PANCASILA
(SUATU TINJAUAN HISTORIS)
MU114ISem20211
Instruksi:
Baca baik-baik materi 2 ini dan pahami isinya
Kompetensi
Mahasiswa memahami Pancasila sebagai Dasar Negara dari sisi historisnya dan Dinamika
Pelaksanaanya. Dengan demikian diharapkan mahasiswa menjadi lebih arif dan bijaksana
karena menghayati proses-proses perumusan dan menangkap suasana kebatinan yang ada
dalam proses perumusan tersebut serta mampu menjelaskan dinamika pelaksanaan Pancasila
dalam sejarah ketatanegaraaan RI.
Pendahuluan
Pancasla tidak secara tiba-tiba ada, tetapi dikonsepsikan, dirumuskan melalui proses yang
panjang. Pancasila dirumuskan dalam sidang-sidang BPUPKI dan PPKI melalui debat dan
pergumulan panjang hingga menjadi seperti sekarang ini. Aspek sejarah perlu dipahami karena
untuk memahami Pancasila aspek sejarah ini akan membantu dalam menghayati perlunya dasar
negara bagi suatu negara yang baru merdeka. Disamping itu aspek sejarah juga akan membantu
menghayati suasana kebatinan yang hidup pada saat Pancasila dirumuskan.
1. Terbentuknya Pancasila
Pada paparan ini fokusnya adalah Pancasila dalam rangka sebagai dasar Negara bukan
Pancasila panca krama pada jaman Majapahit, dengan fokus pertanyaan: kapan Pancasila
sebagai dasar Negara lahir? Dalam pembahasan ini diawali dengan dibentuknya Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritzu Zyunbi
Tyoosakai oleh pemerintahan tentara Jepang di Jakarta pada tanggal 29 April 1945. Badan ini
terdiri dari ± 60 anggota, diketuai oleh Dr K.R.T Radjiman Widyodiningrat yang dibantu oleh
dua orang ketua muda yaitu R.P.Suroso dan Ichi Bangase Yosio. Latar belakang para anggota ini
dari tokoh-tokoh pergerakan, kaum cendekiawan nasional dari berbagai kalangan dengan
pandangan ideologis yang berbeda-beda. Perlu dipahami walaupun badan ini adalah bentukan
pemerintahan Jepang namun dalam kinerjanya untuk mempersiapkan kemerdekaan bangsa
Indonesia.
2. Tugas BPUPKI
a. Tanggal 29 Mei 1945, Muh Yamin mengemukakan pidatonya yang berjudul “Azas
dan dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia” yang meliputi Lima Dasar, yaitu:
1. Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan (Musyawarah, Perwakilan, Kebijaksanaan).
5. Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial).
b. Tanggal 31 Mei 1945, Prof Supomo (Bapak Konstitusi Indonesia) menyampaikan
pidatonya, agar Negara Indonesia merdeka itu didasarkan atas:
1. Persatuan.
2. Kekeluargaan.
3. Kepercayaan Kepada Tuhan.
4. Musyawarah dan.
5. Kerakyatan.
c. Tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno menyampaikan pidato Lima Asas atau Dasar
Negara Indonesia merdeka, yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia (Nasionalisme).
2. Peri Kemanusiaan (Internasionalisme).
3. Mufakat Atau Demokrasi.
4. Kesejahteraan Sosial.
5. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sidang akhir atau paripurna BPUPKI yang pertamasepakat membentuk Panitia Kecil
(Panitia 9) yang diketuai oleh Ir.Soekarno dengan tugas antara lain menampung atau
merumuskan semua usulan yang akan dibawa kedalam sidang sidang BPUPKI yang kedua
(10-17 Juli 1945) dan menyusun rancangan pembukaan Hukum Dasar (UUD).Panitia Kecil
(Panitia 9) pada tanggal 22 Juni 1945 mengadakan rapat dan mencapai suatu kesepakatan
menyusun naskah rancangan Hukum Dasar atau Rancangan Pembukaan UUD 1945, yang
sering disebut Piagam Jakarta Jakarta Charter yang didalamnya memuat rumusan Pancasila
sbb:
1. Ir.Soekarno
2. Drs.Mohammad Hatta
3. MR.A.A.Maramis
4. Abikusno Tjokrosujoso
5. Abdulkahar Muzakir
6. Haji Agus Salim
7. MR.Achmad Subardjo
8. K.H.A Wachid Hasjim
9. MR.Mohammad Yamin
Pada sidang BPUPKI yang kedua tanggal 10-16/17 Juli 1945Ketua BPUPKI pada sidang
tanggal14 Juli 1945 menerima Rancangan Pembukaan/Mukadimah UUD yang berasal dari
Piagam Jakarta. Adapun pada tanggal 15 Juli 1945 sidang membahas rancangan UUD dan
rancangan tersebut diterima pada tanggal 16 Juli 1945 beserta Rancangan Pembukaan UUD
yang didalamnya terdapat Rumusan usulan Dasar Negara. Sedangkan rumusan usulan Dasar
Negara yang diterima pada saat itu adalah seperti yang tercantum dalam Piagam Jakarta.
Selanjutnya oleh pemerintah Jepang pada tanggal 7 Agustus 1945 dibentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Inkai yang di ketuai oleh
Ir.Soekarno. Walaupun PPKI ini bentukan pemerintah Jepang, tetapi setelah Indonesia
merdeka lebih bersifat dan berfungsi sebagai sebagian Badan Nasional Indonesia atau
sebagai Komite Nasional yang berfungsi atau berkedudukan sangat penting, yaitu:
Pada tanggal 14-08-1945 Jepang menyerah kepada tentara sekutu (setelah Kota Hirosima
dan Nagasaki di bom oleh AS) sehingga Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan. Maka atas
desakan kaum muda Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia pada tanggal 17-08-
1945 menyatakan kemerdekaan yang disaksikan oleh PPKI. Sebelum PPKI mengesahkan
Dasar Negara terjadi pembicaraan terhadap sila 1 yang tercantum dalam Piagam Jakarta yang
berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” disempurnakan menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” hal ini terjadi secara
musyawarah ditempat kediaman Pak.Hatta 17-08-1945 sore. Pada keesokan harinya yaitu
tanggal 18-08-1945, PPKI mengadakan sidang dengan menetapkan beberapa hal penting
yaitu:
a. Menetapkan pembukaan UUD 1945 yang tercantum rumusan Dasar Negara Pancasila
pada alenia ke-4 dengan susunan sbb:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradap.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Menetapkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar NKRI, yang meliputi
pembukaan dengan 4 alenia, Batang Tubuh 37 pasal, dan 4 pasal aturan peralihan
serta 2 ayat aturan tambahan.
c. Menetapkan Ir.Soekarno sebagai presiden dan Drs.Mohammad Hatta sebagai wakil
presiden.
d. Pekerjaan presiden untuk sementara dibantu oleh sebuah komite nasional.
a. Sila I: Ketuhanan Yang Maha Esa, menjiwai dan meliputi sila II, III, IV, dan V.
b. Sila II: Kemanusian yang adil dan beradab, dijiwai dan diliputi sila I, menjiwai dan
meliputi sila III, IV, V.
c. Sila III:Persatuan Indonesia, dijiwai dan diliputi sila Idan II menjiwai dan meliputi
sila IV dan V.
d. Sila IV:Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
permusyawaratan/perwakilan, dijiwai dan diliputi sila I, II, III, dan menjiwai meliputi
sila V.
e. Sila V: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dijiwai dan diliputi sila I, II, III,
IV.
Sila 1
Sila 5 Sila 2
Sila 3
Sila 4
Pancasila yang terdiri dari lima sila itu merupakan satu kesatuan bulat dan utuh, hal ini
berarti bahwa sila-sila pancasila itu bukanlah hanya kumpulan sila-sila yang berdiri sendiri-
sendiri yang dapat dicerai beraikan atau dipisah-pisahkan tetapi merupakan suatu kesatuan
keutuhan yang sistematis. Antar sila yang satu dengan yang lain saling berhubungan, bahkan
sebagai suatu kesatuan yang majemuk tunggal (Notonagoro,1980) makna Pancasila sebagai
kesatuan yang majemuk tunggal dapat dipahami dari tiga sifat yaitu sbb:
Pancasila yang terdiri dari lima sila, antar sila yang satu dengan lainya saling
berhubungan (tidak saling bertentangan) tetapi merupakan satu kesatuan dan keutuhan, jika
ada satu sila saja terlepas dari susunan sila-sila lainya maka akan kehilangan fungsi,
kedudukan dan perananya dalam kehidupan bangsa dan Negara Indonesia, bahkan tidak
dapat disebut sebagai Pancasila. Sehubungan dengan hal ini maka kesatuan antar kelima sila
Pancasila tersebut bersifat organis.
Kesatuan lima sila- sila dalam Pancasila adalah kesatuan yang urut-urutan kelima sila
merupakan suatu rangkaian bertingkat dalam hal luas dan isinya, sehingga setiap sila yang
berada pada urutan dibelakang sila lainnya keluasnya lebih sempit tetapi isinya lebih banyak.
Hubungan antar sila dalam Pancasila itu saling mengikat menjadi satu keutuhan dan kesatuan
yang bulat dalam susunan kesatuan yang hirarkhis dalam bentuk piramidal, sila yang kesatu
(Ketuhanan Yang Maha Esa) kandungan isinya dibandingkan sila I, II, III, IV, V adalah
paling luas karena sila kesatu sebagai basis (dasar) dari keempat sila lainya, dapat dipahami
dari hubungan susunan sila-sila Pancasila dan diagram di bawah ini (Sri Suhartati Astoto,
2001).
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah mendasari, meliputi dan menjiwai sila-
sila. Kemanusaian yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Sila kemanusian yang adil dan beradab, adalah didasari, diliputi dan dijiwai oleh
sila ketuhanan Yang Maha Esa, mendasari, meliputi dan menjiwai sila-sila
persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. Sila Persatuan Indonesia, adalah didasari, dijiwai, diliputi sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusaian yang adil dan beradab dan mendasari, meliputi dan
menjiwai sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
d. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, adalah didasari, diliputi dan dijiwai oleh sila-sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusaian yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia serta mendasari meliputi dan menjiwai keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
e. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah didasari, diliputi dan
dijiwai Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusaian yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia ,kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
Diagram Pancasila
(1) 2, 3, 4, 5
1 (2) 3,4,5
2, 1 (3) 4,5
3, 2, 1 (4) 5
4, 3, 2,1 (5)
Penjelasan:
Sila 2, diliputi, didasari dan dijiwai sial 1, serta mendasari dan menjiwai sila-sila 3,4, dan 5.
Sila 3, diliputi, dijiwai sila 1 dan 2 serta meliputi, mendasari dan menjiwai sila-sila 4 dan 5.
Sila 4, diliputi, didasari dan dijiwai sila 1, 2, 3 serta meliputi, mendasari dan menjiwai sila ke
5.
Jadi dapat dipahami bahwa hasil sidang PPKI tanggal 18-08-1945 menetapkan: (1) Dasar
Negara Pancasila yang rumusanya terdapat dalam Pembukaaan UUD 1945, (2) Memilih dan
menetapkan Presiden dan Wakil Presiden yang berarti sebagai dasar lahirnya pemerintahan
NKRI, (3) Membentuk suatu Komite Nasional yang membantu Presiden selama MPR dan
DPR belum terbentuk.
Sebenarnya terdapat berbagai usulan rumusan Dasar Negara sejak 29 Mei 1945 – 22 Juni
1945 tetapi semua itu adalah rangkaian proses historis yang puncaknya adalah pada
penetapan sidang PPKI tanggal 18-08-1945. Sesuai intruksi presiden No.12 tahun 1968
menegaskan bahwa rumusan pancasila sebagai dasar Negara yang sah seperti yang tercantum
dalam alenia ke-4 pembukaan UUD 1945. Hal ini dipertegas juga tentang kedudukan
Pancasila sebagai dasar Negara dalam Tap X VIII MPR 1998.
Pelaksanaan atau implementasi Pancasila sebagai dasar Negara sejak secara definitif
ditetapkan oleh sidang PPKI tanggal 18-08-1945 sampai saat ini ternyata menghadapi
berbagai kendala atau tantangan baik dari ideologi-ideologi atau paham-paham lainya
disamping terjadi berbagai macam penyimpangan dalam perwujudannya yang mengalami
pasang-surut. Terhadap pelaksanaan Pancasila dapat dipahami dari waktu ke waktu dalam
sejarah ketatanegaraan R1 yang akan disarikan dari buku, mengkaji ulang Dasar Negara
Pancasila oleh (Bambang Sulasmono dkk,2002) dan untuk memiliki pemahaman secara lebih
mendalam silahkan baca materi tersebut pada halaman 28-48.
Pada waktu NRIS berlakulah konstitusi RIS sehingga bentuk Negara kesatuan berubah
menjadi Negara Serikat. Dalam alenia ketiga mukadimah konstitusi RIS, dinyatakan sbb:
“Maka demi ini kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam suatu piagam Negara
yang berbentuk Republik Federasi, berdasarkan pengetahuan Ketuhanan Yang Maha
Esa, peri kemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan sosial”
Berdasarkan kutipan diatas ternyata NRIS juga mendasarkan kepada lima dasar
Negara yang mirip dengan Pancasila (dalam pembukaan alinea ke-4 UUD 1945) walaupun
rumusannya sedikit berbeda:
Perlu kita ketahui bahwa pada waktu digunakan konstitusi RIS, Negara Republik Indonesia
sebagi Negara bagian tetap mendasarkan pada Pancasila dalam UUD 1945, seperti yang
tercantum dalam alinea ke-4 pembukaan UUD 1945 sbb:
Usia Negara RIS hanya sekitar 8 bulan dan atas proses politik yang terjadi bangsa
Indonesia sepakat kembali seperti semula yaitu dalam bentuk Negara kesatuan karena bentuk
Negara federasi/serikat ternyata tidak cocok.Walaupun demikian sistim ketatanegaraan yang
digunakan tidak menggunakan UUD 1945 ataupun konstitusi RIS 1949, tetapi menggunakan
UUDS 1950. Dalam mukadimah alenia ke-4 UUDS 1950, termuat juga Dasar Negara tetapi
dengan susunan sbb:
“maka demi ini kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam suatu piagam Negara
yang berbentuk republik kesatuan, berdasarkan pengakuan ketuhanan Yang Maha
Esa, peri-kemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan sosial…”.
Pada tahun 1955 bangsa Indonesia melaksanakan pemilu yang pertama kali dengan
menghasilkan suatu lembaga pembentuk UUD yang disebut Konstituante. Badan ini ditugasi
untuk menyusun UUD yang baru, karena UUD 1950 bersifat sementara. Partai pemenang
pemilu 1955 yaitu: PNI, Masyumi, NU dan PKI. Anggota Konstituante berjumlah 514 orang
yang terdiri dari 3 kelompok yaitu: (1)Kelompok Pancasila (274 Orang),(2)Kelompok Islam
(230 orang), dan Kelompok Sosial Ekonomi (10 orang). Perlu diketahui bahwa dalam rangka
menyusun UUD yang baru ketiga kelompok ini memperjuangkan Dasar Negara menurut
pandangannya masing-masing. Kelompok Pancasila (Kebangsaan/Nasionalisme)
menghendaki dalam UUD yang baru tersebut yang menjadi dasar negaranya adalah
Pancasila. Kelompok Islam menghendaki Islam yang menjadi dasar negaranya. sedangkan
kelompok sosial ekonomi menghendaki demokrasi dan ekonomi sosialis yang menjadi Dasar
Negaranya. Sebenarnya Presiden Soekarno menawarkan kepada Sidang Konstituante untuk
kembali menggunakan UUD 1945, namun tidak terjadi kesepakatan sehingga dilakukan
pemungutan suara yang dilaksanakan selama tiga kali sbb:
a. Tanggal 30-05-1959, dilakukan pemungutan suara terhadap 474 anggota yang hadir,
hasilnya 269 orang setuju kembali ke UUD 1945 dengan dasar Negara Pancasila
(rumusanya seperti dalam alenia ke-4 Pembukaan UUD 1945) sedangkan yang 199
orang tidak setuju.
b. Tanggal 1 Juni 1959, yang hadir 468 orang dengan hasil voting 264 orang setuju
kembali ke UUD 1945 sedangkan 204 orang tidak setuju.
c. Tanggal 2 Juni 1959, anggota yang hadir 468 orang, adapun hasil voting 262 orang
setuju kembali ke UUD 1945, sedangkan yang 203 orang tidak setuju.
a. Pembubaran Konstituante.
b. Pencabutan UUDS 1950.
c. Pemberlakuan kembali UUD 1945, dan Pancasila yang rumusannya tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 berarti otomatis berlaku kembali.
4. Periode UUD 1945 II (5-07-1959-11-03-1966)
Ketentuan ini yang mengatakan bahwa salah satu tujuan pendidikan melahirkan
warga Negara sosialis adalah jelas bertentangan dengan Pancasila sebagai Dasar Negara
ataupun sebagai ideologi Negara Indonesia, sehubungan itu maka pada saat itu MPRS dalam
SU ke IV mengeluarkan Tap.No:XIX/MPRS/1966 tentang peninjauan kembali produk-
produk legislatif-eksekutif diluar produk MPRS yang tidak sesuai lagi dengan UUD 1945.
Dalam pasal 1 Tap.No:XIX/MPRS/1966 yang ditegaskan bahwa “semua penetapan presiden
dan peraturan-peraturan presiden yang dikeluarkan sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ditinjau
kembali.
Peninjauan kembali terhadap penetapan Presiden No.19 Tahun 1965 ini dilakukan
oleh pemerintah bersama-sama DPR-GR. Setelah itu lahirlah UU No. 5 tahun 1969 dalam
bidang pendidikan (sebagai jawaban atas Tap MPRS No.XIX/MPRS/1966). Yang
menegaskan bahwa:
Dibawah ini akan dikemukakan beberapa upaya untuk mewujudkan tekad ORBA
tersebut. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno terdapat upacara kenegaraan yang
berhubungan dengan Pancasila yaitu upacara peringatan hari lahirnya Pancasila yang secara
rutin dilakukan setiap tanggal 1 Juni setiap tahunnya. Namun oleh Presiden Soeharto
peringatan hari lahirnya Pancasila pada 1 Juni secara formal kenegaraan tidak dilakukan lagi,
tetapi upacara kenegaraan yang berkaitan dengan Pancasila dipilih 1 Oktober yang dikenal
sebagai hari Kesaktian Pancasila untuk mengenang keberhasilan bangsa Indonesia (dalam hal
ini dibawah Komando Jenderal Soeharto) menumpas pemberontakan G.30.S/PKI th 1965
yang berarti mematahkan perjuangan PKI untuk mengganti Dasar Negara atau Idiologi
Negara Pancasila dengan idiologi komunisme dan kembali menegakkan Pancasila.
Upaya untuk memperkuat kedudukan Pancasila secara yuridis formal saat itu melalui
ketepatan MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Sumber Tertib Hukum RI Dan Tata Urutan
Peraturan Perundangan RI, yang saat ini telah diperbaharui dengan Tap MPR No:
III/MPR/tahun 2000 dan dalam pasal 1 (3) ditetapkan bahwa sumber Hukum Dasar Nasional
adalah Pancasila sebagaimana yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945.
Upaya berikut ini untuk melaksanakan Pancasila pada masa ORBA yaitu dengan
dikeluarkannya ketetapan MPR No: II/MPR/1978 tentang P4 (Pedoman, Penghayatan, Dan
Pengalaman Pancasila). Untuk menindak lanjuti ketetapan MPR tersebut, pemerintah
melaksanakan penataran P4 mulai dari para pejabat tinggi sampai mahasiswa dan masyarakat
di pedesaan.Langkah selanjutnya upaya pelaksanaan Pancasila dalam bidang politik yaitu
dengan dikeluarkannya ketetapan MPR No: IV tahun 1983 dan UU No.3 tahun 1985 yang
menjadikan Pancasila sebagai satu-satu asas kehidupan berbangsa dan bernegara(Asas
Tunggal).
Krisis yang melanda bangsa Indonesia hingga saat ini yang meliputi berbagai dimensi
kehidupan adalah dampak dari ORBA yang gagal melaksanakan tekadnya melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, karena justru penyimpangan yang
masih terjadi dalam berbagai kehidupan yang dapat membawa NKRI di ambang bahaya
kehancuran.
Pemerintahan presiden B.J. Habibie hanya melanjutkan sisa masa jabatan Presiden
Soeharto. MPR hasil pemilu Juni 1999 memilih dan mengangkat Gus Dur menjadi presiden
dan beliaulah yang membuka wacana demokrasi di Indonesia, sehingga rakyat Indonesia
memiliki kebebasan untuk menyampaikan pendapat, kritik kepada para penguasa di
pemerintahan. Saat itu sebagai usaha untuk melaksanakan Pancasila secara konsisten
berpijak pada ketetapan MPR No: IV tahun 1999, yang menegaskan bahwa: “Pengamalan
Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara…”.
Era pemerintahan presiden Gus Dur ternyata tidak bertahan lama (19-10-1999-23-7-
2001) hanya sekitar dua tahun, namun telah berhasil menanamkan tonggak demokrasi yang
semestinya di NKRI. Rupa-rupanya dengan kinerja presiden Gus Dur, MPR saat itu tidak
merasa nyaman. MPR mengadakan sidang istimewa untuk memberhentikan Gus Dur dari
jabatan presiden dan memilih serta mengangkat Megawati sebagai presiden RI (23-7-2001-
20-10-2004). Presiden Megawati melanjutkan cita-cita pemerintahan demokratis yang sudah
dipelopori oleh presiden B.J Habibie dan Presiden Gus Dur, sehingga pada tahun 2004
digelar PilPres (pilihan presiden) secara langsung oleh rakyat Indonesia untuk yang pertama
kali. Ternyata PilPres 2004 itu dimenangkan oleh SBY (Susilo Bambang Yudoyono).
Penutup
Ditinjau dari sisi historisnya menunjukkan bahwa Pancasila berada dalam dua tahap yaitu
pertama tahap dimana Pancasila dirumuskan, dan kedua tahap keberadaan Pancasila di dalam
sejarah ketatanegaraan RI. Pada tahap pertama Pancasila mengalami proses pergumulan,
perdebatan, perumusan yang akhirnya sampai pada kesepakatan sebagaimana terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945, sedangkan dalam tahap dinamika ketatanegaraan pancasila
menghadapi situasi politik internal yang tidak stabil. Namun satu hal yang pasti ialah bahwa
sampai saat ini (era reformasi) Pancasila masih eksis sebagai dasar Negara Kesatuan republik
Indonesia.
Daftar Pustaka
Suyitno, Amin dan Gultom RM, tanpa tahun.Memahami Pancasila dan P4.Salatiga:UKSW.
Kusuwanjoyo, Arqom dkk.2010.Urgensi Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi dan
model-model Pembelajaran Pancasila Tim Pengkajian MK Pendidikan Pancasila di
PT.Jakarta:Dijen Dikti Depdiknas.