DISUSUN OLEH:
IKRAMMUDDIN
2101040008
MK :
DOSEN :
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan Pembahasan ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
2.1 Pengertian Kosakata........................................................................ 3
2.2 Jenis Kata Dalam Bahasa Indonesia............................................... 4
2.3 Kata Serapan................................................................................... 7
2.4 Kata Pinjaman................................................................................. 8
2.5 Imbuhan.......................................................................................... 9
2.6 Hubungan Antar Makna.................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan
sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau
perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaankata
atau kosa katasuatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah
bahasa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Jenis Kata Dalam Bahasa Indonesia
Istilah “kata” dalam bahasa sanskerta “katha” yang mempunyai arti
konversasi, bahasa, cerita, atau dongeng. Kata yaitu unit bahasa yang berisikan
arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Kata bisa diartikan sebagai elemen
terkecil dalam bahasa yang bisa diucapkan atau dituliskan dan merupakan suatu
realisasi dari kesatuan perasaan atau pikiran yang dipakai dalam berbahasa.
Kumpulan atau penggabungan kata akan menjadi frasa, klausa dan kalimat. Kata
mempunyai fungsi menjadi penyusun kalimat. Masing-masing kata mempunyai
arti yang berbeda, arti kata dapat berubah sesuai dengan pemakaiannya pada
kalimat.
2. Kata Benda
Kata benda atau nomina merupakan jenis kata yang mengarah pada segala
hal yang dapat dibendakan. Kata benda biasa dipakai untuk menyebutkan
makhluk hidup, benda mati ataupun tempat. Contoh kata benda antara lain
manusia, ilmu, makanan, dan lain-lain. Ciri-ciri kata benda antara lain:
4
o Bisa diperluas dengan menambahkan “yang + kata sifat”, contohnya adalah
motor yang bagus.
o Dibatalkan dengan kata bukan, misalnya seperti bukan kaca.
o Pada kalimat dapat berkedudukan sebagai Subjek (S) dan Objek (O).
Contohnya seperti Rizal membeli mobil baru, dalam kalimat itu kata Rizal
dan Mobil adalah kata benda.
3. Kata Sifat
Kata sifat atau adjektiva merupakan jenis kata yang dipakai untuk
menerangkan sifat atau kondisi suatu hal, seperti makhluk hidup, benda mata,
tempat, waktu ataupun yang lainnya. Dalam pemakaiannya di kalimat, kata sifat
biasa digunakan untuk menerangkan keadaan subjek (S) atau Objek (O) kalimat
tersebut. Ciri-ciri kata sifat adalah:
o Bisa dibatalkan atau yang bersifat dengan kata “tidak” atau “bukan”.
Contohnya tidak baik, tidak pandai dan lain sebagainya.
o Bisa diberikan keterangan penguat, kata penguat yang biasa dipakai antara
lain seperti amat, sangat, paling, sekali, benar. Contohnya sangat luas, amat
banyak dan lain-lain.
o Bisa diberikan penjelasan pembanding. Kata pembanding yang biasa
dipakai antara lain: lebih, kurang, paling. Contohnya adalah: Mobil ini lebih
mahal dari yang itu, Apabila dibandingkan dengan yang ini, rasanya sepeda
motor itu kurang nyaman.
4. Kata Keterangan
Kata keterangan atau Adverbia merupakan jenis kata yang menunjukkan
keterangan (penjelasan) mengenai kata lain (kata bilangan, kata kerja, dan kata
sifat) dalam suatu kalimat. Tetapi kata keterangan tidak dapat menerangkan kata
benda atau kata ganti benda. Pada struktur kalimat, kata keterangan seringkali
dilambangkan dengan K yang artinya keterangan. Ciri-ciri kata keterangan antara
lain:
o Memberikan penjelasan mengenai kata lain
o Tidak dapat dipakai untuk sebagai penjelas kata benda atau kata ganti benda
5
o Seringkali letaknya di awal atau akhir kalimat
o Dapat dipakai untuk seluruh jenis kalimat.
6
o Konjungsi pengantar wacana, misalnya: adapun, maka, jadi.
o Konjungsi perlawanan, misalnya: tetapi, sedangkan, namun, sebaliknya,
padahal.
7
bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui
penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa
Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar
warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia
sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi
sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya
atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas
di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat
resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa
Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
8
kuat untuk 'meminjam' kata-kata dari bahasa lain, dan kemudian menyerap kata-
kata itu menjadi kosa katanya. "Pertama-tama kata itu kita pinjam, kemudian kita
adaptasi," ujarnya. "Entah pengucapannya, entah pemakaiannya itu disesuaikan
dengan kaidah-kaidah Bahasa Indonesia. Dari situ kemudian berkembang menjadi
yang namanya kata serapan."
Oleh karenanya, Bahasa Indonesia juga berbagi banyak kata dengan
Bahasa Portugis, seperti dalam video di atas, dan beberapa lainnya seperti:
Palsu (Bahasa Indonesia)/Falso (Bahasa Portugis), (Bahasa Inggris: False)
Perangko/Pranco (Stamps)
Pigura/Figura (Frame)
Pesta/Festa (Party)
Terigu/Trigo (Flour)
Cerutu/Charuto (Cigar)
2.5 Imbuhan
Afiksasi atau imbuhan adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah
dasar atau bentuk dasar, afiksasi adalah proses penambahan afiks pada sebuah
kata dasar berupa morfem terikat dan dapat ditambahkan pada awal kata.”
Afiksasi ialah proses pembubuhan afiks pada suatu bentuk baik berupa bentuk
tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata. Berdasarkan beberapa
pengertian yang afiksasi yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan
afiksasi yaitu sebuah proses penambahan afiks di dalam kata dasar dan
penambahan afiks tersebut bisa saja menyebabkan pembubuhan pada kata dasar.
Kata imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata dasar,
baik di awal, di akhir, di tengah atau gabungan di antara ketiganya untuk
membentuk kata baru, sehingga berhubungan dengan kata pertama. Imbuhan
berasal dari kata dasar imbuh, yang Artinya tambahan tidak banyak. Imbuhan
mendapat surfiks atau akhiran-an di akhir. Dalam Bahasa Indonesia, imbuhan juga
disebut sebagai afiks yang menjadi unsur penting dalam mengubah bentuk kata,
jenis kata dan maknanya. Selain itu, dapat juga diartikan sebagai bentuk linguistik
di dalam suatu kata merupakan unsur langsung, yang bukan kata maupun pokok
kata. Imbuhan mengubah leksem menjadi kata yang mempunyai arti lengkap,
9
seperti memiliki subjek, predikat dan objek. Proses pemberian imbuhan itulah
yang disebut afiksasi.
Misalnya kata dasar minum, yang akan berubah makna bila diberi
imbuhan-an di akhir kata menjadi “minuman”. Karena, minum merupakan bentuk
kata kerja dan minuman merupakan bentuk kata benda yang Artinya pasti
berbeda. Sehingga kata imbuhan atau afiks memiliki peranan penting dalam
pembentukan kata dasar menjadi kata jadian yang sudah diberi imbuhan. Para ahli
pun memiliki pandangannya masing-masing mengenai kata imbuhan.
o Menurut Kridalaksana mengatakan imbuhan adalah proses yang mengubah
leksem menjadi kata kompleks. Ia mendeskripsikan imbuhan sebagai proses
atau hasil penambahan afiks atau imbuhan pada dasar.
o Menurut Putrayasa: afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan
kata dengan membubuhkan afiks atau imbuhan pada bentuk dasar, baik
bentuk dasar tanggal maupun kompleks
o Menurut Ramlan juga mengatakan proses afiksasi sebagai proses
pembubuhan afiks atau imbuhan. Menurutnya, satu satuan yang dibubuhkan
afiks atau imbuhan disebut bentuk dasar.
Kesimpulannya, pengimbuhan atau afiksasi adalah proses pembentukan
kata dengan membubuhkan kata imbuhan pada kata dasar sehingga memiliki
bentuk dan makna yang berbeda.
10
makna. Tujuan makalah ini adalah mengetahui perbedaan antara antonimi (lawan
kata), sinonimi (persamaan kata), homonimi, polisemi, hoponimi dan prinsip-
prinsip hubungan antar makna.
o Pengertian sinonim (persamaan kata): Sinonim adalah suatu kata yang
memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau pengertian yang sama
atau mirip. Sinomin dapat juga disebut sebagai persamaan kata atau padanan
kata. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam sinonim bahasa Indonesia:
Tidak semua kata dalam bahasa Indonesia memiliki sinonim. Misalnya kata
salju, batu, kuning, beras, tidak mempunyai sinonim.
Kata-kata bersinonim pada bentuk dasar tetapi tidak pada bentuk jadian.
Mislanya kata benar dan betul, tetapi kata kebenaran dan kebetulan tidak
bersinonim.
Kata-kata yang tidak mempunyai sinonim pada bentuk dasar tetapi memiliki
sinonim pada bentuk jadian. Misalnya kata jemur tidak mempunyai sinonim
tetapi kata menjemur ada sinonimnya, yaitu mengeringkan, dan berjemur
besinonim dengan berpanas.
Ada kata-kata yang yang dalam arti sebenarnya tidak mempunyai sinonim,
tetapi dalam arti kiasan justru mempunyai sinonim, misalnya kata hitam
dalam arti sebenarnya tidak mempunyai sinonim, tetapi dalam arti kiasan
hitam bersnonim dengan gelap, buruk, jahat.
o Pengertian antonim (lawan kata): Antonim adalah ungkapan (bisa berupa kata,
tetapi dapat juga berbentuk frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap
kebalikan dari makna ungkapan lain. Antonimi sering disebut dengan lawan
kata, maksudnya maknanya kebalikan dari makna ungkapan lain. Antonim
adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut
juga dengan lawan kata.
o Pengertian homonim: Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani kuno onoma
yang artinya nama dan homo yang artinya sama. Secara harfiah homonimi
dapat diartikan sebagai nama sama untuk benda atau hal lain. secara semantik,
Verhaar (1978) memberi definisi homonimi sebagai ungkapan (berupa kata,
frase atau kalimat ) tetapi maknanya tidak sama. Umpamanya antara kata pacar
11
yang berarti inai dengan pacar yang berarti kekasih. Dan antara kata bisa yang
berarti racun ular dengan kata bisa yang berarti sanggup, dapat.
o Pengertian homofon: Homofon berasal dari kata homo berarti sama dan foni
(phone) berarti bunyi/suara. Homofon Adalah suatu kata dimana lafal/bunyinya
sama, namun memiliki tulisan dan arti yang berbeda.
o Pengertian homograf: Homograf berasal dari kata homo berarti sama dan graph
berarti tulisan. Homograf adalah suatu kata dimana tulisannya sama, namun
lafal/bunyi serta artinya berbeda.
o Pengertian polisemi: Polisemi adalah kata-kata yang memiliki makna atau arti
lebih dari satu karena adanya banyak komponen konsep dalam pemaknaan
suatu kata.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam pembuatan
makalah ini mengenai pengetahuan diksi (pilihan kata). Penulis menyarankan
kepada semua pembaca untuk mempelajari pengolahan kata dalam membuat
kalimat. Dengan mempelajari diksi diharapkan mahasiswa dan mahasiswi
memiliki ketetapan dalam menyampaikan dan menyusun suatu gagasan agar yang
disampaikan mudah dipahami dengan baik.
13
DAFTAR PUSTAKA
14