Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama dengan
bangsa Indonesia sejak dulu. Sedangkan, sejarah merupakan deretan pristiwa yang saling
berhubungan. Peristiwa-pristiwa masa lampau yang berhubungan dengan kejadian masa
sekarang dan semuanya bersumber pada masa yang akan datang. Hal ini berarti, bahwa
semua aktivitas manusia pada masa lampau berkaitan dengan kehidupan masa sekarang untuk
mewujudkan masa depan yang berbeda dengan masa sebelumnya.

Dasar Negara merupakan alas, pijakan atau fundamen yang mampu memberikan
kekutan terhadap berdirinya sebuah Negara. Negara Indonesia dibangun juga berdasarkan
pada suatu landasan atau pijakan, yaitu pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar
Negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur Negara Republik Indonesia,
termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya, yaitu pemerintah, wilayah dan rakyat.
Pancasila dalam kedudukannya merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara dan
seluruh kehidupan Negara Republik Indonesia.

Pancasila memiliki sejarah yang panjang tentang perumusan pembentukannya dalam


perjalanan ketatanegaraan Indonesia. Sejarah mempunyai fungsi yang beragam bagi
kehidupan. Seorang filsuf Yunani bernama Cicero (106-43 SM) mengungkapkan, “Historia
Vitae Magistra” yang berarti “sejarah memberikan kearifan”. Sejarah memperlihatkan secara
nyata bahwa semua bangsa memerlukan suatu konsepsi dan cita-cita.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian pada latar belakang di atas, maka dapat kami rumuskan
masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan
dalam bab isi ialah sebagai berikut.

1. Bagaimana Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia?


2. Apa alasan diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia?
3. Bagaimana Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila dalam Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia?

1
4. Bagaimana argumen tentang dinamika dan tantangan Pancasila dalam Kajian Sejarah
Bangsa Indonesia?
5. Bagaimana esensi dan urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
untuk masa depan?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila.


2. Untuk menambah pengetahuan tentang Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia.
3. Untuk mengetahui apa alasan diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia.
4. Untuk mengetahui sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila dalam Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia.
5. Untuk mengetahui bagaimana argument tentang dinamika dan tantangan Pancasila
dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia.
6. Untuk mengetahui esensi dan urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

2.1.1 Pancasila Periode Sebelum Kemerdekaan

Menurut Sunoto (1984) melalui kajian filsafat Pancasila, menyatakan bahwa unsur-


unsur Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri, walaupun secara formal Pancasila baru
menjadi dasar Negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, namun jauh
sebelum tanggal tersebut bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur Pancasila dan bahkan
melaksanakan di dalam kehidupan mereka. Sejarah bangsa Indonesia memberikan bukti yang
dapat kita cari dalam berbagai adat istiadat, tulisan, bahasa, kesenian, kepercayaan, agama,
dan kebudayaan pada umumnya. (Sunoto, 1984:1). Dengan rinci, Sunoto menunjukkan fakta
historis, di antaranya adalah:

a. Ketuhanan Yang Maha Esa: bahwa di Indonesia tidak pernah ada putus-putusnya


orang percaya kepada Tuhan.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab: bahwa bangsa Indonesia terkenalramah tamah,
sopan santun, lemah lembut dengan sesama manusia.
c. Persatuan Indonesia: bahwa bangsa Indonesia dengan ciri-cirinyaguyub, rukun,
bersatu, dan kekeluargaan.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan: bahwa unsur-unsur demokrasi sudah ada dalam
masyarakat kita.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia: bahwa bangsa Indonesiadalam
menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat sosial dan berlaku adil terhadap
sesama.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945
sebagai dasar negara, maka nilai-nilai kehidupan berbangsa, bernegara, dan pemerintahan
sejak saat itu haruslah berdasarkan pada Pancasila, namun pada kenyataannya, nilai-
nilai yang ada dalam Pancasila telah dipraktikkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan
kita praktikkan hingga sekarang. Hal ini berarti bahwa semua nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila telah ada dalam kehidupan rakyat Indonesia sejak zaman nenek moyang.

3
2.1.2 Periode Pengusulan Pancasila

Perumusan Pancasila pada awalnya dilakukan saat sidang BPUPKI yang pertama kali
dilaksanakan pada tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945. BPUPKI dibentuk pada tanggal 29 April
1945, yang beranggotakan 60 orang. BPUPKI diketuai oleh Dr. Rajiman Wedyodiningrat dan
didampingi oleh ketua muda, yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang Jepang).
BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 oleh Letjeen Kumakichi Harada. Dan sehari
setelah dilantik, dimulailah sidang pertama dengan materi pokok pembicaraan calon dasar
negara.

Pada sidang BPUPKI yang pertama, terdapat 4 tokoh yang mengusulkan pendapatnya
saat itu, yaitu Mr. Moh. Yamin, Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, Mr. Soepomo. Keempat
tokoh tersebut mengusulkan menurut pandangan mereka masing-masing. Ir. Soekarno
berpidato pada tanggal 1 Juni 1945, dan pada saat itu Ir. Soekarno menyampaikan 5 butir
gagasan tentang dasar negara. Lima dasar gagasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kebangsaan Indonesia
2. Peri kemanusiaan
3. Mufakat
4. Kesejahteraan social
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Setelah pidato Ir. Soekarno, dibentuklah panitia kecil atau disebut panitia sembilan
yang bertugas menampung usulan-usulan seputar calon dasar negara dan untuk sementara itu
sidang pertama diberhentikan.

2.1.3. Periode Perumusan Pancasila

Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 - 16 Juli 1945
adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian dikenal dengan
nama Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan
Indonesia. Pada alinea keempat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila sebagai
berikut.

4
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini di kemudian
hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan sejumlah perubahan di sana-sini.

Ketika para pemimpin Indonesia sedang sibuk mempersiapkan kemerdekaan menurut


skenario Jepang, secara tiba-tiba terjadi perubahan peta politik dunia. Salah satu penyebab
terjadinya perubahan peta politik dunia itu ialah takluknya Jepang terhadap Sekutu. Peristiwa
itu ditandai dengan jatuhnya bom atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Sehari
setelah peristiwa itu, 7 Agustus 1945, Pemerintah Pendudukan Jepang di Jakarta
mengeluarkan maklumat yang berisi:

(1) pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi
Indonesia (PPKI),
(2) panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai bersidang 19 Agustus
1945, dan
(3) direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia dimerdekakan.

Esok paginya, 8 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, dan Rajiman dipanggil Jenderal
Terauchi (Penguasa Militer Jepang di Kawasan Asia Tenggara) yang berkedudukan di
Saigon, Vietnam (sekarang kota itu bernama Ho Chi Minh). Ketiga tokoh tersebut diberi
kewenangan oleh Terauchi untuk segera membentuk suatu Panitia Persiapan Kemerdekaan
bagi Indonesia sesuai dengan maklumat Pemerintah Jepang 7 Agustus 1945 tadi. Sepulang
dari Saigon, ketiga tokoh tadi membentuk PPKI dengan total anggota 21 orang, yaitu:
Soekarno, Moh. Hatta, Radjiman, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandar Dinata, Purboyo,
Suryohamijoyo, Sutarjo, Supomo, Abdul Kadir, Yap Cwan Bing, Muh. Amir, Abdul Abbas,
Ratulangi, Andi Pangerang, Latuharhary, I Gde Puja, Hamidan, Panji Suroso, Wahid Hasyim,
T. Moh. Hasan (Sartono Kartodirdjo, dkk., 1975: 16--17).

5
Jatuhnya Bom di Hiroshima belum membuat Jepang takluk, Amerika dan sekutu
akhirnya menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang meluluhlantakkan
kota tersebut, sehingga menjadikan kekuatan Jepang semakin lemah. Kekuatan yang semakin
melemah, memaksa Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 14 Agustus
1945. Konsekuensi dari menyerahnya Jepang kepada sekutu, menjadikan daerah bekas
pendudukan Jepang beralih kepada wilayah perwalian sekutu, termasuk Indonesia. Sebelum
tentara sekutu dapat menjangkau wilayah-wilayah itu, untuk sementara bala tentara Jepang
masih ditugasi sebagai sekadar penjaga kekosongan kekuasaan.

Kekosongan kekuasaan ini tidak disia-siakan oleh para tokoh nasional. PPKI yang
semula dibentuk Jepang karena Jepang sudah kalah dan tidak berkuasa lagi, maka para
pemimpin nasional pada waktu itu segera mengambil keputusan politis yang penting.
Keputusan politis penting itu berupa melepaskan diri dari bayang-bayang kekuasaan Jepang
dan mempercepat rencana kemerdekaan bangsa Indonesia.

2.1.4 Periode Pengesahan Pancasila

Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama. Pada
sidang ini PPKI membahas konstitusi negara Indonesia, Presiden dan Wakil Presiden
Indonesia, serta lembaga yang membantu tugas Presiden Indonesia. PPKI membahas
konstitusi negara Indonesia dengan menggunakan naskah Piagam Jakarta yang telah disahkan
BPUPKI. Namun, sebelum sidang dimulai, Bung Hatta dan beberapa tokoh Islam
mengadakan pembahasan sendiri untuk mencari penyelesaian masalah kalimat ”... dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” pada kalimat ”Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Mereka perlu
membahas hal tersebut karena pesan dari pemeluk agama lain dan terutama tokoh-tokoh dari
Indonesia bagian timur yang merasa keberatan dengan kalimat tersebut. Mereka mengancam
akan mendirikan negara sendiri apabila kalimat tersebut tidak diubah. Dalam waktu yang
tidak terlalu lama, dicapai kesepakatan untuk menghilangkan kalimat ”... dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Hal ini dilakukan untuk menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Adapun tujuan diadakan pembahasan sendiri tidak
pada forum sidang agar permasalahan cepat selesai. Dengan disetujuinya perubahan itu, maka
segera saja sidang pertama PPKI dibuka.

6
Keputusan pada siding PPKI tersebut adalah:
1) Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945
2) Memilih presiden dan wakil presiden (Sukarno dan Moh. Hatta)
3) Membentuk Komite Nasional Indonesia sebagai badan musyawarah darurat.

2.2 Alasan Diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia


1. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia

Jiwa bangsa Indonesia mempunyai arti statis (tetap atau tidak berubah) dan mempunyai
arti dinamis (bergerak). Jiwa ini di wujudkan dalam sikap mental dan tingkah laku serta amal
atau perbuatan.

Hal ini berarti bahwa Pancasila melekat erat pada kehidupan bangsa Indonesia, dan
menentukan eksistensi bangsa Indonesia. Segala aktivitas bangsa Indonesia disemangati oleh
Pancasila.

2. Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia

Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya nilai-nilai


ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diwujudkan dalam sikap
mental dan tingkah laku serta amal perbuatan. Setiap pribadi mencerminkan keadaan atau
halnya sendiri, demikian pula halnya dengan ideologi bangsa.

Maskipun nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan juga terdapat
dalam ideologi bangsa-bangsa lain, tetapi bagi bangsa Indonesia, kelima sila tersebut
mencerminkan kepribadian bangsa karena diangkat dari nilai-nilai kehidupan masyarakat
Indonesia itu sendiri dan dilaksanakan secara simultan. Nilai-nilai spiritual, sistem
perekonomian, politik , dan budaya merupakan contoh keunggulan yang berakar dari
kepribadian masyarakat Indonesia sendiri.

3. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa, artinya nilai-nilai ketuhanan,


kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diyakini kebenarannya, kebaikannya,
keindahan dan kegunaannya oleh bangsa Indonesia yang dijadikan sebagai pedoman
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, dan menimbulkan tekad yang kuat untuk
mengamalkannya dalam kehidupan nyata.

7
Pancasila sebagai pandangan hidup berarti nilai-nilai pancasila melekat dalam kehidupan
masyarakat dan dijadikan norma dalam bersikap dan bertindak. Ketika Pancasila berfungsi
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, maka seluruh nilai Pancasila dimanifestasi
kedalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

4. Pancasila Sebagai Falsafah Hidup Bangsa Indonesia

Falsafah berarti mencintai kebenaran. Dengan demikian, Pancasila sebagai falsafah


hidup bangsa Indonesia mempunyai arti bahwa Pancasila oleh bangsa Indonesia diyakini
benar-benar memiliki kebenaran.

Pancasila juga merupakan hasil proses berpikir yang menyeluruh dan mendalam
mengenai hakikat diri bangsa Indonesia, sehingga merupakan pilihan yang tepat dan satu-
satunya untuk bertingkah laku sebagai manusia Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai budaya bangsa yang terkandung dalam Pancasila telah
menjadi etika normatif, berlaku umum, asasi dan fundamental yang senantiasa ditumbuh-
kembangkan dalam proses menciptakan dan menjadi manusia Indonesia seutuhnya.

5. Pancasila Sebagai Ideologi Negara Republik Indonesia

Pancasila sebagai ideologi negara merupakan tujuan bersama Bangsa Indonesia yang
diimplementasikan dalam Pembanguna Nasional, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan
makmur yang merata, baik material dan spiritual berdasarkan Pancasila dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat
dalam suasana peri kehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis, serta dalam
lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

Sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya
merupakan asas kerohanian yang antara lain memiliki ciri sebagai berikut.

1) mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan;
2) mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pedoman hidup, pegangan
hidup yang dipelihara, dikembangan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi
berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

Suatu ideologi terbuka Pancasila memiliki dimensi sebagai berikut.

8
a. Dimensi idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang
bersifat sistematis dan rasional, yaitu hakikat nilai yang terkandung dalam lima sila
Pancasila.
b. Dimensi normatif, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan
dalam suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam pembukaan UUD 1945.
c. Dimensi realistis, yaitu harus mampu mencerminkan realitas yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu, Pancasila harus dijabarkan dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga bersifat realistis, artinya mampu dijabarkan dalam
kehidupan nyata dalam berbagai bidang.
6. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia

Ketika sebuah bangsa berdiri, maka akan ada pula eksistensi negara tersebut. Suatu
perjanjian bersama atau kontrak social, sebagai kebulatan pikiran atau cita-cita dalam
mendirikan bangsa tersebut. Perjanjian ini, sebagai wantahan dari kemauan bersama untuk
menyusun hidup bersama dalam wadah sebuah negara. Perjalanan sejarah bangsa akan
dijadikan landasan tidak bergerak yang tangguh sepanjang keberadaan bangsa tersebut dan
sekaligus menjadi cita-cita yang harus diwujudkan dalam kehidupan nyata masa kini dan
masa selanjutnnya, maka keyakinan akhirnya menjadi gagasan abadi untuk diaktualisasikan
dalam kehidpan perpolitikan komunitas sebuah negara.

Hal ini berarti bahwa Pancasila telah disepakati dan disetujui oleh rakyat Indonesia
melalui perdebatan dan tukar pikiran baik dalam sidang BPUKI, maupun PPKI oleh para
pendiri negara. Perjanjian luhur tersebut dipertahankan terus oleh negara dan bangsa
Indonesia. Kita semua mempunyai janji untuk melaksanakan, mempertahankan serta tunduk
pada asas Pancasila, juga karena Pancasila digali dari sosial-budaya bangsa Indonesia sendiri,
disepakati bersama oleh seluruh rakyat Indonesia sebagai milik yang harus diamankan dan
dilestarikan. Pewarisan nilai-nilai Pancasila pada generasi penerus adalah kewajiban moral
seluruh bangsa Indonesia. Melalaikannya, berarti mengingkari perjanjian luhur itu dan
demikian juga mengingkari hakikat dan harkat diri kita sebagai manusia.

7. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila dalam kedudukannya ini, sering disebut sebagai Dasar Filsafat atau Dasar
Falsafah Negara (fhilosofische gronslag), ideologi Negara atau staatsidee. Dalam pengertian
ini, Pancasila merupakan suatu dasar nilai, serta norma untuk mengatur pemerintahan atau
dengan kata lain, Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.

9
Kedudukan pancasila sebagai dasar Negara tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

a) Pancasila sebagai dasar Negara merupakan sumber dari segala sumber hukum
(sumber tertib hukum) Indonesia,
b) Meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945,
c) Mewujudkan cita-cita hukum dasar Negara (baik hukum dasar tertulis maupun tidak
tertulis),
d) Mengandung norma yang mengharuskan Undang-undang Dasar mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan penyelenggaraan Negara lainnya (termasuk dalam
penyelenggara partai dan golongan fungsional) memegang teguh cita-cita moral
rakyat yang luhur. Hal ini sebagaimana tercantum dalam pokok pikiran keempat yang
berbunyi, “… Negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab”.
e) Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945, bagi penyelenggara Negara, para
pelaksana pemerintahan (juga para penyelenggara partai dan golongan fungsional).
Hal ini dapat dipahami karena semangat Pancasila adalah penting bagi pelaksanaan
dan penyelenggaraan Negara, karena masyarakat dan Negara Indonesia senantiasa
tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan jaman dan dinamika
masyarakat. Dengan semangat yang bersumber pada asas kerohanian Negara sebagai
pandangan hidup bangsa, maka dinamika masyarakat dan Negara akan tetap diliputi
dan diarahkan asas kerohanian Negara.
8. Pancasila Sebagai Sumber Hukum Nasional

Pancasila merupakan sumber dari segala hukum. Pancasila sebagai sumber kaidah
hukum Negara yang secara konstitusional mengatur Negara Republik Indonesia beserta
seluruh unsur-unsurnya, yaitu rakyat, wilayah, serta pemerintahan Negara.

Sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib hukum
Indonesia, maka Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi, yaitu Pembukaan UUD
1945, dan juga dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945, serta hukum positif lainnya.

Istilah Pancasila sebagai Sumber Hukum Nasional, merupakan istilah baru dalam tata
hukum Indonesia, yaitu muncul paska Reformasi melalui Tap MPR No. 111/2000, yang
kemudian diubah dengan UU No.10 tahun 2004, dan terakhir diubah dengan UU No.12
Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan, dinyatakan bahwa:

10
a. Sumber hukum terdiri atas sumber hukum tertulis dan tidak tertulis.
b. Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana yang tertulis dalam
pembukaan UUD 1945, serta batang tubuh UUD 1945.

2.3 Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia

2.3.1 HISTORIS

A. Pengertian Historis atau Sejarah

Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau yang disusun berdasarkan
peninggalan-peninggalan berbagai peristiwa. Peningglan-peninggalan itu disebut sumber
sejarah.

Dalam Bahasa Inggris, kata sejarah disebut history, artinya masa lampau; umat manusia.
Dalam Bahasa Arab, sejarah disebut sajaratun (syajaroh), artinya pohon dan keturunan. Jika
kita membaca silsilah raja-raja akan tampak seperti gambar pohon dari sederhana dan
berkembang menjadi besar, maka sejarah dapat diartikan silsilah keturunan raja-raja yang
berarti peristiwa pemerintahan keluarga raja pada masa lampau.

Ada tiga aspek dalam sejarah, yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.
Masa lampau dijadikan titik tolak untuk masa yang akan datang, sehingga sejarah
mengandung pelajaran tentang nilai dan moral.

Pada masa kini, sejarah akan dapat dipahami oleh generasi penerus dari masyarakat yang
terdahulu, sebagai suatu cermin untuk menuju kemajuan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Peristiwa yang terjadi pada masa lampau akan memberi kita gambaran tentang kehidupan
manusia dan kebudayaannya di masa lampau, sehingga dapat merumuskan hubungan sebab-
akibat mengapa suatu peristiwa dapat terjadi dalam kehidupan tersebut, walaupun belum
tentu setiap peristiwa atau kejadian akan tercatat dalam indeks sejarah.

Sejarah terus berkesinambungan, sehingga merupakan tentang peristiwa yang panjang.


Oleh karena itu, sejarah mencakup 4 hal sebagai berikut.

1. masa lalu yang dilukiskan berdasarkan urutan waktu (kronologis);

11
2. ada hubungannya dengan sebab-akibat;
3. kebenarannya bersifat subjektif, sebab masih perlu adanya penelitian lebih lanjut
untuk mencari kebenaran yang hakiki;
4. peristiwa sejarah menyangkut masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.

B. Sumber Historis Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr. Radjiman
Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya yang akan dibahas pada sidang
tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan Dasar Negara Indonesia yang
akan dibentuk. Kemudian, tampil pada sidang tersebut tiga orang pembicara, yaitu
Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.

Pada tanggal 1 juni 1945, dalam sidang tersebut, Ir.Soekarno berpidato secara lisan
(tanpa teks) mengenai calon rumusan Dasar Negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan
nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah
seorang temannya, yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya,


kemudian keesokan harinya, tangga 18 Agustus 1945, disahkannya Undang-Undang Dasar
1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 dimana di dalamnya termuat isi rumusan lima prinsip
atau lima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.

Sejak saat itulah, perkataan Pancasila menjadi Bahasa Indonesia dan merupakan
istilah umum. Walaupun dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah
“Pancasila”, namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut
dengan istilah “Pancasila”. Hal ini, didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam
rangka pembentukan calon rumusan dasar negara, yang secara spontan diterima oleh peserta
sidang secara bulat.

2.3.2 SOSIOLOGIS

A. Pengertian Sosiologis

Sosiologis adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku sosial antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Manusia sebagai
mahluk sosial tidak pernah jauh dengan yang namanya hubungan sosial, karena

12
bagaimanapun hubungan tersebut memengaruhi perilaku orang-orang. Sebagai bidang studi,
cakupan sosiologi sangatlah luas. Sosiologi juga melihat bagaimana orang mempengaruhi
kita, bagaimana institusi sosial utama, seperti pemerintah, agama, dam ekonomi
memengaruhi kita, serta bagaimana kita sendiri memengaruhi orang lain, kelompok, bahkan
organisasi.

Beberapa pendapat para ahli tentang pengertian sosiologi, yaitu :

1. Roucek dan Warren, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia
dalam kelompok.
2. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan
yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses social, termasuk perubahan sosial.
3. Mayor Polak, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat secara
keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia satu dengan manusia lain, manusia
dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik kelompok formal, maupun
kelompok informal atau baik kelompok statis, maupun kelompok dinamis.
Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya. Hal ini dikarenakan
ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlangsung antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok dilingkungan
masyarakat. Ruang lingkup kajian sosilogi tersebut jika dirincikan menjadi beberapa hal,
yaitu sebagai berikut.
1) Ekonomi beserta kegiatan usahanya, secara prinsipil yang berhubungan dengan
produksi, distribusi, dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam.
2) Masalah manajemen, yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa
yang dialami warganya.
3) Perjalan sejarah, yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha
kegiatan manusia, beserta prestasinya yang tercatat, dan sebagainya.

B. Sumber Sosiologis Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Bangsa Indonesia yang penuh ke-bhinekaan terdiri atas lebih dari 300 suku bangsa yang
tersebar dilebih dari 17.000 pulau, secara sosiologis telah mempraktikkan Pancasila karena
nilai-nilai yang terkandung didalamnya merupakan kenyataan-kenyataan (materil, formal,
dan fungsional) yang ada dalam masyarakat Indonesia. Kenyataan objektif ini, menjadikan
Pancasila sebagai dasar yang mengikat setiap warga bangsa untuk taat pada nilai-nilai

13
instrumental yang berupa norma atau hukum tertulis (peraturan perundang-undangan,
yurisprudensi, dan traktat) maupun yan tidak tertulis seperti adat isiadat, kesepakatan atau
kesepahaman, dan konvensi.

Ke-bhinekaan atau pluralitas masyarakat bangsa Indonesia yang tinggi, dimana agama,
ras, etnik, bahasa, tradisi budaya penuh perbedaan, menyebabkan ideologi Pancasila bisa
diterima sebagai ideologi pemersatu. Data sejarah menunjukan, bahwa setiap kali ada upaya
perpecahan atau pemberontakan oleh beberapa kelompok masyarakat, maka nilai-nilai
pancasila lah yang dikedepankan sebagai solusi untuk menyatukan kembali. Begitu kuat dan
ajaibnya kedudukan Pancasila sebagai kekuatan pemersatu, maka kegagalan upaya
pemberontakan yang terakhir (G30S/PKI) pada 1 Oktober 1965 untuk seterusnya hari
tersebut dijadikan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Bangsa Indonesia yang plural, secara sosiologis membutuhkan ideologi pemersatu seperti
Pancasila. Karena itu, nilai-nilai Pancasila perlu dilestarikan dari generasi ke generasi untuk
menjaga keutuhan masyarakat bangsa. Pelestarian nilai-nilai Pancasila dilakukan khususnya
lewat proses pendidikan formal, karena lewat pendidikan berbagai butir, nilai-nilai Pancasila
tersebut dapat disemaikan dan dikembangkan secara terencana dan terpadu.

2.3.3 POLITIS

A. Pengertian Politis

Politik (dari bahasa Yunani : Politikos, yang berarti dari, untuk, atau berkaitan dengan
warga negara) adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang
antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini
merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat
politik yang dikenal dalam ilmu politik.

Politik adalah suatu sistem pemerintahan yang mengatur segala struktural di dalamnya.
Dalam membuat kebijakan politik harus ada aturan yang mengatur hal tersebut, supaya selalu
dalam jalur yang telah ditentukan.

Politik juga dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara
konstitusional maupun non-konstitusional.

Disamping itu, politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:

14
1. Politik adalah usaha yan ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama
(teori klasik Aristoteles)
2. Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
3. Plitik merupakan kegiatan yan diarahan untuk mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan dimasyarakat
4. Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.

Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan
politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, pastisipasi politik, proses politik, dan juga
tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk-beluk tentang partai politik.

Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi politik adalah sebagai berikut.

1. Nilai Ketuhanan (Realigiusitas)

Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan setiap individu dan sesuatu yang
dianggapnya memiliki kekuatan sakral, suci, agung dan mulia. Memahami ketuhanan sebagai
pandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat yang berketuhanan, yakni membangun
masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa, maupun semangat untuk mencapai ridha Tuhan
dalam setiap perbuatan baik yang dilakukan.

2. Nilai Kemanusiaan (Moralitas)

Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah pembentukan suatu kesadaran tentang
keteraturan, sebagai asas kehidupan, setiap manusia mempunyai potensi untuk menjadi
manusia sempurna, yaitu manusia yang beradab.

3. Nilai Persatuan (Kebangsaan)

Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian, kehadiran Indonesia dan
bangsanya dimuka bumi ini bukan untuk bersengketa.

4. Nilai Permusyawaratan dan Perwakilan

Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan hidup berdampingan dengan orang lain,
dalam inetraksi itu biasanya terjadi kesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain atas
dasar tujuan dan kepentingan bersama.

15
5. Nilai Keadilan Sosial

Nilai keadilan adalah nilai menjunjung norma berdasarkan ketidakberpihakan,


keseimbangan, serta pemerataan terhadap suatu hal.

6. Perkembangan Pancasila Sebagai Ideologi Politik Sampai Sekarang

Memang dalam kondisi kehidupan politik kita sekarang ini, banyak diantara kita, antara
lain dikalangan mereka yang memegang kekuasaan, yang tidak berkenan untuk mengakui
kesenjangan antara nilai-nilai dasar ideologi kita dengan praktek kehidupan berpolitikan
sehari-hari.

Dalam bidang politik, kita harus mewujudkan perilaku, antara lain sebagai berikut.
1. Menghindari sikap dan perilaku yan memaksakan pendapat dan ingin menang sendiri;
2. Penyelanggara negara dan warga negara mewujudkan nilai ketuhanan kemanusiaan,
kebangsaan, serta kerakyatan dan keadilan dalam kehidupan sehari-hari;
3. Menghindari sikap menghalang-halangi orang yang akan berpartisipasi dalam
kehidupan demokrasi;
4. Meyakini bahwa nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 sebagai nilai yang terbaik dan
sesuai untuk bangsa Indonesia serta tidak melecehkannya.

Wacana yang meletakkan Pancasila sebagai konsepsi politis atau ideologi Negara hanya
berlaku di ruang publik dan/atau didalam domain politik. Pancasila hanya berlaku pada
strutur dasar dari kehidupaan kenegaraan, yaitu lembaga-lembaga politik, ekonomi, dan
sosial sebagai kesatuan skema kerjasama dalam hidup berbangsa dan bernegara.

2.4 Argument Tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam Kajian Sejarah
Bangsa Indonesia

2.4.1 Argumen Tentang Dinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa

Dinamika Pancasila dalam sejarah Bangsa Indonesia memperlihatkan adanya pasang


surut dalam pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Misalnya, pada masa
pemerintahan Presiden Soekarno, terutama pada 1960a, NASAKOM lebih populer dari pada
Pancasila. Pada zaman pemerintahan Presiden Soeharto, Pancasila dijadikan pembenar
kekuasaan melalui penataran P4, sehingga pasca turunnya Soeharto ada kalangan yang

16
mengidentikkan Pancasila dengan P-4 pada masa pemerintahan era Reformasi, ada
kecendrungan para penguasa tidak hormat terhadap Pancasila, seolah-olahppancasila di
tinggalkan.

2.4.2 Argumen Tentang Tantangan Terhadap Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa


dan Bernegara

Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah meletakkan nilai-nila Pancasila tidak dalam posisi sebenarnya, sehingga nilai-nilai
Pancasila menyimpang dari kenyataan hidup berbangsa dan bernegara. Salah satu contohnya,
pengangkatan presiden seumur hidup oleh MPRS dalam TAP No.III/MPRS/1960 tentang
pengangkatan Soekarno sebagai presiden seumur hidup. Hal tersebut bertentangan dengan
pasal 7 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa, “Presiden dan Wakil Presiden
mengaku jabatan selama lima (5) tahun, sesudahnya dapat dipilih kembali.” Pasal ini
menunjukan bahwa pengangkatan presiden seharusnya dilakukan secara periodik dan ada
batas waktu 5 tahun.

2.5 Esensi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

2.5.1 Esensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa

Pancasila pada hakikatnya merupakan Philosofische Grondslag dan Weltanschauung.


Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat negara (Philosofische Grondslag) karena
mengandung unsur-unsur sebagai berikut.

1) Alasan filosofis berdirinya suatu Negara


2) Setiap produk hukum di indonesia harus berdasarkan nilai Pancasila.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (Weltanschauung) mengandung unsur-unsur


sebagai berikut.

a. Nilai-nilai Agama
b. Nilai-nilai Budaya
c. Nilai-nilai Adat Istiadat

2.5.2 Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa

17
Hasil survei yang dilakukan KOMPAS yang dirilis pada 1 juni 2008 menunjukkan
bahwa pengetahuan masyarakat tentang Pancasila merosot secara tajam, yaitu 48,4%
responden berusia 17 sampai 29 tahun tidak mampu menyebut sila-sila Pancasila secara benar
dan lengkap. 42,7% salah menyebut sila-sila Pancasila, lebih parah lagi, 60% responden
berusia 46 tahun ke atas salah menyebut sila-sila Pancasila. Fenomena tersebut sangat
memprihatinkan karena menunjukkan bahwa pengetahuan tentang Pancasila yang ada dalam
masyarakat tidak sebanding dengan semangat penerimaan masyarakat terhadap Pancasila.
(Ali, 2009 : 2)

Selain data tersebut, pentingnya Pancasila dalam sejarah Bangsa Indonesia


dikarenakan hal-hal berikut: pengidentifikasikan Pancasila dengan ideologi lain,
penyalahgunaan Pancasila sebagai alat justifikasi kekuasaan rezim tertentu, melemahnya
pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia, ditetapkan pada tanggal 18 Agustus
1945. Sejak saat itu pula, nilai-nilai kehidupan kepemerintahan, berbangsa dan bernegara
harus berdasarkan pada Pancasila.

Argumen tentang dinamika Pancasila dalam sejarah bangsa memperlihatkan adanya


pasang surut dalam pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Sedangkan, argumen
tentang tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara meletakkan
nilai-nilai Pancasila tidak dalam posisi sebenarnya, sehingga nilai-nilai Pancasila
menyimpang dari kenyataan hidup berbangsa dan bernegara.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Pancasila merupakan dasar negara, dan sudah
seharusnya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya harus diterapkan ke dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

3.2 Saran

19
DAFTAR PUSTAKA
Rindjin, Ketut. 2012. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama

Salamah, Umi. dkk. 2016. Pendidikan Pancasila. Malang: Madani Media

Ali, As’ad S. 2009. Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa. Jakarta: Pustaka
LP3ES Indonesia

Sukri, Ridwan Ahmad. dkk. Pendidikan Pancasila. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka Departemen Pendidikan Nasional

Kaelan. 2000. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Penerbit Paradigma

Kaelan. 2013. Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan
Aktualisasinya. Yogyakarta: Penerbit Paradigma

Magnis-Suseno, Franz. 2011. “Nilai-nilai Pancasila sebagai Orientasi Pembudayaan


Kehidupan Berkonstitusi” dalam Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Menegakkan
Konstitusional Indonesia, Kerjasama Mahkamah Konstitusi RI dengan Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, 2—3 Mei 2013.

20

Anda mungkin juga menyukai