Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan hidayah
dan karunia-Nya, sehingga makalah laporan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran ini dapat
terselesaikan dengan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas mandiri mata
kuliah Fonologi. Yaitu, observasi terhadap masyarakat di suatu wilayah tertentu secara langsung,
untuk mengetahui kemampuan masyarakat dalam penulisn Bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Namun, penulis menyadari laporan ini tidak dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik
tanpa bantuan dari berbagai pihak, Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Tira Sanzania selaku Guru dan wali kelas 3, 4 DTA Al-Istiqomah yang sudah
mengizinkan saya melalukan observasi di DTA tersebut.
2. Dea selaku siswa kelas 3 SDN Sindang Reret yang telah bersedia menjadi
narasumber.
3. Widya Agustina selaku siswa kelas 3 SDN Sindang Reret yang telah bersedia
menjadi narasumber.
4. Putri Sabna selaku siswa kelas 3 SDN Sindang Reret yang telah bersedia menjadi
narasumber.
5. Solehudin selaku siswa kelas 3 SDN Sindang Reret yang telah bersedia menjadi
narasumber.
6. Saik Alfaruk selaku siswa kelas 3 SDN Sindang Reret yang telah bersedia menjadi
narasumber.
7. Rangga Mulyana selaku siswa kelas 3 SDN Sindang Reret yang telah bersedia
menjadi narasumber.
Penulis menyadari bahwa laporan observasi ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kritik
dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga makalah laporan observasi ini memberi
manfaat bagi pembacanya.
Sri Mulyani
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................2
A.Pengertian Diftong..............................................................................................................................2
B. Huruf Diftong......................................................................................................................................3
C. Kesalahan dalam penulisan diftong....................................................................................................5
BAB III GAMBARAN UMUM NARASUMBER...............................................................................................6
BAB IV METODE PELAKSANAAN DAN HASIL OBSERVASI............................................................................7
B. Metode Pelaksanaan..........................................................................................................................7
C. Hasil Observasi...................................................................................................................................8
BAB V PENUTUP..........................................................................................................................................9
A. Kesimpulan................................................................................................................................9
B. Saran..........................................................................................................................................9
DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................................................................Error!
Bookmark not defined.
LAMPIRAN.................................................................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang dipakai manusia untuk tujuan
komunikasi. Oleh karena itu pengajaran Bahasa Indonesia pada hakekatnya mempunyai
ruang lingkup dan tujuan yang menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan
perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar agar seseorang dapat
berkomunikasi dengan baik dan benar.
Banyak kajian teori mengenai bahasa ini. Salah satunya kajian tentang fonologi yang
mana di dalamnya terdapat pembelajaran mengenai perubahan bunyi bahasa indonesia dan
salah satunya aalah mengenai diftong. Sebagai calon pendidik selayaknya memahami kajian
tentang fonologi ini untuk dijadikan pedoman mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia.
Penulis merasa perlu untuk menyusun makalah hasil observasi ini agar dapat membantu
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya untuk mengetahui tentang diftongisasi
dalam fonologi Bahasa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalahnya, yaitu:
1. Pengertian Diftong.
2. Huruf diftong.
3. Kesalahan penulisan diftong.
C. Tujuan
1. Agar Masyarakat Pelajar Mengetahui Pengertian diftong.
2. Agar Pelajar Mengetahui huruf diftong.
3. Agar Pelajar Mengetahui kesalahan dalam penulisan diftong.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN DIFTONG
Diftong adalah vokal yang berubah pada saat pengucapannya. Dalam sistem penulisan,
diftong biasa dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan.
Dalam Bahasa Indonesia terdapat tiga buah diftong, yaitu /ay/, /aw/, dan /oy/ yang msaing-
masing dapat dituliskan; ai, au, dan oi. Ketiga diftong itu bersifat fonemis dalam bahasa
Indonesia. Kedua huruf vokal pada diftong melambangkan satu bunyi vokal yang tidak dapat
dipisahkan. Hal itu harus dibedakan dari deretan dua vokal yang berjejer. Bandingkan diftong
berikut dengan deretan vokal biasa.
Diftong;
/ay/ sungay mennjadi sungai
/aw/ harimaw menjadi harimau
/oy/ amboy menjadi amboi
Deretan biasa;
/ai/ dari gulai menjadi gulai
/au/ dari mau tetap menjadi mau
Deretan vokal biasa merupakan dua vokal yang maisng-masing mempunyai satu
hembusan nafas dan karena itu masing-masing termasuk dalam suku kata yang berbeda. Pada
umumnya, vokal dapat menjadi unsur pertama maupuun unsur kedua deretan vokal. Meskipun
demikian, tidak semua vokal dapat berderet dengan vokal lain. Deretan dua vokal yang terdapat
dalam Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
2
Seperti yang dijelaskan di atas bahwa diftong merupakan dua vokal yang diucapkan
dalam satu kesatuan waktu, atau vokal yang berubah kualitasnya. Dengan perkataan lain, diftong
adalah bunyi yang pada waktu dibunyikan satu sama lain berbeda tetapi masih dalam kesatuan
waktu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal vokal rangkap dan vokal tunggal (monoftong). Vokal
tunggal (vokal/vokal murni) yaitu bunyi yang bentuk kualitas cara menghasilkannya tidak
berubah mulai dari awal sampai akhir dalam satu suku kata. Dalam mengucapkan sebuah diftong
ada sonoritas, artinya ada kenyaringan di dalam mengucapkan bunyi yang terdapat dalam satu
suku kata.
Menurut Marsonno (1986:28) diftong adalah bunyi pada waktu dibunyikan satu sama lain
berbeda tetapi diucapkan dalam satu kesatuan waktu. Monoftong adalah bunnyi vocal tunggal
yang terbentuk dengan kualitas bicara (lidah) tidak berubah dari awal hingga akhir artikulasinya
dalam sebuah suku kata
B. HURUF DIFTONG
Huruf diftong adalah sebuah huruf yang mempunyai suatu intonasi vokal khusus dan terbentuk
atas penggabungan dari dua huruf vokal. Huruf-huruf yang masuk ke dalam huruf diftong sendiri
antara lai ai, au, ei, dan juga oi. Huruf-huruf ini bisa diletakkan di awal, tengah, ataupun akhir
suatu kata. Untuk lebih memahami penempatan huruf-huruf tersebut, berikut ditampilkan
beberapa contoh kata berhuruf diftong serta penerapannya dala suatu kalimat yang ditampilkan
pada tabel di bawah ini. Pada umumnya diftong dibedakan atas tiga, yaitu:
1. Diftong Naik
Diftong naik adalah vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah lebih tinggi dari
yang pertama. Posisi lidah semakin menaik sehingga strikturnya semakin tertutup.
Berdasarkan posisi di atas diftong naik disebut juga sebagai diftong tertutup.
Bahasa Indonesia mempunyai tiga jenis diftong naik:
a. Diftong naik menutup maju (al) misalnya dalam kata : pakai, lalai, nilai, sampai,
pandal dll.
b. Diftong naik menutup maju (oi) misalnya pada kata : amboi, angin sepoi-sepoi dll.
3
c. Diftong naik menutup mundur (au) misalnya pada kata : saudara, saudagar, pulau,
kacau, surau, dll.
2. Diftong Turun
Disebut diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari bunyi kedua.
Dalam bahasa Indonesia tidak ada diftong turun.
Dalam bahaa Inggris ada dua jenis diftong turun, yaitu:
a. Diftong turun membuka-memusat (uә), misalnya dalam kata poor.
b. Diftong turun membuka-memusat (iә), misalnya dalam kata ear.
3. Diftong memusat
Yaitu terjadi jika vocal kedua diacu oleh sebuah atau lebih volak yang lebih tingggi, dan
juga diacu oleh sebuah atau lebih vocal yang lebih rendah. Diftong jenis ini terdapat di
dalam bahasa Inggris, seperti [oα] contohnya kata [more] yang secara fonetis diucapkan
dengan [moα]
Huruf
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
Diftong
Ai - Balairung Pandai
Oi - Boikot Amboi
Contoh kalimat:
1. Andai aku tidak ke pesta itu, aku pasti tidak akan bertemu dengannya. (kata berhuruf diftong:
andai, huruf diftong: ai)
2. Pihak warga telah memiliki eigendom tanah tersebut. (kata berhuruf diftong: eigendom,
huruf diftong: ei)
4
3. Kerusuhan antar suporter membuat pertandingan tersebut berjalan dengan kacau. (kata
berhuruf diftong: kacau, huruf diftong: au)
4. Para buruh tengah melakukan aksi boikot terhadap pabrik tempat mereka bekerja. (kata
berhuruf diftong: boikot, huruf diftong: oi)
5. Dalam penutup ceramahnya itu, pak ustadz berharap agar kita semua senantiasa dalam taufik
dan perlindungan Allah SWT. (kata berhuruf diftong: taufik, huruf diftong: au)
6. Tanah itu kian hari kian landai saja. (kata berhuruf diftong: landai, huruf diftong: ai)
Kesalahan berbahasa Indonesia dalam bidang fonologi itu awalnya dipandang dari
penggunaan bahasa secara lisan maupun secara tulisan. Dari kombinasi kedua sudut
pandang itu ditemukan aneka jenis kesalahan berbahasa. Sebagian besar kesalahan
berbahasa Indonesia di bidang fonologi berkaitan dengan pengucapan. Tentu saja bila
kesalahan berbahasa lisan ini dituliskan maka jadilah kesalahan berbahasa itu dalam bahasa
tulis. Ada kesalahan berbahasa karena perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem,
penambahan fonem, salah meletakkan penjedaan dalam kelompok kata dan kalimat. Di
samping itu kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi dapat pula disebabkan oleh
perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal.
Anggauta seharusnya ditulis “anggota”.Dalam hal ini ada proses perubahan diftong menjadi
bunyi tunggal yaitu fonem “au” menjadi “o”.
Route seharusnya ditulis “rute”. Dalam hal ini kesalahan terjadi karena fonem “ou” tetap
digunakan yang seharusnya berubah menjadi” u”.
Group seharusnya ditulis “grup”. Dalam hal ini kesalahan terjadi karena fonem “ou” tetap
digunakan yang seharusnya berubah menjadi “u”
5
BAB III
Dalam kegiatan observasi ini, saya menggunakan beberapa orang pelajar SD yang
dijadikan sebagai narasumber untuk diteliti mengenai kemampuan penulisan diftong yang
mereka gunakan untuk menulis 10 pernyataan kalimat yang saya berikan. Ada 6 orang pelajar
SD yang berhasil saya kumpulkan, diantaranya 3 orang pria dan 3 orang wanita.
Dea, Widya, Putri, Solehudin, dan Said Alfaruk adalah 5 orang pelajar dari SDN Sindang
Reret, mereka berlima merupakan siswa dan siswi kelas 3, 4, dan 5. Sedangkan Rangga Mulyana
merupakan siswa dari SDN Sindangjaya 1. Secara keseluruhan mereka adalah pelajar yang baik
dan pintar, hal ini terbukti dari peringkat kelas yang di dapat oleh mereka. Dan dua diantaranya
merupakan siswa yang rajin dan selalu mendapat peringkat di kelasnya, yaitu Rangga Mulyana
dan Saik Alfaruk. Rangga Mulyana adalah seorang pelajar kelas 5 SDN Sindangjaya 1
sedangkan Saik Alfaruk adalah siswa kelas 5 dari SDN Sindang Reret, mereka berasal dari
sekolah yang berbeda. Namun keduanya merupakan pelajar yang berprestasi dan cukup aktif
dalam kegiatan ekstrakulikuler seperti pramuka dan polisi cilik. Tetapi pada penelitian yang saya
lakukan ternyata masih ada sedikit kesalahan yang mereka lakukan dalam penulisan diftong.
Sedangkan Dea, Widya, Putri, dan Solehudin, adalah pelajar kelas 3 dan 4 yang berasal dari SD
yang sama, serta dalam observasi ini masih di temukan banyak kesalahan penulisan diftong serta
pemakaian ejaan yang kurang tepat pada tulisan mereka.
6
BAB IV
Kegiatan Observasi ini, saya laksanakan di Kp. Pasir Asem, Desa Ciranjang, Kecamatan
Ciranjang, Kabupaten Cianjur, tepatnya di salahsatu DTA yakni DTA Al-istiqomah tempat
pelajar yang menjadi narasumber di dalam kegiatan observasi ini bersekolah agama. Observasi
ini dimulai dari jam 13:00 WIB sampai jam 14:30 WIB.
B. MetodePelaksanaan
Ada dua metode yang di terapkan dalam kegiatan observasi ini, yaitu metode persentasi
dan praktik. Metode persentasi dilakukan untuk menjelaskan bagaimana proses observasi yang
akan dilakukan bersama-sama, serta untuk menjelaskan maksud dan tujuan saya melakukan
kegiatan observasi ini.
Metode Praktik adalah metode penerapan secara langsung hal-hal yang telah dibahas saat
persentasi, yaitu mendikte kalimat. Sebelum memulai, saya memberitahukan terlebih dahulu
kepada narasumber untuk menulis setiap kalimat yang saya ucapkan dengan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kemampuan narasumber masing-masing.
Kalimat yang diajukan dalam proses wawancara ini berjumlah 10 kalimat yang semuanya sama
untuk masing-masing narasumber, yaitu seputar penulisan diftong yang baik dan benar.
C. Hasil Observasi
7
Adapun kesalahan penulisan kata yang dilakukan narasumber dalam penulisan kalimat
yang di perintahkan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dea kelas 3 : Terdapat kesalahan penulisan pada kata “amboy, tomboy, survey dan mey”.
yang seharusnya ditulis “amboi, tomboi, survei dan mei”.
2. Widya kelas 3 : Terdapat kesalahan penulisan pada kata “ harimao, tomboy, survey dan
mey” yang seharusnya ditulis “harimau, tomboi, survei dan mei”.
3. Putri kelas 4 : Terdapat kesalahan penulisan pada kata “ amboy, tomboy,” yang
seharusnya ditulis “amboi, tomboi”.
4. Solehudin kelas 4 : Terdapat kesalahan penulisan pada kata “ teratay, harimaw, kacaw
dan kerbaw” yang seharusnya ditulis “teratai, harimau, kacau, dan kerbau”.
5. Saik Alparuk kelas 5 : Terdapat haya satu kesalahan penulisan pada kata “ amboy” yang
seharusnya ditulis “amboi”.
6. Rangga Mulyana : Terdapat haya satu kesalahan penulisan pada kata “ tomboy” yang
seharusnya ditulis “tomboi”.
Dari hasil observasi diatas ada beberapa siswa yang masih banyak melakukan kesalahan
pada penulisan diftong. Dan ada juga yang sudah hampir benar semuan dan haya
melakukan satu kesalahan penulisan. Kata yang paling banyak terjadi kesalah
penulisannya yaitu terdapat pada kata “amboi dan tomboi”.
8
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang saya lakukan dapat disimpulkan bahwa masih banyak terdapat
kesalahan penulisan diftong pada pelajar sekolah dasar. Untuk itu masih di butuhkan
pemahaman atau pembelajaran kepada anak sekolah dasar. Karena pemakaian bahasa
Indonesia yang baik dan benar adalah modal penting bagi terciptanya keserasian berbahasa
dan sebagai sumber terjaganya kelestariaan bahasa Indonesia.Bahasa Indonesia adalah
bahasa persatuan sebagai penghubung antar suku bangsa di Indonesia. Dengan kita melatih
bahasa Indonesia yang baik dan benar berarti kita turut serta menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia.
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat
kekurangan dari sana sini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
relevan dari pembaca guna memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik dan berguna bagi
pembaca. Adapun saran yang dapat penulis sampaikan yaitu kita sebagai calon pendidik, harus
selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara menggali potensi dapat dilakukan salah
satunya dengan cara mempelajari makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat
untuk kita ke depannya. Aamiin.
9
DAFTAR PUSTAKA
http://balance04.blogspot.com/2011/02/diftong.html?m=1
https://dosenbahasa.com/contoh-kata-berhuruf-diftong
https://duniaassalamualaikum.blogspot.com/2017/11/analisis-kesalahan-bahasa-tataran.html
10
LAMPIRAN-LAMPIRAN
B. Foto-Foto
11
Foto waktu kegiatan observasi berlangsung
12
C. Biodata Narasumber
Nama Dea
Hobi Memasak
Cita-Cita Dokter
Cita-Cita Dokter
Nama Putri
Hobi Membaca
13
Nama Solehudin
Cita-Cita Pilot
Cita-Cita Pilot
Hobi Membaca
Cita-Cita Ilmuan
14