Ada lima sendi utama yang menyusun Pancasila, termasuk Ketuhanan Yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan kesemua ini tercantum pada paragraf ke-4
Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Setelah sempat mengalami perubahan pada kandungan dan urutan lima sila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan, Pancasila akhirnya
menjadi Pancasila seperti yang kita kenal sekarang pada 1 Juni 1945, yang lalu dikenal
sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Semua berawal dari pemberian janji kemerdekaan oleh Perdana Menteri Jepang saat
itu, Kuniaki Koiso untuk Indonesia pada tanggal 7 September 1944. Pemerintah Jepang
lalu mendirikan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) pada tanggal 1 Maret 1945 (2605, tahun Showa 20) dengan tujuan untuk
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka.
Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah,
peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di
Indonesia.
Pada 1 Juni 1945, Soekarno menyebut dalam pidato spontannya yang kemudian
dikenal dengan judul “Lahirnya Pancasila”, dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan
Indonesia; Internasionalisme atau Peri-Kemanusiaan; Mufakat atau Demokrasi, dasar
perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan Sosial; Ketuhanan.
Nama Pancasila diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu.
Usulan Soekarno diterima dengan baik oleh semua peserta sidang. Setelah itu, tanggal
1 Juni 1945 pun diketahui sebagai hari lahirnya pancasila.
Sebelum sidang pertama berakhir, suatu Panitia Kecil dibentuk untuk tak hanya
merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar Negara – mengacu pada pidato yang
diucapkan Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, tetapi juga menjadikan dokumen itu
sebagai teks untuk memproklamasikan Indonesia Merdeka.
Dari Panitia Kecil itu dipilih 9 orang yang dikenal dengan Panitia Sembilan, untuk
menyelenggarakan tugas itu. Rencana mereka itu disetujui pada tanggal 22 Juni 1945
yang kemudian diberi nama Piagam Jakarta.
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa
dokumen penetapannya ialah:
Menanggapi protes kecil ini, pada sidang PPKI pertama yang digelar 18 Agustus 1945,
Hatta pun mengusulkan kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Pengubahan kalimat itu sebelumnya telah dikonsultasikan bersama 4 tokoh islam, yakni
Kasman Singodimejo, Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan.
Kesemua tokoh Islam ini menyetujui perubahan kalimat tersebut. Alhasil, pada
penetapan rancangan pembukaan sekaligus batang tubuh UUD 1945 pada Sidang
PPKI I tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila pun ditetapkan sebagai dasar negara
Indonesia.
Setelah itu, Pancasila sebagai dasar negara Indonesia telah diterima oleh semua pihak
dan bersifat final.
Pengertian Pancasila Secara Etimologis, Historis, &
Terminologis
Hakikat Pancasila
Kedudukan dan fungsi Pancasila bilamana dikaji secara ilmiah memliki pengertian pengertian
yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, sebagai pandangan hidup bangsa,
sebagai ideologi bangsa dan Negara, sabagai kepribadian bangsa bahkan dalam proses
terjadinya terdapat berbagai macam terminologi yang harus didesktipsikan secara objektif.
Selain itu, pancasila secara kedudukan dan fungsinya juga harus dipahami secara kronologis.
Oleh karena itu, untuk memahami Pancasila secara kronologis baik menyangkut rumusannya
maupun peristilahannya maka pengertian Pancasila tersebut meliputi lingkup pengertian
sebagai berikut :
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India (bahasa kasta
Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad Yamin,
dalam bahasa sansekerta perkataan “Pancasila” memilki dua macam arti secara leksikal yaitu :
“syiila” vokal i pendek artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang
senonoh”
Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa diartikan “susila “
yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara etimologis kata “Pancasila”
yang dimaksudkan adalah adalah istilah “Panca Syilla” dengan vokal i pendek yang memilki
makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”.
Adapun istilah “Panca Syiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang
penting.
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr. Radjiman
Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut.
Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan
dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad
Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan (tanpa
teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama
“Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang
temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum.
Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah “Pancasila”, namun yang
dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal
ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan calon rumusan
dasar negara, yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.
Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara Republik
Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negara-
negara yang merdeka, maka panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera
mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan
UUD negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945 terdiri
atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal,
1 aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.
Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut tercantum
rumusan Pancasila sebagai berikut :
3. Persatuan Indonesia
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang secara
konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang disahkan oleh PPKI
yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.
ARTI DAN MAKNA 5 LAMBANG PANCASILA
Bintang
Lambang Bintang emas dengan perisai berlatar belakang warna hitam dijadikan
sebagai sila pertama dalam Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Pada bintang berwarna kuning bersudut lima. Bintang di artikan sebagai sebuah
cahaya seperti Tuhan yang menjadi cahaya kerohanian bagi setiap manusia.
Di mana bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan kepercayaan masing-masing.
Contoh yang kegiatan yang bisa diterapkan sesuai sesuai sila pertama, yakni:
2. Hormat menghormati
3. Hidup rukun
Rantai
Di mana itu menandakan hubungan manusia satu dengan yang lain dan saling
membantu.
2. Tenggang rasa
4. Tidak membeda-membedakan
Pohon Beringin
Pada Pancasila, pohon beringin dijadikan sebagai dasar sila ketiga yang
berbunyi Persatuan Indonesia.
Sebuah akar tunggal panjang yang menunjang pohon yang besar ini dengan
tumbuh sangat dalam ke dalam tanah.
1. Rela berkorban
4. Bergaul dengan teman tanpa membeda suku, ras, dan adat istiadat
Kepala Banteng
Lambang kepala banteng dijadikan sebagai dasar pada sila ke empat Pancasila
berbunyi Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
Padi dan kapas dimaknai sebagai salah satu kebutuhan rakyat Indonesia tanpa
melihat status dan kedudukannya.
Padi dan kapas mencerminkan pangan dan sandang. Ini menandakan tidak
adanya kesenjangan antara satu dengan yang lain.
Pada Pancasila, padi dan kapas dijadikan sebagai dasar kelima berbunyi
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Nilai Pancasila sila pertama yakni bangsa Indonesia mengakui adanya Tuhan. Hal ini
sesuai dengan lambang sila pertama yakni bintang. Lambang bintang tersebut
dianggap sebagai sebuah cahaya, seperti cahaya kerohanian yang dipancarkan oleh
Tuhan kepada setiap manusia.
b. Sila Kedua
Nilai Pancasila pada sila kedua yakni saling tolong-menolong. Hal ini sesuai dengan
lambang sila kedua yakni mata rantai segi empat melambangkan laki-laki, sedangkan
yang lingkaran melambangkan perempuan. Mata rantai yang saling berkait pun
melambangkan bahwa setiap manusia, laki-laki dan perempuan, membutuhkan satu
sama lain dan perlu bersatu sehingga menjadi kuat seperti sebuah rantai.
c. Sila Ketiga
Nilai-nilai Pancasila pada sila ketiga Pancasila yakni mengutamakan persatuan dan
kesatuan daripada kepentingan pribadi. Hal ini sesuai dengan lambang sila ketiga yakni
Pohon Beringin, yang dikorelasikan dengan keragaman suku bangsa yang menyatu di
bawah nama Indonesia. Meski beragam suku bangsa, namun tetp mementingkan
persatuan dan kesatuan negara.
d. Sila Keempat
Nilai-nilai Pancasila pada sila keempat yaitu musyawarah mufakat. Hal ini sesuai
dengan lambang Kepala Banteng yang memiliki filosofi sebagai hewan sosial yang suka
berkumpul, seperti halnya musyawarah, di mana orang-orang berdiskusi untuk
melahirkan suatu keputusan.
e. Sila Kelima
Nilai-nilai Pancasila pada sila kelima yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesi yakni gotong royong. Dengan gotong royong diharapkan akan timbul rasa
persaudaraan dan solidaritas sosial yang tinggi sehingga kesulitan dan tantangan yang
dihadapi akan semakin ringan.