Nim : 1844190059
Jurusan : Informatika (Pagi)
Matkul : Pendidikan Pancasila
Rumusan butir-butir Pancasila yang pernah digagas, baik yang disampaikan dalam pidato Ir.
Soekarno ataupun rumusan Panitia Sembilan yang termuat dalam Piagam Jakarta adalah
sejarah dalam proses penyusunan dasar negara. Rumusan tersebut semuanya otentik sampai
akhirnya disepakati rumusan sebagaimana terdapat pada alinea keempat Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
Berdasarkan sejarah, ada tiga rumusan dasar negara yang dinamakan Pancasila, yaitu
rumusan konsep Ir. Soekarno yang dibacakan pada pidato tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang
BPUPKI, rumusan oleh Panitia Sembilan dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, dan
rumusan pada Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 yang disahkan oleh PPKI tanggal 18
Agustus 1945. Dengan demikian, rangkaian dokumen sejarah yang bermula dari 1 Juni 1945,
22 Juni 1945, hingga teks final 18 Agustus 1945 itu, dapat dimaknai sebagai satu kesatuan
dalam proses kelahiran Pancasila.
Sidang 29 Mei 1945, Dalam sidang ini, Moh Yamin mendapat kesempatan pertama untuk
berpidato dan menyampaikan lima sila yang diusulkannya yaitu; peri kebangsaan,
kemanusiaan, ketuhanan, kerakyatan, dan kesejahteraan bagi rakyat.
Setelah pidato selesai, Moh Yamin menyusun rancangan UUD yang mencakup lima asas
yaitu:
Ketuhanan
Kebangsaan
Kemanusiaan
Keadilan Sosial
Sidang 1 Juni 1945, Sehari setelah sidang kedua, sidang ketiga dilaksanakan dengan pidato
dari Soekarno mengenai usulan asa negara yaitu; kebangsaan Indonesia, internasionalisme
(kemanusiaan), mufakat (demokrasi), kesejahteraan sosial, ketuhanan YME.
Peristiwa pada sidang ini diabadaikan sebagai hari penetapan pancasila. Usulan dari tiga
tokoh besar masa kemerdekaan Indonesia, ditampung dan dibahas kembali oleh anggota
BPUPKI yang lebih kecil lagi (panitia sembilan).
Sidang Panitia Sembilan (22 Juni 1945), Pada sidang ini, naskah rancangan pembukaan
UUD (piagam Jakarta/Jakarta Charter) telah berhasil dirumuskan oleh panitia sembilan.
Isinya yaitu:
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sidang panitia sembilan ini, menjadi akhir dari perumusan awal pancasila. Kemudian
pancasila resmi dijadikan dasar negara, ditandai dengan proklamasi.
Sehari setelah hari proklamasi pancasila, PPKI (berganti nama dari BPUKI)
menyempurnakan rumusan pancasila dalam pembukaan UUD.
Sidang 18 Agustus 1945, Pada sidang kali ini, sila pertama dari pancasila yang sudah
diproklamasikan diubah menjadi “Ketuhanan YME” oleh Muhammad Hatta.
Perdebatan mengenai perubahan sila pertama tak pernah berhenti hingga hari ini, padahal
pendiri negara Indonesia sudah menetapkan sila tersebut. Seharusnya masyarakat sepakat
akan keputusan pemerintah tersebut.
Instruksi Presiden No. 12 (1968), Setelah pancasila diproklamasikan pada 18 Agustus 1945,
masih banyak keberagaman pengucapan, perumusan, dan pembacaan dari isinya. Maka dari
itu, Soeharto menetapkan instruksi tentang rumusan pancasila.
Hasil dari rumusan yang baru tidak berbeda dengan yang sebelumnya, hanya saja ada
perubahan pada poin pertama yang menjadi “ketuhanan Yang Maha Esa”.
Karena Soeharto menganggap keberadaan Tuhan hanya satu, dan hal itu kembali kepada
kepercayaan masing-masing individu.
Instruksi presiden mengenai rumusan pancasila ini, berlaku dan dipakai oleh masyarakat
Indonesia hingga hari ini.
Para pejuang kemerdekaan tidak main-main dalam merumuskan dasar negara tersebut, maka
dari itu masyarakat harus melanjutkan visi dan tujuan yang telah dirumuskan dalam rangka
menghargai para pejuang.
Garis hitam tebal di tengah perisai melambangkan garis katulistiwa yang melukiskan lokasi
Indonesia berada di garis katulistiwa. Warna dasar perisai adalah merah putih seperti warna
bendera Indonesia.
Filsafat Pancasila
Sebagai suatu paham filosofis, pemahaman terhadap Pancasila pada hakekatnya dapat
dikembalikan kepada dua pengertian pokok, yaitu pengertian Pancasila sebagai pandangan
hidup dan sebagai Dasar Negara.
Secara etimologis kata ”filsafat“ berasal dari bahasa Yunani “philosophia” yang berarti “cinta
kearifan” kata philosophia tersebut berasal dari kata“philos” (pilia, cinta) & “sophia”
(kearifan). Berdasarkan pengertian bahasa tersebut filsafat berarti juga cinta kearifan. Kata
kearifan bisa juga bermakna “wisdom” atau kebijaksanaan sehingga filsafat dapat juga
bermakna cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat
berarti merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa
menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia.
Seorang ahli pikir disebut filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos. Pengetahuan
bijaksana memberikan kebenaran, orang, yang mencintai pengetahuan bijaksana, karena itu
yang mencarinya adalah oreang yang mencintai kebenaran. Tentang mencintai kebenaran
adalah karakteristik dari setiap filosof dari dahulu sampai sekarang. Di dalam mencari
kebijaksanaan itu, filosof mempergunakan cara dengan berpikir sedalam-dalamnya
(merenung). Hasil filsafat (berpikir sedalam-dalamnya) disebut filsafat atau falsafah. Filsafat
sebagai hasil berpikir sedalam-dalamnya diharapkan merupakan suatu yang paling bijaksana
atau setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan.
Pengertian Pancasila
Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia yang berasal dari ajaran budha
dalam kitab tripitaka dua kata: panca yang berarti lima dan syila yang berarti dasar. Jadi
secara leksikal Pancasia bermakna lima aturan tingkah laku yang penting.
Ideologi Pancasila
Secara etimologis, istilah Ideologi berasal dari kata “idea” yang berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita, pemikiran, dan kata “logos” yang berarti ilmu. Kata “oida” berasal
dari bahasa Yunani yang berarti mengetahui, melihat, bentuk. Pengertian ideologi secara
umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan,
kepercayaan-kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut dan mengatur
tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan.
Setelah memahami pengertian dari ideologi, kita perlu mengetahui bahwa pancasila sebagai
ideologi nasional bangsa Indonesia juga memiliki makna sebagai berikut :
Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi cita-cita yang hendak dicapai
menjadi pedoman hidup dalam penyelenggaraan bernegara.
Pancasila disepakati bersama dan digunakan sebagai prinsip yang dipegang teguh dan
menjadi sarana pemersatu bangsa Indonesia.
Kedua makna di atas menunjukkan bahwa pancasila menjadi fundamental dalam kehidupan
bernegara di Indonesia. Apabila sebuah wilayah di Indonesia memiliki kebijakan tanpa
berlandaskan pancasila maka secara otomatis aturan tersebut tidak berlaku.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila digunakan sebagai ideologi nasional bangsa
Indonesia. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa pancasila yang digunakan sebagai ideologi
negara memiliki peranan atau fungsi yaitu:
1. Sarana pemersatu bangsa Indonesia.
3. Memberikan motivasi untuk menjaga dan memajukan jati diri bangsa Indonesia.
Filosofi Negara Indonesia dirumuskan oleh pemimpin nasionalis Indonesia, Sukarno Hatta.
Istilah pancasila terdiri dari dua kata Sansekerta, yaitu “panca” yang berarti lima, dan “sila”
yang berarti prinsip.Pancasila terdiri dari lima prinsip yang tidak dapat dipisahkan dan saling
terkait. Ada banyak nilai dan makna yang terkandung dalam pancasila, yang bisa diamalkan
dalam keseharian Anda. Menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari hari
merupakan salah satu kewajiban sebagai warga Negara Indonesia. Terutama sila pertama
yang berbunyi, “Ketuhanan yang Maha Esa”
Nilai Nilai Pancasila Ke 1
Prinsip pertama dari ideologi Indonesia ini menyatakan bahwa setiap orang harus memiliki
agama.
Konstitusi Indonesia menjamin hak kebebasan beragama.
Sila pertama ini juga mengandung nilai religius sekaligus menjadi dasar dari kehidupan
spiritual manusia.
Agama adalah pondasi terbesar dalam kehidupan, oleh sebab itu sila ketuhanan berada di
urutan pertama.
Di Indonesia dan banyak negara lainnya, agama merupakan hak asasi setiap orang yang
dilindungi hukum dan tercantum dalam undang-undang, sehingga tidak boleh dipaksakan
ataupun dilarang.
Tidak rasis
Alasan lain dari “ketuhanan” menjadi sila pertama pancasila adalah karena nilai-nilai dari sila
pertama ini meliputi keempat sila lainnya.
Sila kedua bahkan sangat erat hubungannya dengan sila pertama, yaitu “Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab”.
Prinsip ini mensyaratkan bahwa setiap orang harus memperlakukan satu sama lain dengan
memperhatikan martabat mereka sebagai ciptaan Tuhan.
Sila ini menekankan bahwa tidak boleh ada penindasan fisik atau agama oleh rakyat
Indonesia sendiri atau oleh bangsa lain mana pun.
Sebagai orang yang beragama, manusia diwajibkan untuk bersikap baik dan saling mengasihi
kepada sesama manusia dan makhluk Tuhan lainya, dan tidak membeda-bedakan. Apalagi
manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang ditakdirkan untuk hidup dalam
masyarakat, dan senantiasa membutuhkan orang lain.
Setiap orang memiliki hak yang sama dalam hal agama, hukum, masyarakat,
kesehatan, perlindungan, dll.
Tidak boleh membedakan manusia berdasarkan warna kulit, ekonomi, suku,
pendidikan, tempat tinggal, dll
Nilai-nilai sakral pancasila ini adalah prinsip budaya yang harus dihormati oleh setiap warga
Negara Indonesia. Apakah Anda sudah mengamalkan nilai-nilai dari pancasila dalam
aktivitas sehari-hari? Jadilah warga yang bermanfaat dan bermartabat dengan menjadikan
pancasila sebagai pedoman bermasyarakat.
Menerapkan nilai pancasila yang ke tiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia“ Bahwa sebagai
warga Indonesia kita harus bersatu walaupun berbeda-beda suku maupun agama.
Berikut ini yang dapat diambil makna dalam nilai pancasila yang ketiga:
Memiliki sifat bangga ketika menggunakan bahasa persatuan Indonesia yaitu bahasa
indonesia
Rela berjuang dan berkorban demi bangsa Indonesia
Persatuan Indonesia harus menjunjung tinggi dan membela Indonesia, dimana sebagai
warga Indonesia wajib untuk mempunyai berjiwa patriotrisme.
Dari sila yang ke empat dapat terkandung nilai makna sebagai berikut:
Negara Indonesia harus berperilaku adil dalam hal sosial bagi rakyatnya, yang telah
semestinya di utarakan pada sila yang ke lima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia”.
Berperilaku adil dalam kehidupan sehari-hari baik dari segi bidang ekonomi maupun
politik.
Mempunyai wujud keadilan kepada rakyat Indonesia
Menghormati hak kewajiban yang dimiliki orang lain
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.