Anda di halaman 1dari 16

PROSES PERUMUSAN DAN PENGESAHAN

PANCASILA DASAR NEGARA REPUBLIK

INDONESIA

MAKALAH
Dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu : Dra. Renggani, M.si

Rombel E
Disusun oleh :
1. Cindy Sagitarida Taruni (1401417212)
2. Audiya Lismayudhan (1401417217)
3. Irma Nur Khasanah (1401417233)
4. Novia Puji Rahayu (1401417253)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Merupakan suatu fakta bahwa sebelum tanggal 1 Juni 1945 yang
disebut sebagai tanggal “lahirnya” Pancasila Ir.Soekarno yang diakui sebagai
tokoh nasinoal yang menggali pancasila tidak pernah berbicara atau menulis
tentang Pancasila,baik sebagai pandangan hidup maupun sebagai dasar negara.
Dalam pidato yang beliau sampaikan tanpa konsep pada tanggal tersebut, yang
mendapat applause dari para anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), beliau menjelaskan bahwa gagasan tentang
Pancasila tersebut terbersit bagaikan ilham setelah mengadakan renungan pada
malam sebelumnya.Renungan itu beliau lakukan untuk mencari jawaban
terhadap pertanyaan Dr Radjiman Wedyodiningrat,ketua BPUPKI, tentang apa
dasar negara indonesia yang akan dibentuk.Lima dasar atau sila yang beliau
ajukan itu dinamakan sebagai filosofische grondslag.
Nilai-nilai essensial yang terkandung dalam pancasila yaitu : Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan, dalam kenyataannya secara
objektif telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum
mendirikan Negara.Proses terbentuknya Negara dan bangsa Indonesia melalui
suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu kemudian
timbulnya kerajaan-kerajaan pada abad ke IV, ke V kemudian dasar-dasar
kebangsaan indonesia telah mulai nampak pada abad ke VII, yaitu ketika
timbulnya kerajaan Sriwijaya di bawah Syailendra di Palembang, kemudian
kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya.
Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern dirintis oleh para
pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh
pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicentuskan pada
sumpah pemuda pada tahun 1928.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana makna dan hakikat Pancasila sebagai dasar negara ?
2. Bagaimana kronologi perumusan dan pengesahan Pembukaan UUD
1945 ?
3. Bagaimana kronologi perumusan dan pengesahan Pancasila ?
4. Bagaimana kronologi perumusan dan pengesahan UUD 1945 ?
5. Bagaimana perkembangan Pancasila sebagai dasar negara ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui makna dan hakikat Pancasila sebagai dasar negara
2. Untuk mengetahui kronologi perumusan dan pengesahan Pembukaan
UUD 1945
3. Untuk mengetahui kronologi perumusan dan pengesahan Pancasila
4. Untuk mengetahui kronologi perumusan dan pengesahan UUD 1945
5. Untuk mengetahui perkembangan Pancasila sebagai dasar negara
BAB II

PEMBAHASAN

A. PANCASILA DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Memahami peranan Pancasia di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai


Dasar Negara dan Ideologi nasional. Berkenaan dengan itu, kajian melalui
melalui pendekatan kontektual akan sangat beguna bagi pemahaman Pancasila
sebagai dasar Negara, yang sekaligus akan menempatkan Pancasila pada posisi
yang sebenarny, sehingga tetap akan menjiwai perjungan bangsa Indonesia di
masa mendatang khususnya di era Reformasi. (Pendidikan Pancasila 2016: 58).

