Anda di halaman 1dari 14

ETIKA DAN ESTETIKA BERBAHASA DALAM FORUM ILMIAH

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Bahasa Indonesia
yang dibina oleh Dr. Sony Sukmawan, S.pd.,M.Pd

Oleh :

175120600111024
Ilma Zahrotun Naili
175120600111025
Reforizqi Mochamad Bagastama
175120600111026
Kathleen Naomi Yohana

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
OKTOBER 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat dan
rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika dan Estetika
Berbahasa dalam Forum Ilmiah”. Tak lupa juga kami sampaikan terima kasih
kepada Bapak Dr. Sony Sukmawan, S.pd.,M.Pd selaku Dosen mata kuliah bahasa
Indonesia yang telah membimbing kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya,
utamanya untuk orang-orang yang akan mengikuti atau berdiskusi dalam forum
ilmiah agar dapat memahami bagaimana etika dalam forum ilmiah tanpa melupakan
unsur estetika yang ada.
Kami juga menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya
kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah kami
selanjutnya.

Malang, Oktober 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Forum ilmiah merupakan suatu kegiatan yang biasa dilakukan oleh lembaga
pendidikan, termasuk perguruan tinggi. Kegiatan ini dilakukan untuk
mendiskusikan berbagai informasi yang terkait dengan dunia ilmiah. Kemahiran
berbahasa dalam forum ilmiah sangat dibutuhkan, terutama untuk mahasiswa. Agar
forum ilmiah dapat berjalan dengan efektif, maka diperlukan suatu pengetahuan
mengenai etika dan estetika berforum ilmiah, khususnya dalam penggunaan bahasa
Indonesia yang merupakan suatu media komunikasi utama.
Etika merupakan suatu aturan, yaitu aturan penggunaan bahasa Indonesia dalam
forum ilmiah ini. Aturan ini diperlukan untuk membatasi kesalahan khusunya
dalam pemilihan kata dan kalimat yang digunakan dalam berforum ilmiah.
Mengetahui estetika berbahasa Indonesia dalam forum Ilmiah ini juga sangat
diperlukan, guna menyempurnakan diskusi dalam suatu forum ilmiah. Oleh karena
itu, makalah ini disusun dengan harapan dapat digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan forum ilmiah terutama bagi mahasiswa.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana etika dalam berforum ilmiah?
2. Bagaimana estetika dalam berforum ilmiah?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diketahui bahwa makalah ini
memiliki tujuan :
1. Untuk mengetahui etika yang baik dalam forum ilmiah
2. Untuk mengetahui estetika yang sesuai dengan aturan-aturan yang ada
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ETIKA


Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti adat
kebiasaan.1 Jadi, etika merupakan sebuah pedoman bagaimana manusia
harus bertindak sesuai dengan adat dan kebiasaan yang berlaku. Dalam
forum ilmiah, etika sangat diperlukan, karena etika memberikan pedoman
bagaimana seorang peserta dapat bertindak. Dalam forum ilmiah pasti ada
perbedaan pendapat, terkadang perbedaan pendapat dapat menimbulkan
konfik yang tidak diharapkan, sehingga etika memegang peranan penting
yang dimana jika terjadi perbedaan pendapat, individu dapat mengurungkan
niatnya untuk berkonflik.
Etika sangat berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat. Etika
memberikan manusia gambaran atau batasan bagaimana mereka bertingkah
laku dan bertindak dalam kesehariannya. Etika juga memberikan pedoman
bagaimana cara pengambilan keputusan yang baik atau buruk. Maka dari
itu, etika sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
apalagi dalam forum ilmiah.
Tujuan mengapa etika harus dipelajari dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari adalah supaya manusia mengetahui sikap yang baik
dan benar sehingga manusia tahu bagaimana seharusnya bertindak sesuai
dengan kaidah yang berlaku di masyarakat. Dengan tujuan agar dapat
diterima dalam kehidupan bermasyarakat.

1
http://dewabaguskrisna.blogspot.co.id/2012/10/etika-dan-estetika-dalam-forum-
ilmiah_12.html
2.2 PENGERTIAN ESTETIKA
Kata estetika berasal dari bahasa latin, yaitu “aestheticus” yang berarti
merasa. Maka, estetika merupakan susunan dari pola-pola yang ada sehingga
membentuk suatu keindahan. Secara tidak langsung, estetika menyangkut perasaan
emosional seseorang, terutama perasaan yang berhubungan dengan keindahan.
Nilai keindahan yang dimaksudkan tidak hanya dalam bentuk yang dapat dilihat
saja, tetapi bisa juga menyangkut keindahan dari isi atau makna yang terkandung.
Selain itu, terdapat juga beberapa pandangan dari para ahli tentang definisi dari
estetika, antara lain:
1. Luis O. Kattoff:
Sebuah cabang filsafat yang membicarakan definisi, susunan dan
peranan keindahan, khususnya di dalam bidang kesenian.

