Anda di halaman 1dari 19

KONSEP ILMU BUNYI

(FONOLOGI)

Kelompok 2
DISUSUN OLEH :

1. Agnantia Nawang Larasati (2214060053)


2. Brillita Naja Ein Wyandha (2214060054)
3. Usfiva Tria Melanie (2214060254)
4. Sophie Gita Aryani (2214060255)
5. Rona Riamizad (2214060257)

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI


FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata Kuliah Kajian Kebahasaan
dengan Judul “Konsep Ilmu Bunyi (FONOLOGI)”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami megharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

A. Latar Belakang...........................................................................................4

B. Rumusan masalah......................................................................................5

C. Tujuan........................................................................................................5

D. Manfaat......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6

A. Pengertian Fonologi...................................................................................6

B. Pengertian Fonetik......................................................................................7

1. Udara
2. Artikulator
3. Titik Artikulasi

C. Pengertian Vokal.......................................................................................13

D. Pengertian Konsonan................................................................................14

BAB III PENUTUP................................................................................................17

A. Kesimpulan..............................................................................................17

B. Saran........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk


berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya dengan
kata, suara, dan gerakan. Bahasa sendiri sangat penting dalam
keberlangsungan kehidupan manusia, jika tidak ada bahasa di dunia ini kita
tidak akan bisa berkomunikasi satu dengan yang lain.
Salah satu tanda berkomunikasi adalah dengan suara(bunyi). Bunyi
adalah energi yang muncul berupa getaran diudara yang berasal dari berbagai
benda atau hal yang memiliki getaran frekuensi Kita dapat berkomunikasi
dengan manusia lainnya melalui suara yang menghasilkan bunyi. Kita juga
dapat menikmati sebuah lagu yang merdu melalui bunyi.
Bunyi sendiri memiliki konsep ilmu yang bisa dipelajari seperti
fonologi, fonetik, vokal, dan konsonan yang akan menghasilkan beragam
suara.Bunyi juga dapat dikategorikan ke dalam bentuk tipe bunyi positife dan
tipe bunyi negatife yang dapat memberi pengaruh makhluk hidup.Para
ilmuwan telah menelita perihal efek bunyi positife yang banyak dimanfaatkan
sebagai alat kesehatan.Sedangkan tipe bunyi negatife benyak di temui di
kehidupan sehari hari seperti suara petir , suara mesin pemotong kayu , suara
kereta api dan suara lainnya yang disebut suara berisik.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka penulis
merumuskan masalah-masalah yang akan di bahas diantaranya :

1. Jelaskan pengertian Fonologi ?


2. Jelaskan pengertian Fonetik ?
3. Jelaskan pengertian Vokal ?

4. Jelaskan pengertian Konsonan ?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian tentang Fonologi
2. Untuk mengetahui pengertian tentang Fonetik
3. Untuk mengetahui pengertian tentang Vokal
4. Dapat mengetahui pengertian tentang Konsonan

D. Manfaat

Manfaat dari penulisan ini adalah :


1. Supaya bisa mengetahui pengertian tentang bunyi beserta konsep-konsep
tentang bunyi
2. Supaya dapat mnegetahui tentang apa itu Fonologi
3. Kita bisa mengetahui dan memahami tentang Fonetik

4. Supaya kita bisa mengetahui dan mempelajari tentang Vokal

5. Supaya kita bisa mengetahui tentang macam-macam Konsonan


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fonologi

Fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi


bahasa, proses terbentuknya dan perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi
bahasa secara umum dan fungsional. Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai
satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki
fungsi untuk membedakan makna. Gejala fonologi Bahasa Indonesia termasuk
di dalamnya yaitu penambahan fonem, penghilangan fonem, perubahan fonem,
kontraksi, analogi, fonem suprasegmental. Sejarah fonologi dapat dilacak
melalui riwayat pemakaian istilah fonem dari waktu ke waktu.
Pada sidang Masyarakat Linguistik Paris, 24 mei 1873, Dufriche
Desgenettes mengusulkan nama fonem, sebagai padanan kata Bjm Sprachault.
Ferdinand De Saussure dalam bukunya “ Memorie Sur Le Systeme Primitif
Des Voyelles Dan Les Langues Indo-Europeennes” ‘memoir tentang sistem
awal vokal bahasa –bahasa Indo eropa ‘ yang terbit pada tahun 1878,
mendefinisikan fonem sebagai prototip unik dan hipotetik yang berasal dari
bermacam bunyi dalam bahasa –bahasa anggotanya.
Sejarah fonologi dalam makalah ini akan lebih mengkhususkan membahas
mengenai istilah fonem. Gambaran mengenai perkembangan fonologi dari
waktu ke waktu dapat dilihat lewat berbagai aliran dalam fonologi. a. Aliran
Kazan, b. Aliran Praha, c. Aliran Amerika. Istilah fonologi berasal dari bahasa
Yunani yaitu phone = ‘bunyi’, logos = ‘ilmu’. Secara harfiah, fonologi adalah
ilmu bunyi. Fonologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yang mengkaji bunyi.
Objek kajian fonologi yang pertama bunyi bahasa (fon) yang disebut tata bunyi
(fonetik) dan yang kedua mengkaji fonem yang disebut tata fomen (fonemik).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang ilmu
bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya dan
perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan fungsional.
B. Pengertian Fonetik

Fonetik ialah kajian bunyi sebagai bunyi, iaitu kajian tentang bagaimana kita
menggunakan organ pertuturan apabila menghasilkan bunyi-bunyi bahasa.
Keadaan ini sama seperti mana sesuatu alat muzik yang digunakan dalam
sesuatu persembahan dengan penghasilan bunyi-bunyi tertentu yang
mempunyai ciri-cirinya yang tersendiri. Setiap satu perbezaan bunyi yang
terhasil, iaitu ciri yang berbeza ini berlaku bertitik tolak dari penggunaan alat
artikulasi, daerah artikulasi dan cara artikulasi. Kajian ini memfokus pada
bunyi bahasa yang berhubungan dengan fenomena dalam dunia, sifat fisiologi,
anatomi, neurologi dan psikologi manusia.
Fonetik menghuraikan cara penghasilan bunyi (posisi dan pergerakan alat
artikulasi), secara akustiknya bagaimana pola bunyi dikenal pasti dengan
penggunaan peralatan tertentu dan auditori, iaitu secara penanggapan bunyi
yang didengar, iaitu pemindahan bunyi dari penutur kepada pendengar yang
kemudiannya maklumat bunyi ini dihantar ke otak untuk proses yang
seterusnya.
Fonetik membantu kita memahami bagaimana urutan bunyi dalam binaan
kata berasimilasi, misalnya bunyi [t] dalam kata tepat, iaitu bagi bunyi [t] pada
awal kata dengan bunyi [t] pada akhir kata dan apabila [t] didahului oleh bunyi
vokal [a]'.
Secara ringkasnya, fonetik ialah kajian mengenai bunyi-bunyi bahasa yang
dihasilkan oleh manusia. Dengan itu dapatlah kita katakan kajian bunyi-bunyi
yang kita hasilkan adalah bagi menjawab soalan-soalan seperti yang berikut:
1. Bagaimana bunyi-bunyi bahasa dihasilkan oleh organ pertuturan
manusia?
2. Bagaimana bunyi-bunyi tersebut dapat diklasifikasikan?
3. Bagaimana setiap bunyi yang dikeluarkan oleh manusia itu. berbeza
antara satu dengan yang lain?
4. Bagaimana pendengar dapat mengenali bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh
penutur lain?
5. Bagaimana bunyi-bunyi yang berbeza ini dapat dipaparkan atau
direkodkan dalam bentuk penulisan?
Yang kita maksudkan dengan bunyi bahasa itu adalah bunyi-bunyi yang
digunakan dalam bahasa untuk berkomunikasi. Bunyi-bunyi lain yang tidak
digunakan dalam sistem komunikasi manusia tidaklah menjadi bahan kajian
fonetik.
Bunyi-bunyi yang dilafaz apabila disusun dalam struktur Dan cara lafaz
bentuk-bentuk yang dinyatakan ini dilakukan dengan menggunakan simbol
fonetik yang dinamakan sebagai transkripsi fonetik.
Transkripsi fonetik digunakan untuk menghuraikan bunyi dalam bahasa.
Simbol fonetik (rujuk The International Phonetic Symbol merupakan simbol
yang digunakan untuk merujuk pada bunyi bahasa yang khusus. Terdapat
simbol fonetik yang disertai dengan tanda diakritik. Penggunaan tanda diakritik
ini adalah untuk menjelaskan perbezaan bunyi yang wujud antara simbol
fonetik yang mewakili sesuatu cara lafaz bunyi. Tanda diakritik diletakkan
sama ada di atas simbol, [^] seperti dalam kata amal [ ãmal ] atau di bawah [-]
seperti dalam kata width [wido] atau di atas pada posisi sisi, [h] seperti dalam
kata cat [ kaet]. Tanda diakritik ini digunakan bagi mengelakkan masalah
lewah dengan penambahan simbol-simbol baru dalam IPA seperti yang sedia
ada. Transkripsi fonetik boleh dilakukan dengan empat cara, iaitu transkripsi
luas, sempit, sistematik dan impresionistik.tertentu akan akhirnya membentuk
suku kata, kata, fraza dan seterusnya.
Transkripsi luas bermaksud, kaedah transkripsi yang bersifat umum yang
hanya membekalkan maklumat yang minimum dalam mengupayakan rumus
penyebutan, iaitu yang berorientasikan fonemik, misalnya [ɛ] dituliskan dengan
menggunakan simbol [e]; simbol [5] hanya dituliskan dengan [o]. Dalam
transkripsi luas ini varian fonem yang dipanggil alofon tidak digunakan dalam
transkripsi misalnya kata please dan trip dalam bahasa Inggeris ditranskripsikan
seperti berikut, yang masing-masingnya sebagai [pliz] dan [trip]. Ini berbeza
dengan transkripsi sempit yang memaparkan varian fonem, iaitu alofon pada
[1] dan [r] dalam kata please dan trip menjadikan transkripsi yang dilakukan
seperti yang berikut, iaitu [pliz] dan [trip]. Sehubungan dengan itu, apa yang
dikatakan sebagai transkripsi sempit itu sebenarnya merujuk kepada transkripsi
yang terperinci, iaitu berorientasikan fonetik. Sementara itu, transkripsi yang
terperinci memperlihatkan kesemua rumus pertukaran bunyi antara bunyi
dinamakan sebagai transkripsi fonetik sistematik. Manakala transkripsi fonetik
impresionistik tidak memaparkan kewujudan rumus penggunaan. Bidang kajian
mendeskripsi bunyi-bunyi bahasa dinamakan sebagai bidang kajian fonetik.
Bidang kajian yang luas ini pula dapat dibahagikan kepada tiga subbidang yang
lebih kecil, iaitu kajian fonetik akustik, artikulatori dan auditori.

1.2.1 Fonetik Akustik


Fonetik akustik merujuk kepada kajian transmisi signal bunyi, iaitu bunyi-
bunyi bahasa sama ada yang telah distrukturkan ataupun masih berbentuk
segmen dari penutur kepada pendengar semasa komunikasi berlangsung. Signal
bunyi yang dipindahkan ini pula terkandung di dalamnya antara lain parameter-
parameter seperti frekuensi fundamental (FO), intensiti dan durasi. Parameter-
parameter ini, iaitu frekuensi fundamental (FO) yang diukur dalam unit Hertz
(Hz), intensiti dalam unit decibel (dB) dan durasi dalam unit saat (s)
mendukung fungsi makna-makna yang tertentu. Dari sudut pendengar, ketiga-
tiga parameter ini dipersepsikan masing-masingnya sebagai kelangsingan
bunyi, kelantangan suara dan kepanjangan.
Kesemua yang terlafaz ini selari dengan objektif komunikasi dan dapat
dikatakan sering kali semua ini terancang dalam minda si penutur. Keselarian
ini berlangsung kerana ketiga-tiga parameter yang digunakan mendukung
makna-makna yang tertentu. Norma-norma maknanya ditentukan oleh
masyarakat penutur sesuatu bahasa. Sebagai contoh, lafaz kata ganti nama
awak dalam bahasa Melayu mempunyai perbezaan makna apabila dilafazkan
dengan menggunakan parameter durasi yang berbeza, misalnya;
a. Awak!
b. Aaaaaaaawak?
Bagi (a) dengan durasi yang lebih pendek mendukung makna emosi seruan
manakala (b) dengan durasi yang lebih panjang mendukung makna emosi tidak
percaya. Kedua-dua contoh yang dikemukakan ini juga melibatkan perbezaan
dari aspek pola intonasinya. Begitu juga apabila jawaban yang diterima bagi
menjawab soalan, sedap tak lauk di kantin hari ini? Jawaban yang sering kali
diterima, bolehlah, yang dapat dikatakan bertentangan dengan kehendak nahu
bahasa Melayu yang memerlukan hanya 2 pilihan jawaban, yaitu ya atau pun
tidak. Tetapi jawaban bolehlah itu sudah
1.2.2 Fonetik Artikulatori
Fonetik artikulatori pula merujuk kepada kajian yang mendeskripsikan cara-
cara sesuatu bunyi dihasilkan. Pendeskripsian ini melibatkan daerah dan alat
artikulasi yang berfungsi menghasilkan bunyi-bunyi dalam bahasa. Daerah
artikulasi ialah kawasan dalam saluran vokal yang disentuh oleh alat artikulasi
sewaktu menghasilkan sesuatu bunyi bahasa. Manakala alat artikulasi pula
ialah alat dalam saluran vokal yang terlibat dalam pengeluaran bunyi bahasa.
Alat artikulasi terbahagi kepada artikulator aktif dan artikulator pasif.
Artikulator aktif ialah organ dalam saluran vokal yang boleh digerakkan
seperti lidah, bibir, lelangit lembut dan gigi bawah. Manakala artikulator pasif
ialah organ dalam saluran suara yang tidak boleh digerakkan seperti gigi atas
dan lelangit keras. Fonetik artikulatori melibatkan kajian bagaimana
memproduksikan bunyi bahasa dengan menggunakan organ pertuturan
manusia, iaitu cara penutur menghasilkan bunyi dengan menggunakan organ
pertuturan bagi menghasilkan bunyi yang digunakan dalam tuturan, dan cara
bunyi tersebut diklasifikasikan dan dideskripsikan.
Setiap satu bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan mempunyai daerah, alat dan
cara artikulasinya masing-masing. Dengan itu setiap satu bunyi yang dihasilkan
berbeza antara satu sama lain. Alat artikulasi ialah organ yang digunakan bagi
menghasilkan bunyi manakala daerah artikulasi ialah kawasan yang
menghasilkan sesuatu bunyi. Perbezaan daerah dan cara dalam proses
menghasilkan bunyi-bunyi bahasa inilah yang digunakan dalam proses
pelabelan bunyi-bunyi bahasa seperti letupan bibir tak bersuara atau bersuara,
sengauan bibir, geseran lelangit keras tak bersuara atau bersuara, getaran gusi
dan sebagainya. Berikut adalah contoh grafik yang menunjukkan cara
penyebutan bunyi [t] dan [k].
1.2.3 Fonetik Auditori
Fonetik auditori pula ialah kajian sebutan bunyi yang didengar dan berkaitan
dengan soalan "bagaimana bunyi diterima dan dikenali sebagai tuturan bunyi
yang berbeza." Dalam komunikasi, penutur menukarkan maklumat yang
hendak disampaikan dalam bentuk kod-kod yang tertentu seperti bunyi, kata
dan ayat manakala pendengar pula mentafsirkan maklumat ini dalam otak bagi
menjadikannya sebagai sesuatu yang bermakna dalam komunikasi yang
berlangsung. Proses ini masing-masingnya dinamakan sebagai proses
mengekod dan mendekod.
Dengan itu, kajian ini berkaitan dengan kerangka psikologi, iaitu kajian
persepsi respons kepada bunyi tuturan seperti yang direfleksikan oleh
pendengar. Persepsi pendengar kepada ujaran yang terlafaz melibatkan unsur
kelangsingan, kelantangan dan kepanjangan yang secara sendirinya mempunyai
makna emosi tertentu. Dan makna emosi ini dapat dikatakan sebagai suatu kod
yang ditentukan oleh anggota masyarakat penutur sesuatu bahasa. Lazimnya
dalam mendapatkan rujukan makna emosi ini, kebahasaannya perlu dilakukan
dengan menggunakan kaedah soal selidik yang dinamakan ujian persepsi. Dan
soal selidik ini perlu dilakukan ke atas penutur bahasa yang data bunyinya
sedang dianalisis bagi menjamin ketepatan dapatan ujian tersebut.
Geseran
Pada jenis artikulasi ini, sebagian aliran udara mengalami penghambatan.
Artikulator aktif dan pasif membentuk celah sempit sehingga udara dapat tetap
mengalir dan memproduksi bunyi [s], [z], dan [ʃ]. Bunyi [ʃ] direpresentasikan
dalam kata syarat [ʃarat].
Paduan
Berkat kombinasi antara artikulasi letupan dan artikulasi geseran, bunyi
paduan dapat terwujud, yakni bunyi [c] dan [j].
Sengau
Artikulasi nasal memungkinkan artikulator untuk menghambat aliran udara
pada rongga mulut dan melepaskannya melalui rongga hidung. Bunyi sengau
mencakup bunyi [m], [n], [ɳ], dan [ñ]. Bunyi [ɳ] memaknai <ng> yang kita
temukan pada banyak kata dalam bahasa Indonesia, contohnya adalah nganga
[ɳaɳa]. Sementara itu, bunyi [ñ] merepresentasikan <ny> yang kita temukan
pada kata nyanyi [ñañi].
Getaran
Artikulator aktif yang bersentuhan dengan artikulator pasif secara beruntun
dapat menciptakan bunyi getaran, seperti bunyi [r].
Sampingan
Bunyi sampingan tercipta karena aliran udara terhambat di tengah dan
dikeluarkan melalui pinggir lidah. Bunyi yang terhasilkan adalah bunyi [l].
Hampiran
Artikulasi hampiran mempersempit aliran udara di rongga mulut tanpa
menghasilkan geseran. Artikulator aktif kemudian bergerak ke arah artikulator
pasif dan menjauh kembali ketika udara mengalir ke luar. Bunyi yang
dihasilkan dari artikulasi ini adalah bunyi [w] dan [j].
Di atas adalah jenis artikulasi yang memungkinkan kita untuk menghasilkan
bunyi-bunyi bahasa. Selain itu, bebunyian tersebut turut pula dipengaruhi oleh
tempat berlangsungnya artikulasi sebagai berikut.
Bilabial: artikulasi yang dilakukan oleh bibir bawah dan bibir atas sehingga
menghasilkan bunyi [b], [p], [m], dan [w].
Labiodental: artikulasi yang dilakukan oleh bibir bawah dan gigi atas
sehingga menghasilkan bunyi [f] dan [v].
Apikodental: artikulasi yang dilakukan oleh ujung lidah dan gigi atas.
Contoh bunyi yang dihasilkan ialah [t] dan [d].
Apikoalveolar: artikulasi yang dilakukan oleh ujung lidah dan ceruk gigi
atas sehingga menghasilkan bunyi [d] dan [r].
Laminopalatal: artikulasi yang dilakukan oleh daun lidah dan langit-langit
keras. Contoh bunyi yang dihasilkan ialah [ñ].
Laminoalveolar: artikulasi yang dilakukan oleh daun lidah dan ceruk gigi
atas sehingga menghasilkan bunyi [n].
Dorsovelar: artikulasi yang dilakukan oleh pangkal lidah dan langit-langit
lunak sehingga menghasilkan bunyi [k], [g], dan [ɳ].
Glotal: artikulasi yang ditentukan oleh celah pada pita suara. Contoh bunyi
yang dihasilkan adalah [?] pada kata taat [ta?at].
Kita bisa lihat bahwa tempat artikulasi di atas menghasilkan bunyi konsonan
saja. Tidak ada bunyi vokal yang tercipta pada pertemuan artikulator-
artikulator di atas karena bunyi vokal tidak mendapatkan hambatan apa pun
dari alat ucap. Pemroduksian bunyi vokal hanya bergantung pada posisi lidah
dan bentuk mulut. Posisi lidah yang tinggi, misalnya, dapat membantu kita
untuk memproduksi bunyi [i], sedangkan posisi lidah yang rendah dapat
membantu kita dalam menghasilkan bunyi [a].

 Pembentukan Vokal
Cara Pembentukan Vokal. Istilah vokal sebenarnya merupakan vokal
kardinal, yakni bunyi vokal yang mempunyai kualitas bunyi tertentu, keadaan
lidah tertentu, dan bentuk bibir tertentu, yang telah dipilih dan dibentuk dalam
suatu rangka gambar bunyi.
a. Pembentukan vokal berdasarkan posisi bibir
Berdasarkan bentuk bibir sewaktu vocal diucapkan, vocal dibedakan
atas:
1) Vokal bulat, yakni vocal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat.
Misalnya, u, o, dan a.
2) Vokal tak bulat, yakni vocal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak
bulat atau terbentang lebar. Misalnya, i, e, dan
b. Pembentukan Vokal Berdasarkan Tinggi rendahnya Lidah
Berdasarkan tinggi rendahnya lidah, vokal dapat dibedakan atas :
1) Vokal tinggi atau atas yang dibentuk apabila rahang bawah merapat
ke rahang atas : i dan u.
2) Vokal madya atau tengah yang dibentuk apabila rahang bawah
menjauh sedikit dari rahang atas : e dan o.
3) Vokal rendah atau bawah yang dibentuk apabila rahang bawah
diundurkan lagi sejauh-jauhnya : a.
c. Pembentukan Vokal Berdasarkan Maju mundurnya Lidah
Berdasarkan bagian lidah yang bergerak atau naju mundurnya
lidah, vokal dapat dibedakan atas :
1) Vokal depan, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan turun
naikknya lidah bagian depan, seperti : i dan e.
2) Vokal tengah, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan lidah bagian
tengah, misalnya dan a.
3) Vokal belakang, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan turun
naiknya lidah bagian belakang atau pangkal lidah, seperti : u dan o.
a. Realisasi Vokal
1) Vokal /i/
Realisasi atau lafal vocal yang dianggap umum adalah:
[l] pada semua posisi, seperti : [itu], [pipi], [jari], [klinik].
Realisasi vocal yang dianggap tidak umum adalah:
[?i] seperti pada [jari?] /jari/
2) Vokal /e/
Realisasi atau lafal vocal yang dianggap umum adalah :
[e] pada semua posisi, seperti : [ekor], [memaη], [jahe].
4) Vokal /a/
Realisasi atau lafal vocal yang dianggap umum adalah:
[a] pada semua posisi, seperti [asal].
5) Vokal /o/
[o] pada semua posisi, seperti [ oleh].
6) Vokal /u/
[u] terdapat pada semua posisi [kayu]
Pembentukan konsonan didasarkan pada empat faktor, yakni:
1. Daerah artikulasi,
2. Cara artikulasi,
3. Keadaan pita suara, dan
4. Jalan keluarnya udara.

 Pembentukan Konsonan
Konsonan bilabial, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan
kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik
artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah p, b, m, dan w.
Konsonan lobiodental, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi dan bibir bawah sebagai
artikulator. Bunyi yang dihasilkan ialah f dan v.
Konsonan apiko-dentall, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan ujung lidah
yang bertindak sebagai artikulator dan daerah antar gigi sebagai titik artikulasi.
Bunyi yang dihasilkan ialah t, d, dan n.
Konsonan apiko-alveolar, yaitu konsonan yang dihasilkan olehe ujung lidah
sebagai artikulator dan lengkung kaki gigi sebagai titik artikulasi. Bunyi yang
dihasilkan ialah s, z, r, l.

Konsonan palatal atau lamino-palatal, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh


bagian tengah lidah sebagai artikulator dan langit-langit keras sebagai titik
artikulasi. Bunyi yang dihasilkan c, j, Ŝ, ň, dan y
Konsonan velar atau dorso-velar, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh
belakang lidah sebagai artikulator dang langit-langit lembut sebagai artikulasi.
Bunyi yang dihasilkan ialah k, g, x, dan ή.
Konsonan glotal atau hamzah, yaitu konsonan yang dihailkan dengan posisi
pita suara sama sekali merapat sehingga menutup glottis.
Konsonan laringal, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan pita suara
terbuka terbuka lebar sehingga udara uang keluar digesekkan melalui glottis.
Bunyi yang dihasilkan ialah h.

a. Pembentukan Konsonan Berdasarkan Cara Artikulasi.


Konsonan hambat (stop), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara
menghalangi sama sekali udara pada daerah artikulasi. Konsonan yang
dihasilkan ialah p, t, c, k, b, d, j, g, dam?
Konsonan geser atau frikatif, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara
menggesekkan udara yang keluar dari paru-paru. Konsonan yang dihasilkan
ialah f, v, x, h, s, Ŝ, z, dan x.
Konsonan likuida tau lateral, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
menaikkan lidah ke langit-langit sehingga udara terpaksa diaduk dan
dikeluarkan melalui kedua sisi lidah. Konsonan yang dihasilkan ialah l.
Konsonan getar atau trill, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
mendekatkan dan menjauhkan lidah ke alveolum dengan cepat dan berulang-
ulang sehingga udara bergetar. Konsonan yang dihasilkan ialah r.
Semi-vokal, yaitu konsonan yang pada waktu diartikulasikan belum
membentuk konsonan murni. Misalnya, semivokal (w) dan (y). bunyi bilabial
(w) dibentuk dengan tempat artikulasi yang berupa bibir atas dan bibir bawah.
b. Pembentukan Konsonan Berdasarkan Posisi Pita Suara
Berdasarkan posisi pita suara atau begetar tidaknya pita suara, konsonan
dapat dibedakan atas konsonan bersuara dan konsonan tak bersuara.
Konsonan bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang keluar
dari rongga ujaran turut menggetarkan pita suara. Konsonan yang dihasilkan
ialah m, b, v, n, d, r, ñ, j, η, g, dan R.
Konsonan tak bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang keluar
dari rongga ujaran tidak menggetarkan suara. Konsonan yang dihasilkan ialah
p, t, c, k, ?, f, Š, x, dan h.

c. Pembentukan Konsonan Berdasarkan Jalan Keluarnya Udara.


Berdasarkan jalan keluarnya udara dari rongga ujaran, konsonan dapat
dibedakan atas konsonan oral dan konsonan nasal.
Konsonan oral, yaitu konsonan yang terjadi jika udara keluar melalui rongga
mulut. Konsonan yang dihasilkan ialah p, t, c, k, ?, b, d, j, g, f, Š, x, h, r, l, w,
dan y.
Konsonan nasal, yaitu konsonan yang terjadi jikaudara keluar melalui
rongga hidung. Konsonan yang dihasilkan ialah m, n, ñ, dan η.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bunyi atau suara adalah kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang
merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat
cair, padat, gas. Jadi, gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam air,
kayu, atau udara. Alam kita terdiri atas energi, materi dan gelombang
(frekuensi), Bunyi adalah energi yang berubah menjadi gelombang. Gelombang
merambat kesemua jurusan, untuk merambat melewati ruang dia memerlukan
materi. Materi yang diperlukan bunyi untuk merambat adalah udara.
Sumber bunyi (materi yang bergetar karena enegi) --> bunyi
(gelombang) --> merambat melalui udara (materi) --> sampai ke telinga
(materi) --> komponen telinga bergetar --> diterjemahkan oleh otak menjadi
bunyi.

B. Saran

Pemanfaatan bunyi seharusnya perlu mempertimbangkan sisi yang lain. Tidak


hanya hal Positif yang diambil tapi perlu adanya pemikiran terhadap dampak
negatifnya. Dalam pemanfaatan bunyi tidak mengganggu aktifitas manusia
yang lainnya seperti ketika mendengarkan music atau yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Data Artikel

Judul : Fonologi (sejarah fonologi, fonetik, fonemik)


Penulis : Felta Lafamane
Tanggal Tayang :
Waktu Akses : 20 September 2022 pukul 14.19
Url :
file:///C:/Users/LENOVO/Documents/sejarah%20fonologi(1).pdf

Data Artikel

Judul : Pengenalan Fonetik dan Fonologi


Penulis : Indirawati Haji Zahid Mardian Shah Omar
Tanggal Tayang : 2012
Waktu Akses : 20 September 2022 pukul 14.23
Url :
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=v3_MAgAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=info:-
ecNdxN5WxkJ:scholar.google.com/&ots=ocKgx4olyC&sig=qKOQ2SWF-
RK2X04Ri9FQheF8D78&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

Data Artikel

Judul : Bunyi Bahasa


Penulis : Resmini, Novi
Tanggal Tayang : 2006
Waktu Akses : 20 September 2022 pukul 14.29
Url :
http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori

Anda mungkin juga menyukai