FONOLOGI (FONETIK)
Ilmu al-lughot
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat allah SWT. Yang dengan rahmat dan inayahnya,
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul makalah ini
“Fonologi (Fonetik)”.
Kami sebagai penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu
al-lughot yang di amanatkan oleh bapak Abd Muqid,M.Pd. dan kami sebagai menulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengajar dan pihak pihak yang membantu kami
dalam pencarian dan pemberian ide tentang peroses pembuatan makalah ini. Penulis menyadari
belajar bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangan baik dalam cara
penulisan maupun dalam isi.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Mudah mudahan makalah ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah
ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................i
Daftar isi.............................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan............................................................................................................4
Bab II Pembahasan...........................................................................................................5
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Ketika kita mendengar orang bicara, maka kita akan dengan runtunan bunyi bahasa.
Runtunan bunyi bahasa ini dapat dianalisis dan disegmentasikan berdasarkan tingkatan-
tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan hentian ataupun jeda yang terdapat dalam runtunan
bunyi tersebut.
Jika diperhatikan bunyi-bunyi yang terdapat pada kata-kata ()زيد، (ابEEE )بdan ()قلمcara
pengucapannya itu tidak sama. Ketidaksamaan bunyi pada deretan kata-kata itulah sebagai
salah satu objek atau sasaran studi fonologi khususnya cabang ilmu fonetik. Dalam kajiannya,
fonetik berusaha mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjelaskan sebab-
sebabnya. Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai kajian-kajian fonetik.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari fonologi fonetik?
2. Apa saja jenis-jenis fonetik dan alat-alat pengucapannya?
3. Dimana tempat artikulasinya?
4. Bagaimana cara mengfonasi dan mengklasifikasi suaranya?
Tujuan
1. Mengetahui tentang pengertian dari fonologi fonetik
2. Mengetahui Apa saja jenis-jenis fonetik dan alat-alat pengucapannya
3. Mengetahui Dimana tempat artikulasinya
4. Mengetahui Bagaimana cara mengfonasi dan mengklasifikasi suaranya
4
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah fonologi berasal dari kata Yunani phone (bunyi) dan logos (ilmu). Fonologi
merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari bunyi bahasa secara umum. Dalam
kehidupan sehari- hari, kita tidak akan lepas dari bunyi-bunyi bahasa sebagai alat komunikasi
antar sesama manusia. Hampir setiap aktivitas manusia, dari bangun tidur, pasti memerlukan
aktivitas bunyi bahasa sebagai alat komunikasi1.
Adapun kajian fonologi terbagi menjadi dua bagian, yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik
merupakan cabang fonologi yang mempelajari tata bunyi tanpa kaitannya sebagai pembeda
makna, sedangkan fonemik merupakan cabang fonologi yang mempelajari tata bunyi dengan
kaitannya sebagai pembeda makna.
Fonetik merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji mengenai penghasilan, penyampaian,
dan penerimaan bunyi bahasa2. Fonetik dapat berkaitan dengan ilmu lain (interdisipliner) seperti
ilmu fisika, anatomi, dan psikologi. Fonetik juga dapat diartikan sebagai cabang ilmu linguistik
yang menelaah mengenai bunyi bahasa tanpa kaitannya sebagai pembeda makna, maksudnya
adalah tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna
atau tidak, misalnya proses pengucapan vokal [ي,و,]أ, konsonan [س,ب,]ق. Jadi dapat
disimpulkan bahwa fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa
kaitan fungsinya sebagai pembeda makna, yaitu mulai dari bagaimana bunyi dihasilkan,
bagaimana bunyi merambat di udara, sampai dengan bagaimana bunyi diterima oleh organ
pendengaran manusia.
Objek kajian fonetik adalah bunyi bahasa manusia (bukan di luar bunyi bahasa manusia, misal
kicauan burung, auman singa, dan lain-lain). Selain itu, tidak semua bunyi yang dihasilkan
manusia adalah bunyi bahasa, hanya bunyi ujar bahasa saja misal: suara jeritan, lengkingan
atau tangisan bukan termasuk bunyi bahasa.
Para pakar linguis seperti Verhaar membagi jenis-jenis fonetik sebanyak tiga
macam:
1. Fonetik Akuistik
Fonetik akuistik yaitu menyelidiki bunyi bahasa menurut aspek-aspek fisiknya sebagai
getaran suara, atau dengan kata lain, ilmu yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana
1
Yulianti, Ria, dan Firda unsiah, Fonologi, UB press, Malang, 2018, hlm 3
2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kamus besar bahasa Indonesia, (jakarta: Balai pustaka, 1995), cet.Ke-
4, h. 279
5
mereka didengarkan oleh telinga manusia. Dan Fonetik akuistik sebagian besar termasuk dalam
kajian ilmu fisika, karena menyangkut fungsi udara dalam menghasilkan bunyi bahasa. Maka
fonetik akuistik dapat disebut juga dengan interdisipliner antara linguistik dan fisika.
2. Fonetik Auditoris
3. Fonetik Organis
Fonetik organis yaitu menyelidiki bagaimana bunyi-bunyi bahasa dihasilkan oleh alat-alat
bicara Disebut juga dengan ilmu yang mempelajari posisi dan gerakan bibir, lidah dan organ-
organ manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa. sebagai bidang yang
banyak dicampuri oleh linguistik, karena menyangkut bagaimana bunyi-bunyi suara dapat
dihasilkan melalui organ-organ bicara.
Alat ucap adalah organ tubuh pada manusia yang berfungsi dalam pengucapan bunyi bahasa.
Organ-organ yangterlibat antara lainadalah paru-paru, laring, faring, rongga hidung, rongga
mulut, bibir, gigi, lidah alveolum, palatum, velum, dan uvula. Alat ucap merupakan alat yang di
gunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang mempunyai fungsi utama yang bersifat
fisiologis, misalnya paru-paru untuk bernafas, lidah untuk mengecap, dan gigi untuk
mengunyah. Namun alat itu secara linguistik di gunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi
bahasa sewaktu mengujar. Berikut ini merupakan alat-alat ucap:
.Paru-paru (lungs)
Tenggorokan (trachea)
Pangkal tenggorokan (larynx)
Pita suara (vocal cords) yang didalamnya terdapat glots,yaitu celah diantara dua bilah
pita suara.
Krikoid (cricoid)
Tiroid (tyroid) atau gondok laki
Aritenoid (arythenoid)
Dinding rongga kerongkongan (wall of parynx)
Epiglottis (epyglotis)
Pangkal lidah (dorsum)
6
Akar lidah (root of tangue)
Tengah lidah (medium)
Daun lidah (lamina)
Ujumg lidah (apex)
Anak tekak (uvula)
Langit-langit lunak (velum)
Langit-langit keras (palatum)
Gusi (alveolum)
Gigi atas (dental)
Gigi bawah (dental)
Bibir atas (labia)
Bibir bawah (labia)
Mulut(mouth)
Rongga mulut (mouth cavity)
Rongga hidung(nasal cavity)
Adapun alat yang digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi menjadi tiga
komponen yaitu:
1. Komponen subglotal
Komponen subglotal terdiri dari paru-paru (kiri dan kanan), Saluran bronchial, dan
saluran pernafasan (trakea).Disamping ketiga alat ucap ini masih ada alat ucap yang lain, yaitu
otot-otot, paru-paru dan rongga dada.Secara fisiologis komponen ini di gunakan untuk proses
pernafasan, lalu hubungannnya dengan fonetik disebut sistem pernapasan subglotis.Yang mana
fungsi utama dari komponen subglotal ini adalah memberi arus udara yang merupakan syarat
mutlak untuk terjadinya sebuah bunyi bahasa. Proses pengaliran udara yang berganti-ganti arah
di sebabkan oleh berkembang kempisnya kedua paru-paru yang berongga.Proses tersebut
berjalan teratur oleh kinerja otot-otot dan proses ini tidak mengganggu kegiatan berbicara.
2. Komponen laring
Komponen laring (tenggorokan) merupakan kotak yang terbentuk dari tulang rawan
yang berbentuk lingkaran. Di dalamnya terdapat pita suara. Laring berfungsi sebagai klep yang
mengatur arus udara antar paru-paru, mulut, dan hidung. Pita suara dan kelenturanya bisa
membuka dan menutup, sehingga bisa memisahkan dan sekaligus bisa menghubungkan antara
udara yang ada di paru-paru dan yang ada di mulut atau rongga hidung.
3. Komponen supraglotal
Komponen supraglotal adalah alat ucap yang berada di dalam rongga mulut dan ronga
hidung baik yang menjadi articulator aktif maupun yang menjadi articulator pasif. Komponen
7
supraglotal terdiri dari tiga rongga yang berfungsi sebagai lobang resonansi dalam pembentukan
bunyi, yaitu rongga kerongkongan (faring), rongga hidung, dan rongga mulut.
8
paru itu dapat terjadi mulai dari tempat yang paling di dalam, yaitu pita suara, sampai
pada tempat yang paling luar, yaitu bibir atas dan bawah.
Berkenaan dengan hambatan pada pita suara ini, perlu dijelaskan adanya empat macam
posisi pita suara, yaitu (a) pita suara terbuka lebar, (b) pita suara terbuka agak lebar, (c)
pita suara terbuka sedikit, dan (d) pita suara tertutup rapat-rapat. Jika posisi pita suara
terbuka lebar, tidak akan terjadi bunyi bahasa karena itulah posisi untuk bernapas secara
normal. Apabila pita suara terbuka agak lebar, akan terjadi bunyi bahasa yang disebut
bunyi tak bersuara. Jika pita suara terbuka sedikit, terjadilah bunyi bahasa yang disebut
bunyi bersuara. Apabila pita suara tertutup rapat, yang terjadi adalah bunyi hamzah atau
glotal stop (saat( sa’at, Jumat( Jum’at).
Setelah melewati pita suara, arus udara diteruskan ke alat-alat ucap tertentu yang
terdapat di rongga mulut atau rongga hidung. Tempat bunyi bahasa ini terjadi atau
dihasilkan disebut tempat artikulasi; proses terjadinya disebut proses artikulasi; alat-alat
yang digunakan juga disebut alat artikulasi atau artikulator. Dalam proses artikulasi ini,
terlibat dua macam artikulator, yakni artikulator aktif dan pasif. Yang dimaksud dengan
artikulator aktif adalah alat ucap yang bergerak atau digerakkan, misalnya, bibir bawah,
ujung lidah, dan daun lidah. Sementara itu, yang dimaksud dengan artikulator pasif adalah
alat ucap yang tidak dapat bergerak atau yang didekati oleh artikulator aktif, misalnya,
bibir atas, gigi atas, dan langit-langit keras. Sebagai contoh, apabila arus udara dihambat
pada kedua bibir, dengan cara bibir bawah, sebagai artikulator aktif, merapat pada bibir
atas, yang menjadi artikulator pasif, akan terjadi bunyi bahasa yang disebut bunyi bilabial,
seperti [ b ], [ p ], [ w ]. Namun, jika bibir bawah sebagai artikulator aktif, merapat pada
gigi atas, yang menjadi artikulator pasifnya, akan terjadi bunyi labiodental, yakni bunyi [ f
], dan [ v ]. Apabila ujung lidah, sebagai artikulator aktif, merapat pada gigi atas, yang
menjadi artikulator pasifnya, akan terjadi bunyi apikodental, yaitu bunyi [ t ], dan [ d ].
Keadaan, cara, atau posisi bertemunya artikulator aktif dan artikulator pasif disebut
dengan striktur.
9
Karena itu, udara keluar secara bergeser melui sela-sela bibir dengan gigi dan melalui
lubang-lubang diantara gigi. Bunyi yang dihasikan adalah ف
3. Bunyi apico-denal-alviolar atau disebut juga dengan lamionalveolar
Yaitu bunyi yang dihasilkan melalui sentuhan ujung lidah kepada pangkal gigi atas di
depan gusi, Bunyi yang dihasikan adalah د, ض, ل, ط, ت, dan ن
4. Bunyi avico-alveolars
Yaitu bunyi yang dihasilkan karena adanya sentuhan ujung lidah kepada gusi,yang
menyebabkan penyempitan keluarnya udara yang kemudian keluar secara pelan-
pelantanpa adanya letupan. Bunyi ini menghasilkan beberapa huruf, yaitu;س, ز,ر, dan
ص
5. Bunyi dorso-velar
Yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara menempelkan belakang lidah pada langit-
langit lunak. Bunyi yang dihasikan adalah ك,غ, dan ع
6. Bunyi inter-dental
Yaitu bunyi yang dihasilkan dengan meletakkan ujung lidah diantara gigi atas dan gigi
bawah (menggigit ujung lidah) akan tetapi tanpa menutup arus udara secara sempurna.
Bunyi yang dihasikan adalah ظ, ث,ذ
7. Bunyi foronto-palatal
Yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara menekan daun lidah pada langit-langit keras.
Bunyi yang dihasikan adalah شdan ج
8. Bunyi dorso-uvulars
Yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melalui pertemuan antara pangkal lidah dan anak
tekak, sehingga udara terhambat secara sempurna. Ketika hambatan udara dilepas, maka
akan menjadi letupan. Bunyi yang dihasikan adalah ق
9. Bunyi root-pharyngeals
Yaitu bunyi yang dihasikan dengan cara mendekatkan akar lidah kepada dinding
rongga kerongkongan, tetapi tidak sampai menyentuhnya. Bunyi yang dihasikan adalah
حdan ع
10. Bunyi golotals atau faringal
Yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara merapatkan dua pita suara sehingga udara
dari paru-paru yang melewati antara akar lidah dan dinding belakang rongga
kerongkongan terhambat. Bunyi yang dihasikan adalah هdan ء
11. Bunyi madio-patatals
Yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara menaikkan lidah bagian tengah kearah langit-
langit keras tanpa menyentuhnya. Bunyi yang dihasikan adalah ي
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fonologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari bunyi bahasa secara
umum. Dalam kehidupan sehari- hari, kita tidak akan lepas dari bunyi-bunyi bahasa sebagai alat
komunikasi antar sesama manusia. fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari
bunyi bahasa tanpa kaitan fungsinya sebagai pembeda makna, yaitu mulai dari bagaimana bunyi
yang dihasilkan, bagaimana bunyi merambat di udara, sampai dengan bagaimana bunyi
diterima oleh organ pendengaran manusia.
11
DAFTAR PUSTAKA
Yulianti, Ria, dan Firda unsiah, Fonologi, UB press, Malang, 2018, hlm 3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kamus besar bahasa Indonesia, (jakarta: Balai
pustaka, 1995), cet.Ke-4, h. 279
Nur, Asri Aini, Analisis kesalahan berbahasa indonesia pada tataran fonologi dalam dakwah
ust. Abd somad diyoutube, mataram, 2020, hlm 25
12
13
9