Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MODUL 2 MELAFALKAN DAN MENULIS LAMBANG BAHASA


YANG BENAR
Diajukan untuk melengkapi tugas kelompok Mata Kuliah Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

Nama-Nama Kelompok 1 :

Ketut Widiarto : 855738667

Tri Nurhasanah : 855738785

Siti Fatimah : 855738753

Niki Tantri Wulandari : 855738714

Lia Lorenza Firmadani : 855752643

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

UNIVERSITAS TERBUKA

MASA REGISTRASI 2022.2

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga kami dapat
menyusun makalah tentang "Melafalkan dan Menulis Lambang yang Benar" untuk memenuhi
tugas mata kuliah PDGK4109 Bahasa dan Sastra Indonesia di SD, Universitas Terbuka.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar memahami kaidah bahasa Indonesia
salahsatunya adalah melafalkan dan menulis lambang yang benar. Dimodul 2 ini akan
membahas tiga kegiatan belajar.

Terima kasih atas kerjasama seluruh anggota kelompok, sehingga makalah ini telah selesai
dengan baik dan tepat waktu tanpa halangan suatu apapun.

Meski kami telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup kemungkinan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
pembaca sekalian.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat menambah referensi bahasa dan sastra Indonesia di
SD.

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

a.Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1

b.Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

c.Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

KB.1 Fonologi Bahasa Indonesia ................................................................................... 2

KB.2 Lambang Tulis Bunyi Bahasa ............................................................................... 7

KB.3 Morfologi Bahasa Indonesia ................................................................................. 8

BAB III PENUTUP

a.Kesimpulan ................................................................................................................ 11

b.Saran .......................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dalam mata kuliah Bahasa dan Sastra Indonesia di SD kita telah mempelajari modul 1
yaitu Hakikat Bahasa meliputi konsep bahasa, fungsi bahasa, masyarakat bahasa. Disini
kami akan membahas modul 2.

Untuk membantu menguasai materi modul 2 ini akan membahas tiga kegiatan belajar
yaitu kegiatan belajar 1 mengenai fonologi bahasa Indonesia, kegiatan belajar 2 lambang
tulis bunyi bahasa, kegiatan belajar 3 morfologi bahasa Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu fonem dan apa saja bentuk fonem dalam bahasa Indonesia?

2. Bagaimana cara latihan pelafalan Vokal?

3. Apa sejarah aksara?

4. Apa yang dimaksud aksara dalam unsur bahasa, ejaan, dan bagaimana cara
pembelajaran aksara bagi siswa sekolah dasar?

5. Jelaskan Bentuk-bentuk kata dalam Bahasa Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan apa itu fonem dan apa saja bentuk fonem dalam bahasa Indonesia.

2. Memaparkan cara latihan pelafalan Vokal.

3. Menjelaskan sejarah aksara.

4. Menjelaskan yang dimaksud aksara dalam unsur bahasa, ejaan, dan bagaimana cara
pembelajaran aksara bagi siswa sekolah dasar.

5. Memaparkan bentuk-bentuk kata dalam Bahasa Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN
KB.1 FONOLOGI BAHASA INDONESIA

Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis
bunyi bahasa secara umum. Istilah fonologi berasal dari gabungan kata Yunani fon berarti
‘bunyi’ dan logi berarti ‘ilmu’.

A. FONEM

Bahasa pada hakikatnya didukung oleh bunyi ujaran, yaitu bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia. Dalam setiap bahasa orang mengelompokkan berbagai bunyi yang
diucapkan ke dalam satuan-satuan fungsional terkecil disebut fonem. Bloomfield (1933,
hlm. 78) mendefinisikan fonem sebagai unit bunyi terkecil yang dapat membedakan arti.

Di dalam ilmu bahasa fonem ditulis di antara dua garis miring, misal bunyi
/a/,/i/,/u/,/o/. Jadi fonem merupakan satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan
perbedaan makna. Satu fonem saja diganti atau dihilangkan atau ditambahkan akan
mengubah makna kata.
Perhatikan contoh ini :
Kata-kota-kita. Kata-kata ini dibedakan oleh fonem /a/,/o/,/i/.
Saring-sarung-sarang. Kata-kata ini dibedakan oleh fonem /i/,/u/,/a/.

B. FONEM DALAM BAHASA INDONESIA


Proses pembentukan bunyi bahasa melibatkan tiga faktor, yaitu alat ucap, sumber tenaga,
dan rongga pengubah getaran.

1. Alat Ucap

Alat ucap memiliki peranan yang penting dalam menghasilkan bunyi ujaran,yaitu:

1. Udara yang keluar dari paru-paru melalui pita suara.

2. Artikulator,yaitu alat ucap yang di gerakkan atau di geser waktu menghasilkan


bunyi ujaran, seperti ujung lidah, bibir atas, dan bibir bawah.

3. Titik artikulasi, yaitu alat ucap yang menjadi tujuan sentuh articulator, seperti
gigi, lengkung kaki gigi, langit-langit.

4. pita suara:alat ucap yang berupa dua buah pita pipih yang elastis yang bergetar
pada waktu di lalui udara yang keluar dari paru-paru.

2. Vokal dan Konsonan

2
a. Vokal

Vokal adalah bunyi yang di hasilkan karena udara yang keluar dari paru-paru
tidak mendapat hambatan.berdasrkan proses menghasilkannya,vokal di golongkan
atas beberapa tinjauan sebagai berikut:

1. Posisi bibir.Dalam menghasilkan vokal, posisi bibir dapat bulat dan tidak bulat.
Dalam posisi bulat yang di hasilkan adalah vokal bulat seperti /o/,/u/,/a/ dan
tidak bulat,seperti /i/ dan /e/

2. Tinggi rendahnya lidah : berdasarkan tinggi rendahnya lidah kita dapat


membedakan adanya vokal depan /i/ dan /e/, vokal pusat /e/, vokal belakang /u/
, /i/ dan /a/.

3. maju mundurnya lidah,dapat di bedakan:vokal atas i/ dan /u/,vokal tengah /e/


dan vokal bawah /a/.

Perhatikan Contoh Tabel Vokal berikut ini:


Vokal Awal Tengah Akhir

/i/ /ikan/ ikan /asin/ asin /kaki/ kaki

/e/ /ekor/ ekor /desa/ desa /sore/ sore

/e/ /engkau/ engkau /kerikil/ kerikil /kode/ kode

/a/ /awan/ awan /takut/ takut /kota/ kota

/u/ /udang/ udang /duduk/ duduk /malu/ malu

/o/ /obat/ obat /roda/ roda /took/ took

• Diftong
Diftong adalah vocal berurutan yang bunyinya tidak dapat dipisahkan.
Contohnya: ka-lau, ca-pai, sur-vei, pan tai, se-poi.
Contoh yang bukan diftong melainkan vocal rangkap :
Mau /mau/
Daun /daun/
Dua /dua/

b. Konsonan
Konsonan dalam bahasa Indonesia dapat di golongkan berdasarkan tiga
faktor:
1. bergetar tidaknya pita suara:konsonan bersuara dan konsonan tidak bersuara
3
2. daerah artikulasi:bilabial, labiodental, alveolar, palatal, velar, glottal
3. cara artikulasi: hambat, frikatif, nasal, getar atau rateral.

Konsonan digolongkan, seperti berikut ini:


1. Konsonan hambat bersuara bilabial: b
2. Konsonan hambat tak bersuara bilabial: p
3. Konsonan afrikat bersuara palatal: j
4. Konsonan afrikat tak bersuara palatal: c
5. Konsonan nasal bersuaraa alveolar: n

Istilah-istilah pada fonem konsonan:

a. Konsonan rangkap: menunjukkan, meletakkan, meneriakkan

b. Gugus konsonan:
pr prasangka, lepra, pribadi,april
kr kreasi, demokrasi, akrab, mikroskop
tr tragedi, tradisi, mitra, sastra
ki proklamasi, klasifikasi, akrab, mikroskop
dr drama, drastis, sendratari
fr fragmen, frustasi, frasa
ks ekspor, kompleks

A. LATIHAN PELAFALAN VOKAL

Dalam bahasa Indonesia terdapat dua fonem yang berbeda dengan lambang yang sama,
yaitu fonem [e] (tetes) dan [ə] (engkau).

Perhatikan contoh berikut ini:


1. Setelah apel kami makan buah apel [apel]
2. Kota Serang pernah diserang [serang] wabah malaria

Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar, pelafalan vokal e,
seperti pada esa, emas, entah, erat, enggan, empat harus sering ditekankan perbedaannya
dengan pelafalan e, seperti pada kata esok, ekor, empang, enak, energi.

Demikian pula, pelafalan diftong berbeda dengan pelafalan vokal rangkap dan vokal
berdekatan yang membentuk semi vokal.

Cermati contoh berikut ini:

1. Diftong
au rantau: Ia pergi merantau ke luar negeri
ai santai: Mari kita santai!
4
oi sepoi: Angin sepoi-sepoi bertiup.
ei survei: para peneliti mengadakan survei.

a. Deretan vokal rangkap atau vokal biasa (bukan diftong)


au mau: Siapa yang mau ikut?
oi menjagoi: Kami menjagoi kesebelasan PERSIB.

b. Dua vokal berurutan membentuk semivokal


w
ue Kue ini enak sekali.
ua Ibu sedang puasa.
y
ia Tiap hari kami berolahraga.
ei Dira lahir bulan Mei

2. Konsonan
Pelafalan konsonan yang perlu diperhatikan pada pembelajaran adalah:
Pelafalan konsonan rangkap seperti:
kk Tunjukkan letak kota Bandung di peta ini!
Letakkan buku ini pada tempatnya!
a. Gugus konsonan
pr Kalian harus menghargai adab pribumi disini.
kr ini tarian kreasi baru
tr Tradisi adat Bali menarik wisatawan asing
dr Drama itu berakhir bahagia
b. Bunyi nasal
ny Nyanyian ini terdengar merdu
Salsa tinggal dijalan Anyer
ng Kakek memelihara angsa
Ayah berasal dari daerah Nganjuk

D, LATIHAN PELAFALAN KONSONAN


Agar pembelajaran pelafalan ini lebih bermakna, guru melatih siswa menggunakan kata /f/,
/s/, /sy/, /x/, atau /eks/, dan /h/ dalam kalimat.

Mereka menghafalkan nama latin tumbuh-tumbuhan.


Penduduk Desa Babakan positif terserang malaria.
Ibu mengajar di Fakultas Kedokteran.
Model dan warna baju adik bervariasi.
Marjuki sangat kreatif.

5
Pada bunyi /s/ dan /sy/ terdapat bentuk yang hamper sama, seperti sarat dan syarat, sah dan
syah, masa dan massa namun berbeda arti. Contoh:
Kami pemilik sah perusahaan ini
Syah Iran pernah berkuasa di negeri Iran.
Masa kejayaan Majapahit menjadi legenda.
Kerumunan massa menarik perhatian Iwan.
Masyarakat wajib memelihara kebersihan.
Kapal itu sarat dengan muatan.
Mereka memenuhi syarat naik kelas.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pelafalan adalah tekanan kata atau ritme (keras
lembutnya), tempo (panjang pendeknya suara) tinggi rendah nada atau intonasi alunan nada
ucapan.
Contoh:
Lebar
Melebar
Melebarkan
Lebar-lebar

Dalam kalimat biasanya hanya kata-kata yang dianggap penting saja yang diberi tekanan.
Contoh:
Kami akan datang ke rumahnya hari ini, (bukan datang ke rumah yang lain)
Kami akan datang ke rumahnya hari ini (yang akan datang kami, bukan orang lain)
Kami akan datang ke rumahnya hari ini (hari inni, bukan besok).
Intonasi dapat mempengaruhi makna kalimat. Kedua unsur ini dapat membedakan antara
kalimat berita, kalimat Tanya, kalimat perintah.
Kodir keluar.
Kodir keluar?
Kodir keluar!

Para ahli bahasa memberi panduan perubahan nada dengan memberi tanda angka 1,2,3,4,
dan 1 melambangkan nada yang paling rendah atau angka 4 melambangkan nada yang
paling tinggi.
Buang
/2 3 1
Ke ma na?
2 3 1
La ri
2 1

6
Lari!
2 4

Dalam pelafalan rangkaian kata atau kalimat terdapat pemberhentian atau kesenyapan (jeda)
batas kalimat ditandai dengan # pada awal dan akhir kalimat. Jeda yang menandakan batas
kata, frasa atau klausa ditandai dengan/ Contoh: #Tempat rekreasi / ramai dikunjungi
masyarakat / apabila masa libur/ telah tiba.#.

KB.2 LAMBANG TULIS BUNYI BAHASA

A. SEJARAH AKSARA

Aksara merupakan lambang dari ujaran. Para ahli linguistik memperkirakan tulisan
berawal dari gambar yang ditemukan di gua altamira Spanyol Utara. Gambar tersebut
berkembang menjadi tulisan atau piktogram. Piktogram yang melambangkan gagasan
seperti hieroglif Mesir kuno disebut ideogram. Dalam sejarah ideogram lebih sederhana
sebagai contoh aksara paku yang dipergunakan oleh bangsa sumeria pada 400 tahun
sebelum Masehi. Persia mengambil alih sistem tulisan sumeria ( 600-400 S.M ) untuk
menggambarkan suku kata yang disebut silabus yang mempengaruhi tulisan bangsa
Venesia di pantai Timur yang mempengaruhi tulisan bangsa Venesia di pantai timur atau
atau Libanon. Sekitar tahun 1500 SM aksara Financial menyusun 22 suku kata setiap tanda
melambangkan 1 kosonan diikuti satu vokal.
Pada tahun ke-10 SM bangsa Yunani menggunakan tulisan silabis. Orang Romawi
mengambil alih sistem alfabetis dan aksara Romawi atau Latin ini menyebar ke seluruh
dunia pada awal abad pertama bersamaan dengan penyebaran agama Kristen pada abad ke-
16 aksara Romawi sampai di indonesia. Orang Indonesia mengenal aksara pallawa yang
digunakan India pada abad 4 SM. Aksara Pallawa diturunkan dari tulisan brahmi yang
berasal dari tulisan semit.
Kedatangan agama Islam membawa aksara yang dikenal di Arab dalam bahasa Melayu
disebut aksara Jawi. Tahun 1901 pertama kali bahasa Indonesia memiliki keseragaman
ejaan yaitu ejaan Van ophuysen. Tahun 1938 dalam Kongres bahasa Indonesia pertama kali
di Solo diusulkan agar ejaan Indonesia lebih mendunia. Pada tahun 1947 penyederhanaan
ejaan dinamakan ejaan soewandi atau ejaan Republik. Pada tahun 1954 kongres bahasa
Indonesia diadakan dan menghasilkan ejaan pembaruan Pada tahun 1957. Tahun 1959
berdasarkan kerjasama Indonesia dan Malaysia menghasilkan konsep ejaan bersama yang
disebut ejaan melindo (Melayu Indonesia). 1972 diresmikan penggunaan ejaan yang
disempurnakan( EYD ).
1. Aksara dalam unsur bahasa

7
Aksara merupakan wujud ujaran atau wicara dalam Aksara menggambarkan fonem,
suku kata atau morfem disebut menggambarkan fonem suku kata atau morfem
disebut grafem.
2. Pembelajaran aksara bagi siswa sekolah
Mengenal tulisan memerlukan gerak motorik halus yang terlatih. Siswa akan mudah
mengenal tulisan apabila pada usia dini anak terlatih menggambar atau mencoret
pun metode yang pernah diterapkan metode yang pernah diterapkan misal metode
Sas menggunakan pendekatan sintesis analisis dan sintesis.
3. Ejaan
Ejaan adalah peraturan penggambaran atau pelambangan bunyi ujar suatu bahasa.
Bahasa yang mempunyai ejaan agak baru pada umumnya memiliki ajakan yang
teratur. Tahun 1901 pertama kali bahasa Indonesia memiliki keseragaman ejaan
yaitu ejaan Van ophusyen. Penyederhanaan ejaan terjadi tahun 1947 yang
dinamakan soewandi atau ejaan Republik. Tahun 1959 berdasarkan kerjasama
Indonesia dan Malaysia menghasilkan konsep ejaan yang disebut ejaan melindo(
Melayu Indonesia).

Perubahan dengan lafal orang Indonesia EYD dinilai praktis karena perubahan pada
EYD mengubah sarana pengganti atau percetakan. Pembelajaran EYD dalam
kurikulum diterapkan pada pembelajaran menulis.

KB.3 MORFOLOGI BAHASA INDONESIA


Secara etimologis, istilah morfologi dalam bahasa Indonesia berasal dari kata
morphology dalam bahasa Inggris. Istilah itu terbentu dari dua buah morfem, yaitu morph
“bentuk” dan logy “ilmu”. Istilah morfologi dijelaskan oleh Chaer (2008: 3) merujuk
kepada “ilmu yang mengenai bentuk” didalam linguistik, morfologi adalah mengkaji
bentuk-bentuk kata dan proses pembentukan kata. Wacana merupakan satuan bahasa yang
terikat atas beberapa unsur kebahasaannya. Di antara unsur pendukung atau pengikatannya
adalah morfem. Sedangkan morfem itu sendiri adalah kesatuan bentuk bahasa terkecil yang
turut serta dalam pembentukan kata dan membedakan arti. Jadi, Ilmu yang mempelajari
tentang bentuk kata dan proses pembentukannya disebut morfologi.
Bentuk Kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas berikut ini:
1. Bentuk dasar atau kata dasar
2. Kata berimbuhan
3. Kata ulang
4. Kata majemuk

1. KATA DASAR
8
Kata dasar adalah morfem dasar, contoh : malam, ini, tidak, merah, angkat, dua.
Struktur kata dasar dalam bahasa Indonesia ditetapkan berdasarkan suku kata. Kata dasar
dalam bahasa Indonesia dibentuk dari empat macam suku kata, yaitu :
V : vocal
V-K : vocal – konsonan
K-V : konsonan – vocal
K-V-K : konsonan – vocal – konsonan

2. KATA BERIMBUHAN
Unsur dasar dan imbuhan tergolong morfem. Unsur dasar disebut morfem bebas dan
unsur tambahan atau imbuhan disebut morfem terikat.
Perhatikan analisis di bawah ini!
ucapan seseorang menentukan

ucap an se seorang tentu me -


kan

se orang
Morfem bebas adalah morfem yang mampu berdiri sendiri dalam ujaran karena telah
memiliki makna tertentu. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat
berdiri sendiri dalam ujaran karena belum memiliki makna tertentu.
Imbuhan (afiks) terdiri atas awalan (prefiks), sisipan (infiks) dan akhiran (sufiks).
Fungsi imbuhan untuk membentuk jenis kata baru. Contoh imbuhan ber- dan me-
membentuk kata kerja. Contoh: darat (kata benda), mendarat: (kata kerja). Perbedaan
imbuhan mengakibatkan perbedaan makna imbuhan, contoh: makanan; sesuatu yang
dimakan, termakan; tidak sengaja dimakan.

3. KATA ULANG
Jenis kata ulang:
1) Kata ulang murni: anak-anak, lari-lari, dua-dua
2) Kata ulang berubah bunyi: sayur-mayur, serba-serbi
3) Kata ulang sebagian: tetumbuhan; tetangga; tetamu; leluhur
4) Kata ulang berimbuhan: berjam-jam, menari-nari, kenalan-kenalan

Makna kata ulang


Banyak, semua, seluruh: Sampah-sampah ditimbun di penampungan sampah.
Macam-macam: Kami menanam buah-buahan.
Agak, Bajunya kebiru-biruan.

9
Tiruan, menyerupai: Ayah membelikan adik mobil-mobilan.
Berulang kali: Mereka tertawa-tawa gembira
Paling: Sedekat-dekatnya teman lebih dekat saudara sendiri.
Saling: Mereka tuduh-menuduh di persidangan.
Himpunan, kumpulan: Bagilah jeruk ini satu-satu

4. KATA MAJEMUK
Kata majemuk memiliki ciri:
1) Merupakan gabungan kata;
2) Gabungan kata terdiri atas kata dasar;
3) Gabungan kata itu membentuk sebuah arti baru.
Contoh: perdana menteri, kereta cepat, ibu kota, angkutan kota, siang malam, orang tua,
gagah perkasa.
Kata majemuk menurut sifat hubungannya antarunsur pembentuknya terdiri atas berikut
ini.
1) Kata majemuk endosentris adalah kata majemuk yang erat hubungan antar unsur
pembentuknya. Salah satu unsur pembentuknya merupakan unsur pusat. Contoh:
taman bunga, matahari, pemandu wisata, kereta taman, kereta api, jam taman.
2) Kata majemuk eksosentris adalah kata majemuk yang hubungan antarunsur
pembentuknya renggang. Kedudukan unsure-unsur pembentuknya sama. Contoh:
besar kecil, tua muda, pagi sore, terang benderang, cantik molek.

Contoh penerapan materi morfologi pada pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran


kaidah kebahasaan, seperti imbuhan diterapkan dalam pembelajaran aspek mendengar
berbicara, membaca, menulis dan sastra.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fonem merupakan satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan perbedaan makna.
Proses pembentukan bunyi bahasa melibatkan tiga faktor, yaitu alat ucap, sumber tenaga,
dan rongga pengubah getaran. dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar,
pelafalan vokal e, seperti pada esa, emas, entah, harus sering ditekankan perbedaannya
dengan pelafalan e, seperti pada kata esok, ekor, energi.

Adapun aksara merupakan lambang dari ujaran. Para ahli linguistik memperkirakan tulisan
berawal dari gambar yang ditemukan di gua altamira Spanyol Utara. Ejaan adalah peraturan
penggambaran atau pelambangan bunyi ujar suatu bahasa.

Ilmu yang mempelajari tentang bentuk kata dan proses pembentukannya disebut morfologi.
Bentuk kata dalam bahasa Indonesia terdiri: Kata dasar adalah morfem dasar, contoh :
malam, ini, tidak, merah, angkat, dua. Unsur dasar dan imbuhan tergolong morfem. Unsur
dasar disebut morfem bebas dan unsur tambahan atau imbuhan disebut morfem terikat. Kata
ulang murni: anak-anak, lari-lari, dua-dua, Kata ulang berubah bunyi: sayur-mayur, serba-
serbi, Kata ulang sebagian: tetumbuhan; tetangga; tetamu; leluhur, Kata ulang berimbuhan:
berjam-jam, menari-nari, kenalan-kenalan. Sedangkan kata majemuk memiliki ciri:
Merupakan gabungan kata, Gabungan kata terdiri atas kata dasar, Gabungan kata itu
membentuk sebuah arti baru.

B. Saran
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan. Kita sebagai masyarakat Indonesia,
mahasiswa, guru maupun calon guru sangat perlu memahami dan mencermati kaidah
Berbahasa Indonesia, serta mampu melafalkan dan menulis lambang dengan benar. sesuai
kaidah fonologi bahasa Indonesia, aturan ejaan (EYD), dan juga kaidah penggunaan
morfologi bahasa Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA
HJ. Yusi Rosdiana,dkk. 2021. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Tangerang : Universitas Terbuka.

https://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/kandai/article/view/216/64

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45131/2/Morfologi%20Bahasa%20Indon
esia.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai