Anda di halaman 1dari 16

Nama : Muhammad Farhan

Nim : 1844190059
Jurusan : Informatika (Pagi)
Matkul : Pendidikan Pancasila

DETIK-DETIK LAHIRNYA PANCASILA

Sejarah Lahirnya Pancasila


Sesuai fakta sejarah, Pancasila tidak terlahir dengan seketika pada tahun 1945, tetapi
membutuhkan proses penemuan yang lama, dengan dilandasi oleh perjuangan bangsa dan
berasal dari gagasan dan kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Proses konseptualisasi yang
panjang ini ditandai dengan berdirinya organisasi pergerakan kebangkitan nasional, partai
politik, dan sumpah pemuda.
Dalam usaha merumuskan dasar Negara (Pancasila), muncul usulan-usulan pribadi yang
dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
antara lain:

 Muhammad Yamin, pada tanggal 29 Mei 1945 berpidato mengemukakan usulannya


tentang lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri
Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia berpendapat bahwa ke-5
sila yang diutarakan tersebut berasal dari sejarah, agama, peradaban, dan hidup
ketatanegaraan yang tumbuh dan berkembang sejak lama di Indonesia. Mohammad
Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.
 Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 mengemukakan PancaSila sebagai dasar negara
dalam pidato spontannya yang selanjutnya dikenal dengan judul "Lahirnya
Pancasila". Ir. Sukarno merumuskan dasar negara: Kebangsaan Indonesia,
Internasionalisme,-atau peri-kemanusiaan, Mufakat atau demokrasi, Kesejahteraan
sosial, KeTuhanan yang maha esa
Dari banyak usulan-usulan yang mengemuka, Ir. Soekarno berhasil mensintesiskan dasar
falsafah dari banyak gagasan dan pendapat yang disebut Pancasila pada 1 Juni
1945. Rumusan dasar Negara ini kemudian didadar kembali oleh panitia yang dibentuk
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan
dimasukkan ke Piagam Jakarta. Selanjutnya pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila secara
sah menjadi dasar Negara yang mengikat.
Sebelum disahkan, terdapat bagian yang di ubah” Ke-Tuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" diubah menjadi Ketuhanan Yang
Maha Esa”.

Rumusan butir-butir Pancasila yang pernah digagas, baik yang disampaikan dalam pidato Ir.
Soekarno ataupun rumusan Panitia Sembilan yang termuat dalam Piagam Jakarta adalah
sejarah dalam proses penyusunan dasar negara. Rumusan tersebut semuanya otentik sampai
akhirnya disepakati rumusan sebagaimana terdapat pada alinea keempat Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
Berdasarkan sejarah, ada tiga rumusan dasar negara yang dinamakan Pancasila, yaitu
rumusan konsep Ir. Soekarno yang dibacakan pada pidato tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang
BPUPKI, rumusan oleh Panitia Sembilan dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, dan
rumusan pada Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 yang disahkan oleh PPKI tanggal 18
Agustus 1945. Dengan demikian, rangkaian dokumen sejarah yang bermula dari 1 Juni 1945,
22 Juni 1945, hingga teks final 18 Agustus 1945 itu, dapat dimaknai sebagai satu kesatuan
dalam proses kelahiran Pancasila.

Sejarah Perumusan Pancasila

Sidang 29 Mei 1945, Dalam sidang ini, Moh Yamin mendapat kesempatan pertama untuk
berpidato dan menyampaikan lima sila yang diusulkannya yaitu; peri kebangsaan,
kemanusiaan, ketuhanan, kerakyatan, dan kesejahteraan bagi rakyat.
Setelah pidato selesai, Moh Yamin menyusun rancangan UUD yang mencakup lima asas
yaitu:
 Ketuhanan
 Kebangsaan
 Kemanusiaan

 Kerakyatan dengan permusyawaratan

 Keadilan Sosial

Sidang 31 Mei 1945, Setelah BPUPKI menyelenggarakan sidang pertama, dua hari


kemudian diadakan lagi sidang yang membahas perumusan pancasila ini.
Pada kedua ini sidang ini, Supomo menyampaikan usulannya yaitu lima asa negara antara
lain: keseimbangan lahir batin, persatuan, musyawarah, kekeluargaan, serta keadilan rakyat.

Sidang 1 Juni 1945, Sehari setelah sidang kedua, sidang ketiga dilaksanakan dengan pidato
dari Soekarno mengenai usulan asa negara yaitu; kebangsaan Indonesia, internasionalisme
(kemanusiaan), mufakat (demokrasi), kesejahteraan sosial, ketuhanan YME.

Peristiwa pada sidang ini diabadaikan sebagai hari penetapan pancasila. Usulan dari tiga
tokoh besar masa kemerdekaan Indonesia, ditampung dan dibahas kembali oleh anggota
BPUPKI yang lebih kecil lagi (panitia sembilan).

Sidang Panitia Sembilan (22 Juni 1945), Pada sidang ini, naskah rancangan pembukaan
UUD (piagam Jakarta/Jakarta Charter) telah berhasil dirumuskan oleh panitia sembilan.
Isinya yaitu:
 Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
 Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Persatuan Indonesia
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sidang panitia sembilan ini, menjadi akhir dari perumusan awal pancasila. Kemudian
pancasila resmi dijadikan dasar negara, ditandai dengan proklamasi.
Sehari setelah hari proklamasi pancasila, PPKI (berganti nama dari BPUKI)
menyempurnakan rumusan pancasila dalam pembukaan UUD.

Sidang 18 Agustus 1945, Pada sidang kali ini, sila pertama dari pancasila yang sudah
diproklamasikan diubah menjadi “Ketuhanan YME” oleh Muhammad Hatta.
Perdebatan mengenai perubahan sila pertama tak pernah berhenti hingga hari ini, padahal
pendiri negara Indonesia sudah menetapkan sila tersebut. Seharusnya masyarakat sepakat
akan keputusan pemerintah tersebut.

Instruksi Presiden No. 12 (1968), Setelah pancasila diproklamasikan pada 18 Agustus 1945,
masih banyak keberagaman pengucapan, perumusan, dan pembacaan dari isinya. Maka dari
itu, Soeharto menetapkan instruksi tentang rumusan pancasila.
Hasil dari rumusan yang baru tidak berbeda dengan yang sebelumnya, hanya saja ada
perubahan pada poin pertama yang menjadi “ketuhanan Yang Maha Esa”.
Karena Soeharto menganggap keberadaan Tuhan hanya satu, dan hal itu kembali kepada
kepercayaan masing-masing individu.
Instruksi presiden mengenai rumusan pancasila ini, berlaku dan dipakai oleh masyarakat
Indonesia hingga hari ini.
Para pejuang kemerdekaan tidak main-main dalam merumuskan dasar negara tersebut, maka
dari itu masyarakat harus melanjutkan visi dan tujuan yang telah dirumuskan dalam rangka
menghargai para pejuang.

Sejarah Kesaktian Pancasila


Salah satu hari bersejarah dari kesaktian pancasila ini, yaitu saat peristiwa G30S (30
September). Dimana tebunuhnya beberapa perwira militer angkatan darat, yang menjadi duka
nasional. Dilaksanakannya ritual pengibaran merah putih yang hanya dinaikan setengah tiang,
kemudian esok harinya (1 Oktober) bendera dinaikan hingga penuh. Prosesi tersebut
menyimbolkan duka nasional. Ada dua perwira yang gugur di Yogyakarta yaitu Soegiyono
dan Katamso, kemudian diadakannya prosesi pengibaran bendera yang dinaikan penuh.
Hal itu menandakan “kesaktian pancasila” atas kemenangan melawan ideologi komunis.
Ritual pengibaran bendera setiap tanggal 30 September dan 1 Oktober, menjadi prosesi yang
wajib dilakukan sebagai hari peringatan nasional. Namun setelah masa orde baru berhenti
saat reformasi 98 (Soeharto lengser), ritual pengibaran ini sudah sangat jarang dilakukan lagi.
Proses pembuatan atau perumusan pancasila memang sangat panjang, melalui beberapa
sidang dan kontroversi dari berbagai kalangan. Hingga akhirnya menjadi dasar negara yang
disepakati bersama, meskipun masih ada saja yang menolak. Namun, kesaktian dari pancasila
ini mampu menumbuhkan nasionalisme.

Arti Lambang Pancasila


Burung Garuda merupakan lambang negara Indonesia sejak negara ini berdiri. Akan tetapi
tidak semua orang tahu tentang arti dan makna garuda pancasila sebagai lambang negara.
Sebagai bangsa Indonesia paling tidak kita tahu dan mengerti arti lambang negara kita sediri
sebagai sikap penghargaan terhadap perjuangan para pendiri bangsa dan kelak dapat
menceritakan kepada anak cucu kita sebagai generasi penerus bangsa.
 Burung Garuda Pancasila dalam cerita kuno tentang para dewa adalah kendaraan
Dewa Vishnu yang besar dan kuat.
 Warna Burung Garuda adalah kuning emas yang menggambarkan sifat agung dan
jaya.
 Garuda adalah seekor burung gagah dengan paruh, sayap, ekor, dan cakar yang
menggambarkan kekuatan dan tenaga pembangunan
 Jumlah bulu burung garuda pancasila memiliki melambangkan hari kemerdekaan
Indonesia , 17 Agustus 1945
 Bulu masing-masing sayah berjumlah 17 helai
 Bulu Ekor berjumlah 8 helai
 Bulu Leher berjumlah 45 helai
 gambar pancasila
Di bagian dada burung garuda terdapat perisai yang dalam kebudayaan serta peradaban
bangsa Indonesia merupakan senjata untuk berjuang, bertahan, dan berlindung untuk meraih
tujuan. Perisai Garuda bergambar lima simbol yang memiliki arti masing-masing:
 Bintang, sila ke-1 Pancasila, melambangkan Ketuhanan yang Maha Esa
 Rantai Baja, sila ke-2, melambangkan Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Pohon beringin, sila ke-3, melambangkan Persatuan Indonesia
 Kepala banteng, sila ke-4, melambangkan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan.
 Padi dan kapas, sila ke-5, melambangkan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Garis hitam tebal di tengah perisai melambangkan garis katulistiwa yang melukiskan lokasi
Indonesia berada di garis katulistiwa. Warna dasar perisai adalah merah putih seperti warna
bendera Indonesia.
Filsafat Pancasila

Sebagai suatu paham filosofis, pemahaman terhadap Pancasila pada hakekatnya dapat
dikembalikan kepada dua pengertian pokok, yaitu pengertian Pancasila sebagai pandangan
hidup dan sebagai Dasar Negara.

Secara etimologis kata ”filsafat“ berasal dari bahasa Yunani “philosophia” yang berarti “cinta
kearifan” kata philosophia tersebut berasal dari kata“philos” (pilia, cinta) & “sophia”
(kearifan). Berdasarkan pengertian bahasa tersebut filsafat berarti juga cinta kearifan. Kata
kearifan bisa juga bermakna “wisdom” atau kebijaksanaan sehingga filsafat dapat juga
bermakna cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat
berarti merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa
menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia.
Seorang ahli pikir disebut filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos. Pengetahuan
bijaksana memberikan kebenaran, orang, yang mencintai pengetahuan bijaksana, karena itu
yang mencarinya adalah oreang yang mencintai kebenaran. Tentang mencintai kebenaran
adalah karakteristik dari setiap filosof dari dahulu sampai sekarang. Di dalam mencari
kebijaksanaan itu, filosof mempergunakan cara dengan berpikir sedalam-dalamnya
(merenung). Hasil filsafat (berpikir sedalam-dalamnya) disebut filsafat atau falsafah. Filsafat
sebagai hasil berpikir sedalam-dalamnya diharapkan merupakan suatu yang paling bijaksana
atau setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan.

Pengertian Pancasila

Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia yang berasal dari ajaran budha
dalam kitab tripitaka dua kata: panca yang berarti lima dan syila yang berarti dasar. Jadi
secara leksikal Pancasia bermakna lima aturan tingkah laku yang penting.

Pengertian Pancasila menurut Ir.Soekarno, Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia yang


turun-temurun sekian lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan barat. Dengan demikian,
Pancasila tidak hanya falsafah bangsa tetapi lebih luas lagi yakni falsafah bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang dalam, yang kemudian dituangkan dalam
suatu “sistem” yang tepat. Sedangkan Notonagoro (Ruyadi, 2003:16) menyatakan,
Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakekat dari
Pancasila.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan
dasar aksiologis tersendiri, yang membedakannya dengan sistem filsafat lain.
Secara ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakekat dasar dari sila-sila Pancasila. Notonagoro (Ganeswara,
2007:7) menyatakan bahwa hakekat dasar ontologis Pancasila adalah manusia, sebab
manusia merupakan subjek hukum pokok dari Pancasila. Selanjutnya hakekat manusia itu
adalah semua kompleksitas makhluk hidup baik sebagai makhluk individu sekaligus sebagai
makhluk sosial.
Secara lebih lanjut hal ini bisa dijelaskan, bahwa yang berkeTuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang
berkeadilan sosial adalah manusia.
Kajian epistemologis filsafat Pancasila, dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakekat
Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Menurut Titus (Kaelan, 2007:15) terdapat tiga
persoalan mendasar dalam epistemologi yaitu :
1) tentang sumber pengetahuan manusia;
2) tentang teori kebenaran pengetahuan manusia; dan
3) tentang watak pengetahuan manusia.
Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana diketahui bahwa Pancasila digali dari
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sendiri serta dirumuskan secara bersama-sama oleh “The
Founding Fathers” kita. Jadi bangsa Indonesia merupakan Kausa Materialis-nya Pancasila.
Selanjutnya, Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan memiliki susunan yang bersifat
formal logis, baik dalam arti susunan sila-silanya maupun isi arti dari sila-silanya. Susunan
sila-sila Pancasila bersifat hierarkhis piramidal.
Selanjutnya, sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan
dasar aksiologinya yaitu nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakekatnya juga
merupakan suatu kesatuan.

Ideologi Pancasila
Secara etimologis, istilah Ideologi berasal dari kata “idea” yang berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita, pemikiran, dan kata “logos” yang berarti ilmu. Kata “oida” berasal
dari bahasa Yunani yang berarti mengetahui, melihat, bentuk. Pengertian ideologi secara
umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan,
kepercayaan-kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut dan mengatur
tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan.

Idologi menurut Gunawan Setiardjo: Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan atau


aqidah 'aqliyyah (akidah yang sampai melalui proses berpikir) yang melahirkan aturan-
aturan dalam kehidupan.Pada dasarnya ideologi terbagi dua bagian, yaitu Ideologi Tertutup
dan Ideologi Terbuka. Ideologi Tertutup merupakan suatu pemikiran tertutup. Sedangkan
Ideologi Terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka. Ideologi Terbuka memiliki ciri
khas yaitu nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan
diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat sendiri. Ideologi terbuka
diciptakan oleh Negara melainkan digali dan ditemukan dalam masyarakat itu sendiri. Oleh
karena itu, Ideologi terbuka merupakan milik semua masyarakat dalam menemukan ‘dirinya’
dan ‘kepribadiannya’ dalam Ideologi tersebut.
Pancasila sebagai suatu Ideologi tidak bersifat tertutup dan kaku, tetapi bersifat reformatif,
dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa Ideologi pancasila besifat aktual, dinamis,
antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek), serta dinamika perkembangan aspirasi
masyarakat.Keluwesan dan fleksibelitas serta keterbukaan yang dimiliki oleh ideologi
Pancasila menjadikan Pancasila tidak ketinggalan zaman dalam tatanan sosial, namun
sifatnya yang terbuka bukan berarti nilai-nilai dasar Pancasila dapat dirubah /diganti dengan
nilai dasar yang lain. Sebab jika nialai dasar tersebut dirubah berarti meniadakan Pancasila
bahkan membubarkan Negara RI. Yang dimaksud dengan ideologi Pancasila yang bersifat
terbuka adalah nilai-nilai dasar dari Pancasila dapat dikembangkan sesuai dengan bangsa
Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman.
Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka maka secara struktural Pancasila memiliki tiga
dimensi sebagai berikut:

 Dimensi idealis, bahwa nilai-nilai dasar ideologis tersebut mengandung idealisme,


bukan angan-angan yang memberi hambatan tentang masa depan yang lebih baik
melalui perwujudan atau pengalamannya dalam praktek kehidupan bersama mereka
sehari-hari dengan berbagai dimensinya
 Dimensi Fleksibilitas, bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang
memungkinkan Merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan
tentang dirinya, tanpa menghilangkan hakikat (jati diri) yang terkandung dalam nilai
dasar.
 Dimensi realitas, adalah suatu Ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang
hidup & berkembang dalam masyarakat. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam
ideologi secara reel berakar dan hidup dalam masyarakat/bangsanya, terutama karena
nilai-nilai dasar tersebut bersumber dari budaya dan pengalaman sejarahnya.  Oleh
karena itu, selain memiliki dimensi nilai-nilai ideal dan normative, pancasila juga
harus mampu dijabarkan dalam kehidupan bermasyarakat secara nyata, baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelenggaraan Negara. 
Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh pancasila sebagai Ideologi terbuka, maka sifat
Ideologi pancasila tidak bersifat “utopis”, yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang
jauh dari kehidupan sehari-hari secara nyata. Pancasila juga bukan merupakan Ideologi
“pragmatis” yang hanya menekankan segi praktisi belaka tanpa adanya aspek idealisme.
Ideologi Pancasila yang bersifat terbuka hakikatnya nilai-nilai dasar yang bersifat unviversal
dan tetap. Adapun penjabaran dan realisasinya senantiasa dieksplisitkan secara dinamis-
reformatif yang senantiasa mampu melakukan perubahan sesuai dengan dinamika aspirasi
masyarakat.

Makna ideologi pancasila

Setelah memahami pengertian dari ideologi, kita perlu mengetahui bahwa pancasila sebagai
ideologi nasional bangsa Indonesia juga memiliki makna sebagai berikut :
 Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi cita-cita yang hendak dicapai
menjadi pedoman hidup dalam penyelenggaraan bernegara.
 Pancasila disepakati bersama dan digunakan sebagai prinsip yang dipegang teguh dan
menjadi sarana pemersatu bangsa Indonesia.
Kedua makna di atas menunjukkan bahwa pancasila menjadi fundamental dalam kehidupan
bernegara di Indonesia. Apabila sebuah wilayah di Indonesia memiliki kebijakan tanpa
berlandaskan pancasila maka secara otomatis aturan tersebut tidak berlaku.

Nilai-nilai ideologi pansasila


Pancasila memiliki lima sila yang memiliki nilai Ketuhanan,Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan dan Keadilan. Nilai-nilai ini menjadi dasar untuk hidup berbangsa dan
bernegara. Nilai-nilai tersebut adalah nilai yang bersifat objektif dan yang bersifat subjektif.
Objektif
Nilai-nilai pancasila memiliki sifat objektif yang berarti :
 Rumusan dari sila Pancasila memiliki makna yang paling dalam.
 Pancasila yang terdapat pada pembukaan UUD 1945 sebagai kaidah pokok yang
mendasar
 Nilai-nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia
Subjektif
Nilai-nilai pancasila bersifat subjektif yang berarti keberadaan nilai pancasila bergantung
pada bangsa Indonesia sendiri. Hal tersebut dikarenakan :
 Nilai-nilai Pancasila muncul dari bangsa Indonesia.
 Terdapat nilai-nilai kerohanian yang terkandung di dalam pancasila.
 Menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia.
 Nilai-nilai Pancasila berasal dan tumbuh serta berkembang dari budaya bangsa
Indonesia.

Fungsi ideologi pancasila

Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila digunakan sebagai ideologi nasional bangsa
Indonesia. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa pancasila yang digunakan sebagai ideologi
negara memiliki peranan atau fungsi yaitu:
1. Sarana pemersatu bangsa Indonesia.

2. Membimbing dan mengarahkan bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan.

3. Memberikan motivasi untuk menjaga dan memajukan jati diri bangsa Indonesia.

4. Menunjukkan jalan serta mengawasi dalam upaya mewujudkan cita-cita yang


terkandung dalam pancasila.

5. Menjadi pedoman hidup bangsa Indonesia untuk menjaga keutuhan negara.

6. Menumbuhkan jiwa nasionalisme dan patriotisme.

Pancasila Dalam Kehidupan Sehari Hari

Filosofi Negara Indonesia dirumuskan oleh pemimpin nasionalis Indonesia, Sukarno Hatta.
Istilah pancasila terdiri dari dua kata Sansekerta, yaitu “panca” yang berarti lima, dan “sila”
yang berarti prinsip.Pancasila terdiri dari lima prinsip yang tidak dapat dipisahkan dan saling
terkait. Ada banyak nilai dan makna yang terkandung dalam pancasila, yang bisa diamalkan
dalam keseharian Anda. Menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari hari
merupakan salah satu kewajiban sebagai warga Negara Indonesia. Terutama sila pertama
yang berbunyi, “Ketuhanan yang Maha Esa”
Nilai Nilai Pancasila Ke 1

Prinsip pertama dari ideologi Indonesia ini menyatakan bahwa setiap orang harus memiliki
agama.
Konstitusi Indonesia menjamin hak kebebasan beragama.
Sila pertama ini juga mengandung nilai religius sekaligus menjadi dasar dari kehidupan
spiritual manusia.
Agama adalah pondasi terbesar dalam kehidupan, oleh sebab itu sila ketuhanan berada di
urutan pertama.
Di Indonesia dan banyak negara lainnya, agama merupakan hak asasi setiap orang yang
dilindungi hukum dan tercantum dalam undang-undang, sehingga tidak boleh dipaksakan
ataupun dilarang.

Dan berikut nilai Pancasila Ke 1:

 Percaya bahwa Tuhan itu ada


 Ketakwaan pada Tuhan (menjalani perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya)

 Menjalankan ibadah dengan tidak mengganggu agama lain

 Toleransi dan saling menghargai antar umat beragama

 Bekerjasama antar umat beragama

 Tidak rasis

Alasan lain dari “ketuhanan” menjadi sila pertama pancasila adalah karena nilai-nilai dari sila
pertama ini meliputi keempat sila lainnya.
Sila kedua bahkan sangat erat hubungannya dengan sila pertama, yaitu “Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab”.
Prinsip ini mensyaratkan bahwa setiap orang harus memperlakukan satu sama lain dengan
memperhatikan martabat mereka sebagai ciptaan Tuhan.
Sila ini menekankan bahwa tidak boleh ada penindasan fisik atau agama oleh rakyat
Indonesia sendiri atau oleh bangsa lain mana pun.

Nilai Nilai Pancasila Ke 2

Sebagai orang yang beragama, manusia diwajibkan untuk bersikap baik dan saling mengasihi
kepada sesama manusia dan makhluk Tuhan lainya, dan tidak membeda-bedakan. Apalagi
manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang ditakdirkan untuk hidup dalam
masyarakat, dan senantiasa membutuhkan orang lain.

Nilai-nilai pancasila ke 2 dalam praktek sehari-hari adalah:

 Setiap orang memiliki hak yang sama dalam hal agama, hukum, masyarakat,
kesehatan, perlindungan, dll.
 Tidak boleh membedakan manusia berdasarkan warna kulit, ekonomi, suku,
pendidikan, tempat tinggal, dll

 Memiliki sikap tenggang rasa

 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan

 Berani membela kebenaran

 Memiliki sikap sopan santun

 Menghargai pendapat orang lain

Nilai-nilai sakral pancasila ini adalah prinsip budaya yang harus dihormati oleh setiap warga
Negara Indonesia. Apakah Anda sudah mengamalkan nilai-nilai dari pancasila dalam
aktivitas sehari-hari? Jadilah warga yang bermanfaat dan bermartabat dengan menjadikan
pancasila sebagai pedoman bermasyarakat.

Nilai Nilai Pancasila Ke 3

Menerapkan nilai pancasila yang ke tiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia“ Bahwa sebagai
warga Indonesia kita harus bersatu walaupun berbeda-beda suku maupun agama.
Berikut ini yang dapat diambil makna dalam nilai pancasila yang ketiga:

 Memiliki sifat bangga ketika menggunakan bahasa persatuan Indonesia yaitu bahasa
indonesia
 Rela berjuang dan berkorban demi bangsa Indonesia

 Memiliki cinta kepada bangsa Negara Indonesia

 Memiliki sifat persatuan dan kesatuan dalam kepentingan bangsa ketimbang


kepentingan diri sendiri

 Persatuan Indonesia harus menjunjung tinggi dan membela Indonesia, dimana sebagai
warga Indonesia wajib untuk mempunyai berjiwa patriotrisme.

Nilai Nilai Pancasila Ke 4

Pancasila merupakan landasan utama bagi masyarakat Indonesia, dengan dibawah


kepimpinan yang bijaksana sebagaimana bunyi pancasila yang ke empat “Kerakyatan Yang
Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan”.

Dari sila yang ke empat dapat terkandung nilai makna sebagai berikut:

 Pemimpin bangsa yang bijaksana dan mempunyai akal yang sehat


 Kedaualatan bangsa negera berada diposisi tangan rakyat

 Keputusan-keputusan diambil dengan cara bermusyawarah

 Tidak ada keterpaksaan dalam kehendak orang lain

Nilai Nilai Pancasila Ke 5

Negara Indonesia harus berperilaku adil dalam hal sosial bagi rakyatnya, yang telah
semestinya di utarakan pada sila yang ke lima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia”.

Dari sila ini terdapat nilai-nilai yaitu:

 Berperilaku adil dalam kehidupan sehari-hari baik dari segi bidang ekonomi maupun
politik.
 Mempunyai wujud keadilan kepada rakyat Indonesia
 Menghormati hak kewajiban yang dimiliki orang lain

 Mendukung perubahan untuk pembangunan dan kemajuan Negara

Butir-butir Pengamalan Pancasila


Butir-butir pengamalan pancasila pertama kali didasarkan dari Ketetapan MPR
No.II/MPR/1978. Kemudian, butir-butir pancasila tersebut mengalami penyesuaian kembali
berdasarkan Ketetapan MPR no. I/MPR/2003.
Berikut ini adalah butir-butir pengamalan pancasila baik sila ke-1, 2, 3, 4, dan 5:
Butir-butir Pancasila Sila Pertama – Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.

2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.

3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan


terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai


dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.

Butir-butir Pancasila Sila Kedua – Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.


5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

8. Berani membela kebenaran dan keadilan.

9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

Sila Ketiga – Persatuan Indonesia


1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan


keadilan sosial.

6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Sila Keempat – Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan dan Perwakilan
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan


bersama.

4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.

6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.

7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi


dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada


Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.

10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan


pemusyawaratan.

Sila Kelima – Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.

2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak orang lain.

5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain.

7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.

8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan


kepentingan umum.

9. Suka bekerja keras.

10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.

11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

Anda mungkin juga menyukai