Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah

Dosen pengampu:

Disusun oleh:

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PERBANKAN SYARIAH

OKTOBER

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat serta
hidayah-NYA, sehingga saya bisa menyelesaikan tugas Makalah Studi Hadits
Ekonomi dengan judul “Konsumsi” dengan baik, meskipun masih ada
kekurangannya.

Atas dukungan dan bimbingan yang diberikan dalam menyusun makalah ini,
maka saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Jajaran Rektorat Universitas NU Blitar.

2. Dosen Pembimbing Mata Kuliah Studi Hadits Ekonomi, Bapak Akhmad

Rifai, M.E.

3. Dan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini dapat terselesaikan semata-mata atas kehendak-Nya dan


rahmat-Nya yang berlimpah. Dan karena keterbatasan pengetahuan maupun
wawasan saya dalam bab ini, oleh karena itu saya sangat terbuka untuk menerima
segala saran maupun kritikan. Sehingga jika ada kekurangan dalam pembuatan
makalah ini saya bisa memperbaikinya lagi. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi saya khususnya.

Blitar, 4 Juni 2023

Saya

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar belakang.......................................................................................1
B. Rumusan masalah.................................................................................1
C. Tujuan penulisan...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Pengertian Konsumsi............................................................................3
B. Hadits Tentang Konsumsi.....................................................................4
C. Tafsir Per-ayat Tentang Konsumsi.......................................................5
D. Kandungan Hadits Konsumsi................................................................7
E. Etika dalam Konsumsi Islam................................................................8
F. Tujuan Konsumsi Islam........................................................................8
G. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Seseorang.................9

BAB III PENUTUP........................................................................................11

A. Kesimpulan..........................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah suatu sistem lambang yang dipakai manusia untuk tujuan
komunikasi. Preparena itu pengajian bahasa Indonesia pada hakekatnya
mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang melakukan kemampuan
mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik
dan benar agar seseorang dapat berfungsi dengan baik dan benar.
Banyak kajian teori mengenai bahasa ini. Salah satunya kajian tentang
fonologi. Sebagai calon pendidik selayaknya memahami kajian tentang
fonologi ini dijadikan pedoman mengajarkan pelajaran bahasa Indonesia.
Menyusun rasa perlu menyusun makalah ini agar dapat membantu teman-
teman pada khususnya belajar untuk mengetahui tentang batasan dan kajian
fonologi, beberapa pengertian mengenai tata bunyi, kajian fonetik, kajian
fonemik, gejala fonologi bahasa Indonesia dan tujuan fonologi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsumsi?
2.
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui definisi konsumsi
2.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fonologi
Istilah fonologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu phone (bunyi), Logos
( ilmu). Secara harfiah fonologi adalah ilmu bunyi. Objek kajian fonologi
yang pertama bunyi bahasa (fon) yang disebut tata bunyi ( fonetik) dan yang
kedua mengkaji fonem yang disebut data fonem (fonemik). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik)
yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya dan perubahannya.
Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan fungsional.
B. Beberapa Pengertian Mengenai Tata Bunyi
1. Fonem
Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang
bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk
membedakan makna. Fonem dalam bahasa mempunyai beberapa macam
lafal yang bergantung pada tempatnya dalam getah atau suku kata. Contoh
fonem /t/ jika berada di awal kata atau suku kata, dilafalkan secara lepas.
Pada kata topi, fonem /t/ dilafalkan lepas. Namun jika berada di akhir kata,
fonem /t/ tidak diucapkan lepas. Bibir kita masih tetap rapat tertutup
mengucapkan bunyi, misal pada kata buat.
2. Alofon
Varian fonem berdasarkan posisi dalam kata, misal fonem pertama
pada kata makan dan makna secara fonetis berbeda. Variasi suatu fonem
yang tidak membedakan arti dinamakan alofon. Alofon dituliskan di antara
dua kurung siku [...] Kalau [p] yang lepas kita tandai dengan [p] saja,
sedangkan [p] yang tak lepas kita tandai dengan [p>]. Maka kita dapat
berkata bahwa dalam bahasa Indonesia fonem /p/ mempunyai dua alofon,
yakni [p] dan [p>].

2
C. Kajian Fonemik

Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang


bersifat fungsional artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan
makna. Fondan juga dapat dibatasi sebagai unit bunyi yang bersifat distingtif
atau unit bunyi yang signifikan.

Dalam hal ini perlu adanya fonemisasi yang ditujukan untuk menemukan
bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut. Dengan
demikian fonemisasi itu bertujuan untuk:
1. Menentukan struktur fonemis sebuah bahasa, dan
2. Membuat ortografi yang praktis atau ejaan sebuah bahasa.
Untuk mengenal dan menentukan bunyi-bunyi bahasa yang bersifat
fungsional atau fonem biasanya, dilakukan melalui “kontras pasangan
minimal”. Dalam hal ini pasangan minimal ialah pasangan bentuk-bentuk
bahasa yang terkecil dan bermakna dalam sebuah bahasa atau biasanya berupa
kata tunggal yang secara ideal sama, kecuali satu bunyi berbeda. Sekurang-
kurangnya ada 4 premis untuk mengenali sebuah fonem yakni:
1. Bunyi bahasa dipengaruhi lingkungannya
2. Bunyi bahasa itu simetris
3. Bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, harus digolongkan ke dalam
kelas fonem yang berbeda
4. Bunyi bahasa yang bersifat komplementer harus dimasukkan ke dalam
kelas fonem yang sama

1. Realisasi fonem

Realisasi adalah pengungkapan yang sebenarnya dari ciri atau satuan


fonologis, yakni menjadi realisasi fonem erat kaitannya dengan variasi.
Variasi fonem merupakan salah satu wujud pengungkapan dari realisasi
fonem. Secara segmental fonem bahasa Indonesia dibedakan atas vokal
dan konsonan.

3
2. Variasi fonem

Fonem adalah wujud berbagai manifestasi bersyarat maupun tak


bersyarat dari fonem. Wujud variasi suatu fonem yang ditentukan oleh
lingkungannya dalam distribusi yang komplementer disebut varian
alofonis atau alofon.

D. Perubahan Fonem
Perubahan fonem adalah berubahnya bunyi ataupun yang pada sebuah
kata agar kata menjadi terdengar dengan jelas atau untuk tujuan tertentu.
Pada tataran kata, tekanan, jangka dan nada dalam bahasa Indonesia tidak
membedakan makna. Namun, pelafalan kata yang menyimpang dalam hal
tekanan dan nada kan terasa janggal. Jenis-jenis perubahan fonem bunyi
tersebut berupa asimilasi, desimilasi, modifikasi vokal, netralisasi, zeroisasi,
metatesis, diftongisasi, monoftongisasi, dan anaptiksis, sebagaimana uraian
berikut.
a. Asimilasi
Asimilasi adalah perubahan bunyi dari dua hal bunyi yang tidak
menjadi bunyi yang sama atau hampir sama. Hal ini terjadi karena
bunyi-bunyi bahasa itu diucapkan secara berurutan sehingga
berpotensi untuk saling mempengaruhi atau dipengaruhi.
Dalam bahasa Indonesia asimilasi fonetis terjadi pada bunyi
nasal pada kata tentang dan tendang. Bunyi nasal pada kentang
diucapkan apiko-dental karena bunyi yang mengikutinya, yaitu [t],
juga apiko- dental. Bunyi nasal pada tendang diucapkan apiko-
alveolar karena bunyi mengikutinya, yaitu [d], juga apiko-alveolar.
Perubahan bunyi nasa tersebut masih dalam lingkup alofon dari
venom yang sama.
b. Disimilasi
Disimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama
atau mirip menjadi bunyi yang tidak sama atau berbeda. Contoh: kata
Bahasa Indonesia belajar berasal dari penggabungan prefix ber dan
bentuk dasar ajar. Mestinya, kalau tidak ada perubahan menjadi
berajar. Tetapi, karena ada dua bunyi [r], maka [r] yang pertama

4
diperbedakan atau didisimilasikan menjadi [l] sehingga menjadi
belajar. Karena perubahan tersebut sudah menembus batas fonem
yaitu [r] merupakan alasan dari fonem /r/ dan [l] merupakan alasan
dari fonem /l/, maka disebut disimilasi fonemis.
c. Modifikasi vokal
Modifikasi vokal adalah perubahan bunyi vokal sebagai akibat
dari pengaruh bunyi lain yang mengikutinya. Perubahan ini
sebenarnya bisa dimasukkan ke dalam peristiwa asimilasi, tetapi
karena kasus ini tergolong khas, maka perlu disendirikan.
d. Netralisasi
Sentralisasi adalah perubahan bunyi fonemis sebagai akibat
pengaruh lingkungan. Untuk menjelaskan kasus ini bisa dicermati
ilustrasi berikut. Dengan cara pasangan minimal [baran] 'barang'_
[parang] 'paran' bisa disimpulkan bahwa dalam bahasa Indonesia ada
fonem /b/ dan /p/. Tetapi dalam kondisi tertentu, fungsi pembeda
antara /b/ dan /p/ bisa batal setidak-tidaknya bermasalah karena
dijumpai yang sama.
e. Zerorisasi
Zerorisasi adalah penghilangan bunyi sebagai akibat upaya
penghematan atau ekonomisasi pengucapan. Peristiwa ini biasa
terjadi pada penuturan bahasa-bahasa, di dunia termasuk bahasa
Indonesia, asal saja tidak mengganggu proses dan tujuan
komunikasi. Peristiwa ini terus dikembangkan karena secara diam-
diam telah didukung dan disepakati oleh komunitas penuturnya.
Apabila diklasifikasikan, zeroisasi ini paling tidak ada tiga jenis,
yaitu: aferesis, apokop, dan sinkop.
f. Metatesis
Metatesis adalah perubahan urutan bunyi vonis pada suatu kata
sehingga menjadi dua bentuk kata yang bersaing. Dalam bahasa
Indonesia, kata-kata yang mengalami mata tesis ini tidak banyak.

5
g. Diftongisasi
Difterisasi adalah perubahan bunyi vokal tunggal menjadi dua
bunyi vokal atau vokal rangkap secara berurutan. Perubahan dari
vokal tunggal ke fokala rangkap ini masih diucapkan dalam satu
puncak kenyaringan sehingga tetap dalam satu silaba.
h. Monoftongisasi
Manaftonisasi yaitu perubahan dua bunyi vokal atau vokal
rangkap menjadi lokal tunggal. Peristiwa penugalan vokal ini banyak
terjadi dalam bahasa Indonesia sebagai sikap kemudahan pengucapan
terhadap bunyi-bunyi diftong. Monoftongisasi adalah proses
perubahan dua buah vokal atau gugus vokal menjadi sebuah vokal.
Contoh: ramai menjadi rame, kalau menjadi kalo, danau menjadi
danau, satai menjadi sate
i. Anaptiksis
Anaptiksis atau suara bakti adalah perubahan bunyi dengan jalan
menambahkan bunyi vokal tertentu diantara dua konsonan untuk
memperlancar ucapan. Bunyi yang biasa ditambahkan adalah bunyi
vokal lemah. Dalam bahasa Indonesia, penambahan bunyi vokal
lemah ini biasa terdapat dalam cluster.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

7
DAFTAR PUSTAKA

Kridalaksana, Harimurti, 1982. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.

Parera, Jos Daniel. 1983. Fonetik dan Fonemik. Ende, Flores: Nusa Indah

Widodo. 2004. Fonologi Bahasa Jawa. Semarang

Marsono, 1986. Fonetik. Yogyakarta. UGM PRESS

Anda mungkin juga menyukai