Anda di halaman 1dari 11

PANCASILA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP BERTOLERANSI

DI ERA MILENIAL
Oleh : Dodik Wardono
(Management/51418404)

ABSTRAK
Pancasila yang merupakan hasil dari satu kesatuan proses yang dimulai
dengan rumusan Pancasila yang dipidatokan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1
Juni 1945, piagam Jakarta tgl 22 Juni 1945, dan rumusan final Pancasila 18
Agustus 1945. Pancasila merupakan produk dari jiwa-jiwa besar para founding
fathers ini merupakan kesepakatan bangsa yang diambil berdasarkan natura atau
sifat alami bangsa Indonesia sebagai pemersatu Bangsa Indonesia. Pancasila
sebagai pedoman hidup dalam menghadapi berbagai ancaman perpecahan bangsa
yang diakibatkan perbedaan pandangan dalam berbagai aspek, baik dari segi
politik, budaya, agama, suku, ras dan yang lainnya dan serangan paham dari luar
yang bertentangan dengan ideology negara. Tentunya perpecahan itu tidak kita
inginkan terjadi di negara yang kita cintai ini. Tanggung jawab ini terletak pada
kita semua , terlebih pada bahu dan pundak pada generasi muda yang hidup di
“zaman now” khususnya bagi generasi Milenial. Generasi Milenial mempunyai
tugas yang sangat berat dalam menjaga kerukunan/toleransi dalam kehidupan
berbangsa, dituntut mampu membangun bangsa menjadi lebih baik lagi serta
mampu menjaga Pancasila sebagai ideology Negara Indonesia demi tetap
tegaknya NKRI

I. Pancasila lahir sebagai alat pemersatu bangsa.

Pancasila yang merupakan hasil dari satu kesatuan proses yang dimulai
dengan rumusan Pancasila yang dipidatokan oleh Ir. Soekarno pada
tanggal 1 Juni 1945, piagam Jakarta tgl 22 Juni 1945, dan rumusan final Pancasila
2

18 Agustus 1945. Yang sebenarnya merupakan gagasan dan renungan Ir.


Soekarno yang sudah sejak lama dipikirkan beliau yaitu sejak tahun 1918 (Dalam
buku Diskursus Filsafat PANCASILA Dewasa ini Hal 62/Dr. Agustinus W.
Dewantara, S.S., M.Hum.). Pancasila adalah produk dari jiwa jiwa besar para
founding fathers ini merupakan kesepakatan bangsa yang diambil berdasarkan
natura atau sifat alami bangsa Indonesia sebagai pemersatu Bangsa Indonesia.

Dengan segenap potensi yang ada, Indonesia merupakan bangsa yang


besar dan kaya, memiliki keuntungan demografi, dengan posisi strategis di antara
jalur-jalur distribusi barang dan jasa internasional, dan memiliki SDA yang
melimpah serta diberkahi dengan sumber energy yang seakan tidak ada habisnya.
Indonesia layaknya sebagai kawasan pemenang, karena negara ini memiliki
segalanya.

Kebesaran bangsa Indonesia dengan segala sumber dayanya itu sangat


rentan menjadi negara yang hancur dan gagal. Karena Indonesia pada dasarnya
merupakan negara yang memiliki perbedaan dari segala bidang. Keanekaragaman
baik dari suku, agama, maupun golongan sangat mudah memicu terjadinya
perpecahan/disintegrasi bangsa. Pengalaman sejarah menunjukan beberapa kali
Indonesia juga pernah diterpa dengan perpecahan antar anak bangsa. Selain dari
dalam bangsa sendiri perpecahan juga bisa terjadi karena factor dari luar yang
menginginkan bangsa ini hancur. Namun pada akhirnya bangsa ini mampu untuk
bertahan dan harus tetap bertahan sampai kapanpun, karena ancaman perpecahan
akan selalu menghantui Bangsa ini.

Kemampuan untuk bertahan dari perpecahan bangsa itu bukan tanpa


sebab. Hal ini disebabkan bangsa Indonesia memiliki alat pemersatu bangsa yang
terbentuk secara alamiah/Natura dari nilai nilai luhur bangsa Indonesia.
“Lihat saja pada zaman Majapahit, Mpu Tantular di dalam kitab
Sotasoma telah menuliskan Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrawa
3

yang mengisahkan bahwa pada masa itu tidak ada perselisihan sedikitpun yang
disebabkan perbedaan agama maupun suku bangsa” (sumber Wikipedia). Hal ini
bukti bahwa menghormati perbedaan telah diyakini nenek moyang bangsa
Indonesia beratus-ratus tahun lalu.

Oleh karena itu, sangat disayangkan apabila sejarah kerukunan bangsa


Indonesia yang sudah tumbuh beratus-ratus tahun lamanya ini harus dihancurkan
oleh kebencian yang disebabkan oleh keserakahan dan perebutan kekuasaan di
antara kelompok kelompok tertentu. Tentunya perpecahan seperti negara negar itu
tidak kita inginkan terjadi di negara yang kita cintai ini. Tanggung jawab ini
terletak pada kita semua , terlebih pada bahu dan pundak pada generasi muda
yang hidup di “zaman now” khususnya bagi generasi Milenial.

II. Generasi Milenial harus mampu berpikir bijak.

Generasi Milenial merupakan generasi diusia produktif. Generasi yang


akan memainkan peranan penting dalam kelangsungan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Generasi Milenial adalah generasi yang sangat identik dengan
kehidupan yang serba digital dan mahir dalam teknologi. Keunggulan generasi ini
memiliki kreatifitas tinggi, penuh percaya diri serta terkoneksi antara satu dengan
yang lainnya. Namun karena hidup di era yang serba otomatis, serba canggih,
generasi ini cenderung menginginkan sesuatu yang serba instan dan sangat
gampang dipengaruhi, menjadi kurang peduli dan respek terhadap lingkungan
sekitar.

Sebenarnya generasi Milenial ini memiliki banyak peluang untuk bisa


maju dan berada jauh di depan dibanding generasi sebelumnya dikarenakan
adanya dukungan dunia teknologi dan berbagai sarana yang ada. Namun
sayangnya generasi Milenial ini cenderung lebih tidak peduli terhadap keadaan
social termasuk politik dan ekonomi. Mereka cenderung lebih focus kepada pola
4

hidup kebebasan dan hedonisme atau mencari kepuasan dan kebahagiaan yang
sebanyak banyaknya (sak senenge dewe). Di sisi lain dengan perkembangan
teknologi yang membuat masyarakat dari semua tingkatan mudah mengenal dunia
maya. Dengan situasi ini rentan sekali masyarakat mudah untuk terprovokasi dan
diadu domba, akan tetapi disisi lain timbul ketidakpedulian dari pihak pihak yang
semestinya menjadi punggawa dan pelopor Toleransi dan Kerukunan serta
kemajuan bangsa yaitu kaum Milenial yang berpendidikan.

Indonesia selaku negara multi etnis dan agama masih menghadapi


persoalan intoleran yang cukup tinggi. Belakangan ini semangat toleran dan
Kebhinekaan dalam bingkai ideology Pancasila terus mengalami sebuah degradasi
yang cukup drastis dikalangan masyarakat bangsa Indonesia terlebih khusus pada
kalangan kaum muda/kaum Milenial. Sehingga tidak heran sebagian besar
masyarakat dan orang muda bangsa ini cepat terpengaruh dengan masuknya
ideology-ideologi yang berasal dari luar dan yang lebih parahnya lagi ideology-
ideologi tersebut secara terang-terangan mengatakan ANTI PANCASILA dan
semangat Kebhinekaan yang sudah beratus-ratus tahun tertanam dalam
kepribadian dan kebudayaan masyarakat Indonesia. Lebih lagi dikaitkan dengan
situasi politik saat ini yang seolah “serba halal” dilakukan untuk mendapatkan
keinginan/tujuan yang diinginkan.

Hal inilah yang menjadi titik kritis bagi masa depan negara bangsa kita.
Sungguh merupakan suatu ironi ditengah masifnya perkembangan teknologi
kominikasi saat ini ternyata tidak mampu mendekatkan dan menyatukan anak
bangsa, “seperti mendekatkan yang jauh akan tetapi menjauhkan yang dekat
dalam artian yang negative” (mengutip pernyataan dosen pada kuliah Pendidikan
Pancasila oleh Dr. Agustinus WD., S.S., M.Hum.). Sungguh miris apabila dengan
tetangga depan/samping atau yang jaraknya hanya beberapa rumah dengan rumah
kita, kita tidak saling mengenal, sungguh sehebat itukah kita seolah kita
tidak memerlukan siapa-siapa. Era komunikasi terbukti memberi jaminan akses
5

dan kecepatan memperoleh informasi dimana saja, kapan saja dan dari siapa saja.
Segala sesuatu bergerak dengan cepat, dunia menjadi tanpa batas. Akan tetapi
acapkali menciptakan jarak serta membuat tidak komunikatif yang menimbulkan
rusaknya hubungan interpersonal.

Teknologi komunikasi dan informasi telah mengubah perang konvensional


menjadi perang modern dengan menggunakan teknologi, media masa, internet
(Cyber war). Dimana perang modern ini menyasar pada ketahanan ekonomi,
ideologi, pertahanan dan keamanan, politik, budaya, lingkungan, karakter dll.
Sehingga kita harus berusaha dan mampu menjadi bijak dalam mengahdapi dunia
tersebut. Kita harus menjadi pengguna media social yang pintar dan benar, bukan
yang “sok pintar dan sok benar”.

Di era ini dengan segala kecanggihan teknologi, tingkat persaingan


diberbagai aspek semakin tinggi, oleh sebab itu kita sebagai kaum Milenial harus
mampu beradaptasi dengan cepat dan tepat, berpikir bijak dan logis, belajar dan
terus berusaha menjadi generasi yang lebih baik, cepat dan tepat dalam
memecahkan masalah. Yang pernah saya lihat di layar TV bahwa hampir 32%
dari total populasi penduduk di Indonesia termasuk dalam genereasi/kaum
Milenial. Pertanyaanya adalah mampukah kelompok Milenial ini menjadi “Agen
Perubahan” untuk bangsa Indonesia yang kita cintai ini, apakah generasi Milenial
ini sudah siap dan mampu untuk membangun dan menjayakan Indonesia untuk
lebih baik lagi, apakah generasi Milenial ini mampu berfikir bijak untuk
kerukunan dan kehidupan social negeri ini. Ini merupakan tugas, tantangan dan
PR yang besar dan berat bagi generasi Milenial di negeri kita ini.

III. Menjaga Toleransi dengan ber-Pancasila.

Krisis INTOLERAN yang sangat besar akan terjadi Apabila tidak diatasi
dan dicegah dengan bijak melalui berbagai program-program penguatan nilai-nilai
Pancasila dan kesadaran hidup berbhineka. Hal ini harus secara massif dilakukan
6

di tengah masyarakat kita. Penyebaran paham-paham yang tidak sesuai dengan


Pancasila terjadi sangat terstruktur dan sistematis di masyarakat kita melalui
lembaga-lembaga pendidikan dari jenjang bawah sampai ke perguruan tinggi, dari
organisasi-organisasi kemasyarakatan maupun komunitas social lainnya. Mereka
dengan mudah mempengaruhi cara berfikir masyarakat kita dimana sikap kritis
dan kepekaan masyarakat kita masih rendah. Disisi lain terjadi masalah yang
timbul akibat perbedaan politik antar kelompok. Mereka saling menyerang dengan
“pintarnya” membuat masyarakat merasa “jijik dan alergi” terhadap politik bangsa
ini. Satu sama lain kerap melontarkan statement yang tendensius, ambisius dan
beringus bahkan tak segan membuat berita-berita “HOAX” yang dibumbui isu
SARA yang seolah itu sesuatu yang wajar dan sah dilakukan pada situasi politik
saat ini yang akhirnya kerap menimbulkan perpecahan dan kekisruhan pada
bangsa Indonesia. Apakah ini yang dinamakan Berdemokrasi dan Ber-
PANCASILA. Pancasila sebagai Ideologi Negara yg telah dirumuskan oleh para
founding fathers bangsa ini sejatinya di susun secara structural dan fungsional
bertujuan untuk menciptakan keseimbangan kehidupan berbangsa dan bernegara,
tapi kenyataanx dewasa ini dijadikan sebagai tameng oleh para penguasa untuk
melegitimasikan kekuasaan yang akhirnya acap kali menimbulkan konflik di
negeri ini, bahkan ini sudah terjadi jauh beberapa puluh tahun lalu. Oleh karena
itu marilah kita kembali kepada hakekat Pancasila yang mengedepankan
kebersamaan dan semangat kekeluargaan diantara kemajemukan suku, agama, ras,
budaya, kepercayaan, paham dan golongan, dengan kata lain marilah kita
kedepankan semangat kehidupan ber-“Gotong royong” untuk persatuan dan
kesatuan Bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai dasar dan filsafah hidup berbangsa dan bernegara


merupakan suatu kekuatan yang menyatukan seluruh elemen masyarakat bangsa
Indonesia dari Sabang sampai Merauke dengan berbagai latar belakang suku dan
budaya, ras serta agama yang berbeda beda. Pancasila digali atas dasar kekayaan
budaya, religius, moral masyarakat bangsa Indonesia sendiri (Natura Indonesia).
7

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tentu bersifat mutlak dan memiliki
keutamaan untuk mengatur seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara Indonesia.
Masyarakat bangsa Indonesia harus berbangga dan bersyukur bahwa dengan
Pancasila kita semua dapat dipersatukan. Pancasila sejatinya menjadi modal dasar
dan sumber kecerdasan dalam membangun peradaban pembangunan bangsa
Indonesia yang adil dan beradab (tujuan negara).

Pancasila harus direfleksikan dan diimplementasikan secara nyata oleh


semua masyarakat bangsa Indonesia tanpa terkecuali. Pancasila apabila dimaknai
secara mendalam tentu bisa membawa Indonesia menuju cita-cita kemerdekaan
yang dahulu telah ditanamkan dalam setiap benak anak bangsa. Seluruh
masyarakat bangsa Indonesia memiliki tanggung jawab penuh dalam menjaga dan
melestarikan Pancasila serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya dari pengaruh
radikalisme dan INTOLERAN yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia. Semua elemen bangsa apapun itu baik suku, bangsa, etnis wajib
mendukung dan berani bersuara menegakan Pancasila.

Diharapkan pemahaman Pancasila sampai ke seluruh lapisan masyarakat,


dan semua institusi lembaga pendidikan, dan komunitas social serta keagamaan
agar kembali menyuarakan Pancasila dalam berbagai aktivitas masyarakat.
Pancasila sebagai dasar negara/dasar konstitusi jangan hanya sebagai slogan atau
tulisan belaka, akan tetapi Pancasila adalah pedoman hidup dan gaya hidup yang
harus dihayati dan diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jiwa dan
semangat Pancasila merupakan kekuatan yang harusnya mampu untuk
menggerakan setiap proses aktivitas “pembangunan” bangsa Indonesia dalam
menghadapi setiap permasalahan bangsa.
8

IV. Esensi/Penekanan.
Marilah kita kembali ke Generasi Milenial yang mana kita harapkan
mampu menjadi penggerak kerukunan dan persatuan antar anak bangsa dalam
mewujudkan cita-cita bangsa ini. Penanaman “nilai-nilai Pancasila yang sebenar
benarnya” selain kepada masyarakat luas pada umumnya hendaknya lebih lagi
digalakan dan difokuskan kepada kelompok generasi/kaum Milenial dengan
sebuah formulasi atau metode-metode pembelajaran yang relevan dengan
perkembangan teknologi dan situasi negara secara utuh pada saat ini. Sehingga
generasi Milenial ini tidak bersifat apatis, tetapi lebih peduli terhadap keadaan
bangsa. Pancasila dijadikan pegangan dan prinsip hidup berbangsa bagi generasi
Milenial dalam menghadapi derasnya kemajuan teknologi dan berbagai masalah
bangsa yang lebih kompleks. Generasi Milenial harus mampu mengamalkan
Pancasila, Bhineka tunggal ika dan nilai-nilai Toleransi bangsa, agar bangsa
Indonesia ini tetap eksis dan berdiri kokoh.

Akhirnya sebagai penutup, marilah sebgai generasi Milenial, yaitu


generasi Milenial yang baik, professional dan berintegritas harus tetap optimis dan
tidak boleh berhenti melakukan langkah-langkah perbaikan dalam segala aspek
demi kemajuan bangsa dan negara. Generasi Milenial harus lebih peka, berempati
dan bersimpati terhadap sesama, mau peduli menciptakan kualitas politik yang
baik, perbaikan ekonomi, kerukunan yang menentramkan, penggiat Toleransi dan
masih banyak hal baik lainnya yang bisa dilakukan untuk kemajuan bangsa dan
negara Indonesia ini. Karena kemajuan dan perbaikan bangsa hanya akan terjadi
pada saat orang-orang bail, professional dan berintegritas mau dan peduli terhadap
bangsa itu sendiri dengan tindakan nyata agar bangsa dan negara ini tidak dikuasi
dan disalahgunakan oleh oknum-oknum opportunist demi jabatan, kekuasaan dan
uang semata.

Kami yakin apabila Pancasila dijalankan pada jalur yang benar sebagai
alat untuk mensejahterakan rakyat oleh para generasi Milenial yang bermoral baik
dan didukung semangat toleransi dan gotong royong dalam berkehidupan, maka
negara ini akan menjadi lebih baik dan kelangsungan negara ini akan terjamin.
Sekian
Daftar Pustaka:

Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.


Dewantara, A. (2017). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (Indonesia dalam
Kacamata Soekarno).
PANCASILA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP BERTOLERANSI
DI ERA MILENIAL

Oleh: Dodik Wardono


(Management/51418404)

Anda mungkin juga menyukai