2. William Halverson
Cabang filsafat yang berkaitan dengan sifat dari nilai-nilai non-moral
khususnya keindahan dan nilai-nilai yang berkaitan dengan seni.
Istilah estetika sebagai ”ilmu tentang seni dan keindahan” pertama kali
dikemukakan oleh seorang filusuf yang berasal dari Jerman, yaitu Alexander
Gottlieb Baumgarten (1714-1762). Keindahan dapat dibedakan menjadi 3 macam,
yaitu :
1. Keindahan dalam arti yang luas, meliputi keindahan alam, keindahan seni,
keindahan moral, keindahan intelektual dan keindahan mutlak (absolut).
2. Keindahan dalam arti estetis murni, menyangkut pengalaman esetetis
seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang dilakukannya.
3. Keindahan dalam arti terbatas hanya menyangkut benda-benda yang
dinikmati oleh penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna. (The
Linag Gie, 1996:17-18).

Dalam perkembangannya, estetika sebagai ilmu diharapkan dapat


bermanfaat dalam kehidupan manusia. Secara ilmiah, estetika merupakan ilmu
yang bersifat empiris dan dapat diuji kebenarannya. Sedangkan secara teoritis,
estetika menggunakan teori-teori serta pendapat-oendapat dari para ahli.

2.3 PENGERTIAN FORUM ILMIAH


Forum ilmiah merupakan suatu pertemuan yang biasanya dilakukan oleh
mahasiswa ataupun pelaku pelaku-pelaku ilmiah lainnya, yang berfungsi sebagai
sarana penyebaran informasi ilmiah, baik secara konseptual maupun prosedural.
Dalam forum ilmiah, presentasi ilmiah merupakan suatu kegiatan yang pasti
dilakukan. Kegiatan itu berfungsi untuk menyebarkan informasi ilmiah. Agar
presentasi ilmiah dapat berjalan dengan efektif, ada beberapa syarat yang perlu
diterapkan, yaitu:
1.Menarik perhatian dan minat pelaku ilmiah
2.Menjaga agar presentasi tetap fokus pada masalah yang dibahas
3.Menjaga etika ketika tampil di depan forum ilmiah

2.4 MACAM-MACAM FORUM ILMIAH


Sebelum membahas lebih jauh mengenai forum ilmiah, berikut akan
ditunjukkan beberapa jenis dari forum ilmiah, antara lain :

a. Seminar
pertemuan untuk membahas suatu masalah yang dilakukan secara ilmiah.
Pada seminar biasanya menampilkan satu atau beberapa pembicaraan dengan
makalah atau kertas kerja yang sebelumnya telah di persiapkan.Dalam seminar
biasanya pembahasan berpangkal pada makalah atau kertas kerja yang sudah
di siapkan dan disusun sebelumnya oleh para pembicara, dan tema pembahasan
harus sesuai dengan permintaan panitia penyelanggara. Inti dari pembahasan
yang telah di tentukan sebelumnya akan dibahas oleh pembicara seminar secara
teoritis dan jika masalah yang dibahas terlalu luas, maka biasanya akan dibagi
menjadi beberapa sub pokok pembahasan.

b. Diskusi Panel
Diskusi Panel merupakan suatu diskusi yang terdiri atas seorang pemimpin,
sejumlah peserta, dan beberapa pendengar. Dalam jenis diskusi ini tempat
duduk diatur sedemikian rupa sehingga pendengar dapat mengikuti jalannya
diskusi dengan seksama. Setelah berlangsung tanya jawab antara pemimpin dan
peserta, peserta dan pendengar, pemimpin merangkum hasil tanya-jawab atau
pembicaraan, kemudian mengajak pendengar ikut mendiskusikan masalah
tersebut sekitar separuh dari waktu yang tersedia.
c. Simposium
Pertemuan ilmiah untuk mengetengahkan atau membandingkan berbagai
pendapat atau sikap mengenai suatu masalah yang diajukan oleh sebuah
panitia. Uraian pendapat dalam simposium ini diajukan lewat kertas kerja
yang dinamakan prasaran.
d. Konferensi
Pertemuan yang diselenggaraka oleh organisasi atau badan resmi untuk
membahas suatu masalah
e. Lokakarya (Academic Workshop)
Suatu diskusi dalam bentuk kecil. Memiliki tujuan memecahkan masalah
dengan solusi.
f. Whole Group
Perkumpulan sekelompok orang untuk melakukan pemecahan masalah
dalam jumlah besar. Ada beberapa macam Whole Group antara lain,
rapat,sidang pleno,paripurna, dsb)
g. Informal Debate
Debat yang bersifat informal dengan cara membagi menjadi 2 kelompok,
terdapat pihak pro dan kontra terhadap permasalahan yang akan di
perdebatkan.
h. Muktamar
Pertemuan para ahli ulama atau pejabat setempat dalam menyelesaikan masalah.
i. Diskusi Kelompok
Suatu forum kecil yang biasanya dilakukan oleh siswa maupun mahasiswa
untuk berdiskusi menyelesaikan tugas atau masalah.

2.5 ETIKA PERAN DALAM FORUM ILMIAH


Dalam forum ilmiah terdapat peran-peran yang saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya. Peran tersebut antara lain:
1. Penyaji (pemakalah, referator)
2. Pemandu/moderator (pemimpin forum)
3. Penulis/notulen
4. Peserta (audien/partisipan), dan
5. Teknisi
Jika salah satu dari peran di atas tidak ada, maka akan terjadi ketimpangan dalam
suatu forum sehingga menyebabkan jalannya forum kemungkinan akan terhambat,
dan kemungkinan terparahnya kegagalan dalam forum ilmiah pun bisa terjadi.
Kegagalan pelaksanaan forum ilmiah tidak hanya dipengaruhi oleh kealpaan atau
tidak optimalnya fungsi peran , tetapi juga masalah etika.2 Banyak forum-forum
ilmiah yang terlihat berjalan dengan baik, tetapi ada perasaan dipermalukan,
dikalahkan, dan dilecehkan yang disembunyikan sampai forum berakhir akan
menjadi sebuah masalah di kemudian hari. Oleh karena itu, diperlukan sebuah etika
yang baik ketika sedang dalam forum ilmiah. Etika dalam forum ilmiah tidak hanya
digunakan agar forum ilmiah berjalan dengan baik, tapi sebuah etika dalam forum
ilmiah juga bisa menunjukkan kepribadian atau sifat seseorang yang ada dalam
forum ilmiah tersebut.
Etika forum ilmiah pada dasarnya berkaitan dengan etika peran dalam forum
ilmiah.3 Setiap orang yang terlibat dalam forum ilmiah memiliki perannya masing-
masing yaitu:
a. Moderator harus benar-benar bersikap netral dalam forum ilmiah,
moderator harus mengesampingkan kepentingan pribadi, hubungan darah
atau pertemanan selama forum ilmiah berlangsung. Moderator juga harus
bersikap adil, disiplin, dan berani. Karena sikap adil moderator akan
berkaitan dengan pemerataan kesempatan berapartisipasi bagi seluruh
anggota forum, kedisiplinan akan berdampak pada manajemen waktu dan
interaksi, serta keberanian merupakan simbol dari sikap tegas terhadap
sesuatu yang bertentangan dengan prinsip keadilan dan kedisiplinan.
b. Penyaji harus memiliki tanggung jawab dalam menyajikan masalah/topik
dalam forum. Sebelum forum dimulai, hendaknya penyaji membagikan
terlebih dahulu makalah yang akan didistribusikan agar peserta forum tidak
bingung atau tidak memahami materi yang disampaikan oleh penyaji.
Penyaji juga harus memiliki sifat jujur, maksudnya segala sesuatu yang
disampaikam harus bisa dipertanggungjawabkan sumber dan kebenarannya.
c. Peserta forum juga harus benar-benar memperhatikan segala informasi yang
disampaikan oleh penyaji. Selain itu, peserta forum juga harus memiliki
keikhlasan atau ketulusan, karena jika tidak memiliki sifat tersebut,
segalanya akan terlihat ketika peserta meminta ulang penjelasan karena
kurang menyimak bagian tertentu, mengajukan pertanyaan yang sudah
ditanyakan oleh peserta lain, serta mengajukan pertanyaan menguji
kemampuan penyaji juga merupakan ketidaktulusan peserta dalam

2
Sukmawan, Sony.2017.Bahasa Indonesia Sang Saka Budaya.hlm 29
3
Ibid.
mengikuti forum. Ketidak tulusan ini juga berlaku bagi penyaji yang tidak
menyimak pertanyaan peserta, lantas meminta peserta menyampaikan
pertanyaan ulang.
d. Peran yang tidak kalah penting yang terakhir adalah teknisi. Walaupun
teknisi terkadang dipandang sebelah mata, namun pada kenyataannya
teknisi memiliki peran yang sangat penting. Teknisi dibutuhkan untuk
mengontrol dan menyelamatkan jalannya forum dari sisi teknologi. Oleh
karena itu, orang yang menjadi teknisi tidak boleh sembarang orang, mereka
harus benar-benar memiliki keahlian dan profesional dalam menjalankan
tugasnya.

2.6 ETIKA BERBAHASA INDONESIA DALAM FORUM ILMIAH


Untuk menciptakan sebuah komunikasi yang baik, salah satunya dapat
dicapai dengan memakai bahasa yang baik. Dengan cara seperti ini, kemungkinan
besar dapat menumbuhkan rasa saling menghargai antar satu individu dengan
individu yang lain. Untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar pun tidak bisa sembarangan. Diperlukan sikap positif yang menjadi
landasannya, sikap ini mengandung tiga ciri pokok yaitu kesetiaan bahasa,
kebanggaan bahasa, dan kesadaran akan adanya norma bahasa. Kesetiaan adalah
sikap yang mendorong peserta forum memelihara konsistensi berbahasa Indonesia.
Kebanggan bahasa adalah sikap yang mendorong peserta forum untuk selalu
menggunakan bahasa Indonesia dengan rasa percaya diri dan penuh semangat. Serta
kesadaran adanya norma adalah sikap yang mendorong peserta forum untuk
menggunakan bahasa Indonesia secara cermat, tepat, santun, dan anggun.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar bermakna memahami secara
baik kaidah bahasa Indonesia dan memahami dengan benar situasi serta
karakteristik forum yang berlangsung sehingga mampu merumuskan ungkapan
kebahasaan yang sesuai. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
menjadi tolak ukur dalam menentukan etika bebrbahasa Indonesia dalam forum
ilmiah. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan konteks
pemakaiannya. Dalam hal ini, penggunaan bahasa bersifat resmi. Sehingga selain
sebagai alat komunikasi, bahasa juga sebagai alat untuk menyampaikan gagasan.
Oleh karena itu, penggunaan bahasa baku menjadi sebuah keharusan ketika sedang
berada dalam forum ilmiah. Sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa
yang dalam prakteknya selalu mematuhi kaidah baku bahasa Indonesia. Kebakuan
tersebut meliputi kebakuan ejaan, peristilahan, kosakata, tata bahasa, dan lafal.
Singkatnya, penggunaan bahasa Indonesia yang baik ketika berforum
ilmiah juga dapat dilihat dari cara pengungkapannya. Ungkapan yang tidak
mengandung unsur emosi pada saat mempertahankan gagasan pribadi atau
menyerang gagasan orang lain (superior) dapat dikatakan cukup baik. Serta
ungkapan bahasa yang solutif dan argumentatif dalam menentang gagasan orang
lain pun dapat dikatan sudah cukup baik. Sehingga hal tersebut pun juga
mencerminkan perilaku berbahasa yang sopan dan santun.
Etika berbahasa dapat diwujudkan melalui penggunaan bahasa yang sopan,
tidak mengandung nada emosional atau kata-kata yang kasar, dan penggunaan kata-
katanya tidak menyebabkan orang tersinggung atau merasa direndahkan.

2.7 ESTETIKA BERBAHASA INDONESIA DALAM FORUM ILMIAH


Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena
setiap hari kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu,
diperlukan penggunaan bahasa yang baik dan benar, lebih utamanya lagi
menggunakan bahasa yang indah dan beragam. Penggunaan bahasa yang baik,
benar, dan indah tidak hanya membutuhkan kaidah-kaidah baku, melainkan juga
berbagai hal yang mendukung lainnya. Salah satu perangkat yang dapat digunakan
untuk menciptakan bahasa yang indah adalah penggunaan gaya bahasa dan majas.
Estetika berbahasa bukan semata-mata piranti pelengkap, melainkan pula
sebagai bagian dari usaha untuk memperkaya ekspresi agar penggunaan bahasa
dalam forum ilmiah tidak hanya baik dan benar tetapi juga menjadi indah dan
berdaya guna.4 Penggunaan gaya bahasa digunakan untuk memperindah suatu
kalimat, bukan dimaksudkan untuk menyembunyikan, melebihkan, atau
membingungkan pembaca. Pemakaian gaya bahasa merupakan upaya etis dan
estetis untuk memperhatikan dan memelihara hubungan interaktif yang sehat di
antara peserta forum. 5

4
Sukmawan, Sony.2017.Bahasa Indonesia Sang Saka Budaya.hlm 35
5
Ibid.
Estetika berbahasa dapat diwujudkan melalui penggunaan bahasa yang
tidak mainstream tetapi tetap mempertahankan kaidah-kaidah yang berlaku dalam
bahasa Indonesia.
BAB III
PENUTUP

3.1 RINGKASAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai