Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“FONOLOGI”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fonologi


Dosen Pengampu : Sahdan, M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Nurul Fitria Ramdhani


Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia
Semester : IA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang maha pengasih lagi maha penyayang. Puji dan
syukur penuis panjatkan kehadirat-Nya. Karena atas segala limpahan rahmat,nikmat, dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas salah satu mata kuliah yaitu “Fonologi”.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, Karena
masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi penyajian maupun isinya.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan juga bagi para pembaca pada umumnya. Kritik dan saran sangat di harapkan
guna perbaikan di masa yang akan datang.

Apitaik, 23 Januari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Fonetik ................................................................................................................................ 3
1.Pengertian dan Jenis-Jenis Fonetik........................................................................... 3
2.Terjadinya Bunyi dan Alat Ucap .............................................................................. 4
B. Fonemik .............................................................................................................................. 8
1.Distribusi Fonem ...................................................................................................... 9
2.Variasi Fonem .......................................................................................................... 9
C. Klasifikasi Bunyi ................................................................................................................ 9
1.Vokal dan Konsonan ................................................................................................ 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................................................... 12

Daftar Pustaka .................................................................................................................. 13

ii
BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipakai oleh manusia
untuk tujuan komunikasi. Hal itu merupakan fenomena yang menggabungkan dua dunia, yakni
dunia makna dan dunia bunyi. Bahasa mempunyai tiga subsistem yaitu subsistem fonologis,
subsistem gramatikal, dan subsistem leksikal.

Sebagaimana kita pahami bersama bahwa masyarakat bahasa di Indonesia bahasa


pertamanya adalah bahasa daerah masing-masing. Bahasa Indonesia hanya digunakan dalam
komunikasi tertentu, seperti dalam kegiatan-kegiatan resmi. Selain itu, dalam pembelajaran
bahasa Indonesia khususnya di Sekolah Dasar, istilah yang dikenal dan lazim digunakan guru
adalah istilah huruf walaupun yang dimaksud adalah fonem. Mengingat keduanya merupakan
istilah yang berbeda, untuk efektifnya pembelajaran, tentu perlu diadakan penyesuaian dalam
segi penerapannya. Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal/fonem baku dalam
bahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itu dikurangi jika
mungkin diusahakan dihilangkan begitu pula pemakaian istilah huruf dan fonem perlu dibedakan,
lebih-lebih bagi guru karena akan memberikan pengaruh kepada siswa. Ingat, guru adalah model
dalam berbahasa bagi siswa.

Sebagai seorang guru, pemahaman struktur fonologi bahasa Indonesia selain dapat
menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-
hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa. Begitu pula halnya
dengan penggunaan istilah huruf dengan fonem karena keduanya memang berbeda.

B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan masalah mengenai fonologi bila kita tidak menetukan patokan-patokan
yang jelas mengenai hal-hal yang akan kita bahas tentunya kita akan memperoleh kesulitan
dalam mengembangkan makalah ini. Mengingat adanya keterbatasan dalam kemampuan
penyusun dan demi terarahnya penyusunan makalah maka penyusun membatasi permasalahan
pada hal-hal:
1. Apakah yang dimaksud denga fonetik?
2. Apakah yang dimaksud dengan fonemik?
3. Apa sajakah jenis-jenis fonetik?
4. Bagaimana proses terjadinya alat ucap
5. Apa saja bagian dari klasifikasi vocal dan konsonan?

1
C. Tujuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Fonologi.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fonologi.

2. Untuk mengetahui dan memahami fonetik.


3. Untuk mengetahui dan memahami fonemik.
4. Untuk mengetahui proses terjadinya alat ucap.
5. Untuk referensi bagi rekan mahasiswa.

D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menambah ilmu pengetahuan
2. Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan;
3. Dari isi makalah ini kita bisa mengetahui lebih jauh tentang fonologi, fonetik, dan fonemik
4. Mengetahui dan memahami tentang bunyi bahasa dan bukan bunyi bahasa.
5. Mengetahui dengan lebih jelas bagaimana bunyi-bunyi bahasa dihasilkan dan dituturkan
serta mengenai alat-alat artikulasi yang berperan dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa.

