DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
Nama
NIM
Program Studi
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Abdi Guna
Zaky Al Hawari
Lintang Kusumandaru
Muhammad Nasir
Sholeh Wijayanto
Ahmad Hamdani
Andika Prima Sandi
Andini
Annida Zakiya Fatin
Ansensius Sihotang
Christine Ayu Puteri Novita O
Diwana Hadi Putra
Intan Maharani Asri
Iyas Muzani
14/367284/TK/42441
14/367325/TK/42475
15/384945/TK/43607
13/348732/TK/40995
14/363400/TK/41527
15/378757/TK/42699
15/378760/TK/42702
15/378761/TK/42703
15/378762/TK/42704
15/378763/TK/42705
15/378766/TK/42708
15/378768/TK/42710
15/378780/TK/42722
15/378781/TK/42723
Teknik Elektro
Teknik Elektro
Teknik Elektro
Teknik Fisika
Teknik Fisika
Teknik Fisika
Teknik Fisika
Teknik Fisika
Teknik Fisika
Teknik Fisika
Teknik Fisika
Teknik Fisika
Teknik Fisika
Teknik Fisika
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayahnya,
kita
semua
diberikan
kemudahan
dan
kelancaran
untuk
Penyusun
BAB I. PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Pancasila terdiri dari lima sila atau dasar yang terdapat dalam tiap jiwa
raga seluruh rakyat Indonesia yang tentunya akan memberikan petunjuk,
kekuatan, dan pelajaran yang tentunya akan membimbing dan membuat bangsa
Indonesia menjadi masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam tiap-tiap silanya. Sebagai suatu ideologi bangsa dan
dasar negara, Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai
kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat
Indonesia sebelum membentuk negara. Dengan kata lain, unsur-unsur yang
merupakan materi Pancasila diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia
sendiri.
Salah satu ciri khas dari Pancasila yaitu ada nilai religius yang
terkandung didalamnya, dimana nilai itu ada dalam sila pertama. Sila pertama
Pancasila yaitu berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Seperti yang telah kita
ketahui, segala tindak tanduk perbuatan dan adat istiadat tidak pernah terlepas dari
yang namanya agama. Dimulai dari kepercayaan animisme dan dinamisme,
kemudian masuknya agama agama yang berasal dari belahan dunia yang lain
diakibatkan adanya interaksi dengan dunia luar semisal berdagang. Rasa
antusiasme masyarakat Indonesia dari sejak dahulu kala terhadap suatu agama dan
kepercayaan menjadikan di tiap tiap sendi kehidupan dan struktur
kemasyarakatan (bahkan struktur suatu kerajaan) tidak pernah tertinggal corak
kepercayaan atau agama. Dengan adanya sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang
tercantum didalam Pancasila maknanya segala tindakan yang dilakukan baik dari
tingkat individu maupun tingkat hukum dan kenegaraan hendaknya tidak
meninggalkan nilai nilai keagamaan yang menciptakan kebaikan untuk semua.
Namun realita yang terjadi sekarang disamping dampak dampak
positif dimana ada dampak dampak negatif yang tercipta akibat kurangnya
pemahaman tentang semangat bernegara yang dibalut dalam nuansa religius, dan
melalui pembahasan sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini, akan terwujud generasi
generasi penerus bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan
dan berbudi luhur.
1. B. Rumusan Masalah
Beberapa Rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1) apakah makna sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa?
2) apa sajakah butir-butir pengamalan Pancasila sila pertama?
3) apa dampak dampak yang ditimbulkan oleh karena sila pertama yang
tercantum di Pancasila?
4) apa solusi yang tepat dan efektif untuk mencegah atau menyelesaikan
problema problema yang ada akibat kesalahan dalam memahami sila
pertama Pancasila?
1. C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Memberikan wawasan mengenai realita realita yang berkaitan dengan sila
pertama dari Pancasila baik disisi positif maupun negatif.
2) Memahami setiap realita yang terjadi dengan analisis-analisis yang akurat.
3) Mampu memberikan solusi yang tepat serta efisien dari problema yang tidak
sejalan dengan sila pertama dari Pancasila.
Panca Syiila dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang
penting.
Apabila dilihat dari segi sejarahnya, proses perumusan Pancasila
diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr. Radjiman Widyodiningrat,
mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut.
Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang
akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara
yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno
berpidato secara lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara
Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama Pancasila yang artinya lima
dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu
seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.
Menurut Ir. Soekarno : Pancasila adalah isi dalam jiwa bangsa
Indonesia yang turun temurun lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan barat.
Dengan demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni
falsafah bangsa Indonesia.
Menurut Muhammad Yamin : Pancasila berasal dari kata Panca yang
berarti lima serta Sila berarti sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku
yang penting serta baik.
Menurut Notonegoro : Pancasila adalah dasar falsafah dari negara
Indonesia, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwasanya Pancasila adalah dasar
falsafah serta ideologi negara yang dapat diharapkan menjadi pandangan hidup
bangsa Indonesia sebagai dasar kesatuan.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945
disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di
mana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau lima prinsip sebagai satu
dasar negara yang diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan
merupakan istilah umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak
termuat istilah Pancasila, namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik
Indonesia adalah disebut dengan istilah Pancasila. Hal ini didasarkan atas
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara
Republik Indonesia, yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh rakyat
Indonesia.
Pancasila di tetapkan menjadi dasar negara karena 2 alasan pokok ;
1. Bersifat umum serta dapat diterima oleh semua pihak.
2. Relevan untuk dijadikan dasar negara.
2. B. Tujuan Pancasila Terutama Sila Pertama Dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu
bangsa Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila
terhadap bangsa dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan
sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku,
agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit
jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.
Pancasila sebagai dasar negara memang sudah final. Menggugat
Pancasila hanya akan membawa ketidakpastian baru. Bukan tidak mungkin akan
timbul chaos (kesalahan) yang memecah-belah eksistensi negara kesatuan.
Akhirnya Indonesia akan tercecer menjadi negara negara kecil yang berbasis
agama dan suku. Untuk menghindarinya maka penerapan hukum hukum agama
(juga hukum-hukum adat) dalam sistem hukum negara menjadi penting untuk
diterapkan. Pancasila yang diperjuangkan untuk mengikat agama agama dan
suku suku itu harus tetap mengakui jati diri dan ciri khas yang dimiliki setiap
agama dan suku.
Sila
pertama
Pancasila,
yaitu
Ketuhanan
Yang
Maha
Esa,
mengandung makna adanya keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa , yang
menciptakan alam semesta beserta isinya. Diantara makhluk ciptakan Tuhan Yang
Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini ialah manusia. Sebagai Maha Pencipta,
kekuasaan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan selain-Nya adalah terbatas.
Negara Indonesia yang didirikan atas landasan moral luhur, yaitu
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa berkonsekuensi untuk menjamin kepada
warga negara dan penduduknya memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya, seperti pengertiannya terkandung dalam:
a) Pembukaan UUD 1945 aline ketiga, yang antara lain berbunyi :
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa ....
Dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara Indonesia sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan.
b) Pasal 29 UUD 1945
1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya.
Oleh karena itu, di dalam bangsa Indonesia tidak boleh ada
pertentangan dalam hal Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita seharusnya menghindari
sikap atau perbuatan yang anti terhadap Tuhan Yang Maha Esa, anti agama.
Yang Maha Esa sebagai sila pertama dalam Pancasila, Pancasila sebenarnya telah
membentuk dirinya sendiri sebagai suatu ruang lingkup filsafat dan religi. Karena
hanya sistem filsafat dan religi yang mempunyai ruang lingkup pembahasan
tentang Ketuhanan yang Maha Esa. Dengan demikian secara inheren Pancasila
mengandung watak filosofis dan aspek-aspek religius, sehingga pendekatan
filosofis dan religius adalah konsekuensi dari essensia Pancasila sendiri yang
mengandung unsur filsafat dan aspek religius. Karenanya, cara pembahasan yang
terbatas pada bidang ilmiah semata-mata belum relevan dengan Pancasila.
Setelah melakukan beberapa perundingan, Bung Hatta, selaku anggota
PPKI, dengan bijaksana merumuskan sila petama pancasila dengan frasa
Ketuhanan Yang Maha Esa. Karena terminologi Ketuhanan jauh lebih luas,
dapat merangkum segala penyebutan Sang ada pada tiap tiap agama yang
berbeda. Maknanya akan menjadi kerdil kata seandainya kita coba telaah dalam
satu sudut pandang (dogma) agama tertentu saja.
Kebebasan memeluk agama adalah salah satu hak yang paling asasi
diantara hak hak asasi manusia, sebab kebebasan agama itu langsung
bersumberkan kepada martabat manusia sebagai mahluk Tuhan.
Manusia selain merupakan mahluk ciptaan Tuhan juga merupakan
mahluk sosial, yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan
manusia lainnya. Setiap manusia perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat
lainnya. Bangsa Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masingmasing dimana pemeluk melaksanakan ajaran-Nya sesuai dengan norma
agamanya. Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda,
maka hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat
menghormati sesama pemeluk agama yang berbeda, sikap menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai ajaran agama masing-masing, dan tidak
boleh memaksakan suatu agama kepada orang lain. Toleransi beragama tidak
berarti bahwa ajaran agama yang satu bercampur. Dari beberapa uraian di atas kita
dapat menyimpulkan pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa antara lain :
1. Negara kita adalah negara yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa.
10
12
Kita telah banyak mendengar atau mengakses berita dimana disitu tertera
bahwa suatu komunitas keagamaan melakukan tindakan anarkisme
dengan merusak fasilitas fasilitas negara sebagai suatu aksi untuk
menentang suatu hal yang bersifat buruk. Sebenarnya tindakan oknum
yang melakukan aksi untuk menentang keburukan ini adalah hal yang
benar, inilah fungsi organisasi kemasyarakatan sebagai kontrol tindakan
yang menyeleweng di sekitar namun hal ini serta merta tidak menjadikan
tindakan anarkisme diperbolehkan, apalagi merugikan Negara Indonesia.
6. Isu rasisme yang menyelimuti Pilkada DKI Jakarta
Dewasa ini ramai diperbincangkan polemik yang mewarnai Pilkada DKI
Jakarta terutama polemik rasisme antar agama, dimana suatu oknum
menjadikan ajaran agamanya untuk menunjukkan rasa ketidaksetujuan
mereka terhadap calon pemimpin daerah yang maju dikarenakan
perbedaan keyakinan. Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi karena
Indonesia bukanlah negara agama, namun juga bukan negara
sekulerisme. Dengan begitu tidak serta merta suatu doktrin dalam
kepercayaan harus dipaksakan dalam ruang lingkup Indonesia yang
cenderung plural (beragam) baik masalah keyakinan ataupun adat
istiadat.
7. Pelecehan agama
Sejalan dengan kasus yang mewarnai Pilkada DKI Jakarta, maka kita
juga mendengar suatu kasus pelecehan yang dilakukan individu yang
hendak maju menjadi calon pemimpin daerah terhadap ayat suci suatu
kepercayaan. Hal ini sangat buruk, bahkan suatu tindakan yang tidak
pantas dilakukan oleh seorang calon pemimpin daerah. Hendaknya kita
saling menghargai ajaran suatu keyakinan.
8. Aksi Terorisme
Saat ini juga ramai diperbicangkan aksi terorisme yang dilakukan suatu
oknum beratas namakan agama. Hal ini harus kita basmi, bersama sama
pemerintah dan masyarakat mencegah aksi terorisme tumbuh di NKRI.
Dan juga jangan mengeneralisasikan tindakan aksi yang dilakukan suatu
oknum terhadap suatu kepercayaan, tindakan ini nanti malah akan
memunculkan problema baru bahkan sampai kisruh antar umat
13
beragama. Sebagai warga negara kita harus cerdas untuk menyikapi suatu
kasus, jangan langsung menerima suatu berita tanpa ada usaha untuk
mencari tahu kebenaran akan berita tersebut.
9. Gotong royong dalam pembangunan rumah ibadah
Kerukunan antarumat beragama di Kabupaten Alor sudah terjalin sejak
ratusan tahun lalu, tak heran jika pemeluk Islam ikut membangun gereja
dan warga beragama Kristen membantu mendirikan masjid. Bahkan di
salah satu desa, ada Gereja Ismail yang dibangun atas inisiatif warga
Muslim.
Nama Ismail bukanlah nama yang 'lazim' untuk sebuah gereja. Tetapi
menurut sesepuh kampung dan pengurus gereja, nama itu diambil dari
orang Muslim yang mendirikan rumah ibadah umat Kristiani itu.Umat
Islam di sini berkeinginan membangun gereja di sini agar empat KK
yang beragama Kristen bisa pergi ke gereja di sini, tetapi tidak masuk
persyaratan untuk dimasukan ke wilayah kependetaan, jadi beberapa
orang Muslim memasukan nama mereka ke dalam daftar yang
mengajukan izin pembangunan gerejaBeberapa bagian gereja hancur
ketika gempa besar terjadi di Alor pada 1991 lalu, begitu pula dua masjid
yang ada di Kampung Ilawe ini. Kemudian, warga saling membantu
membangun kembali dan merenovasi rumah ibadah yang rusak itu.
Kerukunan antar agama yang terjalin dalam masyarakat di Kabupaten
Alor ataupun di NTT, merupakan bentuk hubungan kultural yang
dibangun sebelum agama masuk ke wilayah ini.
Hubungan umat beragama ini bukan merupakan hubungan yang formal
tetapi sejak awal kultural, suatu hubungan bukan hanya berdasarkan
agama di dalam dirinya tetapi suatu hubungan berdasarkan hidup
manusia, jelas salah satu pemuka agama yang ada disana.
10. Tindakan korupsi
Korupsi sebagai pencurian yang melalui penipuan dalam situasi yang
mengkhianati kepercayaan. Korupsi merupakan wujud
perbuatan
14
metode penipuan dan pencurian. Poin penting yang harus anda tahu
bahwa nepotisme dan kolusi itu merupakan bentuk korupsi.
Lalu apa kaitan tindakan korupsi terhadap sila pertama Pancasila?
Tindakan korupsi yang marak terjadi di Negara Indonesia terjadi
disebabkan hilang semangat dan nilai nilai keagamaan pada bangsa
Indonesia, padahal ketika pelantikan jabatan, mereka telah disumpah atas
nama agama untuk menjadi pemimpin yang baik. Namun yang terjadi
malah suatu kontradiksi, menjadikan jabatan hanya untuk memperkaya
diri sendiri, mengenyampingkan dosa dan Tuhan, sehingga mati hati
nuraniya.
11. Pemerkosaan, seks bebas dan penggunaan obat obat terlarang
Baru baru ini kita dengar bahwasannya banyak kalangan muda zaman
sekarang telah terjurumus dalam kubangan narkotika dan seks bebas.
Bahkan parahnya lagi, seorang anak sekolah dasar ikut terlibat dalam
tindakan pemerkosaan sekaligus pembunuhan. Bertebarannya tempat
prostitusi yang dibangun, menjadikan akses yang mudah bagi anak muda
untuk melakukan tindakan asusila. Hal ini telah mencerminkan betapa
bobroknya perilaku anak zaman sekarang. Sesungguhnya peran agama
sangat viral disini, dimana agama dapat menjadi tameng untuk
membatasi tindakan penyelewengan yang dilakukan suatu individu.
Agama menjadi pembawa kedamaian dan keamanan bagi warga
Indonesia.
12. Pornografi dan pornoaksi
Sejalan dengan poin (11), tindakan pornoaksi dan pornografi juga marak
dilakukan oleh anak anak zaman sekarang. Tidak ada lagi rasa malu
didalam hati anak anak zaman kini sehingga berani mengumbar
kemesraan di depan khalayak ramai, tanpa rasa risih. Bahkan mereka
dengan beraninya merekam tindakan tidak senonoh mereka ke media
sosial dan menjadi konsumsi bagi banyak orang, dimana ada beberapa
orang yang tidak seharusnya mengonsumsi hal itu. Disini membuktikan
bahwa yang namanya Ketuhanan yang berkebudayaan telah hilang
semangat dan nilainya di akal dan hati di kebanyakan kalangan generasi
muda
15
Saran
16