Anda di halaman 1dari 9

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN

BANGSA

Kelompok 1 TRO-B :
1. Adhe Yuliawan
2. Afida Maelasari
3. Ananta Salman Hadito
4. Defryan Yusuf
5. Erza Zidan A’laudin Zulfa
6. Fadlila Qolbi Nur Azizah

POLITEKNIK KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN


2021/2022
A. LATAR BELAKANG
Pancasila menjadi dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945 disahkan oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Lima asas tersebut diambil dari adat
istiadat, kepercayaan, dan kebudayaan bangsa kita. Oleh karena itu untuk memahami
Pancasila secara utuh diperlukan pemahaman sejarah bangsa Indonesia dalam
membentuk ideologi suatu negara karena semua itu berhubungan dengan sejarah
perjuangan bangsa.
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf keempat Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945. Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila
Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila
pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

B. PERMASALAHAN
1. Bagaimana peran BPUPKI dan PPKI dalam merumuskan Pancasila?
2. Apa latar belakang perubahan sila pertama Pancasila?
3. Apa hambatan terhadap ideologi Pancasila?
4. Bagaimana sistematika Pancasila dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan?

C. PEMBAHASAN
1. Peran BPUPKI dan PPKI dalam merumuskan Pancasila
Dokuritsu Junbi Chōsa-kai, lebih dikenal sebagai Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesi (BPUPKI) yaitu sebuah badan yang dibentuk oleh
pemerintah pendudukan Jepang pada 1 Maret 1945. BPUPKI hanya dibentuk untuk
kedua wilayah Jawa dan Sumatra. Pendirian badan ini sudah diumumkan oleh Kumakichi
Harada pada tanggal 1 Maret 1945, pada tanggal 29 April 1945 BPUPKI diresmikan.
BPUPKI beranggotakan 67 orang yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung
(K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil ketua Ichibangase Yosio (orang
Jepang) dan Raden Pandji Soeroso. Badan ini bersidang sebanyak 2 kali :

Sidang pertama (29 Mei – 1 Juni 1945)

Dalam sidang tersebut, ada 3 tokoh yang memberikan usulan atau rumusan dasar
negara, yaitu Mohammad Yamin, Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.

Mohammad Yamin adalah seorang sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli
hukum. Dalam pidatonya pada 29 Mei 1945, Moh. Yamin mengemukakan 5 dasar negara
yaitu :

1. Peri kebangsaan
2. Peri kemanusiaan
3. Peri ketuhanan
4. Peri kerakyatan
5. Kesejahteraan rakyat

Selain Mohammad Yamin, gagasan dasar negara juga diusulkan Dr. Soepomo,
yang dikenal sebagai tokoh ahli hukum dan pahlawan nasional Indonesia. Lima rumusan
dasar negara Dr. Soepomo disampaikan dalam pidatonya pada 31 Mei 1945, yaitu:

1. Persatuan

2. Kekeluargaan

3. Keseimbangan lahir dan batin

4. Musyawarah

5. Keadilan rakyat

Ir. Soekarno juga menyampaikan gagasan dasar negara pada sidang yang digelar

1 Juni 1945. Ir. Soekarno memberikan usulan rumusan Pancasila yang diusulkan yaitu:

1. Kebangsaan indonesia – atau nasionalisme

2. Internasionalisme – atau peri-kemanusiaan

3. Mufakat – atau demokrasi


4. Kesejahteraan sosial

5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Sidang Ke Dua (10 juli-17 juli 1945)

Dalam sidang ke dua Ini BPUPKI membentuk Panitia kecil antara lain

1. Panitia Perancang UUD


2. Panitia Pembelaan Tanah Air
3. Panitia Ekonomi dan Keuangan.
Panitia perancang UUD dikrtuai oleh Ir Soekarno, Panitia Pembelaan Tanah Air diketuai
Abikoesno Tjokrosoejoso, sementara Panitia Ekonomi dan Keuangan diketuai
Mohammad Hatta.

Panitia Sembilan

Panitia Sembilan di bentuk pada tanggal 1 juni 1945 untuk membahas lebih lanjut
tentang Dasar Negara dan sebagainya. Pada tanggal 22 juni 1945 Panitia Sembilan
melakukan sidang kemudian menghasilkan calon Mukadimah hukum dasar yang dikenal
sebagai Piagam Jakarta, dalam alenia ke 4 berbunyi ;

1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

PPKI

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Zyunbi Iinkai


merupakan badan pengganti BPUPKI, yang mana bertugas menyiapkan indonesia
menjadi negara yang utuh.

Untuk keperluan membentuk PPKI tersebut, pada tanggal 8 Agustus 1945 tiga
orang tokoh pendiri negara, yaitu Ir. Soekarno, Mohammad Hatta dan Dr. K.R.T.
Radjiman Wedyodiningrat berangkat menemui Jenderal Besar Terauchi, Saiko Sikikan di
Saigon. Dalam pertemuan tersebut, Ir. Soekarno diangkat sebagai Ketua PPKI dan
Mohammad Hatta sebagai wakilnya. Kaitan PPKI dengan pancasila adalah pada sidang
pertama badan ini menetapkan presiden, wakil presiden, dan mengesahkan UUD 1945.
serta Pancasila pada pengesahan UUD.

2. Latar belakang perubahan sila pertama Pancasila


Piagam Jakarta menyantumkan tujuh kata yang terhapus dalam sila pertama
Pancasila, yaitu "kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya".
Lantas, kenapa tujuh kata itu dihapuskan saat Pancasila disahkan pada 18 Agustus 2021?
Dalam autobiografi Mohammad Hatta: Memoir (1979), Moh. Hatta menceritakan
bahwa sore hari selepas proklamasi kemerdekaan dibacakan, Hatta kedatangan seorang
opsir Angkatan Laut Jepang (Kaigun). Kaigun ini berkuasa di wilayah Indonesia timur
dan Kalimantan. Kendati demikian, Hatta menyatakan ia telah lupa nama utusan Kaigun
tersebut. Yang Hatta ingat, utusan Kaigun berujar bahwa “wakil-wakil Protestan dan
Katolik, yang [tinggal di wilayah yang] dikuasai Kaigun, sangat berkeberatan terhadap
bagian kalimat dalam pembukaan Undang-ndang Dasar, yang berbunyi: Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” Tujuh kata itu
dinilai sensitif dan menyinggung orang-orang non-muslim Indonesia. Hal ini juga
ditegaskan oleh Johannes Latuharhary ketika ia menyatakan “kalimat ini bisa juga
menimbulkan kekacauan,” protesnya sebagaimana dikutip dari Piagam Jakarta 22 Juni
(1981).
Melihat potensi cerai-berainya negara Indonesia yang baru diproklamasikan,
Hatta merelakan keberatan penyantuman tujuh kata itu dalam dasar negara. Tujuh kata itu
dapat dipandang sebagai diskriminasi pada golongan agama selain Islam. Hatta
berpandangan bahwa ancaman ini amat serius sehingga “jika diskriminasi itu ditetapkan,
mereka [Indonesia timur] lebih suka berdiri di luar Republik Indonesia.” Hatta
mempertimbangkan apabila ancaman dari utusan Kaigun itu bukan gertakan, maka
kondisi Indonesia dalam keadaan berbahaya karena berpotensi terjadi konflik internal
dalam negeri. Berdasarkan hal itu, esoknya pada 18 Agustus 1945, Hatta melobi Ki
Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim, Kasman Singodimedjo, dan Teuku Hasan untuk
merevisi Piagam Jakarta. Debat revisi Piagam Jakarta itu berlangsung singkat, hanya
sekitar 15 menit sebelum sidang PPKI dilangsungkan. Selepas kesepakatan penghapusan
tujuh kata dalam sila pertama Pancasila, sidang PPKI pun digelar untuk mengesahkan
UUD 1945, termasuk Pancasila di dalamnya sebagai pilar ideologis negara Indonesia.

3. Hambatan terhadap ideologi Pancasila

Kehidupan tata negara Indonesia mengalami dinamika dari masa ke masa,


termasuk adanya pihak-pihak tertentu yang berupaya meniadakan dan mengganti
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan dasar negara Indonesia. Di masa lalu tepatnya
sebelum reformasi, terdapat salah satu partai politik berhaluan kiri yang berpengaruh di
Indonesia, yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI). PKI secara historis melalui
pemberontakan-pemberontakan terhadap bangsa dan negara mengindikasikan kehendak
untuk mengganti dasar filsafat negara Indonesia yaitu Pancasila dengan paham
komunisme. Adanya konsep bernama Nasakom (Nasionalisme, Agama dan Komunisme)
yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno merupakan upaya menyatukan tiga kekuatan
politik yang juga didasarkan pada Pancasila. Namun di sisi lain juga terjadi polemik
karena konsep ini juga menimbulkan friksi politik terutama setelah Pancasila dijadikan
asas tunggal (bukan asas dasar) yang dinilai memicu Pemberontakan G30S/PKI yang
berupaya mengganti dasar falsafah Pancasila dengan paham kiri. PKI berupaya
mengkudeta Presiden Soekarno dan mengganti ideologi Pancasila dengan Komunis yang
mengancam Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara.

4. Sistematika Pancasila dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan : Periode 17


Agustus 1945-27 Desember 1949
Periode pertama terbentuknya negara RI, konstitusi yang berlaku adalah UUD 1945 yang
disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yang dalam pembukaannya terdapat rumusan
Pancasila (5 sila). Sistem Presidensiil berjalan dengan kabinet bertanggungjawab kepada presiden
namun sistem ketatanegaraan berubah sejak ada Maklumat wapres No. X tanggal 16 Oktober
1945 terdapat KNIP yang melakukan fungsi legislatif dari sebelumnya pembantu presiden. Sejak
itu sistem presidensiil berubah menjadi sistem parlementer sehingga para menteri bertanggung
jawab kepada parlemen (KNIP). Sementara sistem pemerintahan berubah namun tekstual dalam
UUD 1945 tidak berubah, maka sistem pemerintahan dan administrasi negara tersebut menyalahi
UUD 1945.
Atas dasar KMB, terjadi perubahan sistem ketatanegaraan Indonesia dari negara kesatuan
menajdi negara RIS. Sebagai negara RIS, maka UUD 1945 tidak berlaku lagi sehingga rumusan
Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 juga tidak berlaku. Pada 27 Desember 1949 disepakatilah
konstitusi RIS. UUD 1945 hanya berlaku di negara bagian RI. Dalam mukaddimah konstitusi
RIS, terdapat rumusan dan sistematika Pancasila yaitu : Ketuhanan yang maha Esa, Peri
Kemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan, Keadilan Sosial. Mukaddimah tersebut telah
menghapuskan sama sekali jiwa, semangat atau isi mukaddimah UUD 1945 sebagai
penerjemahan resmi proklamasi kemerdekaan Indonesia, termasuk perubahan susunan kata-kata
kelima sila dalam Pancasila. Masa ini membuka jalan bagi penafsiran Pancasila secara bebas dan
sesuka hati sehingga menjadi sumber segala penyelewengan di dalam sejarah ketatanegaraan
Indonesia.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 menandai kembali berlakunya UUD 1945 sehingga rumusan
sistematika Pancasila tetap seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alineia ke
empat. Untuk mewujudkan pemerintahan negara berdasar UUD 1945 dan Pancasila dibentuklah
alat-alat perlengkapan negara : Presiden dan Menteri-Menteri, DPR-GR, MPRS, DPAS. Meski
kembali ke UUD 1945, tetapi dalam sistem ketatanegaraan terdapat beberapa penyimpangan
yaitu, pelaksanaan demokrasi terpimpin dengan presiden membentuk MPRS & DPAS, penentuan
masa jabatan presiden seumur hidup, berdirinya PKI yang berhaluan atheisme, adanya kudeta dari
PKI yang jelas-jelas akan membentuk negara komunis di Indonesia sebagai penyimpangan
terbesar, menyikapi kondisi ketatanegaraan yang semrawut tersebut, memunculkan Tritura yang
salah satu isinya adalah pelaksanaan kembali secara murni dan konsekuen Pancasila dan UUD
1945.

D. KESIMPULAN
Pancasila telah melalui perjalanan yang panjang dan berliku mulai dari
perumusannya sampai dengan pengesahan. BPUPKI dan PPKI merupakan wadah
terciptanya Pancasila itu sendiri. Pancasila yang awalnya merupakan rumusan dasar
negara dari Ir.Soekarno tidak serta merta langsung diterima oleh tokoh tokoh perjuangan
pada saat itu, hal ini dapat dilihat dari sila KETUHANAN DENGAN MENJALANKAN
SYARIAT – SYARIAT ISLAM BAGI PARA PEMELUKNYA, namun setelah melalui
beberapa proses dan diskusi yang panjang, Pancasila akhirnya menemui titik terang
sehingga akhirnya disahkan menjadi ideologi bangsa Indonesia sampai saat ini.
Referensi

https://repository.unikom.ac.id/44043/1/Pancasila%20Dalam%20Konteks%20Sejarah
%20Perjuangan%20Bangsa.pdf. Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa

Anda mungkin juga menyukai