Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KAJIAN KEBAHASAAN SD
FONOLOGI

DisusunOleh :

Kelompok 2

EFRILIA PUTRI HANDAYANI (23129104)


MELGA FRANSISKA (23129338)
MILSA MULYANI PUTRI (23129341)

DosenPengampu :

ARI SURIANI,S.Pd,M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023

2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT penulis ucapkan atas segala karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok, Mata Kuliah Kajian Kebahasaan SD
yang berjudul“FONOLOGI”shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW selaku junjungan umat islam, karena jasanya kita berada di alam yang bertabur ilmu
pengetahuan seperti saat ini. Pada kesmpatan kali ini tak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada dosen mata kuliah Kajian Kebahasaan SD yaitu Ibu Ari Suriani, S.Pd.,
M.Pd. yang telah membimbing sehingga terselesaikan makalah ini.
Makalah ini telah penulis susun secara maksimal dengan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Semog amakalah ini dapa tmenambah
pengetahuan kita. Mohon maaf apabila masih banyak terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah ini, karena penulis masih dalam proses belajar.
Dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari pembaca demi kesempurnaan penulis makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis.

Padang, 25 September 2023

Penulis

3
DAFTAR ISI

Kata pengantar.........................................................................................2
Daftar isi..................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................4
C. Tujuan.................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................5
A. Dasar-Dasar Fonologi.........................................................6
B. Fonetik dan Fonemik..........................................................10
C. Klasifikasi Bunyi................................................................10
D. Unsur Supraegmental..........................................................10
E. Ejaan Bahasa Indonesia…………………………………...15

BAB 3 PENUTUP...................................................................................16
A. Kesimpulan ........................................................................16
B. Saran...................................................................................16

Daftar Pustaka.........................................................................................17

4
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat atau media bagi manusia untuk saling berkomunikasi
antara satu dengan yang lain. Di era sekarang ini terdapat banyak bahasa yang dapat
kita temui dan pelajari, mulai dari bahasa asing hingga bahasa local dandaerah yang
sangatberagam.
Ilmu yang mengkaji, mempelajari, dan menelaah bahasa, baik bahasa daerah,
bahasa nasional, maupun bahasa asing disebut liguistik. Dan dalam linguistic terdapat
beberapa cabang ilmu pengetahuan, diantaranya yaitu fonologi.
Fonologi merupakan ilmu yang membahas tentang runtutan bunyi-bunyi
bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap. Dalam fonologi sendiri terdapat dua cabang
lainnya, yaitu fonetik dan fenomi.

B. Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang Masalah yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan
masalahnya yaitu :
1. Apa yang dimaksud Dasar-Dasar Fonologi
2. Apa yang dimaksud Fonetis dan Fonemis
3. Apa yang dimaksud Klasifikasi Bunyi
4. Apa yang dimaksud Unsur Suprasegmental
5. Apa itu Ejaan Bahasa Indonesia

C. Tujuan Penulisan Makalah


Berdasarkan Rumusan Masalah diatas dapat diketahui Tujuan Penulisan
Makalah, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Dasar Dasar Fonologi
2. Untuk mengetahui Fonetis dan Fonemis
3. Untuk mengetahui Klasifikasi Bunyi
4. Utuk mengetahui Unsur Suprasegmental
5. Untuk mengetahui Ejaan Bahasa Indonesia

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. DASAR-DASAR FONOLOGI
Fonologi merupakan sebuah ilmu yang berada pada rumpun bidang linguitik
atau ilmu bahasa yang menyelidiki, mempelajari, menganalisis, dan membicarakan
runtutan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Satuan terkecil bunyi yang memiliki sifat tidak membedakan makna disebut
fon, missal fon [ph]. Sedangkan satuan terkecil bunyi yang memiliki sifat
membedakan makna disebut fenom, missal fenom /p/. maksud dari bunyi yang dapat
membedakan makna adalah seperti dalam situasi berikut : fenom /p/ dalam lingkup
yang sama memiliki makna yang berbeda dengan fenom /b/, contoh; /panci/ dan
/banci/.Adapun perwujudan-perwujudan fenom disebut sebagai alofon, misalnya
dalam bahasa inggris fenom /p/ memiliki alofon [ph] dan [p] pada kata pan ‘panci’
dan span ‘rentang waktu’.
1. Pengertian Fonologi Menurut Para Ahli
 Crystal, 1987:160. Fonologi bidang ilmu yang berfokus pada bunyi bahasa
dan kaitannya sebagai pembeda makna.
 Keraf, 1984:30.Fonologi merupakan salah satu elemen kajian tata bahasa
yang menelaah bunyi-bunyi bahasa.
 Kridalaksana, 2009:63. Fonologi adalah cabang dari ilmu linguistik yang
menganalisis bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
 Chaer, 2003:102. Fonologi secara etimologi disusun dari kata fon yang
berarti bunyi dan logi yang berarti ilmu, sehingga fonologi dapat disebutkan
sebagai salah satu kajian dalam linguistik yang mempelajari, menganalisis,
dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa.

6
 Roger Lass, 1984.Fonologi padadasarnya dapat dikerucutkan sebagai sub
disiplin ilmu bahasa yang mengkaji fungsi bahasa. Jadi, fonologi tidak hanya
sebatas mempelajari bunyi bahasa, namun fonologi pun mengkaji fungsi,
perilaku, dan system seah bunyi sebagai unsur-unsur linguistik.

Objek kajian fonologi terbagi menjadi dua yaitu fenotik dan fonemik.Fenotik
secara umum dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang membahas bunyi bahasa
tanpa memperhatikan jika bunyi-bunyi tersebut memiliki fungsi pembeda makna atau
bukan, sedangkan fenomik merupakan cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi
bahasa dengan memperhatikan jika bunyi-bunyi tersebut berfungsi sebagai pembeda
makna.
2. Kegunaan Fonologi
 Hasil kajian fonologi khususnya fenotik dapat dimanfaatkan untuk
menangani anak yang mengalami hambatan bicara dan mendengar.
 Fonologi dapat membantu dalam mengdiagnosa, mengevaluasi, dan
menentukan terapi untuk seseorang yang mengalami gangguan berbicara.
 Bermanfaat sebagai terapis bicara yang terbentuk pelatihan fonemis pada
seseorang yang mengalami gangguan komunikasi.

7
3. Fonetik dan Fonemik

FONETI FONOLOGI FONEMIK


K

Ilmu yang Fonemik :fonem


menelaah
 Fonem adalah
bagaimana manusia
memproduksi bunyi kesatuan bunyi
bahasa dalam terkecil suatu
ujaran, bahasa yang
menganalisis berfungsi
gelombang bunyi membedakan
bahasa yang makna.
dikeluarkan, dan  Bila dilihat dari
mempelajari distribusinya
bagaimana alat fenom adalah
pendengaran prilaku bentuk
manusia menerima linguistic terkecil
bunyi bahasa untuk dalam bentuk

8
B.FONETIK DAN FONEMIK

1. Fonetik
Fonetik secara umum dapat dikategorikan sebagai ilmu fonologi yang
mempelajari proses segmen bunyi-bunyi bahasa tersebut dapat terbentuk. Kajian ilmu
Fonetik tidak berbicara tentang segmen-segmen bahasa terkecil yang berfungsi
membedakan makna.
Fonetik Menurut Para Ahli :
- Verhaar, 1982:12. Menyatakan bahwa fonetik merupakan sebuah istilah serapan
dari bahasa inggris “phonetics” yang berarti ilmu yang menganalisis bunyi bahasa
tanpa memperhatikan fungsinya untuk membedaka nmakna.
- Sudaryanto, 1974:1. Memiliki pandangan bahwa fonetik mempelajari bunyi
bahasa dari sudut realisasi ucapan seseorang (parole).
- Chaer, 1994:102. Fonetik dapat diartikan sebagai salah satu cabang ilmu fonologi
yang menelaah bunyi bahasa tanpa mengindahkan apakah bunyi tersebut
berfungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
- Keraf, 1984:30. Menyatakan bahwa fonetik merupakan ilmu yang menyelisik
bunyi ucapan dalam pertutuan, serta mempelajari bagaimana bunyi-bunyi bahasa
tersebut dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Jadi dapat disimpulkan fonetik merupakan salah satu cabang studi fonologi
yang menyelisik, menelaah, dan mengulas produksi, alur, dan penerimaan bunyi
bahasa yang digunakan dalam pertutuan tanpa mengindahkan fungsinya sebagai
dustingsi makna atau bukan.
Fonetik merupakan kajian ilmu pengetahuan science yang menelaah
bagaimana manusia menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dalam ejaaan, menelaah
gelombang-gelombang bunyi bahasa yang dikeluarkan, dan bagaimana alat
pendengaran manusia menerima bunyi-bunyi bahasa untuk dianalisis oleh otak
manusia.

2. Pembagian ilmu fonetik


9
1. Fonetik Fisiologis
Fonetik fisiologis merupakan jenis kajian dari ilmu fonetik yang menganalisis
dan mendeskripsikan mekanisme alat artikulasi atau alat ucap manusia dalam
memproduksi bunyi bahasa. Fonetik fisologis disebut juga dengan istilah fonetik
artikulatoris dan fonetik organis.
Disebut fonetik artikulatoris karena alat bicara manusia sekarang lebih
banyak berfungsi sebagai sistem artikulasi. Kajian ini berfokus pada penggambaran
bagaimana bunyi bahasa dibentuk dan diucapkan, serta bagaimana pembagian bunyi
bahasa berdasarkan artikulasinya.
Disebut fonetik organis karena organis. Karena fonetik jenis ini berfokus pada
proses terjadinya bunyi bahasa oleh organ ucap manusia (organ of speech). Organ
ucap erat kaitannya dengan tubuh manusia sebagai makro. Fonetik ini juga sangat erat
dengan fisiologis (ilmu tubuh manusia). Jadi fonetik fisiologis disebut juga fonetik
organis.
Kajian fonetik fisiogis atau artikulatoris terbatas pada kajian penutur
mengkonsep suatu tuturan dalam otak dikarenakan ada stimulus dari luar. Selanjutnya
saraf motorik memberikan respon kepada alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa.

1
2. Fonetik Akustik
Secara umum, fonetik akustik menganalisis bunyi bahasa berdasarkan aspek
fisiknya. Maksudnya adalah bahwa bunyi bahasa yang pada dasarnya adalah sebuah
‘bunyi’ ketika diucapkan atau diproduksi oleh alat artikulasi manusia maka fisik dari
‘bunyi’ tersebut akan menggetarkan udara di sekitar dan merambat hingga terjadilah
bunyi bahasa yang sampai di telinga manusia. Ada empat kriteria yang harus dipenuhi
untuk memproduksi gelombang bunyi yang dapat diterima dengan baik oleh alat
pendengaran manusia (kajian fonetik auditoris), yaitu :
 Terdapat media perambatan gelombang bunyi
 Frekuensi dari gelombang bunyi wajib berada dalam jangkauan
pendengar (jarak antara penutur dan petutur)
 Amplitude getaran yang cukup keras (jika jarak antara petutur dan penutur
jauh, hal ini dapat dibantu oleh alat bantu, misal pengeras suara)
 Jarak harus terjangkau oleh alat pendengaran. Dalam keadaan normal,
telinga manusia bisa mendengar bunyi antara 20 Hz sampai dengan 20.000
Hz. Adapun frekuensi gelombang bunyi kurang dari 20 Hz disebut
gelombang bunyi infrasonik, sedangkan frekuensi gelombang bunyi yang
lebih dari
20.000 Hz disebut dengan gelombang bunyi ultrasonik.
3. Fonetik Audiotoris
Fonetik audiotoris berfokus pada bagaimana proses penyerapan atau
penerimaan bunyi bahasa oleh telinga. Anatomi indra pendengaran manusia dari
bagian terluar hingga terdalam, tersusun atas daun telinga, selaput gendang, tulang
martil, landasan, sanggurdi, dan rumah siput. Proses auditoris bermula dari bunyi
yang terbentuk gelombang bunyi menggetarkan selaput gendang. Selanjutnya
gelombang tersebut merambat ke tulang martil, lalu menuju landasan, kemudian ke
sanggurdi dan berakhir di rumah siput.

1
3. Alat Ucap

1). Komponen Supraglotal


Komponen Supraglotal merupakan suatu bagian yang berongga yang terletak
di bagian tubuh atas manusia, khususnya di bagian wajah hingga leher, dan
berfungsi sebagai lubang resonansi pada proses pembentukan bunyi bahasa.
2). Komponen Laring
Komponen Laring merupakan suatu bagian dalam proses pembentukan bunyi
yang terletak pada bagian leher tubuh manusia.

4. Fonemik
Fonemik adalah kajian atau analisis bunyi bahasa dengan memperhatikan
statusnya sebagai pembeda makna. Bunyi bahasa yang diucapkan oleh manusia akan
memiliki pembeda makna pada setiap bunyi bahasanya. Objek kajian dari fonemik
adalah fonem. Menurut Keraf ( 2004) fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi
ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti.Misalnya perbedaaan bunyi [p] dan [b]
yang terdapat pada kata [paru] dan [baru].Menurut (Soeparno 2002:88).
 Bunyi-bunyi yang daerah artikulasinya berdekatan merupakan bunyi-bunyi yang
meragukan. Bunyi yang meragukan inilah yang biasanya di tes dalam pasangan
minimal untuk menentukan apakah bunyi-bunyi itu fonem atau tidak

1
Contoh:

Milih/milih/ VS Nyilih/nilih/pinjam
Kutuk/kutuk VS Kuthuk/Kutu/ ayam
Pati/pati VS Pathi/pa i/sari
5. Cara Menentukan Fonem
1. Premis 1
Bunyi-bunyi bahasa mempunyai kecenderungan untuk dipengaruhi
lingkungannya.
 Struktur bunyi /mp/ atau /mb/ di dalam kata sampai,sampah, limbah, dan
tambah sama-sama berfitur bilabial
 Struktur bunyi /nt/ di dalam kata pantai, santai, pintar dan pantau sama-sama
berfitur apikodental
 Struktur /nc/,/nk/ dan /ng/ dalam kata banci, nangka, dan bangga.
2. Premis 2
Sistem bunyi mempunyai kecenderungan bersifat simetris
 Adanya pasangan bunyi hambat /p,t,c,k/ dan /b,d,j,g/ dalam bahasa
indonesia terdapat bunyi nasal /m,n,ᶇ/
 Bahasa inggris hanya memiliki pasangan bunyi hambat /p,t,k/ dan /b,d,g/,
maka bunyi nasalnya hanya /m,n/
 Hal tersebut menunjukkan bahwa bunyi-bunyi bahasa itu cenderung simetris

B. KLASIFIKASI BUNYI
Bunyi adalah sesuatu yang terdengar atau di tangkap oleh telinga, yang
merupakan salah satu jenis getaran yang merambat sebagai gelombang akustik,
melalui media transmisi seperti gas, cairan atau padat. Pada proses pembentukan
bunyi bahasa diperlukan tiga komponen yaitu arus udara, pita suara dan alat ucap/alat
artikulas. Sumber energi atau tenaga utama untuk menghasilkan bunyi bahasa
manusia adalah sirkulasi udara yang mengalir dari atau ke paru-paru. Ketika udara
mengalir dari atau ke paru-paru maka timbul getaran-getaran pada pita suara akibat
dari tekanan udara yang keluar ataupun masuk.

1
1). Konsonan
Konsonan adalah bunyi bahasa yang arus udaranya mengalami rintangan dan
kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor: keadaan pita suara (merapat atau
merenggang - bersuara atau tak bersuara) penyentuhan atau pendekatan berbagai
alat ucap/artikulator (bibir, gigi, gusi, lidah, langit-langit)
ada 21 huruf konsonan yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Contoh : babak, abad, adab.

2). Vokal
Vokal kardinal
adalah bunyi vokal yang mempunyai kualitas tertentu, yang telah dipilih
sedemikian rupa untuk dibentuk dalam suatu rangka gambar bunyi.
Rangka gambar bunyi ini dapat dipakai sebagai acuan perbandingan
dalam deskripsi vokal seluruh bahasa dunia.
Vokal kardinal dilambangkan dengan [i, e, ε, a, α, ə, o, dan u] dalam
International Phonetics Association (Marsono, 1989: 26). Adapun vokal
dalam bahasa Indonesia berjumlah enam buah, yakni: [a], [i], [u], [ε], [o],
dan [ə].

a) Berdasarkan tinggi rendahnya lidah,vocal dibagi menjadi atas:

bunyi vokoid dapat dibedakan menjadi:


1) vokal/ vokoid tinggi atau atas yang dibentuk melalui proses
rahang bawah merapat ke rahang atas: [i] dan [u]
2) vokal/ vokoid madya atau tengah yang dibentuk melalui
proses rahang bahwa menjauh sedikit dari rahang atas: [e] dan [o]
3) vokal/ vokoid rendah atau tengah yang dibentuk melalui
proses rahang bawah dimundurkan lagi sejauh-jauhnya: [a]

1
b) Berdasarkan lidah yang bergerak.

1) Vocal depan, yaitu vocal yang dihasilkan oleh gerakan peranan


turun naiknya lidah bagian depan misalnya /i/ dan /e/.

2) Vocal tengah, yaitu vocal yang dihasilkan oleh gerakan peranan lidah bagian
tengah, misalnya dalam bahasa Arab fathah qasirah /ɚ/. Dan
dalam bahasa Indonesia /∂/.

3) Vocal belakang, yaitu vocal yang dihasilkan oleh peranan turun naiknya lidah
bagian belakang. Misalnya dalam bahasa arab damah qasirah: /U/ dan damah
qasirah : /U:/. Dan dalam bahasa Indonesia /u/ dan /o/.

c) Berdasarkan struktur

1) Vocal tertutup, dibentuk dengan lidah diankat setinggi mungkin mendekati langit-
langit. Seperti kasrah qasirah /i/, kasrah tawilah /i:/, dammah qasirah /u/ dan
dammah tawilah /u:/
2) Vocal semi tertutup, dibentuk dengan lidah diangkat sampai ktinggian sepertiga di
bawah vocal tertutup. Seperti fathah qasirah /ʚ/.
3) Vocal semi terbuka, dibentuk dengan lidah diangkat pada ketinggian sepertiga diatas
vocal tertutup.
4) Vocal terbuka, dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah mungkin.
d) Berdasarkan bentuk bibir.

Berdasarkan bentuk bibir sewaktu vocal diucapkan, maka dibedakan menjadi:

1) Vocal bulat, diucapkan dengan bentuk bibir bulat. Contohnya, tokoh, otot.
2) Posisi netral, dalam arti tidak bulat tetapi juga tidak terbentang lebar.
3) Vocal tak bulat, diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atatu terbentang lebar.
Misalnya dalam bahasa Indonesia /i/, /e/, /a/ dan dalam bahasa aran /i/, /i:/.

3).Diftong
Diftong adalah dua vokal yang diuacapkan secara bersama-sama atau
sekaligus.Dapat juga diartikan bahwa diftong merupakan gabungan bunyi dalam
suku kata dan penggabungan yang dimaksud adalah penggabungan huruf vokal
dengan /w/ atau /y/.
Diftong dibagi menjadi tiga diantaranya:
1) Diftong Naik
Diftong naik adalah vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah lebih tinggi dari
yang pertama. Posisi lidah semakin menaik sehingga strikturnya semakin tertutup.
Berdasarkan posisi di atas diftong naik disebut juga sebagai diftong tertutup.

1
Bahasa Indonesia mempunyai tiga jenis diftong naik:
a. Diftong naik menutup maju (al) misalnya dalam kata : pakai, lalai, nilai, sampai,
pandal dll.
b. Diftong naik menutup maju (oi) misalnya pada kata : amboi, angin sepoi-sepoi dll.
c. Diftong naik menutup mundur (au) misalnya pada kata : saudara, saudagar, pulau,
kacau, surau, dll.

2) Diftong Turun

Disebut diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari bunyi kedua.
Dalam bahasa Indonesia tidak ada diftong turun.
Dalam bahaa Inggris ada dua jenis diftong turun, yaitu:
a. Diftong turun membuka-memusat (uә), misalnya dalam kata poor.
b. Diftong turun membuka-memusat (iә), misalnya dalam kata ear.

3)Diftong memusat
Yaitu terjadi jika vocal kedua diacu oleh sebuah atau lebih volak yang lebih tingggi, dan
juga diacu oleh sebuah atau lebih vocal yang lebih rendah. Diftong jenis ini terdapat di
dalam bahasa Inggris, seperti [oα] contohnya kata [more] yang secara fonetis diucapkan
dengan [moα].

4) Kluster
Bunyi kluster/ konsonan rangkap(dua atau lebih) merupakan bagian dari struktur fonetis atau
fonotaktis yang disadari oleh penuturnya.Oleh karena itu,pengucapan pun harus sesuai dengan
struktur fonetis tersebut.Sebab,kalau salah pengucapan akan berdampak pada pembedaan
makna.
Kluster dalam bahasa indonesia sebagai akibat pengaruh stuktur fonetis unsur
serapan.Namun,pada umumnya kluster bahasa indonesia seputar kombinasi berikut:
1. Jika Kluster terdiri atas dua kontoid,yang berlaku adalah:
· kontoid pertama hanyalah sekitar [p],[b],[k]
· kontoid kedua hanyalah sekitar [l],[r],[w]
Contoh:
[p] pada [pleonasme] [gr] pada [grafik’]
[b] pada [gamblan] [fr] pada [frustasi
[k] pada [klinik] [sr] pada [pasrah]
1
2. Jika kluster terdiri atas tiga kontoid,yang berlaku adalah:
1.kontoid pertama selalu[s]
2.kontoid kedua[t] atau[p]
3.kontoid ketiga [r] atau[l]
Contoh:
[str] pada [strategi]
[spr] pada [sprinter]
[skr] pada [skripsi]
[skl] pada [sklerosis]

C. UNSUR SUPRASEGMENTAL
Bunyi suprasegmental adalah bunyi yang tidak bisa disegmen-segmenkan
karena kehadiran bunyi ini selalu menemani bunyi segmental. Menurut Marsono,
1999:115. Menyatakan bahwa bunyi suprasegmental adalah bunyi yang menyertai
bunyi segmental. Selanjutnya Verhaar, 2010:55.

Menjelaskan bahwa bunyi-bunyi suprasegmental tersebut meliputi


intonasi, nada, aksen dan tekanan.
Bunyi suprasegmental ada:
1. Intonasi
Intonasi adalah perubahan nada dalam bicara saat mengucapkan sesuatu.
Berikut klasifikasi intonasi:

a) Intonasi deklaratif diujarkan dengan intonasi turun yang ditandai dengan


kalimat berita atau pernyataan
b) Intonasi ekslamatif diujarkan dengan intonasi turun tajam yang ditandai
dengan kalimat seru
c) Intonasi imperatif diujarkan dengan intonasi menurun tajam di akhir,
biasanya ditandai dengan kalimat perintah
d) Intonasi interogatif diujarkan dengan intonasi naik secara tajam di akhir
silabel, biasanya ditandai dengan kalimat tanya.

2. Ekspresi (Mimik/gesture)
Ekspresi adalah hasil dari satu atau lebih gerakan atau posisi otot pada wajah.

1
3. Kinesik ( Gerakan organ tubuh : mata, tangan, kaki, kepala)
Kinesik adalah gerakan tubuh meliputi kontak mata,ekspresi
muka atau wajah ,isyarat tubuh,dan sikap tubuh.

D. EJAAN BAHASA INDONESIA


1. Pengertian ejaan
 Dalam buku konsep dasar bahasa Indonesia ( 2019 ) karya Yunus
Abidin, ejaan merupakan aturan yang melambangkan bunyi bahasa
menjadi bentuk huruf, kata serta kalimat.
 Ejaan juga bisa diartikan sebagai kumpulan peraturan penulisan
huruf, kata serta penggunaan tanda baca.
 Menguntip dari buku Esai Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia
( 2020 ) karya Widya Fitriantiwi, yang dimaksud ejaan adalah kaidah
yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa supaya keteraturan dan
keseragaman dalam penulisan bahasa dapat tercapai.
2. Fungsi ejaan
Menurut Siti Mutmainah dalam buku Bahasa Indonesia untuk perguruan
tinggi ( 2019 ), ejaan harus diterapkan dalam penulisan bahasa. Ejaan memiliki
sejumlah fungsi penting yaitu :

a) Landasan pembakuan tata bahasa.


Penggunaan ejaan dalam penulisan bahasa akan membuat tata bahasa
yang digunakan semakin baku.
b) Landasan pembakuan kosa kata serta istilah.
Tidak hanya membuat tata bahasa semakin baku, ejaan juga memnuat
pemilihan kosa kata dan istilah menjadi baku.
c) Penyaring masuknya unsur bahasa lain ke bahasa Indonesia.
Ejaan juga memiliki fungsi penting sebagai penyaring bahasa lain ke
bahasa Indonesia. Sehingga dalam penulisannya tidak akan
1
menghilangkan makna aslinya.
d) Membantu pemahaman pembaca dalam mencerna informasi.
Penggunaan ejaan akan membuat penulisan bahasa lebih teratur. Hal
ini membuat pembaca semakin mudah dalam memahami informasi
yang disampaikan secara tertulis.
3. Penulisan ejaan
Dilansir dari situs Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, penulisan ejaan
mencakup beberapa hal, yaitu :
 Penulisan huruf abjad
Dalam ejaan bahasa Indonesia, huruf abjad terdiri atas huruf A, B, C,
D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y, Z.
Huruf abjad ini bisa ditulis dalam huruf kapital maupun tidak,
tergantung pada pemakaian dan tujuan penggunaannya.
 Penulisan huruf vokal
Dalam ejaan bahasa Indonesia, huruf vokal terdiri atas huruf a, i, u, e,
o. Sama seperti huruf abjad, huruf vokal juga bisa ditulis dalam huruf
kapital atau tidak.
 Penulisan huruf konsonan
Dalam ejaan bahasa Indonesia, huruf konsonan adalah huruf yang tidak
termasuk huruf vokal, yakni b, c, d,f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w,
x, y, z. Penulisan huruf kapital atau tidaknya juga bergantung pada
pemakaian dan tujuan penggunaannya.
 Penulisan huruf diftong
Dalam ejaan bahasa Indonesia, huruf diftong merupakan dua vokal
yang diucapkan bersamaan. Huruf diftong terdiri atas : ai, au, oi.
Contoh katanya ialah “ santai”, “pulau”, “survei”, dan “kalian”
 Penulisan gabungan huruf konsonan
Dalam ejaan bahasa Indonesia, penulisan gabungan huruf konsonan
berarti dua huruf konsonan dijadikan satu, seperti kh, ny, sy, ng.
Contoh katanya “ikhtisar”, “nyata”, “syarat” dan “ngarai”.
 Penulisan pemenggalan kata
Dalam ejaan bahasa Indonesia, pemenggalan kata sering dilakukan
jika: 1. Ada huruf vokal yang berurutan dan terletak di tengah kata.
Pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf vokalnya.

1
Contoh kata ‘aula’ jika dipenggal menjadi ‘au-la’.
2. Ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan
diantara dua huruf vokal, yang terletak di tengah kata.
Pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Contohnya kata ‘ba-pak’ dan ‘mu-ta-khir’.
3.Ada dua huruf konsonan yang berurutan yang terletak di
tengah kata. Pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf
konsonan. Contohnya ‘man-di’ dan ‘makh-luk’.
4. Ada tiga huruf konsonan atau lebih yang terletak di tengah
kata.
Pemengalan kata dilakukan di antara huruf konsonan pertama
dan kedua. Contohnya ‘in-stru-men’.

4. Pemakaian ejaan
 Huruf kapital
Penggunaan huruf kapital bisa dari huruf vokal ataupun huruf
konsonan.
Berikut beberapa contoh pemakaiannya:
i. Huruf kapital dipakai di awal
kalimat. Contohnya : ‘Aku lapar’
ii. Huruf kapital dipakai sebagai huruf huruf pertama dalam
unsur nama orang termasuk julukan.
Contoh : Kartika Dewi, Kim Jennie, Doja Cat.
Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan suatu satuan
ukuran atau nama jenis.
Contoh : 5 ampere, 10 kilogram, ikan mujair, ikan paus.
Huruf kapital tidak dipakai untuk kata yang memilki arti ‘anak
dari’, seperti bin dan binti.
Contoh : Kaeya Al-Barikh bin Toyyib.
iii. Huruf kapital dipakai di awal petikan langsung.
Contohnya : ‘Jinnie berkata “Besok aku tidak masuk sekolah”

kepada ku’.
iv. Huruf kapital dipakai di huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan kata nama agama, nama Tuhan serta Kitab
Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
2
Contohnya : ‘Allah’, ‘Yang Mahakuasa’, Islam’, ‘Alkitab’ dan
lainnya.
v. Huruf kapital dipakai di huruf pertama gelar kehormatan,
keturunan dan keagamaan atau akademik yang diikuti nama
orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama
orang atau sebagai sapaan.
Contohnya : ‘Sultan Hasanuddin’,‘Haji Agus Salim’.
vi. Huruf kapital di pakai di huruf pertama unsur nama jabatan
atau pangkat.
Contohnya : ‘Presiden Jokowi’.

vii. Huruf kapital dipakai di huruf pertama nama bangsa, suku dan
bahasa.
Contohnya : ‘bahasa Indonesia’, ‘Bangsa Indonesia’.
viii. Huruf kapital dipakai di huruf pertama nama tahun, bulan,
hari, hari raya dan peristiwa sejarah.
Contohnya : ‘tahun Masehi’, ‘bulan Juni’, ‘hari raya Idul Fitri’.
ix. Huruf kapital dipakai di huruf pertama nama
geografi. Contohnya : ‘Asia Tenggara’.
x. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (
termasuk unsur kata ulang sempurna ) di dalam judul buku,
karangan, artikel dan makalah serta nama majalah dan
surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan,
yang dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Contohnya : saya membaca novel Bumi Manusia, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, buku itu adalah buku Undang-Undang
Dasar 1945.
xi. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur
singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.

Contohnya : S.H. ( sarjana hukum ), S.Hum. ( sarjana


humaniora ), S.Ak. ( sarjana akutansi ), Dr.
( doktor ), Tn. ( tuan ), Ny. ( nyonya ).
xii. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik dan

2
paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam
penyapaan atau pengacuan.
Contohnya : “Kapan bapak berangkat?” tanya
hasan. Kata ganti anda ditulis dengan huruf awal
kapital.
Contohnya : “Kepada siapa Anda bertanya ?”.
 Huruf miring
 Berikut beberapa contoh pemakaiannya :
1. Huruf miring dipakai untuk menulis nama buku,
majalah dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan,
termasuk daftar pustaka.
Contohnya: ‘Majalah Bahasa’.
2. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok
kata dalam kalimat.
Contohnya : ‘Huruf pertama kata aku adalah a.
3. Huruf miring dipakai di nama ilmiah.
Contohnya : ‘Politik devide et impera’.

4. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau


ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing.
Contohnya : Setelah ini aku harus upload gambar ke
website.
 Huruf tebal
1. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang
sudah ditulis miring.
Contohnya : Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat

2
dalam ejaan Bahasa Indonesia.
2. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian
karangan, sperti judul buku, bab atau subbab.

Contohnya :

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
` Fonologi merupakan ilmu bahasa yang menyelidiki, mempelajari, menganalisis dan
membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap. Objek
kajian fonologi terbagi menjadi dua yaitu fenotik dan fonemik.
Fenotik secara umum dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang membahas
bunyi bahasa tanpa memperhatikan jika bunyi-bunyi tersebut memiliki fungsi pembeda
makna atau bukan, sedangkan fenomik merupakan cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi-bunyi bahasa dengan memperhatikan jika bunyi-bunyi tersebut
berfungsi sebagai pembeda makna.
Bunyi adalah sesuatu yang terdengar atau ditangkap oleh telinga yang
2
merupakan salah satu jenis getaran yang merambat sebagai gelombang akustik melalui
media transmisi seperti gas, cairan atau padat.

B. SARAN

Dengan selesainya makalah ini, penulis berharap kepada para pembaca agar dapat
memberi masukan baik berupa kritik atau saran yang sifatnya membangun agar dapat
melakukan perbaikan makalah ini, pembaca mendapat manfaat yang lebih dari
sebelumnya.

2
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. (2003). Fonologi, Bahasa Indonesia. Jakarta: PT RinekaCipta.


Keraf, Gorys. (1984). Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.
Kridalaksana, H. (2009). KamusLinguistikEdisiKeempat. Jakarta: PT Gramedia.
Verhaar, J. M. (1982). PengantarLinguistik. Yogyakarta: UGM Press.
Sudaryanto. (1974). Fonetik: IlmuBunyi yang Penyelidikannyadarisudut Parole.
Yogyakarta.FakultasSastradanIlmuKebudayaanUniversitas Gajah Mada.
Chaer, Abdul. (1994). LinguistikUmum. Jakarta: PT RinekaCipta
Keraf, Gorys. (1984). Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah
Triadi, Rai Bagus dan Ratnajuwitasari Emha.(2021). Fonologi, bahasa indonesia.
Umpam press
https://www.kompas.com/skola/read/2021/0630/115052769/ejaan-pengertian-fungsi-
penulisan-dan-pemakaiannya

https://akupintar.id?info-pintar?-?blogs?ejaan-x-eyd-pengertian-fungsi-dan-penulisan-
kata-dalam-bahasa-indonesia

Anda mungkin juga menyukai