Anda di halaman 1dari 3

NAMA : RAHMI NOFRIANI

NIM : 20253313055
PRODI : TEKNOLOGI PANGAN
MATA KULIAH : PENDIDIKAN PANCASILA

SEJARAH PANCASILA

Ketika akhirnya Pancasila disahkan sebagai dasar negara kita. Butuh proses yang
panjang, untuk bisa sampai kesana. Disamping juga menegangkan. Tak berlebihan, jika
proses pembuatan ideologi negara ini kemudian menjadi salah satu sejarah terpenting bagi
Indonesia.
Nama Pancasila sendiri diambil dari bahasa Sanskerta, terdiri dari dua kata, yakni
pañca yang berarti lima dan śīla yang berarti prinsip atau asas. Dengan kata lain, Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Ada lima sendi utama yang menyusun Pancasila, termasuk Ketuhanan Yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Dan kesemua ini tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan)
Undang-undang Dasar 1945.
Setelah sempat mengalami perubahan pada kandungan dan urutan lima sila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan, Pancasila akhirnya menjadi
Pancasila seperti yang kita kenal sekarang pada 1 Juni 1945, yang lalu dikenal sebagai Hari
Kesaktian Pancasila.

Sejarah Perumusan dan Lahirnya Pancasila


Semua berawal dari pemberian janji kemerdekaan oleh Perdana Menteri Jepang saat
itu, Kuniaki Koiso untuk Indonesia pada tanggal 7 September 1944. Pemerintah Jepang lalu
mendirikan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
pada tanggal 1 Maret 1945 (2605, tahun Showa 20) dengan tujuan untuk mempelajari hal-hal
yang berkaitan dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka.
BPUPKI diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman
Wedyodiningrat. Dalam pidato pembukaannya kala itu, dr. Radjiman antara lain mengajukan
pertanyaan kepada anggota-anggota Sidang – terdiri dari 74 orang (67 orang Indonesia, 7
orang Jepang). “Apa dasar Negara Indonesia yang akan kita bentuk ini?,” tanyanya.
Sontak, sejumlah usulan pun disampaikan oleh para anggota.
Muhammad Yamin, misalnya. Dalam pidatonya pada tanggal 29 Mei 1945, Ia
merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri
Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat.
Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah,
peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia.
Pada 1 Juni 1945, Soekarno menyebut dalam pidato spontannya yang kemudian
dikenal dengan judul “Lahirnya Pancasila”, dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan
Indonesia; Internasionalisme atau Peri-Kemanusiaan; Mufakat atau Demokrasi, dasar
perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan Sosial; Ketuhanan.
Nama Pancasila diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu.
“Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan,
dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini
dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa – namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas
atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan
abadi.”
Usulan Soekarno diterima dengan baik oleh semua peserta sidang. Setelah itu, tanggal
1 Juni 1945 pun diketahui sebagai hari lahirnya pancasila.
Sebelum sidang pertama berakhir, suatu Panitia Kecil dibentuk untuk tak hanya
merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar Negara – mengacu pada pidato yang diucapkan
Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, tetapi juga menjadikan dokumen itu sebagai teks untuk
memproklamasikan Indonesia Merdeka.
Dari Panitia Kecil itu dipilih 9 orang yang dikenal dengan Panitia Sembilan, untuk
menyelenggarakan tugas itu. Rencana mereka itu disetujui pada tanggal 22 Juni 1945 yang
kemudian diberi nama Piagam Jakarta.
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa
dokumen penetapannya ialah:
 Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) – tanggal 22 Juni 1945
 Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 – tanggal 18 Agustus 1945
 Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat – tanggal 27
Desember 1949
 Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara – tanggal 15
Agustus 1950
 Rumusan Kelima: Rumusan Pertama menjiwai Rumusan Kedua dan merupakan suatu
rangkaian kesatuan dengan Konstitusi (merujuk Dekret Presiden 5 Juli 1959)

Protes Kecil Para Utusan


Setelah upacara proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, ada
beberapa utusan yang datang dari Indonesia Bagian Timur, untuk menyampaikan
keberatannya terkait bunyi sila pertama Pancasila. Beberapa utusan tersebut diantaranya Sam
Ratulangi, wakil dari Sulawesi, Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor, wakil dari
Kalimantan, I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara, dan Latu Harhary, wakil dari Maluku.
Menanggapi protes kecil ini, pada sidang PPKI pertama yang digelar 18 Agustus
1945, Hatta pun mengusulkan kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Pengubahan kalimat itu sebelumnya telah dikonsultasikan bersama 4 tokoh islam,
yakni Kasman Singodimejo, Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan.
Kesemua tokoh Islam ini menyetujui perubahan kalimat tersebut. Alhasil, pada
penetapan rancangan pembukaan sekaligus batang tubuh UUD 1945 pada Sidang PPKI I
tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila pun ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia.
Setelah itu, Pancasila sebagai dasar negara Indonesia telah diterima oleh semua pihak
dan bersifat final.

Anda mungkin juga menyukai