Pancasila di era reformasi sebagai dasar Negara dan ideology nasional merupakan
tuntutan hakiki agar setiap warga Negara Indonesia memilki pemahaman yang
sama, dan akhirnya memilki persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan,
peran dan fungsi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Pancasila lahir pada tanggal 1 juni 1945. Sebagai dasar falsafat Negara
republic kesatuan kesatuan Indonesia, atau lebih dikenal sebagai dasar Negara.
Lahirnya pancasila diketahui pada saat Soekarno diminta oleh ketua Dukuritsu
Zyunbiy Toosakai untuk berbicara di depan siding badan penyelidik usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia pada tanggal tersebut. Beliau menegaskan dasar
Indonesia merdeka sesuai dengan permintaan ketua. Pidato yang kedua Soekarno
menyatakan bahwa dasar Negara merupakan dasar berdirinya Negara Indonesia
dan juga menyatakan filosofich principle. Yang kedua adalah internasionalisme,
pengertian internasionalisme tersebut dinyatakan bahwa internasionalisme
bukanlah berarti kosmopolitisme, yang menolak adanya kebangsaan, bahkan
beliau menegaskan “Internasionalisme tidak dapat tumbuh subur kalau tidak
berakar didalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur
kalau tidak dapat hidup dalam tanah sarinya internasionalisme”. Prinsip dasar
yang ketiga Soekarno menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara
“semua buwat semua, satu buwat semua, semua buwat satu dan syarat yang kuat
untuk berdirinya Negara Indonesia adalah permusyawaratan perwakilan.” Prinsip
dasar yang keempat Soekarno mengusulkan kesejahteraan ialah prinsip tidak ada
kemiskinan di dalam Indonesia merdeka. Prinsip dasar kelima adalah prinsip
Indonesia merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa. Prinsip-
prinsip dasar yang dijelaskan Soekarno tersebut merupakan dasar Negara yang
namanya bukan Pancadasar tetapi namanya dikasih oleh seorang temannya yang
ahli bahasa namanya ialah PANCA SILA. Silaartinya asas atau dasar, dan diatas
kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia yang kekal dan abadi.

B. Kronologi Perumusan dan Pengesahan Pembukaan UUD 1945 (Pancasila)


dan UUD 1945

a. Proses Perumusan dan Pengesahan Pancasila Dasar Negara

Proses Perumusan dan Pengesahan Pancasila Dasar Negara tidak dapat


dipisahkan dengan proses perumusan dan pengesahan Pembukaan UUD 1945,
sebab disamping diciptakannya untuk mwnyongsong lahirnya Negara Indonesia
yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Pembukaam UUD 1945
dan Pancasila merupakan salah satu kesatuan yang fundamental. Oleh karena itu
kedua keduanya mempunyai hubungan asasi. Serajah Perumusan dan pengesahan
Pembukaan UUD 1945 dan Pamcasila Dasar Negara secara kronologis sebagai
berikut: (Sekretariat Negara RI, 1995:3-503).

1. Tanggal 7 September 1944

Proses perumusan Pembukaan UUD 1945 dimulai sejak Jepang masih menguasai
tanah air Indonesia, yaitu didalam sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan yang selanjutnya disebut Badan Penyelidik.
Pembentukan Badan Penyidik

2. Tanggal 29 April 1945

Sebagai realisasi janji politik, pada tanggal 29 April 1945 oleh Gunseikan
(Kepala Pemerintah Balatentara Jepang di Jawa) dibentuk suatu badan yang
diberikan nama Dokoritzu Zyumbi Coosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha
Pesiapan Kemerdekaan (BPUPK).

3. Tanggal 28 Mei 1945

BPUPK dilantik oleh Gunseikan dengan susunan sebagai berikut:

Ketua : Dr. Rasjiman Widjodiningrat

Ketua Muda : Raden Panji Soeroso

Ketua Muda : Ichibangase (anggota luar biasa orang Jepang ).

Anggota : 60 orang, tidak termasuk Ketua dan Kerua Muda.

4. Tanggal 29 Mei s.d. 01 Juni 1945

BPUPK mengadakan dua masa sidang, yaitu : Masa Sidang I: tanggal 29 Mei s.d.
01 Juni 1945 dan Masa Sidang II: tanggal 10 s.d. 16 Juli 1945. Dalam sidang I
BPUPK membicarakan atau mempersiapkan “Rancangan Dasar Negara
Indonesia Merdeka”. Pada kesempatan ini telah tampil/ berpidato tokoh tokoh
bangsa Indonesia untuk mengajukan konsep dasar Negara.

5. Tanggal 1 Juni 1945

Ir. Soekarno berpidato dan mengajukan usul tentang Konsepsi Dasar Filsafat
Negara Indonesia Merdeka, yang dibeni nama Pancasila dengan urutan sebagai
berikut: Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia ,Internasionalisme atau
Perikemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, Ketuhanan
yang berkebudayaan. Pada tanggal 1 Juni 1945, sidang BPUPK I diakhiri dan
dibentuk Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang anggota (Panitia Delapan),
yang diketuai oleh Ir. Soekarno.

6. Tanggal 10 s.d. 16 Juli 1945

Pada tanggal 10 s.d. 16 Juli 1945 diadakan sidang BPUPK yang kedua dengan
cara untuk “mempersiapkan Rancangan Hukum Dasar”, di Jl. Pajaboan Jakarta.
Kemudian Ir. Soekarno selaku Ketua Panitia Kecil (Panitia Delapan) yang
dibentuk pada masa sidang pertama melaporkan hasil pekerjaannya.

 Ada 40 anggota telah memasukan usul yang terdiri dari 32 macam atau 9
kelompok usul.
 Pada tanggal 22 Juni 1945 telah diadakan rapat gabungan diputuskan
untuk membentuk Panitia Kecil (Panitia Sembilan).
 Panitia Sembilan telah berhasil menyusun konsep Rancangan Preambule
Hukum Dasar (Piagam Jakarta). Panitia Kecil ini juga telah mengajukan
usul-usul khusus.

Keputusan: Sidang mengajukan agar Panitia Delapan meneruskan tugasnya


menyusun Rancangan Hukum Dasar.

b. Tanggal 11 Juli 1945, jam 10.50, setelah sidang mendengarkan pandangan 20


orang anggota maka dibentuklah Panitia Perancang Hukum Dasar, yang terdiri
dari 3 Panitia Kecil ialah sebagai berikut:

1. Panita Perancang Hukum Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno (merangkap
anggota) dengan anggota sebagai berikut: R Otto Iskabdardinata, RPH Perbaja,
H. Agus Salim, Mr. Achmad Subardjo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, Ny. Maria
Ulfah

Satoso, KH. Wachid Hasyim, Parada Harahab, Mr. A.A Maramis, Mr. J.
Latuharhary, Mr. Susanto Tirtoprojo, Mr. Sartono, Mr. Wongsonegoro,
KRTH. Woerjaningrat, Mr. RP. Singgih, Mr. Tan Ing Hoa, Prof. Dr. Husein
Dj, Dr. Soekiman W.

2. Panitia Perancang Ekonomi dan keuangan yang terdiri 24 anggota, diketuai


oleh Drs. Moh. Hatta merangkap anggota.

3. Panitia Perancang Pembela Tanah Air yang diketuai oleh Abikoesno


Tjosoejoso

c. Tanggal 13 Juli 1945


Dalam sidangnya, Panitia Kecil Perancang Hukum Dasar berhasil

menghimpun usulan yang penting, yaitu:

1. Kedaulatan dilakukan oleh Badan Permusyawaratan Rakyat yang bersidang


sekali dalam 5 tahun dan badan ini sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.

2. Tugas sehari hari dilaksanakan oleh Presiden, yang dibantu oleh wakil
Presiden, Menteri menteri yang bertanggung jawab kepadanya dan oleh
Dewan Pertimbangan Agung.

3. Dalam membentuk Undang-Undang, Presiden harus mufakat dengan


Dewan Perwakilan Rakyat.

4. Rancangan Hukum Dasar terdiri dari 15 bab, 42 pasal termasuk 5 pasal


aturan Peralihan dan satu pasal Aturan Tambahan

5. Untuk memperbaiki Hukum Dasar tersebut dibentuklan Panitia

Penghalus bahasa yang terdiri dari Djajaningrat, Agus Salim, dan Mr.
Soepomo

d. Tanggal 14 Juli 1945Pada Jam 15.00 s.d. 18.00 sidang mendengarkan “Laporan
hasil kerja Panitia Perancang Hukum Dasar

e. Tanggal 15 dan 16 Juli 1945 Pada jam 10.20 sidang dimulai dengan acara
pokok membicarakan Rancangan Hukum Dasar.

f. Tanggal 16 Juli 1945 sidang menyetujui dan menerima Rancangan Hukum


Dasar yang diajukan oleh Panitia Perancang Hukum Dasar

7. Tangga l 9 Agusts 1945

Setelah PPKI dibentuk pada tanggal 9 Agustus 1945, maka dalam tempo yang
sangat cepat Jepang telah menyerah kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.
PPKI merupakan Badan Bentukan Pemerintah Balatentara Jepang tetapi bukan
alat Pemrintahan Jepang, sebab:
a. PPKI bekerja sesudah Jepang tidak berkuasa lagi

b. PPKI bekerjasama atas dasar keyakinan, pemikiran dan caranya sendiri untuk
mencapai Indonesia Merdeka

c. PPKI merupakan suatu badan perwakilan rakyat Indonesia.

8. Tanggal 17 Agustus 1945

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 10. Tanggal 18 Agustus 1945 Pada jam 10.30,
sidang pleno PPKI dimula dengan acara pokok untuk membahas naskah
Rancangan Hukum Dasar dan pengesahan UndangUndang Dasar atas
kemerdekaan yang diucapkan dalam proklamasi sehari sebelumnya.

C. Penetapan dan pengesahan UUD 1945/Pancasila sebagai Dasar Negara


Republik Indonesia

a. Pelaksanaan Proklamasi

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia setelah saat membuat rumusan teks


Proklamasi dalam sidangnya pada tanggal 16 Agustus 1945 (jam 12 malam),
yang dihadiri pula oleh para pemimpin pemimpin pemuda dan beberapa orang
pemimpin pergerakan dan anggota anggotan Tjuo Sangin yang ada di Jakarta,
yang berjumlah sekitar 40 atau 50 orang terkemuka, maka jam 03.00 (dini hari),
sebelum sidang ditutup oleh ketua, Bung Karno memperingatkan, bahwa hari itu
juga tanggal 17 Agustus 1945 jam 10 pagi, Proklamasi Kemerdekaan itu akan
dibacakan di muka rakyat di halaman umahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56
Jakara oleh Bung Karno. (Romadi. 2014: 23)

b. Penetapan/pengesahan Undang-Undang Dasar 1945

Seperti telah dikemukakan dalam angka 7, untuk menyempurnakan Negara yang


kemerdekaannya telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, maka
pada tanggal 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
bersidang dan berhasil menetapkan dan mengesahkan Rancangan Undang-
Undang Dasar, hasil karya Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia, dengan beberapa perubhan dan tambahan serta pula
berhasil memillih Presiden dan Wakil Presiden, maing-masing Ir. Soekarno dan
Drs. Muhammad Hatta. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang
bersidang pada tanggal 18 Agustus 1945 ini, walaupun sebagian terbesar
anggota-anggotanya adalah melanjutkan anggota-anggota yang dahulu diangkat
oleh Pemerintah Jepang, tetapi tidak berarti bahwa Panitia ini bersidang atas
kekuatan Pemerintah Jepang. Sidang pada tanggal 18 Agustus 1945 adalah
diadakan diatas tanggung jawab Bangsa Indonesia sendiri. Hal ini terbukti bahwa
jumlah anggota yang semula jumlahnya 21 orang anggota atas tanggung jawab
sendiri berjumlah 27 orang anggota. Ketua dan Wakil Ketua tetap Ir. Soekarno
dan Drs. Muhammad Hatta. (Joeniarto 2001: 27).

Dalam sidang inilah berhasil ditetapkan dan disahkan Rancangan Undangundang


Dasar tersebut di atas menjadi Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan beberapa perubahan dan tambahan. Semua pembicaraan-
pembicaraan, naskah-naskah dan putusan-putusan yang mengenai Undang-
Undang Dasar dan Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia, merupakan bahan yang sangat berharga
dalam penafsiran serta penyelidikan Undang-Undang Dasar 1945. Bahkan lebih
daripada itu telah dihasilkan sebuah piagam penting yang dikenal dengan
“Piagam Jakarta”, tanggal 22 Juni 1945, seperti nanti setelah kita kembali ke
Undang-Undang Dasar 1945, oleh Dekrit 5 Juli 1959 sendiri diakui di dalam
bagian konsideransnya, bahwa Piagam ini adalah menjawa serta merupakan suatu
rangkaian kesatuan dengan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian di
atas bahwa perencanaan terjadi sebelum Proklamasi Kemerdekaan, sedangkan
Penetapan dan pengesahannya terjadi sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.

a. Undang-undang Dasar 1945

1. Undang-undang Dasar 1945 isinya adalah merupakan usaha dan tambahan


Rancangan Undang-Undang Dasar hasil karya Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Apabila anda ingin mengetahui tentang Perubahan dan
tambahan Prof. Mr. H. Muhammad Yamin di dalam bukunya antara lain
mengemukakan sebagai berikut: Dalam mengesahkan Rancangan UUD Republik
Indonesia, rapat Panitia mengambil rancangan UUD sebagai pola konstitusi yang
dirumuskan oleh Panitia Perancang dalam rapatnya pada tanggal 16 Juli 1945
dengan menetapkan beberapa peerubahan dan tambahan yang dianggap perlu
oleh rapat Panitia pada tanggal 18 Agustus 1945.

b. Undang Undang Dasar terdiri dari tiga bagian

Undang-undang Dasar 1945 terdiri dari tiga bagian yaitu Bagian Pembukaan,
Bagian Batang Tubuh Undang Undang Dasar dan Bagian Penutup.

D. Perkembangan Pancasila sebagai Dasar Negara

a. Generasi Soekarno-Hatta telah mampu menunjukan kekuasaannya dan


kedalama wawasannya, dan dengan ketajaman intelektualnya telah berhasil
merumuskan gagasan gagasan vital sebagaimana dicantumkan didalam
pembukaan UUD 1945, dimana Pancasila sebagai dasar Negara ditegaskan dalan
satu kesatuan integral dan integratif (Koento Wibisono, 2001:2). Oleh Karena itu
Profesor Notonegoro menyatakan bahwa Pembukaan UndangUndang Dasar 1945
merupakan sebuah dokumen kemanusiaan yang terbesar dalam sejarah
konmporer setelah American Declaration of Independence 1776. Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 nyaris sempurna, dengan nilai-nilai luhur yang
bersifat universal, oleh karenanya Pancasila merupakan dasa yang kekal dan
abadi bagi kehidupan bangsa Indonesia (Notonagoro, tt). Semenjak ditetapkannya
Dasar Negara (oleh PPKI 18 Agustus 1945), Pancasila telah mengalami
perkembangan sesuai dengan pasang naiknya sejarah bangsa Indonesia. Koento
Wibisono (2001) memberikan tahapan perkembangan Pancasila sebagai Dasar
Negara dalam tiga tahap yaitu: (1) tahap 1945-1968 sebagai tahap politis, (2)
tahap 1969-2020 sebagai tahap repositioning Pancasila. Penahapan ini memang
tampak berbeda lazimnya para pakar hukum ketatanegaraan melakukan
penahapan perkembangan Pancasila

Dasar Negara yaitu: (1) 1945-1949 masa Undang Undang Dasar 1945 yang
pertama; 1949-1950 masa Konstitusi RIS; (3) 1950-1959 masa UUDS 1945; (4)
1959-1965 masa Orde Lama; (5) 1966-1998 masa Orde baru; dan (6) 1998-
sekarang masa Reformasi (Soegito A.T., 2001). Hal ini patut dipahami, karena
adanya perbedaan pedekatan, yaitu segi politik dan segi hukum.

b. Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila

Perbedaan pendekatan dari segi hukum dan segi politik, ini adalah perkembangan
Pancasila dari masa berlakunya UUD 1945 yang pertama, Konstitusi RIS, UUDS
1950, Dekrit Presiden Soekarno Tanggal 5 Juli 1959, sebagai berikut:

1. Perkembangan tentang Pancasila dalam masa berlakunya UUD 1945 yang


pertama

a. Pancasila menjadi Dasar Negara

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia dinyatakan merdeka dengan


adanya Proklamasi Kemerdekaan. Pada tanggal 18 Agustus 1945 Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengesahkan Pembukaan dan Batang Tubuh
UUD 1945. Ditinjau dari sejarah pemikiran mengenai Pancasila, ada terjadi
perubahan yang sifatnya fundamental. Usul-usul yang mencerminkan pemikiran
Ideologi Islam, baik di dalam Pembukaan maupun di dalam Batang Tubuh
Undang Undang Dasar dihapuskan. Hatta, yang berada dalam sidang tersebut
mengadakan perubahan perubahan itu menjelaskan bahwa hal itu dilakukan
karena adanya informasi dari seorang opsir Kaigun yang mengatakan bahwa
apabila hal tersebut tidak diubah, maka golongan Kristen di bagian lain dari
Indonesia tidak menerimanya. Hatta juga mengatakan bahwa perubahan itu maha
penting, sebab dengan demikian maka persatuan bangsa terjadi.( A.M.W
Pranarka: 284-285)

b. Status Pancasila
Dengan disahkannya Pembukaan Undang Undang Dasar 1945, maka
Pancasila, dalam arti lima dasar Negara. Termuat di Alinea keempat

Pembukaan Undang Undang Dasar 1945. (Pranarka. A.M.W. : BAB III HAL
284-285)

2. Perkembangan Pemikiran Tentang Pancasila Selama Masa Berlakunya UUDS


1950

a. Negara Kesatuan Republik Indonesia

Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dirasakan sebagai


kemenangan Ideologi Kebangsaan. Perististiwa itu menjadi pembakuan
interprestasi bahwa Pancasila sebagai Ideologi Kebangsaan, tidak kompatibel
dengan federalisme. Sila kebangsaan diartikan secara kategoris sebagai persatuan
Indonesia.

b. Status Pancasila

Pemikiran tentang lima dasar Negara ada terdapat di dalam Mukadimah UUDS
1950. Pendapa bahwa lima dasar Negara itu adalah Pancasila dalam periode ini
sujah menjadi semakin berkembang. Adanya Konstinuitas antara Negara
Proklamasi 17 Agustus 1945, Republik Indonesia Serikat dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia ini disebutkan pula di dalam Konsiderans Undang-Undang No.
7 Tahun 1950 yang memuat Undang-Undang Dasar Sementara 1950 tersebut.

3. Status Pancasila sebagai dasar Negara dan ideologi Nasional

Status Pancasila sebagai dasar Negara dan ideologi Nasional mengalami


perkembangan selama periode ini. Hal ini tampak antara lain dengan diterimanya
lambing Garuda Pancasila sebagai lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kedudukan Pancasila sebagai Ideologi nasional tersebut tampak pula dari rumus
“Sumpah Prajurit “ yang dikenal dengan nama Saptamarga. Di samping itu
berbagai Partai Politik, yang mendasarkan aspirasinya pada Ideologi Kebangsaan,
secara jelas meyebutkan Pancasila sebagai dasarnya. (A.M.W Pranarka : 292-
293)

4. . Perkembangan Pada Pemikiran Tentang Pancasila Selama Periode


Berlakunya Konstitusi RIS

a. Dasar Negara di dalam Mukadimah Konstusi Republik Indonesia


SerikatWalaupun dalam rumusan yang berbeda, Pembukaan Konstitusi RIS yang
merupakan piagam persetujuan untuk mendirikan Negara Republik Indonesia
Serikat, berikut pernyataannya: “Maka demi ini kami menyusun kemerdekaan
kami itu dalam suatu Piagam Negara jang berbentuk republik-federasi,
berdasarkan pengakuan ke-Tuhanan Jang Maha Esa, peri-kemansiaan,
Kebangsaan, Kerakjatan dan Keadilan sosial”. (A.M.W Pranarka : 298)

b. Satatus Pancasila

Status Pancasila sebagai Ideologi Kebangsaan, dasar Negara dan sumber hukum
tetap bertahan di dalam periode ini. Pancasila sebagai konsep tetap menjadi dasar
negra dan tercantum di dalam konstitusi. Dasar Negara itu tetap mencerminkan
Ideologi Kebangsaan. Nama Pancasila tidak terdapat di dalam Pembukaan
maupun di dalam bagian lain dari Konstitusi tersebut.

4. Perkembangan Pemikiran Tetang Pancasila Sejak Dekrit Presiden

Soekarno Tanggal 5 Juli 1959 Periode ini dibagi menjadi dua: pertama, periode
Demokrasi Terpimpin; Kedua, periode Orde Baru.

a. Periode Dekrit Presiden Soekarno Tanggal 5 Juli 1959.

Menghadapi krisis dan kemacetan yang terjadi di dalam Majelis Konstituante,


dengan mendapat dukungan dari sebagian partai partai politik, kaum intelektual
dan Angkatam Darat, pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden soekarno mengeluarkan
dekrit, yang isinya adalah:

- Membubarkan Konstituante
- Menyatakan berlakunya lagi Undang-Undang Dasar 1945, terhitung mulai dari
tanggal penetapan dekrit itu

- Tidak berlakunya lagi Undang-Undang Dasar Sementara 1950

- Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara akan


diselenggarakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Dengan Dekrit tersebut maka berlakulah kembali Undang Undang Dasar 1945.

5. Indonesia Reformasi Selama 17 bulan menjabat sebagi Presiden ke-tiga


Indonesia (1998-1999),

Habibie memperkenalkan reformasi yang menjanjikan suatu masyarakat lebih


demokratis, adil, dan terbuka. Tetapi, kebobrokan ekonomi yang terus mendera,
kekerasan sosial, krisis politik yang tiada henti, serta keraguan yang meluas
menyangkut kejujuran dan letiti,asi pemerintah merongrong harapan reformasi
tersebut. Sejak Oktober 1999, Habibie digantikan oleh Abdurrahman Wahid
sebagai Presiden keempat Indonesia. Sebagai pemipin, dia menunjukan
kecerdasan yang memukau, kehangatan, keterbukaan, dan komitmen.
DAFTAR PUSTAKA

Suharmo,dkk. 2016. Pendidikan pancasila. UNNES Press. Semarang

Soegito. A.T ,dkk. 2010 Pendidikan Pancasila. UNNES Press

http://blog.unnes.ac.id/iwanhardisaputro/wp-
content/uploads/sites/2821/2017/02/HANA-AMIROH-Y.pdf

Anda mungkin juga menyukai