Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PANCASILA SEBAGAI

IDEOLOGI NASIONAL

Disusun Oleh :
Nur’aini
Raja Putra Doveanda
Rayhani Humaira
Reza Ishaq
Riska Putri Mujiono
Rizky Tri Dermawan
Syifa Luri Sulanjani
Tiara Sofi Adelina
Uwais Alqorni Fuadillah
Zenny De Ageng

PROGRAM DIPLOMA 4 JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
JAKARTA 2016
Kata Pengantar

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa


ta’ala yang telah memberikan banyak nikmat kepada penulis sehingga atas berkat
rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
Pancasila Sebagai Ideologi Nasional ” ini sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan oleh penulis.
Ucapan terimakasih juga penulis haturkan kepada dosen dari mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan penulis untuk menyelesaikan
tugas ini, sehingga penulis lebih mengerti dan memahami tentang ideology, tak lupa
penulis juga mengucapkan terimaksih yang sebesar – besarnya kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini baik secara langsung
ataupun tidak langsung.
Dalam makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan juga masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dari makalah
ini. Untuk itu saran dan kritik tetap kami harapkan demi perbaikan makalah ini
kedepan . Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya. Terimaksih

Jakarta , 25 Februari 2017

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Setiap Negara memiliki ideologi masing-masing sebagai dasar bangsa dan
Negara sebagai filsafat hidup Negara tersebut. Karena ideologi ini merupakan dasar
atau ide atau cita-cita negara tersebut untuk semakin berkembang dan maju. Ideologi
digambarkan sebagai seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama, ideologi juga
dirumuskan sebagai suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan
mendalami tentang tujuan-tujuan yang hendak dicapai masyarakat, dan sebagai cara
untuk mencapai tujuan oleh masyarakat.
Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, ideologi negara tersebut
tidak boleh hilang dan tetap menjadi pedoman dan tetap tertanam pada setiap
warganya. Selain itu, semakin maju teknologi seolah-olah ideologi Pancasila hanya
sebagai pelengkap negara agar tampak bahwa Indonesia sebuah negara yang
merdeka dan mandiri.
Banyak tingkah laku baik kalangan penjabat maupun rakyatnya bertindak
tidak sesuai dengan ideologi Pancasila. Ada beberapa faktor mengapa bangsa kita
sedikit melenceng dari ideologi Pancasila. Selain semakin berkembangnya ideologi-
ideologi luar atau selain Pancasila tetapi juga bangsa Indonesia kurang mengerti
ideologinya dan bahkan tidak tahu sama sekali. Oleh karena itu, penulis membuat
makalah ini dengan judul Pancasila sebagai Ideologi nasional agar kita dapat
mengenal ideologi kita dan bertindak sesuai dengan ideologi kita.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Tujuan penulisan makalah ini selain sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
pancasila, juga sebagai media untuk mempraktekkan ilmu yang telah dipelajari dan
dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui arti ideology
2. Mengetahui asal mula Pancasila
3. Mengetahui Pancasila sebagai ideologi Nasional

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memahami pengertian Ideologi.
2. Memahami Pancasila sebagai Ideologi Nasional.
3. Memahami Penerapan Ideologi Pancasila.
BAB 2
PEBAHASAN

2.1 PENGERTIAN IDEOLOGI


Ideologi adalah gabungan dari dua kata majemuk, yaitu idea dan logus, yang
berasal dari bahasa Yunani eidos dan logos. Secara sederhana, Ideologi berarti suatu
gagasan yang berdasarkan pemikiran sedalam-dalamnya dan merupakan pemikiran
filsafat. Dalam arti kata luas, istilah ideologi dipergunakan untuk segala kelompok
cita-cita, nilai-nilai dasar, dan keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi
sebagai pedoman normatif. Dalam artian ini, ideologi disebut terbuka. Dalam arti
sempit, ideologi adalah gagasan atau teori yang menyeluruh tentang makna hidup
dan nilai-nilai yang mennetukan dengan mutlak bagaimanan manusia harus hidup
dan bertindak. Artinya ini disebut juga ideologi tertutup. Kata ideologi sering juga
dijumpai untuk pengertian memutlakkan gagasan tertentu, sifatnya tertutup dimana
teori-teori bersifat pura-pura dengan kebenaran tertentu, tetapi menyembunyikan
kepentingan kekuasaan tertentu yang bertentangan dengan teorinya. Dalam hal itu,
ideologi diasosialisasikan kepada hal yang bersifat negatif.
Ideologi juga diartikan sebagai ajaran, doktrin, teori, atau ilmu yang diyakini,
kebenarannya yang disusun secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaannya
dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bermegara (Bahan Penataran Bp-7 Pusat, 1992). Suatu pandangan
hidup akan meningkat menjadi suatu falsafah hidup, apabila telah mendapat
landasan berpikir maupun motivasi yang lebih jelas, sedangkan kristalisasinya
kemudian membentuk suatu ideologi dengan pandangan hidup akan membedakan
ideologi suatu bangsa dengan bangsa lain.
Dalam praktik orang menganut dan mempertahankan ideologi sebagai cita-cita,
karena ideologi merumuskan cita-cita hidup. Oleh karena itu, menurut gunawan
Setiardja (1993), ideologi dapat dirumuskan sebagai seperangkat ide asasi tentang
manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup. Ideologi
berada satu tingkat lebih rendah dari filsafat. Berbeda dengan filsafat yang
digerakkan oleh kepada kebenaran dan sering tanpa pamrih apapun juga, maka
ideologi digerakkan oleh tekad untuk mengubah keadaan yang tidak diinginkan,
menuju ke arah keadaan yang diinginkan. Dalam ideologi sudah ada suatu
komitmen, sudah terkandung wawasan masa depan yang dikehendaki oleh hendak
diwujudkan dalam kenyataan.
Jika filsafat merupakan kegemaran sebagian kecil orang saja, karena memang
tidak semua orang mempunyai kecenderungan pribadi mencari kebenaran tertinggi
itu, maka ideologi diminati oleh lebih banyak manusia. Menurut Edward Shils (lihat
Bp-7 Pusat, 1991, 382-384), salah seorang pakar mengenai ideologi, jika manusia
sudah mencapai taraf pengembangan intelektual tertentu, maka kecenderungan
menyusun ideologi ini merupakan suatu ciri dasar kemanusiaannya. Manusia
sebagai makhluk berpikir akan selalu semakin cerdas dan semakin terdidik sebagai
warga masyarakat, dan semakin meningkat kebutuhannya akan wawasan ideologi.
Oleh karena itu, ideologi merupakan wawasan yang hendak diwujudkan, maka
ideologi selalu berkonotasi politik.
Dewasa ini ideologi telah menjadi suatu pengertian yang kompleks.
Perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan terajadinya pembedaan yang makin
jelas antara ideologi, filsafat, ilmu, dan teologi. Ideologi dipandang sebagai
pemikiran yang timbul karena pertimbangan kepentingan. Di dalam ideologi orang
tidak mempermasalahkan nilai kebenaran internalnya. Ideologi bersifat refleksif,
kritis, dan sistematik, dimana pertimbangan utamanya adalah kebenaran pemikiran.
Karena perbedaan itu, ideologi disebut juga sebagai suatu sistem pemikiran yang
sifatnya tertutup. (Pranarka, 1985:372).
Dalam perkembangan itu, ideologi mempunyai arti yang berbeda. Pertama,
ideologi diartikan sebagai Weltanschuung, yaitu pengetahuan yang mengandung
pemikiran-pemikiran besar, cita-cita besar, menbgenai sejarah, manusia,
masyarakat, Negara (science of ideas. Dalam pengertian ini kerap kali ideologi
disamakan artinya dengan ajaran filsafat. Kedua,ideologi diartikan sebagai
pemikiran yang tidak memperhatikan kebenaran internal dan kenyataan empiris,
ditunjukkan dan tunbuh berdasarkan pertimbangan kepentingan tertentu dan karena
itu ideologi cenderung menjadi bersifat tertutup. Ketiga, ideologi diartikan sebagai
suatu believe system dan arena itu berbeda dengan ilmu, filsafat, ataupun teologi
yang secara formal merupakan suatu knowledge system (bersifat refleksif,
sistematis, dan kritis).
2.2 PENERAPAN IDEOLOGI
Penerapan Ideologi dalam kehidupan kenegaraan disebut “Politik” . karena itu
sering terjadi bahwa ideologi dimanfaatkan untuk tujuan tertentu, misalnya : merbut
kekuasaan Ideologi dalam kehidupan kenegaraan dapat diartikalan sebagai suatu
kosensus mayoritas warga negara tentang nilai-nilai dasar yang ingin diwujudkan
dengan mendirikan negara. Dalam hal ini sering juga disebut Philosofiche Gronslag
atau Weltanschauung yang merupakan fikiran-fikiran terdalam, hasrat terdalam
warga negaranya, untuk di atasnya didirikan suatu negara.

2.3 PANCASILA SEBAGAI IDEOLOI NASIONAL


Ideologi adalah istilah yang sejak lama telah dipakai dan menunjukkan
beberapa arti. Menurut Destutt de Tracy pada tahun 1796, semua arti itu memakai
istilah ideologi dengan pengertian science of ideas, yaitu suatu program yang
diharapkan dapat membawa perubahan institusional dalam masyarakat Prancis.
Namun, Napoleon mencemooh sebagai khayalan belaka yang tidak punya arti
praktis, ideologi semacam itu adalah impian semata yang tidak punya arti praktis.
Ideologi semacam itu adalah impian semata yang tidak punya arti praktis. Namun
demikian, ideologi punya arti orientasi yang menempatkan seseorang dalam
lingkungan ilmiah dan sosial. Dalam orientasi ini ideologi mempunyai pandangan
tentang alam, masyarakat, manusia, dan segala realitas yang dijumpai serta dialami
semasa hidupnya.
Terdapat empat tipe ideologi (BP-7 Pusat, 1991-384), yaitu sebagai berikut :

1. Ideologi konservatif, yaitu ideologi yang memlihara keadaan yang ada


(Statusquo), setidak-tidaknya secara umum, walaupun membuka
kemungkinan perbaikan dalam hal-hal teknis.

2. Kontra ideologi, yaitu melegatimasikan penyimpangan yang ada dalam


masyarakat sebagai yang sesuai dan malah dianggap baik.

3. Ideologi reformis, yaitu berkehendak untuk mengubah keadaan.

4. Ideologi revolusioner, yaitu ideologi yang bertujuan mengubah seluruh


sistem nilai masyarakat itu.
Suatu ideologi yang sama, dalam perjalanan hidup yang cukup panjang, biasa
berubah tipe. Ideologi komunis yang pernah bersifat revolusioner sebelum berkuasa,
menjadi sangat konservatif setelah para pendukungnya berkuasa. Dalam perjalanan
sejarah, Pancasila merupakan ideologi yang mengandung sifat reformis dan
revolusioner.
Kita mengenal berbagai istilah ideologi, seperti ideologi negara, ideologi
bangsa, dan ideologi nasional. Ideologi Negara khusus dikaitkan dengan pengaturan
penyelenggaraan pemerintahan Negara. Sedangkan ideologi nasional mencakup
ideologi Negara dan idelogi yag berhubungan pandangan hidup bangsa. Bagi bangsa
Indonesia, ideologi nasionalnya tercermin dan terkandung dalam Pembukaan UUD
1945.
Ideologi Nasional bangsa Indonesia tercermin dan terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 adalah ideologi perjuangan, yaitu yang sangat sarat dengan
jiwa dan semangat perjuangan bangsa untuk mewujudkan Negara merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur (Bahan Penataran, BP-7 Pusat, 1993).
Pancasila sebagai ideologi nasional, dapat diartikan sebagai suatu pemikiran
yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah manusia, masyarakat,
hukum, dan Negara Indonesia, yang bersumber dari kebudayaan Indonesia.
a) Makna Ideologi bagi Negara
Pancasila sebagai ideologi nasional mengandung nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia, yaitu cara berpikir dan cara kerja perjuangan. Pancasila perlu dipahami
dengan latar belakang sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sebagai dasar Negara,
Pancasila perlu dipahami dengan latar belakang konstitusi proklamasi aau hukum
dasar kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, yaitu Pembukaan,
Batang Tubuh, serta Penjelasan UUD 1945.

2.3 PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

1. Arti Ideologi Terbuka


Ciri khas ideologi terbuka adalah nilai-nilai dan cita-citanya tidak
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral, dan
budaya masyarakat sendiri. Dasarnya dari konsensus masyarakat, tidak diciptakan
oleh negara.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan
perkembangan zaman dan adanya dinamika secara internal. Sumber semangat
ideologi terbuka itu, sebenarnya terdapat dalam penjelasan umum UUD 1945, yang
menyatakan ”terutama bagi negara baru dan negara muda, lrbih baik hukum
dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkan aturan-aturan
yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada UU yang lebih mudah
cara membuatnya, mengubahnya, dan mencabutnya”. Selanjutnya dinyatakan “yang
sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hidupnya bernegara ialah semangat,
semangat para penyelenggara negara, semangat para pemimpin pemerintahan”
Faktor pendorong keterbukaan ideologi pancasila
· Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika masyarakat yang
berkembang secara cepat.
· Kenyataan menunjukkan, bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup dan beku,
cenderung meredupkan perkembangan dirinya.
· Pengalaman sejarah politik kita di masa lampau.
· Tekad untuk memperkokoh akan nilai-nilai dasar pancasila yang bersifat abadi
dan harap mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai
tujuan nasional.

2. Sifat-sifat Ideologi Terbuka


· Dimensi realita
Menurut pandangan Alfian(BP-7 Pusat,1992;192), pancasila mengandung
dimensi realita ini dalam dirinya. Nilai-nilai yang terkanding dalam dirinya,
bersumber dari nilai-nilai riil yang hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu
ideologi itu lahir, sehingga mereka betul-betul merasakan dan mengahayati bahwa
nilai-nilai dasar itu adalah dimiliki bersama dengan begitu nilai-nilai ideologi itu
tertanam dan berakar dalam masyarakat.
· Dimensi Idialisme
Mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Cita-cita tersebut berisi harapan yang
masuk akal, bukanlah lambungan angan-angan yang sama sekali tidak mungkin
direalisasikan. Oleh karena itu dalam suatu ideologi yang tangguh biasanya
terjalinberkaitan yang saling mengisi dan saling memperkuat antara dimensi realita
dan dimensi idealism yang terkandung didalamnya. Logikanya pancasila bukan saja
memenuhi sifat keterkaitan yang saling mengisi dan saling memperkuat antara
dimensi pertama(dimensi realita) dan dimensi kedua(dimensi idealisme).
· Dimensi Fleksibilitas
Melalui pemikiran baru dalam dirinya, ideologi itu memelihara dan
memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu kiar disimpulakn bahwa suatu
ideologi terbuka, karena itu memiliki apa yang mungkin dapat kita sebut yang
dinamakan dinamika mengandung dan merangsang mereka yang meyakinkan untuk
pemikiran-pemikiran baru tentang dirinya tanpa khawatir atau curiga akan
kehilangan hakikat dirinya. Melalui hal itu kita yakin bahwa relevansi ideologi kita
akan makin kuat, jati dirinya akan mantap dan berkembang sejalan dengan itu, kita
yakini bahwa pancasila memiliki dimensi
3. Batas-batas Keterbukaan Ideologi Pancasila :
1. Stabilitas nasional yang dinamis.
2. Larangan terhadap ideologi marxisme, leninisme, dan komunisme.
3. Mencegah berkembangnya paham liberal.
4. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan
masyarakat.
5. Penciptaan norma yang baru harus melalui konsensus.

2.4 NILAI – NILAI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI

Nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai-nilai


Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Nilai-nilai ini yang
merupakan nilai dasar bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan.
Nilai-nilai Pancasila tergolong nilai kerokhanian yang didalamnya terkandung nilai-
nilai lainnya secara lengkap dan harmonis, baik nilai material, nilai vital, nilai
kebenaran (kenyataan), nilai estetis, nilai etis maupun nilai religius. Nilai-nilai
Pancasila sebagai ideologi bersifat objektif dan subjektif, artinya hakikat nilai-nilai
Pancasila adalah bersifat universal (berlaku dimanapun), sehingga dimungkinkan
dapat diterapkan pada negara lain. Jadi kalau ada suatu negara lain menggunakan
prinsip falsafah, bahwa negara berKetuhanan, berKemanusiaan, berPersatuan,
berKerakyatan, dan berKeadilan, maka Negara tersebut pada hakikatnya
menggunakan dasar filsafat dari nilai-nilai Pancasila.

Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif, maksudnya adalah:


1) Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam
menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak karena merupakan
suatu nilai;

2) Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan
bangsa Indonesia baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun
dalam kehidupan keagamaan;

3) Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok


kaidah negara yang mendasar, sehingga merupakan sumber dari segala sumber
hukum di Indonesia.

Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif, terkandung maksud bahwa


keberadaan nilai-nilai Pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia
sendiri. Hal ini dapat dijelaskan, karena:

1) Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia, sehingga bangsa


Indonesia sebagai penyebab adanya nilai-nilai tersebut;

2) Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia,


sehingga merupakan jati diri bangsa yang diyakini sebagai sumber nilai atas
kebenaran, kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara;

3) Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung nilai-nilai kerokhanian, yaitu


nilai kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis, dan nilai religius
yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia dikarenakan bersumber pada
kepribadian bangsa. Oleh karena nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif dan
subjektif tersebut, maka nilai-nilai Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi
landasan, menjadi dasar serta semangat bagi segala tindakan atau perbuatan dalam
kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan bernegara.

Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber nilai bagi manusia Indonesia dalam


menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, maksudnya sumber acuan dalam
bertingkah laku dan bertindak dalam menentukan dan menyusun tata aturan hidup
berbangsa dan bernegara.Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yang digali,
tumbuh dan berkembang dari budaya bangsa Indonesia yang telah berakar dari
keyakinan hidup bangsa Indonesia. Dengan demikian nilai-nilai Pancasila menjadi
ideology yang tidak diciptakan oleh negara melainkan digali dari harta kekayaan
rohani, moral dan budaya masyarakat Indonesia sendiri. Sebagai nilai-nilai yang
digali dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat Indonesia sendiri, maka
nilai-nilai Pancasila akan selalu berkembang mengikuti perkembangan masyarakat
Indonesia.

Sebagai ideologi yang tidak diciptakan oleh negara, menjadikan Pancasila


sebagai ideologi juga merupakan sumber nilai, sehingga Pancasila merupakan asas
kerokhanian bagi tertib hukum Indonesia, dan meliputi suasana kebatinan
(Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar 1945 serta mewujudkan cita-
cita hukum bagi hukum dasar negara.Pancasila sebagai sumber nilai mengharuskan
Undang-Undang Dasar mengandung isi yang mewajibkan

4) Pemerintah, penyelenggara negara termasuk pengurus partai dan golongan


fungsional untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang
cita-cita moral rakyat yang luhur.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Dalam arti kata luas, istilah ideologi dipergunakan untuk segala kelompok
cita-cita, nilai-nilai dasar, dan keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi
sebagai pedoman normatif. Dalam artian ini, ideologi disebut terbuka. Dalam arti
sempit, ideologi adalah gagasan atau teori yang menyeluruh tentang makna hidup
dan nilai-nilai yang menentukan dengan mutlak bagaimanan manusia harus hidup
dan bertindak. Artinya ini disebut juga ideologi tertutup. Kata ideologi sering juga
dijumpai untuk pengertian memutlakkan gagasan tertentu, sifatnya tertutup dimana
teori-teori bersifat pura-pura dengan kebenaran tertentu, tetapi menyembunyikan
kepentingan kekuasaan tertentu yang bertentangan dengan teorinya. Dalam hal itu,
ideologi diasosialisasikan kepada hal yang bersifat negatif.
Indonesia yang memiliki dasar filsafat negara berupa Pancasila. Pancasila
adalah sebagai dasar filsafat Negara Indonesia yang diangkat dari nilai-nilai religius,
norma-norma serta adat-istiadat yang terdapat dari pandangan hidup masyarakat
Indonesia sebelum membentuk Negara. Maka Pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa, yang berisi nilai-nilai
ketakwaan kepada Allah Swt, Kemanusiaan, Persatuan, Kekeluargaan, Demokrasi,
Nasionalisme, sehingga Pancasila menjadi dasar ideologi Nasional.

Anda mungkin juga menyukai