Anda di halaman 1dari 21

PANCASILA PRA KEMERDEKAAN

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS KELOMPOK


MATA KULIAH PANCASILA
DOSEN: YUVINUS ELYUS, AMD. IP., S.H., M.H.

NAMA KELOMPOK:
WAHYUDIN 41112110042
EDI HARTONO 41116110177
PUTRA SANJAYA 41815120003
JUSTIN IVANA 43213110142
MELIA ARDAWEIS 43216110298

UNIVERSITAS MERCU BUANA


TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Pancasila Pra Kemerdekaan dengan lancar tanpa halangan
suatu apapun. Tugas ini disusun guna memenuhi tugas akhir semester pada mata
kuliah Pancasila di Universitas Mercu Buana.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Penulis berharap karya sederhana ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, Juni 2017

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia yang diresmikan
oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 yang tercantum dalam pembukaan
UUD 1945. Dalam sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara
Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi
politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya
kekuasaan yang berlindung dibalik legitimasi ideologi Negara Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara terancang kali pertama pada sidang BPUPKI
atas hasil pemikiran Muh.Yamindan Ir. Soekarno, pada rancangan Ir.
Soekarno muncullah istilah Pancasila yang sebelumnya istilah ini telah
muncul pada Kitab Sutasoma karya EmpuTantular. Setelah mengalami
berbagai perubahan dan pertimbangan, maka Pancasila ditetapkan sebagai
Dasar Negara Indonesia.
Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern baru dirintis oleh para
pejuang bangsa yang dimulai daripergerakan nasional yaitu kebangkitan
nasional pada tahun 1908 (lahirnya Boedi Oetomo) dan diikrarkan sumpah
pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 dan akhirnya bangsa indonesia
mewujudkan pada tanggal 17 Agustus 1945 bahwa bangsa Indonesia merdeka
dan tanggal 18 Agustus 1945 resmi menjadi negara, baik secara defacto
(factual) maupun dejure (yuridis). Proses terjadinya bangsa pun terjadi sejak
jaman kerjaaan telah nampak-nampak di Indonesia.Pada dasarnya, Pancasila
sebagai dasar sistem pemerintahan dengan cara menjalankan dan
melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan pemerintah sesuai dengan
isi dari Pancasila tersebut. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum. Hal ini menempatkan Pancasila sebagai
dasar Negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, sudah
seharusnya semua peraturan perundang-undangan di Negara Republik
Indonesia bersumber pada Pancasila.
Pancasila yang lahir pada 1 Juli 1945, pada tanggal 18 Agustus 1945
merupakan dasar filsafat Negara Republik Indonesia, menurut M. Yamin
bahwa berdirinya Negara kebangsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan
dengan kerajaan-kerajaan yang ada, seperti kerajaan Kutai, Sriwijaya,
Majapahit, sampai pada datangnya bangsa-bangsa lain ke Indonesia untuk
menjajah dan menguasai beratus-ratus tahun.
Soekarno pernah mengatakan jangan sekali-kali meninggalkan
sejarah. Dari perkataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai
fungsi yang beragam bagi kehidupan. Seperti diungkap seorang filsuf Yunani
yang bernama Cicero (106-43 SM) yang mengungkapkan Historia Vitae
Magistra, yang bermakna, sejarah memberikan kearifan. Pengertian yang
lebih umum yaitu sejarah merupakan guru kehidupan. Sejarah
memperlihatkan dengan nyata bahwa semua bangsa memerlukan suatu
konsepsi dan cita-cita. Jika mereka tidak memilikinya atau jika konsepsi dan
cita-cita itu menjadi kabur dan usang, maka bangsa itu ada dalam bahaya
(Soekarno, 1989: 64).
Cita-cita ideal sebagai landasan moralitas bagi kebesaran bangsa
diperkuat oleh cendekiawan-politisi Amerika Serikat, John Gardner, No
nation can achieve greatness unless it believes in something, and unless that
something has moral dimensions to sustain a great civilization (tidak ada
bangsa yang dapat mencapai kebesaran kecuali jika bangsa itu mempercayai
sesuatu, dan sesuatu yang dipercayainya itu memiliki dimensi-dimensi moral
guna menopang peradaban besar) (Madjid dalam Latif, 2011: 42).
Kuat dan mengakarnya Pancasila dalam jiwa bangsa menjadikan
Pancasila terus berjaya sepanjang masa. karena ideologi Pancasila tidak hanya
sekedar confirm and deepen identitas Bangsa Indonesia sepanjang masa.
Sejak Pancasila digali dan dilahirkan kembali menjadi Dasar dan Ideologi
Negara, maka ia membangunkan dan membangkitkan dua identitas yang
tertidur dan yang terbius selama kolonialisme (Abdulgani, 1979: 22).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana nilai-nilai Pancasila yang sudah ada sejak zaman
kerajaan-kerajaan di Indonesia?
2. Bagaimana keadaan negara Indonesia pada saat penjajahan dan
sebelum lahirnya Pancasila?
3. Bagaimana sejarah lahirnya Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia?

B. Metodologi
Medote yang digunakan untuk membuat makalah mengenai Pancasila
Pra Kemerdekaan dengan cara mengutip dari beberapa sumber, yaitu dari
artikel di internet, di buku, maupun di modul.
BAB II
GAMBARAN UMUM

Menurut Sunoto (1984) melalui kajian filsafat Pancasila, menyatakan bahwa


unsur-unsur Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri, walaupun secara formal
Pancasila baru menjadi dasar Negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus
1945, namun jauh sebelum tanggal tersebut bangsa Indonesia telah memiliki unsur-
unsur Pancasila dan bahkan melaksanakan di dalam kehidupan merdeka. Sejarah
bangsa Indonesia memberikan bukti yang dapat kita cari dalam berbagai adat istiadat,
tulisan, bahasa, kesenian, kepercayaan, agama dan kebudayaan pada umumnya.
(Sunoto, 1984: 1). Dengan rinci Sunoto menunjukkan fakta historis, diantaranya
adalah :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa : bahwa di Indonesia tidak pernah ada putus-
putusnya orang percaya kepada Tuhan.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab : bahwa bangsa Indonesia terkenal ramah
tamah, sopan santun, lemah lembut dengan sesama manusia.

3. Persatuan Indonesia : bahwa bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya guyub,


rukun, bersatu, dan kekeluargaan.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan : bahwa unsur-unsur demokrasi sudah ada
dalam masyarakat kita.

5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia : bahwa bangsa Indonesia


dalam menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat social dan berlaku
adil terhadap sesama.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, ditetapkan pada tanggal


18 Agustus 1945 sebagai dasar negara, maka nilai-nilai kehidupan berbangsa,
bernegara dan berpemerintahan sejak saat itu haruslah berdasarkan pada Pancasila,
namun pada kenyataannya, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila telah dipraktekkan
oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan kita praktekkan hingga sekarang. Hal ini
berarti bahwa semua nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah ada dalam
kehidupan rakyat Indonesia sejak zaman nenek moyang.

Dengan begitu bangsa Indonesia mengakui bahwa Pancasila telah ada dan
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sejak bangsa Indonesia itu ada.
Keberadaan Pancasila masih belum terumuskan secara sistematis seperti sekarang
yang dapat kita lihat. Pancasila pada masa tersebut identik dengan nilai-nilai luhur
yang dianut bangsa Indonesia sebagai nilai budaya. Nilai budaya merupakan
pedoman hidup bersama yang tidak tertulis dan merupakan kesepakatan bersama
yang diikuti secara suka rela.

Nilai budaya merupakan suatu upaya untuk menjawab persoalan-persoalan


yang cukup vital dalam kehidupan manusia. Nilai budaya merupakan cara manusia
menjawab baik secara pribadi atau masyarakat terhadap masalah-masalah yang
mendasar di dalam hidupnya. Nilai tersebut merupakan suatu sistem yang di
dalamnya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian
besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai
dalam hidup. (Koentjaraningrat, 1974: 32). Nilai budaya akan mempengaruhi
pandangan hidup, sistem normatif moral dan seterusnya hingga akhirnya pengaruh itu
sampai pada hasil tindakan manusia.

Nilai budaya dengan masing-masing orientasinya akan mempengaruhi


pandangan hidup. Pandangan hidup adalah sesuatu yang dipakai oleh masyarakat
dalam menentukan nilai kehidupan. Pandangan hidup sebenarnya meliputi bagaimana
masyarakat memandang aspek hubungan dalam hidup dan kehidupan yakni hubungan
manusia dengan yang transenden, hubungan dengan diri sendiri, dan hubungan
manusia dengan sesama makhluk lain. Dalam bahasa Notonagoro dikenal istilah-
istilah kedudukan kodrat, susunan kodrat, sifat kodrat manusia. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa manusia mempunyai tiga kecenderungan mendasar yaitu theo-
genetis, bio-genetis, dan sosio-genetis.
BAB III
ISI

A. Sejarah Bangsa Indonesia


Kira-kira abad VII-XII, bangsa Indonesia telah mendirikan kerajaan
Sriwijaya di Sumatera Selatan dan kemudian pada abad XIII-XVI didirikan
pula kerajaan Majapahit di JawaTimur.Kedua jaman itu merupakan tonggak
sejarah bangsa Indonesia karena bangsa Indonesia masa itu telah memenuhi
syarat-syarat sebagai suatu bangsa yang mempunyai negara. Kedua kerajaan
itu telah merupakan negara-negara berdaulat, bersatu serta mempunyai
wilayah yang meliputi seluruh Nusantara ini, kedua jaman kerajaan itu telah
mengalami kehidupan masyarakat yang sejahtera.
Menurut Mr. Muhammad Yamin berdirinya negara kebangsaan
Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang
merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Negara kebangsaan
Indonesia terbentuk melalui tiga tahapyaitu: Pertama, jaman Sriwijaya di
bawah Wangsa Syailendra (600-1400). Kedua, negara kebangsaan jaman
Majapahit (1293-1525). Kedua tahap negara kebangsaan tersebut adalah
negara kebangsaan lama.Ketiga, negara kebangsaan modern yaitu negara
Indonesia merdeka 17 Agustus 1945.
1. Masa Sriwijaya
Pada jaman Sriwijaya telah didirikan Universitas Agama
Budha yang sudah dikenal di Asia. Pelajar dari universitas ini
dapat melanjutkan ke India, banyak guru-guru tamu yang
mengajar di sinidari India, seperti Dharmakitri. Cita-cita
kesejahteraan bersama dalam suatu negara telah tercermin pada
kerajaan Sriwijaya sebagai tersebut dalam perkataan
marvuatvannua Criwijaya Siddhayatra Subhiksa (suatu cita-cita
negara yang adil dan makmur).(1999:27).
Unsur-unsur yang terdapat di dalam Pancasila
yaitu:KeTuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Tata pemerintahan
atas dasar musyawarah dan Keadilan sosial telah terdapat sebagai
asas-asas yang menjiwai bangsa Indonesia, yang dihayati serta
dilaksanakan pada waktu itu, hanya saja belum dirumuskan secara
kongkrit. Dokumen tertulis yang membuktikan terdapatnya unsur-
unsur tersebut ialah Prasasti-prasasti di Talaga Batu, Kedukan
Bukit, Karang Brahi, TalangTuodan Kota Kapur (Dardji
Darmodihardjo.1974:22-23).
Pada hakekatnya nilai-nilai budaya bangsa semasa kejayaan
Sriwijaya telah menunjukkan nilai-nilai Pancasila, yaitu:
Nilai Sila pertama, terwujud dengan adanya umat
agama Budha dan Hindu hidup berdampingan secara
damai. Pada kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan
pembinaan dan pengembangan agama Budha.
Nilai Sila Kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya
dengan India (Dinasti Harsha). Pengiriman para
pemuda untuk belajar di India.Telah tumbuh nilai-nilai
politik luar negeri yang bebas dan aktif.
Nilai Sila Ketiga, sebagai negara maritim, Sriwijaya
telah menerapkan konsep negara kepulauan sesuai
dengan konsepsi Wawasan Nusantara.
Nilai Sila Keempat, Sriwijaya telah memiliki
kedaulatan yang sangat luas, meliputi (Indonesia
sekarang) Siam, semenanjung Melayu.
Nilai Sila Kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan
dan perdagangan, sehingga kehidupan rakyatnya sangat
makmur.
2. Masa Kerajaan Majapahit
Sebelum kerajaan Majapahit berdiri telah muncul kerajaan-
kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur secara silih berganti,
yaitu Kerajaan Kalingga (abad ke VII), Sanjaya (abad ke VIII),
sebagai refleksi puncak budaya dari kerajaan tersebut adalah
dibangunnya Candi Borobudur (candi agama Budha pada abad ke
IX) dan Candi Prambanan (candi agama Hindu pada abad ke X).
Di Jawa Timur muncul pula kerajaan-kerajaan, yaituIsana (abad
ke IX), Dharmawangsa (abad ke X),Airlangga (abad ke XI).
Agama yang diakui kerajaan adalah agama Budha, agama Wisnu
dan agama Syiwa telah hidup berdampingan secara damai. Nilai-
nilai kemanusiaan telah tercermin dalam kerajaan ini, terbukti
menurut prasasti Kelagen bahwa Raja Airlangga telah mengadakan
hubungan dagang dan bekerja sama dengan Benggala, Chola dan
Champa. Sebagai nilai-nilai sila keempat telah terwujud yaitu
dengan diangkatnya Airlangga sebagai raja melalui musyawarah
antara pengikut Airlangga dengan rakyat dan kaum
Brahmana.Sedangkan nilai-nilai keadilan sosial terwujud pada saat
Raja Airlangga memerintahkan untuk membuat tanggul dan waduk
demi kesejahteraan pertanian rakyat.
Pada abad ke XIII berdiri kerajaan Singasari di Kediri Jawa
Timur yang ada hubungannya dengan berdirinya kerajaan
Majapahit (1293) Jaman Keemasan Majapahit pada pemerintahan
raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada. Wilayah
kekuasaan Majapahit semasa jayanya membentang dari
Semenanjung Melayu sampai ke Irian Jaya.
Pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa telah terbukti pada
waktu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan secara damai,
Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365) yang di
dalamnya telah terdapat istilah Pancasila. Empu Tantular
mengarang buku Sutasoma di mana dalam buku itu tedapat seloka
persatuan nasional yang berbunyi Bhinneka Tunggal Ika Tan
Hana Dharma Mangrua,artinya walaupun berbeda-beda, namun
satu jua dan tidak ada agama yang memiliki tujuan yang berbeda.
Hal ini menunjukkan realitas beragama saat itu. Seloka toleransi
ini juga diterima oleh Kerajaan Pasai di Sumatera sebagai bagian
Kerajaan Majapahit yang telah memeluk agama Islam.
Sila kemanusiaan telah terwujud, yaitu hubungan Raja Hayam
Wuruk dengan baik dengan Kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa
dan Kamboja. Juga mengadakan persahabatan dengan negara-
negara tetangga atas dasar Mitreka Satata.
Sebagai perwujudan nilai-nilai Sila Persatuan Indonesia telah
terwujud dengan keutuhan kerajaan, khususnya Sumpah Palapa
yang diucapkan oleh Gajah Mada yang diucapkannya pada Sidang
Ratu dan Menteri-menteri yang berisi cita-cita mempersatukan
seluruh Nusantara Raya yang berbunyi : Saya baru akan berhenti
berpuasa makan palapa, jika seluruh nusantara bertakluk di bawah
kekuasaan negara, jika Gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang,
Dempo, Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik telah dikalahkan
(Muh. Yamin. 1960: 60).
Sila Kerakyatan (keempat) sebagai nilai-nilai musyawarah dan
mufakat yang dilakukan oleh sistim pemerintahan Kerajaan
Majapahit.Menurut Prasasti Brumbung (1329) dalam tata
pemerintahan Kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat
kerajaanseperti Rakryan I Hino, I Sirikan dan I Halu yang berarti
memberikan nasehat kepada raja.Kerukuan dan gotong royong
dalam kehidupan masyarakat telah menumbuhkan adat
bermusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan masalah
bersama.
Sedangkan perwujudan sila Keadilan Sosial adalah sebagai
wujud dari berdirinya kerajaan beberapa abad yang tentunya
ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat kita pahami bahwa jaman
Sriwijaya dan Majapahit adalah sebagai tonggak sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-citanya.
Kesuburan Indonesia dengan hasil buminya yang melimpah,
terutama rempah-rempah yang sangat dibutuhkan oleh negara-
negara di luar Indonesia, menyebabkan bangsa Asing masuk ke
Indonesia.Bangsa Barat yang membutuhkan rempah-rempah itu
mulai memasuki Indonesia, yaitu Portugis, Spanyol, Inggris dan
Belanda. Kemasukan bangsa Barat seiring dengan keruntuhan
Majapahit sebagai akibat perselisihan dan perang saudara, yang
berarti nilai-nilai nasionalisme sudah ditinggalkan, walaupun abad
ke XVI agama Islam berkembang dengan pesat dengan berdirinya
kerajaan-kerajaan Islam, seperti Samudra Pasai dan Demak,
nampaknya tidak mampu membendung tekanan Barat memasuki
Indonesia.
B. Indonesia Pada Zaman Penjajahan
Pada awalnya bangsa asing (Portugis dan Belanda) datang di
Indonesia hanya untuk berdagang yang kemudian berubah meningkat menjadi
praktek penjajahan. Untuk menghindari persaingan di kalangan mereka
sendiri (Belanda), maka didirikanlah kongsi atau perkumpulan dagang yang
bernama VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) atau Kongsi Dagang
Belanda, di kalangan rakyat terkenal dengan sebutan Kompeni. Praktek-
praktek VOC sudah mulai dengan paksaan-paksaan, tindakannya bukan lagi
sebagai pedagang, tetapi sudah menampakkan jati dirinya sebagai penjajah
(imperialisme).Belanda menjajah Indonesia selama tiga setengah abad yang
menjadikan rakyat sengsara. Di mana-mana banyak terjadi perlawanan dan
pemberontakan dari seluruh penjuru nusantara, dengan tujuan mengusir
penjajah dari bumi nusantara. Untuk melanggengkan kekuatan dan
kekuasaanya, Belanda menggunakan taktik/strategi, antara lain dengan devide
et empera (politik adu domba), monopoli (pembeli tunggal), benteng stelsel
(penyempitan gerak) dan kultur stelsel (tanam paksa).
Gerakan nasional ditanah air dilator belakangi adanya pergolakan
kebangkitan di dunia timur, yaitu munculnya kesadaran akan kekuatannya
sendiri, antara lain :
1. Filipina (1898) dipimpin oleh Jose Rizal
2. Jepang (1905) kemenangan atas Rusia di Tunisia
3. China (1911) dipimpin oleh Sun Yat Zen, china melawan jepang
4. India yang dipelopori oleh Nehru dan Mahatma Gandhi melawan
Inggris
5. Indonesia 2 Mei 1908 dipelopori oleh Dr. Soetomo dan Dr.
Wahidin Soediro
Hoesodo (Boedi Oetomo), pergerakan bangsa nasional yang merupakan
kebangkitan akan kesadaran kebangsaan (nasional). Mulanya pergerakan-
pergerakan yang didirikan berasakan kooperatif, namun perkembangan jaman
berubah menjadi non kooperatif dan awalnya bertujuan untuk perdangan,
sosial, agama, dan pendidikan namun meningkat menjadi sebuah tuntutan
politik yaitu Indonesia merdeka.
Tujuan merdeka kata-katanya dipelopori oleh kaum muda dari seluruh
nusantara mulai dari Jawa jong Javake Sulawesi Jong Celebes kemudian ke
Ambon Jong Ambon Sumatra Jong Sumatra. Sedangkan untuk tokoh-tokoh
pemudanya antara lain Moh.Yamin, Wongsonegoro, Kuncoro, Probopranoto.
Kongres ke II pada tanggal 28 Oktober 1928, ikrar tersebut diwujudkan dalam
sumpah pemuda berbangsa satu bangsa Indonesia, berbahasa satu bahasa
Indonesia, dan bertanah air satu tanah air Indoneisa bersamaan
dikumandangkan lagu Indoneisa Raya ciptaan W.R. Supratman.

C. Sejarah Lahirnya Pancasila Sebagai Dasar Negara


Dr. Radjiman Wedyodiningrat, selaku Ketua Badan dan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), pada tanggal 29 Mei 1945,
meminta kepada sidang untuk mengemukakan dasar (negara) Indonesia
merdeka, permintaan itu menimbulkan rangsangan memutar kembali ingatan
para pendiri bangsa ke belakang; hal ini mendorong mereka untuk menggali
kekayaan kerohanian, kepribadian dan wawasan kebangsaan yang terpendam
lumpur sejarah (Latif, 2011: 4). Begitu lamanya penjajahan menyebabkan
bangsa Indonesia hilang arah dalam menentukan dasar negaranya.Atas
permintaan Dr. Radjiman inilah, figur-figur negarawan bangsa Indonesia
berpikir keras untuk menemukan kembali jati diri bangsanya.Pada sidang
pertama BPUPKI yang dilaksanakan dari tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945, tampil
berturut-turut untuk berpidato menyampaikan usulannya tentang dasar negara.
Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin mengusulkan calon
rumusan dasar Negara Indonesiasebagai berikut:
1. Peri Kebangsaan,
2. Peri Kemanusiaan,
3. Peri Ketuhanan,
4. Peri Kerakyatan dan
5. Kesejahteraan Rakyat.
Kemudian Prof. Dr. Soepomo pada tanggal 30 Mei 1945
mengemukakan teori-teori Negara, yaitu:
1. Teori negara perseorangan (individualis),
2. Paham negara kelas dan
3. Paham negara integralistik.
Selanjutnya oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 yang
mengusulkan lima dasar negara yang terdiri dari:
1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia),
2. Internasionalisme (perikemanusiaan),
3. Mufakat (demokrasi),
4. Kesejahteraan sosial, dan
5. Ketuhanan Yang Maha Esa (Berkebudayaan) (Kaelan, 2000: 37-
40).
Pidato pada tanggal 1 Juni 1945 tersebut, Ir Soekarno mengatakan,
Maaf, beribu maaf! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato
mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka
Tuan Ketua yang mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut
anggapan saya yang diminta oleh Paduka Tuan Ketua yang mulia ialah,
dalam bahasa Belanda: Philosofische grond-slag daripada Indonesia
Merdeka. Philosofische grond-slag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang
sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat, yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya
didirikan gedung Indonesia yang kekal dan abadi(Bahar, 1995: 63).
Demikian hebatnya Ir. Soekarno dalam menjelaskan Pancasila dengan
runtut, logis dan koheren, namun dengan rendah hati Ir. Soekarno membantah
apabila disebut sebagai pencipta Pancasila.Beliau mengatakan, Kenapa
diucapkan terima kasih kepada saya, kenapa saya diagung-agungkan, padahal
toh sudah sering saya katakan, bahwa saya bukan pencipta Pancasila. Saya
sekedar penggali Pancasila daripada bumi tanah air Indonesia ini, yang
kemudian lima mutiara yang saya gali itu, saya persembahkan kembali
kepada bangsa Indonesia. Malah pernah saya katakan, bahwa sebenarnya
hasil, atau lebih tegas penggalian daripada Pancasila ini saudara-saudara,
adalah pemberian Tuhan kepada saya Sebagaimana tiap-tiap manusia,
jikalau ia benar-benar memohon kepada Allah Subhanahu Wataala, diberi
ilham oleh Allah Subhanahu Wataala (Soekarno dalam Latif, 2011: 21).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila adalah dasar negara yang dikemukakan oleh beberapa tokoh
patriot di Indonesia. Yaitu : Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr. Soepomo, dan
lr. Soekarno. Selain dari 3 tokoh yang berpengaruh tersebut, dasar negara
juga tertuang dalam Piagam Jakarta hasil dari rumusan Panitia Sembilan.
Namun, dasar negara yang disampaikan di Piagam Jakarta belum sempurna
dan melakukan revisi pada sila pertamanya menjadi Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum Indonesia, tercantum
dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945 yang diwujudkan
lebih lanjut di dalam pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari
UUD 1945, yang pada akhirnya dikonkrietisasikan dalam pasal-pasal UUD
1945 maupun dalam hukum positif lainnya. Konsekuensi kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara ini lebih lanjut dapat dirinci sebagai
berikut: Pertama; Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari
segala sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia. Kedua; Pancasila
sebagai dasar negara meliputi suasana kebatinan dari UUD
1945. Ketiga; Pancasila sebagai dasar negara mewujudkan cita-cita hukum
bagi hukum dasar negara Indonesia. Keempat; Pancasila sebagai dasar negara
mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah maupun para penyelenggara negara untuk
memelihara budi pekerti yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral
rakyat yang luhur.
B. Saran
a. Seharusnya mahasiswa lebih memahami seberapa pentingnya Pendidikan
Pancasila agar dapat menjalani kehidupan sesuai dengan nilai-nilai yang
ada dalam Pancasila.
b. Bagi pemerintah diharapkan mampu mempertahankan Pendidikan
Pancasila sebagai modul pembelajaran sebagai modal P4 ( Pedoman,
Penghayatan, Pengamalan Pancasila)
DAFTAR PUSTAKA

Bakry, Noor M.S. (1994). Orientasi Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Liberty

Bertens (1989).Filsafat Barat Abad XX. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Ismaun.Tinjauan Pancasila Dasar Filsafat Negara Indonesia.

Kaelan (1996).Filsafat Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta: Penerbit


Paradigma

Latif, Yudi, 2011, Negara Paripurna (Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas


Pancasila), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Pangeran, Alhaj (1998). BMP Pendidikan Pancasila. Jakarta: Penerbit Karunika

Syarbaini, Syahrial, 2012, Pendidikan Pancasila (Implementasi Nilai-Nilai Karakter


Bangsa) di Perguruan Tinggi, Ghalia Indonesia, Bogor.

Undang-Undang No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

Pangeran, Alhaj (1998). BMP Pendidikan Pancasila. Jakarta: Penerbit Karunika

Wibisono, Koento (1999). Refleksi Kritis Terhadap Reformasi: Suatu Tinjauan


Filsafat dalam jurnal Pancasila No 3 Tahun III Juni 1999. Yogyakarta: Pusat Studi
Pancasila UGM

Mubarak, Zaky, 2008, Mata kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi, Buku


Ajar II, Manusia Ahklak, Budi Pekerti Dan masyarakat, Depok, Lembaga Penerbit
FE UI
Syarbaini, Syarial (2014) Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi, Ghalia, Jakarta

http://indridjanarko. ac.id/files/2011/05/Modul-Pancasila-2-Pancasila-Dalam-
Konteks-Perjuangan-Bangsa.pdf

http://septianludy.blogspot.com/2014/07/pancasila-dalam-kajian-sejarah.html

Anda mungkin juga menyukai