Anda di halaman 1dari 11

MATA KULIAH PANCASILA

NAMA DOSEN JAYANTI APRI EMARAWATI,SH.,M.M

NAMA : DENDI PRATAMA


NIM : 1844190053
INFORMATIKA S-1
Nama Pancasila sendiri diambil dari bahasa Sanskerta, terdiri dari dua kata,
yakni pañca yang berarti lima dan śīla yang berarti prinsip atau asas. Dengan kata lain,
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara
bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ada lima sendi utama yang menyusun Pancasila, termasuk Ketuhanan Yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan kesemua ini tercantum pada paragraf ke-4
Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

Setelah sempat mengalami perubahan pada kandungan dan urutan lima sila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan, Pancasila akhirnya
menjadi Pancasila seperti yang kita kenal sekarang pada 1 Juni 1945, yang lalu dikenal
sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Sejarah Perumusan dan Lahirnya Pancasila

Semua berawal dari pemberian janji kemerdekaan oleh Perdana Menteri Jepang saat
itu, Kuniaki Koiso untuk Indonesia pada tanggal 7 September 1944. Pemerintah Jepang
lalu mendirikan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) pada tanggal 1 Maret 1945 (2605, tahun Showa 20) dengan tujuan untuk
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka.

BPUPKI diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman


Wedyodiningrat. Dalam pidato pembukaannya kala itu, dr. Radjiman antara lain
mengajukan pertanyaan kepada anggota-anggota Sidang – terdiri dari 74 orang (67
orang Indonesia, 7 orang Jepang). “Apa dasar Negara Indonesia yang akan kita bentuk
ini?,” tanyanya.

Sontak, sejumlah usulan pun disampaikan oleh para anggota.

Muhammad Yamin, misalnya. Dalam pidatonya pada tanggal 29 Mei 1945, Ia


merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri
Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat.

Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah,
peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di
Indonesia.
Pada 1 Juni 1945, Soekarno menyebut dalam pidato spontannya yang kemudian
dikenal dengan judul “Lahirnya Pancasila”, dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan
Indonesia; Internasionalisme atau Peri-Kemanusiaan; Mufakat atau Demokrasi, dasar
perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan Sosial; Ketuhanan.

Nama Pancasila diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu.

“Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan,


dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya
namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa – namanya ialah
Pancasila. Sila artinya asas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan
negara Indonesia, kekal dan abadi.”

Usulan Soekarno diterima dengan baik oleh semua peserta sidang. Setelah itu, tanggal
1 Juni 1945 pun diketahui sebagai hari lahirnya pancasila.

Sebelum sidang pertama berakhir, suatu Panitia Kecil dibentuk untuk tak hanya
merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar Negara – mengacu pada pidato yang
diucapkan Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, tetapi juga menjadikan dokumen itu
sebagai teks untuk memproklamasikan Indonesia Merdeka.

Dari Panitia Kecil itu dipilih 9 orang yang dikenal dengan Panitia Sembilan, untuk
menyelenggarakan tugas itu. Rencana mereka itu disetujui pada tanggal 22 Juni 1945
yang kemudian diberi nama Piagam Jakarta.

Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa
dokumen penetapannya ialah:

• Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) – tanggal 22 Juni 1945


• Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 – tanggal 18 Agustus
1945
• Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat – tanggal
27 Desember 1949
• Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara – tanggal
15 Agustus 1950
• Rumusan Kelima: Rumusan Pertama menjiwai Rumusan Kedua dan merupakan
suatu rangkaian kesatuan dengan Konstitusi (merujuk Dekret Presiden 5 Juli
1959)
Protes Kecil Para Utusan

Setelah upacara proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, ada


beberapa utusan yang datang dari Indonesia Bagian Timur, untuk menyampaikan
keberatannya terkait bunyi sila pertama Pancasila. Beberapa utusan tersebut
diantaranya Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi, Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor,
wakil dari Kalimantan, I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara, dan Latu Harhary, wakil
dari Maluku.

Menanggapi protes kecil ini, pada sidang PPKI pertama yang digelar 18 Agustus 1945,
Hatta pun mengusulkan kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Pengubahan kalimat itu sebelumnya telah dikonsultasikan bersama 4 tokoh islam, yakni
Kasman Singodimejo, Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan.

Kesemua tokoh Islam ini menyetujui perubahan kalimat tersebut. Alhasil, pada
penetapan rancangan pembukaan sekaligus batang tubuh UUD 1945 pada Sidang
PPKI I tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila pun ditetapkan sebagai dasar negara
Indonesia.

Setelah itu, Pancasila sebagai dasar negara Indonesia telah diterima oleh semua pihak
dan bersifat final.
Pengertian Pancasila Secara Etimologis, Historis, &
Terminologis
Hakikat Pancasila

Kedudukan dan fungsi Pancasila bilamana dikaji secara ilmiah memliki pengertian pengertian
yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, sebagai pandangan hidup bangsa,
sebagai ideologi bangsa dan Negara, sabagai kepribadian bangsa bahkan dalam proses
terjadinya terdapat berbagai macam terminologi yang harus didesktipsikan secara objektif.
Selain itu, pancasila secara kedudukan dan fungsinya juga harus dipahami secara kronologis.

Oleh karena itu, untuk memahami Pancasila secara kronologis baik menyangkut rumusannya
maupun peristilahannya maka pengertian Pancasila tersebut meliputi lingkup pengertian
sebagai berikut :

Pengertian Pancasila secara etimologis

Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India (bahasa kasta
Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad Yamin,
dalam bahasa sansekerta perkataan “Pancasila” memilki dua macam arti secara leksikal yaitu :

“panca” artinya “lima”

“syila” vokal I pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”

“syiila” vokal i pendek artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang
senonoh”

Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa diartikan “susila “
yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara etimologis kata “Pancasila”
yang dimaksudkan adalah adalah istilah “Panca Syilla” dengan vokal i pendek yang memilki
makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”.
Adapun istilah “Panca Syiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang
penting.

Pengertian Pancasila secara Historis

Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr. Radjiman
Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut.
Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan
dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad
Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan (tanpa
teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama
“Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang
temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, kemudian


keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 termasuk
Pembukaan UUD 1945 di mana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau lima prinsip
sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.

Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum.
Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah “Pancasila”, namun yang
dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal
ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan calon rumusan
dasar negara, yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.

Pengertian Pancasila secara Terminologis

Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara Republik
Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negara-
negara yang merdeka, maka panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera
mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan
UUD negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945 terdiri
atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal,
1 aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.

Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut tercantum
rumusan Pancasila sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang secara
konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang disahkan oleh PPKI
yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.
ARTI DAN MAKNA 5 LAMBANG PANCASILA

Bintang

Lambang Bintang emas dengan perisai berlatar belakang warna hitam dijadikan
sebagai sila pertama dalam Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha
Esa.

Pada bintang berwarna kuning bersudut lima. Bintang di artikan sebagai sebuah
cahaya seperti Tuhan yang menjadi cahaya kerohanian bagi setiap manusia.

Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), bintang


emas mengandung maksud bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
religius.

Di mana bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan kepercayaan masing-masing.

Contoh yang kegiatan yang bisa diterapkan sesuai sesuai sila pertama, yakni:

1. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Hormat menghormati

3. Hidup rukun

4. Bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang


berbeda-beda

5. Tidak memaksa suatu agama atau kepercayaan kepada orang lain.

Rantai

Lambang rantai berwarna kuning berlatar belakang warna merah dijadikan


sebagai dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradap.
Pada lambang rantai disusun atas gelang-gelang kecil dengan jumlah 17 gelang
dan saling menyambung.

Di mana itu menandakan hubungan manusia satu dengan yang lain dan saling
membantu.

Gelang yang berbentuk persegi menggambarkan pria, sementara gelang yang


berbentuk lingkaran menggambarkan wanita.

Contoh sila kedua Pancasila yang bisa diterapkan di lingkungan masyarakat,


yakni:

1. Sikap saling mencintai sesama manusia

2. Tenggang rasa

3. Gemar menolong orang lain

4. Tidak membeda-membedakan

5. Berbicara kepada orang lain dengan Sopan santun

Pohon Beringin

Pohon beringin melambangkan sebagai tempat berteduh dan berlindung.

Pada Pancasila, pohon beringin dijadikan sebagai dasar sila ketiga yang
berbunyi Persatuan Indonesia.

Di mana mencerminkan kesatuan dan kesatuan Indonesia.

Pohon beringin merupakan sebuah pohon di Indonesia yang memiliki akar


tunjang.

Sebuah akar tunggal panjang yang menunjang pohon yang besar ini dengan
tumbuh sangat dalam ke dalam tanah.

Pohon beringin memiliki banyak akar yang menggelantung dari ranting-


rantingnya.
Contoh sila ketiga Pancasila dalam lingkungan masyarakat, yakni:

1. Rela berkorban

2. Cinta tanah air

3. Mencintai produk lokal

4. Bergaul dengan teman tanpa membeda suku, ras, dan adat istiadat

5. Ikut menjaga keamanan lingkungan.

Kepala Banteng

Lambang kepala banteng dijadikan sebagai dasar pada sila ke empat Pancasila
berbunyi Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.

Banteng merupakan binatang yang suka berkumpul.

Sama seperti manusia dalam pengambilan keputusan harus dilakukan secara


musyawarah. Salah satunya dengan berkumpul dan diskusi.

Contoh sila keempat Pancasila dalam lingkungan Masyarakat, yakni:

1. Mengutamakan keputusan yang diambil secara musyawarah

2. Tidak memaksa kehendak orang lain

3. Melaksanakan musyawarah mufakat

4. Menghormati dan menjunjung tinggi hasil musyawarah.

Padi dan Kapas

Padi dan kapas dimaknai sebagai salah satu kebutuhan rakyat Indonesia tanpa
melihat status dan kedudukannya.
Padi dan kapas mencerminkan pangan dan sandang. Ini menandakan tidak
adanya kesenjangan antara satu dengan yang lain.

Pada Pancasila, padi dan kapas dijadikan sebagai dasar kelima berbunyi
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Contoh sila kelima Pancasila dalam lingkungan masyarakat, yakni:

1. Sikap adil kepada sesama

2. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban

3. Menghormati hak-hak orang lain

4. Ikut serta dalam kegiatan gotong royong.


Nilai-nilai Pancasila
a. Sila Pertama

Nilai Pancasila sila pertama yakni bangsa Indonesia mengakui adanya Tuhan. Hal ini
sesuai dengan lambang sila pertama yakni bintang. Lambang bintang tersebut
dianggap sebagai sebuah cahaya, seperti cahaya kerohanian yang dipancarkan oleh
Tuhan kepada setiap manusia.

b. Sila Kedua

Nilai Pancasila pada sila kedua yakni saling tolong-menolong. Hal ini sesuai dengan
lambang sila kedua yakni mata rantai segi empat melambangkan laki-laki, sedangkan
yang lingkaran melambangkan perempuan. Mata rantai yang saling berkait pun
melambangkan bahwa setiap manusia, laki-laki dan perempuan, membutuhkan satu
sama lain dan perlu bersatu sehingga menjadi kuat seperti sebuah rantai.

c. Sila Ketiga

Nilai-nilai Pancasila pada sila ketiga Pancasila yakni mengutamakan persatuan dan
kesatuan daripada kepentingan pribadi. Hal ini sesuai dengan lambang sila ketiga yakni
Pohon Beringin, yang dikorelasikan dengan keragaman suku bangsa yang menyatu di
bawah nama Indonesia. Meski beragam suku bangsa, namun tetp mementingkan
persatuan dan kesatuan negara.

d. Sila Keempat

Nilai-nilai Pancasila pada sila keempat yaitu musyawarah mufakat. Hal ini sesuai
dengan lambang Kepala Banteng yang memiliki filosofi sebagai hewan sosial yang suka
berkumpul, seperti halnya musyawarah, di mana orang-orang berdiskusi untuk
melahirkan suatu keputusan.

e. Sila Kelima

Nilai-nilai Pancasila pada sila kelima yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesi yakni gotong royong. Dengan gotong royong diharapkan akan timbul rasa
persaudaraan dan solidaritas sosial yang tinggi sehingga kesulitan dan tantangan yang
dihadapi akan semakin ringan.

Anda mungkin juga menyukai