuk mengintervensi terhadap Taiwan. walaupun demikian. Taiwan
sebelumnya memang sudah membantu Permesta dengan mengirimkan persenjataan
dan dua squadron pesawat tempur ke Minahasa untuk Angkatan Udara Revolusioner,
Namun setelah bantuan Taiwan tercium Pemerintah Pusat. Bulan Agustus 1958,
militer mengambil alih bisnis yang dipegang oleh penduduk WNI asal Taiwan
dan sejumlah surat kabar, sekolah ditertibkan. Meskipun mendapat banyak
dukungan dari pihak asing, pemberontakan Permesta dapat dilumpuhkan sekitar
bulan Agustus 1958, walaupun sisa-sisanya masih ada sampai tahun 1961.

5. Pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)


Gerakan Aceh Merdeka merupakan sebuah organisasi separatis yang memiliki tujuan
supaya daerah Aceh lepas dari Republik Indonesia. Konflik antara pemerintah dan
GAM yang diakibatkan perbedaan keinginan ini telah berlangsung sejak tahun 1976
dan menyebabkan jatuhnya korban hampir sekitar 15.000 jiwa. Gerakan ini juga
dikenal dengan nama Aceh Sumatra National Liberation Front (ASNLF). GAM
dipimpin oleh Hasan di Tiro yang sekarang bermukim di Swedia dan memiliki
kewarganegaraan Swedia.

Secara umum Latar belakang terjadinya Pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka


yang paling jelas adalah Perbedaan budaya antara Aceh dan banyak daerah lain di
Indonesia. Disamping itu, banyak kebijakan sekuler dalam administrasi pada masa
Presiden Soeharto (Orde Baru) sangat tidak disukai di Aceh, di mana banyak tokoh
Aceh tidak menyukai kebijakan pemerintahan Orde Baru yang mempromosikan
satu "budaya Indonesia". Kemudian lokasi provinsi Aceh yang terletak di ujung
Barat Indonesia menimbulkan anggapan yang meluas di provinsi Aceh bahwa para
pemimpin di Jakarta yang jauh tidak mengerti dan memperhatikan masalah
yang dimiliki Aceh serta tidak bersimpati pada kebutuhan dan adat istiadat di
Aceh yang berbeda.

Pada awalnya, GAM adalah sebuah organisasi yang diproklamirkan secara terbatas.
Deklarasi GAM yang dikumandangkan oleh Hasan di Tiro dilakukan secara
diam-diam disebuah kamp kedua yang bertempat di bukit Cokan, Pedalaman
Kecamatan Tiro, Pidie. Setahun kemudian, teks tesebut disebarluaskan dalam versi
tiga bahasa; Inggris Indonesia, dan Aceh. Penyebaran naskah teks proklamasi GAM
ini terungkap ketika salah seorang anggotanya ditangkap oleh polisi dikarena
pemalsuan formulir pemilu di tahun 1977. Sejak itulah, pemerintahan orde baru
mengetahui tentang pergerakan bawah tanah di Aceh.

Serangan pertama GAM pada tahun 1977 dilakukan terhadap Mobil Oil Indonesia yang
merupakan pemegang saham PT Arun NGL, dimana PT Arun NGL adalah operator ladang
gas Arun yang berlokasi di Lhokseumawe, Aceh Utara. Pada saat itu jumlah pasukan yang
dimobilisasi oleh GAM sangatlah terbatas. Meskipun sudah ada ketidakpuasan cukup besar di Aceh
namun hal tersebut tidak mengundang partisipasi aktif massa untuk mendukung GAM. Dalam
pengakuan Hasan di Tiro sendiri, pada awalnya hanya 70 orang yang bergabung dengannya dan
mereka kebanyakan berasal dari kabupaten Pidie, terutama dari desa di Tiro sendiri, yang
bergabung karena loyalitas pribadi kepada keluarga Hasan di Tiro, sementara sisanya bergabung
karena faktor kekecewaan pada pemerintah pusat.

Tentara Wanita dari Gerakan Aceh Merdeka dengan Panglima GAM Abdullah Syafi'i, 1999

Memburuknya kondisi keamanan di Aceh menyebabkan tindakan pengamanan keras


dilakukan pada tahun 2001-2002. Pemerintah Megawati pada tahun 2003 juga
meluncurkan operasi militer untuk mengakhiri konflik dengan GAM untuk selamanya
dan keadaan darurat diberlakukan di Provinsi Aceh. Pada November 2003 darurat
militer diperpanjang lagi selama 6 bulan karena GAM belum dapat dihancurkan
sepenuhnya. Menurut laporan Human Rights Watch akibat dari di adakannya darurat
militer di Aceh menyebabkan sekitar 100.000 orang mengungsi pada 7 bulan pertama
darurat militer dan beberapa pelanggaran HAM.

Konflik ini sebenarnya masih berlangsung pada akhir 2004, namu saat itu tiba-tiba
bencana Tsunami terjadi pada 24 Desember 2004 dan memporakporandakan segala
infrastruktur di provinsi Aceh, sehingga secara tidak langsung bencana alam terbesar
dalam sejarah Indonesia tersebut berhasil membekukan konflik yang terjadi di Aceh.

Pada 27 Februari 2005, pihak GAM dan pemerintah memulai tahap perundingan
di Vantaa, Finlandia. Marti Ahtisaari yang juga merupakan Mantan presiden
Finlandia berperan sebagai fasilitator. Pada 17 Juli 2005, setelah perundingan
selama 25 hari, tim perunding Indonesia berhasil mencapai kesepakatan damai
dengan GAM di Vantaa, Helsinki, Finlandia. Penandatanganan nota
kesepakatan damai dilangsungkan pada 15 Agustus 2005. Proses perdamaian
kemudian dipantau oleh sebuah tim yang bernama Aceh Monitoring Mission (AMM)
yang beranggotakan beberapa negara yang tergabung dalam Uni Eropa serta lima
negara ASEAN.

Berdasarkan perjanjian maka terciptalah kesepakatan bahwa dilakukannya pelucutan


senjata GAM dan Aceh akan menerima otonomi khusus di bawah Republik Indonesia
kemudian tentara non-organik (misal tentara beretnis non-Aceh) akan ditarik dari
provinsi Aceh (hanya menyisakan 25.000 tentara non-Aceh). Sebagai bagian dari
perjanjian tersebut, Uni Eropa menerjunkan 300 pemantau yang tergabung dalam
Misi Pemantau Aceh (Aceh Monitoring Mission). Misi mereka selesai pada tanggal 15
Desember 2006, setelah suksesnya pemilihan daerah gubernur Aceh yang pertama.

6. Pemberontakan Gerakan Separatis Tragedi Nasional G 30 S/PKI Tahun


1965
PKI yang sempat ditumpas pada tahun 1948, perlahan kembali tumbuh subur dan
makin menyebar keberadaannya. Hal ini membuat mereka pun makin jumawa dan
akhirnya jadi sebuah organisasi besar. Tujuan mereka pun sama seperti PKI tahun
1948 yakni membangun negara komunis di Indonesia.

Gerakan G30SPKI sendiri terjadi pada tanggal 30-September-1965 tepatnya saat


malam hari. Insiden G30SPKI masih menjadi perdebatan kalangan akademisi
mengenai siapa penggiatnya dan apa motif yang melatar belakanginya. Akan tetapi
kelompok reliji terbesar saat itu dan otoritas militer menyebarkan kabar bahwa insiden
tersebut merupakan ulah PKI yang bertujuan untuk mengubah unsur Pancasila
menjadi ideologi komunis.

Hingga pada puncaknya Pada tanggal 30 September 1965, PKI melakukan


penculikan terhadap Enam (6) jenderal senior TNI AD (Angkatan Darat). Tiga
Jenderal yaitu: MT Haryono, Ahmad Yani dan DI Panjaitan tewas di tempat.
Sedangkan Tiga Jenderal lainnya seperti Sutoyo Siswomiharjo, Soeprapto dan S.
Parman di bawa oleh para pemberontak dalam kondisi hidup.

Rencana kudeta ini berhasil pada awalnya, namun pemerintah tak tinggal diam dan
akhirnya melakukan serangan balasan. Aksi balasan untuk menumpas PKI
dipimpin Soeharto dan berhasil membuat PKI hanya tinggal sejarah saja.

7. Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka (OPM)


Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah sebuah gerakan nasionalis yang didirikan
tahun 1965 yang bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan Papua bagian barat dari
pemerintahan Indonesia. Sebelum era reformasi, provinsi yang sekarang terdiri atas
Papua dan Papua Barat ini dipanggil dengan nama Irian Jaya.

OPM merasa bahwa mereka tidak memiliki hubungan sejarah dengan bagian
Indonesia yang lain maupun negara-negara Asia lainnya. Penyatuan wilayah ini
ke dalam NKRI sejak tahun 1969 merupakan buah perjanjian antara Belanda
dengan Indonesia dimana pihak Belanda menyerahkan wilayah tersebut yang
selama ini dikuasainya kepada bekas jajahannya yang merdeka, Indonesia.
Perjanjian tersebut oleh OPM dianggap sebagai penyerahan dari tangan satu
penjajah kepada yang lain.

Pada tanggal 1 Juli 1971, Nicolaas Jouwe dan dua komandan OPM yang lain,
Seth Jafeth Raemkorem dan Jacob Hendrik Prai menaikkan bendera Bintang
Fajar dan memproklamasikan berdirinya Republik Papua Barat. Namun republik ini
berumur pendek karena segera ditumpas oleh militer Indonesia dibawah perintah
Presiden Soeharto.

Tahun 1982 Dewan Revolusioner OPM didirikan dimana tujuan dewan tersebut
adalah untuk menggalang dukungan masyarakat internasional untuk mendukung
kemerdekaan wilayah tersebut. Mereka mencari dukungan antara lain melalui PBB,
GNB, Forum Pasifik Selatan, dan ASEAN.

Namun belakangan ini rakyat papua semakin sadar bahwa gagasan papua merdeka
hanyalah omong kosong yang hanya dimanfaatkan para elit politik untuk mendapat
kekuasaan serta dimanfaatkan oleh negara-negara besar yang siap meng eksplorasi
emas yang dimiliki papua.

8. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)


Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang diproklamasikan merdeka
pada 25 April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia
Timur (saat itu Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat). Namun oleh
Pemerintah Pusat, RMS dianggap sebagai pemberontakan dan harus segera
ditumpas. Pulau-pulau terbesar yang menjadi basis RMS adalah Pulau Seram,
Ambon, dan Buru. Di Ambon RMS dikalahkan oleh militer Indonesia pada
November 1950, tetapi konflik di Pulau Seram masih berlanjut sampai
Desember 1963. Kekalahan di Ambon berujung pada pengungsian pemerintah RMS
ke Seram, Setelah RMS mengalami kekalahan di indonesia kemudian RMS
mendirikan pemerintahan dalam pengasingan di Belanda.

Lambang Republik Maluku Selatan

Di Belanda, Pemerintah RMS tetap menjalankan semua kebijakan Pemerintahan,


seperti Sosial, Politik, Keamanan dan Luar Negeri. Komunikasi antara Pemerintah
RMS di Belanda dengan para Menteri dan para Birokrat di Ambon berjalan lancar
terkendali. Keadaan ini membuat pemerintahan Sukarno tidak bisa berpangku tangan
menyaksikan semua aktivitas rakyat Maluku, sehingga dikeluarkanlah perintah untuk
menangkap seluruh pimpinan dengan semua jajarannya, sehingga pada akhirnya
dinyatakanlah bahwa Pemerintah RMS yang berada di Belanda sebagai Pemerintah
RMS dalam pengasingan Dengan bekal dokumentasi dan bukti perjuangan RMS.
Pemerintah Belanda mendukung kemerdekaan RMS, Namun di tahun 1978 terjadi
peristiwa Wassenaar, dimana beberapa elemen pemerintahan RMS melakukan
serangan terhadap Pemerintah Belanda sebagai protes terhadap kebijakan
Pemerintah Belanda. Oleh Press di Belanda dikatakanlah peristiwa itu sebagai teror
yang dilakukan para aktifis RMS di Belanda. Ada yang berpendapat serangan ini
disebabkan karena pemerintah Belanda menarik dukungan mereka terhadap RMS.
Ada lagi yang menyatakan serangan teror ini dilakukan karena pendukung RMS
frustasi, karena Belanda tidak dengan total memberikan dukungan kepada RMS.

Di antara kegiatan yang di lansir Press Belanda sabagai teror, adalah ketika di tahun
1978 kelompok RMS menyandera 70 warga sipil di gedung pemerintah Belanda
di Assen-Wassenaar. Selama tahun 70an, teror seperti ini dilakukan juga oleh
beberapa kelompok sempalan RMS, seperti kelompok Komando Bunuh Diri Maluku
Selatan yang dipercaya merupakan nama lain (atau setidaknya sekutu dekat)
Pemuda Maluku Selatan Merdeka. Kelompok ini merebut sebuah kereta api dan
menyandera 38 penumpangnya di tahun 1975.

Pada saat Kerusuhan Ambon yang terjadi antara 1999-2004, RMS kembali
mencoba memakai kesempatan untuk menggalang dukungan dengan
upaya-upaya provokasi, dan bertindak dengan mengatas-namakan rakyat
Maluku. Beberapa aktivis RMS telah ditangkap dan diadili atas tuduhan
kegiatan-kegiatan teror yang dilakukan dalam masa itu, walaupun sampai sekarang
tidak ada penjelasan resmi mengenai sebab dan aktor dibalik kerusuhan Ambon.

Pada 29 Juni 2007 beberapa pemuda Maluku mengibarkan bendera RMS di


hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhono pada hari keluarga nasional di
Ambon. Mereka menari tarian Cakalele seusai Gubernur Maluku menyampaikan
sambutan. Para hadirin mengira tarian itu bagian dari upacara meskipun sebenarnya
tidak ada dalam jadwal. Mulanya aparat membiarkan saja aksi ini, namun tiba-tiba
para penari itu mengibarkan bendera RMS. Barulah aparat keamanan tersadar dan
mengusir para penari keluar arena. Di luar arena para penari itu ditangkapi. Sebagian
yang mencoba melarikan diri dipukuli untuk dilumpuhkan oleh aparat.

Pada 24 April 2008 John Watilette perdana menteri pemerintahan RMS di


pengasingan Belanda berpendapat bahwa mendirikan republik merupakan sebuah
mimpi di siang hari bolong dalam peringatan 58 tahun proklamasi kemerdekaan RMS
yang dimuat pada harian Algemeen Dagblad yang menurunkan tulisan tentang
antipati terhadap Jakarta menguat.

Tujuan politik RMS sudah berlalu seiring dengan melemahnya keingingan


memperjuangkan RMS ditambah tidak adanya donatur atau negara asing yang
menyuplai pendanaannya, kini hubungan RMS dengan Maluku hanya menyangkut
soal sosial ekonomi.
12 PROFIL TOKOH INDONESIA PALING
BERPENGARUH SEPANJANG SEJARAH
1. Ir. Soekarno
Ir. Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode
1945-1966. Sukarno juga merupakan Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama
dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno
memainkan peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari
penjajahan Belanda.

Tokoh Indonesia - Ir. Soekarno

Selain sebagai tokoh proklamator dan Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno
juga dikenal sebagai pencetus dasar Negara Pancasila, karena ia yang pertama
kali mencetuskan konsep mengenai dasar negara Indonesia itu dan Soekarno pula
yang menamainya Pancasila. Tidak hanya itu saja, dia juga adalah seorang orator
yang handal dan politikus cerdas yang menguasai delapan bahasa. Tokoh bangsa
yang dikenal dengan sapaan Bung Karno ini selalu bisa menggetarkan hati para
pendengarnya saat berpidato, oleh karena perannya yang sangat dominan terutama
saat awal kelahiran bangsa indonesia maka tak heran jika soekarno termasuk salah
satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam kehidupan bangsa indonesia.

Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901. Ia meninggal di Jakarta, 21


Juni 1970 pada umur 69 tahun. Sebelum meninggal Soekarno telah dinyatakan
mengidap gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan di Wina, Austria tahun
1961 dan 1964. Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina
menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat, namun Soekarno menolaknya
dan lebih memilih pengobatan tradisional

2. Soeharto
Di dunia internasional, terutama di Dunia Barat, Soeharto dijuluki "The Smiling General" (Sang
Jenderal yang Tersenyum) karena selalu senyum dimuka umum/pers.

Tokoh Indonesia – Soeharto


Sebelum menjadi presiden, Soeharto adalah pemimpin militer pada masa
pendudukan Jepang dan Belanda, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Setelah
Gerakan 30 September, Soeharto menyatakan bahwa PKI adalah pihak yang
bertanggung jawab dan memimpin operasi untuk menumpasnya. Operasi ini
menewaskan lebih dari 500.000 jiwa. Soeharto kemudian mengambil alih kekuasaan
dari Soekarno, dan resmi menjadi presiden pada tahun 1968. Ia dipilih kembali oleh
MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Pada tahun 1998, masa
jabatannya selesai setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998,
Pengunduran diri ini dilatarbelakangi Kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan gedung
DPR / MPR oleh ribuan mahasiswa.

Semasa menjadi presiden, Soeharto dijuluki Bapak Pembangunan. Gelar itu tak
lepas dari upaya Soeharto menata dan membangun Indonesia. Karenanya, kabinet
Soeharto pun disebut Kabinet Pembangunan. Konsep Trilogi Pembangunan yang
diusung Soeharto memang membawa bangsa ini pada kejayaan berkali-kali. Sebut
saja masa-masa di mana Indonesia bisa mengalami swasembada beras, penekanan
inflasi dari 650 persen hingga menjadi 12 persen saja.

Soeharto merupakan orang Indonesia terlama dalam jabatannya sebagai presiden.


Soeharto digantikan oleh B.J. Habibie. Peninggalan Soeharto masih diperdebatkan
sampai saat ini. Dalam masa kekuasaannya, yang disebut Orde Baru, Soeharto
dianggap dapat membangun negara yang stabil dan mencapai kemajuan ekonomi
dan infrastruktur. namun disisi lain suharto juga dianggap membatasi kebebasan
warganegara Indonesia keturunan Tionghoa, menduduki Timor Timur, dan dianggap
sebagai rezim yang korup.

Suharto lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul,


Yogyakarta, 8 Juni 1921. ia meninggal karena kegagalan organ multifungsi di
Jakarta pada tanggal 27 Januari 2008 pada umur 86 tahun. oleh karena masa
perannya yang sanagat lama dalam memimpin bangsa indonesia maka tak heran jika
soeharto termasuk salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam kehidupan
bangsa indonesia,

3. Moh. Hatta
Mohammad Hatta / Bung Hatta merupakan salah seorang proklamator. Sejak
muda, pria kelahiran Bukittinggi, 12 Agustus 1902 dan lulusan Belanda ini
sudah dikenal sebagai aktivis dan organisatoris, hingga jadi seorang
negarawan yang sering mendampingi Soekarno dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia.
Tokoh Indonesia - Mohammad Hatta

Bung Hatta bersama Soekarno memainkan peranan penting untuk


memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda sekaligus
memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Ia juga pernah menjabat
sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS.
Kemudian Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena
berselisih dengan Presiden Soekarno. Selama menjabat sebagai wakil
presiden, Hatta aktif menulis dan berbagi ilmu mengenai koperasi. Perannya
tersebut membuat beliau dijuluki sebagai Bapak Koperasi. Selain itu karena
perannya yang sangat dominan terutama saat awal kelahiran bangsa
indonesia maka tak heran jika Bung Hatta termasuk salah satu tokoh yang
sangat berpengaruh bangsa Indonesia.

Mohammad Hatta meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun.


Setelah wafat, Pemerintah memberikan gelar Pahlawan Proklamator kepada
Bung Hatta pada 23 Oktober 1986 bersama dengan mendiang Bung Karno.
Pada 7 November 2012, Bung Hatta secara resmi bersama dengan Bung
Karno ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai
Pahlawan Nasional.

4. Ahmad Dahlan
Muhammad Darwis / Kyai Haji Ahmad Dahlan merupakan salah satu Pahlawan
Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga
K.H. Abu Bakar. K.H Abu Bakar adalah seorang ulama tersohor di Masjid Besar
Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan merupakan
puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat pada kala itu.

Tokoh Indonesia - Ahmad Dahlan


Pada umur 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi haji dan tinggal di Mekah selama 5 tahun.
Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran dan gagasan
pembaharu dalam Islam, seperti Al-Afghani, Muhammad Abduh, Ibnu Taimiyah dan
Rasyid Ridha. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti
nama menjadi Ahmad Dahlan. Selanjutnya Pada tahun 1903, ia bertolak kembali
ke Mekah dan tinggal selama 2 tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada
Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari KH. Hasyim Asyari, pendiri NU.

Pada 18 Nopember 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah


di kampung Kauman, Yogyakarta. Hal tersebut untuk melaksanakan cita-cita
pembaruan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu
pembaruan dalam cara berpikir dan beramal sesuai tuntunan agama Islam. la
ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan
al-Qur’an dan al-Hadits. Sejak awal Ahmad Dahlan sudah menetapkan bahwa
Muhammadiyah bukan organisasi politik namun bersifat sosial dan bergerak pada
bidang pendidikan.

Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan


resistensi, dari keluarga serta dari masyarakat sekitarnya. Bermacam tuduhan,
fitnahan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. Ahmad Dahlan dituduh hendak
mendirikan agama baru yang melanggar agama Islam. Ada yang mengecapnya
sebagai kyai palsu karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen, mengajar
di sekolah Belanda, dan bermacam-macam tuduhan lain. Karena saat itu Ahmad
Dahlan sempat mengajar agama Islam di sekolah OSVIA Magelang, yang merupakan
sekolah khusus Belanda untuk anak-anak priyayi. Ahmad Dahlan sendiri lahir di
Yogyakarta, 1 Agustus 1868. Ia meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada
umur 54 tahun. Berkat perannya mendirikan Muhammadiyah dimana pada akhirnya
organisasi ini sangat membantu kehidupan masyarakat indonesia dalam berbagai
bidang.

5. Hasyim Asyari
Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’arie adalah salah satu Pahlawan Nasional
Indonesia yang merupakan pendiri NU / Nahdlatul Ulama, dimana organisasi ini
merupakan organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. Di kalangan ulama
pesantren dan Nahdliyin ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti
maha guru.

Tokoh Indonesia - Hasyim Asyari

K.H. Hasjim Asy'ari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman
yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, ia
berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Trenggilis di
Semarang, Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban,
Pesantren Siwalan di Sidoarjo dan Pesantren Kademangan di Bangkalan.

Pada tahun 1892, K.H. Hasjim Asy'ari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru
pada Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi, Syekh Ahmad Khatib Minangkabau,
Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh
Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad
As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.

Pada tahun 1899, sepulangnya dari Mekah, KH Hasyim Asyari mendirikan


Pesantren Tebu Ireng, yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di
Jawa pada abad 20. Pada tahun 1926, KH Hasyim Asyari menjadi salah satu
pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama.
Hasyim Asyari sendiri lahir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, 10 April 1875. Ia
meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun dan
dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang. Berkat perannya mendirikan Nahdlatul
Ulama dimana pada akhirnya organisasi ini sangat membantu kehidupan masyarakat
indonesia dalam berbagai bidang.

6. Jenderal Besar Soedirman


Soedirman / Panglima tentara pertama Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman
adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang pada masa Revolusi
Nasional Indonesia. Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai
Panglima dan Jenderal RI yang pertama dan termuda. Saat usia Soedirman 31
tahun ia telah menjadi seorang jenderal.

Tokoh Indonesia - Jenderal Besar Soedirman

Soedirman diangkat sebagai panglima besar pada 18 Desember 1948. Pada 19


Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Militer II untuk menduduki
Yogyakarta. Soedirman, beserta sekelompok kecil tentara dan dokter pribadinya,
melakukan perjalanan ke arah selatan dan memulai perlawanan gerilya selama tujuh
bulan. Beliau mengomandoi kegiatan militer di Pulau Jawa, termasuk Serangan
Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto.

Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya dalam
perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1950 ia wafat karena
penyakit tuberkulosis tersebut dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Soedirman lahir di Bodas Karangjati,
Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916 dan meninggal di Magelang, Jawa
Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun.

7. Ki Hajar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, adalah
aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan
bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri
Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan
bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para
priyayi maupun orang-orang Belanda.

Tokoh Indonesia - Ki Hajar Dewantara

Sehingga nama Ki Hajar Dewantara identik dengan dunia pendidikan Indonesia.


Bahkan, hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 2 Mei pun diperingati
sebagai Hari Pendidikan Nasional. Sampai saat ini bagian semboyan ciptaannya,
tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.

Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Ia meninggal di Yogyakarta,


26 April 1959 pada umur 69 tahun. Setelah meninggal Ia dikukuhkan sebagai
pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959
(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28
November 1959).

8. Susilo Bambang Yudhoyono


TNI (Purn.) Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono atau yang populer dengan
panggilan SBY merupakan Presiden Indonesia ke-6 yang menjabat sejak 20
Oktober 2004. SBY bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, terpilih dalam
Pemilu Presiden 2004 dan berhasil meneruskan pemerintahannya untuk periode
kedua dengan berhasil memenangkan Pemilu Presiden 2009, kali ini bersama Wakil
Presiden Boediono. Sehingga, sejak era reformasi dimulai, SBY merupakan Presiden
Indonesia pertama yang menyelesaikan masa kepresidenan selama 5 tahun dan
berhasil terpilih kembali untuk periode kedua. Karena kehebatannya, pada tahun
2009 ia terpilih sebagai salah satu dari 100 tokoh Berpengaruh Dunia kategori
Pemimpin & Revolusioner Majalah TIME. Tahun 2005 dia dinobatkan sebagai
Bintang Asia (Star of Asia) oleh BusinessWeek.

Tokoh Indonesia - Susilo Bambang Yudhoyono

Sebelum menjadi presiden, SBY merupakan seorang pensiunan militer. Selama di


militer ia lebih dikenal sebagai Bambang Yudhoyono. Sebelum pensiun pada 25
September 2000, Pangkat terakhir Susilo Bambang Yudhoyono adalah Jenderal
TNI. Karier militernya terhenti ketika ia diangkat Presiden Abdurrahman Wahid
sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada tahun 1999. Kemudian pada 10
Agustus 2001 / masa kabinet Gotong Royong pimpinan Presiden Megawati
Soekarnoputri, SBY dipercaya sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan
Keamanan (Menko Polkam). Namun jabatan Menko Polkam ditinggalkannya pada
11 Maret 2004 lantaran SBY merasa tidak dipercaya lagi oleh presiden.

Pada Pemilu Presiden 2004, keunggulan suaranya dari Presiden Megawati


Soekarnoputri membuatnya menjadi presiden pertama yang terpilih melalui pemilihan
langsung oleh rakyat Indonesia. dalam pemerintahannya oleh beberapa pihak SBY
dianggap berhasil memperbaiki fundamental makro ekonomi indonesia seperti
berhasil menurunkan rasio utang terhadap PDB indonesia, dimana rasio utang
indonesia pada masa SBY paling rendah di antara negara-negara G-20. Sementara
rasio utang luar negeri dari 2004 hingga 2014 menurun lebih dari 70% dari 27,8%
hingga tersisa 7,8%. dari segi infrastruktur, pemerintahan SBY disebut telah
membangun 293 waduk, 1.221 embung, dan 7,29 juta hektar irigasi.

SBY lahir di Tremas, Arjosari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur pada 9


September 1949 dari pasangan Raden Soekotjo dan Siti Habibah. Dari silsilah
ayahnya dapat dilacak hingga Pakubuwana serta memiliki hubungan dengan trah
Hamengkubuwana II. Mengikuti

9. Abdurrahman Wahid
Kyai Haji Abdurrahman Wahid atau merupakan tokoh Muslim Indonesia dan
pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia keempat (dari tahun 1999
hingga 2001). Gus Dur menjadi presiden ke-4 menggantikan Presiden B. J. Habibie
setelah dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya
dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional. Masa kepresidenan Gus Dur dimulai sejak
20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat
23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri
setelah mandatnya dicabut oleh MPR.

Tokoh Indonesia - Abdurrahman Wahid

Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Wahid lahir dalam keluarga
yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya
adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari
pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang
mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat
dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj.
Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.
Salah satu peran besar Gus Dur di indonesia adalah beliau dianggap dapat
mendamaikan hubungan Islam dengan Pancasila sehingga umat Islam semakin bisa
menerima pancasila tanpa ada perseteruan, kemudian beliau juga dianggap
berhasilannya membuka pandangan bahwa kemajemukan merupakan sebuah
realitas di Indonesia.

Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 dan meninggal di
Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun. Berkat jasanya kepada indonesia
Gus Dur mendapat gelar sebagai "Bapak Tionghoa" hal tersebut karena bagi kaum
Tionghoa, Gus Dur dianggap telah menghapus kekangan, tekanan dan prasangka
negatif terhadap kaum Tionghoa.

10. B.J Habibie


Bacharuddin Jusuf Habibie adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Habibie
lahir di Parepare, Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936. Ia menggantikan Soeharto
yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatannya
digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada
20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan
7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai presiden, Habibie
adalah Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek.

Tokoh Indonesia - Bacharuddin Jusuf Habibie

Semasa mudanya Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm,


sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman. dan
mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi. Pada
tahun 1973, Habibie kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Suharto.
Ia kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun
1978 sampai Maret 1998.

Sejak 14 Maret 1998, B.J. Habibie diangkat sebagai Wakil Presiden pada Kabinet
Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto. dan kemudian menggantikan
Soeharto sebagai Presiden sejak tanggal 21 Mei 1998 sampai 20 Oktober
1999. Habibie mewarisi kondisi keadaan negara kacau balau pasca pengunduran diri
Soeharto pada masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan
disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia.

Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan hukum


yang kokoh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Persaingan Sehat atau UU
Anti Monopoli, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting ialah UU otonomi
daerah. Melalui penerapan UU otonomi daerah inilah gejolak disintegrasi yang
diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di era
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa adanya UU otonomi daerah bisa
dipastikan Indonesia akan mengalami nasib layaknya Uni Soviet dan
Yugoslavia. selain itu B.J. Habibie dianggap berhasil menerapkan independensi
Bank Indonesia sehingga lebih fokus mengurusi perekonomian. Untuk menyelesaikan
krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia.

Setelah tidak menjabat di pemerintahan, B.J. Habibie tetap berusaha membangun


indonesia, misalnya ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia kembali
aktif sebagai penasihat presiden untuk mengawal proses demokratisasi di Indonesia
lewat organisasi yang didirikannya Habibie Center.

11. Pangeran Diponegoro


Diponegoro / Pangeran Diponegoro dikenal karena memimpin Perang Diponegoro
di Jawa pada kurun waktu 1825-1830, yang tercatat sebagai perang dengan
korban paling banyak dalam sejarah Indonesia. Selama lima tahun, perang
terbuka terjadi di sejumlah daerah utam di hampir seluruh Pulau Jawa. Belanda pun
sempat kesulitan menaklukkan Pangeran Diponegoro, dimana ribuan serdadu
mereka menjadi korban dan menyebabkan kerugian 20 juta gulden.

Tokoh Indonesia - Diponegoro

Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Sultan Hamengkubuwana III.


Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dengan nama Mustahar
dari seorang selir bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri
selir) yang berasal dari Pacitan. Semasa kecilnya, Pangeran Diponegoro bernama
Bendara Raden Mas Antawirya. Pangeran Diponegoro meniggal di Makassar,
Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun.

12. Raden Ajeng Kartini


Raden Adjeng Kartini telah menghabiskan sebagian hidupnya untuk
memperjuangkan kesetaraan hak kaumnya dan dikenal sebagai pelopor kebangkitan
perempuan pribumi. meskipun RA Kartini sendiri merupakan seorang perempuan
ningrat namun memiliki pemikiran moderat

Beliau sempat mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Belanda karena


tulisan-tulisan hebatnya, namun ayahnya pada saat itu memutuskan agar Kartini
harus menikah dengan R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat, Bupati Rembang kala itu
yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November
1903. Sejak itu, Kartini harus hijrah dari Jepara ke Rembang mengikuti suaminya.
Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung
mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten
Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.

Tokoh Indonesia - Raden Adjeng Kartini

Berkat kegigihannya pada 1912 didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di
Semarang, yang kemudian didirikan pula di Surabaya, Yogyakarta, Malang,
Madiun, Cirebon serta daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah
Kartini". Yayasan Kartini didirikan keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

Setelah Kartini wafat, Mr.J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan


surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa.
Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan
Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya
"Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan
pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat
tambahan surat Kartini.

Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April
1879. Ia meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur
25 tahun. untuk mengenang perjuangannya, tanggal lahirnya pada 21 April
diperingati sebagai Hari Kartini.
12 PAHLAWAN NASIONAL YANG
BERPENGARUH DALAM SEJARAH INDONESIA
1. Sukarno
Ir. Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode
1945-1966. Sukarno juga merupakan Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama
dengan Mohammad Hatta) pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno memainkan
peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.

Ir. Soekarno

Selain sebagai tokoh proklamator dan Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno
juga dikenal sebagai pencetus dasar Negara Pancasila, karena ia yang pertama kali
mencetuskan konsep mengenai dasar negara Indonesia itu dan Soekarno pula yang
menamainya Pancasila. Tidak hanya itu saja, dia juga adalah seorang orator yang
handal dan politikus cerdas yang menguasai delapan bahasa. Tokoh bangsa yang
dikenal dengan sapaan Bung Karno ini selalu bisa menggetarkan hati para
pendengarnya saat berpidato.

Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901. Ia meninggal di Jakarta,


21 Juni 1970 pada umur 69 tahun. Sebelum meninggal Soekarno telah
dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan di Wina,
Austria tahun 1961 dan 1964. Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran
Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat, namun
Soekarno menolaknya dan lebih memilih pengobatan tradisional

2. Mohammad Hatta
Mohammad Hatta merupakan salah seorang proklamator. Sejak muda, pria kelahiran
Bukittinggi, 12 Agustus 1902 dan lulusan Belanda ini sudah dikenal sebagai aktivis
dan organisatoris, hingga jadi seorang negarawan yang sering mendampingi
Soekarno dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Mohammad Hatta
Bung Hatta bersama Soekarno memainkan peranan penting untuk memerdekakan
bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda sekaligus memproklamirkannya pada 17
Agustus 1945. Ia juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet
Hatta I, Hatta II, dan RIS. Kemudian Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun
1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Selama menjabat sebagai wakil
presiden, Hatta aktif menulis dan berbagi ilmu mengenai koperasi. Perannya tersebut
membuat beliau dijuluki sebagai Bapak Koperasi.

Mohammad Hatta / Bung Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus


1902. Ia meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun. Setelah wafat,
Pemerintah memberikan gelar Pahlawan Proklamator kepada Bung Hatta pada
23 Oktober 1986 bersama dengan mendiang Bung Karno. Pada 7 November
2012, Bung Hatta secara resmi bersama dengan Bung Karno ditetapkan oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Pahlawan Nasional.

3. Soedirman
Soedirman / Panglima tentara pertama Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman
adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang pada masa Revolusi
Nasional Indonesia. Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai
Panglima dan Jenderal RI yang pertama dan termuda. Saat usia Soedirman 31
tahun ia telah menjadi seorang jenderal.

Jenderal Soedirman

Soedirman diangkat sebagai panglima besar pada 18 Desember 1948. Pada 19


Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Militer II untuk menduduki Yogyakarta.
Soedirman, beserta sekelompok kecil tentara dan dokter pribadinya, melakukan
perjalanan ke arah selatan dan memulai perlawanan gerilya selama tujuh bulan.
Beliau mengomandoi kegiatan militer di Pulau Jawa, termasuk Serangan Umum 1
Maret 1949 di Yogyakarta, yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto.

Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya dalam
perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1950 ia wafat karena
penyakit tuberkulosis tersebut dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma
Negara di Semaki, Yogyakarta. Soedirman lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga,
Jawa Tengah, 24 Januari 1916 dan meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29
Januari 1950 pada umur 34 tahun.

4. Diponegoro
Diponegoro / Pangeran Diponegoro dikenal karena memimpin Perang Diponegoro di
Jawa pada kurun waktu 1825-1830, yang tercatat sebagai perang dengan korban
paling banyak dalam sejarah Indonesia. Selama lima tahun, perang terbuka terjadi di
sejumlah daerah utam di hampir seluruh Pulau Jawa. Belanda pun sempat kesulitan
menaklukkan Pangeran Diponegoro, dimana ribuan serdadu mereka menjadi korban
dan menyebabkan kerugian 20 juta gulden.

Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Sultan Hamengkubuwana III, raja
ketiga di Kesultanan Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di
Yogyakarta dengan nama Mustahar dari seorang selir bernama R.A.
Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri selir) yang berasal dari
Pacitan. Semasa kecilnya, Pangeran Diponegoro bernama Bendara Raden Mas
Antawirya. Pangeran Diponegoro meniggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8
Januari 1855 pada umur 69 tahun.

5. Hasyim Asy'ari
Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’arie adalah salah satu Pahlawan Nasional
Indonesia yang merupakan pendiri NU / Nahdlatul Ulama, dimana organisasi ini
merupakan organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. Di kalangan ulama
pesantren dan Nahdliyin ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti
maha guru.

Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’arie

K.H. Hasjim Asy'ari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman
yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, ia
berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Trenggilis di
Semarang, Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban,
Pesantren Siwalan di Sidoarjo dan Pesantren Kademangan di Bangkalan.

Pada tahun 1892, K.H. Hasjim Asy'ari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru
pada Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi, Syekh Ahmad Khatib Minangkabau,
Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh
Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad
As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.

Pada tahun 1899, sepulangnya dari Mekah, KH Hasyim Asyari mendirikan Pesantren
Tebu Ireng, yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad
20. Pada tahun 1926, KH Hasyim Asyari menjadi salah satu pemrakarsa
berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama. Hasyim
Asyari sendiri lahir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, 10 April 1875. Ia
meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun
dan dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang.

6. Ahmad Dahlan
Muhammad Darwis / Kyai Haji Ahmad Dahlan merupakan salah satu Pahlawan
Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga
K.H. Abu Bakar. K.H Abu Bakar sendiri adalah seorang ulama & khatib tersohor di
Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan
merupakan puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat pada kala itu.

Kyai Haji Ahmad Dahlan (muhammadiyah.or.id)

Pada umur 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi haji dan tinggal di Mekah selama 5 tahun.
Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran dan gagasan
pembaharu dalam Islam, seperti Al-Afghani, Muhammad Abduh, Ibnu Taimiyah dan
Rasyid Ridha. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama
menjadi Ahmad Dahlan. Selanjutnya Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah
dan tinggal selama 2 tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad
Khatib yang juga guru dari KH. Hasyim Asyari, pendiri NU.

Pada 18 Nopember 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi


Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta. Hal tersebut untuk
melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin
mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal sesuai tuntunan
agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut
tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits. Sejak awal Ahmad Dahlan telah menetapkan
bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di
bidang pendidikan.

Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan


resistensi, dari keluarga serta dari masyarakat sekitarnya. Bermacam tuduhan,
fitnahan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. Ahmad Dahlan dituduh hendak
mendirikan agama baru yang melanggar agama Islam. Ada yang mengecapnya
sebagai kyai palsu karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen, mengajar
di sekolah Belanda, dan bermacam-macam tuduhan lain. Karena saat itu Ahmad
Dahlan sempat mengajar agama Islam di sekolah OSVIA Magelang, yang merupakan
sekolah khusus Belanda untuk anak-anak priyayi. Ahmad Dahlan sendiri lahir di
Yogyakarta, 1 Agustus 1868. Ia meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada
umur 54 tahun.

7. Ki Hajar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, adalah
aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan
bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri
Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan
bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para
priyayi maupun orang-orang Belanda.

Ki Hajar Dewantara

Sehingga nama Ki Hajar Dewantara identik dengan dunia pendidikan Indonesia.


Bahkan, hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 2 Mei pun diperingati
sebagai Hari Pendidikan Nasional. Sampai saat ini bagian dari semboyan ciptaannya,
tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.

Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Ia meninggal di Yogyakarta, 26


April 1959 pada umur 69 tahun. Setelah meninggal Ia dikukuhkan sebagai pahlawan
nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November
1959).

8. Bung Tomo
Sutomo / Bung Tomo, adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam
membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda
melalui tentara NICA yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945. Padat
pertempuran tersebut Pejuang sekaligus tokoh jurnalis asal Surabaya ini berhasil
mengobarkan semangat juang rakyat Indonesia dengan semboyan "Merdeka atau
Mati" dalam pertempuran besar melawan pasukan penjajah di Surabaya. Dimana
peristiwa tersebut hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Bung Tomo

Sutomo lahir di Surabaya, 3 Oktober 1920. ia meninggal di Padang Arafah, Arab


Saudi, 7 Oktober 1981 pada umur 61 tahun, ketika sedang menunaikan ibadah
haji. Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan para jemaah haji yang meninggal
dalam ziarah ke tanah suci, jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan
dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat
Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.

9. Pattimura
Thomas Matulessy / Pattimura / Kapitan Pattimura merupakan panglima perang
dalam perjuangan rakyat Maluku melawan VOC Belanda. Di bawah komando
Pattimura, sejumlah kerajaan Nusantara seperti Ternate dan Tidore bersatu
menghadapi penjajah pada tahun 1817.

Kapitan Pattimura

Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para raja maupun rakyat biasa.
Dalam perjuangan melawan Belanda ia menggalang persatuan dengan kerajaan
Ternate dan Tidore, raja-raja di Sulawesi, Bali dan Jawa. Perang Pattimura yang
berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat
dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal
untuk melawan Pattimura.

Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan angkatan perang Belanda di laut dan


di darat dikoordinir Kapitan Pattimura yang dibantu oleh para penglimanya antara lain
Anthoni Rebhok, Melchior Kesaulya, Ulupaha dan Philip Latumahina. Pertempuran
yang menghancurkan pasukan Belanda tercatat salah satunya seperti perebutan
benteng Belanda Duurstede dan pertempuran di pantai Waisisil. Perang Pattimura
hanya dapat dihentikan dengan tipu muslihat dan politik adu domba belanda.
Pattimura dan para tokoh pejuang akhirnya tertangkap dan digantung di Ambon
pada 16 Desember 1817.

Thomas Matulessy / Pattimura lahir di pulau Saparua, Maluku, 8 Juni 1783. Ia


meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun. Kini
namanya pun dikenang sebagai pahlawan nasional, dan dijadikan nama jalan,
stadion dan universitas

10. Imam Bonjol


Muhammad Shahab / Tuanku Imam Bonjol merupakan seorang alim ulama yang
berasal dari Sungai Rimbang, Suliki, Lima Puluh Kota. Sebagai ulama dan
pemimpin masyarakat setempat, Imam Bonjol memperoleh beberapa gelar, yaitu
Malin Basa, Peto Syarif dan Tuanku Imam. yang akhirnya lebih dikenal dengan
sebutan Tuanku Imam Bonjol.

Tuanku Imam Bonjol

Perlawanan heroik ditunjukkan oleh Tuanku Imam Bonjol dalam Perang Padri di
Sumatera Barat. Selama lima tahun, dia bersama pasukannya berhasil
membuat penjajah kesulitan menghadapi Kaum Padri, hingga pada Oktober
1837 Pihak belanda mengundang Tuanku Imam Bonjol ke Palupuh untuk
berunding. Namun setibanya di tempat Imam Bonjol langsung ditangkap dan
dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Kemudian dipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke
Lotak, Minahasa, dekat Manado. Dahsyatnya pertempuran dan perlawanan Imam
Bonjol ini, akhirnya diabadikan dalam bentuk museum dan Monumen Imam Bonjol
yang berlokasi di Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.

Muhammad Shahab / Tuanku Imam Bonjol lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera


Barat, pada tahun 1772. Ia meninggal dalam pengasingan dan dimakamkan di
Lotak, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864. Kini namanya pun dikenang sebagai
pahlawan nasional serta hadir dan disematkan di berbagai ruang publik bangsa
sebagai nama jalan, nama universitas, nama stadion, bahkan pada lembaran Rp
5.000 keluaran Bank Indonesia 6 November 2001..

11. Kartini
Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini merupakan Salah seorang pahlawan
nasional perempuan ini telah menghabiskan sebagian hidupnya untuk
memperjuangkan kesetaraan hak kaumnya dan dikenal sebagai pelopor kebangkitan
perempuan pribumi. meskipun RA Kartini sendiri merupakan seorang perempuan
ningrat namun memiliki pemikiran moderat

Raden Adjeng Kartini

Beliau sempat mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Belanda karena


tulisan-tulisan hebatnya, namun ayahnya pada saat itu memutuskan agar Kartini
harus menikah dengan R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat, Bupati Rembang
kala ituyang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12
November 1903. Sejak itu, Kartini hijrah dari Jepara ke Rembang. Suaminya
mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan
sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang,
atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.

Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan


Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang,
Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah
Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang
tokoh Politik Etis.

Setelah Kartini wafat, Mr.J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan


surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa.
Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan
Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya
"Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada
1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat
tambahan surat Kartini.

Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April
1879. Ia meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur
25 tahun. untuk mengenang perjuangannya, tanggal lahirnya pada 21 April
diperingati sebagai Hari Kartini.

12. Cut Nyak Dhien


Cut Nyak Dhien / Tjut Njak Dhien merupakan salah seorang pahlawan nasional
perempuan dari Aceh. Dia ikut memimpin perlawanan rakyat terhadap Belanda pada
masa Perang Aceh, Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara
suaminya Ibrahim Lamnga (suami pertama) berjuang melawan Belanda. Ibrahim
Lamnga tewas di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878 yang menyebabkan Cut
Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda.
Cut Nyak Dhien

Kemudian Teuku Umar (suami kedua), salah satu tokoh yang melawan Belanda
melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak, tetapi karena
Teuku Umar mengijinkannya ikut dalam medan perang, Cut Nyak Dhien setuju
untuk menikah dengan Teuku Umar pada tahun 1880. Setelah menikah dengan
Teuku Umar, Cut Nyak Dhien bersama Teuku Umar berjuang bersama melawan
Belanda. Namun, Teuku Umar gugur pada tanggal 11 Februari 1899 saat
menyerang Meulaboh, sehingga ia berjuang sendirian di pelosok Meulaboh
bersama pasukan kecilnya.

Cut Nyak Dien saat itu sudah tua dan memiliki penyakit rabun dan encok, sehingga
karena iba (kasihan) salah seorang pasukannya yang bernama Pang Laot
melaporkan keberadaannya. Ia akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh oleh
belanda. Di sana ia dirawat dan penyakitnya perlahan membaik. Namun,
keberadaannya mengakibatkan bertambahnya semangat perlawanan rakyat Aceh
terhadap belanda. Ia juga masih berhubungan dengan pejuang Aceh yang belum
tertangkap. Akibatnya, Cut Nyak Dien dibuang ke Sumedang.

Cut Nyak Dhien lahir di Aceh, tahun 1848. Ia meninggal di Sumedang, Jawa
Barat, 6 November 1908 pada umur 59–60 tahun dan dimakamkan di Gunung
Puyuh, Sumedang. Kini namanya pun dikenang sebagai pahlawan nasional, dan
diabadikan sebagai Bandar Udara Cut Nyak Dhien Nagan Raya di Meulaboh.
3 DASAR HUBUNGAN INTERNASIONAL
Hubungan Internasional juga disebut sebagai sebuah kebijakan publik yang dapat
bersifat positif atau normatif, karena berusaha menganalisis dan merumuskan
kebijakan luar negeri negara-negara tertentu.

Sejak merdeka, dalam menjalankan hubungan internasional, indonesia memegang


prinsip pada kebijakan luar negeri "bebas dan aktif" dengan mencoba mengambil
peran dalam berbagai masalah regional sesuai porsinya dan selalu berusaha
menghindari keterlibatan dalam konflik di antara kekuatan-kekuatan besar dunia.

3 Landasan Hubungan Internasional Indonesia

Dalam menjalankan Hubungan Internasional, Indonesia memiliki 3 Landasan


Hubungan Internasional yang selalu dijadikan acuan. 3 Landasan Hubungan
Internasional tersebut adalah:
1. Landasan Idiil : Pancasila (Sila II)
2. Landasan Konstitusional : UUD 1945 (Pembukaan alinea I dan IV)
3. Landasan Operasional : GBHN

1. Landasan Idiil
Landasan idiil merupakan suatu landasan yang menjadi ideologi suatu bangsa,
dalam hal ini landasan Idiil Indonesia adalah pancasila. Landasan Idiil hubungan
internasional indonesia adalah Pancasila sila kedua, yaitu "kemanusiaan yang adil
dan beradab", yang mengandung makna bahwa bangsa Indonesia menganggap
dirinya sebagai bagian dari umat manusia di dunia. Oleh karena itu, bangsa indonesia
harus mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan
bangsa lain (bekerjasama dengan sesama manusia).

2. Landasan Konstitusional
Landasan konstitusional merupakan landasan yang berkaitan dengan segala
ketentuan dan aturan tentang ketatanegaraan / undang-undang dasar suatu
negara. Landasan Konstitusional hubungan internasional indonesia
adalah UUD 1945 terutama dalam pembukaan (alenia I dan IV).
Pembukaan UUD 1945 alenia 1 "Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan".

Pembukaan UUD 1945 alenia 4 "… ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial".

Kemudian terdapat pula pada Batang Tubuh UUD 1945 pasal 13 yang berbunyi:
1. Presiden mengangkat duta dan konsul.
2. Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat.
3. Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

Dan yang terakhir terdapat pada Batang Tubuh UUD 1945 pasal 11 yang berbunyi:
1. Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan
perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
2. Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan
akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan
beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau
pembentukan undangundang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan
undang-undang.

3. Landasan Operasional
Landasan Operasional merupakan suatu konsep dasar tujuan pengelolaan secara
menyeluruh dari kehidupan nasional suatu Negara. Terdapat 4 elemen landasan
operasional hubungan internasional indonesia yaitu sebagai berikut:
1. Ketetapan MPR, yaitu GBHN dalam bidang hubungan luar negeri. Menurut
GBHN (TAP MPR RI No. IV/MPR/1999) misi hubungan luar negeri Indonesia
adalah perwujudan politik luar negeri yang berdaulat, bermartabat, bebas dan
pro aktif bagi kepentingan nasional dalam menghadapi perkembangan global.
2. Undang-Undang, misalnya UU. No. 37 /1999 tentang hubungan luar negeri
3. Keputusan / Kebijakan presiden, yang dituangkan dalam Perpres.
4. Kebijakan / peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri luar negeri.
Sebuah hubungan internasional ditandai dengan dimulainya pembukaan utusan
(konsuler atau diplomatik) yang bersifat bilateral. Dalam hubungan internasional
terdapat aktor yang melakukan hubungan internasional, aktor pelaku hubungan
internasional disebut sebagai subjek hukum internasional. Subjek hukum
internasional ialah orang atau lembaga/badan yang dianggap mampu
melakukan perbuatan atau tindakan hukum yang diatur dalam hukum
internasional dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum internasional
atas perbuatannya tersebut. Hukum internasional pada dasarnya dijalankan oleh
subjek hukum internasional. Dalam hal ini bukan hanya aktor tetapi juga non negara.
Sebagai negara yang menganut politik luar negeri bebas aktif, Indonesia memiliki
kebijakan tersendiri yang mengatur hubungan internasional.
KERJASAMA REGIONAL INDONESIA
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau antar
kelompok atau antar organisasi untuk mencapai tujuan atau target yang sebelumnya
telah direncanakan dan disepakati bersama. Atau kerjasama dapat diartikan sebagai
tindakan-tindakan dalam pekerjaan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih untuk
mencapai tujuan dan demi keuntungan bersama.

Kerjasama Regional adalah kerjasama yang dilakukan oleh dua negara atau
lebih yang biasanya berada dalam suatu kawasan tertentu atau wilayah yang
berdekatan. Ada beberapa organisasi kerjasama yang tersebar di berbagai kawasan
di seluruh dunia. Di kawasan Asia Tenggara ada Asean, Afta dan Apec, Di kawasan
Asia Selatan ada Saarc. kemudian di kawasan Asia terdapat ADB dan di kawasan
eropa terdapat EFTA dan EU. Masing-masing kerjasama regional tersebut memiliki
tujuan nya masing-masing. Biasanya bentuk kerja regional diwujudkan dengan
penetapan kebijakan-kebijakan sebagai berikut:

Contoh kebijakan hasil kerjasama regional adalah:


1. Penetapan peraturan dan perjanjian penanaman modal untuk memperkuat
posisi tawar-menawar negara anggota dalam menghadapi negara yang lebih
maju.
2. Melakukan proteksi terhadap pengusaha domestik dalam menghadapi
persaingan dari luar kawasan.
3. Pembentukan suatu kawasan perdagangan bebas dengan meniadakan tarif
bea masuk terhadap barang yang berasal dari sesama negara anggota untuk
meningkatkan skala pasar internasional.

Indonesia sendiri sebagai bagian dari negara-negara dunia selalu aktif dan tidak
dapat menghindari kerjasama regional dengan negara lain, terutama negara dalam
satu kawasan. Ada beberapa alasan mengapa Indonesia wajib menjalin kerja sama
regional dengan negara lain, diantaranya adalah:
1. Untuk memasarkan produksi dari dalam negeri ke negara lain (ekspor).
2. Tidak semua kebutuhan konsumsi dalam negeri dapat dipenuhi sendiri
3. Untuk menjaga stabilitas kawasan, meningkatkan hubungan ekonomi.
4. Sebagai bagian dari komunitas dunia, Indonesia perlu menjalin
persahabatan dengan negara lain.

Contoh Kerjasama Regional


Berikut ini adalah beberapa contoh kerjasama regional yang ada diseluruh dunia:

EU / Uni Eropa (European Union)


Uni Eropa (European Union) adalah organisasi antar pemerintahan dengan anggota
negara-negara Eropa. Uni eropa bukanlah suatu negara federal atau organisasi
internasional dalam pengertian tradisional, akan tetapi merupakan suatu badan
otonom di antara keduanya. Negara-negara anggota UE tetap menjadi negara yang
independen dan berdaulat, tetapi mereka menggabungkan kedaulatan mereka
dengan tujuan untuk memperoleh pengaruh dan kekuatan kolektif yang lebih besar.
Uni Eropa merupakan salah satu contoh kerjasama regional di kawasan eropa
dimana manfaat dari keberadaanya sangat dirasakan oleh masyarakat eropa.

Pada tahun 2002, Uni Eropa mengeluarkan mata uang tunggal Uni Eropa, yakni
Euro yang digunakan bersama oleh negara-negara Uni Eropa. Saat ini jumlah
anggota UE mencapai 27 negara. Misi UE pun tidak hanya sebatas kerja sama
ekonomi lagi, namun berkembang sebagai berikut ini.
1. pemersatu bagi negara-negara benua Eropa
2. memastikan keselamatan hidup warganya
3. menjaga perdamaian, kesejahteraan dan stabilitas bagi warga negara
anggota
4. menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan sosial
5. menghadapi tantangan globalisasi dan menjaga keberagaman masyarakat
Eropa
6. menjaga nilai-nilai masyarakat Eropa semacam pembangunan terpadu,
kepedulian lingkungan, HAM, dan masyarakat sosial ekonomi.

Apec (Asia Pasific Economic Cooperation)


APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation). Kerjasama Ekonomi APEC adalah forum
kerjasama ekonomi yang terbuka, informal, tidak mengikat, dibentuk di
Canberra November 1989. Salah satu bentuk kerjasama dalam APEC adalah
Kerjasama Ekonomi dan Teknik (ECOTECH), Kerjasama tersebut memberikan
kesempatan bagi negara-negara anggota untuk meningkatkan pelatihan dan
pendidikan dalam perdagangan internasional.

Secara historis terbentuknya Forum APEC lebih dilihat sebagai upaya untuk
mengatasi kebuntuan yang melanda perundingan-perundingan Perjanjian Umum
tentang Tarif dan Perdagangan (GATT) atau Putaran Uruguay, di Jenewa, Swiss.
Sejatinya APEC sendiri mencakup negara-negara dari beberapa belahan benua,
yakni negara-negara ASEAN, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru,
Meksiko, Papua Nugini, Korea Selatan, Jepang, China, Hongkong, Taiwan, dan Cile.
meskipun begitu kerjasama ini tetap diutamakan untuk negara-negara asia pasifik.

Asean (Association of Southeast Asian Nations)


Asean (Association of Southeast Asian Nations) atau Perhimpunan Bangsa-bangsa
Asia Tenggara (Perbara). Organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerja sama
regional negara-negara di Asia Tenggara. Asean beranggotakan negara-negara Asia
Tenggara seperti : Indonesia, Brunei Darusalam, Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia,
Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam.

Logo Asean
Tujuan ASEAN adalah menyelenggarakan kerja sama di bidang ekonomi, sosial, dan
kebudayaan yang meliputi hal-hal berikut.
1. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas keamanan di Asia Tenggara.
2. Mengadakan pembahasan bersama mengenai permasalahan yang terjadi di
kawasan Asia Tenggara pada khususnya dan Asia pada umumnya.
3. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan perkembangan
kebudayaan di kawasan Asia Tenggara.
4. Meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama
dalam bidang sosial, ekonomi, kebudayaan, administrasi, dan IPTEK.
5. Menyelenggarakan usaha-usaha yang efektif untuk mencapai hasil yang
lebih baik dalam industri pertanian.
6. Mendirikan industri dan memperluas perdagangan, termasuk perdagangan
internasional.
7. Menyediakan bantuan fasilitas untuk latihan dan penelitian bagi negara
anggota ASEAN.
8. Memelihara kerja sama dengan organisasi regional dan internasional
lainnya.
ASEAN pertama dibentuk di tahun 1967 lewat Deklarasi Bangkok

NAFTA (North America Free Trade Area)


Kawasan Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dibentuk pada tanggal 12
Agustus 1992. Negara yang menjadi anggota NAFTA adalah Amerika Serikat,
Kanada dan Meksiko. Negara-negara tersebut sepakat untuk membentuk kawasan
perdagangan bebas bersama. Namun NAFTA mulai aktif pada tahun 1994. dimana
tujuan pembentukan NAFTA sendiri adalah sebagai berikut:
1. Mengatur impor dan produksi sesama anggota.
2. Meningkatkan kegiatan ekonomi di antara negara anggota.
3. Menetapkan standar produk atas barang-barang yang diperdagangkan.
4. Melindungi konsumen dengan mengutamakan aspek keselamatan,
kesehatan, dan keserasian lingkungan hidup.

AFTA (Asean Free Trade Area)

Adalah kesepakatan perdagangan bebas antara negara-negara yang tergabung


dalam ASEAN. Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) untuk pertama kalinya
dicetuskan pada KTT ASEAN ke-4 di Singapura pada tanggal 27-28 Januari
1992. AFTA secara resmi dimulai pada tanggal 1 Januari 1993. AFTA
beranggotakan 7 negara anggota ASEAN. Dengan AFTA diharapkan negara
anggota dapat meningkatkan penghasilan ekspornya. Karena tujuan dari
pembentukan AFTA sendiri adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan jumlah ekspor negara-negara anggota ASEAN.
2. Meningkatkan investasi dalam kegiatan produksi dan jasa antar anggota
ASEAN.
3. Meningkatkan investasi dari luar negara anggota ASEAN.
4. Meningkatkan perdagangan dan spesialisasi di lingkungan ASEAN.
KERJASAMA INTERNASIONAL
Negara tidak dapat hidup sendiri, melainkan memerlukan bantuan atau kerja sama
dengan negara lain. Bentuk kerja sama dengan negara lain dapat berupa kerja sama
di bidang ekonomi, politik, pertahanan, pendidikan, kebudayaan, sosial, keamanan,
dan sebagainya. kerjasama dapat diartikan sebagai tindakan-tindakan dalam
pekerjaan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan dan demi
keuntungan bersama. selanjutnya apa itu kerja sama internasional ?

Kerjasama Internasional
Kerja sama internasional adalah kerjasama yang dilakukan oleh dua negara atau
lebih yang tidak dibatasi oleh letak negara atau memiliki lingkup seluruh dunia,
kerjasama internasional biasanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan seluruh negara-negara di dunia.

Hubungan kerjasama internasional dibutuhkan guna memenuhi kebutuhan hidup dan


eksistensi keberadaan suatu negara dalam tata pergaulan internasional, di samping
demi terciptanya perdamaian dan kesejahteraan hidup yang merupakan harapan
seluruh manusia dan negara di dunia. Setiap negara sudah pasti memiliki kelebihan,
kekurangan dan kepentingan nya masing-masing. Hal-hal inilah yang mendorong
dilaksanakannya kerjasama internasional.

Tujuan dan Fungsi Kerjasama Internasional


Kerjasama internasional didasari atas sikap saling menghormati dan saling
menguntungkan, Dalam menjalin sebuah kerjasama internasional biasanya memiliki
tujuan dan fungsi sebagai berikut
Tujuan Kerjasama Internasional
1. Memperkuat dan meningkatkan kerja sama ekonomi, perdagangan dan
investasi dengan para negara yang menjalin kerjasama.
2. Memperkuat dan meningkatkan kerja sama dibidang ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan para negara yang menjalin kerjasama.
3. Menciptakan saling pengertian antar negara dalam membina dan
menegakkan perdamaian dunia.
Fungsi kerja sama internasioanl
1. Saling menguntungkan kedua belah pihak dalam meningkatkan
kesejahteraan ekonomi.
2. Meningkatkan penerapan iptek serta menanggulangi hal-hal yang dapat
merusak budaya.
3. Meningkatkan kemampuan pertahanan dan keamanan.
4. Mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia.
5. Terjalin rasa saling menghargai dan menghormati ideology masing-masing.
Contoh Kerjasama Internasional
Ada beberapa organisasi kerjasama internasional yang tersebar di seluruh dunia,
diantaranya adalah WTO, ILO, World Bank dan IMF.
WTO (World Trade Organization /Organisasi Perdagangan Dunia)
WTO / organisasi perdagangan dunia adalah organisasi intenasioanl yang bertujuan
untuk meningkatkan perdagangan internasional dengan cara membatasi atau
manghapus peraturan yang bersifat menghambat kelancaran pertukaran
barang-barang internasional, dan berusaha untuk meningkatkan volume
perdagangan dunia dengan cara meliberalisasikan perdagangan internasional.
WTO didirikan pada 1 Januari 1995 sebagai pengganti dari persetujuan GATT,
GATT sendiri merupakan persetujuan setelah Perang Dunia II untuk menghapuskan
hambatan perdagangan internasional.

WTO memiliki prinsip yaitu Non diskriminasi, liberasi perdagangan, stabilitas


hubungan perdagangan di mana mekanisme WTO dibangun untuk mendiskusikan
dan memecahkan masalah perdagangan antar Negara. Organisasi WTO bermarkas
di Jenewa, Swiss. dimana pada Juli 2008 telah memiliki 153 negara anggota
(mayoritas negara di dunia menjadi anggota organisasi ini).

ILO (International Labour Organisation / Organisasi Buruh Internasional)


ILO / Organisasi Buruh Internasional adalah sebuah wadah yang menampung isu
buruh internasional di bawah PBB. ILO didirikan pada 11 April 1919 sebagai bagian
Persetujuan Versailles setelah Perang Dunia I. Organisasi ini menjadi bagian PBB
setelah pembubaran LBB dan pembentukan PBB pada akhir Perang Dunia II. ILO
memiliki tujuan untuk mewujudkan perdamaian melalui keadilan sosial, perbaikan
nasib buruh, stabilitas ekonomi, sosial dan menyusun hukum perburuhan.
sejak tanggal 11 Juni 1950 Indonesia resmi menjadi anggota ILO.

World Bank /聽\IBRD / Bank Dunia


Bank Dunia / IBRD adalah sebuah lembaga keuangan internasional yang
menyediakan pinjaman kepada negara anggota untuk program pemberian
modal. Bank Dunia / IBRD didirikan pada tanggal 27 Desember 1945 dengan
tujuan untuk membantu pembiayaan usaha-usaha pembangunan dan perkembangan
negara-negara anggotanya dengan memudahkan penanaman modal untuk tujuan
yang produktif. Jadi Bank Dunia bekerja untuk mengatasi masalah investasi di dunia.
Markas Bank Dunia berada di Washington, DC, Amerika Serikat. Secara teknis
dan struktural Bank Dunia termasuk salah satu dari badan PBB, namun secara
operasional sangat berbeda dari badan-badan PBB lainnya.

IMF (International Monetary Fund / Dana Moneter Internasional)


IMF adalah organisasi internasional yang beranggotakan 189 negara yang bertujuan
memperkuat kestabilan keuangan, mempererat kerja sama moneter global,
memperluas perdagangan dan investasi dunia, memperluas lapangan
pekerjaan sekaligus pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dan mengatasi
kemiskinan di seluruh dunia.

Organisasi IMF bermarkas di Washington, D.C. IMF dibentuk pada tahun 1944
dalam Konferensi Bretton Woods, kemudian diresmikan tahun 1945 dengan 29
negara anggota. IMF sejak awal bertujuan menata ulang sistem pembayaran
internasional. Negara anggota menyumbangkan dana cadangan menggunakan
sistem kuota. Dana cadangan ini kemudian bisa dipinjam oleh negara anggota yang
mendapat kesulitan dalam neraca pembayarannya. Hingga 2010, dana cadangan
IMF mencapai US$755,7 miliar. Pada negara-negara yang akan meminjam uang, IMF
dan Bank Dunia biasanya menerapkan syarat-syarat tertentu karena pada dasarnya
IMF menganut paham neoliberalisme yaitu untuk mendukung pasar bebas.
Bentuk Kerjasama Internasional
Berdasarkan bentuknya, kerja sama internasional dapat dibagi dalam 4 kelompok,
yaitu sebagai berikut :
1. Kerja sama bilateral
Kerjasama bilateral adalah bentuk kerjasama ekonomi yang dilakukan antar dua
Negara. Kerjasama ini terjadi karena kedua Negara saling mendapat keuntungan
atau kedua Negara memiliki hubungan yang sangat baik. Sebagai contohnya,
Hubungan antara Indonesia dengan Jepang terkait perdagangan dan Hubungan
Indonesia dengan Arab Saudi terkait ibadah haji.

2. Kerja sama regional


Kerja sama regional adalah kerja sama yang dilakukan oleh beberapa negara
dalam suatu kawasan atau wilayah. Kerja sama ini biasanya dilakukan karena
adanya kepentingan bersama baik dalam bidang politik, ekonomi, dan pertahanan.
Contoh kerja sama regional antara lain ASEAN dan Liga Arab.

3. Kerja sama multilateral


Kerjasama mulitilateral adalah kerja sama yang dilakukan lebih dari dua Negara
bisa dalam satu wilayah, atau bisa dalam beda wilayah. Misalnya adalah
hubungan kerjasama yang berada dalam beda wilayah yaitu OPEC. dan hubungan
kerjasama yang berada dalam satu wilayah yaitu ASEAN, MEE, NAFTA.

4. Kerja sama internasional


Kerja sama internasional adalah kerja sama antara negara-negara diseluruh dunia
(mayoritas negara didunia tergabung dalam kerjasama ini). Sedangkan bentuk kerja
sama nya dapat terjalin pada beberapa bidang, seperti :
 Kerja sama dibidang ekonomi, contohnya IMF, FAO, IBRD, UNCTAD.
 Kerja sama dibidang pertahanan, contohnya SEATO, ANZUS, NATO, CENTO.
 Kerja sama dibidang kebudayaan, contohnya pendidikan, IPTEK.
 Kerja sama dibidang sosial, contohnya ILO, IRO, UNICEF, WHO.

Manfaat Indonesia dalam menjalin kerjasama internasional


Banyak manfaat yang dirasakan indonesia dalam menjalin kerjasama internasional,
salah satunya adalah sebagai berikut:
 Mempertahankan kemerdekaan Bangsa dan menjaga keselamatan Negara.
 Meningkatkan perdamaian Internasional karena hanya dalam keadaan damai,
Indonesia dapat membangun dan meningkatkan kemakmuran rakyat.
 Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar negeri untuk
memperbesar kemakmuran rakyat apabila barang tersebut belum bisa diproduksi di
dalam Negeri.
 Turut meningkatkan kemakmuran seluruh negara di dunia, hal tersebut
sebagai pelaksanaan cita-cita yang tersimpul di dalam Pancasila sebagai dasar
falsafah Negara Indoneisa.
 Dapat menjelaskan dalam menanggulangi penyelundupan manusia yang
modus operandinya memiliki kesamaan antar satu negara dengan negara lain.
 Lebih cepat dalam mengatasi ketertinggalan dalam beberapa bidang, karena
dapat menjalin kerja sama dengan Negara maju.
12 PERANAN INDONESIA DALAM
PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Latar Belakangnya
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah organisasi internasional yang didirikan
pada tanggal 24 Oktober 1945 untuk mendorong kerjasama internasional.

Latar belakang dibentuknya PBB dimulai setelah Perang Dunia I (1914–1918). Pada
8 Januari 1918, Woodrow Wilson (Presiden Amerika Serikat) mengusulkan
membentuk Liga Bangsa-Bangsa (LBB) atau League of Nation. Usulan
Woodrow Wilson tertuang dalam 14 pasal (Wilson’s Fourteen Points). Sehingga
pada 10 Juni 1920, terbentuklah LBB di Versailles, Prancis. Adapun markas
besarnya berada di Jenewa, Swiss.

Tujuan pembentukan LBB adalah memelihara perdamaian dunia. salah satu nya
dengan melucuti senjata pada negara konflik, mencegah perang melalui keamanan
kolektif, menyelesaikan permasalahan antara negara-negara melalui diplomasi dan
negosiasi, serta memperbaiki kesejahteraan hidup global. Sayangnya peranan LBB
sebagai lembaga pemelihara perdamaian dunia, tidak dapat terlaksana dengan baik.

Meskipun LBB gagal membawa perdamaian dunia, namun usaha untuk mencapai
perdamaian dunia terus dirintis kembali, salah satu nya oleh Presiden Amerika
Serikat Franklin Delano Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Sir Winston
Churchill. Mereka mengadakan pertemuan di atas kapal penjelajah Atlanta di
lepas Pantai New Foundland, Samudra Atlantik pada 14 Agustus 1941.

Pertemuan ini menghasilkan suatu deklarasi yang dikenal sebagai Piagam Atlantik
(Atlantic Charter) dimana didalamnya terdapat 8 poin penting, yaitu:
1. Pelucutan senjata di seluruh dunia pasca perang
2. Hak untuk menentukan nasib sendiri
3. Pengaturan sebuah wilayah harus sesuai dengan kehendak masyarakat
bersangkutan
4. Tidak ada lagi wilayah yang dicari oleh Amerika Serikat atau Inggris
5. Memajukan kerjasama ekonomi dunia dan peningkatan kesejahteraan sosial
6. Pengurangan rintangan perdagangan
7. Kebebasan berkehendak dan bebas dari kekhawatiran
8. Menciptakan kebebasan di laut lepas

Selanjutnya, diadakan pertemuan-pertemuan susulan, antara lain di Moskow, Rusia


(1943), Dumbarton Oaks, Amerika Serikat (1944), dan Yalta, Ukraina (1945). Pada
pertemuan di Dumbarton Oaks (1944), Washington, diikuti oleh Amerika Serikat,
Rusia, Prancis, Inggris dan Cina. Hasil pertemuan tersebut menyetujui
dibentuknya organisasi United Nations Organization atau Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB).

Pada pertemuan lanjutan di San Fransisco (25 April–26 Juni 1945) dihasilkan
Piagam Perdamaian (Charter of Peace) yang kemudian digunakan sebagai
Mukadimah Piagam PBB. Pertemuan ini dihadiri oleh 50 negara, 282 delegasi
yang terdiri atas 444 orang. secara resmi PBB berdiri pada 24 Oktober 1945.

12 Peran Indonesia Dalam Perserikatan Bangs-Bangsa (PBB)


Dalam rangka menjaga perdamaian dunia
1. Sebagai anggota PBB, Indonesia berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia
Afrika yang menghasilkan Dasasila Bandung
2. Sebagai anggota PBB, Indonesia menjadi pelopor pencetusan ZOFTAN dan
SEANWFZ
3. Sebagai anggota PBB, Indonesia menjadi salah satu pemprakarsa berdirinya
ASEAN dan Gerakan Non Blok
4. Indonesia telah mengirimkan beberapa kontingen dalam rangka visi
perdamaian dunia seperti pengiriman kontingen Indonesia ke Lebanon Selatan,
menyumbang lebih dari 1.000 personel pasukan yang tersebar di berbagai negara di
dunia, serta pengiriman beberapa kontingen pasukan Garuda di beberapa wilayan
negara-negara di dunia, misalnya
 Mengirimkan Pasukan Garuda I (1957) sebagai pasukan pemelihara
perdamaian PBB untuk menyelesaikan Perang Arab-Israel
 Mengirimkan Pasukan Garuda II dan III (1960) sebagai pasukan pemelihara
perdamaian PBB untuk menyelesaikan perang saudara di Kongo
 Mengirimkan Pasukan Garuda XIV (1993) sebagai pasukan pemelihara
perdamaian PBB di Bosnia
 Mengirim Pasukan Garuda XXVI-C2 (2010) sebagai pasukan pemelihara
perdamaian PBB di Lebanon Selatan
Sebagai pemimpin serta anggota tetap dibeberapa organisasi PBB
5. Pada tahun 1971, Indonesia yang diwakili oleh Adam Malik pernah ditunjuk untuk
menjadi presiden di Majelis Umum PBB.
6. Indonesia tiga kali terpilih menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu
periode tahun 1974 – 1975, periode tahun 1995-1996, dan periode tahun 2007-2008.
7. Indonesia pernah terpilih 11 kali sebagai anggota Dewan ekonomi dan sosial
PBB, 2 kali ditunjuk sebagai presiden dari Dewan Ekonomi dan Sosial PBB, serta 3
kali sebagai wakil presiden dari Dewan tersebut.
8. Indonesia juga terpilih sebanyak 3 kali menjadi anggota Dewan Hak Asasi
manusia PBB dan satu kali ditunjuk sebagai wakil presiden dari Dewan tersebut,
yaitu periode tahun 2009-2010.
Memberikan Bantuan kemanusiaan di berbagai negara
9. Pada Tahun 1984, Indonesia mengirimkan Bantuan berupa beras melalui FAO
yang ditujukan untuk Ethiopia yang waktu itu dilanda bencana kelaparan.
10. Pada Tahun 1995, Sebagai anggota PBB Indonesia membantu dalam
menampung para pengungsi yang berasal dari Vietnam di pulau Galang
Membantu penyelesaian konflik diberbagai negara
11. Pada Tahun 1989, Sebagai anggota PBB Indonesia berhasil membantu
menyelesaikan konflik yang terjadi di kamboja
12. Sebagai anggota PBB, Indonesia berperan menjadi mediator atas penyelesaian
konflik yang terjadi antara Filiphina dan Moro National Front Liberation (MNFL) yang
menguasai Mindanau Selatan

Indonuseia pernah keluar dari keanggotaan PBB pada tahun 1965 didasari atas
diterimanya malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan, karena pada
saat itu indonesia menganggap malaysia sebagai negara boneka bentukan Inggris.
SEJARAH, FUNGSI DAN KEDUDUKAN
BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi
Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia
diresmikan pada 18 Agustus 1945, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa
Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Penutur Bahasa
Indonesia seringkali memakai versi sehari-hari (kolokial) atau mencampuradukkan
dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Penggunaan
Bahasa Indonesia sangat luas.
Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia merupakan varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia


dari cabang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang dipakai sebagai lingua
franca di Nusantara sejak abad-abad awal penanggalan modern.
Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara Pulau
Sumatera, menandakan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di
Nusantara dari pesisir tenggara Pulau Sumatera berkat penggunaannya oleh
Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan
bagi wilayahnya sebagai Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang
bertempat di Batang Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang
digunakan di Jambi menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari
bahasa dan dialek Melayu berkembang secara luas dan menjadi
beragam. Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua
kelompok bahasa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Tinggi
yang terbatas pemakaiannya tetapi memiliki standar serta bahasa Melayu Pasar yang
kolokial dan tidak baku.

Karena perkembangan bahasa melayu dikalangan rakyat pribumi yang cukup baik,
Pemerintah kolonial Hindia-Belanda akhirnya menyadari bahwa bahasa Melayu dapat
dimanfaatkan untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena
penguasaan bahasa Belanda untuk para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan
merujuk pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab rujukan)
beberapa sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi
bahasa Melayu pun digalakkan di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan
karya sastra dalam bahasa Melayu. Dari promosi bahasa melayu yang dilakukan
Belanda, maka secara perlahan terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang sedikit
demi sedikit mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.

Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai
terlihat. Pada tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan
Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi
bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.

Kemudian pada tahun 1908 Pemerintah Hindia-Belanda (VOC) mendirikan


sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor
de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat). Intervensi pemerintah semakin kuat
dengan dibentuknya Commissie voor de Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat"
- KBR) pada tahun 1908, yang kemudian pada tahun 1917 Commissie voor de
Volkslectuur diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku
novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok
tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu
penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.

Pada tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia
dalam pidatonya di sidang Volksraad. Hal ini merupakan kali pertama dalam
sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia diakui secara resmi sebagai "Bahasa Persatuan Bangsa"


pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Pemakaian bahasa Melayu
sebagai bahasa nasional di indonesia atas usulan Muhammad Yamin, seorang
sastrawan, politikus, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional
kedua di Jakarta, Yamin mengatakan:

"Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan
kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa
persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayu
lah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan"

Setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945 Bahasa


Indonesia diakui secara Yuridis. Namun secara Sosiologis kita dapat
mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di akui pada Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah
pemuda yaitu "Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia." Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus
1945 atau setelah Kemerdekaan Indonesia.

Ada 4 faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa


Indonesia yaitu :
1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa
perhubungan dan bahasa perdangangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa
melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa halus dan bahasa kasar).
3. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.
4. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela
menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi


oleh sastrawan Minangkabau, seperti Chairil Anwar, Abdul Muis, Marah Rusli, Idrus,
Sutan Takdir Alisyahbana, Nur Sutan Iskandar, Roestam Effendi dan Hamka.
Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, morfologi,
maupun sintaksis bahasa Indonesia.

Pada tahun 2008 dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008. Oleh karena itu,
sepanjang tahun 2008 telah diadakan kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Sebagai
puncak dari seluruh kegiatan kebahasaan dan kesastraan serta peringatan 80 tahun
Sumpah Pemuda, diadakan Kongres IX Bahasa Indonesia pada tanggal 28
Oktober-1 November 2008 di Jakarta. Kongres tersebut akan membahas lima hal
utama, yakni bahasa Indonesia, penggunaan bahasa asing, bahasa daerah,
pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini
berskala internasional.

Fungsi Bahasa Indonesia


1. Fungsi Bahasa Indonesia Baku:
 Sebagai pemersatu : digunakan dalam hubungan sosial antar manusia.
 Sebagai penanda kepribadian : dapat mengungkapkan jati diri dan juga
perasaan.
 Menambah wibawa : berfungsi untuk menjaga komunikasi yang santun.
 Sebagai kerangka acuan : memiliki tindak tutur yang terkontrol.

2. Secara umum sebagai alat komunikasi lisan maupun tulis.


Menurut Santoso, dkk. (2004) bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi
sebagai berikut:
 Fungsi informasi : untuk mengungkapkan perasaan.
 Fungsi adaptasi dan integrasi : terkait hubungannya dengan sosial.
 Fungsi ekspresi diri : mendapatkan perlakuan terhadap sesama anggota
masyarakat.
 Fungsi kontrol sosial : berfungsi untuk mengatur tingkah laku.

3. Sebagai alat komunikasi untuk berbagai keperluan


Menurut Hallyday (1992) Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi untuk berbagai
keperluan:
 Fungsi instrumental : guna memperoleh sesuatu.
 Fungsi regulatoris : agar dapat mengendalikan perilaku orang lain.
 Fungsi intraksional : agar dapat berkomunikasi atau berinteraksi dengan
orang lain.
 Fungsi personal : agar dapat berinteraksi dengan orang lain.
 Fungsi heuristik : agar dapat menemukan dan belajar sesuatu.
 Fungsi imajinatif : agar dapat menciptakan dunia imajinasi.
 Fungsi representasional : agar dapat menyampaikan informasi.

Kedudukan Bahasa Indonesia


1. Sebagai Bahasa Resmi/Negara
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara memiliki dasar yuridis
konstitusional, yaitu pada Bab XV pasal 36 UUD 1945. Dalam kedudukannya
sebagai bahasa resmi/negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut:
 Bahasa resmi negara
 Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan.
 Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan
teknologi.
 Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan.

2. Sebagai Bahasa Nasional


Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperoleh sejak awal
kelahirannya, yaitu tanggal 28 Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda. Bahasa
Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional sekaligus merupakan
bahasa persatuan. Adapun dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut.
 Lambang jati diri (identitas).
 Lambang kebanggaan bangsa.
 Alat penghubung antarbudaya dan antardaerah
 Alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang etnis
dan sosial-budaya, serta bahasa daerah yang berbeda.

Peristiwa Penting dalam Perkembangan Bahasa Indonesia

1. Tahun 1908 pemerintah kolonial Belanda membangun badan penerbit buku


bacaan yang kemudian diberi nama yaitu Commissie voor de Volkslectuur atau
Taman Bacaan Rakyat. Pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka.
Badan penerbit tersebut menerbitkan berbagai macam novel, seperti Siti
Nurbaya, buku penuntun bercocok tanam, dan lain sebagainya yang
membantu dalam penyebaran bahasa Melayu.
2. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo memakai bahasa Indonesia di
dalam pidatonya. Hal ini merupakan pertamakalinya di sidang Volksraad,
terdapat seseorang yang berpidato dengan memakai bahasa Indonesia.
3. Tanggal 28 Oktober 1928 Muhammad Yamin secara resmi mengusulkan
supaya bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa persatuan Indonesia.
4. Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Sutan Takdir
Alisyahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane. Pengasuh majalah ini adalah
sastrawan yang banyak memberi sumbangan terhadap perkembangan bahasa
dan sastra Indonesia. Pada masa Pujangga Baru ini bahasa yang digunakan
untuk menulis karya sastra adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan oleh
masyarakat dan tidak lagi dengan batasan-batasan yang pernah dilakukan
oleh Balai Pustaka.
5. Tahun 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda,
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah. Kongres
ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu, seperti
Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar
Dewantara. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang
sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia.
Keputusan tersebut, antara lain: mengganti Ejaan van Ophuysen, mendirikan
Institut Bahasa Indonesia, dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar dalam Badan Perwakilan.
6. Tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang
pemakaian bahasa Belanda yang dianggapnya sebagai bahasa musuh.
Penguasa Jepang terpaksa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
resmi untuk kepentingan penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan
sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan, sebab bahasa Jepang
belum banyak dimengerti oleh bangsa Indonesia. Hal yang demikian
menyebabkan bahasa Indonesia mempunyai peran yang semakin penting.
7. Tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia dinyatakan secara resmi
sebagai bahasa negara sesuai dengan bunyi UUD 1945, Bab XV pasal 36:
"Bahasa negara adalah bahasa Indonesia".
8. Tanggal 19 Maret 1947 melalui SK No. 264/Bhg. A/47, Menteri Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan Mr. Soewandi meresmikan penggunaan ejaan
Republik sebagai pengganti dari ejaan Van Ophuijsen.
9. Tahun 1948 terbentuk sebuah lembaga yang menangani pembinaan
bahasa dengan nama Balai Bahasa. Lembaga ini, pada tahun 1968, diubah
namanya menjadi Lembaga Bahasa Nasional dan pada tahun 1972 diubah
menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang selanjutnya lebih
dikenal dengan sebutan Pusat Bahasa.
10. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1954 dilaksanakan Kongres
Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres Bahasa Indonesia II ini adalah
perwujudan mengenai tekad bangsa Indonesia untuk tetap terus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat menjadi bahasa
kebangsaan serta ditetapkan menjadi bahasa negara Indonesia.
11. Tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia pada masa
itu yaitu Presiden Soeharto meresmikan penggunaan EYD atau Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dengan melalui pidato kenegaraan di
depan sidang DPR dan dikuatkan dengan adanya Keputusan Presiden No. 57
tahun 1972.
12. Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
pada masa itu menetapkan mengenai Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan serta Pedoman Umum Pembentukan Istilah
resmi diberlakukan di Indonesia (Wawasan Nusantara).
13. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1978 dilaksanakan Kongres Bahasa
Indonesia III di Jakarta. Kongres tersebut untuk memperingati hari Sumpah
Pemuda ke-50. Selain telah memperlihatkan kemajuan, perkembangan, dan
pertumbuhan bahasa Indonesia, juga telah berusaha untuk memantapkan
kedudukan serta fungsi bahasa Indonesia itu sendiri.
14. Tanggal 21-26 November 1983 dilaksanakan Kongres Bahasa
Indonesia IV di Jakarta. Kongres Bahasa Indonesia IV ini dilaksanakan untuk
memperingati hari Sumpah Pemuda ke-55. Dalam putusannya itu disebutkan
bahwa pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesiab yang harus
ditingkatkan sehingga amanat tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan
Negara, dimana mewajibkan kepada warga negara Indonesia untuk memakai
bahasa Indonesia dengan benar dan dapat tercapai dengan semaksimal
mungkin.
15. Tanggal 28 Oktober - 3 November 1988 dilaksanakan Kongres Bahasa
Indonesia V di Jakarta. Kongres Bahasa Indonesia V ini dihadiri oleh sekitar
700s pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia serta terdapat peserta
tamu dari berbagai negara sahabat. Kongres tersebut ditandatangani dengan
dipersembahkannya karya dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
kepada para pencinta bahasa Indonesia di Nusantara, yaitu Kamus Besar
Bahasa Indonesia serta Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
16. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1993 dilaksanakan Kongres Bahasa
Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya yaitu 770 pakar bahasa dari Indonesia dan
terdapat 53 peserta tamu dari mancanegara. Kongres ini mengusulkan supaya
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa untuk lebih ditingkatkan
statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, dan mengusulkan agar
disusun Undang-Undang Bahasa Indonesia.
17. Tanggal 26-30 Oktober 1998 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia
VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Dengan diselenggarakannya kongres tersebut
guna mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.
20 PERISTIWA PENTING DALAM
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia merupakan varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia
dari cabang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang dipakai sebagai lingua franca
di Nusantara sejak abad-abad awal penanggalan modern.

Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara Pulau
Sumatera, menandakan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di
Nusantara dari pesisir tenggara Pulau Sumatera berkat penggunaannya oleh
Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan
bagi wilayahnya sebagai Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang
bertempat di Batang Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang
digunakan di Jambi menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari
bahasa dan dialek Melayu berkembang secara luas dan menjadi
beragam. Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua
kelompok bahasa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Tinggi
yang terbatas pemakaiannya tetapi memiliki standar serta bahasa Melayu Pasar yang
kolokial dan tidak baku.

Karena perkembangan bahasa melayu dikalangan rakyat pribumi yang cukup baik,
Pemerintah kolonial Hindia-Belanda akhirnya menyadari bahwa bahasa Melayu dapat
dimanfaatkan untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena
penguasaan bahasa Belanda untuk para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan
merujuk pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab rujukan)
beberapa sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi
bahasa Melayu pun digalakkan di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan
karya sastra dalam bahasa Melayu. Dari promosi bahasa melayu yang dilakukan
Belanda, maka secara perlahan terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang sedikit
demi sedikit mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.

Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai
tampak. Pada tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan
Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi
bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.

Kemudian pada tahun 1908 Pemerintah Hindia-Belanda (VOC) mendirikan sebuah


badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur
(Taman Bacaan Rakyat). Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya
Commissie voor de Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908,
yang kemudian pada tahun 1917 Commissie voor de Volkslectuur diubah menjadi
Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan,
buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak
sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.

Pada tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia
dalam pidatonya di sidang Volksraad. Hal ini merupakan kali pertama dalam sidang
Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia diakui secara resmi sebagai "Bahasa Persatuan Bangsa"


pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Pemakaian bahasa Melayu
sebagai bahasa nasional di indonesia atas usulan Muhammad Yamin, seorang
sastrawan, politikus, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional
kedua di Jakarta, Yamin mengatakan:

"Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan
kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa
persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayu
lah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan"

Setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945 Bahasa


Indonesia diakui secara Yuridis. Namun secara Sosiologis kita dapat
mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di akui pada Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah
pemuda yaitu "Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia."

Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi


oleh sastrawan Minangkabau, seperti Chairil Anwar, Abdul Muis, Marah Rusli, Idrus,
Sutan Takdir Alisyahbana, Nur Sutan Iskandar, Roestam Effendi dan Hamka.
Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, morfologi,
maupun sintaksis bahasa Indonesia.

Pada tahun 2008 dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008. Oleh karena itu,
sepanjang tahun 2008 telah diadakan kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Sebagai
puncak dari seluruh kegiatan kebahasaan dan kesastraan serta peringatan 80 tahun
Sumpah Pemuda, diadakan Kongres IX Bahasa Indonesia pada tanggal 28
Oktober-1 November 2008 di Jakarta. Kongres tersebut membahas lima hal utama,
yakni bahasa Indonesia, penggunaan bahasa asing, bahasa daerah, pengajaran
bahasa dan sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala
internasional dengan menghadirkan para pembicara dari dalam maupun luar negeri.

20 Peristiwa Penting dalam Perkembangan Bahasa Indonesia


1. Tahun 1901 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van Ophuijsen
yang dibantu oleh Moehammad Taib Soetan Ibrahim dan Nawawi Soetan Ma’moer.
Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
2. Tahun 1908 pemerintah kolonial Belanda mendirikan badan penerbit buku bacaan
yang kemudian diberi nama yaitu Commissie voor de Volkslectuur atau Taman
Bacaan Rakyat. Pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit
tersebut menerbitkan ragam novel, seperti Siti Nurbaya, buku penuntun bercocok
tanam, dan lain sebagainya yang membantu dalam penyebaran bahasa Melayu.
3. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia di
dalam pidatonya. Hal ini merupakan pertamakalinya dalam sidang Volksraad
(dewan rakyat), berpidato dengan memakai bahasa Indonesia.
4. Tanggal 28 Oktober 1928 Muhammad Yamin secara resmi mengusulkan supaya
bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa persatuan Indonesia.
5. Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Armijn Pane, Amir
Hamzah dan Sutan Takdir Alisyahbana. Pengasuh majalah ini adalah sastrawan
yang banyak memberi sumbangan terhadap perkembangan bahasa dan sastra
Indonesia. Pada masa Pujangga Baru ini bahasa yang digunakan untuk menulis
karya sastra adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan oleh masyarakat dan
tidak lagi dengan batasan-batasan yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka.
6. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa
Indonesia.
7. Tanggal 25-28 Juni 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah
Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah.
Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu,
seperti Ki Hajar Dewantara, Prof. Dr. Poerbatjaraka dan Prof. Dr. Hoesein
Djajadiningrat. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang
sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia.
Keputusan tersebut, antara lain: mengganti Ejaan van Ophuysen, mendirikan
Institut Bahasa Indonesia, dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar dalam Badan Perwakilan.
8. Tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang pemakaian
bahasa Belanda yang dianggapnya sebagai bahasa musuh. Penguasa Jepang
terpaksa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi untuk
kepentingan penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan sebagai bahasa
pengantar di lembaga pendidikan, sebab bahasa Jepang belum banyak dimengerti
oleh bangsa Indonesia. Hal yang demikian menyebabkan bahasa Indonesia
mempunyai peran yang semakin penting.
9. Tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia dinyatakan secara resmi sebagai
bahasa negara sesuai dengan bunyi UUD 1945, Bab XV pasal 36: "Bahasa
negara adalah bahasa Indonesia".
10. Tanggal 19 Maret 1947 melalui SK No. 264/Bhg. A/47, Menteri Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan Mr. Soewandi meresmikan penggunaan ejaan
Republik sebagai pengganti dari ejaan Van Ophuijsen yang sebelumnya berlaku.
11. Tahun 1948 terbentuk sebuah lembaga yang menangani pembinaan bahasa
dengan nama Balai Bahasa. Lembaga ini, pada tahun 1968, diubah namanya
menjadi Lembaga Bahasa Nasional dan pada tahun 1972 diubah menjadi Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang selanjutnya lebih dikenal dengan
sebutan Pusat Bahasa.
12. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1954 dilaksanakan Kongres Bahasa
Indonesia II di Medan. Kongres Bahasa Indonesia II ini adalah perwujudan
mengenai tekad bangsa Indonesia untuk tetap terus menyempurnakan bahasa
Indonesia yang diangkat menjadi bahasa kebangsaan serta ditetapkan menjadi
bahasa negara Indonesia.
13. Tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia pada masa itu yaitu
Presiden Soeharto meresmikan penggunaan EYD atau Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan melalui pidato kenegaraan di depan sidang DPR yang
dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972..
14. Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada
masa itu menetapkan mengenai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan serta Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi diberlakukan di
Indonesia (Wawasan Nusantara).
15. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1978 dilaksanakan Kongres Bahasa
Indonesia III di Jakarta. Kongres tersebut untuk memperingati hari Sumpah
Pemuda ke-50. Selain telah memperlihatkan kemajuan, perkembangan, dan
pertumbuhan bahasa Indonesia, juga telah berusaha untuk memantapkan
kedudukan serta fungsi bahasa Indonesia itu sendiri.
16. Tanggal 21 - 26 November 1983 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia IV di
Jakarta. Kongres ini dilaksanakan dalam rangka memperingati hari Sumpah
Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan agar amanat yang
tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada
seluruh warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
17. Tanggal 28 Oktober - 3 November 1988 dilaksanakan Kongres Bahasa
Indonesia V di Jakarta. Kongres Bahasa Indonesia V ini dihadiri oleh sekitar 700s
pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia serta terdapat peserta tamu dari
berbagai negara sahabat. Kongres tersebut ditandatangani dengan
dipersembahkannya karya dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
kepada para pencinta bahasa Indonesia di Nusantara, yaitu Kamus Besar Bahasa
Indonesia serta Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
18. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1993 dilaksanakan Kongres Bahasa
Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya yaitu 770 pakar bahasa dari Indonesia dan
terdapat 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Amerika Serikat, Rusia,
Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, Italia, India, Jepang, Korea
Selatan dan Singapura. Kongres ini mengusulkan supaya Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa untuk lebih ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga
Bahasa Indonesia, dan mengusulkan agar disusun Undang-Undang Bahasa
Indonesia.
19. Tanggal 26 - 30 Oktober 1998 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia VII di
Hotel Indonesia, Jakarta. Dengan diselenggarakannya kongres tersebut guna
mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.
20. Tanggal 28 Oktober - 1 November 2008 dilaksanakan Kongres Bahasa
Indonesia IX di Jakarta. Kongres ini dilaksanakan tidak lepas dari peringatan 100
tahun kebangkitan nasional, 80 tahun Sumpah Pemuda, dan 60 tahun berdirinya
Pusat Bahasa. Sehingga pada tahun tersebut juga dicanangkan sebagai Tahun
Bahasa. Dalam kongres ini dibahas 5 hal utama, yaitu bahasa Indonesia, bahasa
daerah, penggunaan bahasa asing, pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa
media massa.
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG
BAIK DAN BENAR
maksud dari kata baik adalah bahasa indonesia yang digunakan sebagai alat
komunikasi untuk menyesuaikan situasi atau kondisi agar dapat disampaikan dan
dimengerti oleh lawan bicara, baik dari laras bahasa maupun dari kata-kata yang
digunakan harus disesuaikan dengan lawan bicara agar mudah dipahami.

Terdapat 5 Ragam dalam laras bahasa yang digunakan, semua ragam dapat
digunakan dalam kondisi tertentu:
1. Ragam Resmi (Formal), yaitu bahasa yang dipakai dalam komunikasi resmi
seperti rapat resmi, pidato dan jurnal ilmiah. oleh karena itu memakai bahasa
yang lebih sopan adalah hal yang tepat.
2. Ragam Beku, yaitu bahasa yang digunakan pada acara hikmat dan sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti upacara pernikahan, keputusan
pengadilan dan kegiatan rohani.
3. Ragam Konsultatif, yaitu bahasa yang digunakan dalam pertukaran
informasi atau kegiatan transaksi dalam suatu percakapan yang membahas
tentang suatu hal yang diketahui oleh masing-masing pembicara seperti
percakapan di sekolah atau di pasar.
4. Ragam Akrab, yaitu bahasa yang digunakan diantara orang yang memiliki
hubungan sangat akrab atau intim (pembicaraan berumah tangga)
5. Ragam Santai (Casual), yaitu bahasa yang digunakan untuk acara yang
bersifat tidak resmi dan dapat dipakai untuk orang yang cukup akrab (misal
teman) atau orang yang belum dikenal dengan akrab (baru kenal). seperti
pembicaraan dalam perkumpulan dengan teman-teman

maksud dari kata benar adalah bahasa indonesia yang sesuai dengan kaidah
bahasa baku, baik tertulis maupun bahasa baku lisan.

Berikut ini adalah 5 ciri-ciri ragam bahasa baku:


1. Menggunakan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun saat ini belum ada
lafal baku yang sudah ditetapkan, namun secara umum dapat dikatakan bahwa
lafal baku ialah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa
daerah. Contohnya : /habis/ dan bukan /abis/; /atap/ dan bukan /atep/; serta
/kalaw/ dan bukan /kalo/
2. Menggunakan ejaan yang resmi dalam ragam menulis. Ejaan yang
berlaku hingga saat ini dalam bahasa Indonesia adalah Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.
3. Menggunakan kata-kata yang baku. Misalnya cantik sekali bukan cantik
banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
4. Menggunakan kaidah dalam tata bahasa yang normatif. Misalnya dengan
menerapkan suatu pola kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan
bukan acara itu kami sedang ikuti.
5. Menggunakan kalimat secara efektif. Beberapa pendapat umum yang
mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, Dalam bahasa baku pun
sebenarnya mengharuskan komunikasi secara efektif, yaitu pesan pembaca
atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis dengan apa
maksud aslinya.
Dari semua ciri bahasa di atas sebenarnya hanya nomor1 (lafal baku) dan nomor 3
(kata baku) yang paling sulit dilakukan oleh ragam bahasa.

Setelah membahas aturan Bahasa Indonesia yang baik dan benar kita bisa menarik
kesimpulan bahwa Tata bahasa normatif, ejaan resmi, dan kalimat efektif bisa
diterapkan (dengan menyesuaikan lingkungan disekitar kita) mulai dari ragam beku
hingga ragam akrab. Penggunaan kata yang baku dan lafal baku pada ragam
konsultatif, akrab dan santai dapat berakibat bahasa menjadi tidak baik karena tidak
sesuai dengan situasi.

Contoh menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar


Bahasa indonesia yang baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa
yang serasi dengan sasarannya dan mengikuti kaidah bahasa yang betul.

Berikut contoh pada undang-undang 1945:

Undang- undang dasar 1945, pembukaan bahwa sesungguhnya


kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dari beberapa kalimat pada undang-undang dasar tersebut menunjukkan bahasa


yang sangat baku dan merupakan bahasa yang baik dan benar.

Penggunaan kata yang baku dan lafal baku pada ragam konsultatif, santai, dan akrab
dapat berakibat bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi. Hal
seperti ini menyebabkan penggunaan Bahasa Indonesia yang tidak baik dan tidak
tepat tempatnya.

Contohnya dalam tawar-menawar di sebuah pasar, misalnya pemakaian ragam baku


akan menyebabkan kegelian, kecurigaan atau keheranan. Karena akan sangat ganjil
seandainya dalam tawar-menawar antara pembeli dan penjual di pasar
menggunakan bahasa baku, contohnya seperti ini:
 Penjual : Selamat siang bu, Ada yang bisa saya bantu ?
 Pembeli : Selamat siang pak, Apakah Anda menjual Tahu yang dibuat di
Sumedang ?
 Penjual : Saya mempunyai Tahu yang anda cari bu, Tahu dari sumedang ini
harganya adalah Rp. 50.000
 Pembeli : mahal sekali pak, Apakah saya boleh menawarnya ?
Contoh di atas merupakan contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi
tidak baik dan tidak efektif sebab tidak sesuai dengan situasi pemakaian
kalimat-kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, berikut penggunaan bahasa
indonesia yang lebih tepat.
 Penjual : cari apa bu ?
 Pembeli : saya lagi nyari tahu tahu dari sumedang bang, ada gak ?
 Penjual : oh, ada bu, nih bu harganya Rp. 50.000.
 Pembeli : mahal amat bang, murahinlah bang.
PENGERTIAN TATA BAHASA
Tata bahasa adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari kaidah -
kaidah yang mengatur penggunaan bahasa. Tata bahasa merupakan ilmu
linguistik (ilmu yang mempelajari bahasa). Tata Bahasa dalam bahasa
Indonesia sudah diatur dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

Menurut Keraf (dalam Misriyah, 2011: 1), tata bahasa merupakan suatu himpunan
dari patokan-patokan dalam stuktur bahasa. Stuktur bahasa itu meliputi tata bunyi,
tata bentuk, tata kata, tata kalimat dan tata makna. Dengan kata lain, menurut Keraf
(dalam Misriyah, 2011: 1) tata bahasa meliputi bidang-bidang fonologi, morfologi,
dan sintaksis.

Sifat Tata Bahasa


Secara umum tata bahasa bersifat normatif (umum) yaitu tata bahasa tersebut
disusun berdasarkan gejala-gejala bahasa yang umum dipakai dalam suatu
masyarakat. Suatu Tata bahasa Normatif memberikan uraian atas struktur umum
dari suatu bahasa. Tetapi mengingat bahwa bahasa selalu berkembang setiap saat,
maka selalu ada perubahan yang terjadi atas struktur Bahasa, oleh karena itu tata
bahasa normatif harus tetap mengikuti perkembangan itu. Dengan kata lain Tata
bahasa Normatif harus tetap bersifat deskriptif.

Pada bahasa yang sudah tidak dipakai lagi (sudah mati) dalam komunikasi
sehari-hari, tata bahasa Normatif dari bahasa-bahasa tersebut selalu bersifat
preskiptif yaitu menentukan atau mengatur kaidah-kaidah itu harus diikuti
secermat-cermatnya, dan tidak boleh dirubah lagi. Misalnya tata bahasa dari
bahasa-bahasa Latin, Yunani, Sansekerta yang bersifat preskiptif.

Macam - macam Tata Bahasa


Berdasarkan cara penyusunnya, tata bahasa dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Tata bahasa Deskriptif (sinkronis) adalah tata bahasa yang disusun
berdasarkan pencatatan (deskripsi) yang nyata atas struktur suatu bahasa.
Tata bahasa ini biasanya meliputi suatu lingkungan masa yang tertentu
(sinkronis).
2. Tata bahasa Historis-komparatif (diakronis) adalah tata bahasa yang
membicarakan perkembangan struktur bahasa dari satu jaman ke jaman lain
(historis atau diakronis), serta mengadakan perbandingan antara
struktur-struktur bahasa dari bermacam-macam jaman itu atau
memperbandingkannya denngan bahasa-bahasa lainnya (komparatif).

Bidang - bidang Tata Bahasa


Dalam Bahasa Indonesia terdapat 4 bidang tata bahasa modern dalam bahasa
indonesia yaitu meliputi bidang bidang sebagai berikut :
A. Fonologi
Isilah Fonologi berasal dari kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos
berarti ilmu, fonologi disebut juga sebagai tata bunyi. Fonologi merupakan bagian
dari tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara
umum. Fonologi merupakan ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa
serta distribusinya. Fonologi meliputi dua bagian yaitu:
1. Fonetik
Fonetik yaitu bagian ilmu linguistik yang mempelajari bunyi yang diproduksi
oleh manusia. Fonetik merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana sekumpulan
bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan. Selain itu fonetik juga berguna untuk
mempelajari cara kerja organ tubuh manusia, terutama yang berkaitan dengan
penggunaan bahasa, terdiri dari huruf vokal, konsonan, diftong (vokal yang ditulis
rangkap), dan kluster (konsonan yang ditulis rangkap. Fonetik memiliki tiga cabang
utama yaitu:
 Fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan utamanya bagaimana
otak mengolah data yang masuk sebagai suara.
 Fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka
didengarkan oleh telinga kita.
 Fonetik artikulatoris yang mempelajari gerakan dan posisi bibir, lidah serta
organ-organ manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa.
Ilmu fonetika pertama kali telah ditemukan dan dipelajari sekitar abad ke5 SM di India
kuno oleh Panini. Semua aksara yang berdasarkan aksara India sampai sekarang
masih menggunakan klasifikasi Panini. Internasional Phonetic Asociation (IPA) telah
mengamati > 100 bunyi manusia yang berbeda serta menstranskripsikannya melalui
Internasional Phonetic Alphabet mereka.

2. Fonemik
Fonemik yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya
sebagai pembeda arti. Fona merupakan satuan bunyi ujaran yang bersifat netral dan
masih belum terbukti (tidak membedakan arti). Sedangkan fonem merupakan satuan
bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Alofon adalah variasi fonem disebabkan
pengaruh lingkungan yang dimasuki. Lambang fonem dinamakan hirif. Fonem
berbeda dengan huruf. Ada tiga unsur fonem yang penting yaitu udara, titik artikulasi
(bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh articulator), dan artikulator (bagian alat
ucap yang bergerak).

B. Morfologi
Morfologi berarti pengetahuan tentang bentuk. Morfologi adalah bidang linguistik
atau tata bahasa yang mengkaji tentang pembentukan kata
atau morfem-morfem dalam suatu bahasa. Morfologi disebut juga sebagai tata
bentuk. Morfem merupakan satuan ujaran yang memiliki makna gramatikal atau
leksikal yang turut serta pada pembentukan kata atau yang menjadi bagian dari kata.
Berdasarkan potensinya morfem dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
 Morfem terikat yaitu morfem yang tidak mampu berdiri sendiri, sehingga
harus selalu berikatan dengan morfem bebas melalui proses morfologis, atau proses
pembentukan kata. Contoh morfe terikat yaitu me-, pe-, -an, ke--an, di-, swa-, trans-,
-logi, -isme
 Morfem bebas yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata serta
secara gramatikal menduduki satu fungsi pada kalimat. Morfem bebas disebut juga
sebagai kata dasar. Contoh morfem bebas (kata dasar) yaitu seperti buku, kantor,
pantau, uji, ajar, kali, arsip, dan liput adalah morfem bebas atau kata dasar.
Morfem yang bergabung dengan morfem lain sering mengalami perubahan. Misalnya,
morfem terikat me- bisa berubah menjadi mem-, men-, meny-, menge-, dan menge-
sesuai dengan lingkungan yang dimasuki. Alomorf yaitu variasi morfem yang terjadi
karena pengaruh lingkungan yang dimasuki.
C. Sintaksis
Sintaksis berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu syn berarti bersama dan taxis berarti
pengaturan. Sintaks yaitu ilmu mengenai prinsip serta peraturan untuk membuat
sebuah kalimat. Selain itu sintaks juga berguna untuk merujuk langsung pada sebuah
peraturan atau prinsip yang mencakup struktur kalimat pada bahasa apapun. Pakar
sintaksis pun berusaha mendapatkan aturan umum yang diterapkan pada setiap
bahasa. Kata sintaksis juga sering digunakan untuk merujuk pada aturan yang
mengatur sistem matematika seperti logika, bahasa pemrograman komputer dan
bahasa formal buatan.

D. Sematik

Semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu semantikos yang berarti memberikan
tanda. Semantik yaitu cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung
pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Semantik biasanya
dikontraskan dengan dua aspek lain dari ekspresi makna : sintaksis, pembentukan
simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta pragamatika, penggunaan
praktis simbol oleh agen atau komunitas pada suatu kondisi atau konteks tertentu.

Tata Bahasa Tradisional dan Tata Bahasa Structural


Tata bahasa tradisional adalah tata bahasa yang hanya mencontoh warisan tata
bahasa barat serta mewarisi semua kaidah gramatikal dari tata bahasa Latin-Yunani.
Pada umumnya tata bahasa yang ada di Indonesia masih bersifat tradisional.
Oleh karena itu perlu diperbaiki, disesuaikan dengan jalan dan struktur bahasa
Indonesia yang sebenarnya.

Tata bahasa struktural adalah tata bahasa hasil dari menyelidiki bahasa-bahasa
secara tersendiri, terlepas dari segala macam prasangka yang ada. Struktur berarti
hubungan yang relatif tetap antara bagian-bagian yang membentuk suatu hal.
MEMBACA PEMAHAMAN
Pembahasan tersebut berkaitan dengan pengertian membaca pemahaman, aspek-aspek
membaca pemahaman, tujuan membaca pemahaman dan sebagainya, langsung saja
mari simak ulasannya.

1. Pengertian Membaca Pemahaman


Kegiatan membaca pemahaman adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk
memperoleh informasi yang mendalam serta pemahaman tentang apa yang dibaca.
Membaca pemahaman merupakan pemahaman arti atau maksud dalam sebuah bacaan
melalui tulisan. Definisi ini sangat menekankan pada dua hal yang pokok dalam membaca,
yaitu bahasa itu sendiri dan simbol grafik tulisan yang menyajikan informasi yang
berwujud bacaan (Lado dalam Nurhadi, 1987:222). Jadi, seseorang yang yang
melakukan kegiatan membaca pemahaman harus menguasai bahasa atau tulisan yang
digunakan dalam bacaan yang dibacanya dan dapat menangkap informasi atau isi
bacaan tersebut.

Untuk dapat memahami isi sebuah bahan bacaan dengan baik diperlukan adanya
kemampuan membaca pemahaman yang baik pula. Pemahaman adalah salah satu
aspek yang penting dalam kegiatan membaca, sebab pada hakikatnya pemahaman
sebuah bahan bacaan dapat meningkatkan ketrampilan membaca itu sendiri maupun
untuk tujuan tertentu yang hendak dicapai. Jadi, kemampuan membaca dapat diartikan
sebagai kemampuan dalam memahami bahan bacaan. Tujuan membaca ialah
pemahaman bukan kecepatan (H.G. Tarigan, 1986:37).

Membaca pemahaman didefinisikan juga sebagai salah satu macam membaca yang
bertujuan memahami isi bacaan (Sujanto dalam Nurhadi, 1987:222). Kemampuan
membaca sangat kompleks dan tidak sekedar kemampuan teknik membacanya saja
tetapi juga kemampuan dalam pemahaman dan interpretasi isi bacaan.

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, secara sederhana dapat ditarik kesimpulan


bahwa membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca untuk memahami isi
bacaan, baik yang tersirat maupun yang tersurat dalam bahan bacaan tersebut.

2. Tujuan Membaca Pemahaman


Seandainya kita melakukan sesuatu kegiatan, tentulah kita memiliki tujuan tertentu yang
ingin kita capai. Demikian halnya di dalam membaca pemahaman juga memiliki tujuan
tertentu yang hendak dicapai. Tujuan membaca pemahaman ialah untuk memperoleh
sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis, pola-pola
teks atau urutan-urutan etoris, pola-pola simbolisnya, nada-nada tambahan yang
bersifat emosional dan juga sarana-sarana linguistik yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan (H.G. Tarigan, 1986:36).

3. Aspek-aspek Membaca Pemahaman

Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian


keterampilan yang lebih kecil lainnya. Agar seseorang dapat mencapai suatu tingkat
pemahaman, seharusnyalah ia mengalami proses yang cukup panjang. Oleh karenanya,
kita perlu mengenal dan menguasai beberapa aspek dalam membaca pemahaman.
Aspek-aspek dalam membaca pemahaman meliputi (Broughton [et al] dalam H.G.
Tarigan, 1986:12):
1. memahami pengertian sederhana (retorikal, gramatikal, leksikal),
2. memahami signifikansi atau makna (a.l. maksud dan tujuan pengarang
relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca)
3. evaluasi atau penilaian (isi, bentuk)
4. kecepatan membaca yang fleksibel dan mudah disesuaikan dengan keadaan .

Di dalam membaca pemahaman, si pembaca tidak hanya dituntut hanya sekadar


mengerti dan memahami isi bacaan, tetapi ia juga harus mampu menganalisis atau
mengevaluasi dan mengaitkannya dengan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan
awal yang telah dimilikinya.

4. Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman


Menurut McLaughlin dan Allen dalam Farida Rahim, memaparkan mengenai
prinsip-prinsip membaca sebagai berikut (McLaughlin dan Allen dalam Farida Rahim,
2008:3-4):
1. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.
2. Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi belajar siswa.
3. Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.
4. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.
5. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif
dalam proses membaca.
6. Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman
membaca.
7. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang
membantu perkembangan pemahaman.
8. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada
berbagai tingkatan kelas.
9. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca
pemahaman.
10. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.

5. Langkah-langkah Membaca Pemahaman


Di dalam memahami bahan bacaan, ada 4 langkah yang perlu dilakukan oleh pembaca.
Adapun 4 langkah yang perlu dilakukan dalam membaca, yaitu (Suyatmi, 2000:45):
1. Menentukan tujuan membaca
2. Membaca secara menyeluruh isi bacaan dengan cermat sehingga kita dapat
menemukan ide pokok yang terkandung dalam setiap paragrafnya
3. Preview artinya membaca selayang pandang
4. Mengemukakan kembali isi bacaan dengan memakai kalimat dan kata-kata
sendiri.

Adanya kemampuan membaca pemahaman yang tinggi diharapkan dapat menangkap


ide-ide pokok yang terdapat dalam bahan bacaan, menemukan hubungan suatu ide
pokok dengan ide pokok yang lain serta secara keseluruhannya, selanjutnya dapat
menghubungkan apa yang dipahami dari bahan bacaan tersebut dengan ide-ide diluar
bahan bacaan. Membaca adalah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama
beberapa aktivitas seperti, mengamati, memahami ide, dan aktivitas jiwa seseorang yang
tertuang dalam bahan bacaan.

6. Tingkatan Membaca Pemahaman


Aspek-aspek keterampilan untuk memahami isi bacaan itu ada bermacam-macam.
Empat tingkatan atau kategori pemahaman membaca, yaitu kritis, inferensial, literal dan
kreatif (Burns dan Roe; Rubin; dan Syafi’ie dalam Hairuddin, dkk, 2008). Pembahasan
mengenai tingkat pemahaman tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Pemahaman kritis adalah kemampuan mengevaluasi materi teks.
Pemahaman kritis pada dasarnya sama dengan pemahaman evaluatif. Dalam
pemahaman ini, pembaca membandingkan informasi yang ditemukan dalam teks
dengan norma-norma tertentu, pengetahuan, dan latar belakang pengalaman
pembaca untuk menilai teks.
2. Pemahaman inferansial merupakan kemampuan memahami informasi
yang dinyatakan secara tidak langsung (tersirat) dalam teks. Memahami teks
secara inferensial berarti memahami apa yang diimplikasikan oleh
informasi-informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Dalam hal ini,
pembaca menggunakan informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks,
latar belakang pengetahuan, dan pengalaman pribadi secara terpadu untuk
membuat hipotesis atau dugaan.
3. Pemahaman literal merupakan kemampuan memahami informasi yang
dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Pemahaman literal adalah pemahaman
tingkat paling rendah. Walaupun tergolong tingkat rendah, pemahaman literal tetap
penting, karena dibutuhkan dalam proses pemahaman bacaan secara keseluruhan.
Pemahaman literal adalah prasyarat bagi pemahaman yang lebih tinggi (Burns dan
Roe dalam Hairuddin, dkk, 2008).
4. Pemahaman kreatif adalah kemampuan untuk mengungkapkan respon
estetis dan emosional terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan
standar profesional. Pemahaman kreatif melibatkan seluruh dimensi kognitif
membaca karena berkaitan dengan dampak psikologi dan estetis teks terhadap
pembaca. Dalam pemahaman kreatif, pembaca dituntut memakai daya
imajinasinya untuk memperoleh gambaran baru yang melebihi apa yang disajikan
penulis (Hafni dalam Hairuddin, dkk, 2008).
PENGERTIAN SEJARAH SASTRA INDONESIA
Secara Umum, Sejarah adalah kejadian yang terjadi di masa lampau yang disusun
berdasarkan peninggalan-peninggalan berbagai peristiwa. Atau secara singkat, sejarah
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah
terjadi pada masa lampau umat manusia.

Sedangkan sastra menurut KBBI adalah "bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang
dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari)". Sedangkan karya sastra
berarti karangan yang mengacu pada nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan
bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah
manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan caranya yang khas.

Jadi, secara sederhana sejarah sastra dapat diartikan sebagai salah satu cabang ilmu
bahasa yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan sastra suatu bangsa. Dalam
hal ini kita akan membahas tentang Sejarah Sastra Indonesia. Yakni pertumbuhan dan
perkembangan sastra di Indonesia. Kata Indonesia sendiri merujuk pada suatu bangsa
atau negara kepulauan yang merdeka pada 17 Agustus 1945.

Dengan pengertian dasar itu, tampak bahwa objek sejarah sastra adalah segala
peristiwa yang terjadi pada rentang masa pertumbuhan dan perkembangan suatu
bangsa. Telah disinggung di depan bahwa sejarah sastra itu bisa menyangkut karya
sastra, pengarang, pengajaran, penerbit, kritik, dan lain-lain.

Periodisasi Sejarah Sastra Indonesia terbagi dalam beberapa angkatan seperti:


1. Angkatan Balai Pustaka
2. Angkatan Pujangga Baru
3. Angkatan 1945
4. Angkatan 1950-an
5. Angkatan 1960-an
6. Angkatan kontemporer (1970an sampai sekarang).
Secara detail, Berikut pembahasan periodisasi Sejarah Kesusastraan Indonesia lengkap
dengan Awal Mula Lahirnya Sastra Indonesia:

Awal Mula Lahirnya Sastra Indonesia


Umar Yunus berpendapat, sastra ada sesudah bahasa ada. Misalkan, "sastra X ada
sesudah bahasa X ada". Karena bahasa Indonesia baru lahir saat adanya sumpah
pemuda pada tahun 1928, maka Umar Yunus berpendapat bahwa kesusastraan
Indonesia baru lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Sehingga menurutnya, karya
sastra yang terbit sebelum tahun 1928 dianggap bukan digolongkan sebagai hasil satra
Indonesia. Melainkan sebagai hasil karya Sastra Melayu saja.

Sedangkan Ajip Rosidi, mempunyai pendapat yang berbeda. Menurutnya, bahasa tidak
bisa dijadikan patokan sebagai kapan sastra itu lahir. Karena, sebelum bahasa diakui
secara resmi tentulah bahasa itu sudah ada dan sudah digunakan oleh masyarakat
pengguna bahasa tersebut. Sehingga Ajip Rosidi berpendapat, yang seharusnya
dijadikan patokan adalah kesadaran kebangsaan. Berdasarkan kesadaran kebangsaan
inilah Ajip menetapkan lahirnya kasusastraan Indonesia itu tahun 1920/1921 atau
tahun 1922. Karena pada waktu itu pemuda Indonesia seperti Sanusi Pane, Muhammad
Yamin dan lainnya menegaskan, bahasa Indonesia itu berbeda dengan Sastra Melayu.
Pendapat berikutnya yaitu dari A.Teeuw. Ia memiliki pendapat yang berbeda dari dua
tokoh diatas. Akan tetapi, tahun lahirnya Sastra Indonesia hampir sama dengan Ajip
Rosidi yaitu tahun 1920. Menurutnya, pada waktu itu para pemuda Indonesia untuk
pertama kali menyatakan perasaan dan ide yang terdapat pada masyarakat tradisional
setempat dan menuangkannya dalam bentuk sastra. Selain itu, pada tahun yang sama
para pemuda juga menulis puisi baru Indonesia. Lalu A. Teeuw menegaskan pendapat
lahirnya kesusastraan Indonesia pada tahun 1920 karena pada tahun ini terbit novel
Mirari Siregar yang berjudul Azab dan Sensara.

Periodisasi Sastra Indonesia


Periodisasi sejarah sastra Indonesia secara eksplisit telah diperlihatkan oleh Ajip Rosidi
dalam Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia (1969). Secara garis besar Ajib Rosidi (1969: 13)
membagi sejarah sastra Indonesia sebagai berikut:
A. Masa Kelahiran
mencakup kurun waktu 1900-1945 yang dapat dibagi lagi menjadi beberapa periode,
yaitu:
 Periode awal hingga 1933
 Periode 1933-1942
 Periode 1942-1945

B. Masa Perkembangan
mencakup kurun waktu 1945-1968 yang dapat dibagi menjadi beberapa periode, yaitu:
 Periode 1945-1953.
 Periode 1953-1961.
 Periode 1961-1968.

Menurut Ajip Rosidi, warna yang menonjol pada


1. periode awal (1900-1933) adalah persoalan adat yang sedang menghadapai
akulturasi sehingga menimbulkan berbagai masalah bagi kelangsungan
eksistensi masing-masing daerah. Sedangkan
2. periode 1933-1942 diwarnai dengan pencarian tempat di tengah pertarungan
antara kebudayaan Timur dan Barat dengan pandangan romantic-idealis.
3. Perubahan terjadi pada periode 1942-1945 atau masa pendudukan Jepang yang
melahirkan warna kegelisahan, pelarian, dan peralihan.
4. Sedangkan warna perjuangan dan pernyataan diri di tengah kebudayaan dunia
tampak pada periode 1945-1953 dan
5. Selanjutnya warna pencarian identitas diri sekaligus penilaian kembali terhadap
warisan leluhur tampak menonjol pada periode 1953-1961.
6. Sedangkan, pada periode 1961-1968 yang tampak menonjol adalah warna
perlawanan dan perjuangan mempertahankan martabat, sedangkan
7. sesudahnya tampak warna percobaan dan penggalian berbagai kemungkinan
pengucapan sastra.

Pada kenyataanya, telah tercatat lima angkatan yang muncul pada rentang waktu 10 -15
tahun sehingga dapat disusun perodisasi sejarah sastra Indonesia modern sebagai
berikut:
 Sastra Awal (1900an )
 Sastra Balai Pustaka (1920 - 1942)
 Sastra Pujangga Baru (1930 - 1942)
 Sastra Angkatan 45 (1942 - 1955)
 Sastra Generasi Kisah (1955 - 1965)
 Sastra Generasi Horison (1966)

Periodisasi Sejarah Sastra Indonesia menurut Jakob Sumardjo didasarkan pada


nama badan penerbitan yang menyiarkan karya para sastrawan. Seperti Penerbit
Balai Pustaka, majalah Kisah, majalah Pujangga Baru dan majalah Horison, kecuali
angkatan 45 yang menggunakan tahun revolusi Indonesia. Ada juga penamaan angkatan
66 yang dicetuskan H.B. Jassin dengan merujuk pada gerakan politik yang penting di
Indonesia sekitar tahun 1966.

Penulisan sejarah sastra Indonesia dapat dilakukan dengan dua cara atau metode, yaitu:
 menerapkan teori penyusunan rangkaian perkembangan sastra dari periode atau
angkatan ke angkatan. dan
 menerapkan teori estetika resepsi atau estetika tanggapan
Selain itu, sejarah sastra Indonesia dapat juga dilakukan secara sinkronis dan diakronis.
Sinkronis berarti penulisan sejarah sastra dalam salah satu tingkat perkembangan atau
periodenya. Sedangkan yang diakronis berarti penulisan sejarah dalam berbagai tingkat
perkembangan, dari kelahiran hingga perkembangannya yang terakhir.
Dari pendapat para pakar di atas, dapat disimpulkan periodisasi sastra sebagai berikut:
1. Angkatan Balai Pustaka
2. Angkatan Pujangga Baru
3. Angkatan 45
4. Angkatan 50an
5. Angkatan 60an
6. Angkatan kontemporer (70an sampai sekarang).
Berikut adalah penjelasan singkat tentang angkatan-angkatan yang terdapat dalam
periodisasi Sejarah Kesusastraan Indonesia:

1. Angkatan Balai Pustaka


Nama penerbit Balai Pustaka sudah tidak asing bagi masyarakat terpelajar
Indonesia. Karena sampai sekarang Balai Pustaka merupakan salah satu penerbit besar
yang banyak memproduksi berbagai jenis buku. Nama tersebut telah bertahan hampir
100 tahun, kalau dihitung dari berdirinya pada tahun 1917 yang merupakan pengukuhan
komisi untuk Sekolah Bumiputra dan Bacaan Rakyat (commissie voor de inlandsche
school en volkslectuur) yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda pada 14
september 1908. Penerbit Balai Pustaka adalah bagian pemerintah kolonial yang
semangatnya boleh dikatakan berseberangan dengan penerbit-penerbit swasta,
baik yang semata-mata bervisi komersial maupun bervisi kebangsaan. Akan tetapi,
mengingat sejarahnya yang panjang itu maka sepantasnya menjadi bagian khusus dalam
pengkajian atau telaah sejarah sastra Indonesia.

Secara teoretis dapat dikatakan banyak masalah yang dapat diungkapkan dari Balai
Pustaka selama ini. Antara lain visi dan misi, status, program kerja, para tokoh, kebijakan
redaksi, pengarang, distribusi, dan produksi. Telaah semacam itu dapat dijadikan
pengkajian sejarah mikro yang pasti relevan dengan sejarah makro sastra Indonesia.
Ditambah dengan pengkajian berbagai gejala yang berkembang di sekitarnya pastilah
memperluas wawasan pengetahuan masyarakat. Mungkin saja kemudian berkembang
pendapat bahwa balai pustaka ternyata bukan satu-satunya penerbit pada tahun 1920-an
membuka tradisi sastra modern, atau justru dilupakan saja karena berjejak kolonial.
Ciri-ciri umum roman angkatan Balai Pustaka:
1. Bertema sosial, karena belum terbuka kesempatan mempersoalkan masalah
polotik, watak, agama, dan lain-lain.
2. Bergaya bahasa seragam, karena dikemas oleh redaksi Balai Pustaka, sehingga
gaya bahasanya tidak berkembang.
3. Bersifat romantic-sentimental, karena ternyata banyak roman yang mematikan
tokoh-tokohnya atau mengalami penderitaan yang luar biasa.
4. Bersifat kedaerahan, karena mengungkapkan persoalan yang hanya berlaku di
daerah tertentu, seperti adat di Sumatra Barat.

2. Angkatan Pujangga Baru


Pujangga Baru timbul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh
Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap
karya sastra yang menyangkut kesadaran kebangsaan dan rasa nasionalisme. Sastra
Pujangga Baru merupakan sastra intelektual, nasionalistis dan elitis.

Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisjahbana, beserta Armijn Pane dan Amir Hamzah. Karya sastra di Indonesia
setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh S. T. Alisyahbana.
Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel yang kerap diulas oleh para
kritikus sastra Indonesia. Selain itu, pada periode ini novel "Kalau Tak Untung" dan
"Tenggelamnya Kapal van der Wijck" menjadi karya penting sebelum perang.

Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu:


1. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir
Alisjahbana, Rustam Effendi dan Armijn Pane.
2. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir
Hamzah

3. Angkatan '45
Jika diruntut berdasarkan periodesasinya, sastra Indonesia Angkatan ‘45 bisa dikatakan
sebagai angkatan ketiga dalam lingkup sastra baru Indonesia, setelah angkatan Balai
Pustaka dan angkatan Pujangga Baru. Munculnya karya-karya sastra Angkatan ‘45
yang dipelopori oleh Chairil Anwar ini memberi warna baru pada khazanah
kesusastraan Indonesia. Bahkan ada orang yang berpendapat bahwa sastra Indonesia
baru lahir dengan adanya karya-karya Chairil Anwar, sedangkan karya-karya pengarang
terdahulu seperti St.Takdir Alisjahbana, Sanusi Pane, Amir Hamzah, dan lain-lainnya
dianggap sebagai karya sastra Melayu.

Pada mulanya angkatan ini disebut dengan berbagai nama, ada yang menyebut
Angkatan Kemerdekaan, Angkatan Sesudah Perang, Angkatan Chairil Anwar, dan
lain-lain. Baru pada tahun 1948, Rosihan Anwar menyebut angkatan ini dengan nama
Angkatan ‘45. Nama ini segera menjadi populer dan dipergunakan oleh semua pihak
sebagai nama resmi. Meskipun namanya sudah ada, tetapi sendi-sendi dan landasan
ideal angkatan ini belum dirumuskan. Baru pada tahun 1950 "Surat Kepercayaan
Gelanggang" dibuat dan diumumkan.

Ketika itu Chairil Anwar sudah meninggal. Surat kepecayaan itu ialah semacam
pernyataan sikap yang menjadi dasar pegangan perkumpulan “Selayang Seniman
Merdeka”. Masa Chairil Anwar masih hidup. Angkatan ‘45 lebih realistik dibandingkan
dengan Angkatan Pujangga Baru yang romantik idealistik. Semangat patriotik yang ada
pada sebagian besar sastrawan Angkatan ‘45 tercermin dari sebagian besar karya-karya
yang dihasilkan oleh para sastrawan tersebut. Beberapa karya Angkatan ‘45
mencerminkan perjuangan menuntut kemerdekaan. Banyak di antaranya selalu
mendapatkan kecaman, seperti Pramoedya Ananta Toer. Pramoedya d masih eksis
menghasilkan karya-karya terutama mengenai perjuangan mencapai kemerdekaan
Indonesia. Bahkan sampai saat ini karya-karya Pramoedya masih digandrungi khususnya
oleh penikmat sastra. Sebegitu banyak orang yang memproklamasikan kelahiran dan
membela hak hidup Angkatan ‘45, sebanyak itu pulalah yang menentangnya. Armijn
Pane berpendapat bahwa Angkatan ‘45 ini hanyalah lanjutan belaka dari apa yang sudah
dirintis oleh angkatan sebelumnya, yaitu Angkatan Pujangga Baru.

4. Angkatan '50
Slamet Muljono pernah menyebut bahwa sastrawan Angkatan ‘50 hanyalah pelanjut
(successor) saja, dari angkatan sebelumnya (’45). Tinjauan yang mendalam dan
menyeluruh membuktikan bahwa masa ini pun memperlihatkan ciri-cirinya, yaitu:
1. Masa ‘50 memberikan pernyataan tentang aspirasi (tujuan yang terakhir dicapai
nasional lebih lanjut). Periode ‘50 tidak hanya pengekor (epigon) dari angkatan ‘45,
melainkan merupakan survival, setelah melalui masa-masa kegonjangan.
2. Berisi kebebasan sastrawan yang lebih luas di atas kebiasaan (tradisi) yang
diletakan pada tahun 1945.
Adapun ciri-cirinya yang lebih rinci adalah sebagai berikut:
1. Penilaian keindahan dalam sastra tidak lagi didasarkan kepada kekuasaan asing,
tetapi lebih kepada peleburan (kristalisasi) antara ilmu dan pengetahuan asing
dengan perasaan dan ukuran nasional.
2. Terdapat pengungkapan yang lebih mendalam terhadap kebudayaan daerah
dalam menuju perwujudan sastra nasional Indonesia.
3. Pusat kegiatan sastra makin banyak jumlahnya dan makin meluas daerahnya
hampir di seluruh Indonesia, tidak hanya berpusat di Jakarta dan Yogyakarta.
5. Angkatan 60an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avant-garde
sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat
beragam dalam aliran sastra, antara lain munculnya karya sastra beraliran surrealistik,
arus kesadaran, arketip, absurd, dan lain-lain pada masa angkatan ini di Indonesia.
Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya karya
sastra pada masa angkatan ini. Sastrawan pada akhir angkatan yang lalu termasuk
juga dalam kelompok ini seperti Purnawan Tjondronegoro, Motinggo Busye, Djamil
Suherman, Goenawan Mohamad, Bur Rasuanto, Sapardi Djoko Damono, Satyagraha
Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.

Selain itu beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Ikranegara, Umar Kayam,
Leon Agusta, Arifin C. Noer, Arief Budiman, Darmanto Jatman, Goenawan Mohamad,
Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Budi Darma, Taufik Ismail,
dan banyak lagi yang lainnya.

6. Angkatan 70an
Tahun 1960-an adalah tahun-tahun subur bagi kehidupan dunia perpuisian
Indonesia. Tahun 1963 sampai 1965 yang berjaya adalah para penyair anggota Lekra
(Lembaga Kebudayaan Rakyat). Karya Sastra sekitar tahun 1966 lazim disebut angkatan
‘66. H.B. Jassin menyebut bahwa pelopor angkatan ‘66 ini adalah penyair-penyair
demonstran, seperti Goenawan Mohamad, Taufiq Ismail, Slamet Kirnanto, Mansur Samin,
dan sebagainya. Tahun 1976 muncul puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang
menjadi cakrawala baru dalam dunia perpuisian Indonesia.
WAWASAN KEBANGSAAN INDONESIA
ADALAH cara pandang mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan
dan sikap bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya, dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Selain pengertian Wawasan Kebangsaan Indonesia diatas. Prof. Muladi, Gubernur


Lemhannas RI, meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan indonesia adalah
cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan
kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai cara memandang / sudut


pandang yang mengandung kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk
memahami keberadaan jati diri sebagai suatu bangsa dalam memandang dirinya dan
bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan internal dan
lingkungan eksternal (Suhady dan Sinaga, 2006).

Wawasan Kebangsaan Indonesia juga dikenal sebagai sebuah pedoman yang masih
bersifat filosofia normatif. Sebagai perwujudan dari rasa dan semangat kebangsaan
yang melahirkan bangsa Indonesia. Akan tetapi situasi dan suasana lingkungan yang
terus berubah sejalan dengan proses perkembangan kehidupan bangsa dari waktu
ke waktu. Wawasan Kebangsaan Indonesia harus senantiasa dapat menyesuaikan
diri dengan perkembagan dan berbagai bentuk implementasinya.

Makna Wawasan Kebangsaan


Wawasan Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki berbagai makna, salah
satunya adalah:
1. Wawasan kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar
menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa di atas kepentingan individu atau golongan.
2. Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat pada patriotisme yang licik
3. Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian
rupa sehingga asas Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan.
4. NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bertekad untuk
mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin, sejajar
dengan bangsa lain yang sudah maju.
5. Dengan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup
Pancasila, bangsa Indonesia telah berhasil merintis jalan menjalani misinya di
tengah-tengah tata kehidupan di dunia.

Nilai Dasar Wawasan Kebangsaan


Nilai Wawasan Kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan kesatuan bangsa
memiliki 6 dimensi yang bersifat mendasar dan fundamental, yaitu sebagai berikut:
1. Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Cinta atas tanah air dan bangsa.
3. Demokrasi atau kedaulatan rakyat.
4. Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merdeka, dan
besatu.
5. Masyarakat adil-makmur.
6. Kesetiakawanan sosial.

Mengapa Wawasan Kebangsaan Harus Ada ?


Wawasan Kebangsaan merupakan konsep politik bangsa Indonesia yang
memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat),
air (laut) termasuk dasar laut dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya
secara tidak terpisahkan, yang mempersatukan bangsa dan negara secara
menyeluruh mencakup segenap bidang kehidupan nasional yang meliputi
aspek ekonomi, politik, sosial budaya, dan hankam.

Wawasan Kebangsaan sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan


manifestasi pemikiran politik bangsa Indonesia. Sebagai satu kesatuan negara
kepulauan, secara konseptual, geopolitik Indonesia dituangkan dalam salah satu
doktrin nasional yang disebut Wawasan Nusantara dan politik luar negeri bebas aktif.
Sedangkan geostrategi Indonesia diwujudkan melalui konsep Ketahanan Nasional
yang bertumbuh pada perwujudan kesatuan ideologi, ekonomi, politik, sosial budaya
dan pertahanan keamanan.

Landasan Wawasan Kebangsaan


 Konstitusional ==> UUD 1945
 Idiil ==> Pancasila

Terdapat 3 Unsur Dasar Wawasan Kebangsaan, Yaitu:


1. Wadah (Contour)
2. Isi (Content)
3. Tata laku (Conduct)

Berikut penjelasan dari ke 3 Unsur Dasar Wawasan Kebangsaan diatas.


Wadah (Contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mencakup seluruh
wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan alam
dan penduduk serta aneka ragam budaya. Bangsa Indonesia mempunyai
organisasi kenegaraan yang merupakan wadah beragam kegiatan kenegaraan dalam
bentuk supra struktur politik dan wadah dalam kehidupan bermasyarakat pada
berbagai kelembagaan dalam bentuk infra struktur politik.

Isi (Content)
Isi (Content) merupakan aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan
cita-cita serta tujuan nasional.

Tata laku (Conduct)


Hasil interaksi antara wadah dan isi wawasan kebangsaan akan berwujud tata laku,
yang terdiri dari :
 Tata laku Lahiriah yaitu tercermin dalam perbuatan, tindakan dan perilaku
dari bangsa Indonesia.
 Tata laku Bathiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang
baik dari bangsa Indonesia.
Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas kepribadian / jati diri bangsa
berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang mempunyai rasa bangga dan
cinta terhadap bangsa dan tanah air sehingga menyebabkan rasa nasionalisme yang
tinggi dalam segala aspek kehidupan nasional.

Asas Wawasan Kebangsaan


Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, dipelihara, ditaati dan
diciptakan agar terwujud demi tetap taat dan setianya unsur / komponen pembentuk
bangsa Indonesia (golongan/suku) terhadap kesepakatan (commitment) bersama.
Asas Wawasan Kebangsaan terdiri dari:
1. Kepentingan/Tujuan yang sama
2. Solidaritas
3. Keadilan
4. Kerjasama
5. Kejujuran
6. Kesetiaan terhadap kesepakatan
Hakekat Wawasan Kebangsaan
Hakekat Wawasan Kebangsaan Adalah keutuhan nasional / nusantara, dalam
pengertian cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara dan
demi kepentingan nasional.

Berarti setiap warga negara dan aparatur negara wajib berfikir, bersikap dan
bertindak secara utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa
termasuk produk-produk yang dihasilkan oleh lembaga negara.

Hubungan Wawasan Kebangsaan dan Ketahanan Nasional

Dalam penyelenggaraan kehidupan nasional agar senantiasa mengarah pada


pencapaian tujuan nasional diperlukan suatu landasan dan pedoman yang kokoh
berupa konsepsi wawasan kebangsaan untuk mewujudkan aspirasi bangsa serta
kepentingan dan tujuan nasional.

Wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan wawasan nusantara yang tidak lain
adalah pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional.
sedangkan ketahanan nasional adalah kondisi yang harus diwujudkan agar proses
pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan sukses. Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa wawasan kebangsaan dan Ketahanan Nasional merupakan
dua konsepsi dasar yang saling mendukung sebagai pedoman bagi penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara agar tetap jaya dan berkembang seterusnya.
PENGERTIAN WARGA NEGARA
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian warga negara adalah penduduk
sebuah negara atau bangsa yang berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan
sebagainya mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga negara dari
negara itu. Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia pasal 1 angka (1) pengertian warga negara adalah warga sebuah
negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Secara umum, pengertian warga negara adalah anggota suatu negara yang mempunyai
keterikatan timbal balik dengan negaranya. Warga negara dalam bahasa Inggris dikenal
dengan kata citizens. Seseorang dapat menjadi warga negara setelah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan oleh suatu negara.

Penduduk adalah orang atau sekelompok orang yang tinggal / menetap / berdomisili di
dalam wilayah suatu negara. di indonesia pasal yang khusus menangani perihal masalah
kependudukan diatur dalam pasal 26 UUD 1945.

Perbedaan warganegara dengan penduduk adalah:


1. Warganegara Merupakan anggota dari suatu Negara yang bersifat
resmi/ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, dan warga
Negara sudah pasti merupakan anggota Negara tersebut.
2. Sedangkan Penduduk Merupakan orang-orang yang berdomisili di wilayah
Negara tertentu, namun penduduk tidak tentu merupakan anggota dari suatu
Negara, karena ada sebagian penduduk yang merupakan warganegara asing.
Contoh warga negara indonesia adalah : Presiden ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono.
Contoh bukan warga negara indonesia: Pelatih timnas indonesia yaitu Luis Milla.
B. Pengertian Kewarganegaraan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian kewarganegaraan adalah hal yang
berhubungan dengan warga negara dan keanggotaan sebagai warga negara. Menurut
pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia, pengertian kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal yang
berhubungan dengan warga negara. Dalam bahasa Inggris, kewarganegaraan dikenal
dengan kata citizenship, artinya keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan
antara negara dengan warga negara.

Istilah kewarganegaraan dapat dibedakan dalam arti sosiologis dan yuridis,


penjelasannya adalah sebagai berikut:
 Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum
antara orang-orang dengan negara. Adanya ikatan hukum ini menyebabkan
akibat-akibat hukum tertentu, yaitu orang tersebut berada di bawah kekuasaan negara
yang bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum tersebut antara lain surat
pernyataan, akta kelahiran, dan bukti kewarganegaraan.
 Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan ikatan hukum.
Akan tetapi ditandai dengan ikatan emosional, seperti ikatan keturunan, ikatan
perasaan, ikatan sejarah, ikatan nasib, dan ikatan tanah air. Dengan kata lain, ikatan
ini muncul dari penghayatan warga negara yang bersangkutan. Orang yang sudah
memiliki kewarganegaraan tidak jatuh pada wewenang atau kekuasaan negara lain. Dan
negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum kepada orang yang bukan
warga negaranya.
C. Pengertian Pewarganegaraan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian pewarganegaraan adalah proses,
cara dan perbuatan kewarganegaraan. Sedangkan Menurut pasal 1 angka (3)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
pengertian pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh
kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan.

Namun secara umum Pewarganegaraan atau naturalisasi dapat diartikan


sebagai tata cara bagi orang asing (orang yang bukan Warga Negara Republik Indonesia)
untuk memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan.

Contoh pewarganegaraan / naturalisasi adalah : naturalisasi Cristian El Loco Gonzales, ia


merupakan mantan seorang striker Timnas Indonesia asal Uruguay dan sudah menetap
di Indonesia lebih dari 5 tahun (sejak 2003).

4 Asas Kewarganegaraan yang berlaku di Indonesia Beserta Contonya.

Pengertian Asas Kewarganegaraan


Pengertian Asas kewarganegaraan adalah dasar berpikir dalam menentukan masuk
tidaknya seseorang dalam golongan warga negara dari sebuah negara tertentu. Dalam
berbagai literatur hukum dan dalam praktik, dikenal adanya 3 asas kewarganegaraan,
masing-masing adalah ius sanguinis, ius soli dan asas campuran. Dari ketiga asas itu,
yang dianggap sebagai asas yang utama ialah asas ius sanguinis dan asas ius soli
(Asshiddiqie, 2006:132).

Sehingga pada umumnya asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan menjadi


dua, yaitu:
1. Asas ius soli (asas kedaerahan)
2. Asas ius sanguinis (asas keturunan)

2 Asas Kewarganegaraan Beserta Contonya


1. Asas ius soli (asas kedaerahan)
Dalam Asas ius soli, kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan tempat
kelahirannya. Misalnya, seseorang dilahirkan di negara A, sedangkan orang tuanya
berkewarganegaraan negara B, maka ia adalah warganegara A. Jadi menurut asas ius
soli kewarganegaraan seseorang tidak terpengaruh oleh kewarganegaraan orang tuanya,
karena yang menjadi patokan adalah tempat kelahirannya.

Negara-negara yang menganut asas ius soli biasanya adalah bangsa yang modern dan
multikultural tanpa dibatasi oleh ras, agama, etnis, dll. Negara akan mengakui seseorang
sebagai warga negara apabila seseorang itu dilahirkan di negara tersebut, tidak melihat
siapa dan dari mana orang tua nya berasal.

Contoh negara yang menerapkan sistem asas kewarganegaraan Ius Soli :


 Amerika Serikat
 Argentina
 Brazil
 Jamaika
 Kanada
 Venezuela
 Meksiko

Contoh dari asas kewarganegaraan ius soli :


 Misalkan Andi dan Ani berasal dari negara Amerika Serikat (penganut ius soli)
mempunyai anak bernama Antok, Antok dilahirkan di negara Kanada (penganut ius soli)
maka Antok akan dinyatakan sebagai warga negara Kanada karena ia dilahirkan
dinegara yang menganut asas ius soli.

2. Asas ius sanguinis (asas keturunan)


Dalam Asas Ius Sanguinis, kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan pada
keturunan orang yang bersangkutan. Contohnya, Seseorang dilahirkan di negara A,
sedangkan orang tuanya berkewarganegaraan negara B, maka ia adalah warga negara B.
Jadi menurut asas ini, kewarganegaraan anak selalu mengikuti kewarganegaraan orang
tuanya tanpa memperhatikan di mana anak itu lahir.

Negara yang menganut asas ius sanguinis akan mengakui kewarganegaraan seorang
anak sebagai warga negara apabila orang tua dari anak tersebut berasal dari negara
tersebut (dilihat dari keturunannya).

Contoh negara yang menerapkan sistem asas kewarganegaraan Ius Sanguinis :


 Jepang
 Korea Selatan
 Lebanon
 Inggris
 Italia
 Rusia
 Spanyol
 Yunani

Contoh dari asas kewarganegaraan Ius Sanguinis :


 Misalkan Budi dan Bela berasal dari Spanyol (penganut asas Ius Sanguinis )
memiliki anak yang bernama Berlianti, Berlianti dilahirkan di Lebanon (penganut asas Ius
Sanguinis) maka status kewarganegaraan Berlianti adalah Spanyol karena dilihat dari
garis keturunan orang tuanya yang berasal dari Spanyol meskipun ia dilahirkan di
Lebanon.

Akibat perbedaan menentukan kewarganegaran karena asas ius soli dan ius
sanguinis
Adanya perbedaan dalam menentukan kewarganegaran di beberapa negara, baik yang
menerapkan asas ius sanguinis atau asas ius soli, dapat menimbulkan dua kemungkinan
status kewarganegaraan seorang penduduk yaitu:

1. Apatride
Apatride yaitu adanya seorang anak / penduduk yang sama sekali tidak memiliki
kewarganegaraan. Keadaan ini terjadi karena seorang Ibu yang berasal dari negara yang
menganut asas ius soli melahirkan seorang anak di negara yang menganut asas ius
sanguinis. Sehingga tidak ada negara baik itu negara asal Ibunya ataupun negara
kelahirannya yang mengakui kewarganegaraan anak tersebut.

Contohnya : Andi dan Anik adalah pasangan suami isteri yang berkewarganegaraan
Amerika Serikat atau berasas Ius Soli. Mereka berdomisili di negara Jepang yang
berasas Ius Sanguinis. Kemudian lahirlah anak mereka bernama Alan. Menurut negara
Amerika Serikat yang menganut asas Ius Soli, Alan tidak diakui sebagai warganegaranya,
sebab lahir di negara lain (negara Jepang). Begitu pula menurut negara Jepang yang
menganut asas Ius Sanguinis, Alan tidak diakui sebagai warganegaranya, sebab orang
tuanya bukan warganegara jepang. Dengan demikian Alan tidak mempunyai
kewarganegaraan atau Apatride.

Baca Juga : Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

2. Bipatride
Bipatride yaitu adanya seorang anak / penduduk yang memiliki dua macam
kewarganegaraan sekaligus (kewarganegaraan rangkap). Keadaan ini terjadi karena
seorang Ibu yang berasal dari negara yang menganut asas ius sanguinis melahirkan
seorang anak di negara yang menganut asas ius soli. Sehingga kedua negara (negara
asal dan negara tempat kelahiran) sama-sama memberikan status kewarganegaraannya.

Contohnya : Budi dan Bela adalah pasangan suami isteri yang berkewarganegaraan
Rusia atau berasas Ius Sanguinis. Mereka berdomisili di negara Argentina yang berasas
Ius Soli. Kemudian lahirlah anak mereka, Berinda. Menurut negara Rusia yang menganut
asas Ius Sanguinis, Berinda adalah warga negaranya sebab mengikuti kewarganegaraan
orang tuanya. Begitu pula menurut negara Argentina yang menganut asas Ius Soli,
Berinda juga warga negaranya, sebab tempat kelahirannya di negara Argentina yang
menganut asas Ius Soli. Dengan demikian Berinda memiliki status dua kewarganegaraan
(bipatride).

Dalam menetukan status kewarganegaraan seseorang, pemerintah suatu negara lazim


menggunakan dua stelsel, yaitu:
1. Stelsel aktif, yaitu seseorang harus melakukan tindakan hukum tertentu secara
aktif untuk menjadi warga negara (naturalisasi biasa)
2. Stelsel pasif, yaitu seseorang dengan sendirinya dianggap menjadi warga
negara tanpa melakukan suatu tindakan hukum tertentu (naturalisasi Istimewa)

Sehubungan dengan 2 stelsel diatas, seorang warga negara dalam suatu negara pada
dasarnya memiliki:
1. Hak opsi, yaitu hak untuk memilih suatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)
2. Hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak suatu kewarganegaraan (stelsel pasif)

4 Asas Kewarganegaraan di Indonesia Beserta Contonya


Menurut penjelasan Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia dinyatakan bahwa Indonesia dalam penentuan
kewarganegaraan menganut asas-asas sebagai berikut:

1. Asas ius sanguinis


Sama seperti penjelasan diatas, Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan bersasarkan negara tempat
dilahirkan. contoh nya serupa dengan contoh asas ius sanguinis diatas.

2. Asas ius soli


Serupa seperti penjelasan diatas, Asas ius soli adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, di indonesia asa ini
diberlakukan terbatas bagi anak-anak seseuai dengan ketentuan yang diatur
undang-undang. contoh nya serupa dengan contoh asas ius soli diatas.

3. Asas kewarganegaraan tunggal


Asas kewarganegraan tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan
bagi setiap orang. asas kewarganegaraan tunggal merupakan prinsip tentang status
kewarganegaraan yang dimana setiap warga negara tidak boleh berkewarganegaraan
ganda.

Contohnya : bila suatu anak lahir di kalangan warga negara (baik luar maupun dalam),
maka setelah dewasa si anak tersebut harus memilih apa status kewarganegaraan yang
ia kehendaki.

4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas


Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan
ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.

Contohnya : bila suatu anak lahir dan mempunyai dua kewarganegaraan (Bipatride),
maka anak tersebut boleh memiliki dua kewarganegaraan sampai ia berusia 18 tahun
(atau sesuai ketentuan yang diatur dalam undang-undang), setelah anak tersebut berusia
18 tahun ia harus melepas / memilih salah satu kewarganegaraanya.
3 PROSES TERBENTUKNYA SUATU NEGARA.
Pengertian Negara
Secara terminology, negara dapat diartikan dengan organisasi tertinggi di antara satu
kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam daerah
tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat.

Secara literal istilah negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing, yakni state
(bahasa Inggris), Staat (bahasa Belanda dan Jerman) dan etat (bahasa Perancis), kata
state, staat, etat itu diambil dari kata bahasa latin status atau statum, yang bermakna
keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan
tetap.

Namun secara umum negara dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati
wilayah tertentu dan diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang umumnya
memiliki kedaulatan. Negara juga dapat diartikan sebagai suatu wilayah yang mempunyai
suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi seluruh individu di wilayah tersebut, dan
berdiri secara independent.
Syarat berdirinya Negara
Suatu negara dinyatakan syah berdiri sebagai suatu negara yang berdaulat, jika
memenuhi minimal 4 syarat, yaitu:
1. Memiliki Rakyat (De Jure)
2. Memiliki Wilayah (De Jure)
3. Memiliki Pemerintah (De Jure)
4. Pengakuan dari Negara Lain (De Facto)

3 Proses Terbentuknya Suatu Negara, Lengkap Penjelasan

3 Proses Terbentuknya Suatu Negara


Asal mula terbentuknya suatu negara dapat dibedakan dalam 3 proses yaitu proses
secara primer, secara sekunder dan secara teoritis. Berikut penjelasannya:

1. Secara Primer
Terjadinya negara secara primer, yaitu asal mula terjadinya negara diawali dengan
adanya keluarga yang memiliki kebutuhan masing masing yang kemudian berevolusi ke
tingkat yang lebih kompleks. Secara Primer terjadi sebuah negara melalui beberapa
tahapan dan tidak ada hubungan dengan negara yang telah ada sebelumnya. adapun
tahap-tahap pertumbuhannya adalah sebagai berikut:

A. Persekutuan Masyarakat / Suku (genoot schaft)


Persekutuan Masyarakat merupakan kehidupan manusia yang diawali dari keluarga,
kemudian kelompok-kelompok masyarakat hukum (suku). Satu suku berkembang
menajdi dua suku, tiga suku, dan seterusnya hingga menjadi besar dan kompleks.
Perkembangan tersebut bisa terjadi karena faktor alami atau karena
penaklukan-penaklukan antar suku.

B. Kerajaan (Rijk/Reich)
Kerajaan adalah tahap yang dimulai dari kepala suku yang semula berkuasa di
masyarakat yang dipimpin kemudian mengadakan ekspansi dengan melakukan
penaklukan-penaklukan kepada daerah lain. pada tahap ini 聽 muncul kesadaran hak milik
dan hak atas tanah.
C. Negara (State)
Negara / State adalah tahap yang dimulai dari negara yang diperintah oleh raja yang
absolut dengan sistem pemerintahan tersentralisasi. Ciri-ciri tahap ini adalah seluruh
rakyat dipaksa mematuhi kehendak dan perintah raja dan Hanya ada satu identitas
kebangsaan. tahap ini juga disebut dengan tahap nasional dalam terjadinya sebuah
negara. Dalam tahap ini muncul kesadaran akan perlunya demokrasi dan kedaulatan
rakyat.

D. Negara Demokrasi
Negara demokrasi adalah tahap dimana timbulnya keinginan rakyat untuk memegang
pemerintahan sendiri. Artinya, kekuasaan / kedaulatan tertinggi dipegang oleh rakyat.
Rakyat yang berhak memilih pemimpinnya yang dianggap mampu dalam mewujudkan
aspirasinya. ciri dari tahap ini adalah 聽 Pemerintahan yang dipimpin oleh seorang
pemimpin pilihan rakyat yang kemudian berkuasa.

2. Secara Sekunder
Asal mula terjadinya Negara secara sekunder lebih pada pendekatan fakta atau
kenyataan. Terjadinya Negara/lahirnya Negara ada hubungan dengan Negara yang telah
ada sebelumnya. Terdapat beberapa macam dari asal mula terjadinya Negara secara
sekunder, yaitu sebagai berikut:

A. Proklamasi
Terjadi saat penduduk pribumi dari suatu wilayah yang diduduki oleh bangsa lain
mengadakan perlawanan (perjuangan) sehingga dapat merebut kembali wilayahnya dan
menyatakan kemerdekaan. Contohnya Indonesia merdeka dari Belanda dan Jepang 聽
pada tanggal 17 Agustus 1945.

B. Separatis (pemisahan)
Suatu wilayah negara yang memisahkan diri dari negara yang semula menguasainya
kemudian menyatakan kemerdekaan / memisahkan diri. Contohnya Belgia memisahkan
diri dari Belanda pada tahun 1939 dan menyatakan kemerdekaan.

Baca Juga : 聽 Pengertian dan Contoh Warga Negara, Kewarganegaraan, dan


Pewarganegaraan

C. Anexatie (penguasaan /聽 pencaplokan)


Suatu negara berdiri di suatu wilayah yang dikuasai bangsa lain (diwilayah negara lain)
tanpa reaksi / perlawanan yang memadai dari penduduk setempat. Contohnya negara
Israel terbentuk dengan mencaplok daerah palestina, Suriah, Yordania, dan Mesir.

Penaklukan suatu wilayah yang memungkinkan pendirian suatu negara di wilayah itu
setelah 30 tahun tanpa reaksi yang memadai dari penduduk setempat.

D. Innovation (pembentukan baru)


Suatu negara baru muncul di atas suatu negara yang pecah karena suatu hal dan
kemudian lenyap. Contohnya negara Columbia yang pecah dan lenyap kemudian
diwilayah tersebut muncul negara baru, yaitu Venezuela dan Columbia baru.

E. Acessie (penarikan)
Bertambahnya tanah dari lumpur yang mengeras di kuala sungai (atau daratan yang
timbul dari dasar laut) dan menjadi wilayah yang dapat dihuni manusia sehingga suatu
ketika telah memenuhi unsur-unsur terbentuknya negara. Contohnya Mesir yang
terbentuk dari delta Sungai Nil.

F. Cessie (penyerahan)
Terjadi saat sebuah wilayah diserahkan kepada negara lain atas suatu perjanjian tertentu.
Contohnya Wilayah Sleeswijk diserahkan oleh Austria kepada Prusia (Jerman), karena
ada perjanjian bahwa negara yang kalah perang harus memberikan negara yang
dikuasainya kepada negara yang menang. Austria adalah salah satu negara yang kalah
dalam Perang Dunia I.

G. Fusi (peleburan)
Terjadi ketika negara-negara kecil mendiami sebuah wilayah, mengadakan perjanjian /
kesepakatan untuk saling melebur menjadi sebuah negara baru atau dapat dikatakan
suatu penggabungan dua atau lebih Negara menjadi Negara baru. Contohnya
terbentuknya Federasi negar Jerman pada tahun 1871, yaitu Jerman Barat-Jerman Timur.

H. Occupatie (pendudukan)
Terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai, kemudian diduduki
dan dikuasai oleh suku atau kelompok tertentu 聽 dan didirikan negara diwilayah itu.
Contohnya Liberia adalah daerah kosong yang dijadikan negara oleh para budak Negro
yang dimerdekakan oleh Amerika. Liberia dimerdekakan pada tahun 1847.

I. Pendudukan Atas Wilayah yang Belum Ada Pemerintahan Sebelumnya.


Pendudukan ini terjadi terhadap wilayah yang ada penduduknya, namun tidak
berpemerintahan. Contohnya Australia merupakan daerah baru yang ditemukan Inggris
meskipun di sana terdapat suku Aborigin. Daerah Australia kemudian dibuat koloni-koloni
di mana penduduknya didatangkan dari daratan Eropa. Selanjutnya australia
dimerdekakan tahun 1901.

3. Secara Teoritis
Terdapat beberapa teori tentang terbentuknya suatu negara secara teoritis, yaitu sebagai
berikut.

A. Teori kontrak sosial


Teori kontrak sosial beranggapan bahwa negara dibentuk berdasarkan perjanjian
perjanjian masyarakat. Teori ini adalah salah satu teori terpenting mengenai asal usul
negara. Teori asal usul mulai negara yang berdasarkan atas kontrak sosial ini dapat
dilihat melalui pemikiran Thomas Hobbes, John Locke, dan JJ Rousseau.

B. Teori kekuatan
Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari komunikasi yang kuat terhadap
kelompok yang lemah, Negara terbentuk dengan penaklukan dan pendudukan. Dengan
penaklukan dan pendudukan dari suatu kelompok etnis yang lebih kuat terhadap
kelompok etnis yang lebih lemah, dimulailah proses pembentukan Negara. Penganut teori
ini adalah H.J. Laski, L. Duguit, Karl Marx, Oppenheimer dan Kollikles.

C. Teori Ketuhanan
Sesuai dengan namanya, teori ini dipengaruhi oleh paham keagamaan. Dan karena itulah,
teori Ketuhanan tentang terbentuknya suatu negara didasari anggapan bahwa negara
terbentuk atas dasar keinginan Tuhan. Hal ini berdasarkan atas asas kepercayaan bahwa
segala sesuatu berawal dari Tuhan dan berjalan sesuai kehendak Nya. Menurut teori ini,
Tuhanlah yang menciptakan negara sehingga negara dianggap penjelmaan kekuasaan
Tuhan. Akibatnya timbullah paham bahwa Raja atau Penguasa adalah pilihan Tuhan
untuk memerintah sehingga Raja memiliki kekuasaan mutlak pada suatu negara atau
kerajaan. Contohnya Inggris Raya pada zaman kerajaan. Penganut teori ini adalah
Agustinus, Yulius Stahi, Haller, Kranenburg dan Thomas Aquinas.

D. Teori historis
Teori histori evolusionistis (gradualistic theory) merupakan teori yang mengemukakan
bahwa lembaga-lembaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan manusia.

Baca Juga :聽 Uniknya Bandara Gibraltar, miliki Jalan Raya Ditengah Landasan Pacu

E. Teori Organis
Para penganut teori ini berpendapat bahwa negara adalah suatu organisme, selayaknya
makhluk hidup. Individu yang menjadi komponen negara diibaratkan sebagai sel-sel
makhluk hidup itu. Kehidupan corporal dari Negara dapat disamakan sebagai tulang
belulang manusia, undang-undang sebagai urat syaraf, raja (kaisar) sebagai kepala dan
para individu sebagai daging makhluk itu.

F. Teori Hukum Alam


Filsufgaul (2012) menuliskan teori hukum alam yakni negara terjadi karena kehendak
alam yang merupakan lembaga alamiah yang dibutuhkan manusia untuk
menyelenggarakan kepentingan umum. Penganut teori ini adalah Plato, Aristoteles,
Agustinus, dan Thomas Aquino.

G. Teori kedaulatan hukum

5 Unsur-Unsur Negara (Menurut Konvensi Montevideo)

Negara merupakan organisasi yang punya kewenangan luas untuk mengatur hal yang
berhubungan dengan masyakarat dan punya kewajiban untuk mensejahterakan,
mencerdaskan, dan melindungi kehidupan rakyat.

Untuk dapat mensejahterakan, mencerdaskan, dan melindungi kehidupan rakyatnya,


Sebuah negara tidak muncul secara langsung atau tidak langsung terbentuk. Karena ada
beberapa syarat yang harus terpenuhi suatu negara agar layak disebut sebagai "Negara"
yang sebenarnya. Syarat-syarat tersebut biasa kita sebut dengan Unsur-unsur
terbentuknya Negara.

Sejak SMP sebagian dari sobat pasti sudah mengenal tentang Unsur - Unsur Negara,
namun pada kesempatan kali ini kita akan mengulas ulang dan membahasnya secara
mendetail mengenai unsur unsur terbentuknya suatu negara.

Unsur terbentuknya suatu negara terdiri dari dua bagian, yaitu unsur konstitutif (pokok)
dan unsur deklaratif.
 Unsur konstitutif (pokok) ialah unsur yang paling penting, karena berperan
sebagai syarat wajib yang harus dimiliki oleh calon negara.
 Unsur deklaratif ialah unsur tambahan yang boleh-boleh saja tidak dimiliki oleh
suatu negara.
Berkaitan dengan unsur negara, pada tahun 1933 terdapat suatu konvensi yang
mengatur tentang apa-apa yang wajib dimiliki untuk membentuk suatu negara, konvensi
tersebut disebut dengan Konvensi Montevideo.

5 Unsur-Unsur Negara Menurut Konvensi Montevideo

Kita semua tahu bahwa tiap negara memiliki unsur-unsur pembentuknya, katakanlah
unsur ini sebagai bagian terkecil untuk membentuk suatu negara. Nah unsur-unsur ini
pada tahun 1933 telah dirumuskan dan disepakati (dihasilkan) dalam Konvensi
Montevideo, dimana konferensi ini merupakan konferesi antara negara-negara Amerika
yang berlangsung di Montevideo (Ibu kota Uruguay). Berdasarkan hasil konvensi
ini, unsur-unsur berdirinya suatu negara adalah sebagai berikut:
1. Penghuni (penduduk/rakyat).
2. Wilayah.
3. Kekuasaan tertinggi (pemerintah yang berdaulat).
4. Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain.
5. Pengakuan dari negara lain.

Keempat unsur pertama disebut unsur konstitutif atau unsur pembentuk yang harus
terpenuhi agar terbentuk negara, sedangkan unsur yang kelima disebut unsur
deklaratif yakni unsur yang sifatnya menyatakan, bukan unsur mutlak artinya jika unsur
konsitutif sudah terpenuhi maka suatu negara bisa tidak memerlukan unsur deklaratif.

Penjelasan tiap unsur-unsur berdirinya sebuah negara menurut Konvensi Montevideo


akan kami kelompokkan berdasarkan Unsur Konstitutif dan Unsur Deklaratif, berikut
penjelasannya:

Unsur Konstitutif terbentuknya suatu negara

Unsur konstitutif merupakan syarat wajib atau unsur pokok yang harus dimiliki calon
negara agar bisa menjadi negara. Jika salah satu unsur pokok di bawah ini tidak
terpenuhi maka negara tersebut belum bisa menjadi negara seutuhnya, namun jika unsur
konsitutif sudah terpenuhi maka suatu negara bisa saja tidak memerlukan unsur deklaratif
untuk menjadi sebuah nagara yang utuh.

Terdapat 4 Unsur Konstitutif berdasarkan Unsur-Unsur Suatu Negara Menurut Konvensi


Montevideo yaitu Penghuni (penduduk/rakyat), Wilayah, Kekuasaan tertinggi (pemerintah
yang berdaulat) dan Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain. Untuk
penjelasannya adalah sebagai berikut

1. Penghuni (penduduk/rakyat)
Rakyat merupakan semua orang yang ada di wilayah suatu negara dan taat pada
peraturan di negara tersebut. Berdasarkan hal tersebut, keberadaan rakyat merupakan
unsur penting bagi terbentuknya sebuah negara.

Rakyat sendiri dikategorikan menjadi penduduk dan bukan penduduk serta warga negara
dan bukan warga negara.
 Penduduk merupakan orang-orang yang berdomisili atau menetap dalam suatu
negara.
 Bukan penduduk merupakan orang yang sementara waktu berada dalam suatu
negara, contohnya para turis.
 Warga negara merupakan orang-orang yang berdasarkan hukum menjadi
anggota suatu negara.
 Bukan warga negara ialah orang-orang yang berada dalam suatu negara, tetapi
secara hukum tidak menjadi anggota negara yang bersangkutan, namun tunduk pada
pemerintahan dimana mereka berada, contohnya duta besar.
Jadi, unsur yang pertama (penghuni) adalah harus ada rakyat dulu.

2. Wilayah
Setelah rakyat, unsur berikutnya yang membentuk suatu negara adalah wilayah. Unsur
wilayah adalah hal yang amat penting untuk menunjang pembentukan suatu negara.
Tanpa adanya wilayah, mustahil sebuah negara bisa terbentuk. Wilayah inilah yang akan
ditempati oleh rakyat dan penyelenggaraan pemerintahan. Wilayah suatu negara
merupakan kesatuan ruang yang meliputi daratan, lautan, udara, dan wilayah
ekstrateritorial.
 Daratan: Daratan ialah tempat bermukimnya warga atau penduduk suatu Negara.
Wilayah daratan suatu Negara, mempunyai batas-batas tertentu yang diatur oleh hukum
Negara dan perjanjian dengan Negara tetangga.
 Udara: udara merupakan seluruh ruang yang berada di atas batas wilayah suatu
Negara, baik daratan ataupun lautan.
 Lautan: Lautan merupakan wilayah suatu Negara yang terdiri atas laut teritorial,
zona tambahan, ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif), dan landasan benua (kontinen). Laut
teritorial suatu Negara merupakan batas sepanjang 12 mil laut diukur dari garis pantai.
Zona tambahan yaitu 12 mil dari garis luar lautan teritorial atau sekitar 24 mil dari garis
pantai suatu Negara. ZEE merupakan wilayah lautan sepanjang 200 mil laut diukur dari
garis pantai. Sedangkan, landasan benua ialah wilayah lautan yang terletak di luar
teritorial, berjarak sekitar 200 mil laut diukur dari garis pantai yang meliputi dasar laut dan
daerah dibawahnya.
 Ekstrateritorial: Wilayah ekstrateritorial suatu Negara ialah tempat di mana
menurut hukum internasional diakui sebagai wilayah kekuasaan suatu Negara meskipun
letaknya berada di Negara lain. Contohnya, kantor kedutaan besar Indonesia di luar
negeri disebut sebagai wilayah ekstrateritorial Indonesia.

3. Kekuasaan tertinggi (pemerintah yang berdaulat)


Kekuasaan tertinggi atau pemerintahan yang berdaulat dapat diartikan sebagai suatu
pemerintah yang mempunyai kekuasaan tertinggi untuk mengamankan,
mempertahankan, mengatur, dan melancarkan tata cara penyelenggaraan pemerintahan
Negara secara penuh.

Adapun sifat-sifat kedaulatan terbagi atas empat sifat kedaulatan yaitu:


 Permanen, yang berarti kedaulatan itu tetap dimiliki negara itu selama tetap ada
bahkan sekalipun terjadi perubahan organisasi.
 Tidak terbatas atau mutlak, berarti kedaulatan negara tidak terbatasi oleh
siapapun sebab jika dibatasi maka negara tersebut tidak berdaulat dan tidak memiliki
kekuasaan.
 Bulat atau tidak terbagi-bagi, yang berarti kedaulatan itu adalah satu-satunya
kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara dan tidak bisa dibagi-bagi sehingga mesti ada
satu kedaulatan dalam negara.
 Asli, berarti kedaulatan tersebut tidak berasal dari sebuah kekuasaan yang lebih
tinggi akan tetapi itu asli dari negara sendiri.

4. Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain


Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain, yaitu ketika negara itu mampu
melakukan hubungan-hubungan dengan negara lain dalam bidang ekonomi, pendidikan,
politik, kebudayaan, dan sebagainya.

Unsur Deklaratif terbentuknya suatu negara

Unsur deklaratif merupakan unsur tambahan dalam terbentuknya suatu negara, karena
jika unsur konsitutif sudah terpenuhi maka suatu negara bisa tidak memerlukan unsur
deklaratif. Namun tetap saja unsur deklaratif ini adalah suatu hal yang penting dalam
terbentuknya negara.

Baca Juga : 3 Proses Terbentuknya Suatu Negara, Lengkap Penjelasan

Terdapat satu Unsur Deklaratif berdasarkan Unsur-Unsur Suatu Negara Menurut


Konvensi Montevideo yaitu Adanya pengakuan dari negara lain. Untuk penjelasannya
adalah sebagai berikut.

5. Pengakuan dari negara lain


Adanya pengakuan dari negara-negara lain merupakan bukti sah hadirnya atau
terbentuknya negara dan berhak untuk terhindar dari ancaman dan campur tangan
negara lain. Kemudian untuk menperoleh pengakuan dari negara lain maka sebuah
negara perlu menjalin hubungan dengan negara lain dalam berbagai bidang misalnya
dalam bidang ekonomi, politik, budaya, sosial dan pertahanan serta keamanan. Adapun
macam-macam bentuk pengakuan dari negara lain adalah sebagai berikut:
 Pengakuan de facto yang berarti diakui secara nyata bahwa negara tersebut telah
diakui karena memiliki unsur-unsur negara seperti ada pemimpin, rakyat dan
wilayahnya. Misalnya, secara de facto Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.
 Pengakuan de jure yang berarti pengakuan negara lain terhadap suatu negara
menurut hukum internasional. Dengan pengakuan secara de jure, negara yang baru
dibentuk atau baru merdeka itu memiliki hak-hak dan kewajiban sebagai anggota
masyarakat dalam skala internasional. Pengakuan negara lain secara de jure bangsa
Indonesia dimulai sejak 18 Agustus 1945, pada saat disahkannya UUD 1945, terpilihnya
presiden dan wakil presiden, serta dilantiknya lembaga legislatif (KNIP) sebelum
terbentuknya MPR/DPR.

12 Bentuk Bentuk Negara di Dunia Beserta Contohnya


1.Negara Serikat (Federasi)
Pengertian dari negara serikat adalah suatu negara yang terdiri atas beberapa negara
bagian dengan mempunyai satu buah pemerintah federasi yang mana bertugas untuk
mengendalikan kedaulatan negara tersebut. Keseluruhan dari negara bagian tersebut
diatur dengan peraturan yang mengatur tentang pembagian kewenangan antara
pemerintah federal dan pemerintah negara bagian. Hal ini dapat diartikan juga bahwa
setiap negara bagian mempunyai pemerintah dan konstitusi sendiri. Meski demikian yang
menjalankan hubungan internasional dengan pihak luar negeri tetaplah menjadi
kewenangan negara federal.

Bendera dari berbagai negara bagian di amerika serikat

Pada bentuk negara serikat (federasi) hal yang berkaitan dengan keuangan, keamanan,
dan peradilan biasanya diurus oleh pemerintah federal. Contoh negara federasi adalah
Amerika Serikat, Argentina, Kanada, Australia, Swiss dan Afrika Selatan adalah contoh
negara serikat (federasi), Selain itu bentuk negara malaysia adalah federasi yang juga
menjadi contoh negara federasi. Perlu diketahui juga bahwa negara-negara bagian ini
tidak selalu mempunyai nama yang sama. Di Afrika Selatan, negara bagian bernama
provinsi seperti juga halnya dengan Kanada dan Argentina. Di Swiss, namanya lander
atau canton.

Setiap bentuk negara memiliki cirinya masing-masing. Begitu pula dengan bentuk negara
federasi. Di bawah ini adalah beberapa ciri dari negara federasi.
 Masing-masing negara bagian boleh membuat dasar hukumnya sendiri. Meski
demikian, dasar hukum dan peraturan yang dibuat oleh negara bagian harus selaras
dengan dasar hukum dari negara federal.
 Masing-masing negara bagian mempunyai pemerintahan sendiri termasuk kepala
negara beserta kabinetnya, serta anggota parlemen.
 Masing-masing negara bagian boleh mempunyai bendera negara bagiannya
sendiri.
 Negara federal memiliki kedaulatan keluar dan ke dalam negara bagian atau yang
disebut dengan limitatif. Ini juga menegaskan bahwa negara bagian tidak memiliki
kedaulatan, tetapi kekuasaan sebenarnya tetaplah dimiliki oleh negara bagian.

2. Negara Kesatuan
Bentuk negara kesatuan merupakan bentuk negara terbanya di seluruh dunia, jumlahnya
sekitar separuh Negara di dunia. Undang-undang dasar negara kesatuan memberikan
kekuasaan penuh kepada pemerintahan pusat untuk melaksanakan kegiatan hubungan
luar negeri.

Sebuah negara kesatuan betapapun luas otonomi yang dimiliki oleh propinsi-propinsinya,
masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan luar negeri merupakan wewenang
pemerintah pusat dan daerah pada prinsipnya tidak boleh berhubungan langsung dengan
negara luar. Indonesia, Jepang dan Prancis adalah contoh negara kesatuan dan bentuk
negara semacam ini biasanya tidak menimbulkan kesulitan dalam hubungan
internasional.

Setiap bentuk negara memiliki cirinya masing-masing. Begitu pula dengan bentuk negara
Kesatuan. Di bawah ini adalah beberapa ciri dari negara Kesatuan.
 Masing-masing negara kesatuan di dunia hanya memiliki satu bendera dan satu
Undang-Undang Dasar sebagai dasar hukumnya.
 Negara kesatuan hanya mempunyai satu pemerintah pusat dengan beberapa
daerah kekuasaan di bawahnya.
 Dalam pemerintahan negara kesatuan hanya memiliki 1 dewan perwakilan rakyat.
 Negara kesatuan hanya membuat satu kebijakan yang berkaitan dengan bidang
politik, sosial, ekonomi, dan keamanan.

3. Perserikatan Negara (Konfederasi)


Konfederasi merupakan gabungan dari sejumlah Negara melalui sejumlah perjanjian
internasional yang memberikan wewenang tertentu kepada konfederasi. Dalam bentuk
gabungan ini, negara-negara anggota konfederasi semuanya tetap merupakan
negara-negara yang berdaulat dan berada pada subjek hukum internasional. Karena
pada hakikatnya konfederasi atau perserikatan negara bukanlah merupakan negara itu
sendiri, melainkan suatu gabungan dari negara-negara yang sudah merdeka. Biasanya
perserikatan/konfederasi ini dibentuk dengan tujuan tertentu, misalnya untuk membentuk
pertahanan bersama, atau utuk urusan politik luar negeri.

Meskipun terbentuk dari gabungan beberapa negara, negara konfederensi tidak sama
dengan negara federal. Negara-negara yang tergabung dalam konfederasi memiliki
kedaulatan penuh, sedangkan negara-negara bagian yang tergabung dalam negara
federal tidak berdaulat.

Untuk diketahui negara dengan bentuk konfederasi hanya bertahan sampai abad 19 saja.
Negara yang dulunya berbentuk konfederasi lama kelamaan beralih ke bentuk federal,
contohnya negara Swiss. Negara tersebut dulunya berbentuk konfederasi, tetapi sejak
tahun 1848 Swiss cenderung menggunakan sistem federal dimana hubungan
internasional diselenggarakan oleh pemerintah pusat.

4. Negara Netral
Bentuk negara yang selanjutnya yakni negara netral. Negara netral adalah negara yang
membatasi dirinya untuk tidak melibatkan diri dalam berbagai sengketa yang terjadi
dalam masyarakat internasional. Netralitas ini mempunyai beberapa arti dan haruslah
dibedakan pengertian netralitas tetap, netralitas sewaktu-waktu dan politik netral
(netralitas positif).
 Netralitas tetap adalah negara yang netralitasnya dijamin dan dilindungi oleh
perjanjian-perjanjian internasional seperti Swiss dan Austria,
 Netralitas sewaktu-waktu adalah sikap netral yang hanya berasal dari kehendak
negara itu sendiri (self imposed) yang sewaktu-waktu dapat ditanggalkannya. Swedia
misalnya, selalu mempunyai sikap netral dengan menolak mengambil ikatan politik
dengan blok kekuatan manapun. Tiap kali terjadi perang, Swedia selalu menyatakan
dirinya netral yaitu tidak memihak kepada pihak-pihak yang berperang. Netralitas Swedia
tidak diatur oleh perjanjian-perjanjian internasional, tetapi dalam kebijaksanaan yang
sewaktu-waktu dapat saja ditanggalkannya. Dengan berakhir perang dingin, Swedia dan
juga Finlandia ikut menjadi anggota Uni Eropa semenjak 1 Januari 1985.
 Politik netral atau netral positif yang kebijaksanaannya dianut oleh negara-negara
berkembang terutama yang tergabung dalam gerakan non blok. Negara-negara tersebut
bukan saja tidak memihak kepada blok-blok kekuatan yang ada tetapi juga dengan bebas
memberikan pandangan dan secara aktif mengajukan saran dan usul penyelesaian atas
masalah-masalah yang dihadapi dunia demi tercapainya keharmonisan dan
terpeliharanya perdamaian dalam masyarakat internasional.

Negara netral juga memiliki tiga segi yang menjadi dasar-dasar politiknya. Ketiga segi
tersebut tediri dari:
 Segi sosiologis, Dalam segi sosiologis dijelaskan bahwa negara netral menilai
segala sesuatu secara objektif demi terwujudnya keseimbangan dan perdamaian. Hal
tersebut merupakan suatu kewajiban sosial yang bersumber dari latar belakang negara
yang bersangkutan.
 Segi yuridis, Dalam segi yuridis dijelaskan bahwa negara yang bersifat netral
mempunyai instrumen hukum yang membahas tentang pengakuan negara-negara lain
atas peran Indonesia dalam gerakan non blok netralitas tersebut.
 Segi politik, Dalam segi politik ini dijelaskan bahwa negara netral tetap merupakan
negara menjalankan politik secara seimbang dan melindungi negara tertentu agar tidak
diperebutkan oleh negara besar lainnya.

5. Trustee (perwalian)
Trustee adalah wilayah jajahan dari negara-negara yang kalah perang dalam perang
Dunia II dan berada di bawah naungan Dewan Perwalian PBB serta negara yang menang
perang. Pemerintahan di daerah trustee melibatkan Dewan Perwalian PBB dengan tujuan
untuk mempertinggi kemajuan dalam bidang ekonomi, politik, sosial, pendidikan rakyat di
daerah tersebut menuju ke arah pemerintah sendiri. Hal ini selaras dengan hak
menentuan nasib sendiri. Tujuan utama sistem perwalian ialah untuk meningkatkan
kemajuan wilayah perwalian menuju pemerintahan sendiri.
Contohnya, Papua Nugini merupakan negara bekas negara jajahan Inggris berada
dibawah naungan PBB sampai dengan tahun 1975. Kemudian contoh berikutnya adalah
mikronesia yang merupakan negara trustee terakhir yang pada tahun 1994 dilepas
Dewan Perwalian PBB.

Dalam Piagam PBB dicantumkan bahwa yang termasuk trustee adalah sebagai berikut:
1. Daerah yang dengan suka rela dilepaskan oleh negara yang menguasainya.
2. Daerah yang dilepaskan oleh negara yang kalah perang dalam PD II.
3. Daerah mandat yang lahir berdasarkan Perdamaian ersailles.

6. Koloni atau negara jajahan


Negara Koloni / Negara Jajahan adalah suatu daerah yang tidak diperintah oleh
pemerintah dari bangsa tersebut, tetapi diperintah oleh bangsa lain, dan seluruh urusan
pemerintahan diatur negara yang menjajah. atau negara koloni juga disebut sebagai 聽
suatu negara yang menjadi jajahan negara lain. Jadi, daerah atau negara koloni tidak
memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri karena nasibnya ditentukan oleh
pemerintah negara yang menjajahnya.聽 Contohnya, Indonesia pernah menjadi koloni
(negara jajahan) Belanda selama kurang lebih dari 350 tahun.

7. Protektorat
Protektorat adalah suatu negara yang berada di bawah lindungan negara lain yang kuat.
Umumnya, negara yang dilindungi tidak dianggap berdaulat dan tidak merdeka. Hal-hal
yang berhubungan dengan luar negeri dan pertahanan negara diserahkan pada negara
perlindungnya. Contoh negara bentuk protektorat adalah Maroko, Uni Indo-Cina (Vietnam,
Kamboja dan Laos) sebelum merdeka merupakan protektorat dari Prancis. Menurut
Samidjo, SH, Protektorat dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:
1. Protektorat internasional adalah jika sebuah negara merupakan subyek hukum
internasional.聽 Contohnya, Mesir pada saat menjadi protektorat Turki pada tahun
1917 dan Zanzibar pada saat menjadi protektorat Inggris tahun 1890.
2. Protektorat Kolonial adalah protektorat yang menyerahkan urusan hubungan
luar negeri, pertahanan dan keamanan, serta dalam negeri pada negara
perlindungnya. 聽 Negara protektorat kolonial tidak menjadi subyek hukum
internasional. Contoh: Brunei Darussalam sebelum merdeka merupakan negara
protektorat Inggris.

8. Dominion
Dominion adalah bentuk negara yang hanya terdapat dalam sejarah ketatanegaraan
Inggris. Bentuk negara ini mula-mula merupakan tanah jajahan Inggris, namun sekarang
sudah menjadi negara merdeka dan berdaulat dalam suatu gabungan negara yang diberi
nama "The British Commonwealth of Nation".

Dalam perkembangan zaman, ada beberapa negara jajahan Inggris yang merdeka
dengan status dominion seperti India dan Pakistan (meskipun sekarang dua negara
tersebut telah mengubah bentuk pemerintahan menjadi republik).

Akhirnya, bentuk dominion pun menjadi hilang. Karena yang duduk dalam The British
Commonwealth of Nation tidak hanya negara dominion saja maka The British
Commonwealth of Nation diubah menjadi Commonwealth of Nation. Anggota-anggota
negara persemakmuran itu antara lain Inggris, Malaysia, Selandia Baru, Afrika Selatan,
Australia, Kanada dan India.

9. Mandat
Negara mandat merupakan sebuah negara yang awalnya adalah jajahan dari negara
yang kalah dalam Perang Dunia I yang kemudian diletakkan di bawah perlindungan suatu
negara yang menang perang dengan pengawasan dari Dewan Mandat Liga
Bangsa-Bangsa. Ketentuan-ketentuan tentang pemerintahan perwalian ini telah
ditentukan dalam suatu perjanjian di Versailles. Contohnya, Kamerun merupakan negara
bekas jajahan Jerman menjadi mandat Prancis.

10. Negara Kecil


Bentuk negara berikutnya yang akan kami jelaskan adalah negara kecil. Sesuai dengan
penamaannya, mereka yang memiliki bentuk negara kecil adalah negara-negara yang
wilayah kedaulatannya tidak begitu luas. Karena wilayah kedaulatannya tidak luas, maka
jumlah penduduknya pun tidak banyak atau sangat sedikit.

Meskipun berbentuk negara kecil, Negara-negara kecil ini semua mempunyai unsur
konstitutif seperti yang dipersyaratkan oleh hukum internasional untuk pembentukan
suatu negara. Walaupun semua negara-negara kecil ini merupakan negara-negara yang
merdeka dan berdaulat, tidak semuanya sanggup melaksanakan kedaulatan keluarnya,
seperti mempunyai perwakilan diplomatik dan konsuler dengan negara-negara lain atau
menjadi anggota organisasi-organisasi internasional. Pertimbangan terutama adalah
karena mahalnya biaya pembukaan misi perwakilan tetap di luar negeri, kekurangan
personalia dan beratnya beban pembayaran kontribusi wajib pada organisasi-organisasi
internasional.

Negara-negara kecil juga tidak memiliki angkatan bersenjata dan pertahanan nasionalnya
diserahkan kepada negara tetangga.聽 Tentu saja dengan catatan negara-negara kecil itu
harus memiliki kebijaksanaan luar negeri yang tidak bersebrangan dengan negara
tetangganya.

11. Negara Terpecah


Berikutnya yakni bentuk negara terpecah. Bagaimana suatu negara bisa disebut negara
terpecah ? Negara disebut terpecah ketika suatu negara yang diduduki oleh beberapa
negara yang berkonflik pada Perang Dunia 2 dan mempunyai ideologi yang berbeda.
Perbedaan ideologi tersebut terjadi akibat perang dingin dan juga konflik antara blok timur
dan blok barat. Sebuah negara yang berbeda hakekat ideologi nya kemudian terpecah
menjadi 2 negara dengan sistem pemerintahannya masing-masing. Kedua negara
tersebut cenderung saling mencurigai dan bermusuhan satu sama lain. Terdapat 5
negara yang terpecah setelah perang dunia kedua. Kelima negara tersebut adalah :聽
Korea, Jerman, Cyprus, Vietnam dan Cina

12. Gabungan Negara-Negara Merdeka


Bentuk negara yang terakhir adalah Negara yang berisi Gabunga-gabungan dari
negara-negara yang sudah merdeka. Gabungan negara-negara merdeka mempunyai
dua macam bentuk yaitu Uni Riil dan Uni Personil.
1. Uni Riil, merupakan gabungan dua buah negara atau lebih yang terbentuk dari
adanya perjanjian internasional. Negara-negara tersebut memiliki satu kepala
negara dan melaksanakan hubungan internasionalnya secara bersama-sama.
Dalam hal ini, Uni Riil merupakan subjek dari hukum internasional. Sedangkan
negara-negara yang berada di dalamnya mempunyai kedaulatan ke dalam.聽
Contoh dari penerapan uni riil di masa lalu yakni Uni Austria. Negara-negara timur
tengah seperti Mesir dan Suriah juga pernah bergabung dalam United Arab
Republic. Selain itu, Islandia dan Denmark juga pernah bergabung selama tahun
1918 sampai tahun 1944.
2. Uni Personil, Terbentuknya negara uni personil ini dapat terjadi bila dua negara
merdeka menggabungkan diri karena memiliki raja yang sama. Berbeda dengan
Uni Riil, Dalam uni personil setiap negara tetap merupakan subjek hukum
internasional. Contoh-contoh dalam sejarah adalah uni personil antara Luxemburg
dan Belanda dari tahun 1815 sampai 1890, kemudian Belgia dan negara merdeka
Kongo dari tahun 1855 sampai 1908. Pada jaman sekarang negara dengan sistem
uni riil dan uni personil hanya mempunyai nilai sejarah saja dan praktis tidak ada
lagi negara yang berada di bawah sistem tersebut kecuali beberapa negara dalam
kerangka British Commonwealth of Nations yang mengakui Ratu Elizabeth II
sebagai kepala negaranya, seperti Australia dan Kanada.

PENGERTIAN, HAKIKAT DAN UNSUR IDENTITAS NASIONAL


Pengertian Identitas Nasional

Identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi
sendiri, kelompok sendiri, golongan sendiri, komonitas sendiri, atau Negara sendiri.
Mengacu kepada pengertian ini, identitas tidak terbatas pada individu semata tetapi
berlaku pula pada suatu golongan.

Sedangkan kata nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok


yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti agama, budaya
dan bahasa maupun non fisik seperti cita-cita, keinginan dan tujuan.

Himpunan kelompok-kelompok inilah yang kemudian disebut dengan istilah identitas


bangsa atau identitas nasional yang pada akhirnya menciptakan tindakan kelompok
(collective action) yang diwujutkan dalam bentuk pergerakan-pergerakan atau organisasi
yang diberi atribut-atribut nasional.

Dari pengertian "identitas" dan pengertian "nasional" diatas, maka Pengertian Identitas
Nasional adalah suatu ciri yang dimiliki sebuah bangsa, secara fisiologi yang
membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lainnya. Berdasarkan pengertian
tersebut maka setiap bangsa di dunia ini akan mempunyai identitas sendiri-sendiri sesuai
dengan keunikan, ciri-ciri, sifat, serta karakter dari bangsa tersebut. Identitas nasional
sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis.

Identitas nasional pada dasarnya menunjuk pada identitas-identitas yang sifatnya


nasional. Identitas nasional bersifat sekunder dan buatan. Bersifat sekunder karena
identitas nasional lahir belakangan bila dibandingkan dengan identitas kesuku bangsaan
yang memang telah dimiliki warga bangsa itu secara askriptif. Karena sebelum
mempunyai identitas nasional, warga bangsa telah mempunyai identitas primer yaitu
identitas kesuku bangsaan. Bersifat buatan karena identitas nasional itu dibuat, dibentuk
dan disepakati oleh warga bangsa sebagai identitasnya setelah mereka bernegara.

Dari pengertian identitas nasional diatas, kita juga dapat mengartikan Pengertian Identitas
Nasional dalam lingkup bangsa indonesia. Pengertian Identitas Nasional dalama
lingkup bangsa indonesia adalah kumpulan nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam beragam aspek kehidupan dari ratusan suku yang dihimpun dalam
satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan acuan pancasila dan
Bhineka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya.

Hakikat Identitas Nasional Indonesia

Hakikat Identitas Nasional kita sebagai bangsa di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam penataan kehidupan
kita dalam arti yang luas, misalnya di dalam aturan perundang-undangan atau moral yang
secara normatif diterapkan diterapkan di dalam bermasyarakat atau berinteraksi, baik itu
di dalam tataran nasional ataupun internasional.

Dengan demikian nilai-nilai budaya yang tercermin di dalam identitas nasional tersebut
bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan domatis,
melainkan sesuatu yang terbuka yang cenderung terus-menerus bersemi karena adanya
hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat. Konsekuensi dan implikasinya
adalah identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk ditafsir dengan diberi
makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang
dalam masyarakat.

Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional Indonesia

Berbicara mengenai unsur-unsur identitas nasional, maka identitas nasional Indonesia


merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu merupakan gabungan
unsur unsur pembentuk identitas nasional yang meliputi:

1. Suku bangsa
Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir),
yang sama coraknya dengan golongan jenis kelamin dan umur. Di Indonesia terdapat
banyak sekali kelompok etnis atau suku bangsa dengan tidak kurang 300 dialeg bangsa.

Baca Juga : 4 Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

2. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya
adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif dipakai
oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan digunakan sebagi rujukan serta pedoman untuk bertindak (dalam bentuk
kelakuan serta benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.

3. Agama
Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yan tumbuh
dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu dan
Kong Hu Cu. Agama Kong H Cu pada masa orde baru belum diakui sebagai agama resmi
negara. Namun sejak pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi
negara dihilangkan.

4. Bahasa
Bahasa merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional. Dalam hal ini,
bahasa dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas
unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi
antarmanusia.

Baca Juga : 20 Peristiwa Penting dalam Perkembangan Bahasa Indonesia

Dari 4 unsur unsur identitas nasional di atas, dapat dirumuskan pembagiannya menjadi
tiga bagian yaitu:
1. Identitas Fundamental, yaitu pancasila sebagai falsafat bangsa, dasar negara
dan ideologi negara.
2. Identitas Instrumental, yaitu berisi UUD 1945 dan tata perundang-undangannya.
Dalam Identitas instrumental ini, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia,
bendera negara Indonesia adalah merah putih, lambang negara Indonesia adalah
Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika., lagu kebangsaan
Indonesia yakni Indonesia Raya.
3. Identitas Alamiah, yaitu meliputi negara kepulauan dan pluralisme dalam suku,
budaya, bahasa dan agama serta kepercayaan.
Unsur-Unsur Identitas Nasional Indonesia
Unsur-Unsur Identitas Nasional Indonesia

Identitas nasional Indonesia adalah ciri-ciri yang dapat membedakan negara Indonesia
dengan negara lain. Identitas nasional Indonesia dibuat serta disepakati oleh para pendiri
bangsa Indonesia. Identitas nasional Indonesia tercantum dalam konstitusi Indonesia
yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 35-36C. Identitas nasional yang
menunjukkan jati diri Indonesia antaralain adalah sebagai berikut:

Identitas Nasional Indonesia:


1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia
2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
3. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
4. Lambang Negara yaitu Pancasila
5. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
6. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
8. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
9. Konsepsi Wawasan Nusantara
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional

Contoh dari Implementasi Identitas Nasional

Contoh dari Implementasi Identitas Nasional adalah Kewajiban diadakanya upacara


bendera setiap hari senin pada seluruh instansi pemerintah. Dalam upacara bendera,
terdapat banyak sekali unsur identitas negara. Seperti pengibaran sang saka merah putih,
pembacaan Pancasila, pembacaan UUD 1945, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan
pada penutup di akhiri dengan doa (agama).
IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA BIDANG EKONOMI

Pengertia Wawasan Nusantara


Menurut ketetapan MPR tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN, wawasan nusantara
merupakan wawasan nasional yang berasal dari Pancasila dan berdasarkan UUD 1945
yang berarti cara pandang dan sikap Bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai
tujuan nasional.

Secara umum wawasan nusantara juga dapat diartikan sebagai cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk geografinya berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Dalam pelaksanannya, wawasan nusantara mengutamakan kesatuan wilayah serta
menghargai kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional.

Penerapan atau Implementasi wawasan nusantara menjadi pola yang mendasari cara
berpikir, bertindak dan bersikap dalam rangka mangatasi bermacam masalah
menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara indonesia.
Implementasi wawasan nusantara senantiasa mengutamakan kepentingan rakyat dan
wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh.

Implementasi wawasan nusantara dalam bidang Ekonomi


Dalam bidang ekonomi, penerapan wawasan nusantara akan menciptakan tatanan
ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat secara adil dan merata. Di samping itu, juga dapat menggambarkan
tanggung jawab pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan
masyarakat antar daerah secara timbal balik serta kelestarian sumber daya alam itu
sendiri.

Prinsip-prinsip penerapan (implementasi) wawasan nusantara pada bidang ekonomi


yaitu :
1. Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara diselenggarakan sebagai
usaha bersama dengan asas kekeluargaan dalam sistem ekonomi kerakyatan
untuk kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya.
2. Tingkat perkembangan ekonomi harus seimbang dan serasi di semua daerah
tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah dalam
pengembangan kehidupan ekonominya.
3. Kekayaan di wilayah nusantara, baik potensial maupun efektif, merupakan
modal dan milik bersama bangsa untuk memenuhi kebutuhan di seluruh wilayah
Indonesia secara merata.

Contoh implementasi wawasan nusantara dalam bidang ekonomi


Contoh implementasi wawasan nusantara dalam bidang ekonomi diantaranya dengan
menyeimbangkan Keuangan Pusat dan Daerah dengan keluarnya Undang-Undang No.
25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah. Pembagian
keuangan yang semula hampir 80% anggaran daerah harus menunggu didatangkan dari
pusat, padahal 90% hasil-hasil daerah diserahkan pada pemerintahan pusat, kini pada
UU tersebut diubah menjadi :
1. Hasil kehutanan, pertambangan umum dan perikanan, 20% untuk pusat dan
80% untuk daerah.
2. Hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, 20% untuk pusat, 80%
untuk daerah.
3. Hasil Pajak Bumi dan Bangunan, 10% untuk pemerintah pusat dan 90% untuk
daerah.
4. Hasil gas alam, 70% untuk pusat dan 30% untuk daerah sedangkan minyak
bumi, 85% untuk pusat, 15% untuk daerah.

Bahkan, porsi daerah ditambah lagi dengan adanya "Dana Alokasi Umum" yang
dialokasikan untuk daerah-daerah dengan perimbangan tertentu, yang jumlah totalnya
adalah 25% dari penerimaan dalam negeri APBN, sebagai perimbangan.

Baca Juga :聽
Dengan dilaksanakannya pemerataan dana di setiap daerah, maka kemajuan masyarakat
daerah akan semakin pesat dan merata di semua daerah dan juga tujuan Negara untuk
mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia lebih mudah cepat tercapai

Pengertian Identitas Nasional


Identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi
sendiri, kelompok sendiri, golongan sendiri, komonitas sendiri, atau Negara sendiri.
Mengacu kepada pengertian ini, identitas tidak terbatas pada individu semata tetapi
berlaku pula pada suatu golongan.

Sedangkan kata nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok


yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti agama, budaya
dan bahasa maupun non fisik seperti cita-cita, keinginan dan tujuan.

Himpunan kelompok-kelompok inilah yang kemudian disebut dengan istilah identitas


bangsa atau identitas nasional yang pada akhirnya menciptakan tindakan kelompok
(collective action) yang diwujutkan dalam bentuk pergerakan-pergerakan atau organisasi
yang diberi atribut-atribut nasional.
Dari pengertian "identitas" dan pengertian "nasional" diatas, maka Pengertian Identitas
Nasional adalah suatu ciri yang dimiliki sebuah bangsa, secara fisiologi yang
membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lainnya. Berdasarkan pengertian
tersebut maka setiap bangsa di dunia ini akan mempunyai identitas sendiri-sendiri sesuai
dengan keunikan, ciri-ciri, sifat, serta karakter dari bangsa tersebut. Identitas nasional
sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis.

Identitas nasional pada dasarnya menunjuk pada identitas-identitas yang sifatnya


nasional. Identitas nasional bersifat sekunder dan buatan. Bersifat sekunder karena
identitas nasional lahir belakangan bila dibandingkan dengan identitas kesuku bangsaan
yang memang telah dimiliki warga bangsa itu secara askriptif. Karena sebelum
mempunyai identitas nasional, warga bangsa telah mempunyai identitas primer yaitu
identitas kesuku bangsaan. Bersifat buatan karena identitas nasional itu dibuat, dibentuk
dan disepakati oleh warga bangsa sebagai identitasnya setelah mereka bernegara.

Dari pengertian identitas nasional diatas, kita juga dapat mengartikan Pengertian Identitas
Nasional dalam lingkup bangsa indonesia. Pengertian Identitas Nasional dalama
lingkup bangsa indonesia adalah kumpulan nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam beragam aspek kehidupan dari ratusan suku yang dihimpun dalam
satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan acuan pancasila dan
Bhineka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya.

Hakikat Identitas Nasional Indonesia


Hakikat Identitas Nasional kita sebagai bangsa di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam penataan kehidupan
kita dalam arti yang luas, misalnya di dalam aturan perundang-undangan atau moral yang
secara normatif diterapkan diterapkan di dalam bermasyarakat atau berinteraksi, baik itu
di dalam tataran nasional ataupun internasional.

Dengan demikian nilai-nilai budaya yang tercermin di dalam identitas nasional tersebut
bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan domatis,
melainkan sesuatu yang terbuka yang cenderung terus-menerus bersemi karena adanya
hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat. Konsekuensi dan implikasinya
adalah identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk ditafsir dengan diberi
makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang
dalam masyarakat.

Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional Indonesia


Berbicara mengenai unsur-unsur identitas nasional, maka identitas nasional Indonesia
merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu merupakan gabungan
unsur unsur pembentuk identitas nasional yang meliputi:

1. Suku bangsa
Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir),
yang sama coraknya dengan golongan jenis kelamin dan umur. Di Indonesia terdapat
banyak sekali kelompok etnis atau suku bangsa dengan tidak kurang 300 dialeg bangsa.

2. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya
adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif dipakai
oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan digunakan sebagi rujukan serta pedoman untuk bertindak (dalam bentuk
kelakuan serta benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.

3. Agama
Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yan tumbuh
dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu dan
Kong Hu Cu. Agama Kong H Cu pada masa orde baru belum diakui sebagai agama resmi
negara. Namun sejak pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi
negara dihilangkan.

4. Bahasa
Bahasa merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional. Dalam hal ini,
bahasa dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas
unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi
antarmanusia.

Baca Juga : 20 Peristiwa Penting dalam Perkembangan Bahasa Indonesia

Dari 4 unsur unsur identitas nasional di atas, dapat dirumuskan pembagiannya menjadi
tiga bagian yaitu:
1. Identitas Fundamental, yaitu pancasila sebagai falsafat bangsa, dasar negara
dan ideologi negara.
2. Identitas Instrumental, yaitu berisi UUD 1945 dan tata perundang-undangannya.
Dalam Identitas instrumental ini, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia,
bendera negara Indonesia adalah merah putih, lambang negara Indonesia adalah
Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika., lagu kebangsaan
Indonesia yakni Indonesia Raya.
3. Identitas Alamiah, yaitu meliputi negara kepulauan dan pluralisme dalam suku,
budaya, bahasa dan agama serta kepercayaan.

Unsur-Unsur Identitas Nasional Indonesia


Unsur-Unsur Identitas Nasional Indonesia
Identitas nasional Indonesia adalah ciri-ciri yang dapat membedakan negara Indonesia
dengan negara lain. Identitas nasional Indonesia dibuat serta disepakati oleh para pendiri
bangsa Indonesia. Identitas nasional Indonesia tercantum dalam konstitusi Indonesia
yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 35-36C. Identitas nasional yang
menunjukkan jati diri Indonesia antaralain adalah sebagai berikut:
Identitas Nasional Indonesia:
1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia
2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
3. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
4. Lambang Negara yaitu Pancasila
5. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
6. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
8. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
9. Konsepsi Wawasan Nusantara
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional

Contoh dari Implementasi Identitas Nasional


Contoh dari Implementasi Identitas Nasional adalah Kewajiban diadakanya upacara
bendera setiap hari senin pada seluruh instansi pemerintah. Dalam upacara bendera,
terdapat banyak sekali unsur identitas negara. Seperti pengibaran sang saka merah putih,
pembacaan Pancasila, pembacaan UUD 1945, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan
pada penutup di akhiri dengan doa (agama).

Teori Ekonomi Makro dan Mikro.


Adapun yang akan kita bahas kali ini mengenai ekonomi ekonomi makro dan ekonomi
mikro yaitu pengertian, perbedaan, dan juga contoh ekonomi makro dan mikro.

Untuk ekonomi mikro, teori yang akan dijabarkan ialah berkaitan interaksi di pasar barang,
tingkah laku pembeli dan penjual, dan interaksi di pasaran faktor produksi. Sementara
untuk ekonomi makro, teori yang akan dijabarkan yaitu penentuan kegiatan
perekonomian, inflasi, masalah pengangguran dan peranan kebijakan pemerintah. Mari
langsung saja kita bahas mulai dari Pengertian, Perbedaan dan Contoh Ekonomi Makro.

Pengertian, Perbedaan dan Contoh Ekonomi Makro


Pengertian Ekonomi Makro
Ekonomi Makro adalah kegiatan perekonomian yang mempelajari secara keseluruhan,
artinya dalam cabang ilmu ekonomi makro menjabarkan perubahan ekonomi yang
memengaruhi banyak masyarakat, perusahaan, maupun pasar. Pada perkembangannya
Ekonomi Makro berhubungan dengan masalah ekonomi publik (negara).

Berdasarkan pola dan ruang lingkung analisisnya, Analisis ekonomi makro merupakan
analisis secara agregat terhadap keseluruhan kegiatan perekonomian. Analisisnya
bersifat umum dan tidak memerhatikan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh unit-unit
kecil dalam perekonomian.
Aspek Teori Ekonomi Makro
Beberapa aspek yang dapat dipelajari dalam teori ekonomi makro adalah sebagai berikut.
a. Penentuan kegiatan perekonomian
Analisis ini menerangkan tentang sampai di mana suatu perekonomian akan
menghasilkan barang dan jasa. Berdasarkan pandangan Keynes, analisis makro ekonomi
menunjukkan bahwa tingkat kegiatan perekonomian ditentukan oleh pengeluaran agregat
dalam perekonomian. Analisis makro ekonomi merincikan pengeluaran agregat kepada 4
komponen meliputi:
 Pengeluaran rumah tangga (biasa disebut konsumsi)
 Pengeluaran perusahaan-perusahaan (juga disebut investasi)
 Pengeluaran pemerintah
 Ekspor dan impor

b. Peranan kebijakan pemerintah


Tindakan pemerintah sangat penting digunakan untuk mengatasi masalah-masalah
pengangguran dan inflasi. Langkah-langkah yang ditempuh pemerintah dibedakan
menjadi dua yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.

Kebijakan fiskal adalah upaya pemerintah dalam mengubah struktur dan jumlah pajak
dan pengeluarannya dengan maksud untuk memengaruhi tingkat kegiatan perekonomian.
Sedangkan kebijakan moneter adalah langkah pemerintah dalam memengaruhi jumlah
uang dalam perekonomian atau mengubah suku bunga dengan tujuan mengatasi
masalah perekonomian yang dihadapi.

Baca Juga :聽 4 Sistem Ekonomi Yang Pernah Dianut oleh Indonesia, Lengkap Pejelasan

c. Masalah pengangguran dan inflasi


Setiap masyarakat mengharapkan agar pengeluaran agregat akan mencapai tingkat yang
diperlukan untuk mewujudkan kesempatan kerja penuh tanpa inflasi walaupun tujuan ini
susah dicapai. Pada umumnya pengeluaran agregat yang sebenarnya adalah lebih
rendah daripada yang diperlukan untuk mewujudkan kesempatan kerja penuh.

Keadaan ini akan menimbulkan pengangguran. Ada kalanya permintaan agregat melebihi
kemampuan perekonomian untuk memproduksi barang dan jasa. Keadaan ini
menyebabkan kenaikan harga-harga atau inflasi.

Contoh Ekonomi Makro


Sebagai contoh dalam teori ekonomi makro dalam menganalisis kegiatan pembeli yang
dianalisis bukanlah perilaku seorang pembeli tetapi keseluruhan pembeli yang ada dalam
perekonomian. Begitu pula dalam menganalisis tingkah laku produsen yang diamati
bukanlah kegiatan seorang produsen tetapi kegiatan keseluruhan produsen dalam
perekonomian. Jadi teori ekonomi makro adalah teori ekonomi yang mempelajari
kegiatan ekonomi secara keseluruhan (agregat).

Pengertian, Perbedaan dan Contoh 聽 Ekonomi Mikro


Pengertian Ekonomi Mikro
Mikro berasal dari kata mikro yang berarti kecil. Jadi ekonomi mikro dapat diartikan
sebagai ilmu ekonomi kecil. Selain itu ekonomi mikro juga dapat diartikan sebagai
kegiatan perekonomian yang hanya mempelajari 聽 pada bagian kecilnya, 聽 seperti
perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan harga-harga pasar.
Berdasarkan pola dan ruang lingkung analisisnya, teori mikro ekonomi dapat didefinisikan
sebagai satu bidang dalam ilmu ekonomi yang menganalisis bagian-bagian kecil secara
individual dari keseluruhan kegiatan sebuah perekonomian.

Isu pokok yang dianalisis dalam teori mikro ekonomi adalah bagaimana cara
menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia secara efisien agar kemakmuran
masyarakat bisa dimaksimalkan. Analisis ini dibuat berdasarkan pemikiran bahwa:
 kebutuhan dan keinginan masyarakat adalah terbatas, dan
 kemampuan faktor-faktor produksi menghasilkan barang dan jasa guna
memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat adalah terbatas.

Teori ekonomi mikro bertitik tolak kepada pemisalan bahwa faktor-faktor produksi yang
tersedia selalu sepenuhnya digunakan. Kondisi ini mendorong masyarakat untuk
memikirkan cara yang paling efisien dalam menggunakan faktor-faktor produksi.

Aspek Teori Ekonomi Mikro


Beberapa aspek yang dapat dipelajari dalam teori ekonomi mikro adalah sebagai berikut.
a. Interaksi di Pasar Barang
Dalam aspek ini yang dimaksud adalah kegiatan suatu pasar barang, misalnya pasar kopi
dan pasar cengkeh. Suatu perekonomian merupakan gabungan dari berbagai jenis pasar,
termasuk pasar barang. Teori mikro ekonomi tidak menerangkan operasi secara
keseluruhan pasar tersebut secara serentak. Untuk menunjukkan bagaimana suatu pasar
berfugsi dan beroperasi, teori mikro ekonomi terutama menerangkan tentang interaksi
antara penjual dan pembeli di suatu barang, misalnya di pasaran kopi dan cengkeh.

Baca Juga :聽 3 Kebijakan Perdagangan Internasional, Lengkap Contoh dan Penjelasan

b. Interaksi di pasaran faktor produksi


Dalam hal ini yang dianalisis ialah interaksi antara penjual dan pembeli di pasaran faktor
produksi. Individu-individu adalah pemilik faktor-faktor produksi. Sedangkan penjual
membutuhkan faktor-faktor produksi untuk memproduksi barang dan jasa. Interaksi
antara penjual dan pembeli faktor-faktor produksi di berbagai pasaran faktor produksi
akan menentukan harga-harga faktor produksi dan jumlah faktor produksi yang
digunakan.

c. Tingkah Laku Penjual dan Pembeli


Dalam analisis ini teori ekonomi mikro bertitik tolak pada dua pemisalan, yaitu:
 para pembeli dan penjual menjalankan kegiatan ekonomi secara rasional, dan
 para pembeli berusaha memaksimumkan kepuasan yang mungkin dinikmatinya,
sedangkan para penjual berusaha memaksimumkan keuntungan yang diperolehnya.

Jadi yang dimaksud teori ekonomi mikro adalah teori yang mempelajari tentang perilaku
ekonomi seseorang dalam pengambilan keputusan individu atau perorangan.

Contoh Ekonomi Mikro


Sebagai contoh dalam teori ekonomi mikro dalam menganalisis kegiatan ekonomi secara
individual. Contohnya permintaan dan penawaran, perilaku konsumen maupun perilaku
produsen. misal perilaku konsumen dalam menawar harga gula pasir atau perilaku
produsen / pengusaha dalam menentukan gaji karyawan.
Perbedaan Ekonomi Makro dan Mikro
Untuk memahami perbedaan antara ekonomi makro dan ekonomi mikro, maka perhatikan
poin-poin yang telah kami rangkum dibawah ini:
Harga
 Dalam Ekonomi Makro, Harga merupakan nilai dari suatu komoditas secara
keseluruhan atau agregat
 Dalam Ekonomi Mikro, Harga merupakan nilai dari suatu komoditas atau barang
tertentu saja

Unit analisis
 Dalam Ekonomi Makro membahas tentang kegiatan ekonomi secara keseluruhan
atau agregat. Contohnya inflasi, deflasi, pendapatan nasional, pertumbumhan ekonomi
dan investasi.
 Dalam Ekonomi Mikro membahas tentang kegiatan ekonomi secara individual /
perorangan. Contohnya permintaan dan penawaran konsumen, perilaku konsumen,
perilaku produsen, pasar, biaya dan laba atau rugi dari sebuah perusahaan

Tujuan analisis
 Ekonomi Makro lebih memfokuskan terhadap tujuan analisis tentang pengaruh
kegiatan ekonomi yang dilakukan terhadap perekonomian yang terjadi secara
keseluruhan.
 Ekonomi Mikro lebih memfokuskan terhadap tujuan analisis tentang cara
mengalokasikan sumber daya yang dimiliki agar dapat tercapai kombinasi yang tepat.

4 Sistem Ekonomi Yang Pernah Dianut oleh Indonesia

1. Sistem Ekonomi Liberal (1950-1957)


Sistem ekonomi liberal merupakan suatu sistem di mana negara memberikan kebebasan
kepada seluruh rakyat untuk melaksanakan kegiatan ekonomi. Sistem ini berdasar pada
teori Adam Smith (1723 - 1790) dalam bukunya yang berjudul "The Wealth of Nations",
yang terbit pada tahun 1776, dengan ajaran pokok nya menyerahkan kebebasan individu
di seluruh sektor ekonomi. Sistem Ekonomi Liberal pernah dipakai oleh Indonesia sejak
tahun 1950 sampai dengan 1957 atau lebih tepatnya sistem ekonomi tersebut adalah
sistem ekonomi yang pertama kali yang dianut oleh bangsa Indonesia setelah
kemerdekaan.
Alasan indonesia menganut sistem ekonomi ini adalah karena ketidakmampuan "sistem
ekonomi pasca kemerdekaan" untuk menjalankan roda perekonomian indonesia
sehingga mengakibatkan masih terjadinya kekacauan dalam ekonomi indonesia. Namun
sayang nya sistem ekonomi ini dianut oleh Indonesia dalam jangka waktu yang sangat
singkat karena dianggap tidak dapat memperbaiki masalah finansial yang sedang
menerpa Indonesia selepas indonesia lepas dari penjajahan oleh jepang dan belanda.

2. Sistem Ekonomi Etatisme (1959-1967)


Pada tahun 1959 Indonesia hijrah dari sistem Ekonomi Liberal ke Sistem Ekonomi
Etatisme. pertama kali Indonesia menganut sistem ekonomi ini berawal dari dekrit
presiden yang dikeluarkan oleh presiden Ir. Soekarno pada 5 Juli 1959.

Alasan utaman diberlakukannya Sistem Ekonomi Etatisme adalah karena kegagalan dari
sistem ekonomi liberal yang mengakibatkan pengusaha pribumi masih lemah dan tidak
mampu bersaing dengan pengusaha nonpribumi, khususnya pengusaha Cina, Namun
sama seperti sistem ekonomi Liberal, sistem ekonomi Etatisme juga dinilai belum dapat
memperbaiki masalah finansial di Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya hambatan
terhadap pengusaha pribumi untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan yang telah
ditinggalkan oleh kaum penjajah.

3. Sistem Ekonomi Campuran (1967-1998)


Sistem ekonomi campuran adalah perpaduan antara sistem sosialis dan sistem liberal,
yang mengadopsi dari garis tengah antara pengendalian dan kebebasan, yang juga
berarti garis antara peran mutlak negara dan peran menonjol individu. Sistem ekonomi
sosialis merupakan sistem ekonomi di mana seluruh kebijakan ekonomi ditetapkan oleh
pemerintah sedangkan masyarakat bertugas menjalankan peraturan yang ditentukan.

Baca Juga : Arti dan Makna Lambang dan Simbol Negara (Lengkap)

Pada sistem ekonomi campuran ini, antara pemerintah dengan masyarakat


bersama-sama untuk ikut memajukan kegiatan perekonomian. Pemerintah sebagai
controler dan stabilisator kegiatan perekonomian, sedangkan masyarakat mendapat
tugas untuk melakukan kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi.

Alasan digunakannya Sistem Ekonomi Campuran adalah karena ingin memprioritaskan


stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik terutama untuk mengendalikan inflasi,
menyelamatkan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat.
Pengendalian inflasi dibutuhkan karena pada awal 1966 tingkat inflasi kurang lebih 650%
per tahun yang merupakan sisi negatif dari sistem ekonomi etatisme.

Sistem ekonomi campuran mulai dianut oleh bangsa Indonesia pada tahun 1967sampai
dengan 1998. Sistem ekonomi ini cukup lama bertahan di Indonesia karena dirasa dapat
mengontrol Inflasi atau lonjakan harga barang secara drastis dan berlangsung secara
berkesinambungan.

4. Sistem Ekonomi Pancasila (1998-sekarang)


Sejak tahun 1998 sampai sekarang Indonesia dapat dikatakan menggunakan Sistem
Ekonomi Pancasila. Sistem ekonomi pancasila juga sering disebut pengembangan dari
sistem ekonomi campuran karena sistem ekonomi campuran dianggap sebagai pelopor
adanya sistem ekonomi Pancasila.
Penyebab timbulnya pergantian ke sistem ekonomi Pancasila ialah karena adanya krisis
finansial yang diakibatkan karena memburuknya ekonomi global pada saat itu. Hal ini
tentu membawa dampak yang negatif bagi bangsa indonesia di sektor perekonomian
mengingat indonesia masih dikategorikan sebagai negara yang sedang berkembang
sehingga Indonesia merasakan dampak yang paling buruk. Harga-harga meningkat
secara drastis, nilai tukar rupiah terperosok jatuh dengan cepat, dan menimbulkan
berbagai kekacauan di seluruh bidang, terutama ekonomi.

PENGERTIAN, MACAM DAN CONTOH KEBIJAKAN FISKAL


Pengertian Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara
dengan mengontrol pemasukan (dalam bentuk pajak) dan pengeluaran pemerintah untuk
mempengaruhi pengeluaran agregat dalam perekonomian dan memperbaiki keadaan
ekonomi. dimana yang dimaksud pengeluaran agregat adalah perbelanjaan yang akan
dilakukan dalam perekonomian dalam waktu tertentu.

Menurut Keynes, kebijakan fiskal amat penting untuk mengurangi angka pengangguran
yang relatif serius. Melalui kebijakan ini pengeluaran agregat bisa ditambah dan langkah
ini akan menaikkan angka pendapatan nasional dan tingkat penyerapan tenaga kerja.

Secara umum kebijakan fiskal meliputi penyediaan anggaran untuk pembiayaan


penyelenggaraan pemerintahan, disamping alokasi anggaran yang bertujuan dalam
peningkatan dan pertumbuhan ekonomi, Selain itu kebijakan fiskal juga meliputi distribusi
pendapatan dan subsidi dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta
stabilisasi ekonomi makro dalam cakupan wilayah yang lebih terbatas.

Macam Kebijakan Fiskal


Terdapat 3 macam Kebijakan Fiskal menurut jumlah penerimaan dan pengeluarannya,
yaitu sebagai berikut:
1. Kebijakan Anggaran Surplus
Kebijakan anggaran surplus ialah kebijakan dimana pemerintah tidak menggunakan
seluruh pendapatan untuk pengeluaran sehingga akan menambah tabungan pemerintah.
Kebijakan ini dapat berfungsi untuk mengatasi inflasi.

Dengan adanya inflasi, harga menjadi naik karena uang lebih banyak dibandingkan
dengan barang, sedangkan kebijakan surplus menekankan pengeluaran pemerintah yang
pada gilirannya juga menekan dan mengurangi permintaan barang dan jasa secara
agregat (total). Hal inilah yang kemudian bisa menurunkan angka inflasi.

2. Kebijakan Anggaran Berimbang


Kebijakan berimbang merupakan bentuk anggaran dimana realisasi pendapatan negara
sama dengan besarnya jumlah realisasi pengeluaran atau belanja negara. Melalui
kebijakan ini pemerintah menyesuaikan pengeluaran dan belanjanya. Hal ini disesuaikan
dengan penerimaan yang dimiliki negara sehingga antara pengeluaran dan penerima
adalah sama dan berimbang.

Kebijakan anggaran berimbang mempunyai kekuarangan. Kekurangannya ialah ketika


deflasi, dimana uang yang beredar lebih sediki dari kebutuhan masyarakat, harga,
produksi, dan investasi turun sehingga kegiatan ekonomi turun. Anggaran belanja yang
turun menyebabkan kegiatan ekonomi juga turun sehigga pertumbuhan ekonomi
terhambat.

3. Kebijakan Anggaran Defisit


Kebijakan anggaran difisit adalah kebalikan dari kebijakan anggaran surplus. Kebijakan
ini didasarkan atas pengeluaran yang lebih besar dibanding pendapatan. Pengeluaran
yang lebih besar dibanding pendapatan biasanya akan diatasi dengan sebuah pinjaman,
baik itu pinjaman dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Kebijakan anggaran defisit ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Untuk mengukur anggaran defisit ada empat cara. Yaitu dapat dihitung dengan:
1. Defisit primer, yaitu selisih belanja diluar pembayaran pokok dan bunga utang
dengan pendapatan total.
2. Defisit konvensional, yaitu perhitungan defisit berdasarkan selisih belanja total
dan pendapatan total, termasuk hibah.
3. Defisit operasional, yaitu perhitungan anggaran defisit yang diukur dalam nilai riil
dan bukan dalam nilai nominal.
4. Defisit moneter, yaitu selisih belanja total pemerintah diluar pembayaran pokok
atau utang dengan pendapatan total di luar penerimaan utang.

Tujuan kebijakan fiskal


Kebijakan fiskal memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan
2. Menciptakan stabilitas perekonomian
3. Menciptakan keadilan dalam distribusi pendapatan
4. Menciptakan lapangan pekerjaan

Contoh Kebijakan Fiskal


1. Melakukan penghematan pengeluaran negara
2. Mewajibkan kepemilikan NPWP (nomor pokok wajib pajak) untuk meningkatkan
wajib pajak
3. Menaikkan jumlah pajak dan jenis pajak
4. Melakukan pinjaman negara, misalnya dengan mengeluarkan obligasi
pemerintah

Pengertian, Macam dan Contoh Kebijakan Moneter

Pengertian Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diambil oleh bank sentral atau Bank Indonesia
dengan tujuan memelihara dan mencapai stabilitas nilai mata uang yang dapat dilakukan
antara lain dengan pengendalian jumlah uang yang beredar di masyarakat dan
penetapan suku bunga.

Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah kebijakan yang dilaksanakan oleh bank


sentral atau Bank Indonesia untuk dapat mengubah penawaran uang atau mengubah
suku bunga yang ada, dengan tujuan untuk mempengaruhi pengeluaran agregat dalam
perekonomian.

Macam Kebijakan Moneter


Menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar dimasyarakat adalah cara dari
kebijakan moneter. Pada umumnya kebijakan moneter dibedakan menjadi 2 macam
yaitu:
1. Kebijakan Moneter Kontraktif (-), yaitu kebijakan moneter yang dapat digunakan
manakala angka inflasi sudah sangat tinggi. Kebijakan ini dapat dijalankan dengan
cara mengurangi jumlah uang yang beredar.聽
2. Kebijakan Moneter Ekspansif (+), yaitu kebijakan moneter yang dapat digunakan
ketika angka pengangguran tinggi dan perekonomian dalam keadaan menurun.
Kebijakan ini dapat dijalankan dengan cara menambah jumlah uang yang beredar
di masyarakat.

Tujuan Kebijakan Moneter


Diantara tujuan dari kebijakan moneter adalah sebagaimana yang tertulis dalam UU no. 3
tahun 2004 pasal 7 yang isinya adalah tujuan bank Indonesia untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah.

Contoh Kebijakan Moneter


Lembaga pemerintah yang berhak mengeluarkan kebijakan moneter ialah bank sentral,
dalam hal ini Bank Indonesia. Sedangkan sarana yang digunakan untuk menjalankan
kebijakan moneter terdiri dari beragam instrumen, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan Diskonto (Politik Diskonto)


Kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral (dalam hal ini bank Indonesia) untuk
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat dengan cara
menurunkan atau menaikan 聽 suku bunga Bank. Kebijakan ini dikeluarkan dengan
harapan agar masyarakat menabungkan uangnya di Bank.

Contoh : Kebijakan diskonto ini dikeluarkan jika bank sentral telah menghitung dan
mengindikasikan jumlah uang yang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala inflasi).

Sehingga agar jumlah uang yang beredar stabil (jumlah uang yang beradar sama dengan
jumlah barang dan jasa di pasar) maka pihak bank sentral menaikkan suku bunga Bank
agar masyarakat berduyun-duyun menabungkan uangnya.

2. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka


Operasi pasar terbuka merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral untuk
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat dengan cara
menjual sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli surat-surat berharga di pasar
saham / pasar modal.

Contoh : Bank Indonesia melelang sertifikatnya, atau bisa juga membeli surat-surat
berharga di pasar modal.

3. Kebijakan Kredit Ketat


Kebijakan kredit ketat dikeluarkan dengan maksud mengawasi uang yang beredar saat
perekonomian mulai menunjukkan gejala inflasi.

Contoh : Pemberian kredit moneter ketat didasari oleh 5C, yaitu Capital, Collateral,
Capability, Character, dan Condition of Economy.

4. Kebijakan Cadangan KAS


Naik atau turunnya kas di suatu Bank, ditentukan oleh kebijakan bank sentral sebagai
pemegang wewenang untuk mengatur kas.聽 Apabila ketentuan cadangan KAS minimum
diturunkan, jumlah uang beredar cenderung naik. Sedangkan jika cadangan KAS
minimum dinaikkan, jumlah uang akan cenderung turun.

Contoh : Kebijkan cadangan kas dilakukan dengan cara menahan atau melarang
sebagian dari tabungan dan uang masyarakat (giro, deposito, sertifikat deposito dll) untuk
dipinjamkan.

5. Kebijakan Dorongan Moral


Kabijakan ini dikeluarkan Bank sentral melalui pidato, pengumuman atau edaran yang
ditujukan kepada Bank-Bank umum. Melalui pengumuman tersebut uang yang beredar
dapat distabilkan.

Contoh : Isi pengumuman tersebut bisa berupa larangan atau ajakan untuk menahan
pinjaman tabungan maupun melepaskan pinjaman.

Perbedaan Kebijakan Fiskal dan Moneter


Terdapat 2 poin yang mendasar berkaitan dengan perbedaan kebijakan fiskal dan
moneter, yaitu sebagai berikut:
1. Kebijakan fiskal dijalankan oleh pemerintah sedangkan kebijakan moneter
dijalankan oleh bank Indonesia (bank sentral).
2. Pemerintah tetap bisa campur tangan dalam kebijakan moneter melalui
kebijakan moneter langsung seperti masalah kredit perbankan dan peredaran
uang.

PEMBANGUNAN NASIONAL MASA ORDE LAMA, ORDE BARU DAN ERA


REFORMASI

Pembangunan Indonesia merupakan serangkaian kegiatan masyarakat, bangsa dan


negara untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagaimana yang tertuang dalam undang
undang dasar 1945. Pembangunan nasional dilakukan secara terencana, tersusun dan
terperinci untuk meningkatkan kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan
kehidupan yang lebih maju sebagai mana layak nya negara lain yang sudah sejahtera.

Pembangunan nasional dimulai dari, oleh, dan untuk rakyat, dan dilaksanakan dalam
bidang sosial, ekonomi, budaya dan politik serta pertahanan. Pembangunan nasional
pada hakikatnya memerlukan keselarasan antara masyarakat dan pemerintah.
Masyarakat merupakan aktor utama dalam pembangunan sedangkan pemerintah
memiliki kewajiban untuk membimbing dan mengarahkan, serta menciptakan suasana
yang kondusif bagi warganya. Pembangunan nasioanal sejatinya telah dilakukan sejak
zaman Orde Lama, Orde Baru sampai era Reforasi untuk terus mendorong kesejahteraan
dan kemajuan bangsa kelevel yang lebih baik.

Pada kesempatan kali ini kita akan menjabarkan secara jelas pembangunan nasional
yang telah berlangsung pada era orde lama, orde baru dan era reformasi. Berikut
penjelasan lengkapnya.

Pembangunan Nasional pada Era Orde Lama

Era Orde lama dimulai dari tahun 1959 - 1967 yang dipimpin oleh presiden soekarno.
pembangunan pada era ini di gagas oleh MPR Sementara (MPRS) yang menetapkan tiga
ketetapan yang dijadikan dasar perencanaan nasional
1. Pertama : TAP MPRS No.I/MPRS/1960 yang berisi mengenai Manifesto Politik
republik Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara
2. Kedua : TAP MPRS No.II/MPRS/1960 yang berisi mengenai Garis-Garis Besar
Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1961-1969
3. Ketiga : TAP MPRS No.IV/MPRS/1963 yang berisi mengenai
Pedoman-Pedoman Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan
Pembangunan

Dengan dasar diatas membuka babak baru untuk membuka peluang dalam
pembangunan indonesia dalam memciptakan suasana indonesia yang lebih kondusif,
aman, damai dan sejahtera.

Proses rekontruksi dan rehabilitasi yang telah diamanatkan MPRS memiliki tujuan utama
dalam hal perubahan perekonomian untuk pembangunan nasional yang telah mengalami
penurunan drastis yang berakibat pada kemiskinan dan kerugian setelah masa
penjajahan oleh bangsa belanda.

Selanjutnya pada tahun 1947 perencanaan pembangunan diindonesia diawali dengan


lahirnya "Panitia Pemikir Siasat Ekonomi" perencanaan ini masih tertuju dalam bidang
ekonomi mengingat sangat pentingnya penanganan yang sangat serius tentang kondisi
ekonomi negara. tanpa perencanaan tersebut tujuan utama untuk merubah ekonomi
kolonial menjadi sistem ekonomi nasional tidak dapat terwujud dengan sendirinya apalagi
tidak didukung dengan UU yang berlaku pada saat itu.

Pada tahun 1960 - 1965 proses pembangunan mulai menemukan titik permasalahan
dengan kondisi politik yang carut marut sehingga mengakibatkan perhatian pemerintah
tidak maksimal lagi pada perekonomian indonesia khususnya dalam memperbaiki tingkat
ekonomi massyarakat. pada masa itu pemerintah indonesia mengalami titik terendah
dalam perekonomian. persediaan bahan pangan sangat menipis sementara pemerintah
tidak dapat mengimpor beras serta kebutuhan pokok yang lain sehingga mengakibatkan
harga barang naik drastis hingga 650 persen pada th 1966. keadaan ini terus
berlangsung hingga pembangunan mengalami keterpurukan dan sampai akhirnya muncul
gerakan G-30-S/PKI dan berakhir dengan lengsernya presiden soekarno pada masa itu.

Pembangunan Nasional pada Era Orde Baru

Pergantian Masa dari orde lama ke orde baru ditandai dengan peristiwa G-30-S/PKI pada
tanggal 1 maret 1966. saat itu Presiden Soekarno dituntut agar mau menandatangani
sebuah surat yang kemudian disebut "SUPERSEMAR", dimana inti dari surat tersebut
adalah presiden soekarno memerintahkan Jenderal Soeharto untuk melakukan segala
tindakan yang dibutuhkan untuk keberlangsungan negara dan melindungi soekarno
sebagai presiden saat itu. Surat yang disebut dengan supersemar itu kemudian diartikan
sebagai media pemberian wewenang terhadap Soeharto secara penuh.

Selanjutnya setelah tampuk kepemimpinan berada ditangan soeharto atau juga dikenal
era orde baru, soeharto melakukan upaya upaya rekontruksi terutama dalam bidang
politik, karena menurut beliau tanpa adanya rekontruksi politik negara ini tidak akan dapat
melakukan pembangunan. pada masa orde baru ini pembangunan nasional terus
berlangsung agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menciptakan
banyak lapangan kerja. hal ini terbukti dengan pendapatan perkapita yang meningkat
dibandingan pada masa orde lama.

Untuk mendukung pembangunan berbagai program dan renacana pembangunan pun


digalakkan, berikut beberapa rencana pembangunan pada masa orde baru:
1. Rancangan Dasar Undang-Undang Pembangunan Nasional Berencana
Delapan Tahun 1961-1969, hasil kerja DEPERNAS
2. REPELITA yaitu Rencana Pembangunan Lima Tahun, dari REPELITA I sampai
dengan VII

Meski menuai beragam sukses, pembangunan yang ada pada masa orde baru juga
memiliki beberapa kelemahan. Adapun beberapa kelemahan pembangunan pada masa
orde baru adalah sebagai berikut:
1. Banyak industri yang bahan dasarnya dari luar negeri sehingga tidak memiliki
daya jual tinggi karena terlalu mahal hingga mengakibatkan bengkrutnya indusrti
tersebut.
2. Mengandalkan utang luar negeri untuk membiayai pembangunan dan menutup
defisit anggaran.
3. Akumulasi bunga utang luar negeri yang terus berkembang dan memberatkan
pemerintah.
4. Banyak muncul lembaga-lembaga keuangan yang kuat basis dananya dan
merugiakan Bank Indonesia.
5. Pembangunan yang kurang merata sehingga timbul kesenjangan antara daerah
satu dengan daerah lain.

Awalnya pembangunan yang ada pada pemerintahan orde baru menuai beragam pujian
sampai akhirnya krisi moneter menjadi penyebab runtuhnya masa pemerintahan orde
baru pada tahun 1997. sejak tahun itu kondisi ekonomi indonesia semakin terpuruk, krisis
yang terjadi di dunia dan diperparah dengan adanya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme atau
yang lebih dikenal dengan istilah KKN membuat ekonomi indonesia benar-benar hancur.
sehingga timbul kesenjangan dan kemiskinan yang memicu pada kerusuhan masyarakat.
akhirnya munculah gerakan demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. mereka
menuntut agar pemerintah segera melakukan perbaikan. kemudian pada tanggal 12 Mei
1998 terjadi demonstrasi besar besaran yang berakibat meninggalnya empat mahasiswa
Universitas Trisakti.

Pada awal bulan Maret 1998 melalui Sidang Umum MPR, Soeharto terpilih kembali
menjadi Presiden Republik Indonesia, serta melaksanakan pelantikan Kabinet
Pembangunan VII. Namun pada saat itu kondisi ekonomi tidak kunjung membaik.
Perekonomian mengalami kemerosotan dan masalah sosial semakin menumpuk. Kondisi
dan siutasi seperti ini mengundang keprihatinan rakyat.

Kerusuhan Mei 1998 - Pendemo membakar perabot kantor di jalanan

Memasuki bulan Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai bergerak
menggelar demostrasi dan aksi keprihatinan yang menuntut turunya Soeharto dari kursi
kepresidenannya. Pada tanggal 12 Mei 1998 dalam aksi unjuk rasa mahasiswa
Universitas Trisakti, terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang menyebabkan
tertembaknya empat mahasiswa hingga tewas. Pada tanggal 19 Mei 1998 puluhan ribu
mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya berhasil menduduki
Gedung DPR/MPR. Pada tanggal itu pula di Yogyakarta terjadi peristiwa bersejarah.
Kurang lebih sejuta umat manusia berkumpul di alun-alun utara kraton Yogyakarta untuk
mendengarkan maklumat dari Sri Sultan Hamengku Bowono X dan Sri Paku Alam VII. Inti
isi dari maklumat itu adalah menganjurkan kepada seluruh masyarakat untuk menggalang
persatuan dan kesatuan bangsa.

Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Soeharto mengundang tokoh-tokoh bangsa


Indonesia untuk dimintai pertimbangannya membentuk Dewan Reformasi yang akan
diketuai oleh Presiden Soeharto, namun mengalami kegagalan. Pada tanggal 21 Mei
1998, pukul 10.00 WIB bertempat di Istana Negara, Presiden Soeharti meletakkan
jabatannya sebagai presiden di hadapan ketua dan beberapa anggota dari Mahkamah
Agung. Presiden menunjuk Wakil Presiden B.J. Habibie untuk menggantikannya menjadi
presiden, serta pelantikannya dilakukan didepan Ketua Mahkamah Agung dan para
anggotanya. Maka sejak saat itu, Presiden Republik Indonesia dijabat oleh B.J. Habibie
sebagai presiden yang ke-3.

Pembangunan Nasional pada Era Reformasi


Era Reformasi dimulai dengan naiknya Habibie sebagai Presiden Republik Indonesia.
Pada era reformasi ini tidak hanya hal ketatanegaraan yang mendapat perubahan,
namun juga kebijakan ekonomi. Sehingga beberapa kebijakan yang sudah dilaksanakan
selama 32 tahun, terpaksa mendapat perubahan guna menyesuaikan dengan keadaan.

Pemerintahan presiden Habibie yang mengawali masa reformasi belum mengeluarkan


kebijakan-kebijakan yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan hanya difokuskan untuk memastikan stabilitas politik dan keamanan.

Baca Juga :聽 4 Sistem Ekonomi Yang Pernah Dianut oleh Indonesia, Lengkap Pejelasan

Setelah Habibie, tampuk kepemimpinan pun berganti ke presiden Abdurrahman Wahid,


pada masa ini belum ada tindakan yang cukup signifikan untuk menyelamatkan negara
dari keterpurukan. Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru
harus diselesaikan, antara lain masalah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme),
pengendalian inflasi, kinerja BUMN, pemulihan ekonomi, dan mempertahankan kurs
rupiah.

Selanjutnya setelah Abdurrahman Wahid lengser, Masa kepemimpinan beralih ke tangan


Megawati Soekarnoputri, Beberpa kebijakan pun diambil untuk menangani masalah
perekonomian bangsa indonesia. Berikut beberapa kebijakan yang diambil untuk
mengatasi persoalan-persoalan ekonomi:
1. Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi merupakan menjual perusahaan negara
di dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari
intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil
penjualan itu berhasil mengangkat pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka
4,1 %. Akan tetapi kebijakan ini memicu beragam kontroversi, karena BUMN yang
diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.
2. Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada
pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri
sebesar Rp 116.3 triliun.

Secara garis besar rencana dan program pembangunan pada era reformasi disebut
dengan PROPENAS (Program Pembangunan Nasional) sebagaimana repelita di era orde
baru. Perbedaan antara REPELITA dan PROPENAS ada pada sifat isinya. PROPENAS
lebih bersifat pada program-program mendasar serta mendesak, sedangkan REPELITA
lebih rinci persektor dan per departemen.

PROPENAS sendiri merupakan penjabaran dari GBHN 1999 adapun PROPENAS


dijabarkan dengan REPETA (Rencana Pembangunan Tahunan). Sementara itu, untuk
penjabaran per departemen dan per PEMDA dibuatlah RESTRA (Rencana dan Strategi)
untuk setiap departemen dan PEMDA.

Berikut ini adalah lima program prioritas dari PROPENAS menurut UU nomor 25 tahun
2000.
1. Mewujudkan supremasi hukum serta pemerintahan yang baik.
2. Membangun sistem politik yang demokratis serta mempertahankan persatuan
dan kesatuan.
3. Peningkatan pembangunan daerah
4. Membangun kesejahteraan rakyat serta ketahanan kehidupan budaya dan
agama.
5. Mempercepat pemuliah ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan
berkelanjutan dan adil.

PENGERTIAN KOPERASI
Koperasi memiliki arti kerja sama. Kooperasi (cooperative) bersumber dari sebuah kata
Coopere (latin) co-operation yang berarti kerja sama. Secara umum Pengertian
Koperasi adalah sebuah badan usaha yang terdiri dari anggota dan setiap anggota
mendapat tugas dan tanggung jawab yang berbeda dan mempunyai prinsip koperasi
serta berdasar pada ekonomi rakyat sesuai dengan asas kekeluargaan yang tercantum
dalam Undang Undang Nomor 25 tahun 1992.

Logo gerakan koperasi indonesia

Sedangkan menurut Organisasi buruh Internasional atau ILO menyatakan bahwa


pengertian koperasi ialah "Cooperative define (pengertian koperasi) as an association
of persons (kumpulan orang) usually of limited means (dalam tujuan tertentu), who have
voluntary joined together (yang bergabung secara sukarela) to achieve a common
economic end (untuk mendapatkan peningkatan kualitas ekonomi) through the formation
of a democratically controlled business organization (melalui pembentukan suatu
organisasi bisnis yang dikendalikan secara demokratis), making equitable contribution to
the capital required and accepting a fair share of the risk and benefits of the undertaking
(membuat kontribusi yang adil terhadap modal yang diperlukan dan menerima bagian
yang adil terhadap risiko dan manfaat dari usaha tersebut)"

Selain ILO ada juga yang mendefinisikan koperasi dalam makna lain. Menurut Enriques,
pengertian koperasi adalah menolong satu sama lain (to help one another) atau saling
bergandengan tangan (hand it hand). Setelah pengertian koperasi, dibawah ini akan ada
banyak penjelasan tentang fungsi, tujuan dan jenis koperasi.

Tujuan Koperasi
Koperasi memiliki beberapa tujuan dimana tujuan tersebut ditujukan pada kepentingan
anggota dan bukan semata-mata untuk menimbun kekayaan. Berikut ini beberapa dari
tujuan dibentuknya koperasi, bukan hanya untuk anggota melainkan juga untuk
konsumen atau pelanggan, produsen dan usaha kecil.
1. Memberikan harga yang cukup tinggi bagi produsen.
2. Memperoleh barang dengan kwalitas baik namun dengan harga yang lebih
rendah bagi konsumen.
3. Memberikan modal usaha bagi usaha kecil dengan cicilan yang ringan
4. Mengadakan usaha bersama dengan usaha kecil

Fungsi koperasi
Dalam setiap organisasi memiliki peran dan fungsi tertentu begitujuga dengan koperasi.
Koperasi memiliki fungsi dan memiliki peran sebagai berikut:
1. Berperan aktif dalam rangka untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
kehidupan setiap anggota koperasi dan masyarakat
2. Mengembangkan kemampuan, potensi dan meningkatkan kesejahteraan sosial
ekonomi anggota koperasi khususnya dan masyarakat pada umumnya
3. Berusaha mengembangkan dan mewujudkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan
4. Memperkuat sektor perekonomian rakyat Indonesia sebagai dasar ketahanan
dan kekuatan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.

Sedangkan dalam sistem ekonomi Indonesia fungsi koperasi adalah sebagai berikut:
1. Koperasi adalah alat yang berguna untuk mensejahterakan rakyat
2. sebagai alat demokrasi nasional
3. sebagai landasan dasar perkonomian bangsa dan memperkokoh perekonomian
bangsa Indonesia.

Prinsip-Prinsip Koperasi
Di Indonesia, prinsip koperasi telah dicantumkan dalam UU No. 25 Tahun 1992 dan UU
No. 12 Tahun 1967. Secara garisbesar, berikut ini adalah pinsip yang digunakan oleh
semua koperasi yang ada di Indonesia.
1. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
2. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
3. Kemandirian.
4. Pemberian balas jasa terbatas pada modal.
5. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa
usaha setiap anggota.

Jenis-jenis koperasi
Berdasarkan fungsinya koperasi di indonesia dikelompokan kedalam 3 jenis yaitu sebagai
berikut:

1. Koperasi konsumsi
Koperasi tersebut memiliki tujuan menyediakan barang konsumsi untuk para anggotanya
dengan harga yang lebih rendah namun dengan kualitas yang terbaik. Contohnya adalah
KPRI (koperasi pegawai republik Indonesia) dan KOPKAR (Koperasi Karyawan).

2. Koperasi produksi
koperasi produksi adalah koperasi yang bertujuan menghasilkan barang yang akan
diproses dan akan dikelola secara bersama sebagai bentuk hasil produksi. Contoh
Koperasi jenis ini misalnya koperasi tahu tempe, koperasi cengkeh dan koperasi nelayan
(Fishermen cooperative).

Baca Juga : 4 Sistem Ekonomi Yang Pernah Dianut oleh Indonesia, Lengkap Pejelasan

3. Koperasi simpan pinjam


koperasi simpan pinjam memeiliki tujuan menyediakan uang untuk berbagai keperluan
anggota. Banyak sekali koperasi simpan pinjam yang berkembang di Indonesia karena
memang sistem seperti ini cocok diimplementasikan di Indonesia dan sesuai dengan
karakter orang Indonesia. Contohnya koperasi asuransi, Kospin Jasa dan koperasi
simpan pinjam ataupun koperasi perkreditan lainnya.

Kelebihan dan kekurangan koperasi


Sama dengan badan badan usaha yang lainnya, koperasi juga memiliki kelebihan dan
kekurangan, berikut kelebihan dan kekurangan koperasi:
Kelebihan koperasi
1. Koperasi lebih mengutamakan tujuan yang berupa kesejahteraan anggota.
2. Besarnya simpanan pokok dan simpanan wajib ditentukan bersama sehingga
terjangkau oleh semua anggota
3. Keanggotaanya bersifat sukarela (volunteer) dan terbuka.
4. Bagian SHU (Sisa Hasil Usaha) yang diterima setiap anggota berdasarkan jasa
setiap masing-masing anggota yang diberikan pada koperasi
5. Tidak ada perbedaan di antara para anggota dalam bentuk apapun.
6. koperasi berpotensi menjadi raksasa bisnis masa depan.
7. Setiap orang dapat menjadi anggota koperasi dengan syarat membayar
simpanan wajib dan simpanan pokok

Kelemahan Koperasi
1. Kesadaran setiap anggotanya yang sangat lemah untuk melakukan peningkatan
dalam koperasi.
2. Dengan kondisi tersebut koperasi akan kesuliatan dalam memilih pengurus
koperasi yang profesional. sehingga kemampuan bersaing koperasi lebih rendah
dibandingkan dengan badan usaha lain yang murni bertujuan mencari laba
sebanyak-banyaknya.

PERANAN HUKUM DAN DEMOKRASI DI INDONESIA,

Hukum dalam Kehidupan Manusia


Pada kehidupan manusia, Hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan,
seperti yang tertera dalam pameo "Ubi societas ibi ius", yang berarti "dimana ada
masyarakat disitu ada hukum".

Hukum diciptakan dengan tujuan yang berbeda-beda, berikut 3 tujuan diciptakannya


hukum:
1. Tujuan hukum adalah ketertiban atau order
2. Tujuan hukum adalah kegunaan
3. Tujuan hukum adalah keadilan

Keadilan harus berlaku untuk semua orang, bukan hanya untuk golongan tertentu saja.
Oleh karena itu lahirlah "negara konstitusi" yang melahirkan doktrin "rule of law", yang
merupakan doktrin dengan semangat idealisme keadilan yang tinggi, seperti "kesamaan
setiap orang di depan hukum" dan "supremasi hukum". Di negara konstitusi itulah berlaku
sistem pemerintahan demokrasi konstitusional.

Menurut F. Julius Sthal dan Imanuel Kant, terdapat 4 unsur pembatasan yuridis yang
dikenal dengan istilah Rule of Law atau Rechtsstaat, yaitu:
1. hak-hak asasi manusia.
2. peradilan administrasi dalam perselisihan.
3. pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan.
4. pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasai
manusia yang biasa dikenal sebagai Trias Politika.

Sedangkan A. V. Dices mengidentifikasikan unsur-unsur Rule of Law dalam


demokrasi konstitusional menjadi 3 poin penting, berikut 3 unsur Rule of Law dalam
demokrasi konstitusional menurut A. V. Dices:
1. terjaminnya hak-hak manusia / masyarakat oleh undang-undang.
2. kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the law) baik untuk
pejabat atau rakyat biasa.
3. supremasi hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang dalam arti
bahwa seseorang hanya boleh dihukum apabila terbukti melanggar hukum.
Selanjutnya Willem Konijnenbelt dan H.D.van Wijk menyebutkan prinsip-prinsip
rechtsstaat atau Rule of Law adalah sebagai berikut:
1. Hak-hak asasi. terdapat hak-hak manusia yang sangat fundamental yang harus
dihormati oleh pemerintah.
2. Pembagian kekuasaan. kewenangan pemerintah tidak boleh dipusatkan pada
satu lembaga, tetapi harus dibagi-bagi pada organ-organ yang berbeda agar saling
mengawasi yang dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan.
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang. pemerintah hanya memiliki
kewenangan yang secara tegas diberikan oleh UUD atau UU lainnya.
4. Pengawasan lembaga kehakiman. pelaksanaan kekuasaan pemerintah harus
dapat dinilai aspek hukumnya oleh hakim yang merdeka.

Negara Hukum dan Demokrasi


Menurut Thomas Hobbes manusia selalu hidup dalam kekuatan karena ketakutan akan
diserang oleh manusia lainnya yang lebih kuat fisiknya. Sehingga diadakan perjanjian
masyarakat dan dalam perjanjian tersebut raja tidak diikut sertakan. Sehingga perjanjian
itu diadakan anatara rakyat dengan rakyat sendiri. Setelah diadakan perjanjian
masyarakat dimana individu-individu menyerahkan haknya atau hak-hak azasinya
kepada suatu kolektivitas yaitu satu kesatuan dari individu-individu yang diperoleh melalui
Pactum unions, maka disini kolektivitas menyerahkan hak-haknya atau kekuasaannya
kepada raja tanpa syarat apapun juga. Raja sama sekali ada diluar perjanjian, dan oleh
karenya raja memiliki kekuasaan yang mutlak setelah hak-hak rakyat diserahkan
kepadanya (Monarchie Absoluut).

Baca Juga : Pengertian dan Perbedaan Pokok Hukum Pidana dan Perdata, Lengkap
Contoh

Sedangkan menurut Jean Jecques Rousseau, kekuasaan rakyat dan kedaulatan rakyat
tidak pernah diserahkan pada raja, bahkan kalau ada raja yang memerintah maka raja itu
hanya sebagai mandataris dari pada rakyat. Untuk ini Rousseau memberikan keterangan
sebagai berikut: "Yang merupakan hal inti daripada perjanjian masyarakat ini ialah,
menetukan suatu bentuk kesatuan, membela dan melindungi kekuasaan bersama
disamping kekuasaan pribadi dan milik dari setiap orang, sehingga semuanya dapat
bersatu, akan tetapi masing-masing orang tetap mematuhi dirinya sendiri, sehingga orang
tetap merdeka dan bebas”.

Melalui pemikiran Rousseau ini pula mengawali pembentukan konstitusi Prancis (1791)
khususnya yang menyangkut hak-hak asasi manusia. Pada masa inilah awal dari
konkretisasi konstitusi dalam arti tertulis (modern). Konstitusi sebagai Undang-Undang
Dasar dan hukum dasar yang memiliki arti penting atau sering disebut dengan "Konstitusi
Modern", baru muncul bersamaan dengan semakin berkembangnya "sistem demokrasi
perwakilan dan konsep nasionalisme". Demokrasi Perwakilan muncul sebagai
pemenuhan kebutuhan rakyat akan kehadiran lembaga legislatif. Lembaga ini diharapkan
mampu membuat undang-undang untuk mengurangi serta membatasi dominasi hak-hak
raja. Alasan inilah yang mendudukan konstitusi (yang tertulis) itu sebagai hukum dasar
yang lebih tinggi daripada presiden/raja. Hal tersebut diatas inilah yang kemudian
melahirkan konsep negara hukum dan demokrasi.

Prinsip-prinsip Negara Hukum dan Demokrasi


Terdapat hubungan yang jelas antara hukum, yang bertumpu pada konstitusi, dengan
kedaulatan rakyat, yang dijalankan melalui sistem demokrasi. Hubungan ini terlihat dari
kemunculan istilah demokrasi konstitusional. Dalam sistem demokrasi, partisipasi rakyat
merupakan esensi dari sistem ini. Dengan kata lain negara hukum harus ditopang dengan
sistem demokrasi, demokrasi tampa pengaturan hukum akan kehilangan bentuk dan arah,
sedangkan hukum tampa demokrasi akan kehilangan makna.

Prinsip-prinsip demokrasi
1. Pemencaran kewenangan. Konsentrasi kekuasaan dalam masyarakat pada satu
organ pemebrintahan adalah kesewenang-wenangan. Oleh karena itu
kewenangan badan-badan publik itu harus dipencarkan pada organ-organ yang
berbeda.
2. Pertanggungjawaban politik. Organ-organ pemerintah dalam menjalankan
fungsinya sedikit banyak tergantung secara politik yaitu kepada lembaga
perwakilan.
3. Perwakilan politik. Kekuasaan politik tertinggi dalam suatu negara dan dalam
masyarakat diputuskan oleh badan perwakilan, yang dipilih melalui pemilihan
umum.
4. Rakyat diberi kemungkinan untuk mengajukan keberatan.
5. Kejujuran dan keterbukaan pemeberintah untuk umum.
6. Pengawasan dan kontrol. (penyelenggaraan ) pemerintahan harus dapat
dikontrol.

Prinsip-prinsip negara hukum


1. Pemerintah terikat hukum
2. Perlindungan hak-hak asasi
3. Pengawasan oleh hakim yang merdeka. Superioritas hukum tidak dapat
ditampilkan, jika aturan-aturan hukm hanya dilaksanakan organ pemerintah. Oleh
karena itu dalam setiap negara hukum diperlukan pengawasan oleh hakim yang
merdeka.
4. Monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukum. Hukum harus
dapat ditegakkan, ketika hukukum tersebut dilanggar. Pemerintah wajib menjamin
bahwa ditengah masyarakat terdapat instrument yuridis penegakan hukum.
Pemerintah dapat memaksa seseorang yang melanggar hukum melalui sistem
peradilan negara. Memaksakan hukum publik secara prinsip merupakan tugas
pemerintah.
5. Asas legalitas. Pembatasan kebebasan warga negara (oleh pemerintah) harus
ditentukan dasarnya dalam undang-undang yang merupakan peraturan umum.
Undang-undang secara umum harus memebrikan jaminan (terhadap warga
neraga) dari tindakan (pemerintah) yang sewenang-wenang, kolusi, dan berbagai
jenis tindakan yang tidak benar. Pelaksanaan wewenang oleh organ pemerintah
harus dikembalikan dasarnya pada undang-undang tertulis, yakni undang- undang
formal

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa agar sebuah negara bisa dikatakan
sebagai negara hukum dan demokrasi, maka dalam penyelenggaran negara atau
konstitusi negara dan pemerintahannya sebaiknya terdapat prisnip-prinsip sebagai
berikut:
1. Supremasi hukum. (Supremacy of Law)
2. Persamaan dalam hukum. (Equality before the Law)
3. Pembatasan Kekuasaan.
4. Bersifat Demokratis (Democratishe Rechtsstaat)
5. Perlindungan Hak Asasi Manusia
6. Asas legalitas. (Due Process of Law)
7. Mahkamah Konstitusi. (Constitutional Court)
8. Peradilan Tata Usaha Negara.
9. Peradilan bebas dan tidak memihak.
10. Organ-organ Penunjang yang Independen.
11. Transparansi dan Kontrol Sosial.
12. Berfungsi sebagai sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare
Rechtsstaat)

Demokrasi di Indonesia
Indonesia sebagai salah satu Negara yang menganut paham demokrasi, karena sistem
pemerintahan demokrasi ini dianggap baik untuk menjaga kestabilan sebuah bangsa
dalam menjalankan roda pemerintahan negara. Dalam praktiknya Indonesia menganut
paham Demokrasi Pancasila yang berbeda dengan demokrasi liberal.

Demokrasi liberal meletakkan kebebasan individu yang toleran sebagai urgensi


kehidupan negara dan masyarakat. Oleh karena itu kontrol rakyat dan atau wakilnya
kepada penguasa dan negara adalah prinsip yang tak bisa ditawar. Sedangkan
Demokrasi Pancasila yang dianut indonesia dalam arti bentuknya, maka pertama-tama
harus dilihat dalam UUD 1945 beserta penjelasannya, meskipun ini bukanlah
satu-satunya cara untuk melihat dan melaksanakan Demokrasi Pancasila.

Sejatinya berkaitan dengan paham demokrasi yang dianut, esensi yang terpenting adalah
apakah hukum dan pelaksanaan hukum di negara Indonesia akan berfungsi dan
memainkan peranannya sangat ditentukan oleh keinginan melaksanakan UUD 1945
secara konsekuen. UUD 1945 sebagai hukum dasar tertinggi di dalam UUD 1945 termuat
cita-cita bangsa dan arah kehidupan bernegara dan berbangsa, termasuk di dalamnya
keberadaan hukum dalam kehidupan negara.

Baca Juga : Gratis, Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

Meskipun indonesia sudah menganut paham Demokrasi Pancasila namun demokrasi


yang sedang berlangsung di Indonesia (di tingkat State atau Negara), belum maksimal
terlihat dampaknya bagi kesejahteraan rakyat. Demokrasi di Indonesia terkesan hanya
untuk mereka dengan tingkat kesejahteraan ekonomi yang cukup. Sedangkan bagi
golongan ekonomi bawah, demokrasi belum memberikan dampak singnifikan untuk
perekonomian yang lebih baik. Inilah tantangan yang harus dihadapi pemerintah.

Karena Harapan dari adanya demokrasi yang ada ia memberikan manfaat


sebesar-besarnya untuk rakyat. Misalnya, demokrasi mampu memaksimalkan
kesejahteraan rakyat dan distribusinya mampu mengurangi kemiskinan. Disamping itu,
demokrasi diharapkan dapat menciptakan pemimpin yang lebih memperhatikan
kepentingan rakyat banyak seperti masalah kesehatan dan pendidikan. Tidak hanya itu,
demokrasi diharapkan mampu menjadikan negara kuat.
Harapan rakyat banyak tentunya adalah pada masalah kehidupan ekonomi mereka serta
bidang kehidupan lainnya. Demokrasi membuka peluang berkuasanya para pemimpin
yang peduli dengan rakyat dan sebaliknya bisa melahirkan pemimpin yang buruk.
Harapan rakyat akan adanya pemimpin yang peduli di masa demokrasi ini merupakan
harapan dari implementasi demokrasi itu sendiri. Di masa transisi ini, implementasi
demokrasi masih terbatas pada kebebasan dalam berpolitik, sedangkan masalah
ekonomi masih tersisihkan. Maka muncul kepincangan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Karena ekonomi dan politik merupakan dua sisi yang berbeda dalam sekeping
mata uang, maka masalah ekonomi pun harus mendapat perhatian yang serius dalam
implementasi demokrasi agar terjadi penguatan demokrasi.

Semakin rendahnya tingkat kehidupan ekonomi rakyat akan berdampak negatif bagi
demokrasi karena melemahnya ekonomi akan berdampak luas kepada bidang lain,
seperti masalah sumber daya manusia (SDM). SDM yang lemah tentu tidak bisa
memperkuat demokrasi, bahkan justru bisa memperlemah demokrasi.

Demokrasi di Indonesia memberikan harapan akan tumbuhnya masyarakat baru yang


mempunyai kebebasan berpendapat, berkumpul, berserikat dan berpolitik. Selain itu
masyarakat mengharapkan adanya iklim ekonomi yang kondusif. Untuk menghadapi
tantangan dan mengelola harapan ini agar menjadi kenyataan, dibutuhkan kerjasama
antara kelompok dan partai politik agar demokrasi bisa berkembang ke arah yang lebih
baik dan membawa dampak positif bagi masyarakat.

Peranan Hukum dan Demokrasi dalam Pembangunan


Dilatar belakangi cita-cita yang tertuang dalam kalimat “masyarakat adil dan makmur”,
maka pembangunan telah dipilih sebagai satu-satunya kendaraan yang dianggap paling
tepat untuk membawa bangsa Indonesia menuju kearah sana. Dalam hal ini, pemerintah
sejak tiga dasawarsa terakhir telah menjadikan pembangunan di bidang ekonomi sebagai
tulang punggung pembangunan nasional. Sikap suatu pemerintah menjadikan
pembangunan di bidang ekonomi sebagai tulang punggung pembangunan nasional dapat
tercermin dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahan tersebut untuk
mencapai kepentingan nasional negaranya. Termasuk didalamnya ialah kebijakan dalam
hal perekonomian.

Berkaitan dalam hal Hukum dan kebijakan dibidang perekonomian, Pemerintah Indonesia
pernah menerapkan kebijakan deregulasi ekonomi yang menyangkut 3 aspek, antara
lain yaitu:
1. Mengurangi campur tangan pemerintah dalam hal pengelolaan badan usaha.
2. Untuk menyehatkan persaingan pasar dengan membuka kesempatan bagi
pendatang baru.
3. Pengambilan keputusan produksi maupun harga.

Dalam kegiatan ekonomi ini justru hukum sangat diperlukan karena sumber-sumber
ekonomi yang terbatas disatu pihak dan tidak terbatasnya permintaan atau kebutuhan
akan sumber ekonomi dilain pihak sehingga konflik antara sesama warga dalam
memperebutkan sumber-sumber ekonomi tersebut akan sering terjadi.

Melihat hal tersebut sudah menjadi satu keniscayaan, bahwa pembangunan ekonomi di
suatu negara, apalagi secara khusus negara berkembang, hukum memiliki peranan yang
besar untuk turut memberi peluang pembangunan ekonomi. Pelaksanaan roda
pemerintahan dengan demokratis, dengan menggunakan hukum sebagai instrument
untuk merencanakan dan melaksanakan program pembangunan yang komprehensif,
akan membawa negara ini menuju masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang di
cita-citakan.

PENGERTIAN NEGARA HUKUM


Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah rechstaat atau rule of law. Reechstaat
itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk perumusan yuridis dari gagasan
konstitusionalisme. Oleh karena itu, konstitusi dan Negara (hukum) adalah dua lembaga
yang tidak terpisahkan.

Secara sederhana, yang dimaksud Negara hukum adalah Negara yang


penyelenggaraan pemerintahannya didasar atas hukum. Didalamnya pemerintah dan
lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan tindakan apapun juga harus dilandasi oleh
hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan juga harus berdasarkan kedaulatan
hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum.
(Mustafa Kamal Pasha,2003).

Aristoteles, merumuskan negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum
yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi
tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga Negara dan sebagai daripada keadilan itu
perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warganegara yang
baik.

Negara yang berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi
sehingga terdapat istilah supremasi hukum, supremasi hukum tidak boleh mengabaikan
tiga ide dasar hukum yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian.

Konsep Negara Hukum

Konsep Negara Hukum

Negara hukum yang muncul pada abad ke-19 adalah negara hukum dalam arti sempit
atau negara hukum formil. Pada penjelasan sebelumnya sudah dikemukakan bahwa
negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rule of Law atau Rechtsstaat. Istilah
Rechtsstaat diberikan oleh para ahli hukum Eropa Kontinental sedang istilah Rule of Law
diberikan oleh para ahli hukum Anglo Saxon.
Konsep rechtsstaat menginginkan adanya perlindungan bagi hak asasi manusia melalui
pelembagaan peradilan yang independen. Pada konsep rechtsstaat terdapat lembaga
peradilan administrasi yang merupakan lingkungan peradilan yang berdiri sendiri.

Namun ahli hukum Anglo saxon tidak mengenal Negara hukum atau rechtstaat, tetapi
mengenal atau menganut apa yang disebut dengan “ The Rule Of The Law” atau
pemerintahan oleh hukum atau government of judiciary.

A. V. Dices dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberikan unsur-unsur / ciri-ciri
Rule of Law sebagai berikut.
1. Terjaminnya hak-hak manusia / masyarakat oleh undang-undang.
2. Kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the law) baik untuk
pejabat atau rakyat biasa.
3. Supremasi hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang dalam arti
bahwa seseorang hanya boleh dihukum apabila terbukti melanggar hukum.

Adapun F. Julius Sthal dan dan Imanuel Kant dari kalangan ahli hukum Eropa
Kontinental memberikan ciri-ciri Rechtsstaat sebagai berikut.
1. Hak-hak asasi manusia.
2. Peradilan administrasi dalam perselisihan.
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan.
4. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasai
manusia yang biasa dikenal sebagai Trias Politika.

Di samping perumusan ciri-ciri negara hukum seperti di atas, ada pula berbagai pendapat
mengenai ciri-ciri negara hukum yang dikemukakan oleh para ahli lainnya.

Menurut Prof. DR. Sudargo Gautama, SH. mengemukakan 3 ciri-ciri atau unsur-unsur
dari negara hukum, yakni:
1. Terdapat pembatasan kekuatan negara terhadap perorangan. Maksudnya
negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang, tindakan negara dibatasi oleh
hukum, individu mempunyai hak terhadap negara atau rakyat mempunyai hak
terhadap penguasa.
2. Azas Legalitas. Artinya setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang
telah diadakan terlebih dahulu yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau
aparatnya.
3. Pemisahan Kekuasaan. Bertujuan agar hak asasi betul-betul terlindungi adalah
dengan pemisahan kekuasaan yaitu badan yang membuat peraturan
perundang-undangan melaksanakan dan mengadili harus terpisah satu sama lain
tidak berada dalam satu tangan.

Sedangkan menurut Mustafa Kamal Pasha (2003), menyatakan adanya tiga ciri-ciri khas
dari sebuah negara hukum, yaitu:
1. Pengakuan dan perlindungan terhadap HAM
2. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.
3. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak.
Baca Juga : Pengertian dan Perbedaan Pokok Hukum Pidana dan Perdata, Lengkap
Contoh

Kemudian yang terakhir adalah menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH, beliau
berpendapat bahwa ada dua belas ciri penting dari negara hukum, yaitu sebagai berikut:
1. Supremasi hukum. (Supremacy of Law)
2. Persamaan dalam hukum. (Equality before the Law)
3. Pembatasan Kekuasaan.
4. Bersifat Demokratis (Democratishe Rechtsstaat)
5. Perlindungan Hak Asasi Manusia
6. Asas legalitas. (Due Process of Law)
7. Mahkamah Konstitusi. (Constitutional Court)
8. Peradilan Tata Usaha Negara.
9. Peradilan bebas dan tidak memihak.
10. Organ-organ Penunjang yang Independen.
11. Transparansi dan Kontrol Sosial.
12. Berfungsi sebagai sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare
Rechtsstaat)

Persamaan Negara hukum Eropa Kontinental dengan Negara hukum Anglo saxon adalah
keduanya mengakui adanya "Supremasi Hukum / Supremacy of Law". Perbedaannya
adalah pada Negara Anglo Saxon tidak terdapat peradilan administrasi yang berdiri
sendiri sehingga siapa saja yang melakukan pelanggaran akan diadili pada peradilan
yang sama. Sedangkan nagara hukum Eropa Kontinental terdapat peradilan administrasi
yang berdiri sendiri.

Itulah tadi konsep negara hukum berdasarkan pandangan dari para ahli hukum Eropa
Kontinental dan para ahli hukum Anglo Saxon, selanjutnya kita akan membahas
implementasi negara hukum di indonesia sehingga kita bisa tahu apakah indonesia itu
negara hukum ?

Implementasi Negara Hukum di Indonesia


Negara Indonesia berdasarkan pada hukum. Hal tersebut ditegaskan dalam
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi : "Negara Indonesia
adalah negara hukum". Konsekuensi dari ketentuan ini adalah bahwa setiap sikap, pikiran,
perilaku, dan kebijakan pemerintahan negara dan penduduknya harus didasarkan/sesuai
dengan hukum. Dengan ketentuan demikian dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
kesewenang-wenangan dan arogansi kekuasaan. Hukumlah yang memegang kekuasaan
dan memimpin penyelenggaraan negara, sebagaimana konsep nomocratie, yaitu
kekuasaan dijalankan oleh hukum.

Secara tertulis hukum Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
Sedangkan UUD 1945 merupakan nilai instrumental penjabaran dari nilai-nilai yang
terdapat pada Pancasila. Jadi Pancasila dapat kita sebut sebagai konsep hukum negara
Indonesia, karena Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia dan
kepribadian bangsa Indonesia. Sehingga dasar-dasar penyelenggaraan negara yang
disusun dalam UUD 1945 tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.
Baca Juga : Peranan Hukum dan Demokrasi di Indonesia dalam Konteks Negara Hukum
dan Demokrasi

Dari uraian diatas maka dapat dikatakan indonesia telah menginplementasikan dan
memenuhi unsur-unsur Negara Hukum. berikut unsur-unsur negara hukum yang telah di
implementasikan dan dipenuhi oleh indonesia lengkap dengan penjelasannya:

1. Pengakuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)


Upaya untuk menjamin dan melindungi hak asasi manusia di Indonesia telah ditegaskan
di dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 baik dalam Pembukaan maupun dalam
Batang Tubuhnya. Pembukaan UUD 1945 alenia pertama menyatakan sikap bangsa
Indonesia yang anti penjajahan dan mendukung kemerdekaan setiap bangsa karena
kemerdekaan adalah hak asasi setiap bangsa yang tidak dapat dirampas oleh bangsa
lain.

Sedangkan jaminan hak asasi manusia dalam Batang Tubuh UUD 1945 dituangkan
dalam pasal-pasalnya yang sesuai dengan tuntutan dimanika masyarakat yang terus
berkembang telah diamandemen atau dilakukan perubahan sebanyak empat kali.
Perbedaan rumusan hak asasi manusia dalam UUD 1945 sebelum dan sesudah
amandemen adalah adanya judul Bab tentang Hak Asasi Manusia yaitu pada BAB X yang
sebelumnya tidak ada serta jumlah pasal dan ayat yang mengatur hak asasi manusia
yang bertambah banyak.

2. Sistem peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak terpengaruh oleh
kekuasaan atau kekuatan lain apapun
Dalam UUD 1945 BAB IX Kekuasaan Kehakiman Pasal 24 ayat (1): "Kekuasaan
kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan".

Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah. Dalam menjalankan tugasnya, hakim tidak boleh terpengaruh
oleh siapa pun juga, baik karena kepentingan jabatan (politik) maupun kepentingan
ekonomi.

3. Adanya pembatasan kekuasaan


Pemegang kekuasaan cenderung untuk menyalahgunakannya, oleh karena itu perlu
adanya pembatasan kekuasaan penyelenggaraan negara. Di dalam UUD 1945 telah
diatur tentang wewenang penyelenggaraan negara.

Selain itu, pembatasan juga dilakukan dengan membagi dan memisahkan


cabang-cabang kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Ketiga cabang kekuasaan
tersebut saling mengawasi dan mengimbangi. Badan legislatif, yaitu badan yang bertugas
membentuk Undang-undang, Badan eksekutif yaitu badan yang bertugas melaksanakan
undang-undang, Badan yudikatif, yaitu badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan
Undang-undang, memeriksa dan megadilinya.

4. Asas Legalitas
Segala tindakan pemerintah harus didasarkan atas peraturan perundang-udangan yang
sah dan tertulis. Demikian pula hukuman terhadap seseorang harus didasarkan pada
aturan hukum yang sudah ada sebelum perbuatan seseorang tersebut dilakukan.
Dalam UUD 1945 telah diatur batas-batas wewenang lembaga-lembaga negara. Antara
lain Pasal 14 ayat (1) UUD 1945 : "Presiden memberi grasi, dan rehabilitas dengan
memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung". Sesuai pasal tersebut Presiden dalam
menerima atau menolak permohonan grasi tidak boleh ditetapkan sendiri, meskipun grasi
merupakan hak prerogatif Presiden dalam hubungannya dengan bidang Yudikatif, karena
hukum (UUD 1945) menegaskan bila memberi grasi harus memperhatikan pertimbangan
dari Mahkamah Agung.

Pada dasarnya, perkembangan asas legalitas eksistensinya diakui dalam KUHP


Indonesia baik asas legalitas formal (Pasal 1 ayat (1) KUHP) maupun asas legalitas
materiil (Pasal 1 ayat (3) RUU KUHP Tahun 2008).

Kesimpulan
Suatu negara dikatakan sebagai negara hukum apabila telah memenuhi unsur-unsur
negara hukum diantaranya adanya pengakuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia,
peradilan yang bebas dan tidak memihak, pembatasan kekuasaan, dan asas legalitas.

Secara tertulis Indonesia adalah negara hukum dan sudah memenuhi unsur-unsur
negara hukum. Akan tetapi belum sempurna dalam pelakasaannya. Masih banyak
hambatan-hambatan yang perlu kita cari pemecahan masalahnya, dan bersama-sama
dengan kesadaran diri untuk bertidak sesuai hukum yang berlaku.

PENGERTIAN TATA HUKUM


Tata Hukum dikenal juga dengan istilah "rechtorde" yang berasal dari bahasa Belanda.
arti "rechtorde" ialah susunan hukum. Sedangkan pengertian Tata Hukum
adalah memberikan tempat yang sebenarnya pada hukum. Yang dimaksud dengan
memberi tempat yang sebenarnya ialah menyusun dengan baik dan tertib aturan-aturan
hukum dalam pergaulan hidup agar ketentuan yang berlaku dapat diketahui dan
diterapkan untuk menyelesaikan segala peristiwa hukum yang terjadi.

Pengertian Tata Hukum

Pelaksanaan tata hukum itu berlangsung selama ada pergaulan hidup manusia yang
terus berkembang, dimana fungsi dari pelaksanaan tata hukum adalah untuk memperoleh
ketertiban dalam hubungan antar manusia serta menjaga jangan sampai seseorang
dapat dipaksa oleh orang lain untuk melakukan sesuatu yang tidak kehendaknya, dan
lain-lain.

Hingga saat ini dapat di pastikan semua manusia yang hidup berkelompok di muka bumi
ini sudahlah memiliki aturan tersendiri antar kelompoknya, suku, bangsa maupun Negara
yang kita kenal dengan Kata Tata Hukum.

Tata hukum di Indonesia


Tata hukum suatu negara (ius constitutum = hukum positif) adalah tata hukum yang
diterapkan atau disahkan oleh negara itu. Dalam kaitannya di Indonesia, yang ditata itu
adalah hukum positif yang berlaku di Indonesia.

Hukum yang sedang berlaku artinya apabila ketentuan-ketentuan hukum itu dilanggar
maka bagi si pelanggar akan dikenakan sanksi yang datangnya dari badan atau lembaga
berwenang.

Dengan demikian dapat disimpulkan tata hukum Indonesia adalah hukum


(peraturan-peraturan hukum) yang sekarang berlaku di Indonesia (Prof. Soediman
Kartihadiprojo, SH). Dengan kata lain Tata Hukum Indonesia itu menata, menyusun,
mengatur tertib kehidupan masyarakat Indonesia.

Tata hukum Indonesia ditetapkan oleh masyarakat hukum Indonesia, yaitu Negara
Indonesia. Oleh sebab itu tata hukum Indonesia baru ada setelah lahirnya Negara
Indonesia yaitu tanggal 17 Agustus 1945. Pada saat berdirinya Negara Indonesia
dibentuk tata hukum Indonesia, hal tersebut dinyatakan dalam:

Proklamasi Kemerdekaan :
1. "Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia".
2. Pembukaan UUD 1945 : "Kemudian daripada itu……..disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia …".

Kedua pernyataan tersebut mengandung arti bahwa:


1. Menjadikan Indonesia suatu negara yang merdeka.
2. Penetapan tata hukum Indonesia secara tertulis yaitu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara.

Baca Juga : Konsep Negara Hukum dan Implementasinya di Indonesia

Setelah Mengetahui dengan Pasti apa itu Tata hukum di Indonesia, sekarang mari kita
mencoba untuk membahas mengenai Jenis-jenis tata hukum yang ada di Indonesia,
Berikut pembahasannya:

Jenis-Jenis Tata Hukum Indonesia


1. Hukum Perdata
Hukum Perdata adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi setiap
tingkah laku manusia untuk memenuhi kepentingan / kebutuhan nya atau mengatur
kepentingan-kepentingan seseorang.

Hukum perdata disebut pula hukum sipil atau hukum privat sebagai lawan dari hukum
publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berhubungan dengan negara serta
kepentingan umum contohnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kejahatan (hukum
pidana), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara).
Maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara
sehari-hari, seperti misalnya perkawinan, perceraian, pewarisan, kematian, harta benda,
kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya.

Hukum perdata di Indonesia sendiri bersumber pada hukum perdata yang berlaku di
Belanda, khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan kitap
KUHPer yang berlaku di Indonesia merupakan terjemahan dari hukum yang berlaku di
kerajaan Belanda.

2. Hukum Pidana
Hukum Pidana adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi tingkah laku
setiap manusia dalam meniadakan pelanggaran kepentingan umum

Menurut Prof. Dr. Moeljatno, SH. menguraikan istilah hukum pidana bahwa Hukum
pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disebuah negara, yang
mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:
1. Menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang,
dengan disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa
yang melanggar larangan tersebut.
2. Menentukan dan dalam hal apa kepada mereka yang melanggar
larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang
telah diancamkan.
3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilakasanakan apabila orang yang disangkakan telah melanggar larangan tersebut
“.

Pada dasarnya, hukum pidana ini adalah bagian dari hukum publik. Hukum pidana juga
dibagi menjadi dua bagian, yaitu hukum pidana formal dan hukum pidana materiil.
1. Hukum pidana materiil merupakan hukum yang mengatur tentang penentuan
tindak pidana, pelaku tindak pidana, dan pidana atau sanksi. Di Indonesia sendiri,
pengaturan hukum pidana materiil disahkan dalam KUHP.
2. Hukum pidana formil merupakan hukum yang mengatur tentang pelaksanaan
hukum pidana materiil. Di Indonesia, pengaturan hukum pidana formil sudah
disahkan dalam UU nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana (KUHAP).

3. Hukum Tata Negara (HTN)


Hukum Tata Negara (HTN) adalah hukum yang mengatur tentang negara, yaitu antara
lain dasar pendirian, pembentukan lembaga-lembaga negara, struktur kelembagaan,
hubungan hukum (hak dan kewajiban) antar lembaga negara, wilayah dan warga negara.

Hukum Tata Negara juga merupakan hukum yang mengatur mengenai Negara dalam
keadaan diam artinya bukan mengenai suatu keadaan nyata dari suatu Negara tertentu
tetapi lebih dari pada Negara dalam arti luas. Dengan kata lain, hukum ini membicarakan
Negara dalam arti yang abstrak.

4. Hukum Administrasi Negara (HAN) / Hukum Tata Usaha


Hukum Tata Usaha / Hukum Administrasi Negara (HAN) adalah ketentuan-ketentuan
yang mengatur mengenai pengelolaan administrasi pemerintahan yang jika dalam arti
luas bertujuan dalam mengetahui cara tingkah laku negara dan alat-alat perlengkapan
negara.
Hukum ini sejatinya mempunyai kemiripan dengan hukum tata Negara, dimana
kesamaannya terletak pada kebijakan pemerintah, sedangkan dalam hal perbedaan
dengan hukum tata Negara (HTN) lebih mengacu pada fungsi konstitusi yang digunakan
oleh Negara.

5. Hukum Acara atau Hukum Formal


Hukum Acara atau Hukum Formal adalah ketentuan hukum yang mengatur bagaimana
caranya menjamin ditaatinya dan dijalankannya hukum materiil. Dapat dikatakan juga
Hukum acara meliputi ketentuan-ketentuan tentang cara bagaimana orang harus
menyelesaikan masalah dan mendapatkan keadilan dari Hakim apabila kepentingannya
atau haknya dilanggar oleh orang lain atau sebaliknya bagaimana cara mempertahankan
kebenarannya apabila dituntut oleh orang lain.

Di Indonesia terdapat dua macam Hukum Acara yakni Hukum Acara Pidana (Hukum
Pidana formil) dan Hukum Acara Perdata (Hukum Perdata formil).
1. Hukum Acara Perdata adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai
cara bagaimana mempertahankan dan menjalankan mengenai peraturan hukum
perdata material
2. Hukum Acara Pidana adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dalam cara
bagaimana pemerintah menjaga kelangsungan pelaksanaan hukum pidana
material

TUJUAN HUKUM PIDANA DAN HUKUM PERDATA


Tujuan Hukum Pidana
Secara sederhana Hukum pidana bertujuan untuk melindungi kepentingan umum yang
memiliki implikasi secara langsung pada masyarakat secara luas (umum), dimana apabila
suatu tindak pidana dilakukan, berdampak buruk terhadap ketentraman, keamanan,
kesejahteraan dan ketertiban umum di masyarakat.

Tujuan Hukum Perdata


Sedangkan Hukum perdata bersifat privat yang bertujuan dan fokus dalam mengatur
mengenai hubungan antara orang perseorangan (perorangan). Oleh sebab itu,
ketentuan-ketentuan dalam hukum perdata hanya berdampak langsung bagi pihak yang
terkait saja.

Pengertian Hukum Pidana dan Hukum Perdata


Pengertian Hukum Pidana Menurut C.S.T. Kansil
Kansil dalam bukunya "Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia",
mendefinisikan hukum pidana adalah Hukum yang mengatur tentang
pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum,
perbuatan mana diancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan atau
siksaan.

Pengertian Hukum Pidana Menurut Moeljatno


Kemudian menurut Moeljatno, yang dikutip oleh Eddy O.S. Hiariej dalam bukunya
berjudul "Prinsip-prinsip Hukum Pidana" mengartikan bahwa hukum pidana adalah
bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara yang mengadakan
dasar-dasar dan mengatur ketentuan tentang perbuatan yang tidak boleh dilakukan,
dilarang yang disertai ancaman pidana bagi barang siapa yang melakukan. Kapan dan
dalam hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan itu dapat dikenakan sanksi
pidana dan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan.

Pengertian Hukum Pidana Menurut Prof. Dr. W.L.G. Lemaire


Sedangkan menurut Prof. Dr. W.L.G. Lemaire, yang dikutip oleh Drs. P.A.F. Lamintang,
S.H. dalam bukunya berjudul "Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia", memaparkan
hukum pidana itu terdiri dari norma-norma yang berisi larangan-larangan dan
keharusan-keharusan yang (oleh pembentuk undang-undang) telah dikaitkan dengan
sebuah sanksi berupa hukuman, yakni sebuah penderitaan yang bersifat khusus. Dengan
demikian dapat juga disimpulkan bahwa hukum pidana itu adalah suatu sistem
norma-norma yang menentukan terhadap tindakan-tindakan yang mana (hal melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu di mana terdapat suatu keharusan untuk
melakukan sesuatu) dan dalam keadaan-keadaan bagaimana hukuman itu dapat
dijatuhkan, serta hukuman yang bagaimana yang dapat dijatuhkan bagi
tindakan-tindakan tersebut.

Berdasar pada penjelasan para pakar diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa hukum
pidana adalah ketentuan yang mengatur tindakan apa yang tidak boleh dilakukan, dimana
saat tindakan tersebut dilakukan terdapat sanksi bagi orang yang melakukannya. Hukum
pidana juga difokuskan untuk kepentingan umum.

Selanjutnya kita akan menjelaskan pengertian hukum pidana menurut C.S.T. Kansil dan
Prof. Subekti, S.H. berikut penjelasannya.

Pengertian Hukum Perdata Menurut C.S.T. Kansil


C.S.T. Kansil dalam bukunya berjudul "Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Indonesia" mendefinisi pengertian hukum perdata adalah Rangkaian peraturan-peraturan
hukum yang mengatur hubungan antar orang yang satu dengan yang lain, yang berfokus
kepada kepentingan perseorangan.

Baca Juga : Gratis, Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

Pengertian Hukum Perdata Menurut Prof. Subekti, S.H


Dalam buku berjudul "Pokok-Pokok Hukum Perdata" karya Prof. Subekti, S.H
menjelaskan bahwa hukum perdata dalam arti luas meliputi seluruh hukum privat materiil,
yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan. Soal
pembagian hukum perdata, lebih lanjut Prof. Subekti, S.H menjelaskan bahwa Hukum
perdata dapat dibagi dalam 4 bagian yaitu:
 Hukum Waris, mengatur hal ikhwal tentang benda atau kekayaan seorang jikalau
ia meninggal. Juga dapat dikatakan, hukum waris itu mengatur akibat-akibat hubungan
keluarga terhadap harta peninggalan seseorang.
 Hukum Kekayaan, mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang dapat
dinilai dengan uang. Jika kita mengatakan tentang kekayaan seseorang, yang
dimaksudkan ialah jumlah segala hak dan kewajiban orang itu, dinilai dengan uang.
 Hukum Keluarga, mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang timbul dari
hubungan kekeluargaan, yaitu: perkawinan beserta hubungan dalam lapangan hukum
kekayaan antara suami dan isteri, hubungan antara orang tua dan anak, perwalian dan
curatele.
 Hukum tentang diri seseorang, memuat peraturan-peraturan tentang manusia
sebagai subyek dalam hukum, peraturan-peraturan perihal kecakapan untuk memiliki
hak-hak dan kecakapan untuk bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya itu serta
hal-hal yang mempengaruhi kecakapan-kecakapan itu.

Berdasar pada penjelasan para pakar diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa hukum
perdata pada intinya mengatur tentang kepentingan individu / perorangan dan hubungan
hukumnya dengan individu lain.

Contoh Hukum Pidana dan Hukum Perdata


Contoh Hukum Pidana
Seandainya dilihat dari jenisnya terdapat 11 jenis tindak pidana, yaitu sebagai berikut:
1. Delik Kejahatan & Delik pelanggaran
2. Delik Materiil & Delik Formil
3. Delik Komisi & Delik Omisi
4. Delik Dolus & Delik Culpa
5. Delik Biasa & Delik Aduan
6. Delik yg Berdiri sendiri & Delik Berlanjut
7. Delik Selesai & Delik yg diteruskan
8. Delik Tunggal & Delik Berangkai
9. Delik Sederhana & Delik Berkualifikasi
10. Delik Politik & Delik Komun (umum)
11. Delik Propia & Delik Komun (umum)

Sedangkan contoh hukum pidana merupakan perbuatan yang dilarang dalam UU


ataupun uud, diantarnya adalah: pelaku perbuatan pemerkosaan, pelaku perbuatan
pembunuhan, Pelaku perbuatan korupsi, pelaku perbuatan Mencuri/merampok, Pelaku
perbuatan penipuan dan pelaku perbuatan penganiyaan.

Contoh Hukum Perdata


Hukum perdata diberlakukan pada sebuah masalah yang terjadi antara individu dengan
individu lainnya. salah satu contohnya ialah saat pembelian tanah. Terkadang terdapat
sengketa tanah. Salah satu misalnya yang berkaitan dengan pelunasan pembelian tanah
yang tidak kunjung dibayar, atau pihak yang membeli tidak memberi biaya ganti rugi
pembuatan sertifikat tanah.

Contoh lainnya dari hukum perdata adalah saat seseorang yang telah berkeluarga,
tiba-tiba dihadangkan persoalan adanya seorang anak yang merupakan anak diluar nikah
dengan wanita lain. Nah tentunya seorang anak secara logika berhak atas warisan dari
orang tuanya. Namun ketika anak tersebut lahir diluar pernikahan yang sah. Maka dirinya
dipastikan akan sulit mendapatkan warisan dari orang tuanya.

Baca Juga : Peranan Hukum dan Demokrasi di Indonesia dalam Konteks Negara Hukum
dan Demokrasi
Nah permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan hukum perdata. Selain
permasalahan yang dialami perorangan dengan perorangan, hukum perdata juga
menangani masalah yang terjadi antara sebuah kelompok atau organisasi dengan
perorangan. Sebagai contoh pencemaran nama baik terhadap suatu kelompok yang
dilakukan oleh seorang individu. Tentunya hal tersebut akan berlaku hukum perdata.

Perbedaan Hukum Pidana dan Hukum Perdata


Pada hakikatnya hukum pidana memiliki tujuan untuk melindungi kepentingan umum,
misalnya yang diatur dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), yang
mempunyai implikasi secara langsung pada masyarakat secara umum (secara luas),
dimana seandainya sebuah tindak pidana dilakukan, berdampak buruk terhadap
ketenteraman, ketertiban umum dan keamanan di masyarakat.

Hukum Pidana sendiri bersifat sebagai upaya terakhir (ultimum remedium) untuk
menyelesaikan sebuah perkara. Karenanya, terdapat sanksi yang memaksa yang apabila
peraturannya dilanggar, yang berdampak dijatuhinya pidana pada si pelaku.

Berbeda dengan hukum pidana, hukum perdata sendiri bersifat privat, yang
menitikberatkan dalam mengatur mengenai hubungan antara orang perorangan, dengan
kata lain berfokus pada kepentingan perseorangan. Oleh sebab itu, bisa disimpulkan
bahwa akibat dari ketentuan-ketentuan dalam hukum perdata yang terdapat dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Per) hanya berdampak langsung bagi para pihak
yang terlibat, dan tidak berakibat secara langsung pada kepentingan umum.

PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA (HAM)


Pengertian dan Macam HAM lengkap Contoh Pelanggarannya di Indonesia

Secara singkat pengertian HAM atau Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang dimiliki
oleh seseorang sejak ia masih dalam kandungan dan dapat berlaku secara universal.
Selain pengertian singkat tadi,聽 Pengertian HAM 聽 juga disebut pada pasal 1 butir 1 UU
No. 39 Tahun 1999 yang berbunyi "Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Allah SWT
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
Negara, pemerintah, hukum dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia".

Menurut G.J. Wolhots,聽 Pengertian HAM adalah 聽 sejumlah hak yang melekat dan
berakar pada tabiat setiap pribadi manusia, dan justru karena kemanusiaannya itulah, hak
tersebut tidak dapat dicabut siapa pun juga karena jika dicabut akan hilang
kemanusiaannya.

Berdasarkan tiga pengertian HAM di atas, dapat dikatakan bahwa hak asasi manusia
adalah hak-hak pokok yang bersifat universal. Dibuktikan oleh hak dasar ini dimiliki setiap
manusia dan tidak bisa dipisahkan dari pribadi siapa pun, kapan pun dan dari mana pun
manusia itu berada.

Selain menjabarkan pengertian Hak Asasi Manusia dari beberapa sumber diatas, kami
juga akan menjabarkan pengertian HAM menurut para ahli agar sobat makin peham
tentang pengertian HAM, berikut pengertian hak asasi manusia menurut para ahli.

Pengertian Hak Asasi Manusia Menurut Para Ahli


1. Pengertian HAM menurut UU No. 39 Tahun 1999
Menurut UU No. 39 tahun 1999 HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Allah SWT dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia

2. Pengertian HAM menurut Miriam Budiarjo


HAM adalah hak yang dimiliki setiap orang yang dibawa sejak lahir ke dunia, hak itu
sifatnya universal sebab dipunyai tanpa adanya perbedaan kelamin, ras, budaya, suku,
agama maupun sebagainya.
3. Pengertian HAM menurut John Locke
HAM merupakan hak-hak yang langsung diberikan Tuhan terhadap manusia sebagai hak
yang kodrati. Oleh sebab itu, tidak ada kekuatan apapun di dunia yang dapat
mencabutnya. HAM ini sifatnya mendasar (fundamental) bagi kehidupan manusia dan
pada hakikatnya sangat suci.

4. Pengertian HAM menurut Mahfudz M.D


HAM adalah hak yang melekat pada martabat setiap manusia yang mana hak tersebut
dibawa sejak lahir ke dunia sehingga pada hakikatnya hak tersebut bersifat kodrati.

5. Pengertian HAM menurut A.J.M. Milne


HAM merupakan suatu hak yang sudah dimiliki oleh semua umat manusia di dunia, di
segala masa, dan juga di segala tempat karena keutamaan keberadaannya adalah
sebagai manusia.

6. Pengertian HAM menurut Haar Tilar


HAM adalah hak yang melekat pada diri tiap insan, apabila tiap insan tidak memiliki
hak-hak itu maka setiap insan tersebut tidak bisa hidup seperti manusia. Hak tersebut
didapatkan pada saat sejak lahir ke dunia.

7. Pengertian HAM menurut Franz Magnis Suseno


HAM adalah hak-hak yang sudah dipunyai pada setiap manusia dan bukan karena
diperoleh dari masyarakat (manusia lain). Bukan karena hukum positif yang berlaku, tapi
atas martabatnya sebagai seorang manusia. Manusia mempunyai HAM karena ia
merupakan manusia.

Baca Juga :聽 21 Pengertian HAM Menurut Para Ahli Lengkap Penjelasan

8. Pengertian HAM menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto


Menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto, hak asasi manusia adalah suatu hak yang
bersifat mendasar. Hak yang telah dimiliki setiap manusia dengan berdasarkan kodratnya
yang tidak dapat bisa dipisahkan sehingga HAM bersifat suci.

Macam-Macam Hak Asasi Manusia (HAM)


Setelah kita membahas pengertian Hak Asasi Manusia Manusia Menurut Para Ahli
selanjutnya kita akan membahas macam-macam Hak Asasi Manusia. Berbagai macam
atau jenis Hak asasi Manusia (HAM) juga telah diutarakan oleh berbagai ahli atau pakar
beberapa diantaranya adalah Aristoteles, John Locke, Montesquleu, Brierly dan J.J.
Rousseau. Dari penjelasan berbagai pakar tersebut secara garis besar hak asasi
manusia dapat digolongkan menjadi 6 macam. Berikut 6 macam-macam Hak Asasi
Manusia.

1. Hak Asasi Pribadi (Perseonal Rights)


Hak Asasi Pribadi merupakan hak yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat,聽
kebebasan bergerak,聽 kebebasan memeluk agama, kebebasan untuk aktif dan setiap
organisasi atau perkumpulan dan sebagainya.
Contohnya :
 Hak Kebebasan dalam memilih, 聽 memeluk dan menjalankan kepercayaan
agama.
 Hak Kebebasan dalam menyampaikan atau mengutarakan 聽 pendapat.
 Hak Kebebasan dalam memilih, menentukan organisasi dan aktif dalam
organisasi tersebut.
 Hak Kebebasan dalam berpergian, berkunjung, dan berpindah-pindah tempat.

2. Hak Asasi Politik (Politik Rights)


Hak asasi politik ialah hak yang berhubungan dengan kehidupan politik misalnya hak
memilih, hak dipilih, hak mendirikan parta dan sebagainya.
Contohnya :
 Hak Asasi Politik dalam Dipilih pada pemilihan contohnya pemilihan DPR,
Presiden atau Bupati
 Hak Asasi Politik dalam memilih dalam suatu pemilihan contohnya pemilihan DPR,
Presiden atau Bupati
 Hak Asasi Politik tentang kebebasan ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
 Hak Asasi Politik dalam membuat organisasi-organisasi pada bidang politik
 Hak Asasi Politik dalam mendirikan partai politik
 Hak Asasi Politik dalam memberikan usulan-usulan atau pendapat yang berupa
usulan petisi.

3. Hak Asasi Hukum (Rights Of Legal Equality)


Hak Asasi Hukum merupakan hak untuk mendapatkan perlakukan yang sama dimata
hukum dan pemerintahan.
Contohnya :
 Hak dalam perlakuan yang adil atau sama dalam hukum
 Hak yang sama dalam proses hukum
 Hak dalam memperoleh dan memiliki pembelaan hukum pada peradilan.
 Hak dalam mendapatkan layanan dan perlindungan hukum

4. Hak Asasi Ekonomi (Property Rights)


Hak Asasi Ekonomi adalah Hak untuk memiliki, membeli dan menjual, serta
memanfaatkan sesuatu.聽
Contohnya :
 Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam membeli.
 Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam mengadakan dan melakukan
perjanjian Kontrak 聽
 Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam memiliki sesuatu
 Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam memiliki pekerjaan yang layak.
 Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam melakukan transaksi
 Hak Asasi Ekonomi dalam bekerja

5. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)


Hak Asasi Peradilan merupakan hak untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan
dan perlindungan (procedural rights), contohnya peraturan dalam hal penahanan,
penangkapan dan penggeledahan.聽
Contohnya :
 Hak untuk mendapatkan hal yang sama dalam berlangsungnya proses hukum
baik itu penyelidikan, Penggeledahan, penangkapan, dan penahanan
 Hak mendapatkan pembelaan dalam hukum
 Hak mendapatkan perlakukan yang adil dalam hukum

6. Hak Asasi Sosial dan Budaya (Social and Culture Rights)


Hak Asasi Sosial dan Budaya ialah hak yang menyangkut dalam masyarakat yakni untuk
memilih pendidikan serta hak untuk mengembangkan kebudayaan dan sebagainya.
Contohnya :
 Hak untuk berkreasi
 Hak untuk mengembangkan Hobi
 Hak untuk mengembangkan bakat dan minat
 Hak untuk memilih, menentukan pendidikan
 Hak untuk mendapat pelajaran
 Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak

Ciri Khusus Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia atau HAM memiliki beberapa ciri-ciri khusus jika dibandingkan dengan
hak-hak yang lainnya. Berikut ciri khusus hak asasi manusia.
1. Tidak dapat dicabut, HAM tidak dapat diserahkan atau dihilangkan.
2. Tidak dapat dibagi, semua orang berhak untuk mendapatkan semua hak, baik itu
hak ekonomi, hak sipil, politik, sosial, dan budaya.
3. Hakiki, artinya HAM merupakan hak asasi semua manusia yang sudah melekat
pada saat manusia itu lahir.聽
4. Universal, artinya HAM berlaku bagi semua orang tanpa memandang status,
suku, jenis kelamin, atau perbedaan yang lainnya.

Contoh Pelanggaran HAM di Indonesia


1. Kasus Pembunuhan Munir
Munir Said Thalib merupakan aktifis HAM yang pernah menangani kasus-kasus
pelanggaran HAM. Munir lahir di Malang pada 8 Desember 1965. ia meninggal pada 7
September 2004 di dalam pesawat Garuda Indonesia ketika Munir sedang melakukan
perjalanan menuju Amsterdam, Belanda. Spekulasi mulai bermunculan, banyak berita
yang mengabarkan bahwa Munir meninggal di dalam pesawat karena serangan jantung,
dibunuh, bahkan diracuni. Namun, sebagian orang percaya bahwa Munir meninggal
karena diracun menggunakan Arsenikum di makanan atau minumannya saat ia merada di
dalam pesawat.

Kasus Pembunuhan Munir

Kasus ini sampai sekarang masih belum ada titik temu, bahkan kasus ini telah diajukan ke
Amnesty Internasional dan tengah diproses. kemudian pada tahun 2005, Pollycarpus
Budihari Priyanto selaku Pilot pesawat yang ditumpangi munir dijatuhi hukuman 14 tahun
penjara karena terbukti bahwa ia merupakan tersangka dari kasus pembunuhan Munir,
karena dengan sengaja Pollycarpus menaruh Arsenik di makanan Munir sehingga ia
meninggal di pesawat.

2. Kasus Penganiayaan Wartawan Udin (1996)


Kasus penganiayaan dan terbunuhnya Wartawan Udin (Fuad Muhammad
Syafruddin)terjadi di yogyakarta 16 Agustus 1996. Sebelum kejadian ini, Udin kerap
menulis artikel kritis tentang kebijakan pemerintah Orde Baru dan militer. Ia menjadi
wartawan di Bernas sejak 1986. Udin adalah seorang wartawan dari harian Bernas yang
diduga diculik, dianiaya oleh orang tak dikenal dan akhirnya ditemukan sudah tewas.

3. Pembantaiaan Rawagede
Pembantaian Rawagede merupakan pelanggaran HAM yang terjadi penembakan dan
pembunuhan penduduk kampung Rawagede (sekarang Desa Balongsari, Rawamerta,
Karawang, Jawa Barat) oleh tentara Belanda tanggal 9 Desember 1945 bersamaan
dengan Agresi Militer Belanda I. Akibatnya puluhan warga sipil terbunuh oleh tentara
Belanda yang kebanyakan dibunuh tanpa alasan yang jelas. Tanggal 14 September 2011,
Pengadilan Den Haaq menyatakan pemerintah Belanda bersalah dan harus bertanggung
jawab dengan membayar ganti rugi (kompensasi) kepada keluarga korban pembantaian
Rawagede.
4. Pembunuhan Aktivis Buruh Wanita, Marsinah

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 1955

Ilustrasi Pemilihan Umum Tahun 1955

Pemilu 1955 adalah pemilihan umum pertama yang diadakan oleh Republik Indonesia.
Pemilu ini merupakan reaksi atas Maklumat Nomor X/1945 tanggal 3 Nopember 1945 dari
Wakil Presiden Moh. Hatta, yang menginstruksikan pendirian partai-partai politik di
Indonesia. Pemilu pun (menurut Maklumat) harus diadakan secepat mungkin. Namun,
akibat belum siapnya aturan perundangan dan logistik (juga ricuhnya politik dalam negeri
seperti pemberontakan), Pemilu tersebut baru diadakan tahun 1955 dari awalnya
direncanakan Januari 1946.
Landasan hukum Pemilu 1955 adalah Undan-undang Nomor 7 tahun 1953 yang
diundangkan 4 April 1953. Dalam UU tersebut, Pemilu 1955 bertujuan memilih anggota
bikameral, Anggota DPR dan Konstituante (seperti MPR). Sistem yang digunakan adalah
proporsional. Menurut UU nomor 7 tahun 1953 tersebut, terdapat perbedaan sistem
bilangan pembagi pemilih (BPP) untuk anggota konstituante dan anggota parlemen.
Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
 Jumlah anggota konstituante adalah hasil bagi antara total jumlah penduduk
Indonesia dengan 150.000 dibulatkan ke atas.
 Jumlah anggota konstituante di masing-masing daerah pemilihan adalah hasil
bagi antara total penduduk WNI di masing-masing wilayah tersebut dengan 150.000.
Jumlah anggota konstituante di masing-masing daerah pemilihan adalah bilangan bulat
hasil pembagian tersebut, seandainya kurang dari 6, dibulatkan menjadi 6. Sisa jumlah
anggota konstituante dibagikan antara daerah-daerah pemilihan lainnya, seimbang
dengan jumlah penduduk warganegara masing-masing;
 Seandainya dengan cara poin ke dua di atas belum mencapai jumlah anggota
konstituante seperti di poin ke satu, kekurangan anggota dibagikan antara daerah-daerah
pemilihan yang mendapat jumlah anggota tersedikit, masing-masing 1, kecuali daerah
pemilihan yang telah mendapat jaminan 6 kursi itu
 Penetapan jumlah anggota DPR seluruh Indonesia adalah total jumlah penduduk
Indonesia dibagi 300.000 dan dibulatkan ke atas.
 Jumlah anggota DPR di masing-masing daerah pemilihan adalah hasil bagi
antara total penduduk WNI di masing-masing wilayah tersebut dengan 300.000. Jumlah
anggota DPR di masing-masing daerah pemilihan adalah bilangan bulat hasil pembagian
tersebut, Seandainya kurang dari 3, dibulatkan menjadi 3. Sisa jumlah anggota DPR
dibagikan antara daerah-daerah pemilihan lainnya, seimbang dengan jumlah penduduk
warganegara masing-masing.
 Seandainya dengan cara poin ke lima di atas belum mencapai jumlah anggota
DPR seperti di poin ke empat, kekurangan anggota dibagikan antara daerah-daerah
pemilihan yang memperoleh jumlah anggota tersedikit, masing-masing 1, kecuali daerah
pemilihan yang telah mendapat jaminan 3 kursi itu.

Terdapat dua putaran pada pemilu 1955. Pertama untuk memilih anggota DPR pada
tanggal 29 September 1955. Kedua untuk memilih anggota Konstituante pada tanggal 15
Desember 1955. Pemilu untuk memilih anggota DPR diikuti 118 parpol atau gabungan
atau perseorangan dengan total suara 43.104.464 dengan 37.785.299 suara sah.
Sementara itu, untuk pemilihan anggota Konstituante, jumlah suara sah meningkat
menjadi 37.837.105 suara.

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 1971


Pemilu tahun 2971 merupakan Pemilu pertama pada masa pemerintahan Orde Baru.
Pemilu ini dilaksanakan tanggal 3 juli 1971 dengan menggunakan sistem gabungan.
Landasan operasional Pemilu tahun 1971 adalah Ketetapan MPRS Nomor. XLII /
MPRS/1968 (Perubahan dari Ketetapan MPRS Nomor XI/MPRS/1966), Undang Undang
Nomor 15 tahun 1969 tentang Pemilu dan Undang Undang Nomor 16 tahun 1969 tentang
Susunan Dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.

Pemilu 1971 ditujukan untuk memilih anggota DPR. Pemilu tahun 1971 menghasilkan
Golkar, NU, Parmusi, PNI, dan PSII Sebagai partai peraih suara terbanyak. Pemilu tahun
1971 sendiri dilaksanakan tanggal 3 Juli 1971. Pemilu ditujukan memilih 460 anggota
DPR dimana 360 dilakukan melalui pemilihan langsung oleh rakyat sementara 100 orang
diangkat dari kalangan angkatan bersenjata dan golongan fungsional oleh Presiden.
Untuk pemilihan anggota DPR dan DPRD digunakan sistem perwakilan berimbang
(proporsional) dengan stelsel daftar. Pemilu diadakan di 26 provinsi Indonesia. Rakyat
pemilih mencoblos tanda gambar partai. Untuk memilih anggota DPR daerah
pemilihannya adalah Daerah Tingkat I (provinsi) dan sekurang-kurangnya 400.000
penduduk memiliki satu orang wakil dengan memperhatikan bahwa setiap provinsi
minimal memiliki wakil minimal sejumlah daerah tingkat II (kabupaten/kota) di wilayahnya.
Setiap daerah tingkat II minimal punya satu orang wakil.

Dalam Pemilu 1971, total pemilih terdaftar sebesar 58.179.245 orang dengan suara sah
mencapai 54.699.509 atau 94% total suara. Dari total 460 orang anggota parlemen yang
diangkat presiden, 75 orang berasal dari angkatan bersenjata sementara 25 dari
golongan fungsional seperti tani, nelayan, agama, dan sejenisnya. Dari ke-25 anggota
golongan fungsional kemudian bergabung dengan Sekber Golkar sehingga kursi Golkar
meroket hingga ke angka 257 (dari 232 ditambah 25). Dari 460 orang anggota parlemen,
jumlah anggota berjenis kelamin laki-laki 426 dan perempuan 34 orang.

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 1977


Dasar hukum Pemilu 1977 adalah Undang-undang No. 4 Tahun 1975. Pemilu ini
diadakan setelah fusi partai politik dilakukan pada tahun 1973. Sistem yang digunakan
pada pemilu 1977 serupa dengan pada pemilu 1971 yaitu sistem proporsional dengan
daftar tertutup. Pemilu 1977 diadakan secara serentak tanggal 2 Mei 1977. Pemilu 1977
ditujukan guna memiliki parlemen unicameral yaitu DPR di mana 360 orang dipilih lewat
pemilu ini sementara 100 orang lainnya diangkat oleh Presiden Suharto.

Persyaratan untuk ikut serta sebagai pemilih adalah berusia sekurangnya 17 tahun atau
pernah menikah, kecuali mereka yang menderita kegilaan, eks PKI ataupun organisasi
yang berkorelasi dengannya, juga narapidana yang terkena pidana kurung minimal 5
tahun tidak diperbolehkan ikut serta. Sementara itu, kandidat yang boleh mencalonkan
diri sekurang berusia 21 tahun, lancar berbahasa Indonesia, mampu baca-tulis latin,
sekurangnya lulusan SMA atau sederajat, serta loyal kepada Pancasila sebagai ideologi
negara. Voting dilakukan di 26 provinsi dengan sistem proporsional daftar partai (party list
system).

Jumlah pemilih yang terdaftar 70.662.155 orang sementara yang menggunakan hak
pilihnya 63.998.344 orang atau meliputi 90,56%. Sekber Golkar mendapat suara
39.750.096 (62,11%) dan memperoleh 232 kursi. PPP mendapat suara 18.743.491
(29,29%) dan memperoleh 99 kursi. PDI mendapat 5.504.757 suara (8,60%) dan
memperoleh 29 kursi. Sementara itu, kursi jatah ABRI adalah 75 kursi dan golongan
fungsional 25 kursi. Golongan fungsional lalu menggabungkan diri ke dalam sekber
Golkar sehingga kursi untuk Golkar bertambah menjadi 257 kursi. Anggota parlemen
laki-laki 426 orang sementara perempuan 34 orang (7,40%).

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 1982


Pemilihan umum tahun 1982 dilakukan berdasarkan Undang-undang No. 2 tahun 1980.
Pemilu 1982 diadakan tanggal 4 Mei 1982. Tujuannya sama seperti Pemilu 1977 di mana
hendak memilih anggota DPR (parlemen). Hanya saja, komposisinya sedikit berbeda.
Sebanyak 364 anggota dipilih langsung oleh rakyat, sementara 96 orang diangkat oleh
presiden. Voting dilakukan di 27 daerah pemilihan berdasarkan sistem Proporsional
dengan Daftar Partai (Party-List System). Partai mendapatkan kursi berdasarkan
pembagian total suara yang didapat di masing-masing wilayah pemilihan dibagi electoral
quotient di masing-masing wilayah.
Jumlah total pemilih yang terdaftar dalam pemilu 1982 adalah 82.132.263 orang dengan
jumlah suara sah mencapai 74.930.875 atau 91,23%. Golkar mendapat 48.334.724 suara
(58,44%) sehingga berhak untuk mendapat 246 kursi parlemen. PPP mendapat
20.871.880 suara (25,54%) sehingga berhak untuk mendapat 94 kursi parlemen. PDI
mendapat 5.919.702 suara (7,24%) sehingga berhak mendapat 24 kursi parlemen.

Sedangkan anggota DPR yang diangkat Presiden Suharto berasal dari ABRI sejumlah 75
orang dan golongan fungsional sebanyak 21 orang. Golongan fungsional lalu bergabung
dengan Golkar sehingga kursi parlemen Golkar naik menjadi 267 kursi dan menjadi
sangat dominan. Dari 360 anggota parlemen, yang berjenis kelamin laki-laki sejumlah 422
dan perempuan 38 orang.

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 1987


Pemilu 1987 dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Republik Indonesia pada
tanggal 23 April 1987 dengan menggunakan sistem Proporsional dengan varian
Party-List. Landasan operasional Pemilu tahun 1987 adalah Ketetapan MPR Nomor
III/MPR/1983, Undang - Undang Nomor 1 tahun 1985 dan Keputusan Presiden Nomor 70
tahun 1985.

Peserta Pemilu tahun 1987 sama dengan Pemilu 1982. Sebelum Pemilu 1987
dilaksanakan, pemerintah melalui Undang - Undang Nomor 3 tahun 1985 tentang Partai
Politik dan Golkar menetapkan bahwa Pancasila menjadi satu - satunya asas bagi setiap
partai politik dan Golkar, sehingga Partai Persatuan Pembangunan yang semula
berlambang Ka’bah diganti dengan lambang Bintang.

Tujuan pemilihan sama dengan pemilu sebelumnya yaitu memilih anggota parlemen atau
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Tingkat I Provinsi maupun DPRD Tingkat II Kabupaten/Kotamadya
seluruh Indonesia untuk Periode 1987 - 1992. Total kursi yang tersedia adalah 500 kursi.
Dari jumlah ini, 400 dipilih secara langsung dan 100 diangkat oleh Presiden Suharto.

Total pemilih yang terdaftar adalah sekitar 94.000.000 dengan total suara sah mencapai
85.869.816 atau 91,30%. Golkar mendapat 62.783.680 suara (73,16%) sehingga berhak
atas 299 kursi parlemen. PPP mendapat 13.701.428 suara (15,97%) sehingga berhak
atas 61 kursi parlemen. PDI mendapat 9.384.708 suara (10,87%) sehingga berhak atas
40 kursi parlemen. Jumlah anggota parlemen dari ABRI yang diangkat Presiden Suharto
berjumlah 75 orang (kursi) sementara dari golongan fungsional 25 orang (kursi). Jumlah
anggota parlemen yang berjenis kelamin laki-laki adalah 443 sementara yang perempuan
57 orang. Sementara itu, jumlah anggota parlemen berusia 21-30 tahun adalah 5 orang,
31-40 tahun 38 orang, 41-50 tahun 173 orang, 51-60 tahun 213 orang, 61-70 tahun 70
orang, dan 71-80 tahun 1 orang.

Hasil Pemilu kali ini ditandai dengan melorotnya perolehan kursu PPP, yakni hilangnya 33
kursi dibandingkan Pemilu 1982, sehingga hanya memperoleh 61 kursi. Penyebab
merosotnya PPP antara lain karena tidak boleh lagi partai itu memakai asas Islam dan
diubahnya lambang dari Ka’bah kepada Bintang dan terjadinya penggembosan oleh
tokoh- tokoh unsur NU, terutama Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Disisi lain Golkar mendapat tambahan 53 kursi sehingga menjadi 299 kursi. PDI, yang
tahun 1986 dapat dikatakan mulai dekat dengan kekuasaan, sebagaimana diindikasikan
dengan pembentukan DPP PDI hasil Kongres 1986 oleh Menteri Dalam Negeri Soepardjo
Rustam, sukses menambah perolehan kursi secara signifikan dari 30 kursi pada Pemilu
1982 menjadi 40 kursi di Pemilu 1987 ini.
Sejarah Pelaksanaan Pemilu 1992
Pemilu 1992 merupakan Pemilu kelima pada masa pemerintahan Orde Baru. Pemilu
1992 di laksanakan pada tanggal 9 Juni 1992 dengan menggunakan Sistem Pemilu
seperti pemilu sebelumnya yaitu Proporsional dengan varian Party-List. Landasan
operasional Pemilu 1992 adalah Ketetapan MPR Nomor III/MPR/1988, Undang – Undang
Nomor 1 tahun 1985 dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1990.

Pemilihan Umum ini diikuti 2 partai politik dan 1 Golongan Karya, yaitu :
1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
2. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
3. Golongan Karya (Golkar)
Sebagai Pemenang mayoritas hasil pemilihan umum ini adalah Golongan Karya.

Tujuan Pemilu 1992 adalah memilih secara langsung 400 kursi DPR. Total pemilih yang
terdaftar adalah 105.565.697 orang dengan total suara sah adalah 97.789.534. Untuk
hasil Pemilu 1992, Golkar mendapat 66.599.331 suara (68,10%) sehingga berhak atas
282 kursi parlemen. PPP mendapat 16.624.647 suara (17,01%) sehingga berhak atas 62
kursi parlemen. PDI mendapat 14.565.556 suara (10,87%) sehingga berhak atas 56 kursi
parlemen. Presiden Suharto mengangkat 75 orang (kursi) untuk ABRI dan 25 orang (kursi)
untuk golongan fungsional.

Komposisi anggota DPR totalnya adalah 500 orang. Dari jumlah tersebut yang berjenis
kelamin laki-laki adalah 439 orang sementara perempuan 61 orang. Di sisi lain, kisaran
usia anggota DPR ini adalah 21-30 tahun 3 orang; 31-40 tahun 45 orang; 41-50 tahun 144
orang; 51-65 tahun 287 orang; dan di atas 65 tahun 21 orang.

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 1997


Pemilu 1997 merupakan Pemilu terakhir di masa Presiden Suharto. Pemilu ini diadakan
tanggal 29 Mei 1997. Tujuan pemilu ini adalah memilih 424 orang anggota DPR. Sistem
pemilu yang digunakan adalah Proporsional dengan varian Party-List. Pada tanggal 7
Maret 1997, sebanyak 2.289 kandidat (caleg) telah disetujui untuk bertarung guna
memperoleh kursi parlemen.

Hasil Pemilu 1997 adalah Golkar mendapat 84.187.907 suara (74,51%) sehingga berhak
atas 325 kursi parlemen. PPP mendapat 25.340.028 suara (22,43%) sehingga berhak
atas 89 kursi parlemen. PDI mendapat 3.463.225 suara (3,06%) sehingga berhak atas 11
kursi parlemen. Anggota parlemen yang diangkat Presiden Suharto hanya dari ABRI saja
yaitu 75 orang (kursi). Sehingga total anggota parlemen 500 orang.

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 1999


Pemilu 1999 adalah pemilu pertama pasca kekuasaan presiden Suharto. Pemilu ini
diadakan di bawah kepemimpinan Presiden B.J. Habibie. Pemilu ini terselenggara di
bawah sistem politik Demokrasi Liberal. Artinya, jumlah partai peserta tidak lagi dibatasi
seperti pemilu-pemilu lalu yang hanya terdiri dari Golkar, PPP, dan PDI.

Sebelum menyelenggarakan Pemilu, pemerintahan B.J. Habibie mengajukan tiga


rancangan undang-undang selaku dasar hukum dilaksanakannya pemilu 1999, yaitu
RUU tentang Partai Politik, RUU tentang Pemilu, dan RUU tentang Susunan dan
Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD. Ketiga RUU ini diolah oleh Tim Tujuh yang diketuai
Profesor Ryaas Rasyid dari Institut Ilmu Pemerintahan. Setelah disetujui DPR, barulah
pemilu layak dijalankan. Pemilu 1999 diadakan berdasarkan Undang-undang Nomor 3
tahun 1999 tentang Pemilihan Umum. Sesuai pasal 1 ayat (7) pemilu 1999 dilaksanakan
dengan menggunakan sistem proporsional berdasarkan stelsel daftar dengan varian
Roget.

Dalam pemilihan anggota DPR, daerah pemilihannya (selanjutnya disingkat Dapil) adalah
Dati I (provinsi), pemilihan anggota DPRD I dapilnya Dati I (provinsi) yang merupakan
satu daerah pemilihan, sementara pemilihan anggota DPRD II dapilnya Dati II yang
merupakan satu daerah pemilihan. Jumlah kursi anggota DPR untuk tiap daerah
pemilihan ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk Dati I dengan memperhatikan bahwa
Dati II minimal harus mendapat 1 kursi yang penetapannya dilakukan oleh KPU.

Undang-undang Nomor 3 tahun 1999 juga menggariskan bahwa jumlah kursi DPRD I
minimal 45 dan maksimal 100 kursi. Jumlah kursi tersebut ditentukan oleh besaran
penduduk.
 Provinsi dengan jumlah penduduk hingga 3.000.000 jiwa mendapat 45 kursi.
 Provinsi dengan jumlah penduduk 3.000.001 - 7.000.000 mendapat 55 kursi.
 Provinsi dengan jumlah penduduk 5.000.001 - 7.000.000 mendapat 65 kursi.
 Provinsi dengan jumlah penduduk 7.000.001 - 9.000.000 mendapat 75 kursi.
 Provinsi dengan jumlah penduduk 9.000.001 - 12.000.000 mendapat 85 kursi.
 Sementara itu, provinsi dengan jumlah penduduk di atas 12.000.000 mendapat
100 kursi.

Undang-undang juga mengamanatkan bahwa untuk Dati II (kabupaten/kota) minimal


mendapat 1 kursi untuk anggota DPRD I lewat penetapan KPU.
 Dati II berpenduduk hingga 100.000 mendapat 20 kursi.
 Dati II berpenduduk 100.001 - 200.000 mendapat 25 kursi.
 Dati II berpenduduk 200.001 - 300.000 mendapat 30 kursi.
 Dati II berpenduduk 300.001 - 400.000 mendapat 35 kursi.
 Dati II berpenduduk 400.001 - 500.000 mendapat 40 kursi.
 Sementara itu, untuk Dati II berpenduduk di atas 500.000 mendapat 45 kursi.
Setiap kecamatan minimal harus diwakili oleh 1 kursi di DPRD II. KPU adalah pihak yang
memutuskan penetapan perolehan jumlah kursi.

Jumlah partai yang terdaftar di Kementrian Hukum dan HAM adalah 141 partai,
sementara yang lolos verifikasi untuk ikut Pemilu 1999 adalah 48 partai. Pemilu 1999
diadakan tanggal 7 Juni 1999. Namun, tidak seperti pemilu-pemilu sebelumnya, Pemilu
1999 mengalami hambatan dalam proses perhitungan suara. Terdapat 27 partai politik
yang tidak bersedia menandatangani berkas hasil pemilu 1999 yaitu: PARI, PSP, PUMI,
SPSI, Murba, PID, PPI, PRD, PADI, PKM, PND, PUDI, PBN, Partai SUNI, PNBI, Partai
MKGR, PIB, PKD, PAY, Krisna, Partai KAMI, Masyumi, PNI Supeni, PBI, PDI, Partai
Keadilan dan PNU.

Karena penolakan 27 partai politik ini, KPU menyerahkan keputusan kepada Presiden.
Presiden menyerahkan kembali penyelesaian persoalan kepada Panitia Pengawas
Pemilu (selanjutnya disingkat Panwaslu. Rekomendasi Panwaslu adalah, hasil Pemilu
1999 sudah sah, ditambah kenyataan partai-partai yang menolak menandatangani hasil
tidak menyertakan point-point spesifik keberatan mereka. Sebab itu, Presiden lalu
memutuskan bahwa hasil Pemilu 1999 sah dan masyarakat mengetahui hasilnya tanggal
26 Juli 1999.
Masalah selanjutnya adalah pembagian kursi. Sistem Pemilu yang digunakan adalah
Proporsional dengan varian Party-List. Masalah yang muncul adalah pembagian kursi
sisa. Partai-partai beraliran Islam melakukan stembus-accord (penggabungan sisa suara)
menurut hitungan Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) hanya mendapat 40 dari 120 kursi. Di
sisi lain, 8 partai beraliran Islam yang melakukan stembus-accord tersebut mengklaim
mampu memperoleh 53 dari 120 kursi sisa.

Perbedaan pendapat ini lalu diserahkan PPI kepada KPU. KPU, di depan seluruh partai
politik peserta pemilu 1999 menyarankan voting. Voting ini terdiri atas dua opsi. Pertama,
pembagian kursi sisa dihitung dengan memperhatikan suara stembus-accord. Kedua,
pembagian tanpa stembus-accord. Hasilnya, 12 suara mendukung opsi pertama, dan 43
suara mendukung opsi kedua. Lebih dari 8 partai melakukan walk-out. Keputusannya,
pembagian kursi dilakukan tanpa stembus-accord. Penyelesaian sengketa hasil pemilu
dan perhitungan suara ini masih dilakukan oleh badan-badan penyelenggara pemilu
karena Mahkamah Konstitusi belum lagi terbentuk.

Total jumlah suara partai yang tidak menghasilkan kursi 9.700.658 atau meliputi 9,17%
suara sah. Hasil ini diperoleh dengan menerapkan sistem pemilihan Proporsional dengan
Varian Roget. Dalam sistem ini, sebuah partai memperoleh kursi seimbang dengan suara
yang diperolehnya di daerah pemilihan, termasuk perolehan kursi berdasarkan the largest
remainder (sisa kursi diberikan kepada partai-partai yang punya sisa suara terbesar).

Baca Juga : 12 Profil Tokoh Indonesia Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah

Perbedaan antara Pemilu 1999 dengan Pemilu 1997 ialah bahwa pada Pemilu 1999
penetapan calon terpilih berdasarkan pada rangking perolehan suara suatu partai di
daerah pemilihan. Jika sejak Pemilu 1971 calon nomor urut pertama dalam daftar partai
otomatis terpilih bila partai itu mendapat kursi, maka pada Pemilu 1999 calon terpilih
ditetapkan berdasarkan suara terbesar atau terbanyak dari daerah di mana seseorang
dicalonkan. Contohnya, Caleg A meski berada di urutan terbawah daftar caleg, jika dari
daerahnya ia dan partainya mendapatkan suara terbesar, maka dia-lah yang terpilih.
Untuk penetapan caleg terpilih berdasarkan perolehan suara di Daerah Tingkat II
(kabupaten/kota), Pemilu 1999 ini sama dengan metode yang digunakan pada Pemilu
1971.

Dari total 500 anggota DPR yang dipilih, sebanyak 460 orang berjenis kelamin laki-laki
dan hanya 40 orang yang berjenis kelamin perempuan. Sebab itu, persentase anggota
DPR yang berjenis kelamin perempuan hanya meliputi 8% dari total.

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 2004


Pemilihan Umun Indonesia 2004 adalah Pemilu pertama yang memungkinkan rakyat
untuk memilih Presiden secara langsung, dan cara pemilihannya benar – benar berbeda
dari Pemilu sebelumnya. Pemilu 2004 sekaligus membuktikan upaya serius mewujudkan
sistem pemerintahan Presidensil yang dipakai oleh pemerintah Indonesia. Pada Pemilu
ini, rakyat dapat memilih langsung Presiden dan Wakil Presiden (sebelumnya Presiden
dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR yang anggota - anggotanya dipilih melalui Presiden).

Selain itu, pada pemilu ini pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tidak dilakukan secara
terpisah (seperti Pemilu 1999). Pada Pemilu ini, yang dipilih adalah pasangan calon
(pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden), bukan calon Presiden dan calon Wakil
Presiden secara terpisah. Landasan operasional Pemilu 2004 adalah:
 Undang - Undang RI Nomor 23 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden.
 Undang - Undang RI Nomor 22 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Daerah.
 Undang - Undang RI Nomor 12 tahun 2003 tantang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.

Sistem pemilu yang digunakan adalah Proporsional dengan Daftar Calon Terbuka.
Proporsional Daftar adalah sistem pemilihan mengikuti jatah kursi di tiap daerah
pemilihan. Jadi, suara yang diperoleh partai-partai politik di tiap daerah selaras dengan
kursi yang mereka peroleh di parlemen.

Pelaksanaan Pemilu tahun 2004 dilakukan dalam tiga tahap, yaitu sebagai berikut:
1. Pemilu Legislatif
Pemilu Legislatif adalah tahap pertama dari rangkaian tahapan Pemilu 2004. Pemilu
legislatif ini diikuti 24 Partai Politik, dan dilaksanakan pada tanggal 5 April 2004. Pemilu ini
bertujuan untuk memilih partai politik (sebagai persyaratan Pemilu Preside) dan
anggotanya untuk dicalonkan menjadi anggota DPR dan DPRD. Pemilu tahap pertama
juga ditujukan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Partai – Partai
Politik yang memperoleh suara lebih besar atau sama dengan tiga persen dapat
mencalonkan pasangan calonnya untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu pada Pemilu
Presiden putaran pertama. Pemilu Legislatif tahun 2004 menempatkan kembali Golkar
sebagai peraih suara terbanyak disusul PDIP, PPP, Partai Demokrat, PKB, PAN, dan
PKS.

2. Pemilu Presiden Putaran Pertama


Setelah Pemilu Legislatif selesai, partai yang memiliki suara lebih besar atau sama
dengan tiga persen dapat mencalonkan pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya
untuk maju ke Pemilu Presiden Putaran Pertama. Apabila dalam Pemilu ini ternyata ada
pasangan calon yang memperoleh suara lebih dari 50 persen, maka pasangan calon itu
langsung diangkat menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Selebihnya, Pemilu Presiden
putaran kedua akan diselenggarakan dengan ua pasangan calon yang memperoleh
suara terbanyak. Pemilu prresiden putaran pertama 2004 ini diikuti oleh 5 pasangan calon
Presiden dan Wakil Presiden, dan diselenggarakan pada tanggal 5 Juli 2004.

Ada lima pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden yang dicalonkan di Pemilu
Presiden putaran pertama, yaitu :
1. H. Wiranto, SH. Dan Ir.H. Salahuddin Wahid (dicalonkan oleh Partai Golongan
Karya).
2. Hj. Megawati Soekarno Putri dan KH. Ahmad Hasyim Muzadi (dicalonkan dari
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan).
3. Prof. Dr.H.M. Amien Rais dan Dr.Ir.H. Siswono Yudo Husodo (dicalonkan oleh
Partai Amanat Nasional).
4. DR.H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs.H. Muhammad Jusuf Kalla
(dicalonkan oleh Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang, dan Partai Persatuan dan
Kesatuan Indonesia).
5. Dr.H. Hamzah Haz dan H. Agum Gumelar, M.Sc. (dicalonkan oleh Partai
Persatuan Pembangunan).
Hasil Pemilu ini diumumkan pada tanggal 26 Juli 2004, dengan hasil ini masih perlu
diadakan Pemilu Presiden putaran kedua karena belum adanya pasangan calon yang
mendapatkan suara paling tidak 50 persen.
3. Pemilu Presiden Putaran Kedua
Sesuai hasil Pemilu Presiden putaran pertama di atas, yaitu belum ada pasangan calon
yang memperolehan suara lebih dari 50 persen, maka diadakanlah Pemilu Presiden
putaran kedua. Pasangan – pasangan calon yang mengikuti Pemilu Presiden putaran
kedua ini adalah dua pasangan calon dengan yang memperoleh suara terbanyak pada
Pemilu Presiden putaran pertama 2004 yang lalu. Pemilu ini diadakan pada tanggal 20
September 2004.

Ada dua Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang memperoleh suara
terbanyak pada Pemilu Presiden putaran pertama yang dicalonkan di Pemilu Presiden
Putaran kedua, yaitu :
1. Hj. Megawati Soekarno Putri dan KH. Ahmad Hasyim Muzadi (dicalonkan oleh
partai Demokrasi Indonesia Perjuangan).
2. DR.H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs.H. Muhammad Jusuf Kalla
(dicalonkan oleh Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang, dan Partai Persatuan dan
Kesatuan Indonesia).

Hasil Pemilu Presiden putaran kedua telah dihitung dan diumumkan oleh KPU pada
tanggal 4 Oktober 2004 melalui Keputusan KPU Nomor 98/SK/KPU/2004. Pada putaran
kedua ini, pasangan DR.H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs.H. Muhammad Jusuf
Kalla berhasil memperoleh suara terbanyak mengalahkan pasangan Hj. Megawati
Soekarno Putri dan KH.Ahmad Hasyim Muzadi. Dengan demikian pasangan Susilo
Bambang Yudhoyono dan Muhammad Jusuf Kalla ditetapkan menjadi Presiden dan
Wakil Presiden RI menggantikan Presiden dan Wakil Presiden Hj. Megawati Soekarno
Putri dan Dr.H. Hamzah Haz. Pelantikannya sendiri dilaksanakan pada tanggal 20
Oktober 2004 oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 2009


Pemilu 2009 dilaksanakan menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 2008. Jumlah kursi
DPR ditetapkan sebesar 560 di mana daerah dapil anggota DPR adalah provinsi atau
bagian provinsi. Jumlah kursi di tiap dapil yang diperebutkan minimal tiga dan maksimal
sepuluh kursi. Ketentuan ini berbeda dengan Pemilu 2004.

Pemilihan Presiden

Pemilu Presiden tahun 2009 menggunakan Two Round System. Artinya, jika pada
putaran pertama tidak terdapat pasangan yang menang 50 plus 1 atau merata
persebaran suara di lebih dari setengah daerah pemilihan maka konsekuensinya harus
diadakan putaran kedua. Untungnya, dana negara tidak terbuang sia-sia karena pemilu
Presiden 2009 ini cuma berlangsung satu putaran saja. Pilpres yang direkapitulasi oleh
KPU pada 22 - 4 Juli 2009 ini diikuti oleh tiga pasang calon yaitu: Megawati-Prabowo,
SBY-Boediono dan Jusuf Kalla-Wiranto. Hasil Pilpres resmi KPU menghasilkan data
berikut:
1. SBY-Boediono (73.874.562 atau 60,80%)
2. Megawati-Prabowo (32.548.105 atau 26,79%)
3. JK-Wiranto (15.081.814 atau 12.41%)

Dengan demikian, pasangan SBY-Boediono keluar sebagai pemenang Pemilihan


Presiden tahun 2009 dan sah untuk mengatur administrasi negara kesatuan Republik
Indonesia dari 2009 hingga 2014.
Pemilihan Legislatif
Menurut Pasal 23 Undang-undang Nomor 10 tahun 2008, jumlah kursi untuk anggota
DPRD Provinsi minimal tiga puluh lima dan maksimal seratus kursi. Jumlah ini ditentukan
melalui perhitungan jumlah penduduk wilayah provinsi masing-masing dimana:
1. provinsi berpenduduk minimal 1.000.000 mendapat alokasi 35 kursi.
2. provinsi berpenduduk 1.000.000–3.000.000 mendapat alokasi 45 kursi.
3. provinsi berpenduduk 3.000.000–5.000.000 mendapat alokasi 55 kursi.
4. provinsi berpenduduk 5.000.000–7.000.000 mendapat alokasi 65 kursi.
5. provinsi berpenduduk 7.000.000–9.000.000 mendapat alokasi 75 kursi.
6. provinsi berpenduduk 9.000.000–11.000.000 mendapat alokasi 85 kursi.
7. provinsi berpenduduk di atas 11.000.000 mendapat alokasi 100 kursi.
Selanjutnya pasal 24 undang-undang ini menyebutkan bahwa daerah pemilihan anggota
DPRD Provinsi adalah kabupaten atau kota atau gabungan kabupaten atau kota di mana
jumlah kursi setiap daerah pemilihan anggota DPRD provinsi sama dengan pemilu 2004.

Daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten atau kota adalah kecamatan atau gabungan
kecamatan yang jumlahnya sama seperti pemilu 2004. Jumlah kursi DPRD kabupaten
atau kota paling sedikit 20 dan paling banyak 50 kursi, yang besaran kursinya ditentukan
oleh:
1. wilayah berpenduduk hingga 100.000 mendapat alokasi 20 kursi.
2. wilayah berpenduduk 100.000–200.000 mendapat alokasi 25 kursi.
3. wilayah berpenduduk 200.000–300.000 mendapat alokasi 30 kursi.
4. wilayah berpenduduk 300.000–400.000 mendapat alokasi 35 kursi.
5. wilayah berpenduduk 400.00–500.000 mendapat alokasi 40 kursi.
6. wilayah berpenduduk 500.000–1.000.000 mendapat alokasi 45 kursi.
7. wilayah berpenduduk > 1.000.000 mendapat alokasi 50 kursi.

Pemilihan DPD
Untuk pemilihan anggota DPD ditetapkan 4 kursi bagi setiap provinsi. Provinsi adalah
daerah pemilihan untuk anggota DPD. Dan dengan demikian dengan total provinsi
sejumlah 33, jumlah anggota DPD Indonesia adalah 132 orang.

Pemilu 2009 masih menggunakan sistem yang mirip dengan Pemilu 2004. Namun,
electoral threshold dinaikkan menjadi 2,5%. Artinya, partai-partai politik tatkala masuk ke
perhitungan kursi caleg hanya dibatasi bagi yang berhasil mengumpulkan komposisi
suara di atas 2,5%. Pemilu ini pun mirip dengan Pemilu 1999 di mana 48 partai ikut
berlaga dalam kompetisi dagang janji ini.

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 2014


Pelaksanaan pemilu tahun 2014 terdiri dari pemilihan legislatif yang bertujuan untuk
memilih anggota DPR, DPRD, dan DPD, serta pemilihan presiden. Pemilihan Legislatif
dilakukan pada tanggal 9 April 2014 sedangkan Pemilihan Presiden dilakukan pada
tanggal 9 Juli 2014, bila hasilnya mengharuskan dua putaran, maka akan dilakukan di
bulan september 2014.

Pemilu tahun 2014 diselenggarakan berdasarkan:


1. Undang-Undang 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah (mencakup pemilu
kepala daerah
2. Undang-Undang 42/2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden
3. Undang-Undang 27/2009 tentang Majelis Permusyarawatan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
4. Undang-Undang 2/2011 tentang Partai Politik
5. Undang-Undang 15/2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum
6. Undang-Undang 8/2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DPR terdiri dari 560 anggota yang berasal dari 77 daerah pemilihan berwakil majemuk
(multi-member electoral districts) yang memiliki tiga sampai sepuluh kursi per daerah
pemilihan (tergantung populasi penduduk dapil terkait) yang dipilih melalui sistem
proporsional terbuka. Ambang batas parlemen sebesar 3,5 persen berlaku hanya untuk
DPR dan tidak berlaku untuk DPRD. Sedangkan DPD memiliki 132 perwakilan, yang
terdiri dari empat orang dari masing-masing provinsi (dengan jumlah provinsi 33), yang
dipilih melalui sistem mayoritarian dengan varian distrik berwakil banyak (single
non-transferable vote, SNTV).

Untuk Pemilu 2014, UU 8/2012 mempertahankan diwajibkannya kuota minimal 30 persen


calon perempuan untuk daftar calon yang diajukan dan satu calon perempuan dalam
setiap tiga calon secara berurutan dari awal daftar calon. Kedua ketentuan ini sekarang
memiliki ancaman sanksi jika gagal dipenuhi partai politik yang gagal memenuhi kuota
tersebut akan dicabut haknya sebagai peserta pemilu di daerah pemilihan di mana kuota
tersebut gagal dipenuhi.

Penyelenggara pemilihan umum yang berdasarkan undang-undang dilaksanakan oleh


KPU dan Bawaslu, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) merupakan lembaga yang
bertanggung jawab mengawasi agar gugatan terkait pemilu ditujukan kepada badan yang
tepat dan diselesaikan secara benar, secara umum, pelanggaran bersifat kriminal dirujuk
kepada polisi dan pengadilan biasa, dan pelanggaran administrasi kepada KPU. UU
8/2012 tentang Pemilihan Umum Legislatif memberikan Bawaslu wewenang pemutusan
perkara dalam sengketa antara KPU dan peserta Pemilu.Putusan Bawaslu bersifat final
terkecuali untuk hal-hal terkait pendaftaran partai politik dan calon legislatif peserta
pemilu.

Sedangkan pelanggaran serius yang mempengaruhi hasil pemilu diajukan secara


langsung kepada Mahkamah Konstitusi. Ketentuan dalam UU 15/2011 mengatur bahwa
Bawaslu dan KPU adalah lembaga yang setara dan terpisah. Anggota Bawaslu dipilih
oleh komite seleksi yang sama dengan komite yang memilih anggota KPU. UU 15/2011
juga menetapkan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). DKPP adalah
dewan etika tingkat nasional yang ditetapkan untuk memeriksa dan memutuskan gugatan
dan/atau laporan terkait tuduhan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh anggota
KPU atau Bawaslu.
Perkembangan Politik Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi

Bangsa Indonesia sudah mengalami beberapa rezim pemerintahan dengan kelebihan


dan kekurangannya masing-masing. Dimulai dari era setelah kemerdekaan 17 Agustus
1945 hingga saat ini bangsa Indonesia mengalami beberapa pergantian rezim dan
pasang surut terutama dalam bidang politik dan ekonomi. Era pasca kemerdekaan
dinamakan dengan era Orde Lama, kemudian dilanjutkan oleh era Orde Baru dan
berlanjut ke era Reformasi. Dari sudut pandang politik, terdapat berbagai perbedaan
keadaan dan perkembangan pada ketiga era tadi. Berikut adalah penjelasan lengkap
mengenai Perkembangan Politik Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi:

Perkembangan politik di masa pemerintahan orde lama

Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia.
Orde Lama berlangsung sejak tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut,
Indonesia menggunakan dua sistem ekonomi yaitu sistem ekonomi liberal dan sistem
ekonomi komando.

Orde lama dapat dikatakan resmi dimulai sejak 18 Agustus 1945 saat Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai
Presiden dan Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa
hari sebelumnya.

Setelah pelantikan Soekarno dan Mohammad Hatta kemudian dibentuklah Komite


Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat
dilaksanakan.

KNIP kemudian mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki


Republik Indonesia yang terdiri atas 8 provinsi yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Brunei, Sarawak dan Sabah),
Sulawesi, Nusa Tenggara serta Maluku (termasuk Papua).

Ilustrasi Pemilihan Umum Tahun 1955

Pada masa sesudah kemerdekaan, Indonesia menganut sistem multi partai yang ditandai
dengan hadirnya 25 partai politik. Hal ini ditandai dengan Maklumat Wakil Presiden No. X
tanggal 16 Oktober 1945 dan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.
Menjelang Pemilihan Umum 1955 yang berdasarkan demokrasi liberal bahwa jumlah
parpol meningkat hingga 29 parpol dan juga terdapat peserta perorangan.
Pada masa diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sistem kepartaian Indonesia
dilakukan penyederhanaan dengan Penpres No. 7 Tahun 1959 dan Perpres No. 13
Tahun 1960 yang mengatur tentang pengakuan, pengawasan dan pembubaran
partai-partai. Kemudian pada tanggal 14 April 1961 diumumkan hanya 10 partai yang
mendapat pengakuan dari pemerintah, antara lain adalah sebagai berikut: PNI, NU, PKI,
PSII, PARKINDO, Partai Katholik, PERTI MURBA dan PARTINDO. Namun, setahun
sebelumnya pada tanggal 17 Agustus 1960, PSI dan Masyumi dibubarkan.

Dengan berkurangnya jumlah parpol dari 29 parpol menjadi 10 parpol tersebut, hal ini
tidak berarti bahwa konflik ideologi dalam masyarakat umum dan dalam kehidupan politik
dapat terkurangi. Untuk mengatasi hal ini maka diselenggarakan pertemuan parpol di
Bogor pada tanggal 12 Desember 1964 yang menghasilkan "Deklarasi Bogor".

Moh. Mahfudz, (1998:373-375) dalam Politik Hukum di Indonesia, secara lebih spesifik
menguraikan perkembangan konfigurasi politik Indonesia ketika itu sebagai berikut:
 Pertama, setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, terjadi pembalikan
arah dalam penampilan konfigurasi politik. Pada periode ini konfigurasi politik menjadi
cenderung demokratis dan dapat diidentifikasi sebagai demokrasi liberal. Keadaan ini
berlangsung sampai tahun 1959, dimana Presiden Soekarno menghentikannya melalui
Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Pada periode ini pernah berlaku tiga konstitusi, yaitu UUD
1945, Konstitusi RIS 1949, dan UUDS 1950.
 Kedua, konfigurasi politik yang demokratis pada periode 1945-1959, mulai ditarik
lagi ke arah yang berlawanan menjadi otoriter sejak tanggal 21 Februari 1957, ketika
Presiden Soekarno mengutarakan konsepnya tentang demokrasi terpimpin. Demokrasi
Terpimpin merupakan pembalikan total terhadap sistem demokrasi liberal yang sangat
ditentukan oleh partai-partai politik melalui free fight.

Pada masa pemerintahan orde lama, indonesia mengalami beragam gejolak politik yang
sangat mempengaruhi jalannya pemerintahan, diantaranya adalah sebagai berikut:

Demokrasi parlementer
Tidak lama setelah merdeka Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang terdiri dari
sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada
MPR atau parlemen. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah
pemilu pertama pada tahun 1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil sulit dicapai.

Peran Islam di Indonesia juga menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih condong ke negara
sekuler yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok Muslim lebih
mengharapkan negara Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang
menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum Islam.

Demokrasi Terpimpin
Pemberontakan yang gagal di Jawa Barat, Sumatera, Sulawesi dan pulau-pulau lainnya
yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi
baru, serta melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika
Presiden Soekarno secara unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang
bersifat sementara, yang memberikan kekuatan presidensil yang besar.

Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah
label "Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju
non-blok, dan kebijakan tersebut didukung para pemimpin penting negara-negara bekas
jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Uni Timur / Soviet maupun Blok Barat /
Eropa dan Amerika. Selain menyatakan dukungannya terhadap Soekarno, Para
pemimpin tersebut juga berkumpul di Bandung pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika
untuk mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.

Baca Juga : 8 Pemberontakan di Indonesia yang Paling Membahayakan

Nasib Irian Barat


Pada saat kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan terhadap
belahan barat pulau Nugini (Papua), dan mengizinkan langkah-langkah menuju
pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan pada 1 Desember 1961.
Negosiasi dengan Belanda mengenai penggabungan wilayah tersebut dengan Indonesia
gagal, sehingga indonesia harus mengambil Irian Barat lewat jalur militer, Pada 18
Desember pasukan penerjun payung Indonesia mendarat di Irian Barat yang kemudian
terjadi kontak senjata antara pasukan Indonesia dan Belanda pada 1961 dan 1962. Pada
1962 Amerika Serikat menekan Belanda agar setuju melakukan perbincangan rahasia
dengan Indonesia yang menghasilkan Perjanjian New York pada Agustus 1962,
Sehingga Indonesia dapat mengambil alih kekuasaan terhadap Irian Barat pada 1 Mei
1963.

Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal tersebut
adalah sebuah "Rencana Neo-Kolonial" untuk memuluskan rencana komersial Inggris di
wilayah tersebut. Selain itu dengan dibentuknya Federasi Malaysia dianggap soekarno
akan memperluas pengaruh imperialisme negara-negara Barat di kawasan Asia dan
memberikan celah kepada negara Australia dan Inggris untuk mempengaruhi perpolitikan
regional Asia.

Menanggapi keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan mengijinkan


Malaysia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, presiden Soekarno
mengumumkan pengunduran diri Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20
Januari 1965 dan mendirikan Konferensi Kekuatan Baru (CONEFO) sebagai tandingan
PBB dan GANEFO sebagai tandingan Olimpiade. Pada tahun itu juga konfrontasi ini
kemudian mengakibatkan pertempuran antara pasukan Indonesia dan Malaysia (yang
didukung penuh oleh Inggris).
Gerakan 30 September
Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk
Soekarno untuk memperkuat dukungan terhadap rezimnya dan, dengan restu dari
Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk "Angkatan Kelima" dengan
mempersenjatai pendukungnya. Akan tetapi para petinggi militer menentang hal ini.

Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh
dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada
PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas
kudeta dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk
mengambil alih kekuasaan. Kemudian lebih dari puluhan ribu orang yang dituduh PKI
kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada 1966 diprediksi mencapai 500.000.

Perkembangan politik di masa pemerintahan orde baru

Orde Baru dikukuhkan dalam sebuah sidang MPRS yang berlangsung pada Juni-Juli
1966. diantara ketetapan yang dihasilkan sidang tersebut ialah melarang PKI berikut
ideologinya untuk tubuh dan berkembang di Indonesia dan mengukuhkan Supersemar.
Dari ketetapan tersebut, berakibat pada setiap orang yang pernah terlibat dalam aktivitas
PKI ditahan, diadili, diasingkan atau dieksekusi. Pada masa Orde Baru pula pemerintahan
menekankan stabilitas nasional dalam program politiknya dan untuk mencapai stabilitas
nasional terlebih dahulu diawali dengan apa yang disebut dengan konsensus nasional.
Ada dua macam konsensus nasional, yaitu :
1. Pertama berwujud kebulatan tekad pemerintah dan masyarakat untuk
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Konsensus
pertama ini disebut juga dengan konsensus utama.
2. Sedangkan konsensus kedua adalah konsensus mengenai cara-cara
melaksanakan konsensus utama. Artinya, konsensus kedua lahir sebagai lanjutan
dari konsensus utama dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Konsensus
kedua lahir antara pemerintah dan partai-partai politik dan masyarakat.

Mengawali masa orde baru, setelah Kabinet Ampera terbentuk (25 Juli 1966). Selanjutnya
dicanangkan UU Penanaman Modal Asing (10 Januari 1967), kemudian Penyerahan
Kekuasaan Pemerintah RI dari Soekarno kepada Mandataris MPRS (12 Februari 1967),
lalu disusul pelantikan Soeharto (12 Maret 1967) sebagai Pejabat Presiden.

Visi utama dari pemerintahan Orde Baru ini adalah untuk dapat menjalankan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan dapat konsekuen didalam seluruh aspek kehidupan
bermasyarakat di Indonesia.

Dengan kehadiran visi tersebut, Orde Baru dapat memberikan sebuah harapan bagi
seluruh rakyat Indonesia, terutama yang telah berkaitan dengan suatu perubahan politik,
dari yang mempunyai sifat otoriter yang terjadi pada masa demokrasi terpimpin di bawah
kepemimpinan Presiden Soekarno agar menjadi lebih demokratis.

Harapan dari rakyat tersebut tentu saja memiliki dasar. Presiden Soeharto yang dianggap
sebagai tokoh utama masa Orde Baru ini dipandang rakyat sebagai sesosok pahlawan
yang mampu mengeluarkan sebuah bangsa ini agar dapat keluar dari keterpurukan. Hal
ini dapat dianggap demikian karena beliau berhasil membubarkan kelompok komunis
yaitu PKI, yang pada waktu itu telah dijadikan musuh utama di negeri ini. Selain itu, beliau
juga telah berhasil menciptakan keadaan stabilitas keamanan di negeri ini pasca
pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan waktu yang relatif singkat. Itulah
yang menyebabkan beberapa anggapan yang mendasari kepercayaan rakyat Indonesia
terhadap pemerintahan Orde Baru ini di bawah kepimpinan Presiden Soeharto.

Tetapi kemudian harapan rakyat tersebut tidak sepenuhnya dapat terwujud. Karena
apabila dilihat dan dirasakan sejatinya di dalam negeri ini tidak ada perubahan yang
substantif dari suatu kehidupan politik di Indonesia. Antara masa Orde Baru maupun
masa Orde Lama sejatinya sama-sama otoriter. Di dalam perjalanan politik dari
pemerintahan Orde Baru, kekuasaan dari Presiden merupakan semua pusat dari seluruh
proses perpolitikan di Indonesia.

Lembaga Kepresidenan juga merupakan pengontrol yang utama dari lembaga negara
lainnya baik itu yang bersifat suprastruktur (DPR, MPR, MA, BPK dan DPA) maupun yang
bersifat infrastruktur (LSM, Partai Politik, dan sebagainya). Selain itu, Presiden Soeharto
juga memiliki sejumlah legalitas yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun seperti
Pengemban Supersemar, Mandataris MPR, Bapak Pembangunan, maupun Panglima
Tertinggi dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

Perkembangan politik di masa Reformasi

Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai tanda
akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan "Era Reformasi". Masih adanya
tokoh-tokoh penting pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan di masa Reformasi ini
sering membuat beberapa orang mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir.
Oleh karena itu Era Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai "Era Pasca
Orde Baru".

Berakhirnya rezim Orde Baru, telah membuka kemungkinan guna menata kehidupan
demokrasi. Reformasi politik, ekonomi dan hukum merupakan agenda yang tidak dapat
ditunda. Demokrasi menuntut lebih dari sekedar pemilu. Demokrasi yang mumpuni harus
dibangun melalui struktur politik dan kelembagaan demokrasi yang sehat. Namun
nampaknya tuntutan reformasi politik, telah menempatkan pelaksanan pemilu menjadi
agenda pertama.

Pemilu pertama di masa reformasi hampir sama dengan pemilu pertama tahun 1955
diwarnai dengan keprihatinan dan kejutan.
 Pertama, menurunnya perolehan suara Golkar.
 Kedua, kenaikan perolehan suara PDI P.
 Ketiga, kegagalan partai-partai Islam meraih suara siginifikan.
 Keempat, kegagalan PAN, yang awalnya dinilai paling reformis, ternyata hanya
menempati urutan kelima.

Kekalahan PAN, mengingatkan pada kekalahan yang dialami Partai Sosialis, pada pemilu
1955, diprediksi akan memperoleh suara signifikan namun lain nyatanya.

Baca Juga : Sejarah Pelaksanaan Pemilu di Indonesia dari Masa ke Masa (1955-2014)

Perkembangan politik di masa Reformasi berlangsung setelah mundurnya Soeharto


hingga sekarang, dimana pada rentang waktu tersebut telah terjadi beberapa kali
pergantian pemerintahan, pada kesempatan kali ini kita hanya akan menjelasakan
Perkembangan politik di masa Reformasi pada saat pemerintahan B.J Habibie,
Abdurahman Wahid, Megawati soekarno putri dan Susilo Bambang Yudoyono.

Pemerintahan B.J Habibie


Sidang Istimewa MPR yang mengukuhkan Habibie sebagai Presiden, ditentang oleh
gelombang demonstrasi dari puluhan ribu mahasiswa dan rakyat di Jakarta dan di
kota-kota lain. Gelombang demonstrasi ini memuncak dalam peristiwa Tragedi Semanggi,
yang menelan 18 korban jiwa. Masa pemerintahan Habibie ditandai dengan dimulainya
kerjasama dengan Dana Moneter Internasional untuk membantu dalam proses pemulihan
ekonomi. Selain itu, Habibie juga melonggarkan pengawasan terhadap kebebasan
berekspresi dan media massa.

Presiden BJ Habibie mengambil prakarsa untuk melakukan koreksi. Sejumlah tahanan


politik dilepaskan secara bergelombang, seperti Muchtar Pakpahan dan Sri Bintang
Pamungkas. Namun setelah Habibie membebaskan banyak tahanan politik, tahanan
politik baru muncul. Sejumlah aktivis mahasiswa diadili atas tuduhan menghina
pemerintah atau menghina kepala negara.

Beberapa langkah perubahan diambil oleh Habibie, seperti liberalisasi parpol, kebebasan
berpendapat, pemberian kebebasan pers, dan pencabutan UU Subversi. Walaupun
begitu Habibie juga sempat tergoda meloloskan UU Penanggulangan Keadaan Bahaya,
namun urung dilakukan karena besarnya tekanan politik dan kejadian Tragedi Semanggi
II yang menewaskan mahasiswa UI, Yun Hap.

Kejadian penting dalam masa pemerintahan Habibie adalah keputusannya yang


memperbolehkan Timor Timur untuk menggelar referendum yang berakhir dengan
berpisahnya wilayah tersebut dari pangkuan Indonesia pada Oktober 1999. Keputusan
tersebut terbukti tidak populer di mata masyarakat sehingga hingga kini pun masa
pemerintahan Habibie sering dianggap sebagai salah satu masa kelam dalam sejarah
Indonesia.

Namun di akhir pemerintahan habibie, pemilu tahun 1999 dapat terlaksana dengan baik
meskipun pengesahan hasil Pemilu sempat tertunda, secara umum proses pemilu multi
partai pertama di era reformasi jauh lebih Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia (Luber)
serta adil dan jujur dibanding masa Orde Baru. Hampir tidak ada indikator siginifikan yang
menunjukkan bahwa rakyat menolak hasil pemilu yang berlangsung dengan aman.

Pemeintahan Abdurahman Wahid


Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan
pimpinan Megawati Sukarnoputri keluar sebagai pemenang pada pemilu parlemen
dengan memperoleh 34% dari seluruh suara, Golkar (partai Soeharto - yang selalu
menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) mendapat 22% suara, Partai Persatuan
Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%, Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%.

Kemudian pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid / Gus Dur sebagai
presiden dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Gus Dur
membentuk kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999
dan melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.

Pemerintahan Presiden Wahid melanjutkan proses demokratisasi dan perkembangan


ekonomi di bawah situasi yang mengkhawatirkan. Selain ketidakpastian ekonomi yang
terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar agama dan antar etnis,
terutama di Papua, Maluku, dan Aceh.

Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai
tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia
menyebabkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang
semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Gus Dur sehingga
menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.

Pemerintahan Megawati soekarno putri


Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan
laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari2001, ribuan demonstran menyerbu
MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya
dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan
koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang
memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati
mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian.

Pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono


Pemilu 2004, merupakan pemilu kedua dengan dua agenda: pertama memilih anggota
legislatif dan kedua memilih presiden. Untuk agenda pertama terjadi kejutan, yakni
naiknya kembali suara Golkar, turunan perolehan suara PDI-P, tidak beranjaknya
perolehan yang signifikan dari partai Islam dan munculnya Partai Demokrat yang
melewati PAN.

Dalam pemilihan presiden yang diikuti lima kandidat (Susilo Bambang Yudhoyono,
Megawati Soekarno Putri, Wiranto, Amin Rais dan Hamzah Haz), berlangsung dalam dua
putaran, yang menempatkan pasangan SBY dan JK, dengan meraih 60,95 persen suara
sebagai pemenang. Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia.
Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai hambatan dan
tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang
meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang
mengguncang Sumatra.

Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah
Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan menyudahi konflik
berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh. Atas prestasi SBY yang di tanam sejak
tahun 2004 telah mengantar beliau naik kembali duduk di kursi presiden dengan
pasanganya pak Budiono pada pemilu tahun 2009.

PERKEMBANGAN DEMOKRASI ORDE LAMA


Implementasi demokrasi pada masa pemerintahan setelah kemerdekaan baru terbatas
pada interaksi politik diparlemen dan berfungsinya pers yang mendukung revolusi
kemerdekaan. Walaupun tidak banyak catatan sejarah yang menyangkut perkembangan
demokrasi pada masa setelah kemerdekaan, akan tetapi pada periode tersebut telah
diletakkan hal-hal mendasar. Pertama, pemberian hak-hak politik secara menyeluruh.
Kedua, presiden yang secara konstitusional ada kemungkinan untuk menjadi dictator.
Ketiga, dengan maklumat Wakil Presiden, maka ada kesempatan terbentuknya sejumlah
partai politik yang kemudian menjadi peletak dasar bagi system kepartaian di Indonesia
untuk masa-masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik indonesia.
Soekarno membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah
ditandatangani oleh Soekarno-Hatta

Semenjak dikeluarkannya maklumat wakil presiden No. X 3 november 1945, yang


menyerukan pembentukan partai-partai politik, Partai politik memainkan peranan sentral
dalam kehidupan politik dan proses pemerintahan. Persaingan antar kepentingan dan
kekuatan politik mengalami perkembangan dan semakin nampak jelas. Pergulatan politik
ditandai oleh tarik menarik antara partai politik di dalam lingkaran kekuasaan dengan
kekuatan politik / partai politik di luar lingkungan kekuasaan.

Kegiatan partisipasi politik di masa orde lama atau atau saat diberlakukannya demokrasi
parlementer (1945-1959) berjalan dengan hingar bingar, terutama melalui saluran partai
politik yang mengakomodasikan ideologi dan nilai primordialisme (paham yang
memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil) yang tumbuh di tengah masyarakat.

Saat diterapkannya demokrasi parlementer juga sering disebut masa kejayaan demokrasi
di Indonesia, sebab hampir seluruh elemen demokrasi dapat ditemukan dalam
perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen
memainkan peranan yang sangat vital dalam proses politik yang berjalan. Perwujudan
kekuasaan parlemen ini diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya
kepada pihak pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya.
Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam periode ini merupakan contoh nyata dari
tingginya akuntabilitas pemegang jabatan dan politisi. Terdapat sekitar 40 partai yang
terbentuk dengan tingkat otonomi yang tinggi dalam proses rekruitmen baik pengurus,
atau pimpinan partainya maupun para simpatisannya.

Dalam perkembangan demokrasi di era orde lama atau saat diberlakukannya demokrasi
parlementer (1945-1959) salah satu hal yang dikecewakan adalah masalah presiden
(soekarno) yang hanya sebagai simbolik semata begitu juga peran militer.聽

Akhirnya massa ini mengalami kehancuran setelah terjadinya perpecahan antar elit dan
antar partai politik. Perpecahan antar elit politik ini diperparah dengan konflik tersembunyi
antar kekuatan parpol dengan Soekarno dan militer, serta adanya ketidakmampuan
setiap kabinet dalam merealisasikan programnya dan mengatasi potensi perpecahan
regional. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Soekarno untuk merealisasikan nasionalis
ekonomi, dan diberlakukanya UU Darurat pada tahun 1957, maka sebuah masa
demokrasi parlementer (1945-1959) telah usai dan demokrasi terpimpin kini telah dimulai.
Secara umum, terdapat 3 poin penting yang menjadi penyabab gagalnya pelaksanaan
demokrasi parlementer (1945-1959) di indonesia, adalah sebagai berikut:
1. Persamaan kepentingan antara presiden Soekarno dengan kalangan Angkatan
Darat, yang sama-sama tidak suka dengan proses dan kondisi politik yang
berjalan.
2. Dominannya politik aliran, sehingga membawa konsekuensi terhadap
pengelolaan konflik
3. Basis sosial ekonomi yang masih sangat lemah

Setelah gagalnya demokrasi parlementer dan diteruskan oleh demokrasi terpimpin maka
periode demokrasi terpimpin ini secara dini dimulai dengan terbentuknya Zaken Kabinet
pimpinan Ir. Juanda pada 9 April 1957, dan menjadi tegas setelah Dekrit Presiden 5 Juli
1959.

Karakteristik yang utama dari demokrasi terpimpin ialah: menggabungkan sistem


kepartaian, dengan terbentuknya DPR-GR peranan lembaga legislatif dalam sistem politik
nasional menjadi sedemikian lemah, Basic Human Right menjadi sangat lemah, masa
demokrasi terpimpin adalah masa puncak dari semangat anti kebebasan pers,
sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses hubungan antara pemerintah
pusat dengan pemerintah daerah.

Akibat dari demokrasi terpimpin adalah kekuasaan menjadi tersentral di tangan presiden,
dan secara signifikan diimbangi dengan peran PKI dan Angkatan Darat.
Kekuatan-kekuatan Suprastruktur dan infrastruktur politik dikendalikan secara hampir
penuh oleh presiden. Dengan ambisi yang besar PKI mulai memperluas kekuatannya
sehingga terjadi kudeta oleh PKI yang akhirnya gagal di penghujung September 1965.

Dari uraian diatas dapat di simpulkan menjadi beberapa poin penting dalam
perkembangan demokrasi Orde Lama, antara lain:
 Stabilitas politik secara umum memprihatinkan. Ditandai dengan kuantitas konflik
politik yang amat tinggi. Konflik kebanyakan bersifat ideologis dan primordial dalam masa
20 tahun pasca merdeka.
 Stabilitas pemerintah dalam 20 tahun bereda dalam kedaan memprihatinkan.
Mengalami 25 pergantian kabinet, 20 kali pergantian kekuasaan eksekutif dengan
rata-rata satu kali pergantian setiap tahun.
 Perangkat kelembagaan yang memprihatinkan. Ketidaksiapan aparatur
pemerintah dalam proses politik menjadikan birokrasi tidak terurus.
 Krisis ekonomi. Pada masa demokrasi parlementer krisis dikarenakan kabinet
tidak sempat untuk merealisasika program ekonomi karena pergantian kekuasaan yang
kerap terjadi. Masa demokrasi terpimpin mengalami krisis ekonomi karena
kegandrungannya terhadap revolusi serta urusan internasional sehingga kurang
diperhatikannya sektor ekonomi dalam negeri.

Perkembangan Demokrasi Orde Baru


Wajah demokrasi mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan tingkat
ekonomi, poltik dan, ideologi. Tahun-tahun awal pemerintahan Orde Baru ditandai oleh
adanya kebebasan politik yang besar. Presiden Soeharto yang menggantikan Presiden
Soekarno sebagai Presiden ke-2 RI, menerapkan model Demokrasi yang berbeda lagi,
yaitu disebut Demokrasi Pancasila (Orde baru), penamaan Demokrasi Pancasila juga
bertujuan untuk menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi inilah yang sejatinya
tepat dengan ideologi negara Pancasila. Dalam masa yang tidak lebih dari tiga tahun ini,
kekuasaan seolah-olah akan didistribusikan kepada rakyat. Oleh karena itu kalangan elit
politik, aktivis dan organisasi sosial politik yang siap menyambut pemilu 1971, tumbuh
gairah besar untuk berpartisipasi mendukung program-program pembaruan
pemerintahan baru.

Setelah terjadi tekanan politik dan demonstrasi besar, pada 21 Mei 1998 Presiden Soeharto
mengumumkan pengunduran dirinya.

Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat terutama dalam pembangunan
disegala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V. Namun lama kelamaan perkembangan yang
terlihat adalah semakin lebarnya kesenjangan antara kekuasaan negara dengan
masyarakat. Orde Baru mewujudkan dirinya sebagai kekuatan yang kuat dan relatif
otonom, sementara masyarakat semakin terasingkan dari lingkungan kekuasaan dan
proses pembuatan kebijakan. Kedaan ini tidak lain adalah akibat dari:
1. Intervensi negara secara berlebihan terhadap perekonomian dan pasar yang
memberikan keleluasaan lebih kepada negara untuk mengakumulasikan modal
dan kekuatan ekonomi.
2. Kemenangan mutlak Partai Golkar dalam pemilu yang memberi legitimasi politik
yang kuat kepada negara.
3. Dijalankannya regulasi-regulasi politik semacam birokratisasai, depolitisasai,
dan institusionalisasi.
4. Dipakai pendekatan keamanan
5. Tersedianya sumber biaya pembangunan, baik dari eksploitasi minyak bumi dan
gas serta dari bantuan luar negeri, dan akhirnya sukses menjalankan kebijakan
pemenuhan kebutuhan pokok rakya sehingga menyumbat gejolak masyarakat
yang potensinya muncul karena sebab struktural.

Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru ditandai oleh dominannya peranan ABRI,
birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan
fungsi partai politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan publik,
monolitisasi ideologi negara, dan inkorporasi lembaga nonpemerintah.

Berakhirnya masa Orde Baru, melahirkan era baru yang disebut masa reformasi.
OrdeBaru berakhir pada saat Presiden Soeharto menyerahkan kekuasaan kepada Wakil
Presiden B.J.Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
Perkembangan Demokrasi Masa Reformasi (1998 Sampai Sekarang)
Sejak berakhirnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden
Soeharto, maka indonesia memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai
hasil dari kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir seluruh aspek kehidupan
masyarakat dan negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini diawali dengan
di amandemennya UUD 1945 (bagian Batangtubuhnya) sebab dinilai sebagai sumber
utama kegagalan tatanan kehidupan kenegaraan di masa Orde Baru.

Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan kelembagaan negara,


khususnya perubahan terhadap aspek pembagian kekuasaan dan aspek sifat hubungan
antar lembaga-lembaga negara, akibat amandemen tersebut sehingga dengan sendirinya
terjadi perubahan terhadap model demokrasi yang dilaksana-kan dibandingkan dengan
model Demokrasi Pancasila di era Orde Baru. Saat masa pemerintahan Habibie mulai
nampak beberapa indicator kedemokrasian di Indonesia. Pertama, diberikannya ruang
kebebasan pers sebagai ruang publik untuk berpartisipasi dalam kebangsaan dan
kenegaraan. Kedua, diberlakunya system multi partai dalam pemilu tahun 1999.

Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah Demokresi
Pancasila, tentu saja dengan karakteristik yang berbeda dengan Demokresi Pancasila
yang diterapkan pada masa orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi perlementer
tahun 1950-1959.

Perbaikan ke arah positif Perkembangan Demokrasi pada masa Reformasi ini dapat
tercermin dalam beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pemilu yang dilaksanakan tahun 1999 jauh lebih demokratis dari yang
sebelumnya serta pelaksanaan pemilu setelah tahun 1999 juga berjalan
demokratis dan lebih baik daripada pelaksanaan pemilu sebelum 1999.
2. Sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan
pendapat.
3. Pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka.
4. Rotasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampai pada
tingkat desa.

Perkembangan demokrasi masa reformasi yang menuju ke arah positif dapat terlihat dari
pengakuan Freedom House pada Tahun 2006 yang memasukkan negara Republik
Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga setelah Amerika dan India.
Pujian-pujian atas perkembangan demokrasi juga terus mengalir dari berbagai kalangan.

Namun dibalik perkembangan demokrasi yang menuju ke arah positif, penerapan


demokrasi oleh sebagian kalangan dianggap tidak memberikan kesejahteraan tetapi
justru melahirkan pertikaian dan pemiskinan. Rakyat yang seharusnya diposisikan
sebagai penguasa tertinggi, ironisnya justru sering dipinggirkan. Kondisi buruk diperparah
oleh elite politik dan aparat penegak hukum yang menunjukkan aksi-aksi blunder. Banyak
perilaku wakil rakyat yang tidak mencerminkan aspirasi pemilihnya, bahkan opini publik
sengaja disingkirkan guna mencapai aneka kepentingan sesaat. Banyak kasus-kasus
yang amat mencederai perasaan rakyat mudah ditampilkan dan mengundang kemarahan
publik.

Kondisi ini dikuatkan dengan pernyataan Jusuf Kalla (mantan Wapres) yang mengatakan
bahwa demokrasi cuma cara, alat atau proses, dan bukan tujuan. Demokrasi boleh di
nomor duakan di bawah tujuan utama peningkatan dan pencapaian kesejahteraan rakyat.

Oleh karenanya di tengah eforia demokrasi, kita semua harus berhati-hati akan
kepentingan sempit yang sangat mungkin menjadi penumpang gelap. selain itu
sinkronisasi antara demokrasi dengan pembangunan nasional haruslah sejalan bukan
malah sebaliknya demokrasi yang ditegakkan hanya untuk pemenuhan kepentingan
partai dan kelompok tertentu saja. Jadi, demokrasi yang kita terapkan sekarang haruslah
mengacu pada sendi-sendi bangsa Indonesia yang berdasarkan filsafah bangsa yaitu
Pancasila dan UUD 1945 serta bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan bangsa
indonesia secara umum.

WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA LENGKAP


PENGERTIAN DAN PENJELASAN
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang pengertian dan penjelasan
wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia. dalam pembahasannya kita juga akan
melengkapi dengan menyajikan Hakikat dan Kedudukan Wawasan Nusantara,
Pengertian Geopolitik, Teori-Teori Geopolitik serta masih banyak lagi. Pertama-tama kita
akan mengawalinya dengan membahas Pengertian Wawasan Nusantara secara umum,
berikut pembahasannya.

Pengertian Wawasan Nusantara

Garis-garis besar haluan negara (GBHN) 1998


Pengertian wawasan nusantara menurut GBHN 1998 adalah cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan
dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam meyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kelompok Kerja LEMHANAS (Lembaga Pertahanan Nasional) 1999


Pengertian wawasan nusantara menurut Kelompok Kerja LEMHANAS 1999 adalah cara
pandang dan sikap bangsa indonesia mengenai diri dan lingkungan yang beragam dan
bernilai startegis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan kesatuan
wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
untuk mencapai tujuan nasional.

Prof. Dr. Wan Usman


Pengertian wawasan nusantara menurut Dr. Wan Usman adalah cara pandang bangsa
Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua
aspek kehidupan yang beragam.

Pengertian Wawasan Nusantara Secara Etimologi


Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan Nusantara.
Wawasan berasal dari kata Wawas (bahasa jawa) yang memiliki makna tinjauan,
pandangan dan penglihatan indrawi. Jadi wawasan adalah tinjauan, pandangan dan
penglihatan indrawi. Wawasan berarti pula cara melihat dan cara pandang.

Sedangkan Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau
kesatuan kepulauan. Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur atau diapit di
antara dua hal (dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia serta dua samudra yakni
samudera Pasifik dan samudera Hindia). Jadi Nusantara adalah kesatuan kepulauan
yang terletak antara dua benua, yaitu benua Australia dan Asia, serta dua samudra, yaitu
samudra Pasifik dan Hindia. Berdasarkan pengertian modern, selanjutnya kata
"nusantara" digunakan sebagai penyebutan nama Indonesia.

Hakikat Wawasan Nusantara

Hakikat Wawasan Nusantara adalah Keutuhan Nusantara atau Nasional, yang juga dapat
diartikan sebagai cara pandang yang utuh / menyeluruh dalam lingkup nusantara dan
demi kepentingan nasional. Hal Ini berarti, setiap warga dan aparat negara harus berpikir,
bersikap dan bertindak secara utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan
nasional, bangsa dan negara Indonesia.

Kedudukan Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Dalam kaitannya dengan


kedudukan, wawasan nusantara merupakan visi bangsa yang bersangkutan dalam
menuju masa depan. Visi bangsa Indonesia sesuai dengan konsep Wawasan Nusantara
ialah menjadi bangsa yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh pula.

Selain itu, dalam paradigma nasional, kedudukan wawasan nusantara adalah sebagai
berikut:
1. Pancasila sebagai falsaah, ideologi bangsa dan dasar negara berkedudukan
sebagai landasan idil
2. UUD 1945 adalah landasan konstitusi negara yang berkedudukan sebagai
landasan konstitusional.
3. GBHN (garis-garis besar haluan negara) sebagai politik dan strategi nasional
atau sebagai kebijakan dasar nasional yang berkedudukan sebagai landasan
operasioal.
4. Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional yang berkedudukan sebagai
landasan konsepsional.
5. Sebagai visi nasional yang berkedudukan sebagai landasan visional.

Fungsi Wawasan Nusantara


Wawasan nusantara memiliki berfungsi sebagai pedoman, dorongan, rambu-rambu serta
motivasi dalam menentukan segala kebijakan, perbuatan, keputusan dan tindakan bagi
penyelenggaraan negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia

Tujuan Wawasan Nusantara

Tujuan wawasan nusantara terdiri dari dua, yaitu:


1. Tujuan nasional, dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 1945, dijelaskan bahwa
tujuan kemerdekaan Indonesia adalah "untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan berpartisipasi dalam
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi
dan keadilan sosial“.
2. Tujuan ke dalam adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek kehidupan baik
alamiah maupun sosial, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bangsa Indonesia
adalah menjunjung tinggi kepentingan nasional, serta kepentingan kawasan untuk
menyelenggarakan dan membina kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta
martabat manusia di seluruh dunia.

Baca Juga : Implementasi Wawasan Nusantara dalam Bidang Ekonomi, Lengkap


Penjelasan

Pengertian Geopolitik

Geopolitik berasal dari dua kata yaitu "Geo" dan "Politik". "Geo" artinya bumi/planet bumi.
Menurut Preston E. James, geografi mempersoalkan tata ruang yaitu sistem dalam hal
menempati suatu ruang di permukaan bumi. Dengan demikian, geografi berkaitan dengan
interelasi antara manusia dengan lingkungan tempat hidupnya. "Politik" berarti kekuatan
yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan dasar dalam menentukan alternatif
kebijaksanaan nasional untuk mewujudkan tujuan nasional.
Jadi, geopolitik dapat diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam
wujud kebijaksanaan nasional yang didukung oleh aspirasi nasional geografik
(kepentingan yang titik beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau
territorial dalam arti luas) suatu negara, yang apabila dijalankan dan berhasil akan
berdampak langsung kepada system politik sebuah negara.

Geopolitik juga dimaknai sebagai penyelenggaraan Negara yang setiap kebijakannya


dihubungkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal sebuah
bangsa.

Teori-Teori Geopolitik

Teori Geopolitik Frederich Ratzel (1844-1904)


Frederich Ratzel berpendapat bahwa negara itu seperti organisme yang hidup.
Pertumbuhan Negara mirip dengan pertumbuhan organisme yang memerlukan ruang
hidup (lebensraum) yang cukup agar dapat tumbuh dengan subur. Makin luas ruang
hiduo maka Negara akan semakin bertahan, kuat, dan maju. Teori ini dikenal sebagai
teori organisme atau teori biologis.

Teori Geopolitik Rudolf Kjellen (1864-1922)


Menurut Rudolf Kjellen, Negara adalah satuan dan sistem politik yang menyeluruh yang
meliputi bidang geopolitik, ekonomi politik, demo politik, social politik, dan krato politik.
Negara sebagai organisme yang hidup dan intelektual harus mampu mempertahankan
dan mengembangkan dirinya dengan melakukan ekspansi.

Teori Geopolitik Karl Haushofer (1896-1946)


Melanjutkan pandangan Ratzel dan Kjellen terutama pandangan tentang lebensraum
(ruang hidup) dan paham ekspansionisme. Karl Haushofer berpendapat bahwa Jika
jumlah penduduk suatu wilayah Negara semakin banyak sehingga tidak sebanding lagi
dengan luas wilayah, maka Negara tersebut harus berupaya memperluas wilayahnya
sebagai ruang hidup bagi warga Negara

Karl Haushofer yang pernah menjadi atase militer di Jepang juga pernah meramalkan
bahwa Jepang akan menjadi negara yang jaya didunia dimana untuk menjadi jaya
sebuah bangsa harus bisa menguasai benua-benua di dunia. Ia berpendapat bahwa
pada hakikatnya dunia terbagi atas empat kawasan benua dan dipimpin oleh negara yang
unggul.

Paham Geopolitik Bangsa Indonesia dalam konteks Wawasan Nusantara

Paham geopolitik bangsa Indonesia terumuskan dalam konsepsi Wawasan Nusantara.


Bagi bangsa Indonesia, geopolitik adalah pandangan baru dalam mempertimbangkan
faktor-faktor geografis wilayah Negara untuk mencapai tujuan nasionalnya.
Karena bagi Indonesia, geopolitik adalah kebijakan dalam rangka mencapai tujuan
nasional dengan memamfaatkan keuntungan letak geografis Negara berdasarkan
pengetahuan ilmiah tentang kondisi geografis tersebut.

Dasar Pemikiran Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia

Geopolitik merupakan pertimbangan dasar dalam penyelenggaraan negara berdasarkan


letak geografisnya. Untuk memenangkan suatu perlombaan, kita wajib memahami medan
sehingga mengetahui strategi terbaik apa yang harus diterapkan dalam perlombaan
tersebut. Sama halnya dengan negara, suatu negara membutuhkan geopolitik untuk
menentukan pembinaan politik nasional berdasarkan kondisi dan situasi geografis dalam
mencapai tujuan negara tersebut. Indonesia sebagai negara kepulauan dan bangsa yang
majemuk mempunyai geopolitik tersendiri, yaitu wawasan nusantara.

Baca Juga : Wawasan Kebangsaan Indonesia Lengkap Pengertian, Makna dan Nilai

Wawasan nusantara merupakan cara pandang bangsa Indonesia terhadap


lingkungannya, Bangsa Indonesia memandang wawasan nusantara sebagai visi dan
perwujudan kebhinekaan (keberagaman) yang ada di Indonesia. Hakikat dari wawasan
nusantara ini adalah menyatukan perbedaan dan batasan wilayah di seluruh Indonesia
dari Sabang sampai Merauke sehingga terwujudnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang bersatu dan utuh dalam mencapai tujuan nasional Indonesia.

Wawasan Nusantara Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan bangsa
Indonesia yang berdasarkan falsafah pancasila dan oleh pandangan geopolitik Indonesia
yang berdasarkan pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa Indonesia. Karena
dasar pemikiran Wawasan Nusantara terdiri atas dasar pemikiran berdasarkan filsafat,
kewilayahan, sosial budaya, dan kesejarahan.

Tujuan Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia

1. Tujuan ke luar, yaitu terjaminnya kepentingan nasional dalam dunia yang serba
berubah, dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social serta mengembangkan suatu
kerja sama dan saling menghormati.
2. Tujuan ke dalam, yaitu menjamin perwujudan persatuan kesatuan segenap
aspek kehidupan nasional, yaitu politik, ekonomi, social budaya, pertahanan
keamanan.

Manfaat Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia

1. Diterima dan diakuinya konsepsi Nusantara di forum internasional.


2. Wawasan Nusantara menjadi salah satu sarana integrasi nasional.
3. Penerapan wawasan nusantara menghasilkan cara pandang tentang keutuhan
wilayah nusantara yang perlu dipertahankan oleh bangsa Indonesia.
4. Pertambahan luas wilayah sebagai ruang hidup memberikan potensi sumber
daya yang besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.
5. Pertambahan luas wilayah teritorial Indonesia.

WAWASAN NUSANTARA DAN KETAHANAN


Pengertian Wawasan Nusantara
Kelompok Kerja LEMHANAS (Lembaga Pertahanan Nasional) 1999
Pengertian wawasan nusantara menurut Kelompok Kerja LEMHANAS 1999 adalah cara
pandang dan sikap bangsa indonesia mengenai diri dan lingkungan yang beragam dan
bernilai startegis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan kesatuan
wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
untuk mencapai tujuan nasional.

Garis-garis besar haluan negara (GBHN) 1998


Pengertian wawasan nusantara menurut GBHN 1998 adalah cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan
dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam meyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Prof. Dr. Wan Usman


Pengertian wawasan nusantara menurut Dr. Wan Usman adalah cara pandang bangsa
Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua
aspek kehidupan yang beragam.

Pengertian Wawasan Nusantara Secara Etimologi


Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan Nusantara.
Wawasan berasal dari kata Wawas (bahasa jawa) yang memiliki makna tinjauan,
pandangan dan penglihatan indrawi. Jadi wawasan adalah tinjauan, pandangan dan
penglihatan indrawi. Wawasan berarti pula cara melihat dan cara pandang.

Sedangkan Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau
kesatuan kepulauan. Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur atau diapit di
antara dua hal (dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia serta dua samudra yakni
samudera Pasifik dan samudera Hindia). Jadi Nusantara adalah kesatuan kepulauan
yang terletak antara dua benua, yaitu benua Australia dan Asia, serta dua samudra, yaitu
samudra Pasifik dan Hindia. Berdasarkan pengertian modern, selanjutnya kata
"nusantara" digunakan sebagai penyebutan nama Indonesia.

Latar Belakang Filosofis Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara merupakan sebuah cara pandang geopolitik Indonesia yang
bertolak dari latar belakang pemikiran sebagai berikut (S. Sumarsono, 2005):
1. Latar belakang pemikiran filsafat Pancasila
2. Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan Indonesia
3. Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya Indonesia
4. Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan Indonesia

4 Latar Belakang Filosofis Wawasan Nusantara


1. Latar belakang pemikiran filsafat Pancasila
Latar belakang pemikiran filsafat Pancasila menjadikan Pancasila sebagai dasar
pengembangan Wawasan Nusantara tersebut. Setiap sila dari Pancasila menjadi dasar
dari pengembangan wawasan itu.
 Sila 1 (Ketuhanan yang Mahaesa) menjadikan Wawasan Nusantara merupakan
wawasan yang menghormati kebebasan beragama
 Sila 2 (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab) menjadikan Wawasan Nusantara
merupakan wawasan yang menghormati dan menerapkan HAM (Hak Asasi Manusia)
 Sila 3 (Persatuan Indonesia) menjadikan Wawasan Nusantara merupakan
wawasan yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
 Sila 4 (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan) menjadikan Wawasan Nusantara merupakan wawasan
yang dikembangkan dalam suasana musyawarah dan mufakat.
 Sila 5 (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia) menjadikan Wawasan
Nusantara merupakan wawasan yang mengusahakan kesejahteraan seluruh rakyat
Indonesia.

Baca Juga :聽 Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia lengkap Pengertian


dan Penjelasan

2. Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan Indonesia


Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan Indonesia menjadikan wilayah Indonesia
sebagai dasar pengembangan wawasan itu. Dalam hal ini kondisi obyektif geografis
Indonesia menjadi modal pembentukan suatu negara dan menjadi dasar bagi
pengambilan-pengambilan keputusan politik. Aspek kewilayahan indonesia dalam hal ini
juga mempengaruhi kondisi geografi Indonesia sehingga kaya akan Sumber Daya Alam
dan suku bangsa.

3. Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya Indonesia


Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya Indonesia menjadikan keanekaragaman
budaya Indonesia menjadi bahan untuk memandang (membangun wawasan) nusantara
Indonesia. Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya dalam hal ini dapat terjadi
karena Indonesia mempunyai ratusan suku bangsa yang keseluruhan memiliki adat
istiadat, agama / kepercayaan dan bahasa yang berbeda-beda, yang menjadikan tata
kehidupan nasional memiliki hubungan interaksi antara golongan karena dapat
menimbulkan konflik yang besar dari keberagaman budaya.

Menurut Skinner sebagaimana dikutip Nasikun 聽(1988) Indonesia mempunyai 35 suku


bangsa besar yang masing-masing mempunyai sub-sub suku/etnis yang banyak. 聽
Adapun menurut Hildred Geertz yang juga dikutip Nasikun (1988), Indonesia memiliki
lebih dari 300 suku bangsa dari Sabang sampai Merauke.

4. Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan Indonesia


Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan Indonesia menunjuk pada sejarah
perkembangan Indonesia sebagai bangsa dan negara di mana tonggak-tonggak
sejarahnya adalah:
 20 Mei 1908 = Kebangkitan Nasional Indonesia
 28 Okotber 1928 = Kebangkitan Wawasan Kebangsaan melalui Sumpah Pemuda
 17 Agustus 1945 = Kemerdekaa Republik Indonesia

Fungsi dan Tujuan Wawasan Nusantara


Fungsi Wawasan Nusantara
Secara umum, Fungsi Wawasan Nusantara adalah pedoman, dorongan, rambu-rambu
serta motivasi dalam menentukan segala kebijakan, perbuatan, keputusan dan tindakan
bagi penyelenggaraan negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Ada juga fungsi dari Wawasan Nusantara jika di tinjau dari beberapa pendekatan.
Diantaranya:
 Wawasan nusantara sebagai konsepsi ketahanan nasional, yaitu wawasan
nusantara dijadikan konsep dalam pembangunan nasional, pertahanan keamanan, dan
kewilayahan.
 Wawasan nusantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan negara ialah
pandangan geopolitik Indonesia dalam lingkup tanah air Indonesia sebagai satu kesatuan
yang mencakup seluruh wilayah dan segenap kekuatan negara.
 Wawasan nusantara sebagai wawasan pembangunan mempunyai cakupan
kesatuan politik, kesatuan ekonomi, kesatuan sosial dan ekonomi, kesatuan sosial dan
politik, dan kesatuan pertahanan dan keamanan.
 Wawasan nusantara sebagai wawasan kewilayahan, sehingga berfungsi dalam
pembatasan negara, agar tidak terjadi sengketa dengan negara tetangga.

Tujuan Wawasan Nusantara

Tujuan wawasan nusantara terdiri dari dua, yaitu:


 Tujuan nasional, dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 1945, dijelaskan bahwa
tujuan kemerdekaan Indonesia ialah "untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan berpartisipasi dalam melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial".
 Tujuan ke dalam adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek kehidupan baik
alamiah maupun sosial, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah
menjunjung tinggi kepentingan nasional, serta kepentingan kawasan untuk
menyelenggarakan dan membina kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta
martabat manusia di seluruh dunia.
Ketahanan Nasional
Pengertian Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamika suatu bangsa yang berisi ketangguhan
dan keuletan 聽 yang dapat mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman dan hambatan baik yang datang
dari dalam maupun dari luar. Juga secara langsung maupun tidak langsung yang dapat
membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Dalam perjuangan mencapai cita-cita/tujuan nasionalnya bangsa Indonesia tidak


terhindar dari berbagai ancaman-ancaman yang kadang-kadang membahayakan
keselamatannya. Cara agar dapat menghadapi ancaman-ancaman tersebut, bangsa
Indonesia harus memiliki kemampuan, keuletan, dan daya tahan yang dinamakan
ketahanan nasional.

Ketahanan Nasional dibutuhkan dalam rangka menjamin eksistensi bangsa dan negara
dari segala gangguan baik yang datangnya dari dalam maupun dari luar negeri. Untuk itu
bangsa Indonesia harus tetap memiliki ketangguhan dan keuletan 聽 yang perlu dibina
secara konsisten dan berkelanjutan

Asas Ketahanan Nasional


Pengembangan ketahanan nasional bangsa Indonesia didasari pada asas-asas sebagai
berikut:
1. Kesejahteraan dan keamanan.
2. Utuh menyeluruh terpadu.
3. Kekeluargaan.
4. Mawas diri.

Sifat-Sifat Ketahanan Nasional


1. Mandiri
Ketahanan nasional bersifat percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dengan
ketangguhan dan keuletan 聽 yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah serta
bertumpu pada identitas, integritas dan kepribadian bangsa.

2. Wibawa
Makin tinggi tingkat ketahanan nasional Indonesia makin tinggi pula nilai kewibawaan
nasional yang berarti makin tinggi tingkat daya tangkal yang dimiliki bangsa dan negara
Indonesia.

3. Dinamis
Ketahanan nasional tidaklah tetap melainkan dapat meningkat dan atau menurun
tergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara serta kondisi lingkungan
strategisnya.

4. Konsultasi dan Kerjasama


Konsepsi ketahanan nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan
antagonis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata tetapi lebih pada
sikap konsultatif dan kerjasama serta saling menghargai dengan mengandalkan pada
kekuatan moral dan kepribadian bangsa
Fungsi Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Pengarah dalam menyatukan pola pikir, pola tindak, dan cara kerja intersektor,
antarsektor, dan multidisipliner. Cara kerja ini selanjutnya diterjemahkan dalam
RJP yang dibuat oleh pemerintah yang mencakup kebijakan dan strategi
pembangunan dalam setiap sektor untuk mencapai tujuan nasional mewujudkan
masyarakat adil dan makmur.
2. Pengarah bagi pengembangan potensi kekuatan bangsa dalam bidang ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan sehingga tercapai
kesejahteraan rakyat.
3. Daya tangkal, dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan, ketahanan
nasional Indonesia ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman, gangguan,
hambatan, dan tantangan terhadap identitas, integritas, eksistensi bangsa, dan
negara Indonesia dalam aspek: ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan.

Tujuan Ketahanan Nasional


Ketahanan nasional diperlukan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok
pemerintahan, seperti tegaknya hukum dan ketertiban, terwujudnya kesejahteran dan
kemakmuran, terselenggaranya pertahanan dan keamanan, terwujudnya keadilan hukum
dan keadilan sosial, serta terdapatnya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasi diri.

Lembaga-Lembaga Lembaga Ketahanan Nasional

Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) adalah Lembaga Pemerintah Non


Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pengkajian dan pendidikan strategik ketahanan nasional.

Lembaga Ketahanan Nasional yang sebelumnya bernama Lembaga Pertahanan nasional


berdiri pada tanggal 20 Mei 1965 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun
1964 dan berada langsung di bawah Presiden.

Pada tahun 1983, lembaga ini berubah nama menjadi Lembaga Ketahanan Nasional,
yang berada di bawah Panglima ABRI.

Pada tahun 1994 lembaga ini berada langsung di bawah Menteri Pertahanan dan
Keamanan.

BELA NEGARA
Pengertian Bela Negara
Bela Negara adalah tekad, perilaku dan sikap warga negara yang dilakukan secara
menyeluruh, teratur dan terpadu serta dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI berdasarkan
pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan (eksistensi) hidup Bangsa dan
Negara.

Bela Negara juga dapat diartikan sebagai suatu konsep yang disusun oleh perangkat
perundangan dan petinggi sebuah negara tentang patriotisme seseorang, suatu
kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan menjaga dan
mempertahankan keberlangsungan negara tersebut.聽 Secara fisik, hal ini dapat diartikan
sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari pihak yang
mengancam eksistensi negara tersebut, sedangkan secara non-fisik konsep ini
diterjemahkan sebagai upaya untuk turut serta berperan aktif dalam memajukan bangsa
dan negara, baik lewat moral, sosial, pendidikan, maupun peningkatan kesejahteraan
orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.

Di Indonesia proses pembelaan negara sudah diatur secara formal ke dalam


Undang-undang. Diantaranya sudah tersebutkan ke dalam Pancasila serta
Undang-undang Dasar 1945, khususnya pasal 30. Didalam pasal tersebut, dijelaskan
bahwa membela bangsa merupakan kewajiban seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.
Untuk penjabaran lebih lengkap mengenai dasar hukum undang-undang tentang upaya
bela negara adalah sebagai berikut:
1. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
2. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa semua warga Negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

Unsur Dasar Bela Negara


Didalam proses pembelaan bangsa, ada beberapa hal yang menjadi unsur penting,
diantaranya adalah:
1. Cinta Tanah Air
2. Rela berkorban untuk bangsa & Negara
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara
4. Kesadaran Berbangsa & bernegara
5. Memiliki kemampuan awal bela Negara

Fungsi dan Tujuan Bela Negara


Terdapat beragam Fungsi bela negara, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menjaga keutuhan wilayah negara.
2. Mempertahankan Negara dari berbagai ancaman.
3. Merupakan panggilan sejarah.
4. Merupakan kewajiban setiap warga negara.

Terdapat beragam Tujuan bela negara, diantaranya adalah sebagai berikut:


1. Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara.
2. Menjaga identitas dan integritas bangsa/ negara.
3. Melaksanakan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.
4. Melestarikan budaya.
5. Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Manfaat Bela Negara


Berikut ini berbagai manfaat yang bisa diperoleh dari bela negara:
1. Membentuk perilaku jujur, adil, tegas, tepat, dan kepedulian antar sesama.
2. Menghilangkan sikap negatif seperti tidak disiplin, egois, malas, boros dan
apatis.
3. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan
kegiatan.
4. Berbakti pada agama, orang tua dan bangsa.
5. Membentuk Iman dan Taqwa pada Agama yang dianut oleh individu.
6. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok.
7. Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan
kemampuan diri.
8. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
9. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan
seperjuangan.
10. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas dan pengaturan kegiatan lain.

Contoh Bela Negara dalam Kehidupan Sehari-hari


Contoh beberapa bentuk bela negara dalam kehidupan sehari-hari di zaman sekarang di
berbagai lingkungan 聽 adalah sebagai berikut:
1. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara)
2. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara)
3. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat)
4. Melestarikan budaya yang ada (lingkungan masyarakat)
5. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan
masyarakat)
6. Kesadaran untuk menaati tata tertib sekolah (lingkungan sekolah)
7. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan sekolah)
8. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga)
9. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan
keluarga)

Dasar Hukum Bela Negara


Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara adalah sebagai berikut:
1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan
Keamanan Nasional.聽
2. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara
RI. Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.
3. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.
4. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
5. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
6. Undang-Undang No.56 tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih
7. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
8. Amandemen UUD 鈥?5 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.

Dalam upaya menjaga kesadaran bela negara, dibuatlah sebuah momen untuk
memperingatinya. Hari yang sudah ditetapkan sebagai hari Bela Negara dipilih tanggal 19
Desember. Penetapan ini dimulai tahun 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
yang dituangkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006.

Selain itu, Untuk mewujudkan kesadaran dan menyatukan konsep bela negara di tengah
masyarakat, salah satunya dilakukan melalui penciptaan lagu Mars Bela Negara. Mars ini
digubah oleh salah seorang musisi Indonesia yang mempunyai nasionalisme, yaitu
Dharma Oratmangun.

Anda mungkin juga menyukai