Anda di halaman 1dari 19

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

DISUSUN OLEH
KELOMPOK I:

NOVIANTI YULIAN 2104010046


PUTRI AISHYA 2104010044
NADIA SEPTIANI 2104010043
ARTINA 2104010022
PUTRI RAISA 2104010039
SRIYANI 2104010056
MARZIAH 2104010031
M. HARIS ANWAR 2104010048
MUKHLIS 2104010054
MK : PENDIDIKAN PANCASILA
DOSEN : KAMARIAH, S.H., M.H

PRODI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN
2021
SUSUNAN TATA TERTIB
PRESENTASI KELOMPOK I
NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
DIRUANG FISIP 4
TANGGAL 22 NOVEMBER 2021

1. MC : Putri Aishya
2. Pembacaan ayat Al-Quran : M. Haris Anwar
3. Kata-kata sambutan : Marziah
4. Pemateri:
 Marziah
 Novianti Yulian
 Nadia Septiani
 Putri Aishya
 Putri Raisa
 Artina
 Sriyani
 M. Haris Anwar
 Mukhlis
5. Sesi pengajuan pertanyaan
6. Hiburan : Kelompok I
7. Pembacaan Doa : Mukhlis
8. Penutup.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"negara hukum dan hak asasi manusia” sebagai tugas kelompok dengan mata
kuliah Pancasila".
Shalawat beserta salam tidak lupa pula kita sanjung sajikan kepangkuan
alam baginda nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam
kebodohan menjadi alam penuh ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat
ini.
Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan
makalah ini maka kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Kamariah, S.H.,
M.H selaku dosen pembimbing yang memberikan dorongan dan masukan kepada
kami.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga laporan ini bermanfaat hendaknya dan
hanya kepada Allah kami mohon ampun amin ya rabbal'alamin.

Matangglumpangdua, 22 November 2021


Penulis

Penyusun Kelompok I

iiii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan Pembahasan ......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
2.1 Konsep dan Ciri Negara Hukum...................................................... 3
2.2 Negara Hukum Indonesia................................................................. 5
2.3 Hakikat Hak Asasi Manusia............................................................. 6
2.4 Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia..................................... 7
2.5 Hak Asasi Manusia Di Indonesia..................................................... 9
2.6 Kaitan Nilai-Nilai Pancasila Dengan Hak Asasi Manusia................ 12

BAB III PENUTUP........................................................................................... 13


3.1 Kesimpulan........................................................................................ 13
3.2 Saran.................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA

iiiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara hukum adalah negara yang menjunjung tinggi penegakan


hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM), hal ini dikarenakan hukum dan
HAM saling berkaitan satu sama lain. Hukum merupakan wadah yang
mengatur segala hal mengenai perlindungan terhadap HAM. Indonesia
menjunjung tinggi prinsip kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum.
Sehubungan dengan prinsip tersebut, dalam pasal 28 D ayat (1) Undang-
Undang Dasar 1945 diatur tentang hak setiap orang atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang
sama di hadapan hukum.
Berdasarkan asas diatas, hukum acara pidana di Indonesia
mengharuskan pemerintah untuk memberikan hak perlindungan dan perlakuan
yang sama dalam hukum. Pemenuhan hak tersebut dalam hal ini diwakilkan
oleh aparat penegak hukum. Setiap aparat penegak hukum di Indonesia,
khususnya pihak kepolisian memiliki tugas untuk memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat serta berkewajiban untuk menghormati, melindungi,
dan menegakkan hak asasi manusia (selanjutnya disingkat HAM).
HAM di Indonesia diatur dalam beberapa aturan, diantaranya adalah UUD
1945 Pasal 28 A-J, UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM dan Perkap Nomor 8
Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia
dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian. Khusus Perkap Nomor 8 Tahun 2009,
berlaku secara internal yaitu bagi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Secara umum, Perkap ini bertujuan untuk menjamin pemahaman prinsip dasar
HAM oleh seluruh jajaran Polri agar dalam melaksanakan tugasnya
senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip HAM.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar belakang diatas maka dapat ditarik suatu permasalahan
yakni:
1. Jelaskan konsep dan ciri hukum Indonesia?
2. Jelaskan hakikat hak asasi manusia?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui konsep dan ciri hukum Indonesia.
2. Untuk mengetahui hakikat hak asasi manusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Ciri Negara Hukum


1. Konsep Negara Hukum
Gagasan, cita, atau ide Negara Hukum, selain terkait dengan konsep
‘rechtsstaat’ dan ‘the rule of law’, juga berkaitan dengan konsep
‘nomocracy’ yang berasal dari perkataan ‘nomos’ dan ‘ cratos’. Perkataan
nomokrasi itu dapat dibandingkan dengan ‘demos’ dan ‘cratos’ atau ‘kratien’
dalam demokrasi. ‘Nomos’berarti norma, sedangkan ‘cratos’ adalah kekuasaan.
Yang dibayangkan sebagai faktor penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan
adalah norma atau hukum.
Karena itu, istilah nomokrasi itu berkaitan erat dengan ide kedaulatan
hukum atau prinsip hukum sebagai kekuasaan tertinggi. Dalam istilah
Inggeris yang dikembangkan oleh A.V. Dicey, hal itu dapat dikaitkan dengan
prinsip “rule of law” yang berkembang di Amerika Serikat menjadi jargon
“the Rule of Law, and not of Man”. Yang sesungguhnya dianggap sebagai
pemimpin adalah hukum itu sendiri, bukan orang. Dalam buku Plato berjudul
“Nomoi” yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris dengan judul
“The Laws”, jelas tergambar bagaimana ide nomokrasi itu sesungguhnya telah
sejak lama dikembangkan dari zaman Yunani Kuno.
Konsep negara hukum sendiri bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan
negara harus dijalankan atas dasar hukum yang adil dan baik. Hubungan antara
yang diperintah (governed) dan memerintah (governor) dijalankan berdasarkan
suatu norma objektif, bukan pada suatu kekuasaan absolut semata. Norma objektif
juga harus memenuhi syarat formal dan dapat dipertahankan oleh ide hukum.
Di zaman modern, konsep Negara Hukum di Eropah Kontinental
dikembangkan antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, JuliusStahl, Fichte,
dan lain-lain dengan menggunakan istilah Jerman, yaitu “rechtsstaat’.
Sedangkan dalam tradisi Anglo Amerika, konsep Negara hukum
dikembangkan atas kepeloporan A.V. Dicey dengan sebutan “The Rule of
Law”. Menurut Julius Stahl, konsep Negara Hukum yang disebutnya dengan
istilah ‘rechtsstaat’ itu mencakup empat elemen penting, yaitu:

3
 Perlindungan hak asasi manusia.
 Pembagian kekuasaan.
 Pemerintahan berdasarkan undang-undang.
 Peradilan tata usaha Negara

2. Ciri Negara Hukum


a) Adanya sistem ketatanegaraan yang sistematis: Ciri-ciri negara hukum yang
pertama yaitu adanya sistem ketatanegaraan yang mengatur urusan
kenegaraan secara sistematis. Di setiap lembaga yang dibentuk, memiliki
fungsi dan tugasnya masing-masing untuk membantu menjalankan
pemerintahan negara tersebut, agar nantinya dapat sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan. Di Indonesia sendiri, dapat dilihat bahwa adanya
kelembagaan seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Komisi Yudisial (KY), Mahkamah Agung
(MA), Komisi Yudisial (KY), dan lembaga di daerah lainnya.
b) Hukum sebagai patokan segala bidang: Ciri-ciri negara hukum yang kedua
yaitu negara tersebut menjadikan hukum sebagai patokan dalam berbagai
bidang, atau biasa dikenal dengan istilah Supremasi Hukum. Ciri-ciri negara
hukum yang satu ini merupakan upaya untuk menempatkan hukum dalam
tempat tertinggi sebagai alat perlindungan bagi rakyatnya, serta tanpa
adanya intervensi dan penyalahgunaan hukum, termasuk dari para petinggi
negara.
c) Adanya perlindungan dan pengakuan hak asasi manusia (HAM): Ciri-ciri
negara hukum yang ketiga yaitu adanya perlindungan dan pengakuan HAM.
Ciri pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia ini merupakan
salah satu ciri yang utama. Hak asasi manusia sendiri merupakan hak yang
paling mendasar dan fundamental. Sedangkan bagi para pelanggar HAM
dapat dijatuhi hukum secara tegas. Sistem peradilan yang tidak memihak
dan memiliki persamaan kedudukan di hadapan hukum.
d) Ciri-ciri negara hukum yang keempat adalah memiliki sistem peradilan yang
tidak memihak. Sistem peradilan ini meliputi para hakim dan jaksa serta
para anggota administrasi pengadilan yang telah ditentukan berdasarkan
hukum yang berlaku. Tak hanya di peradilan pusat, sistem peradilan yang

4
bebas dan tidak memihak juga berlaku di peradilan-peradilan daerah.
Peradilan harus berjalan sesuai dengan hukum yang ditentukan dan
diterapkan sama sehingga tidak berat sebelah antara rakyat dan para petinggi
negara.
e) Adanya pembagian kekuasaan yang jelas: Ciri-ciri negara hukum kelima
yaitu adanya pembagian kekuasaan yang jelas. Pembagian kekuasaan ini
menjunjung tinggi nilai demokrasi. Dan setiap lembaga memiliki tugas dan
fungsinya masing-masing, sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang tindih.
Jika muncul permasalahan atau konflik, maka lembaga yang berwenang
mampu menerapkan hukum yang tepat. Seperti yang disampaikan tokoh
terkenal, John Locke, bahwa kekuasaan dibedakan menjadi tiga yaitu
legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

2.2 Negara Hukum Indonesia

Negara hukum atau biasa yang disebut dengan istilah rechtsstaat atau the
rule of law merupakan negara yang dalam menjalankan suatu tindakan, semua
berdasarkan pada aturan atau sesuai dengan hukum yang berlaku. Indonesia
merupakan negara hukum tertuang dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar
1945 yang berbunyi “Negara Indonesia adalah negara hukum”, dimana
Indonesia menggabungkan beberapa system hukum di dalam konstitusinya. Pasal
1 ayat 3 ini mempunyai makna bahwasannya Indonesia adalah negara hukum
yang pelaksanaan ketatanegaraanya dilaksanakan berdasarkan peraturan dan
ketentuan yang berlaku.
Negara hukum sendiri berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan bagi
seluruh warga negara. Untuk Indonesia, negara hukum didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila yang merupakan pandangan hidup bangsa dan sumber dari segala
sumber hukum, yang dimaksud adalah Hukum di Indonesia harus dilandasi
dengan semangat menegakkan nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan sebagaimana yang terkandung dalam Pancasila. Adapun
produk turunan undang-undang dapat berupa Peraturan Presiden, Peraturan
Menteri, Instruksi Presiden, Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur, dan berbagai

5
peraturan lainnya. Pilus M.H Jon mengatakan bahwa Indonesia itu berkaitan erat
dengan hukum pancasila, yaitu:
 Adanya keserasian antara pemerintah dengan rakya berdasarkan asas
kerukunan
 Hubungan fungsional yang professional antara kekuasaan Negara
 Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan
sasaran terakhir.
 Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Dalam Pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa Indonesia adalah
negara yang berkedaulatan rakyat didasarkan kepada suatu Undang-Undang
Dasar. Dari pernyataan tersebut Indonesia adalah negara demokrasi
konstitusional. Menurut konsep negara demokrasi konstitusional, kekuasaan
penyelenggaran negara dibatasi oleh konstitusi.

2.3 Hakikat Hak Asasi Manusia


Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia
yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak
kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan
instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM
adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam
era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam
era reformasi dari pada era sebelum reformasi.
Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri
manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah
yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi.hakikat Hak Asasi Manusia
sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia
secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan
kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab
bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil
maupun Militer), dan negara. Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia
di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa sisi pokok hakikat hak
asasi manusia, yaitu:

6
 HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah
bagian dari manusia secara otomatis.
 HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin,
ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.
 HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk
membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai
HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi
atau melanggar HAM.

2.4 Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia


Masyarakat kuno tidak mengenal konsep hak asasi manusia universal
seperti halnya masyarakat modern. Pelopor sebenarnya dari wacana hak asasi
manusia adalah konsep hak kodrati yang dikembangkan pada Abad Pencerahan,
yang kemudian memengaruhi wacana politik selama Revolusi Amerika dan
Revolusi Perancis. Konsep hak asasi manusia modern muncul pada paruh kedua
abad kedua puluh, terutama setelah dirumuskannya Pernyataan Umum tentang
Hak-Hak Asasi Manusia (PUHAM) di Paris pada tahun 1948.
Semenjak itu, hak asasi manusia telah mengalami perkembangan yang
pesat dan menjadi semacam kode etik yang diterima dan ditegakkan secara global.
Pelaksanaan hak asasi manusia di tingkat internasional diawasi oleh Dewan Hak
Asasi Manusia PBB dan Badan-Badan Traktat PBB seperti Komite Hak Asasi
Manusia PBB dan Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, sementara di tingkat
regional, hak asasi manusia ditegakkan oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia
Eropa, Pengadilan Hak Asasi Manusia Antar-Amerika, serta Pengadilan Hak
Asasi Manusia dan Hak Penduduk Afrika. Konvenan Internasional tentang Hak-
Hak Sipil dan Politik (ICCPR) dan Konvenan Internasional tentang Hak-Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya (ICESCR) sendiri telah diratifikasi oleh hampir
semua negara di dunia saat ini.
Sejarah HAM atau Hak Asasi Manusia berawal dari dunia Barat
(Eropa).Serorang Filsuf Inggris pada abad ke 17 ,John Locke,merumuskan adanya
hak alamiah (natural right) yang melekat pada setiap manusia,yaitu hak atas
hidup,hak kebebasan dan hak milik. Pada masa itu,hak masih terbatas pada bidang
sipil (pribadi) dan bidang politik. Sejarah perkembangan HAM ditandai dengan

7
adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu Magna Charta,Revolusi
Amerika dan Revolusi Prancis.
1. Magna Charta (1215): Piagam perjanjian anatara Raja John dari Inggris dengan
para bangsawan disebut Magna Charta. Isinya adalah pemberian jaminan
beberapa hak oleh raja kepada para bangsawan beserta keturunannya,seperti
hak untuk tidak dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan. Jaminan
itu diberikan sebagai balasan atas bantuan biaya pemerintahan yang telah
diberikan oleh para bangsawan. Sejak saat itu,jaminan hak tersebut
berkembang dan menjadi bagian dari sistem konstitusional Inggris.
2. Revolusi Amerika (1776): Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat saat
melawan penjajahan Inggris disebut Revolusi Amerika. Declarational of
Independence (Deklarasi Kemerdekaan) dan Amerika Serikat menjadi negara
merdeka pada tanggal 4 Juli 1776 merupakan hasil dari revolusi itu.
3. Revolusi Prancis (1789): Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat
Prancis kepada rajanya sendiri (Louis XVI) yang telah bertindak sewenang-
wenang dan absolut. Declaration droits de fhomme et du citoyen (Pernyataan
Hak-Hak Manusia dan Warga Negara) dihasilkan Revolusi Prancis. Pernyataan
ini memuat tiga hal: hak atas kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan
persaudaraan (fraternite). Dalam perkembangannya, pemahaman mengenai
HAM makin luas. Sejak permulaan abad ke-20, konsep hak asasi berkembang
menjadi empat macam kebebasan (The Four Freedom). Konsep ini pertama
kali diperkenalkan oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Rooselvelt.
Keempat macam kebebasan itu meliputi :
 Kebebasan untuk beragama (freedom of religion).
 Kebebasan untuk berbicara dan berpendapat (freedom of speech)
 Kebebasan dari kemelaratan (freedom from want)
 Kebebasan dari ketakutan (freedom from fear).
Deklarasi HAM yang dicetuskan di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada
tanggal 10 Desember 1948, tidak berlebihan jika dikatakan sebagai puncak
peradaban umat manusia setelah dunia mengalami malapetaka akibat kekejaman
dan keaiban. Perang Dunia II. Deklarasi HAM sedunia itu mengandung makna
ganda, baik ke luar (antar negaranegara) maupun ke dalam (antar

8
negarabangsa), berlaku bagi semua bangsa dan pemerintahan di negara-
negaranya masingmasing.Makna ke luar adalah berupa komitmen untuk
saling menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan
antar negara-bangsa, agar terhindar dan tidak terjerumus lagi dalam
malapetaka peperangan yang dapat menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan.
Sedangkan makna ke dalam, mengandung pengertian bahwa Deklarasi
HAM seduania itu harus senantiasa menjadi kriteria objektif oleh rakyat dari
masing-masing negara dalam menilai setiap kebijakan yang dikelauarkan oleh
pemerintahnya. Bagi negara-negara anggota PBB, Deklarasi itu sifatnya
mengikat. Dengan demikian setiap pelanggaran atau penyimpangan dari
Deklarasi HAM sedunia si suatu negara anggota PBB bukan semata-mata
menjadi masalah intern rakyat dari negara yang bersangkutan, melainkan juga
merupakan masalah bagi rakyat dan pemerintahan negara-negara anggota PBB
lainnya.

2.5 Hak Asasi Manusia Di Indonesia


Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada
Pancasila, yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari
falsafah bangsa, yakni Pancasila. Bermuara pada Pancasila dimaksudkan
bahwa pelaksanaan hak asasi manusia tersebut harus memperhatikan garisgaris
yang telah ditentukan dalam ketentuan falsafah Pancasila.Bagi bangsa
Indonesia, melaksanakan hak asasi manusia bukan berarti melaksanakan
dengan sebebasbebasnya, melainkan harus memperhatikan ketentuan-ketentuan
yang terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.
Hal ini disebabkan pada dasarnya memang tidak ada hak yang dapat
dilaksanakan secara multak tanpa memperhatikan hak orang lain.Setiap hak
akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika dalam melaksanakan hak, kita tidak
memperhatikan hak orang lain,maka yang terjadi adalah benturan hak atau
kepentingan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegaraNegara
Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan
kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat dan tidak
terpisah dari manusia yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi
peningkatan martabat kemanusisan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan

9
serta keadilan. Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara
Republik Indonesia,yakni:
1) Undang-Undang Dasar 1945
2) Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Di Indonesia secara garis besar disimpulkan, hak-hak asasi manusia itu
dapat dibedabedakan menjadi sebagai berikut:
 Hak-hak asasi pribadi (personal rights) yang meliputi kebebasan
menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, dan kebebasan
bergerak.
 Hak-hak asasi ekonomi (property rights) yang meliputi hak untuk
memiliki sesuatu, hak untuk membeli dan menjual serta
memanfaatkannya.
 Hak-hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta
dalam pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih dalam pemilu)
dan hak untuk mendirikan partai politik.
 Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan (rights of legal equality).
 Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan (social and culture rights).
Misalnya hak untuk memilih pendidikan dan hak untuk
mengembangkan kebudayaan.
 Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan
perlindungan (procedural rights). Misalnya peraturan dalam hal
penahanan, penangkapan, penggeledahan, dan peradilan.
Secara konkret untuk pertama kali Hak Asasi Manusia dituangkan
dalam Piagam Hak Asasi Manusia sebagai lampiran Ketetapan
Permusyawarahan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998.Undang-
Undang yang mengatur HAM di Idonesia. Undang-Undang tentang HAM di
Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999. Adapun hak-hak yang
ada dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 199 tersebut antara lain sebagai
berikut:

10
 Hak untuk hidup (Pasal 4)
 Hak untuk berkeluarga (Pasal 10)
 Hak untuk mengembangkan diri (Pasal 11, 12, 13, 14, 15, 16)
 Hak untuk memperoleh keadilan (Pasal 17, 18, 19)
 Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20-27)
 Hak atas rasa aman (Pasal 28-35)
 Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42)
 Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43-44)
 Hak wanita (Pasal 45-51)
 Hak anak (Pasal 52-66)

11
2.6 Kaitan Nilai-Nilai Pancasila Dengan Hak Asasi Manusia

Ada tiga nilai HAM yang terkandung dalam Pancasila, yaitu: Pertama,
Nilai Ideal. Nilai ideal merupakan nilai yang berhubungan dengan kelima sila
dalam Pancasila. Nilai ideal bersifat universal sehingga di dalamnya terkandung
cita-cita, tujuan, dan nilai-nilai yang baik dan benar. Berikut penjelasan hubungan
hak asasi manusia dengan setiap sila dalam Pancasila:
1. Sila pertama, menjamin kemerdekaan untuk memeluk agama, menjalankan
ibadah, dan menghormati perdedaan agama.
2. Sila kedua, memposisikan setiap warga negara pada kedudukan yang sama
dalam hukum.
3. Sila ketiga, memberikan semangat persatuan di antara warga negara dan
menempatkan kepentingaan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
atau golongan.
4. Sila keempat, mengajarkan untuk menghargai hak setiap warga negara
untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya tekanan
ataupun paksaan.
5. Sila kelima, mengakui hak milik perorangan dan dilindungi
pemanfaatannya oleh negara.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan


yakni:

1. Konsep dan Ciri Negara Hukum:


 Konsep Negara Hukum: Konsep negara hukum sendiri bersandar pada
keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar hukum yang
adil dan baik. Hubungan antara yang diperintah (governed) dan memerintah
(governor) dijalankan berdasarkan suatu norma objektif, bukan pada suatu
kekuasaan absolut semata. Norma objektif juga harus memenuhi syarat formal
dan dapat dipertahankan oleh ide hukum.
 Ciri Negara Hukum:
 Adanya sistem ketatanegaraan yang sistematis
 Hukum sebagai patokan segala bidang
 Adanya perlindungan dan pengakuan hak asasi manusia (HAM):
 Ciri-ciri negara hukum yang keempat adalah memiliki sistem peradilan
yang tidak memihak.
 Adanya pembagian kekuasaan yang jelas

2. Hakikat hak Asasi manusia: Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi


manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa sisi pokok
hakikat hak asasi manusia, yaitu:
 HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah
bagian dari manusia secara otomatis.
 HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin,
ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.
 HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk
membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai
HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi
atau melanggar HAM.

13
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi
pemakalah. Dan dalam penulisan dan penyusanan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu pemakalah mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun agar dalam pembuatan makalah yang berikutnya dapat
menjadi lebih baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dede Rosyada, Hak Asasi Manusia, Graha Ilmu. Jakarta.

Idjehar, Muhammad Budairi, HAM versus Kapitalisme, Yogyakarta: INSIST


Press, 2003.

Smith, Rohna K.M. 2008. Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta : Pusat Studi
Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia (PUSHAM UII)
Yogyakarta.

Ubaidillah Ahmad, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta: ICCE


UIN Syarif Hidayatullah, 2000.

15

Anda mungkin juga menyukai