Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA (UNU 2012)

REALITAS PANCASILA DALAM PRESPEKTIF SILA


PERTAMA DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016

LAMPIRAN ANGGOTA KELOMPOK


N

Nama

NIM

Program Studi

o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Abdi Guna
Zaky Al Hawari
Lintang Kusumandaru
Muhammad Nasir
Sholeh Wijayanto
Ahmad Hamdani
Andika Prima Sandi
Andini
Annida Zakiya Fatin
Ansensius Sihotang
Christine Ayu Puteri Novita O
Diwana Hadi Putra
Intan Maharani Asri
Iyas Muzani

14/367284/TK/42441
14/367325/TK/42475
15/384945/TK/43607
13/348732/TK/40995
14/363400/TK/41527
15/378757/TK/42699
15/378760/TK/42702
15/378761/TK/42703
15/378762/TK/42704
15/378763/TK/42705
15/378766/TK/42708
15/378768/TK/42710
15/378780/TK/42722
15/378781/TK/42723

Teknik Elektro
Teknik Elektro
Teknik Elektro
Teknik Fisika
Teknik Fisika
Teknik Fisika
Teknik Fisika
Teknik Fisika
Teknik Fisika
Teknik Fisika
Teknik Fisika
Teknik Fisika
Teknik Fisika
Teknik Fisika

DAFTAR ISI

1. LAMPIRAN ANGGOTA KELOMPOK ......................................................... i

2. DAFTAR ISI .................................................................................................... ii


3. KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
4. BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1. A................................................................................................................La
tar Belakang ............................................................................................ 1
1. B................................................................................................................Ru
musan Masalah ....................................................................................... 2
1. C................................................................................................................Tu
juan Makalah .......................................................................................... 2
5. BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................... 3
2. A................................................................................................................Pe
ngertian Umum dan Sejarah Singkat Lahirnya Pancasila ...................... 3
2. B...........................................................................................................
Tujuan Pancasila Terutama Sila Pertama Dalam Kehidupan Berbangsa
dan
Bernegara
............................................................................................................
5
6. BAB III. PEMBAHASAN ............................................................................... 7
3. A................................................................................................................M
akna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ..................................................... 7
3. B................................................................................................................Re
alita Sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang Terjadi di Indonesia ............11
3. C...........................................................................................................
Solusi yang Tepat dan Efekif Untuk Menyelesaikan Berbagai
Problematika Dalam Prespektif Sila Pertama Pancasila
............................................................................................................
17
7. BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................
4. A................................................................................................................Ke
simpulan .................................................................................................
4. B................................................................................................................Sa
ran ...........................................................................................................
8. BAB V. DAFTAR PUSTAKA .........................................................................

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayahnya,

kita

semua

diberikan

kemudahan

dan

kelancaran

untuk

menyelesaikan tugas menyusun makalah mata kuliah Pendidikan Pancasila


dengan judul Realitas Pancasila Dalam Prespektif Sila Pertama di Indonesia.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pengampu mata
kuliah Pendidikan Pancasila karena telah memberikan pengajaran, hal yang
berkaitan dengan Pendidikan Pancasila sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini tepat waktu.
Selanjutnya semoga dengan penyusunan makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca, umumnya bagi seluruh civitas akademika Universita Gadjah Mada.
Mohon maaf jika dalam penyusunan makalah ini terjadi banyak kekurangan atau
kesalahan yang disengaja ataupun tidak disengaja.

Yogyakarta, 10 Oktober 2016

Penyusun

BAB I. PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Pancasila terdiri dari lima sila atau dasar yang terdapat dalam tiap jiwa
raga seluruh rakyat Indonesia yang tentunya akan memberikan petunjuk,
kekuatan, dan pelajaran yang tentunya akan membimbing dan membuat bangsa
Indonesia menjadi masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam tiap-tiap silanya. Sebagai suatu ideologi bangsa dan
dasar negara, Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai
kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat
Indonesia sebelum membentuk negara. Dengan kata lain, unsur-unsur yang
merupakan materi Pancasila diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia
sendiri.
Salah satu ciri khas dari Pancasila yaitu ada nilai religius yang
terkandung didalamnya, dimana nilai itu ada dalam sila pertama. Sila pertama
Pancasila yaitu berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Seperti yang telah kita
ketahui, segala tindak tanduk perbuatan dan adat istiadat tidak pernah terlepas dari
yang namanya agama. Dimulai dari kepercayaan animisme dan dinamisme,
kemudian masuknya agama agama yang berasal dari belahan dunia yang lain
diakibatkan adanya interaksi dengan dunia luar semisal berdagang. Rasa
antusiasme masyarakat Indonesia dari sejak dahulu kala terhadap suatu agama dan
kepercayaan menjadikan di tiap tiap sendi kehidupan dan struktur
kemasyarakatan (bahkan struktur suatu kerajaan) tidak pernah tertinggal corak
kepercayaan atau agama. Dengan adanya sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang
tercantum didalam Pancasila maknanya segala tindakan yang dilakukan baik dari
tingkat individu maupun tingkat hukum dan kenegaraan hendaknya tidak
meninggalkan nilai nilai keagamaan yang menciptakan kebaikan untuk semua.
Namun realita yang terjadi sekarang disamping dampak dampak
positif dimana ada dampak dampak negatif yang tercipta akibat kurangnya
pemahaman tentang semangat bernegara yang dibalut dalam nuansa religius, dan

malah menjadikan agama sebagai topeng untuk kepentingan perseorangan atau


pemicu kerusuhan. Untuk itulah sebagai generasi penerus bangsa, kita wajib
mengkaji,

memahami, dan menerapkan sila pertama Pancasila. Diharapkan

melalui pembahasan sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini, akan terwujud generasi
generasi penerus bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan
dan berbudi luhur.
1. B. Rumusan Masalah
Beberapa Rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1) apakah makna sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa?
2) apa sajakah butir-butir pengamalan Pancasila sila pertama?
3) apa dampak dampak yang ditimbulkan oleh karena sila pertama yang
tercantum di Pancasila?
4) apa solusi yang tepat dan efektif untuk mencegah atau menyelesaikan
problema problema yang ada akibat kesalahan dalam memahami sila
pertama Pancasila?
1. C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Memberikan wawasan mengenai realita realita yang berkaitan dengan sila
pertama dari Pancasila baik disisi positif maupun negatif.
2) Memahami setiap realita yang terjadi dengan analisis-analisis yang akurat.
3) Mampu memberikan solusi yang tepat serta efisien dari problema yang tidak
sejalan dengan sila pertama dari Pancasila.

BAB II. LANDASAN TEORI

2. A. Pengertian Umum dan Sejarah Singkat Lahirnya Pancasila


Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan pokok pikiran yang berisi
nilai nilai luhur bangsa yang dirumuskan oleh para pendiri negara. Nilai-nilai itu
kemudian dijabarkan lebih nyata dalam sistem tata negara melalui UndangUndang Dasar dan Undang-Undang. Barulah turunannya menjadi produk hukum
diberlakukan melalui Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, Perda dan
sebagainya yang mengikat sanksi-sanksi hukum.
Pancasila merupakan landasan dari segala keputusan bangsa dan
menjadi ideologi tetap pada bangsa serta mencerminkan kepribadian bangsa.
Pancasila adalan ideologi bagi Republik Indonesia, yang dipergunakan sebagai
dasar yang mengatur pemerintahan negara.
Kedudukan dan fungsi Pancasila bilamana dikaji secara ilmiah
memliki pengertian pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar
negara, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai ideologi bangsa dan negara,
sabagai kepribadian bangsa bahkan dalam proses terjadinya terdapat berbagai
macam terminologi yang harus didesktipsikan secara objektif. Selain itu,
Pancasila secara kedudukan dan fungsinya juga harus dipahami secara kronologis.
Oleh karena itu, untuk memahami Pancasila secara kronologis baik
menyangkut rumusannya maupun peristilahannya maka pengertian Pancasila
tersebut meliputi lingkup pengertian sebagai berikut :
Secara etimologis istilah Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta.
Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan Pancasila
memilki dua macam arti secara leksikal yaitu panca artinya lima, syila dengan
vokal i pendek artinya batu sendi, alas, atau dasar, dan syiila dengan vokal i
panjang artinya peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang
senonoh.
Kata kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama
bahasa Jawa diartikan susila yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh
karena itu secara etimologis kata Pancasila yang dimaksudkan adalah adalah
istilah Panca Syila dengan vokal i pendek yang memilki makna leksikal berbatu
sendi lima atau secara harfiah dasar yang memiliki lima unsur. Adapun istilah

Panca Syiila dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang
penting.
Apabila dilihat dari segi sejarahnya, proses perumusan Pancasila
diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr. Radjiman Widyodiningrat,
mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut.
Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang
akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara
yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno
berpidato secara lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara
Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama Pancasila yang artinya lima
dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu
seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.
Menurut Ir. Soekarno : Pancasila adalah isi dalam jiwa bangsa
Indonesia yang turun temurun lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan barat.
Dengan demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni
falsafah bangsa Indonesia.
Menurut Muhammad Yamin : Pancasila berasal dari kata Panca yang
berarti lima serta Sila berarti sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku
yang penting serta baik.
Menurut Notonegoro : Pancasila adalah dasar falsafah dari negara
Indonesia, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwasanya Pancasila adalah dasar
falsafah serta ideologi negara yang dapat diharapkan menjadi pandangan hidup
bangsa Indonesia sebagai dasar kesatuan.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945
disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di
mana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau lima prinsip sebagai satu
dasar negara yang diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan
merupakan istilah umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak
termuat istilah Pancasila, namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik
Indonesia adalah disebut dengan istilah Pancasila. Hal ini didasarkan atas

interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan calon rumusan dasar


negara, yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.
Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea
tersebut tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara
Republik Indonesia, yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh rakyat
Indonesia.
Pancasila di tetapkan menjadi dasar negara karena 2 alasan pokok ;
1. Bersifat umum serta dapat diterima oleh semua pihak.
2. Relevan untuk dijadikan dasar negara.
2. B. Tujuan Pancasila Terutama Sila Pertama Dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu
bangsa Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila
terhadap bangsa dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan
sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku,
agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit
jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.
Pancasila sebagai dasar negara memang sudah final. Menggugat
Pancasila hanya akan membawa ketidakpastian baru. Bukan tidak mungkin akan
timbul chaos (kesalahan) yang memecah-belah eksistensi negara kesatuan.
Akhirnya Indonesia akan tercecer menjadi negara negara kecil yang berbasis
agama dan suku. Untuk menghindarinya maka penerapan hukum hukum agama
(juga hukum-hukum adat) dalam sistem hukum negara menjadi penting untuk
diterapkan. Pancasila yang diperjuangkan untuk mengikat agama agama dan
suku suku itu harus tetap mengakui jati diri dan ciri khas yang dimiliki setiap
agama dan suku.

Sila

pertama

Pancasila,

yaitu

Ketuhanan

Yang

Maha

Esa,

mengandung makna adanya keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa , yang
menciptakan alam semesta beserta isinya. Diantara makhluk ciptakan Tuhan Yang
Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini ialah manusia. Sebagai Maha Pencipta,
kekuasaan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan selain-Nya adalah terbatas.
Negara Indonesia yang didirikan atas landasan moral luhur, yaitu
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa berkonsekuensi untuk menjamin kepada
warga negara dan penduduknya memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya, seperti pengertiannya terkandung dalam:
a) Pembukaan UUD 1945 aline ketiga, yang antara lain berbunyi :
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa ....
Dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara Indonesia sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan.
b) Pasal 29 UUD 1945
1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya.
Oleh karena itu, di dalam bangsa Indonesia tidak boleh ada
pertentangan dalam hal Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita seharusnya menghindari
sikap atau perbuatan yang anti terhadap Tuhan Yang Maha Esa, anti agama.

BAB III. PEMBAHASAN


3. A. Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Pancasila adalah keniscayaan sejarah yang dinamis dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kendati demikian, tinjauan filosofis
tidak hendak mengabaikan sumbangan budi nurani terhadap aspek aspek
religius dalam Pancasila (Lapasila, 1986:13-14). Dengan tercantumnya Ketuhanan

Yang Maha Esa sebagai sila pertama dalam Pancasila, Pancasila sebenarnya telah
membentuk dirinya sendiri sebagai suatu ruang lingkup filsafat dan religi. Karena
hanya sistem filsafat dan religi yang mempunyai ruang lingkup pembahasan
tentang Ketuhanan yang Maha Esa. Dengan demikian secara inheren Pancasila
mengandung watak filosofis dan aspek-aspek religius, sehingga pendekatan
filosofis dan religius adalah konsekuensi dari essensia Pancasila sendiri yang
mengandung unsur filsafat dan aspek religius. Karenanya, cara pembahasan yang
terbatas pada bidang ilmiah semata-mata belum relevan dengan Pancasila.
Setelah melakukan beberapa perundingan, Bung Hatta, selaku anggota
PPKI, dengan bijaksana merumuskan sila petama pancasila dengan frasa
Ketuhanan Yang Maha Esa. Karena terminologi Ketuhanan jauh lebih luas,
dapat merangkum segala penyebutan Sang ada pada tiap tiap agama yang
berbeda. Maknanya akan menjadi kerdil kata seandainya kita coba telaah dalam
satu sudut pandang (dogma) agama tertentu saja.
Kebebasan memeluk agama adalah salah satu hak yang paling asasi
diantara hak hak asasi manusia, sebab kebebasan agama itu langsung
bersumberkan kepada martabat manusia sebagai mahluk Tuhan.
Manusia selain merupakan mahluk ciptaan Tuhan juga merupakan
mahluk sosial, yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan
manusia lainnya. Setiap manusia perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat
lainnya. Bangsa Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masingmasing dimana pemeluk melaksanakan ajaran-Nya sesuai dengan norma
agamanya. Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda,
maka hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat
menghormati sesama pemeluk agama yang berbeda, sikap menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai ajaran agama masing-masing, dan tidak
boleh memaksakan suatu agama kepada orang lain. Toleransi beragama tidak
berarti bahwa ajaran agama yang satu bercampur. Dari beberapa uraian di atas kita
dapat menyimpulkan pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa antara lain :
1. Negara kita adalah negara yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa.

2. Negara memberikan jaminan kebebasan kepada warga negara untuk


memeluk salah satu agama atau kepercayaan sesuai dengan keyakinan
masing-masing.
3. Kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk memeluk agama kita atau
memaksa seseorang pindah dari satu agama ke agama yang lain.
4. Dalam hal ibadah negara memberikan jaminan seluas-luasnya kepada
semua umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan
masing-masing.
5. Setiap warga negara Indonesia harus percaya dan beriman kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
6. Fungsi Agama; agama mempunyai fungsi yang penting antara lain :
Agama sebagai sumber inspirasi.
Bagi bangsa indonesia, agama dapat menjadi sumber inspirasi dalam
berbudaya baik yang berupa fisik maupun non fisik.
Sumber Moral.
Agama di Indonesia dapat memberikan dorongan batin maupun moral
atau akhlak yang baik bagi manusia. Pembangunan berjalan dengan
baik karena dilakukan dengan semangat ibadah kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Sumber Motovasi dan Inovasi.
Agama dapat memberikan semangat dalam bekerja dan lebih kreatif
serta produktif. Pada gilirannya dapat pula mendorong tumbuhnya
pembaharuan dan penyempurnaan.
Sumber penyatuan dalam melaksanakan pembangunan Nasional.
Agama dapat mengintegrasikan/menyatukan dan menyerasikan
segenap aktifitas manusia baik individual maupun sebagai anggota
masyarakat. Dengan adanya kesamaan dalam katakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa maupun kebersamaan sebagai mahluk sosial,
timbul rasa persatuan sebagai makhluk sosial dengan demikian rasa
persatuan sebagai bangsa Indonesia akan terjadi dengan sendirinya.
Selain uraian makna di atas, pancasila sila Ketuhanan Yang Maha Esa
juga memiliki arti dan juga makna sebagai berikut :
Mengandung arti pengakuan adanya kuasa prima (sebab pertama)
yaitu Tuhan yang Maha Esa

Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan


beribadah menurut agamanya.
Tidak memaksa warga negara untuk beragama.
Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.
Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan
dalam beribadah menurut agamanya masing-masing.
Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman
warga negara dan mediator ketika terjadi konflik agama.
Sebagai bangsa Indonesia seharusnya menyadari betul bahwa negara
kita mempunyai prinsip untuk mengatur rakyatnya, demikian juga seharusnya
prinsip itu dimulai dari setiap individu bagaimana seharusnya individu itu berbuat
sesuai dengan norma norma yang berlaku di masyarakat. Setiap Agama
mengajarkan kepada umatnya tentang perintah dan larangan.
Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Kepercayaan
dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa hendaknya diikuti oleh ketakwaan
terhadap-Nya, yaitu dengan melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi
larangan-Nya. Keyakinan itu diantaranya adalah sebagai berikut :
Kita harus selalu menyembah Tuhan, karena Tuhanlah yang telah
menciptakan kita beserta seluruh alam semesta.
Dan juga Tuhanlah yang memelihara alam semesta.
Kita meyakini Tuhan Yang Maha Esa karena Tuhanlah yang telah
mengkaruniakan seluruh nikmat kepada setiap makhluk - Nya.
Kita meyakini bahwa alam semesta beserta isinya diatur oleh Tuhan
yang Maha Esa
Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya berarti kita
melakukan perbuatan menghambakan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
didasari oleh keikhlasan untuk melakukannya. Keihklasan untuk menjalankan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya bagi umat beriman dan bertakwa bukan
hanya kewajiban, akan tetapi merupakan kebutuhan dan kebanggaan. Hal ini
merupakan pernyataan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pelaksanaan perintah Tuhan Yang Maha Esa meliputi:
Perintah secara vertikal, menurut agama Islam hal seperti ini disebut
Hablum Minallah yaitu hubungan secara langsung dengan Tuhan Yang
Maha Esa, sedangkan untuk agama Kristen misalnya kebaktian.

Perintah secara horizontal, disebut juga dengan Hablum Minannas


hubungan dengan mahluk Tuhan terutama manusia dan alam
sekitarnya, menjaga lingkungan hidup atau pelestarian alam dan lain
sebagainya.
Perintah Tuhan untuk menjauhi larangan-Nya antara lain sebagai
berikut :
Tidak boleh mencuri, menggarong, merampok, malak, dan lain lain.
Tidak boleh menyakiti sesama mahluk hidup.
Tidak boleh mengkonsumsi obat obat terlarang, misalnya pil Ectasy,
Nipam, Sabu sabu dan lain sebagainya termasuk di dalamnya
Narkotik atau Ganja.

3. B. Realita Sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang Terjadi di Indonesia


Menilik realita/kenyataan yang terjadi disekitar kita, lebih lebih
perbuatan yang telah menodai semangat sila pertama yaitu ketuhanan yang
membawa kebaikan untuk seluruh umat marak terjadi. Mulai dari golongan muda
hingga golongan tua, tidak sedikit dari perbuatan mereka yang luntur dari makna
sila pertama Pancasila, meskipun ada beberapa yang masih memegang teguh
kepercayaan dan agama mereka sebagai solusi terbaik untuk menciptakan
kedamaian.
Dari sekian banyak dampak polemik dan problema yang ada, maka
pada makalah ini akan diuraikan dan dibahas sebagian dari kasus yang ada.
Berikut uraian singkat tentang beberapa kasus di Indonesia yang menyinggung
sila Ketuhanan Yang Maha Esa pada Pancasila.
1. Kearifan lokal di Desa Ubud, Provinsi Bali
Desa ubud merupakan salah satu desa yang berada di Provinsi Bali. Desa
ini dikenal bahkan hingga ke mancanegara karena kearifan lokal yang
dimilikinya serta keramah-tamahan yang selalu mereka aplikasi baik
ketika berinteraksi dengan sesama warga ataupun pelancong yag datang.
Bahkan ketika ada suatu barang yang tak berpemilik tertinggal begitu
saja, maka tak ada satupun yang mau mencurinya. Semua keunikan yang
dimiliki oleh Desa Ubud ini sebenarnya tidak jauh jauh dari persoalan

10

adat istiadat dan kepercayaan. Desa Ubud yang mayoritas masyarakatnya


beragama hindu, sangat menjaga dan memegang teguh nilai nilai
agama yang telah diajarkan kepada mereka seperti hukum karma (sebab
akibat). Dari hukum tersebut mereka yakin bahwa ketika perbuatan jahat
yang mereka lakukan, pasti akan ada akibatnya entah itu di waktu
waktu yang akan datang ataupun di kehidupan selanjutnya, sehingga efek
domino yang terjadi adalah mereka tidak berani bertindak jahat dan
sembrono.
2. Tindakan euthanasia
Kaitan euthanasia terhadap sila pertama tercermin dari tindakan dokter
yang tidak serta melakukan tindakan euthanasia terhadap pasien yang
dirasa sudah tidak dapat tertolong lagi nyawanya berdasarkan sisi medis.
Hal ini terjadi karena adanya harapan hidup pada pasien yang terjadi
akibat mukjizat yang diberikan oleh Tuhan, dan berlandaskan juga pada
sila Ketuhanan Yang Maha Esa, maka tindakan euthanasia memiliki
prosedur yang amat ketat apabila hendak dilakukan di Negara Indonesia.
3. Konflik Poso
Indonesia pada tahun 1997 dilanda krisis moneter yang disertai dengan
fluktuasi kondisi ekonomi dan politik yang tidak menentu, telah
mengiring indonesia menuju konflik nasional, baik secara struktural
maupun horizontal. semenjak runtuhnya rezim Orde baru tahun 1998
yang di gantikan oleh oleh B.Hhabibie yang diharapakan dapat menata
sisitem politik yang demokrasi berkeadilan.
Saat itu, Indonesia sangat rentan dengan perpecahan. Terjadi berbagai
gejolak konflik di berbagai daerah. Salah satunya konflik yang terjadi di
Poso yang disinyalir oleh banyak kalangan adalah konflik bernuansa
SARA, yaitu pertikaian antar suku dan pemeluk agama islam dan kristen.
Peristiwa kerusuhan diawali dengan pertikaian antardua pemuda yang
berbeda agama sehingga belarut dan berhujung dengan terjadinya
kerusuhan. Impliksasi-implikasi tentang kepentingan politik elite
Nasional, elite lokal dan miiter juga diduga menyulut terjadinya konflik
11

horizontal sehingga sulit mencari penyelesaian yang lebih tepat. Bahkan,


terkesan pihak keamanan porli lamban menangani konflik tersebut.
Sehigga konflik terjadi belarut-larut yang memakan korban jiwa dan
harta.
Secara umum konflik di Poso sudah berlangsung beberapa kali. Peristiwa
pertama terjadi pada akhir tahun 1998, kerusuhan pertama ini denga
cepat di atasi pihak keamanan setempat kemudian di ikuti oleh komitmen
kedua belah pihak yang berseteru agar tidak terulang lagi. Kendati sudah
ada kesepakatan Malino, nampaknya tak kunjung usai.
Berbagai aksi teror bom dan letusan senjata api masih terjadi. Kecemasan
warga Poso pun kembali menyeruak, berselang kurang lebih 17 bulan
kemudian tepatnya pada 16 april 2000, dalam kerusuhan tersebut
terjadilah saling serang antara desa Nasrani dan desa Islam. Menurut data
Polri, kerusuhan tersebu memakan korban 137 orang meninggal,
sedangkan menurut militer 237 orang meninggal, 27 luka-luka, puluhan
rumah rusak dan dibakar, 1 bus dibom, beberapa gereja dirusak, dibakar,
dan dibom. (Anonim D, 2009).
4. Saling toleransi antar agama, terutama saat hari hari besar keagamaan
Tidak dipungkiri bahwa secara tak sadar sila Ketuhanan Yang Maha Esa
telah diterapkan di kehidupan kia sehari hari, contohnya toleransi antar
umat beragama ketika hari hari besar keagamaan diselenggarakan.
Seperti himbauan warung makan untuk menutup sementara jam kerja
ketika waktu berpuasa umat islam, ditutupnya Bandara Internasional
Ngurah Rai untuk menghormati orang orang hindu merayakan Hari
Nyepi, dijadikannya hari libur ketika Hari Raya Natal yang
diselenggarakan oleh masyarakat kristiani dan diliburkannya Hari
Minggu untuk memberikan kesempatan umat kristiani untuk beribadah
merupakan beberapa contoh realita bahwasannya negara sangat
menjunjung tinggi hak warga negara untuk melaksanakan ibadah mereka
kepadan Tuhan Yang Maha Pemurah.
5. Anarkisme atas nama agama

12

Kita telah banyak mendengar atau mengakses berita dimana disitu tertera
bahwa suatu komunitas keagamaan melakukan tindakan anarkisme
dengan merusak fasilitas fasilitas negara sebagai suatu aksi untuk
menentang suatu hal yang bersifat buruk. Sebenarnya tindakan oknum
yang melakukan aksi untuk menentang keburukan ini adalah hal yang
benar, inilah fungsi organisasi kemasyarakatan sebagai kontrol tindakan
yang menyeleweng di sekitar namun hal ini serta merta tidak menjadikan
tindakan anarkisme diperbolehkan, apalagi merugikan Negara Indonesia.
6. Isu rasisme yang menyelimuti Pilkada DKI Jakarta
Dewasa ini ramai diperbincangkan polemik yang mewarnai Pilkada DKI
Jakarta terutama polemik rasisme antar agama, dimana suatu oknum
menjadikan ajaran agamanya untuk menunjukkan rasa ketidaksetujuan
mereka terhadap calon pemimpin daerah yang maju dikarenakan
perbedaan keyakinan. Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi karena
Indonesia bukanlah negara agama, namun juga bukan negara
sekulerisme. Dengan begitu tidak serta merta suatu doktrin dalam
kepercayaan harus dipaksakan dalam ruang lingkup Indonesia yang
cenderung plural (beragam) baik masalah keyakinan ataupun adat
istiadat.
7. Pelecehan agama
Sejalan dengan kasus yang mewarnai Pilkada DKI Jakarta, maka kita
juga mendengar suatu kasus pelecehan yang dilakukan individu yang
hendak maju menjadi calon pemimpin daerah terhadap ayat suci suatu
kepercayaan. Hal ini sangat buruk, bahkan suatu tindakan yang tidak
pantas dilakukan oleh seorang calon pemimpin daerah. Hendaknya kita
saling menghargai ajaran suatu keyakinan.
8. Aksi Terorisme
Saat ini juga ramai diperbicangkan aksi terorisme yang dilakukan suatu
oknum beratas namakan agama. Hal ini harus kita basmi, bersama sama
pemerintah dan masyarakat mencegah aksi terorisme tumbuh di NKRI.
Dan juga jangan mengeneralisasikan tindakan aksi yang dilakukan suatu
oknum terhadap suatu kepercayaan, tindakan ini nanti malah akan
memunculkan problema baru bahkan sampai kisruh antar umat

13

beragama. Sebagai warga negara kita harus cerdas untuk menyikapi suatu
kasus, jangan langsung menerima suatu berita tanpa ada usaha untuk
mencari tahu kebenaran akan berita tersebut.
9. Gotong royong dalam pembangunan rumah ibadah
Kerukunan antarumat beragama di Kabupaten Alor sudah terjalin sejak
ratusan tahun lalu, tak heran jika pemeluk Islam ikut membangun gereja
dan warga beragama Kristen membantu mendirikan masjid. Bahkan di
salah satu desa, ada Gereja Ismail yang dibangun atas inisiatif warga
Muslim.
Nama Ismail bukanlah nama yang 'lazim' untuk sebuah gereja. Tetapi
menurut sesepuh kampung dan pengurus gereja, nama itu diambil dari
orang Muslim yang mendirikan rumah ibadah umat Kristiani itu.Umat
Islam di sini berkeinginan membangun gereja di sini agar empat KK
yang beragama Kristen bisa pergi ke gereja di sini, tetapi tidak masuk
persyaratan untuk dimasukan ke wilayah kependetaan, jadi beberapa
orang Muslim memasukan nama mereka ke dalam daftar yang
mengajukan izin pembangunan gerejaBeberapa bagian gereja hancur
ketika gempa besar terjadi di Alor pada 1991 lalu, begitu pula dua masjid
yang ada di Kampung Ilawe ini. Kemudian, warga saling membantu
membangun kembali dan merenovasi rumah ibadah yang rusak itu.
Kerukunan antar agama yang terjalin dalam masyarakat di Kabupaten
Alor ataupun di NTT, merupakan bentuk hubungan kultural yang
dibangun sebelum agama masuk ke wilayah ini.
Hubungan umat beragama ini bukan merupakan hubungan yang formal
tetapi sejak awal kultural, suatu hubungan bukan hanya berdasarkan
agama di dalam dirinya tetapi suatu hubungan berdasarkan hidup
manusia, jelas salah satu pemuka agama yang ada disana.
10. Tindakan korupsi
Korupsi sebagai pencurian yang melalui penipuan dalam situasi yang
mengkhianati kepercayaan. Korupsi merupakan wujud

perbuatan

immoral dari dorongan untuk mendapatkan sesuatu menggunakan

14

metode penipuan dan pencurian. Poin penting yang harus anda tahu
bahwa nepotisme dan kolusi itu merupakan bentuk korupsi.
Lalu apa kaitan tindakan korupsi terhadap sila pertama Pancasila?
Tindakan korupsi yang marak terjadi di Negara Indonesia terjadi
disebabkan hilang semangat dan nilai nilai keagamaan pada bangsa
Indonesia, padahal ketika pelantikan jabatan, mereka telah disumpah atas
nama agama untuk menjadi pemimpin yang baik. Namun yang terjadi
malah suatu kontradiksi, menjadikan jabatan hanya untuk memperkaya
diri sendiri, mengenyampingkan dosa dan Tuhan, sehingga mati hati
nuraniya.
11. Pemerkosaan, seks bebas dan penggunaan obat obat terlarang
Baru baru ini kita dengar bahwasannya banyak kalangan muda zaman
sekarang telah terjurumus dalam kubangan narkotika dan seks bebas.
Bahkan parahnya lagi, seorang anak sekolah dasar ikut terlibat dalam
tindakan pemerkosaan sekaligus pembunuhan. Bertebarannya tempat
prostitusi yang dibangun, menjadikan akses yang mudah bagi anak muda
untuk melakukan tindakan asusila. Hal ini telah mencerminkan betapa
bobroknya perilaku anak zaman sekarang. Sesungguhnya peran agama
sangat viral disini, dimana agama dapat menjadi tameng untuk
membatasi tindakan penyelewengan yang dilakukan suatu individu.
Agama menjadi pembawa kedamaian dan keamanan bagi warga
Indonesia.
12. Pornografi dan pornoaksi
Sejalan dengan poin (11), tindakan pornoaksi dan pornografi juga marak
dilakukan oleh anak anak zaman sekarang. Tidak ada lagi rasa malu
didalam hati anak anak zaman kini sehingga berani mengumbar
kemesraan di depan khalayak ramai, tanpa rasa risih. Bahkan mereka
dengan beraninya merekam tindakan tidak senonoh mereka ke media
sosial dan menjadi konsumsi bagi banyak orang, dimana ada beberapa
orang yang tidak seharusnya mengonsumsi hal itu. Disini membuktikan
bahwa yang namanya Ketuhanan yang berkebudayaan telah hilang
semangat dan nilainya di akal dan hati di kebanyakan kalangan generasi
muda
15

3. C. Solusi yang Tepat dan Efekif Untuk Menyelesaikan Berbagai


Problematika Dalam Prespektif Sila Pertama Pancasila

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN


4.A. Kesimpulan
4.B.

Saran

BAB V. DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai