Anda di halaman 1dari 15

GOTONG ROYONG

DISUSUN
OLEH
KELOMPOK V:

ANDI RISKI
SURYANTI
NURJANAH MA

MK : ADMINISTRASI PUBLIK
DOSEN : EMI SAFRINA, SE., SM

PRODI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk

maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun

isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang

saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca

untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Bireuen, 16 Juni 2021

ii i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan Pembahasan ......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
2.1 Differensiasi Produk...................................................................... 3
2.2 Penciptaan Nilai Pelanggan........................................................... 4
2.3 Strategi Differensiasi Produk Aqua Bagi Penciptaan
Nilai Pelanggan.............................................................................. 5

BAB III PENUTUP........................................................................................... 8


3.1 Kesimpulan........................................................................................ 8
3.2 Saran.................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA

iiiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prinsip gotong royong merupakan salah satu ciri khas atau karakteristik dari
bangsa Indonesia. Hal ini dapat dinyatakan dengan adanya berbagai aktivitas
masyarakat Indonesia, yang senantiasa mengedepankan prinsip gotong royong
tersebut. Hal lain yang mendukung keberterimaan perilaku gotong royong juga
dapat dinyatakan pada pancasila yaitu sila ke- 3 “Persatuan Indonesia”.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa Negara Republik Indonesia terdiri
atas berbagai suku bangsa. Suku bangsa yang dimaksudkan tersebut tersebar
mulai Sabang sampai Merauke. Memang tidak mudah untuk senantiasa
mempertahankan agar keutuhan bangsa Indonesia tetap terjalin sampai saat ini,
hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa wilayah yang mencoba untuk
mengikrarkan diri sebagai negara sendiri yang bermartabat. Dengan adanya
beberapa wilayah yang mulai memisahkan diri dengan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang tercinta ini, tidak lantas membuat bangsa Indonesia secara
umum mengalami perubahan yang signifikan. Salah satu karakteristik yang
senantiasa akrab dengan bangsa Indonesia dengan adanya semangat gotong
royong.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa perilaku gotong royong yang dimiliki
bangsa Indonesia sebenarnya sudah sejak dahulu kala. Hal tersebut didapatkan
dari berbagai referensi yang terkait dengan kehidupan generasi pendahulu yang
senantiasa mengedepankan perilaku gotong royong dalam kehidupan
bermasyarakat. Sebagai bahan perenungan bahwa perilaku gotong royong
merupakan sebuah manifestasi dari kepribadian bangsa Indonesia dan merupakan
budaya yang telah berakar kuat dalam berbagai sendi kehidupan bermasyarakat.
Secara tidak langsung, perilaku gotong royong yang dimiliki masyarakat
Indonesia ini dapat mulai tumbuh dari kita sendiri dan pada akhirnya berpotensi
sebagai ekspresi perilaku dari masyarakat Indonesia.
Sebagaimana dinyatakan di atas bahwa perilaku gotong royong dapat
diekspresikan dalam berbagai sendi kehidupan bermasyarakat saat ini, maka

1
bukan berarti sesuatu yang mudah untuk senantiasa melestarikannya. Seiring
dengan perkembangan waktu yang senantiasa berjalan, maka perilaku gotong
royong yang dimiliki masyarakat dari berbagai lapisan, mulai lapisan atas,
menengah, dan bawah sekarang terlihat mulai adanya indicator memudarnya
perilaku gotong royong tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan  latar belakang diatas maka dapat ditarik suatu permasalahan
yakni:
1. Jelaskan pengertian gotong royong?
2. Jelaskan karakteristik gotong royong?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui pengertian gotong royong.
2. Untuk mengetahui karakteristik gotong royong.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gotong Royong

Gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama


dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar,
mudah dan ringan. Gotong royong juga sangat sesuai dengan ajaran islam, Islam
menginginkan umatnya saling mencintai, menyayangi dan saling berbagi, itu
sangat sejalan dengan prinsip gotong royong. Gotong royong merupakan suatu
istilah asli Indonesia yang berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu
hasil yang didambakan. Bersama-sama dengan musyawarah, pantun, Pancasila,
hukum adat, ketuhanan, dan kekeluargaan.
Adapun menurut sumber lain, gotong royong adalah bekerja bersama-sama
dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati hasil
pekerjaan tersebut secara adil. Atau suatu usaha atau pekerjaan yang dilakukan
tanpa pamrih dan secara sukarela oleh semua warga menurut batas
kemampuannya masing-masing.
Ciri khas bangsa Indonesia salah staunya adalah gotong royong, kita
mengetahui bahwa modernisasi dan globalisasi melahirkan corak kehidupan yang
sangat kompleks, hal ini seharusnya jangan sampai membuat bangsa Indonesia
kehilangan kepribadiannya sebagai bangsa yang kaya akan unsur budaya. Akan
tetapi dengan semakin derasnya arus globalisasi mau tidak mau kepribadian
tersebut akan terpengaruh oleh kebudayaan asaing yang lebih mementingkan
individualisme. Dalam kehidupan ekonomi misalnya, yang semula bangsa
Indonesia berdasarkan pertanian, setelah masuknya masa industrialisasi, semangat
gotong royong masayarakat berkurang, hal ini disebabkan karena masyarakat
sekarang cenderung besifat individualistis, sehingga ada anggapan umum ” hidup
bebas asal tidak mengganggu kehidupan orang lain”.
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan secara bergotong royong antara lain
pembangunan fasilitas umum dan membersihkan lingkungan sekitar. Sikap
gotong royong itu seharusnya dimiliki oleh seluruh elemen atau lapisan
masyarakat baik di kota maupun di pedesaan. Karena, dengan adanya kesadaran

3
setiap elemen atau lapisan masyarakat melakukan setiap kegiatan dengan cara
bergotong royong. Dengan demikian segala sesuatu yang akan dikerjakan dapat
lebih mudah dan cepat diselesaikan dan pastinya pembangunan di daerah tersebut
akan semakin lancar dan maju. Bukan itu saja, tetapi dengan adanya kesadaran
setiap elemen atau lapisan masyarakat dalam menerapkan perilaku gotong royong
maka hubungan persaudaraan atau silaturahim akan semakin erat.
Dibandingkan dengan cara individualisme yang mementingkan diri sendiri
maka akan memperlambat pembangunan di suatu daerah. Karena individualisme
itu dapat menimbulkan keserakahan dan kesenjangan diantara masyarakat di kota
tersebut. Perubahan ekonomi Indonesia di bawah rezim Soeharto memungkinkan
masuknya modal asing dan liberalisasi. Nilai-nilai budaya mulai dengan deras
masuk dan menjadi bagian dari hidup masyarakat Indonesia. Kehidupan
perekonomian masyarakat berangsur-angsur berubah dari ekonomi agraris ke
industri. Indusri berkembang maju dan pada zaman sekarang tatanan kehidupan
lebih banyak didasarkan pada pertimbangan ekonomi, sehingga bersifat
materialistik. Maka nilai kegotong royongan pada masyarakat telah memudar.

2.2 Karakteristik Gotong Royong

Perilaku gotong royong pada hakikatnya identik dengan kegiatan yang


melibatkan berbagai pihak. Dalam hal ini jelas dinyatakan bahwa gotong royong
tidak mengedepankan aspek individualitas, justru kekompakan dalam melakukan
suatu tindakan atau pekerjaan tertentu yang dilakukan atas inspirasi positif dari
berbagai pihak. Perilaku gotong royong bukan sesuatu yang terjadi tanpa dapat
diidentifikasi. Dengan adanya perilaku ini, maka secara tidak langsung
masyarakat secara umum diberikan beberapa wacana terkait dengan karakteristik
yang melekat pada perilaku gotong royong tersebut. Berikut penjelasan yang
dimaksudkan.
Gotong-royong sudah tidak dapat dipungkiri lagi sebagai ciri khas bangsa
Indonesia yang turun temurun, sehingga keberadaannya harus dipertahankan. Pola
seperti ini merupakan bentuk nyata dari solidaritas mekanik yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat, sehingga setiap warga yang terlibat di dalamnya memiliki
hak untuk dibantu dan berkewajiban untuk membantu, dengan kata lain di

4
dalamnya terdapat azas timbal balik. Beberapa karakteristik yang dimungkinkan
cukup merepresentasikan perilaku gotong-royong dapat dinyatakan sebagai
berikut:
a) Sebagai sifat dasar bangsa Indonesia yang menjadi unggulan bangsa dan
tidak dimiliki bangsa lain.
b) Terdapat rasa kebersamaan dalam setiap pekerjaan yang dilakukan.
Sebagai bahan pertimbangan bahwa nilai-nilai kebersamaan yang selama
ini ada perlu senantiasa dijunjung tinggi dan dilestarikan agar semakin
lama tidak semakin memudar.
c) Memiliki nilai yang luhur dalam kehidupan.
d) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, karena di dalam kegiatan gotong-
royong, setiap pekerjaan dilakukan secara bersama-sama tanpa
memandang kedudukan seseorang tetapi memandang keterlibatan dalam
suatu proses pekerjaan sampai sesuai dengan yang diharapkan.
e) Mengandung arti saling membantu yang dilakukan demi kebahagiaan dan
kerukunan hidup bermasyarakat.
f) Suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan sifatnya sukarela
tanpa mengharap imbalan apapun dengan tujuan suatu pekerjaan atau
kegiatan akan berjalan dengan mudah, lancar dan ringan.
Demikian beberapa karakteristik yang cukup representasif terkait dengan
seluk beluk perilaku gotong royong yang ada di masyarakat.

2.3 Manfaat dan Azas Gotong Royong

Sudah sejak jaman dulu bangsa kita menjalankan sistem kerja masal
“gotong royong” dalam kegiatan-kegiatan pembangunan. Baik pembangunan
untuk sarana umum ataupun pembangunan untuk pribadi. Banyak sekali contoh-
contoh yang masih bisa kita lihat dan kita saksikan sampai sekarang. Terutama di
daerah-daerah pedesaan mereka bekerja secara bergotong royong dalam
pembangunan Balai Desa, Masjid, Saluran irigasi, Rumah, Menanam padi,
Perbaikan jalan, dan banyak lagi kegiatan lainnya yang dikerjakan secara
bersama-sama tanpa ada imbalan yang mereka terima karena mereka
melakukannya secara ikhlas.

5
Penduduk desa yang masih sangat kental dengan rasa kekeluargaan dan
rasa persaudaraan. Mereka guyub rukun, masih dan terus melaksanakan dan
menjalankan budaya dan cara kerja yang sudah sekian ratus tahun terbukti mampu
meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup mereka. Mereka bahu-membahu
saling membantu antar sesama warga desa. Mereka bekerja dengan semangat dan
tanpa pamrih , para lelaki bekerja bersama-sama menyelesaikan pembangunan
yang direncanakan, sedangkan para ibu membantu di dapur menyiapkan makanan
dan minuman untuk para lelaki yang sedang bekerja Gotong Royong.
Gotong Royong sebuah system kerja (Semut) yang patut untuk kita
pertahankan dan kita teruskan pada era sekarang ini. Tidak hanya bagi warga desa
saja yang bisa melakukan gotong royong , warga kotapun tentunya harus bisa dan
bahkan lebih baik. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan bagi yang tinggal di
perkotaan, membangun poskamling, membersihkan parit, membangun tempat
ibadah, menjaga kebersihan dan masih banyak lagi kegiatan yang lainnya.
Masalah waktu bisa kita laksanakan pada saat hari libur. Ketua RT dan Ketua RW
sangat berperanan sekali dalam kegiatan gotong royong dilingkunganya.
Merekalah tokoh masyarakat dan motor penggerak kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan sehingga orang-orang yang bekerja akan merasa lebih semangat.
Dan kita semua akan mendapatkan manfa’at lain yang dari kegiatan gotong
royong ini. Di antaranya:
a) Pekerjaan selesai dengan cepat tanpa harus mengeluarkan biaya ataupun
kas RT/RW, dan jika berupa pembangunan fisik gedung akan sangat
menghemat anggaran , karena biaya untuk tenaga kerja berkurang dengan
adanya Gotong Royong.
b) Tanpa terasa persaudaraan dan kebersamaan sesama warga semakin erat,
yang pejabat kenal dengan tetangga yang pekerja/buruh, yang pedagang
kenal dengan yang bekerja sebagai sopir, yang kaya kenal dengan yang
miskin, begitu juga sebaliknya.
c) Keamanan lingkungan semakin terjamin, dengan rasa persaudaraan dan
kebersamaan serta saling kenal diantara warga tentunya jika ada pendatang
baru ataupun ada tamu asing yang mencurigakan tentu warga akan cepat
mengetahuinya.

6
d) Ketentraman dan kedamaian, akan diperoleh jika antar sesama warga
saling peduli dan saling membantu dengan sesama warga lainya.
e) Gotong royong tidak mengenal perbedaan, sehingga ketika di laksanakan
semua akan terasa sama.
Tentu kita semua berharap bisa hidup dan tinggal di lingkungan yang
tentram dan damai. Gotong Royong merupakan salah satu cara yang efektif dan
mudah untuk mencapai keadaan itu, diantara cara-cara yang lain. Untuk itu
marilah kita semua budayakan gotong royong dari sekarang agar manfaat-manfaat
di atas dapat kita rasakan.
Perwujudan partisipasi rakyat dalam reformasi merupakan pengabdian dan
kesetiaan masyarakat terhadap program reformasi yang mana senantiasa
berbicara, bergotong royong dalam kebersamaan melakukan suatu pekerjaan.
Sikap gotong royong memang sudah menjadi kepribadian bangsa Indonesia yang
harus benar-benar dijaga dan dipelihara, akan tetapi arus kemajuan ilmu dan
teknologi ternyata membawa pengaruh yang cukup besar terhadap sikap dan
kepribadian suatu bangsa, serta selalu diikuti oleh perubahan tatanan nilai dan
norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Adapun nilai-nilai gotong royong yang telah menjadi bagian dari
kebudayaan bangsa Indonesia, tentu tidak akan lepas dari pengaruh tersebut.
Namun syukurlah bahwa sistem budaya kita dilandasi oleh nilai-nilai keagamaan
yang merupakan benteng kokoh dalam menghadapi arus perubahan jaman. Untuk
dapat meningkatkan pengamalan azas kegotongroyongan dalam berbagai
kehidupan perlu membahas latar belakang dan alasan pentingnya bergotong
rotong yaitu:
a) Bahwa manusia membutuhkan sesamanya dalam mencapai kesejahteraan
baik jasmani maupun rohani.
b) Manusia baru berarti dalam kehidupannya apabila ia berada dalam
kehidupan sesamanya.
c) Manusia sebagai mahluk berbudi luhur memiliki rasa saling mencintai,
mengasihidan tenggang rasa terhadap sesamanya.

7
d) Dasar keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
mengharuskan setiap manusia untuk bekerjasama, bergotong royong
dalam mencapai kesehjahteraan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat.
e) Usaha yang dilakukan secara gotong royong akan menjadikan suatu
kegiatan terasa lebih ringan, mudah dan lancar.

2.4 Kendala dan Upaya Melestarikan Gotong Royong Di Era Digital

Membuat sesuatu yang baik dan melestarikan hal tersebut bukan sesuatu
yang mudah untuk dilaksanakan, salah satunya semangat untuk melestarikan
perilaku atau semangat kegotongroyongan di tengah masyarakat. Terdapat
anggapan bahwa gotong-royong yang dimiliki bangsa ini hanya bersifat aman dan
menguntungkan bersama. Sementara gotong-royong yang susah bersama adalah
sesuatu yang sulit diperoleh. Gotong-royong yang dimiliki bangsa ini adalah
gotong-royong yang harus mempunyai feed back.
Adanya trend mengenai peningkatan intensitas jumlah kasus konflik/
kekerasan yang bernuansa agama dari tahun 2009 hingga 2012 menjadi catatan
sendiri. Perlu dipahami bahwa adanya konflik berbasis keagamaan ini akan
menjadi ancaman serius dimasa mendatang bagi keutuhan bangsa Indonesia.
a) Nilai-nilai karakter gotong royong yang dikembangkan di sekolah belum
terjabarkan secara menyeluruh, sehingga berdampak pada pemahaman
setengah yang dimiliki siswa mengenai perilaku gotong royong tersebut.
b) Kurangnya pemahaman pihak masyarakat bahwa saat ini tidak relevan
ketika harus menggunakan prinsip gotong royong, sehingga pemahaman
seperti ini akan dianggap sama dan tidak ada kesalahan di dalamnya.
c) Mulai memudarnya rasa sosial yang tertanam di masyarakat, baik wilayah
di pedesaan maupun di perkotaan. Kalau diperkotaan sudah bisa kita
maklumi, karena tantangan hidup sangat berat, tanpa uang bisa mati
kelaparan. Sedangkan di desa masih punya kemudahan untuk bertahan
hidup.
d) Kurangnya keteladanan dari pihak pemerintah sendiri, umumnya tidak
pernah turun tangan ke dalam masyarakat untuk membangkitkan rasa
sosial yang sudah lama hilang di dalam masyarakat.

8
Sudah menjadi harapan semua pihak agar semangat gotong royong yang
semakin lama semakin memudar seiring dengan kemajuan dalam dunia digital,
maka setidaknya perlu diperhatikan beberapa hal berikut agar kelestarian perilaku
gotong royong dapat bertahan. Adapun beberapa upaya yang dimaksudkan
tersebut sebagai berikut:
1) Pihak masyarakat:
a) Meminimalisir atau bahkan menghilangkan anggapan yang menyatakan
bahwa perilaku gotong royong tidak penting. Dengan cara seperti ini maka
dapat dimungkinkan akan terbangun motivasi internal pada masyarakat
lapisan bawah untuk menanamkan semangat melestarikan perilaku
kegotongroyongan.
b) Tidak memanfaatkan berbagai macam kasus tertentu (RAS) sebagai upaya
untuk menunggangi dengan perilaku gotongroyong. Aapabila hal ini
dilakukan akan menciderai nilai dari gotong royong tersebut.
c) Meminimalisir jarak yang jauh antar lapisan masyarakat. Dengan cara ini
maka dimungkinkan apabila ada gotong royong yang dilakukan tidak
semakin canggung dilakukan.

2) Pihak Pemerintah:
a) Mampu memberi contoh atau ketedanan bagi masyarakat agar senantiasa
mengaktifkan kebiasaan gotong royong dengan terjun langsung ke
lapangan.
b) Memberikan reward bagi pihak tertentu yang senantiasa melestarikan
tradisi gotong royong. Hal ini apabila dilakukan akan memberikan
motivasi positif dan atau rangsangan agar senantiasa memasyarakat.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan


yakni:

1. Pengertian gotong royong:


 Gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-
sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat
berjalan dengan lancar, mudah dan ringan. Gotong royong juga sangat
sesuai dengan ajaran islam, Islam menginginkan umatnya saling
mencintai, menyayangi dan saling berbagi, itu sangat sejalan dengan
prinsip gotong royong. Gotong royong merupakan suatu istilah asli
Indonesia yang berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu
hasil yang didambakan. Bersama-sama dengan musyawarah, pantun,
Pancasila, hukum adat, ketuhanan, dan kekeluargaan.
2. Karakteristik gotong royong:
 Sebagai sifat dasar bangsa Indonesia yang menjadi unggulan bangsa
dan tidak dimiliki bangsa lain.
 Terdapat rasa kebersamaan dalam setiap pekerjaan yang dilakukan.
Sebagai bahan pertimbangan bahwa nilai-nilai kebersamaan yang
selama ini ada perlu senantiasa dijunjung tinggi dan dilestarikan agar
semakin lama tidak semakin memudar.
 Memiliki nilai yang luhur dalam kehidupan.
 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, karena di dalam kegiatan gotong-
royong, setiap pekerjaan dilakukan secara bersama-sama tanpa
memandang kedudukan seseorang tetapi memandang keterlibatan
dalam suatu proses pekerjaan sampai sesuai dengan yang diharapkan.
 Mengandung arti saling membantu yang dilakukan demi kebahagiaan
dan kerukunan hidup bermasyarakat.

10
 Suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan sifatnya
sukarela tanpa mengharap imbalan apapun dengan tujuan suatu
pekerjaan atau kegiatan akan berjalan dengan mudah, lancar dan ringan.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,khususnya bagi
pemakalah. Dan dalam penulisan dan penyusanan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu pemakalah mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun agar dalam pembuatan makalah yang berikutnya dapat
menjadi lebih baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Andrain, Harles, 1992, Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial, Tiara Wacana,
Yogyakarta.

Ditjen Diknasmen, 2004, Pelajaran Pengetahuan Sosial Kelas IX, Depdiknas,


Jakarta.

Louer, H. Robert, 1993, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Rineka Cipta,


Jakarta.

Puskur, 2009, Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,


Pedoman, Jakarta.

Rahman, Arief, 2004, Buku Wujud Persatuan dan Kesatuan di Masyarakat,


Pustaka Jaya, Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai