Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“WACANA DALAM BAHASA INDONESIA”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK II
1. HAERUL SETIAWAN
2. SATRIANI
3. WAHYUDIN JABIR
4. WANDI HENDRAWAN
5. NURSULALATING
6. ILHAM
7. A. AMAR MA’RUF
8. MAYA ELVARIANA
9. SUFIATI

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI
T.A. 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya.
Shalawat serta salam atas nikmat dan karunia yang tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Aamiin.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada bapak Muhammad Amar, S.Pd.,
M.Pd. selaku dosen pengampuh mata kuliah Bahasa Indoonesia, yang telah memberikan
kesempatan (lagi) kepada penulis untuk mengerjakan tugas tentang Wacana dalam
Bahasa Indonesia. Tidak lupa pula terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah yang mengenai wacana masih kurangnya isi dari makalah kami ini
mungkin dengan adanya kritik dan saran dari pembaca kami sangat berterimakasih dan
berlapang dada untuk menerima masukannya.
Tiada gading yang tak retak, maka saya akan berusaha menggabungkan gading
tersebut. pepatah dan tambahannya ini mewakili penulis untuk meminta kritik dan saran
bagi kesempurnaan makalah ini apabila terdapat banyak kesalahan untuk menambah
wawasan keilmuan penulis.

Sinjai, 31 Maret 2021


Penyusun,

Kelompok II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Wacana.............................................................................................. 2
B. Jenis-jenis Wacana .............................................................................................. 2
1. Wacana Narasi ....................................................................................... 3
2. Wacana Deskripsi .................................................................................. 4
3. Wacana Eksposisi .................................................................................. 5
4. Wacana Argumentasi ............................................................................. 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam praktek berbahasa ternyata kalimat bukanlah satuan sintaksis terbesar
seperti banyak diduga atau diperhitungkan orang selama ini. Kalimat atau kalimat-
kalimat ternyata hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa yang lebih besar yang disebut
wacana bukti bahwa kalimat bukan satuan terbesar dalam sintaksis, banyak kita jumpai
kalimat yang jika kita pisahkan dari kalimat-kalimat yang ada disekitarnya, maka kalimat
itu menjadi satuan yang tidak mandiri. Kalimat-kalimat itu tidak mempunyai makna
dalam kesendiriannya. Mereka baru mempunyai makna bila berada dalam konteks
dengan kalimat-kalimat yang berada disekitarnya.
Kalau kalimat itu adalah unsur pembentuk wacana, maka persoalan kita sekarang
apakah wacana itu, apakah cirri-cirinya, bagaimana ujudnya, atau bagaimana
pembentukannya. Berbagai macam definisi tentang wacana telah dibuat orang. Namun ,
dari sekian banyak definisi yang berbeda-beda itu, pada dasarnya menekankan bahwa
wacana adalah satuan bahasa yang lengkap. Sehingga dalam hierarki gramatikal
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat
konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca( dalam
wacana tulis) atau pendengar( dalam wacana lisan), tanpa keraguan apapun. Sebagai
satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, berarti wacana itu dibentuk dari kalimat atau
kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan
lainnya.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini memiliki beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian wacana itu?
2. Apa saja jenis wacana itu?

C. Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini ada pun tujuan penulisan yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian wacana, memahami jenis wacana dan mengetahui
persyaratan terben, tuknya wacana.
2. Untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada pembaca. Serta untuk
malunasi tugas yg diberikan bapak dosen itu sendiri dan mendapatkan ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian wacana
Wacana berasal dari bahasa Inggris “discourse” , yang artinya antara lain
”Kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dansemestinya.” Pengertian
lain, yaitu ”Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.”
Jadi, wacana dapat diartikan adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang
semestinya atau logis.
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal
merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap,
maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh,
yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana
lisan) tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, wacana
dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan
kewacanaan lainnya. Persyaratan gramatikal dapat dipenuhi kalau dalam wacana itu
sudah terbina kekohesifan, yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang
ada dalam wacana sehingga isi wacana apik dan benar.
Istilah wacana mempunyai acuan yang lebih luas dari sekedar bacaan. Wacana
merupakan satuan bahasa yang paling besar di gunakan dalam komunikasi. Satuan bahasa
di bawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata dan bunyi. Secara berurutan,
rangkaian bunyi merupakan bentuk kata. Rangkaian kata membentuk frase dan rangkaian
frase membentuk kalimat. Akhirnya, rangkaian kalimat membentuk wacana.
Berikut ini adalah pengertian wacana menurut beberapa ahli
1) Hawthorn (1992) mengemukakan pengertian wacana merupakan komunikasi yang
terlihat sebagai sebuah pertukaran diantara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah
aktivitas personal dimana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.
2) Roger Fowler (1997) mengemukakan bahwa wacana adalah komunikasi lisan dan
tulisan yang di lihat dari titik pandang kepercayaan,dan nilai.
3) Alwi dkk (2003) wacana adalah rentetan kalimat yang menghubungkan proposisi satu
dengan yang lain dan membentuk satu kesatuan.
B. Jenis-jenis wacana
1. Jenis wacana berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi
dibedakan atas wacana tulis dan wacana lisan.
a) Wacana lisan berbeda dari wacana tulis. Wacana lisan cenderung kurang
terstruktur (gramatikal), penataan subordinatif lebih sedikit, jarang
menggunakan piranti hubung (alat kohesi), frasa benda tidak panjang, dan
berstruktur topik-komen.
b) Sebaliknya wacana tulis cenderung gramatikal, penataan subordinatif lebih
banyak, menggunakan piranti hubung, frasa benda panjang, dan berstruktur
subjek-predikat.
2. Jenis wacana berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam
komunikasi, ada tiga jenis wacana, yaitu wacana monolog, dialog, dan polilog.
a) Bila dalam suatu komunikasi hanya ada satu pembicara dan tidak ada
balikan langsung dari peserta yang lain, maka wacana yang dihasilkan
disebut monolog. Dengan demikian, pembicara tidak berganti peran sebagai
pendengar.
b) Bila peserta dalam komunikasi itu dua orang dan terjadi pergantian peran
(dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya), maka wacana yang
dibentuknya disebut dialog.
c) Jika peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian
peran, maka wacana yang dihasilkan disebut polilog.
3. Jenis wacan jika dilihat dari sudut pandang tujuan berkomunikasi, dikenal ada
wacana narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi.
a) Wacana Narasi
Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu
kejadianatau peristiwa. Narasi dapat berisi fakta, misalnya (biogragrafi/riway
at) seseorang, otobiografi/riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri,
atau kisah pengalaman. Narasi seperti ini disebut dengan narasi
ekspositoris. Narasi bisa juga berisi cerita khayal/fiksi atau rekaan seperti
yang biasanya terdapat pada cerita novel atau cerpen. Narasi ini disebut
dengan narasi imajinatif
Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah:
1) Kejadian
2) Tokoh
3) Konflik
4) Alur/plot.
5) Latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
Narasi diuraikan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh
adanya uraian secara kronologis (urutan waktu). Penggunaan kata hubung
yang menyatakan waktu atau urutan, seperti lalu, selanjutnya, keesokan
harinya, atau setahun kemudian kerap dipergunakan.
Tahapan menulis narasi, yaitu sebagai berikut.
 Menentukan tema cerita
 Menentukan tujuan
 Mendaftarkan topik atau gagasan pokok
 Menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara
kronologis atau urutan waktu.
 Mengembangkan kerangka menjadi karangan.
b) Wacana Deskripsi
Kata deskripsi berasal dari bahasa latin discribere yang
berarti gambaran, Perincian atau pembeberan. Deskripsi adalah karangan
yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan
dan pengalaman penulisnya. Tujuannya adalah pembaca memperoleh
kesan atau citraan sesuai dengan pengamatan, perasaan, dan pengalaman
penulis sehingga seolah-olah pembaca yang melihat, merasakan, dan
mengalami sendiri obyek tersebut. Untuk mencapai kesan yang sempurna,
penulis deskripsi merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan.
Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam,
yaitu sebagai berikut:
1) Deskripsi Imajinatif/Impresionis ialah
deskripsi yang menggambarkan objek benda sesuai kesan/imajinasi
si penulis.
Contoh deskripsi Impresionistis dalam sebuah cerita:
“Aku tidak lagi berada di kamarku, tetapi di suatu
ruangan bersama-sama dengan sekelompok orang yang sama sekali
belumpernah kulihat sebelumnya. Bau asap tembakau memenuhiruangan
itu, tapi tak seorang pun yang kelihatan peduli.Kami semua duduk di kursi
yang diatur membentuk sebuahlingkaran, mirip dengan ruangan diskusi.
Semua tampak duduktenang, semua kelihatan sedang menulis, dan tidak
seorang punyang kelihatan peduli pada orang lain di ruangan itu.”
2) Deskripsi faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan
objek berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat.
Contoh deskripsi faktual dalam sebuah cerita:
Lantai tiga kamar nomor tiga-nol-lima. Benar, ini dia kamar yang
kucari; tanda pengenalnya tertera di pintu, agak ke atas.Tepat di depan
mataku, masih di pintu itu, ada sebuah kotak kecil warna merah jambu.
Sebuah note book kecil dijepitkan pada kotak itu, dengan sebuah perintah
dalam bahasa Inggris, Write Your Massage! Pada note book itu kubaca pesan
untukku, “Masuk saja, Rat, kunci dalam kotak ini. Tunggu aku!”

Tahapan menulis karangan deskripsi, yaitu:


 Menetukan obyek pengamatan
 Menentukan tujuan
 Mengadakab pengamatan dan pengumpulan data
 Menyusun kerangka karangan
 Mengembangkan kerangka menjadi karangan.
c) Wacana Eksposisi
Kata eksposisi berasal dari bahasa Latin exponere yang
berarti: memamerkan, menjelaskan atau menguraikan. Karangan eksposisi
adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci
(memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan
memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan
eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel
ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran.
d) Wacana Argumentasi
Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap,
atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti,
dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi
adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat
pengarang. Karangan argumentasi dapat juga berisi tanggapan atau
sanggahan terhadap suatu pendapat dengan memaparkan alasan-alasan
yang rasional dan logis.
Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut.
 Menentukan tema atau topik permasalahan,
 Merumuskan tujuan penulisan,
 Mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau
pernyataan yang mendukung,
 Menyusun kerangka karangan,
 Mengembangkan kerangka menjadi karangan
Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat
berpola sebab-akibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.
o Sebab-akibat
Pola urutan ini bermula dari topik/gagasan yang menjadi
sebab berlanjut topik/gagasan yang menjadi akibat.
o Akibat-sebab
Pola urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan
akibatdan dilanjutkan dengan hal-hal yang menjadi sebabnya.
o Urutan Pemecahan Masalah
Pola urutan ini bermula dari aspek-aspek yang
menggambarkanmasalah kemudian mengarah pada pemecahan
masalah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wacana adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang
semestinya atau logis. Dalam wacana setiap unsur-unsurnya harus memiliki kesatuan
dan kepaduan. Berdasarkan bentuk atau jenisnya, Wacana dibedakan menjadi
wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi.
1. Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau
peristiwa. Narasi dapat berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif.
2. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil
pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulisnya.
3. Eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci
(memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas
pengetahuan kepada pembacanya.
4. Argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap
suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan
yang logis.

B. Saran
Mahasiswa di tuntut untuk lebih dalam mempelajari pelajaran Bahasa
Indonesia. Karena dengan itu dapat menambah wawasan kita. Misalnya dalam
pembuatan suatu wacana, kita tidak keliru lagi. Lebih memahami unsur-unsur yang
menyangkut tentang wacana.
DAFTAR PUSTAKA

http://massofa.wordpress.com/2008/01/14/kajian-wacana-bahasa-indonesia/
http://wiwiklistiawati.blogspot.com/2011/06/wacana-bahasa-indonesia.html
http://dahlanbersabar.blogspot.com/2011/02/makalah-wacana-bahasa-
inodonesia.html
http://rajul-al.blogspot.com/2012/01/makalah-wacana-sastra-bahasa-
indonesia.html
http://beningembun-apriliasya.blogspot.com/2010/10/pengertian-wacana-dan-
macam-macamnya.html
http://satrianiallahuakbar.blogspot.com/2011/11/makalah-bahasa-indonesia-
wacana.html

Anda mungkin juga menyukai