Anda di halaman 1dari 16

D.

Fungsi Umum Pancasila

1. Pancasila Sebagai Panduan Hidup Bangsa Indonesia. Artinya pancasila dapat


digunakan sebagai panduan menatakehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan
nilai-nilai kehidupan yang ada.
2. Pancasila Sebagai Sumber Segala Sumber Hukum. Artinya pancasila dapat digunakan
sebagai sumber hukum dari segala sumber yang ada di Indonesia dalam menjalankan
kehidupan bernegara.
3. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur. Artinya pancasila memiliki makna perjanjian
yang luhur, karena pancasila dibentuk sesuai kesepakatan bersama.
4. Pancasila Sebagai Falsafah Hidup Bangsa Indonesia. Artinya pancasila mempunyai
makna sebagai suatu asas yang mengandung nilai-nilai lain, dasar yang
berkewenangan yang telah kita yakini dan kita patuhi, sehingga asas tadi kita jadikan
arah pengembangan kehidupan sekarang atau masyarakat untuk menjawab masalah-
masalah yang tidak dapat secara teknis dan praktis. Dalam arti ini, filsafat merupakan
konotasi sebagai sifat atau pandangan hidup.1

1
Irwan Gesmi, Yun Hendri, Pendidikan Pancasila, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2018), hlm. 2.
BAB II

MENYINGKAP MAKNA PANCASILA

1. Arti Pancasila Secara Etimologis

Secara Etimologis Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta dan India. Pancasila secara
Etimologis adalah pancasila dari sudut asal usul kata atau sejarah pancasila itu sendiri.
Menurut Muh. Yamin Pancasila memiliki dua makna ; panca artinya lima, dan syila artinya
batu sendi atau landasan, syiila (i yang panjang) artinya peraturan tingkah laku yang baik,
yang penting atau yang senonoh.2

Berdasarkan hal tersebut, istilah Pancasila sudah dikenal sejak zaman Majapahit, dalam
buku Negarakertagama karangan Mpu Prapanca dan buku Sutasoma karangan Mpu Tantular
yang diartikan lima perintah kesusilaan (Pancasila Krama) yang berisi lima larangan sebagai
berikut :

a) Melakukan kekerasan
b) Mencuri
c) Berjiwa dengki
d) Berbohong
e) Mabuk akibat minuman keras.3

2. Arti Pancasila Secara Historis

Proses perumusan pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr. Radjiman
Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut.
Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan
dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad
Yamin, Soepomo, dan Soekarno, pada tanggal 29 Mei 1945.

Pada tanggal 1 juni 1945 di dalam tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan (tanpa
teks) mengenai calon rumusan dasar Negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama
‘‘Pancasila’’ yang artinya lima dasar, hal ini menurut soekarno atas saran dari salah seorang
temannnya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebut namanya.
2
Pradnya Paramitha, Pancasila dan UUD 1945 Dasar Falsafah Negara, (Jakarta: 2000), hlm. 21.
3
Aim Abdulkarim, Pendidikan Kewarganegaraan, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008). hlm. 8
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, kemudian
keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya UUD 1945 termasuk Pembukaan
UUD 1945 dimana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau lima prinsip sebagai
satu dasar Negara yang diberi nama Pancasila.

Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah
umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah ‘‘Pancasila’’,
namun yang dimaksudkan Dasar NKRI adalah disebut dengan istilah ‘‘Pancasila’’. Hal ini
didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan calon rumusan dasar
Negara, yang secara spontan diterima oleh peserta siding secara bulat.

3. Arti Pancasila Secara Terminologis

Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan Negara Republik
Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan Negara sebagaimana lazimnya Negara-
negara yang merdeka, maka panitia-panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera
mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan
UUD Negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945 terdiri
atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal,
1 aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1 aturan tambahan terdiri atas 2 ayat.4

BAB III

4
R. Toto Sugiharto, Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa, (Bandung: Media Makalangan, 2016), hlm. 11-12.
SEJARAH PANCASILA PASCA KEMERDEKAAN

1. Pancasila Era Kemerdekaan

Sesuai kemerdekaan Indonesia pada 1945, Pancasila melalui masa-masa percobaan


demokrasi. Pada waktu itu, Indonesia masuk ke dalam era percobaan demokrasi multi-partai
dengan sistem kabinet parlementer. Partai-partai politik tumbuh sangat subur, dan proses
politik cenderung selalub berhasil dalam mengusung kelima sila sebagai dasar negara.
Pancasila mengalami masa kejayaannya. Selanjutnya, pada akhir tahun 1959, Pancasila
melewati masa kelam dikarenakan Presiden Soekarno menerapkan sistem demokrasi
terpimpin. Pada masa ini, presiden dalam rangka tetap memegangb kendali politik terhadap
berbagai kekuatan mencoba untuk memerankan politik integrasi paternalistuk. Pada akhirnya,
sistem ini seakan mengkhianati nilai-nilai yang ada dalam Pancasila itu sendiri, salah satunya
adalah sila permusyawaratan.

Tahun1965 terjadi sebuah peristiwa bersejarah di Indonesia yaitu partai komunis berusaha
melakukan pemberontakan. Presiden Soekarno memberikan wewenang kepada Jenderal
Suharto atas Indonesia pada tanggal 11 Maret 1965. Era ini menandai era awal orde baru
yang memberlakukan Pancasila menjadi kaku dan mutlak pemaknaanya, yang pada akhirnya
kembali menodai nilai-nilai dasar yang sesungguhnya terkandung dalam Pancasila itu sendiri.
Pada 1998, pemerintahan presiden Suharto berakhir dan Pancasila kemudian masuk ke dalam
era baru yaitu era demokrasi, hingga hari ini.5

2. Pancasila Era Orde Lama (1959-1968)

Perundingan atau Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag Belanda, 27 Desember
1949 menghasilkan keputusan pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) Yang
membagi Negara Indonesia menjadi 16 negara atau daerah bagian. Sejak saat itu, konstitusi
yang berlaku adalah Undang-Undang Republik Indonesia Serikat atau lebih dikenal dengan
Konstitusi RIS hingga diubahnya kembali bentuk Negara federal RIS menjadi Negara
kesatuan RI pada tanggal 17 Agustus 1950 yang menerapkan UUD Sementara Republik
Indonesia 1950.

5
Rini Setyowati, dkk. Pendidikan Pancasila, ( Penerbit: Lakeisha, hlm.4-5
Pada tahun 1955, Indonesia menyelenggarakan Pemilihan umum pertama yang berhasil
memilih 550 anggota Konstituante secara demokratis. Konstituante adalah lembaga Negara
yang ditugaskan untuk menyusun konstitusi atau UUD baru, pengganti UUDS 1950,
sebagaimana diamanahkan dalam pasal 134 UUDS 1950 yang menyatakan bahwa,

‘‘Konstituante (Sidang Pembuat Undang-Undang Dasar) bersama-sama dengan pemerintah


selekas-lekasnya menetapkan UUD RI yang akan menggantikan UUD Sementara ini.’’

Anggota Konstituante mulai bersidang pada 10 November 1956, tetapi pada


kenyataannya hingga tahun 1958 belum berhasil merumuskan UUD yang diharapkan.
Sementara, di kalangan masyarakat pendapat-pemdapat untuk kembali kepada UUD 1945
semakin kuat. Dalam menanggapi hal itu, Presiden Soekarno lantas menyampaikan amanat
didepan sidang Konstituante pada tanggal 22 April 1959 yang isinya menganjurkan untuk
kembali ke UUD 1945.

Pada tanggal 30 Mei 1959 Konstituante melaksanakan pemungutan suara. Hasilnya 269
suara 269 suara menyetujui UUD 1945 dan 199 suara tidak setuju. Meskipun yang
menyatakan setuju lebih banyak, pemungutan suara ini harus diulang karena jumlah suara
tidak memenuhi kourum. Pemungutan suara dilakukan kembali pada tanggal 1 dan 2 Juni
1959, namun masih juga gagal mencapai kourum. Akhirnya demi keselamatan negara,
Presiden Soekarno dengan disetujui oleh kabinet pada tanggal 3 Juli 1959 turun tangan untuk
mengeluarkan sebuah dekrit. Isi dekrit Presiden dirumuskan di Istana Bogor pada tanggal 4
Juli 1959 dan diumumkan secara resmi oleh Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 pukul 17.00 di
Istana Merdeka. Dekrit presiden tersebut berisi :pembubaran Konstituante, UUD 1945
kembali berlaku, dan pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara(MPRS).

Pada masa setelah berlakunya demokrasi terpimpin yang diterapkan Presiden Soekarno
dan setelah menetapkan berlakunya kembali UUD 1945. Demokrasi terpimpin yaitu
demokrasi khas Indonesia yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Meski demikian, demokrasi terpimpin tidak sesuai dengan makna yang
terkandung didalamnya dan bahkan dinilai menyimpang. Dimana demokrasi dipimpin oleh
kepentingan-kepentingan tertentu. Karena itu, muncul pertentangan politik dan konflik
lainnya yang berkepanjangan sehingga situasi politik, keamanan dan kehidupan ekonomi
makin memburuk. Puncak dari situasi tersebut adalah munculnya pemberontakan G30SPKI
pada tanggal 30 September 1965 yang sangat membahayakan keselamatan bangsa dan
negara. Mengingat keadaan makin membahayakan, Soekarno selaku Presiden RI memberikan
perintah kepada Mayjend Soeharto (1921-2008) melalui surat perintah 11 Maret 1966 atau
Supersemar untuk mengambil segala tindakan yang diperlukan bagi terjaminnya keamanan,
ketertiban, dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintah. Lahirnya Supersemar
dianggap sebagai awal masa orde baru. Pada masa ini (1945-1968), pancasila dimaknai
sebagai tahap politis dimana orientasi pengembangan pancasila diarahkan kepada nation and
charachter building.

Dengan adanya pertentangan yang sangat kuat ditambah carut marutnya perpolitikan saat
itu, maka Soekarno dilengserkan dari jabatannya sebagai Presiden Indonesia melalui sidang
MPRS tanggal 7 Maret 1967 yakni mencabut kekuasaan pemerintah dari Presiden Soekarno
dan mengangkat Soekarno sebagai pejabat Presiden hingga dilaksanakannya pemilu.

3. Pancasila Era Orde Baru (1966-1998)

Pada peringatan hari lahir Pancasila, 1 Juni 1967, Presiden soeharto mengatakan,
‘‘Pancasila makin banyak mengalami ujian zaman dan makin bulat tekad kita
mempertahankan Pancasila. Presiden Soeharto juga mengatakan , ‘Pancasila sama sekali
bukan sekedar semboyan untuk dikumandangkan, pancasila bukan dasar falsafah Negara
yang sekedar dikeramatkan dalam naskah UUD, melainkan Pancasila harus diamalkan.

Era orde baru dalam sejarah republik ini merupakan masa pemerintahan yang terlama,
dan bisa juga dikatakan sebagai masa pemerintahan yang paling stabil. Di era ini, stabilitas
keamanan dan pembangunan serta merta tidak lepas dari keberadaan pancasila.

Dalam ketetapan MPR memuat 36 butir pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila
(Ekaprasetya Pancakarsa) yang meliputi :

1. Sila Ketuhan Yang Maha Esa


a. Percaya dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa sesuai agama dan
kepercyaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
b. Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradap
a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara
sesame manusia.
b. Saling mencintai sesame manusia.
c. Membangkan sikap tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap orang lain.
d. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
e. Berani membela kebenaran dan keadilan.
f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
3. Sila Persatuan Indonesia
a. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan bernegara.
b. Cinta tanah air dan bangsa.
c. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia
d. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka
Tunggal Ika
e. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan
Negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
a. Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat.
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambiln keputusan untuk kepentingan
bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Sila Keadilan bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotong royongan
b. Bersikap adil
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
d. Menghormati hak-hak orang lain.
e. Bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.6

6
Edi Rohani, Pendidikan & Pancasila Kewarganegaraan, (Wonosoho: Gema Media, 2019), hlm. 67-77
4. Pancasila Era Reformasi

Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar Negara dan ideologi
nasional, merupakan tuntunan setiap warga Negara Indonesia memiliki pemahaman yang
sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan dan
fungsi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pancasila menjadi kerangka berpikirt atau pola berpikir dalam ketatanegaraan bangsa
Indonesia, khususnya sebagai dasar Negara ia sebagai landasan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sebagai Negara hukum, setiap perbuatan baik dari warga masyarakat maupun dari
pejabat-pejabat harus berdasarkan hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Artinya
hukum yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila
Pancasila. Substansi produk hukumnya tidak bertentangan dengan sila-sila pancasila.

5. Periode Pengusulan Pancasila

Lahirnya rasa nasinalisme yang menjadi pembuka ke pintu gerbang kemerdekaan bangsa
Indonesia. Cikal bakal ideology bangsa Indonesia diawali dengan benih nasionalisme sudah
mulai tertanam kuat dalam gerakan perhimpunan Indonesia yang sangat menekankan
solidaritas dan kesatuan bangsa. Perhimpunan Indonesia menghimbau agar segenap suku
bangsa bersatu teguh menghadapi penjajahan dan keterjajahan. Kemudian, diusul lahirnya
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 merupakan momen perumusan diri bagi bangsa Indonesia.
Masa Pergerakan Nasional yang ditandai dengan berdirinya organisasi nasional seperti Budi
Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij juga membuka mata tentang gerakan-gerakan
nasionalisme di Indonesia.

Masa-masa tersebut merupakan modal politi awal yang sudah dimiliki tokoh-tokoh
pergerakan sehingga sidamg-sidang maraton BPUPKI yang difasilitasi Laksamana Maeda,
tidak sedikitpun ada intervensi dari pihak penjajah Jepang. Para peserta sidang BPUPKI
ditunjuk atas dasar integritas dan rekam jejak didalam konstituensi masing-masing.
Selanjutnya, sidang-sidang BPUPKI berlangsung secara bertahap dan penuh dengan
semangat musyawarah untuk melengkapi goresan sejarah bangsa Indonesia hingga sampai
kepada masa sekarang ini.

Sidang BPUPKI pertama yang dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945.
BPUPKI dibentuk oleh Pemerintah Pendudukan Jepang pada 29 April 1945 dengan jumlah
anggota 60 orang. Badan ini diketuai oleh dr. Radjiman Wedyodiningrat yang didampingi
oleh Ketua Muda (Wakil ketua), yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang Jepang).
BPUPKI dilantik oleh Letjen Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta,
pada 28 Mei 1945. Sehari setelah dilantik, 29 Mei 1945, dimulailah sidang yang pertama
dengan materi pokok pembicaraan calon dasar Negara.

Beberapa catatan sejarah, diketahui bahwa sidang tersebut menampilkan beberapa


pembicara, yaitu Mr. Muh Yamin, Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, Mr. Soepomo.
Keempat tokoh tersebut menyampaikan usulan tentang dasar Negara menurut pandangannya.
Meskipun demikian perbedaan pendapat diantara mereka tidak mengurangi semangat
persatuan dan kesatuan demin mewujudkan Indonesia merdeka. Unsur terpenting dari semua
itu adalah sikap toleransi yang berkembang dikalangan para pendiri Negara seperti inilah
yang seharusnya perlu diwariskan kepada generasi berikut, termasuk kita.

Ir. Soekarno anda ketahui adalah seorang pengusul calon dasar negara dalam sidang
BPUPKI adalah yang berpidato pada 1 Juni 1945. Pada hari itu, Ir. Soekarno menyampaikan
lima butir gagasan tentang dasar Negara sebagai berikut:

a. Nasionalisme dan Kebangsaan Indonesia,


b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan,
c. Mufakat atau Demokrasi,
d. Kesejahteraan Sosial,
e. Ketuhanan yang berkebudayaan.

Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno diberi nama
Pancasila. Selanjutnya, Soekarno juga mengusulkan jika peserta sidang tidak menyukai angka
5, maka ia menawarkan angka 3, yaitu Trisila yang terdiri atas (1) Sosio-Nasionalisme, (2)
Sosio-Demokrasi, dan (3) Ketuhanan yang Maha Esa. Soekarno akhirnya juga menawarkan
angka 1, yaitu Ekasila yang berisi asas Gotong-Royong.

6. Periode Perumusan Pancasila

Sidang BPUPKI kedua pada 10-16 Juli 1945 menghasilkan naskah awal ‘‘Pembukaan
Hukum Dasar’’ yang kemudian dikenal dengan nama ‘‘Piagam Jakarta’’. Piagam Jakarta
merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan Indonesia. Pada alinea Keempat Piagam
Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila sebagai berikut:

1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Naskah awal ‘‘Pembukaan Hukum Dasar’’ yang dijuluki ‘‘Piagam Jakarta’’ ini
dikemudian dijadikan ‘‘Pembukaan UUD 1945’’, dengan sejumlah perubahan. Peristiwa
yang penting terjadi pada masa ini adalah jatuhnya bom atom di kota Hiroshima pada 6
Agustus 1945, pemerintah pendudukan Jepang di Jakarta mengeluarkan maklumat yang
berisi:

(1) Pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia
(2) Panitia itu rencanannya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai bersidang 19 Agustus
1945, dan
(3) Direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia dimerdekakan.
Pada tanggal 8 Agustus 1945, Sukarno, Hatta, dan Rajiman dipanggil Jenderal
Terauchi (Penguasa Militer Jepang di Kawasan Asia Tenggara) yang berkedudukan di
Saigon, Vietnam (sekarang kota itu bernama Ho Chi Minh). Ketiga tokoh tersebut diberi
kewenangan oleh Terauchi untuk segera membentuk suatu Panitia Persiapan Kemerdekaan
bagi Indonesia sesuai dengan maklumat Pemerintah Jepang 7 Agustus 1945 tadi.

Kepulangan dari Saigon, ketiga tokoh tadfi membentuk PPKI dengan total anggota 21
orang, yaitu: Soekarno, Moh. Hatta, Radjiman, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandar Dinata,
Purboyo, Suryohamijoyo, Sutarjo, Supomo, Abdul Kadir, Yap Cwan Bing, Muh. Amir,
Abdul Abbas, Ratulangi, Andi Pangerang, Latuharhary, I Gde Puja, Hamidan, Panji Suroso,
Wahid Hasyim, T. Moh. Hasan. Jatuhnya bom di Hiroshima belum membuat Jepang takluk,
Amerika dan Sekutu akhirnya menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang
meluluh lantahkan kota tersebut sehingga menjadikan kekuatan Jepang semakin lemah.

Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 14 Agustus 1945.
Konsekuensi dari menyerahnya Jepang kepada sekutu, menjadikan daerah bekas pendudukan
Jepang beralih kepada wilayah perwalian sekutu, termasuk Indonesia. Sebelum tentara sekutu
dapat menjangkau wilayah-wilayah itu, untuk sementara tentara Jepang masih ditugasi
sebagai sekedar penjaga kekosongan kekuasaan. Kekosongan kekuasaan ini oleh para tokoh
nasional. PPKI semula dibentukl Jepang karena sudah kalah dan tidak berkuasa lagi, maka
para pemimpin nasional pada waktu itu segera mengambil keputusan yaitu melepaskan
baying-bayang kekuasaan Jepang dan mempercepat rencana kemerdekaan bangsa Indonesia.

7. Periode Pengesahan Pancasila

Peristiwa penting lainnya terjadi pada 12 Agustus 1945, ketika itu Soekarno, Hatta, dan
Radjiman Wedyodiningrat dipanggil oleh penguasa militer Jepang di Asia Selatan ke Saigon
untuk membahas tentang hari kemerdekaan Indonesia seperti janji Jepang. Namun, peristiwa
yang tanpa terduga ternyata pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu tanpa
syarat. Soekarno, Hatta, dan Radjiman kembali ke Indonesia pada 15 Agustus 1945.
Kedatangan mereka disambut oleh para pemuda yang mendesak agar kemerdekaan bangsa
Indonesia diproklamasika secepatnya karena keadaan perubahan situasi politik dunia pada
masa itu. Para pemuda mengetahui tentang kekalahan Jepang kepada sekutu sehingga Jepang
tidak memiliki kekuasaan secara politis di wilayah pendudukan, termasuk Indonesia.

Perubahan situasi yang cepat itu membuat kesalahpahaman antara kelompok pemuda
dengan Soekarno dan kawan-kawan sehingga terjadilah penculikan atas diri Soekarno dan
Moh. Hatta ke RengasDengklok (dalam istilah pemuda pada waktu itu ‘‘mengamankan’’),
tindakan pemuda itu berdasarkan keputusan rapat yang diadakan pada pukul 24.00 WIB
menjelang 16 Agustus 1945 di Cikini no.71 Jakarta (Kartodirdjo, dkk, 1975: 26). Melalui
jalan berliku, akhirnya dicetuskanlah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus
1945.

Teks kemerdekaan itu didiktekan oleh M. Hatta dan ditulis oleh Soekarno pada dini hari.
Dengan demikian, naskah bersejarah teks proklamasi kemerdekaan Indonesia ini digagas dan
ditulis oleh dua tokoh proklamator tersebut sehingga wajar jika mereka dinamakan
Dwitunggal. Selanjutnya, naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Rancangan pernyataan
kemerdekaan yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI yang diberi nama Piagam Jakarta,
akhirnya tidak dibacakan pada 17 Agustus 1945 karena situasi politik yang berubah.

Sampai detik ini, teks Proklamasi yang dikenal luas adalah sebagai berikut:
Proklamasi

Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal hal jang mengenai pemindahan kekoesaan d.l.l diselenggarakan dengan cara
saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnya.

Djakarta hari 17 boelan 8 tahoen 05. Atas Nama Bangsa Indonesi

Soekarno-Hatta

Pada 18 Agustus 1945, PPKI bersidang untuk menentukan dan menegaskan posisi bangsa
Indonesia dari semula bangsa terjajah menjadi bangsa yang merdeka. PPKI yang semula
merupakan badan buatan pemerintah Jepang, dianggap mandiri sebagai badan nasional. Atas
prakarsa Soekarno, anggota PPKI ditambah 6 orang lagi yaitu Wiranatakusumah, Ki Hajar
Dewantara, Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, Iwa Koesoema Soemantri, dan Ahmad
Subarjo. Hal yang akan dirumuskan adalah Indonesia sebagai bangsa yang merdeka
memerlukan perangkat dan kelengkapan kehidupan bernegara, seperti: Dasar Negara, UUD,
Pemimpin Negara, dan perangkat pendukung lainnya. Putusan-putusan penting yang
dihasilkan mencakup hal-hal berikut:

1. Menegaskan UUD Negara 45 yang terdiri atas Pembukaan dan Batang Tubuh. Naskah
Pembukaan berasal dari Piagam Jakarta dengan sejumlah perubahan. Batang Tubuh juga
berasal dari rancangan BPUPKI dengan sejumlah perubahan pula.
2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Soekarno-Hatta)
3. Membentuk KNIP yang anggota intinya adalah mantan anggota PPKI ditambah tokoh-toko
masyarakat dari banyak golongan. Komite ini dilantik 29 Agustus 1945 dengan ketua Mr.
Kasman Singodimejo.

Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradap.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oelh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sejarah bangsa Indonesia juga mencatat bahwa rumusan Pancasila yang disahkan PPKI
berbeda dengan rumusan Pancasila yang termasuk dalam Piagam Jakarta. Dikarenakan
tuntutan dari wakil yang mengatasnamakan masyarakat Indonesia bagian timur yang
menemui Bung Hatta yang mempertanyakan 7 Kata dibelakang katan ‘‘Ketuhanan’’, yaitu
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya’’. Tuntutan ini
ditanggapi secara arif oleh para pendiri Negara sehingga terjadi perubahan yang diesepakati,
yaitu dihapusnya 7 kata yang dianggap menjadi hambatan di kemudian hari dan
digantidengan istilah ‘‘Yang Maha Esa’’.7

8. Peranan Pancasila Bagi Negara NKRI

 Pancasila sebagai jiwa Bangsa Indonesia


Pancasila sebagai jiwa bangsa lahirnya bersamaan dengan adanya bangsa
Indonesia, yaitu zaman Sriwijaya-Majapahit

 Pancasila sebagai Kepribadian Indonesia


Jiwa bangsa Indonesia mempunyai arti statis (tetap tidak berubah) dan
mempunyai arti dinamis (bergerak). Sikap/tingkah laku bangsa Indonesia
mempunyai cirri khas. Ciri inilah yang kita maksud dengan kepribadian:
kepribadian bangsa Indonesia adalah Pancasila.

 Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Tidak boleh bertentangan dengan norma-norma agama, norma-norma
kesusilaan, norma-norma hukum yang berlaku.

 Pancasila sebagai Dasar Negara RI


Dalam arti, segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan suatu
ketatatnegaraan Negara RI haruslah berdasarkan Pancasila

7
Dewi Mariana, dkk. Pendidikan Pancasila, (Penerbit: Lakeisha), hlm. 8-20
 Pancasila sebagai Sumber Dari Segala Sumber Hukum atau Sumber Tertib
Hukum Bagi Negara RI
Seperti yang dijelaskan dalam ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1996

 Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia Pada Waktu Mendirikan


Negara
Presiden soeharto pernah menyatakan bahwa Pancasila adalah perjanjian luhur
seluruh rakyat Indonesia yang harus selalu kita bela selama-lamanya.

 Pancasila sebagai Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia


Pembukaan UUD 45 merupakan penuangan jiwa proklamasi, yaitu jiwa
Pancasila sehingga juga merupakan cita-cita dantujuan bangsa Indonesia.

 Pancasila sebagai Falsafah Hidup yang Mepersatukan Bangsa Indonesia


Mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang oleh bangsa Indonesia
diyakini paling besar, paling adil, paling bijaksana, paling baik, dan paling tepat
bagi bangsa Indonesia sehingga dapat mempersatukan bangsa Indonesia.8

8
Syarial Syarbaini, Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, (Bogor Selatan: Ghalia Indonesia, 2003)
KESIMPULAN

Pancasila telah tumbuh menjadi pedoman hidup bangsa Indonesia sejak zaman
kemerdekaan sampai sekarang. Ia tidak saja memuat cita-cita bangsa Indonesia, namun juga
sebagai pemersatu diantara ratusan suku dan ras yang dimiliki bangsa Indonesia. Keberadaan
Pancasila timbul dari pancaran karakter ke Indonesiaan yang sangat khas. Betapa pun
kandungan Pancasila digali dari kehidupan bangsa Indonesia yang telah mengakar ratusan
tahun lampau, namun nilai-nilainya tetap bisa diterima secara Universal dan Kontekstual.

Sebagai falsafah bangsa, Pancasila menjadi bagian terpenting dari perjalanan panjang
sejarah bangsa Indonesia sejak era pra kemerdekaan hingga reformasi ini. Dengan demikian,
Pancasila harus dijadikan sebagai cara hidup seluruh komponen bangsa dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA

Gesmi, Irwan, Yun Hendri. 2018. Pendidikan Pancasila. Ponorogo: Uwais Inspirasi
Indonesia
Paramitha, Pradnya. 2000. Pancasila dan UUD 1945 Dasar Falsafah Negara. Jakarta: 2000.
Abdulkarim, Aim. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Grafindo Media Pratama
R. Toto Sugiharto. 2016. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa. Bandung: Media Makalangan
Setyowati, Rini Setyowati, dkk. Pendidikan Pancasila. Penerbit: Lakeisha
Rohani, Edi. 2019. Pendidikan & Pancasila Kewarganegaraan. Wonosoho: Gema Media
Mariana, Dewi, dkk. Pendidikan Pancasila, Penerbit: Lakeisha
Syarbaini, Syarial. 2003. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Bogor Selatan: Ghalia
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai