Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA


Disusun Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu: Hj. Sri Isnani Setiyaningsih, M.Hum.

Disusun oleh,

KELOMPOK: 1
1. Mila Rosita Dewi 2008056030
2. Lathifatus Syifa’ 2008056034
3. Zulfa Anggraeni Saputri 2008056081
4. Fadlilatul Mar’atus Sholihah 2008056082

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG


FAKUKTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PENDIDIKANMATEMATIKA
2022

1
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

1. Asal Kata/Istilah Pancasila

Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yakni Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti dasar
atau asas. Sudah sejak zaman kerajaan Majapahit abad-14 Pancasila dikenal sebab terdapat di dalam
buku Negarakertagama karangan Empu Prapanca dan dalam buku Sutasoma karangan Empu Tantular.
Pancasila dalam bahasa Sansekerta juga berarti “pelaksanaan kesusilaan yang lima” (Darji
Darmodiharjo, 1981). Istilah yang ada dalam Pancasila tersebut diartikan menurut asal usul katanya
atau secara etimologi.

Sementara secara terminologis, Pancasila diartikan dalam suatu konteks tertentu yakni kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pengertian Pancasila pertama kali dikemukakan oleh Ir. Soekarno dalam
konteks politik secara terminologisnya. Pada saat itu memang bertepatan saat sedang membicarakan
dasar negara di dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) yang
diadakan pada 29 Mei hingga 1 Juni 1945.
Istilah Pancasila secara historis politis bermula saat Ir. Soekarno membahas rancangan dasar negara
Indonesia merdeka dalam sidang BPUPKI I yang digelar pada 1 Juni 1945. Pada saat sidang, Ir.
Soekarno membacakan pidatonya dengan lisan mengenai calon dasar negara Indonesia yang nantinya
akan digunakan.

2. Sejarah Pancasila

Menjelang tahun 1945, Jepang mengalami kekalahan di Asia Timur Raya, Jepang banyak
menggunakan cara untuk menarik simpati khususnya kepada bangsa Indonesia dengan membuat suatu
janji bahwa jepang akan memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang diucapkan oleh
Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944.

a. Masa perumusan

● Pembentukan BPUPKI

Jepang meyakinkan akan janjinya terhadap bangsa Indonesia untuk dimerdekakan dengan
membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Jenderal
Kumakichi Harada, adalah komandan pasukan jepang di jawa dan mengumumkan pembentukan
BPUPKI lalu pada tanggal 28 April 1945 diumumkan pengangkatan anggota BPUPKI. Jabatan Ketua
BPUPKI adalah Radjiman Wedyodiningrat, Wakil ketua BPUPKI adalah Icibangase (Jepang), dan
sebagai sekretarisnya adalah R.P. Soeroso.

○ Sejarah Persidangan Pertama BPUPKI (29 Mei-1 Juni 1945) Setelah terbentuk BPUPKI segera
mengadakan persidangan. Persidangan BPUPKI dilaksanakan pertama kali pada tanggal 29 Mei 1945
sampai dengan 1 Juni 1945. Pada persidangan, BPUPKI membahas rumusan dasar negara untuk
Indonesia merdeka.
2
○ Sejarah Persidangan Kedua BPUPKI (10-16 Juli 1945)

Setelah berakhirnya sidang BPUPKI yang pertama, namun rumusan dasar negara masih belum
terbentuk, Akhirnya BPUPKI membentuk panitia perumus dasar negara yang anggota terdiri dari
sembilan orang yang disebut dengan Panitia Sembilan. Berkat kerja keras dan cerdas dari Panitia
Sembilan membuahkan hasil di tahun 22 Juni 1945 yang berhasil merumuskan dasar negara untuk
Indonesia merdeka. Rumusan itu oleh Mr. Moh. Yamin yang diberi nama "Piagam Jakarta atau Jakarta
Charter".

● Piagam Jakarta

Perumusan dan sistematika Pancasila yang telah dibahas dalam Piagam Jakarta kemudian diterima
oleh Badan Penyidik dalam sidangnya yang kedua pada tanggal 14-16 Juli 1945. Namun, walaupun
rumusan Pancasila sudah diterima oleh Badan Penyidik, belum berarti rumusan Pancasila sudah
mencapai final. Karena, belum adanya perwakilan yang representatif (mewakili berbagai unsur).

● Pembentukan Panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) Tanggal 7 Agustus


1945 BPUPKI dibubarkan di Jepang. Untuk menindak lanjutkan hasil kerja dari BPUPKI, maka jepang
membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

b. Masa penetapan

● Rumusan Akhir Yang Ditetapkan Tanggal 18 Agustus1945

Dari sidang pertama PPKI menghasilkan beberapa keputusan:

1. Mengesahkan UUD Negara Republik Indonesia dengan jalan. Menetapkan Pigam Jakarta
dengan beberapa perubahan menjadi pembukaan UUD Negara Republik IIndonesia. Menetapkan
Rancangan-Rancangan Hukum Dasar dengan beberapa perubahan menjadi UUD Negara Republik
Indonesia, yang kemudian dikenal sebagai UUD 1945.

2. Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagi Wakil Presiden Republik
Indonesia.

3. Sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), kekuasaan dijalankan oleh


Presiden dengan bantuan Komite Nasional Indonesia yang dikemudian dikenal sebagai Badan
Musyawarah Darurat.

Pancasila akhirnya ditetapkan sebagai dasar negara Republik Indonesia pada sidang pertama PPKI
(18 Agustus 1945) yang didahului dengan penetapan Rancangan Mukadimah (Pembukaan) dan
rancangan UUD menjadi Pembukaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,
secara sah dan resmi menurut ketentuan yuridis konstitusional. Pengesahan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia didahului dengan pengesahan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

3
Republik Indonesia yang yang dipimpin langsung oleh Ketua PPKI, Ir. Soekarno. Bunyi kelima butir
sila Pancasila yang telah ditetapkan secara sah dan resmi pada sidang pertama PPKI (18 Agustus 1945)
adalah sebagai berikut:

Satu : Ketuhanan yang Maha Esa

Dua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Tiga : Persatuan Indonesia

Empat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan


Perwakilan

Lima : Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

c. Masa perkembangan

● Orde Lama

○ Periode 1945-1950 (Masa revolusi kemerdekaan )

Selama periode ini, penerapan Pancasila yang merupakan dasar negara, menghadapi berbagai
masalah. Rakyat Indonesia sedang disibukan dengan usaha penggantian Pancasila dengan ideologi lain
yang bertentangan dengan nilai-nilai yang terkadung dalam Pancasila. Upaya ini terlihat dengan
munculnya gerakan-gerakan perlawanan yang bertujuan untuk menggantikan Pancasila. Gerakan
perlawanan yang terjadi pada periode ini yaitu:

■ Pemberontakan PKI Madiun

■ Pemberontakan DI/TII

○ Periode 1950-1959 (Masa Demokrasi Liberal dan terpimpin) Demokrasi liberal tahun 1950-
1959 merupakan masa partisipasi partai politik. PNI dan Masyumi adalah dua partai politik terkuat
dalam kepemimpinan kabinet saat itu. Demokrasi liberal dianggap tidak sesuai dengan karakter bangsa
Indonesia yang memiliki semangat gotong royong dan mufakat, karena demokrasi liberal tidak memuat
sifat yang demokratis dan berdaulat. Demokrasi liberal dianggap sebagai demokrasi yang tidak
memprioritaskan rakyat dan kekuasaannya bersifat bebas. Sehingga Presiden Soekarno berpendapat,
bahwa sistem demokrasi liberal ini tidak dapat mencapai tujuan untuk mengangkat nilai-nilai
kepribadian bangsa Indonesia.Kemudian pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit
Presiden yang menyatakan berakhirnya demokrasi liberal dengan sistem parlementer di Indonesia,
sebagai berikut:

1. Pembubaran Konstituante

2. Pemberlakuan kembali UUD 1945


4
3. Tidak berlakunya lagi UUDS 1950

4. Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) serta Dewan Pertimbangan Agung


Sementara (DPAS) dibentuk dan diberlakukan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

○ Periode 1959-1965 (Masa Demokrasi terpimpin)

Demokrasi terpimpin ini merupakan sistem pemerintahan terakhir yang dilaksanakan oleh Presiden
Soekarno sebelum berakhirnya masa jabatan sebagai Presiden pada tahun 1965. Demokrasi terpimpin
yang dilaksanakan pasa masa ini, membuat perkembangan organisasi PKI semakin meningkat, karena
PKI dipandang sejalan dengan tujuan negara untuk membentuk negara berlandaskan ideologi
Nasionalisme, Agama dan Komunisme (Nasakom).

Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang ditujukan kepada Letjen Soeharto dikeluarkan
oleh Presiden Soekarno pada 11 Maret 1966, karena terdapat kekacauan yang terjadi di masa
kepemimpinannya. Peristiwa ini menandakan berakhirnya pelaksanaan sistem demokrasi terpimpin,
dan turunnya Presiden Soekarno dari kursi kepresidenan. Sistem pemerintahan baru pun didirikan dan
bertekad akan mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara. Kemudian, Soeharto ditetapkan
sebagai Presiden yang secara tegas dan konsisten akan melaksanakan UUD 1945 di masa
pemerintahannya.

Penerapan Pancasila di Masa Orde Lama (1959 - 1966)

Di masa orde lama ini dikenal juga dengan periode demokrasi terpimpin. Ini artinya seluruh hal
yang keputusan berkaitan dengan pemerintahan dipegang penuh oleh pemimpin negara.Pemimpin
negara di masa orde lama adalah Presiden Soekarno.Awalnya demokrasi terpimpin ini muncul karena
banyaknya gerakan separatis (memisahkan diri). Hal ini membuat negara menjadi tidak stabil, sehingga
pembangunan ekonomi terhambat.

Berikut adalah berbagai penyimpangan pada penerapan pancasila dan UUD 1945 di masa orde lama:

• Presiden Soekarno ditetapkan sebagai Presiden seumur hidup berdasarkan TAP MPRS No.
XX/1963, yang menyebabkan kekuasaan presiden semakin besar dan tidak terbatas.
• Presiden mengeluarkan penetapan Presiden No. 3/1960 tanggal 5 Maret 1960 yang
membubarkan DPR hasil Pemilu 1955.
• Presiden membentuk MPRS yang anggota-anggotanya terdiri atas anggota DPR-GR, utusan
daerah, dan utusan golongan yang semuanya diangkat serta diberhentikan oleh presiden

Kemudian ada juga pemberontakan yang dipimpin oleh D.N Aidit pada 30 September 1965. Gerakan
ini menginginkan Indonesia menjadi negara komunis.Namun pemberontakan ini berhasil diatasi dan
seluruh pelakunya dijatuhkan hukuman.

Penerapan Pancasila di Masa Orde Baru

5
Karena banyaknya masalah dan penyimpangan di masa orde lama, akhirnya Soekarno turun dari
jabatannya sebagai presiden.Kemudian keluar Pengumuman Penyerahan Kekuasaan Pemerintah
kepada Jenderal Soeharto sebagai Pengemban Ketetapan MPRS No.IX/MPRS/1966 pada tanggal 20
Februari 1967.Saat Jenderal Soeharto dipilih menjadi Presiden Republik Indonesia, era ini dikenal
dengan nama orde baru.

Pada masa ini Indonesia mulai menganut konsep Demokrasi Pancasila.Menerapkan Pancasila dan
UUD NRI Tahun 1945 secara murni dan konsekuen dalam setiap aspek kehidupan masyarakat
Indonesia merupakan visi dari pemerintahan orde baru.Presiden Soeharto sebagai tokoh utama Orde
Baru dipandang rakyat sebagai seseorang yang
mampu mengeluarkan bangsa ini dari keterpurukan.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan nasional dilaksanakan secara bertahap melalui
Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dan Program Pembangunan yang tertuang di dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).Itu semua merupakan salah satu contoh penerapan pancasila
di masa orde baru. Namun, ada beberapa hal yang dibatasi di masa orde baru ini:

• Jumlah partai politik hanya tiga, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya
(Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
• Kebebasan pers dan kebebasan berpendapat dibatasi. Terbukti dengan banyaknya kasus
dibredelnya beberapa surat kabar atau majalah.
• Pembredelan itu dilakukan atas dasar media dan pers memberitakan peristiwa yang
bertentangan dengan kebijakan pemerintah.
• Penculikan dan penangkapan aktivis politik.
• Dan beberapa pelanggaran HAM di berbagai daerah.

Penerapan Pancasila di Masa Reformasi (1988 - Sekarang)

Masa reformasi dimulai sejak diangkatnya B.J. Habibie sebagai presiden baru untuk
Indonesia.Melalui Presiden Habibie, sedikiti demi sedikit perbaikan sistem di Indonesia mulai
dilakukan. Mulai dari bidang ekonomi, politik dan hukum, dan masih banyak lagi.Salah satu yang
paling dikenal adalah Presiden Habibie membuat UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyatakan Pendapat di Muka Umum, dan lain-lain.Dari sinilah penerapan pancasila sebagai dasar
negara dan sebagai pandangan hidup terus dilakukan hingga saat ini.

3. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Sebagai dasar negara, Pancasila memiliki landasan yuridis dan historis yang artinya kedudukan
pokok Pancasila bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai dasar negara. Pernyataan demikian
berdasarkan ketentuan Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan sebagai berikut:“....maka disusunlah
kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

6
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara ini merupakan kedudukan yuridis formal oleh
karena tertuang dalam ketentuan hukum negara, dalam hal ini UUD 1945 pada bagian pembukaan
Alinea IV. Penegasan akan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara semakin kuat dengan keluarnya
Ketetapan MPR No.XVIII/MPR/1998 tentang penegasan Pancasila sebagai dasar negara dan
pencabutan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 tentang P4. Pasal 1 Ketetapan MPR tersebut menyatakan
bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah dasar
negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam
kehidupan bernegara.

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia berarti Pancasila sebagai dasar filsafat atau dasar filsafah
negara (philosophische grondslag) dari negara Indonesia. Pancasila sebagai dasar filsafat oleh karena
Pancasila merupakan rumusan filsafati atau dapat dikatakan nilai-nilai Pancasila adalah nilai-nilai
filsafat. Oleh karena itu, harus dibedakan dengan dasar hukum negara yang dalam hal ini adalah UUD
1945. Pancasila adalah dasar filsafat negara, sedangkan UUD 1945 adalah dasar hukum negara
Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara berarti nilai-nilai Pancasila menjadi pedoman normatif bagi
penyelenggaraan bernegara. Konsekuensi dari rumusan demikian berarti seluruh pelaksanaan dan
penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia termasuk peraturan perundang-undangan merupakan
pencerminan dari nilai-nilai Pancasila. Penyelenggaraan bernegara mengacu dan memiliki tolok ukur,
yaitu tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan, dan nilai keadilan (Winarno: 2008: 12-14).

Pancasila sebagai dasar negara RI berarti Pancasila itu dijadikan dasar dalam
mengaturpenyelenggaraan pemerintahan negara. Dalam kaitannya dengan fungsi Pancasila yang
demikian, maka pelaksanaan Pancasila mempunyai sifat mengikat dan keharusan atau bersifat
imperatif, artinya sebagai norma-norma hukum yang tidak boleh dikesampingkan maupun dilanggar,
sedangkan pelanggaran atasnya dapat berakibat hukum dikenakannya suatu sanksi. Misalnya: bagi
orang yang melakukan tindak pidana pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, penghinaan kepada kepala
negara, maupun terhadap ideologi negara Pancasila, dapat dikenakan hukum fisik atau penjara sesuai
dengan berat ringannya kejahatan yang ia lakukan (Marsudi: 2016: 8-9).

Menurut Munir, MBM., Salamah., dan Suratman., (2015: 45-46), dalam kedudukannya sebagai dasar
negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum. Kedudukan Pancasila sebagai dasar
negara tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

a) Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber
tertib hukum) Indonesia. Dengan demikian, Pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum
Indonesia yang dalam pembukaan UUD 1945 dijelmakan lebih lanjut kedalam empat pokok
pikiran.

a) Meliputi suasana kebatinan (geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar 1945.

7
b) Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum dasar tertulis maupun
tidak tertulis)

c) Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar mengandung isi yang


mewajibkan pemerintah dan penyelenggaraan negara lainnya (termasuk para penyelenggara
partai dan golongan fungsional) memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Hal ini
sebagai mana tercantum dalam pokok pikiran ke empat yang bunyinya sebagai berikut
“....negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab”.

d) Merupakan sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar 1945, bagi penyelenggara negara,
para pelaksana pemerintahan (juga para penyelenggara partai dan golongan fungsional).

Hal ini dapat dipahami karena semangat Pancasila adalah penting bagi pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara, karena masyarakat dan negara Indonesia senantiasa tumbuh dan
berkembang seiring dengan perkembangan jaman dan dinamika masyarakat. Dengan semangat yang
bersumber pada asa kerohanian Negara sebagai pandangan hidup bangsa, maka dinamika masyarakat
dan Negara akan tetap diliputi dan diarahkan asas kerohanian Negara.

Selain Pancasila sebagai ideologi, Pancasila juga sebagai dasar negara Republik Indonesia. Hal
tersebut telah disepakati sejak bangsa Indonesisa memproklamasikan diri sebagai negara merdeka pada
17 Agustus 1945. Semua pengaturan penyelenggaraan kehidupan kenegaraan bagi bangsa Indonesia
harus mengacu pada Pancasila. Disamping itu, Pancasila juga dikatakan sebagai sumber dari segala
sumber hukum di Indonesia. Ini berarti bahwa berbagai upaya pengembangan tata kehidupan
kenegaraan yang berkaitan dengan norma dan aturan hukum apapun dalam kehidupan berbangsa harus
berdasarkan Pancasila.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara Indonesia berarti
Pancasila sebagai dasar filsafat dari negara Indonesia. Pancasila dijadikan dasar dalam mengatur
penyelenggaraan pemerintahan negara karena Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia. Dalam kedudukannya sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara
hukum. Dalam kaitannya dengan fungsi Pancasila yang demikian ini, maka pelaksanaan Pancasila
mempunyai sifat mengikat dan keharusan atau bersifat imperatif, artinya sebagai norma- norma hukum
yang tidak boleh dikesampingkan maupun dilanggar, sedangkan pelanggaran atasnya dapat berakibat
hukum dikenakannya suatu sanksi.

Simpulan
Pancasila sebagai dasar negara RI menyatakan bahwa Pancasila merupakan pedoman dan
landasan yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Pancasila
digunakan sebagai dasar negara Republik Indonesia karena Pancasila mempunyai sifat mengikat yang
artinya pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, dan bersifat keharusan atau
imperatif.
8
4. Hubungan Pancasila dengan Piagam Jakarta

Hubungan Piagam Jakarta dengan Pembukaan UUD 1945 adalah dalam Piagam Jakarta yang terbentuk
tanggal 22 Juni 1945 ini, memuat jiwa-jiwa Pancasila dan rumusan awal Pancasila yang nantinya akan
menjadi landasan ideologi negara Indonesia dan termaktub di dalam Pembukaan UUD 1945. Berikut
penjelasannya.

Piagam Jakarta atau yang disebut juga Jakarta Charter adalah hasil dari kinerja Panitia Sembilan yang
dilakukan pada tanggal 22 Juni 1945. Di dalam Piagam Jakarta, mengandun jiwa-jiwa Pancasila serta
rumusan awal Pancasila Pembukaan UUD 1945 yang akan mendatang.

Rumusan Pancasila yang tertuang dalam Piagam Jakarta tersebut antara lain :

9
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. KONTRIBUSI UMAT ISLAM TERHADAP PANCASILA

Pancasila diyakini sebagai dasar yang mampu mempersatukan bangsa dari kekayaan
suku, ras dan budaya yang dimiliki negara Indonesia. Selain itu pancasila juga diyakini
bahwa nilai-nilai yang terkandung didalamnya mampu mewujudkan nilai-nilai toleransi antar
umat beragama. Dapat dibayangkan ketika Indonesia tidak memiliki dasar negara, maka akan
menjadikan negara tersebut berdiri tanpa ideologi.

Hal tersebut tentu bermasalah karena negara tanpa ideologi tidak akan bisa
menentukan kemana arah, tujuan, visi, misi, hingga cita-cita negara tersebut. Tanpa
komponen tersebut negara akan mudah diserang oleh negara lain sebab tidak memiliki tujuan
dan landasan yang kuat.

Selain itu identitas negara akan sulit mendapat pengakuan dan kepercayaan dari
dunia. Sehingga negara akan mengalami kesulitan dalam bekerjasama dengan negara lain.
Hal tersebut tentunya akan memicu konflik kembali di masyarakat dan menganggu jalannya
pemerintahan.

Maka dari itu perlu ditegaskan kembali bahwa islam adalah agama yang universal, ia
bukan sekedar pelaksanaan ibadah kepada tuhan, melainkan bentuk pelaksanaan hubungan
kebajikan antar sesama makhluk juga kepada alam ciptaan Allaah Subhanahu Wata'ala. Islam
juga memiliki kontribusi yang besar terhadap lahirnya pancasila.

Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sila pertama yang berbunyi " Ketuhanan Yang
Maha Esa" merupakan sendi tauhid dalam Islam. Sudah menjadi fitrah bagi setiap manusia
secara naluri memiliki potensi bertuhan dalam bentuk pikir dan zikir dalam rangka
mengemban misi sebagai khalifah fil-ardhi (seorang khalifah di muka bumi). Hakikat tauhid
ini sudah sangat jelas tertulis dalam surat Al-Ikhlas ayat 1-4, yang berbunyi:

1234

" Katakanlah (Muhammad): "Dia-lah Allaah yang Maha Esa. Allaah adalah tuhan yang
kepada-Nya segala sesuatu bergantung. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".

10
Islam memandang Sila Pertama Pancasila ini sebagai dasar keimanan dan ketauhidan.
Menurut pandangan islam dimensi keimanan terletak pada individu masing-masing. Jadi
seseorang tidak diperkenankan mlakuakn paksaan untuk mengikuti keyakinan tertentu. Hak
ini sebagaimana dinyatakan dengan gambling dalam Al-Qur'an dengan pernyataan "tidak ada
paksaan dalam agama" (Q.S al-Baqarah 2:256).

Kemudian dalam sila kedua yang berbunyi "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab"
dalam sila tersebut mencerminkan hubungan antara manusia dengan sesama (Hablum Min
An-Nas). Apabila dalam hablum min Allaah menunjukkan kedudukan manusia sebagai
hamba, maka dalam hablum min an-nas menunjukkan hubungan manusia dengan sesama
manusia.

Sila kemanusiaan yang adil dan beradab dalam Pancasila pada prinsipnya menegaskan
bahwa kebangsaan Indonesia merupakan bagian dari kemanusiaan universal, yang dituntut
mengembangkan persaudaraan dunia berdasarkan nilai- nilai kemanusiaan yang berkeadilan
dan berkeadaban. Kemanusiaa yang adil dan beradab merupakan kesadaran sikap dan
perbuatan manusia yang didasarkan pada potensi akal budi dan hati nurani. Yaitu akhlak
mulia yang dicerminkan dalam sikap dan perbuatan sesuai dengan kodrat, hakikat dan
martabat manusia.

Pada sila ketiga, sila keempat dan sila kelima juga menunjukkan bahwa islam
berkontribusi dalam pembentukaan dasar negara ini. Sila ketiga yang berbunyi "Persatuan
Indonesia" mencerminkan ide ukhuwah insaniyah (persaudaraan manusia) dan ukhuwah
Islamiyah bagi sesama umat Islam. Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Ali Imran ayat
103 dan 105:

"Berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk." (QS. Al-Imran: 103)

"Janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang
keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang
berat". (QS. Al-Imran:105)

Sila keempat berisi "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, yang sejalan dengan prinsip Islam yaitu Mudzakarah dan
Syura. Prinsip syura merupakan dasar dari sistem kenegaraan Islam (karakteristik negara
Islam). Uniknya, prinsip syura ada di dalam Pancasila. Ini membuktikan bahwa perumusan
Pancasila di ambil dalam bentuk musyawarah bersama berbagai kalangan untuk mencapai
kesepakatan.

Dalam Al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 159 : "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,

11
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu."

Sila kelima berisi "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia", sejalan dengan
prinsip keadilan dalam Islam. Lebih spesifikasi lagi, bahwa keadilan yang dimaksud yaitu
dalam pemerataan rizki, berupa zakat, infak dan shadaqah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Harefa, A., & Daliwu, S. (2020). Teori Pendidikan Pancasila Yang Terintergrasi Pendidikan
Anti Korupsi. Penerbit Lutfi Gilang.

Huda, MC (2018). Meneguhkan Pancasila Sebagai Ideologi Bernegara. Resolusi: Jurnal


Sosial Politik, 1 (1), 78-99.

Setijo, P. (2006). Pendidikan Perspektif Pancasila Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi


dengan Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen. Grasindo.

Utama, AS, & Dewi, S. (2018). Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia serta
Perkembangan Ideologi Pancasila pada Masa Orde Lama, Orde Baru, dan Era
Reformasi.

Safitri, AO, & Dewi, DA (2021). Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Implementasinya
dalam Berbagai Bidang. EduPsyCouns: Jurnal Pendidikan, Psikologi dan Konseling, 3
(1), 88-94.

13

Anda mungkin juga menyukai