2
BAB II PEMBAHASAN

A.FONETIK
1 Pngertian dan Jenis –Jenis Fonetik
Fonetik (vokal,konsonan) adalah yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau
bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia bunyi yang keluar dari mulut
tanpa mendapat hambatan,yang menghambat hanya posisi lidah,bentuk bibir.vokal (a,i,u,e,o).
Fonetik ada tiga jenis yaitu :
1. Fonetik artikulatoris
Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis yang mempelajari
mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi. Pembahasannya, antara
lain meliputi masalah alat-alat ucap yang digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa itu;
mekanisme arus udara yang digunakan dalam memproduksi bunyu bahasa; bagaiamana bunyi
bahasa itu dibuat; mengenai klasifikasi bunyi bahasa yang dihasilkan serta apa criteria yang
digunakan mengenai silabel dan juga mengenai unsure-unsur atau ciri-ciri suprasegmental,
seperti tekanan, jeda, durasi, dan nada.
2. Fonetik akustik
Fonetik akustik disebut ilmu yang mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa
fisis.bunyi-bunyi itu diselidiki dari frekuensi getarannya,amplitudonya. Objeknya adalah bunyi
bahasa ketika merambat diudara, antara lain membicarakan : gelombang bunyi beserta frekuensi
dan kecepatannya ketika merambat di udara, spectrum, tekanan, dan intensitas bunyi. Juga
mengenai skala decibel, resonansi, akustik produksi bunyi, serta pengukuran akustik itu. Kajian
ini lebih mengarah kepada fisika daripada kajian linguistik, meskipun linguistik memiliki
kepentingan didalamnya.
3. Fonetik auditori
Fonetik auditori disebut ilmu yang mempelajari mekanisme penerimaan bunyi bahasa
oleh telinga. Pembahasannya mengenai struktur dan fungsi alat dengar, yang disebut telinga itu
bekerja. Kajian ini lebih berkenaan dengan ilmu kedokteran.
Dari ke tiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia linguistik adalah
fonetik artikulatoris, karena fonetik ini berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi
bahasa di hasilkan atau di ucapkan manusia.

3
2 Terjadinya Bunyi Dan Alat Ucap
Seperti yang sudah disebutkan, bahwa fonetik (artikulatoris) mengkaji cara membentuk
bunyi-bunyi bahasa. Adapun sumber kakuatan utama untuk membentuk bunyi bahasa yaitu udara
yang keluar dari paru-paru. Udara tersebut dihisap ke dalam paru-paru, kemudian dikeluarkan
ketika bernafas. Ketika udara keluar dari paru-paru melalui tenggorokan, ada yang mendapat
hambatan ada yang tidak mendapat hambatan.
Proses membentuk dan mengucapkan bunyi berlangsung dalam suatu kontinuum.
Menurut analisis bunyi fungsional, arus bunyi yang kontinuum tersebut bisa dikategorisasikan
berdasarkan segmen tertentu. Walaupun denikian, ada pula bunyi yang tidak dapat
dikategorisasikan menjadi segmen-segmen tertentu yang disebut bunyi suprasegmental. Oleh
sebab itu, bunyi bahasa dapat dibagi menjadi :
(1) Bunyi segmental dan
(2) Bunyi suprasegmental.
Proses terbentuknya bunyi bahasa secara garis besarnya terbagi atas 4 macam, yakni:
(1) Proses keluarnya bunyi dari paru-paru,
(2) Proses fonasi, yaitu lewatnya bunyi dalam tenggorokan,
(3) Proses artikulasi yaitu proses terbentuknya bunyi oleh artikulator dan,
(4) Proses oro-nasal, proses keluarnya bunyi melalui mulut atau hidung (ladefoged, 1973: 2-3).

 Terjadinya Bunyi:
1. Sumber energi utama terjadinya bunyi bunyi bahasa adalah adanya udara dari paru-paru.
2. Udara dihirup ke dalam paru-paru kemudian dihembuskan keluar bersama-sama waktu
sedang bernapas.
3. Udara yang dihembuskan (atau dihirup untuk sebagaian kecil bunyi bahasa) mendapat
hambatan di berbagai tempat alat-alat bicara dengan berbagai cara sehingga terjadi bunyi bahasa.
4. Tempat atau alat bicara yang dilewati diantaranya batang tenggorok, pangkal tenggorok,
kerongkongan, rongga mulut, rongga hidung.
5. Pada waktu udara mengalir keluar pita suara harus dalam keadaan terbuka.
6. Jika udara tidak mengalami hambatan pada alat bicara, bunyi bahasa tidak akan terjadi.
7. Syarat terjadinya bunyi bahasa secara garis besar.

 Alat ucap :

4
1. Paru-paru (lungs)
2. Batang tenggorok (trachea)
3. Pangkal tenggorok (larynx)
4. Pita-pita suara (vocal cords)
5. Krikoid (cricoid)
6. Tiroid (thyroid/lekum)
7. Aritenoid (arythenoids)
8. Dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx)
9. Epiglotis (epiglottis)
10. Akar lidah (root of the tongue)
11. Punggung lidah/ pangkal lidah (dorsum)
12. Tengah lidah (medium)
13. Daun lidah (lamina)
14. Ujung lidah (apex)
15. Anak tekak (uvula)
16. Langit-langit lunak (velum)
17. Langit-langit keras (palatum)
18. Gusi dalam/ ceruk gigi (alveolae)
19. Gigi atas (denta)
20. Gigi bawah (denta)
21. Bibir atas (labia)
22. Bibir bawah (labia)
23. Mulut
24. Rongga mulut (oral cavity)
25. Rongga hidung (nasal cavity)

a.Paru-paru (Lungs)
Paru-paru berfungsi untuk bernafas. Bernafas terdiri atas dua proses, yakni: (1) Proses
menghisap udara ke paru-paru, yang berupa oksigen (O2); dan (2) Proses mengeluarkan udara
dari paru-paru, yang berupa karbondioksida (CO2).
Selama hidup, manusia senantiasa menghisap dan mengeluarkan uadara. Dengan demikian, paru-
paru berfungsi untuk mengeluarkan udara yang menjadi sumber terbentuk bunyi bahasa (Pike,
1974).

5
b. Pangkal Tenggorokan (Larynx)
Pangkal tenggorokan adalah rongga di ujung saluran pernapasan. Pangkal tenggorokan
ini terdiri atas empat komponen, yakni: (1) tulang rawan krikoid, (2) tulang rawan Aritenoid, (3)
sepasang pita suara, dan (4) tulang rawan tiroid (Malmberg, 1963:22).
Tenggorokan (larynx), rongga anak tekak (pharinx), pita suara (vokal cords), dan anak
tekak (uvula). Tenggorokan berfungsi untuk mengeluarkan udara dari paru-paru, rongga tersebut
dapat membuka atau menutup. Jika rongga tenggorokan membuka akan membentuk bunyi vokal,
sebaliknya jika rongga tenggorokan menutup akan membentuk bunyi konsonan. Tentu saja,
fungsi pita suara sangat penting dalam menghasilkan bunyi. Uraian mengenai fungsi pita suara
dijelaskan di bawah ini.
c. Rongga Anak Tekak (Pharynx)
Rongga anak tekak ada di antara pangkal tenggorokan dan rongga mulut dan rongga hidung.
Gunanya sebagai saluran udara yang akan bergetar bersama sama dengan pita suara. Adapun
bunyi yang dihasilkannya disebut bunyi faringal.
d. Pita suara (Vokal Cords)
Bunyi yang dihasilkan pita suara diatur oleh sistem otot aritenoid. Pita suara bagian
depan mengait pada tulang rawan tiroid. Adapun pita suara bagian belakang mengait pada tulang
rawan Aritenoid. Pita suara dapat membuka luas atau menutup, fungsinya sebagai katup yang
ngatur jalannya udara dari paru-paru ketika melalui tenggorokan.
Akibat membuka dan menutup pita suara, akan memunculkan rongga di antara pita suara
yang disebut glotis. Posisi glotis ada empat macam, yakni: membuka lebar, membuka, menutup,
dan menutup rapat. Proses bergetarnya pita suara tersebut disebut proses fonasi. Proses teresebut
dapat digambarkan sebagai berikut.

 Proses membuka-Nutupnya Glotis


Posisi Glotis akan mempengaruhi pola terbentuknya bunyi bahasa. Jika posisi glotis
membuka akan menghasilkan bunyi tak bersuara. Sebaliknya, jika posisi glotis menutup akan
menghasilkan bunyi bersuara. Di bawah ini dijelaskan posisi pita suara ketika membentuk bunyi
bahasa.

1. Posisi pita suara ketika bernafas

6
Ketika bernafas, pita suara membuka lebar sehingga udara yang keluar dari paru-paru melalui
tenggorokan tidak ada yang menghalangi. Posisi pita suara seperti ini umumnya menghasilkan
bunyi vokal, bunyi [h p,t,s k].
2. Posisi pita suara bergetar
Jika pita suara bergetar, bagian atasnya membuka sedikit sehingga membentuk bunyi [b,d,g,m,r].
Jika pita suara tidak bergetar, akan menghasilkan bunyi [p,t,c,k,f,h,s].
3. Posisi pita suara ketika ngengucapkan bunyi glotal
Ketika ngucapkan konsonan glotal, pita suara menutup sehingga bunyi yang melalui
tenggorokanberhenti sejenak, dan menghasilkan bunyi hamzah [?].
4. Posisi pita suara ketika berbisik
Posisi pita suara ketika berbisik, bagian bawahnya menutup sedikit, udara yang keluarnya pun
berkurang sehingga bunyi–bunyi bahasa tersebut tidak jelas terdengarnya.

 Macam-macam Posisi Glotis


a. Langit-langit Lunak (Velum) dan Anak tekak (Uvula)
Langit-langit lunak (velum) beserta bagian ujungnya yaitu anak tekak (uvula) dalam
menghasilkan bunyi bahasa, dapat turun atau naik. Ketika bernafas normal, langit-langit lunak
dan anak tekak tersebut turun, sehingga udara dapat leluasa melalui hidung, termasuk ketika
membentuk bunyi nasal. Ketika menghasilkan bunyi nonnasal, langit-langit lunak dan anak tekak
naik menutup rongga hidung. Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh langit-langit lunak
disebut bunyi velar. Adapun bunyi yang dihasilkan dengan hambatan anak tekak disebut bunyi
uvular.
b. Langit-langit Keras (Palatum)
Langit-langit keras merupakan susunan tulang-belulang. Bagian depannya mulai dari
langit-langit cekung ka atas, kemudian diikuti oleh bagian belakang yang lunak. Menghasilkan
bunyi bahasa, langit-langit keras menjadi artikulator pasif. Adapun artikulator aktifnya ialah
ujung lidah dan tengah lidah. Bunyi yang dihasilkan oleh langit-langit keras disebut bunyi
palatal, sedangkan bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah (apex) disebut bunyi apical. Bunyi
yang dihasilkan oleh tengah lidah (medium) disebut bunyi medial. Bunyi-bunyi tersebut biasa
digabungkan menjadi apikopalatal dan medio-palatal (Bloch & Trager, 1942:15).
c. Gusi (Alveolum)
Gusi merupakan tempat tumbuhnya gigi. Gusi dapat disebut daerah kaki gigi. Dalam
membentuk bunyi bahasa, lidah merupakan titik artikulasi, sedangkan articulator aktifnya ialah

7
ujung lidah. Bunyi yang dihasilkan oleh gusi disebut bunyi alveolar. Selain itu, gusi dapat
bersama-sama dengan daun lidah (lamina) membentuk bunyi bahasa, sehingga menghasilkan
bunyi laminal. Gabungan kedua bunyi tersebut disebut bunyi lamino-alveolar.
d. Gigi (Dentum)
Gigi terbagi dua, yaitu gigi atas dan gigi bawah. Ketika membentuk bunyi bahasa, gigi
yang berperan penting yaitu gigi atas. Gigi atas biasanya bersama-sama dengan bibir baeah atau
ujung lidah. Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh gigi atas dan gigi bawah disebut bunyi dental,
bunyi bahasa yang dihasilkan oleh gigi atas dan bibir bawah disebut labio-dental. Adapun bunyi
bahasa yang terbentuk oleh gigi atas dan ujung lidah disebut bunyi apiko-dental.
e. Bibir (labium)
Bibir dibagi menjadi dua bagian, yaitu bibir atas dan bibir bawah. Ketika membentuk
bunyi bahasa, bibir atas berfungsi sebagai articulator pasif bersama-sama dengan bibir bawah
yang menjadi articulator aktif. Bunyi yang dihasilkan oleh dua bibir disebut bunyi bilabial.

3 Klasifikasi Bunyi
1) Berdasarkan ada tidaknya rintangan terhadap arus udara dalam saluran suara.
a) Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan. Pada
pembentukan vokal tidak ada artikulasi.
b) Konsonan adalah bunyi bahasa yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada
sebagian alat ucap. Dalam hal ini terjadi artikulasi.
c) Bunyi semi-vokal adalah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan, tetapi karena pada
waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni.
2) Berdasarkan jalan keluarnya arus udara.
a) Bunyi nasal, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menutup arus udara ke luar melalui
rongga mulut dan membuka jalan agar arus udara dapat keluar melalui rongga hidung.
b) Bunyi oral, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan jalan mengangkat ujung anak tekak
mendekati langit-langit lunak.

B. Fonemik

Fonemik yaitu kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan
makna. Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau
berfungsi membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a], [b] dan [u]
jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan

8
bunyi[r]. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang
berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
a) Fonetik adalah bagian dari studi linguistik yang mempelajari bunyi bahasa secara umum,
tanpa memperhatikan makna, yang tidak bersifat fungsional, kajian bunyi bahasa manapun.
Sedangkan fonemik adalah bagian dari studi linguistik yang mempelajari bahasa tertentu yang
memperhatikan perbedaan makna.
b) Fonemisasi adalah salah satu prosedur atau cara menemukan fonem suatu bahasa. Penemuan
fonem suatu bahasa itu didasarkan pada data-data yang secara fonetis akurat. Salah satu prosedur
fonemisasi adalah “pasangan minimal” (minimal pairs). Pasangan minimal, yaitu bentuk-bentuk
bahasa yang terkecil dan bermakna dalam sebuah bahasa yang secara ideal sama, kecuali satu
bunyi yang tidak sama. Hasil dari fonemisasi dengan prosedur pasangan minimal adalah
ditemukannya suatu fonem, yaitu satuan bunyi yang terkecil yang fungsional atau distingtif,
dalam arti membedakan makna.

1. Distribusi Fonem

1) Distribusi fonem adalah letak atau posisi suatu fonem dalam suatu satuan yang lebih besar
yaitu tutur, morfem, atau kata.
2) Dalam satuan yang lebih besar dari fonem itu, terdapat tiga posisi untuk setiap fonem, yaitu
posisi awal (inisial), posisi tengah (medial), dan posisi akhir (final).
3) Sebuah fonem berdistribusi awal apabila letaknya terdapat pada awal satuan itu dan disebut
berdistribusi medial, apabila fonem itu terletak di tengah satuan itu, serta berdistribusi final, bila
fonem itu terletak pada akhir satuan itu.
4) Terdapat empat cara menentukan distribusi suatu fonem, yaitu dalam tutur, dalam morfem
dan, dalam silaba, serta hubungan urutan vokal atau konsonan.
5) Dalam hubungan dengan silaba, fonem-fonem itu dapat berposisi sebagai tumpu (awal silaba),
inti atau puncak silaba, dan koda (akhir suku).
6) Setiap vokal hanya berfungsi sebagai inti atau puncak silaba.
7) Setiap konsonan hanya berfungsi sebagai tumpu atau koda.
8) Tidak setiap konsonan menempati distribusi akhir (final).

2. Variasi Fonem

1) Variasi fonem terjadi karena posisi atau letak suatu fonem dalam suatu kata atau suku kata
yang merupakan lingkungannya;
2) Variasi fonem disebut juga variasi alofonis, yaitu alofon atau realisasi fonem dalam suatu
lingkungan;
3) Variasi bebas adalah variasi fonem, yang tidak mengubah makna pada suatu lingkungan
tertentu;
4) Variasi bebas dapat terjadi karena ketidaksengajaan atau karena dialek.;

C. Klasifikasi Bunyi
1. Vokal dan Konsonan
Bunyi bahasa dibedakan atas:
 vocal

9
 konsonan.
Bunyi vocal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Pita suara yang terbuka sedikit
menjadi bergetar ketika dilalui arus udara yang dipompakan dari paru-paru. Arus udara itu
keluar melalui rongga mulut tanpa hambatan bunyi konsonan terjadi setelah arus udara melewati
pita suara yang terbuka sedikit atau agak lebar diteruskan dirongga mulut atau rongga hidung
dengan mendapat hambatan ditempa-tempat artikulasi tertentu.
1. Bunyi Vokal
Bunyi vocal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berasarkan posisi lidah dan bentuk
mulut. Posisi lidah biasa bersifat vertical dan horizontal.
Secara vertical dibedakan adanya :
 vocal tinggi, misalnya, bunyi {i} dan {u}.
 vocal tengah, misalnya, bunyi [e] .
 vocal rendah, misalnya , bunyi [a]

Secara horizontal dibedakan :


 Vokal depan. Misalnya, bunyi [I dan [e]
 Vokal pusat, misalnya bunyi [∂]
 Vocal belakang, misalnya bunyi [u] dan [o]

Menurut bentuk mulut dibedakan :


 Vocal bundar misalnya, vocal [o] dan [u]
 Vocal tak bundar misalnya, vocal [i] dan [e]

Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut itulah kemudian kita memberi nama akan
vocal-vokal itu, misalnya :
[i] adalah vokal depan tinggi tak bundar
[e] adalah vkal depan tengah tak bundar
[∂] adalah vocal pusat tengah tak undar
[o] adalah vokal belakang tngah bundar
[a] adalah vocal pusat rendah tak bundar

2. Diftong atau Vocal Rangkap


Disebut diftong atau vocal rangkap karena posisi lidah etika memproduksi bunyi ini pada
bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. Contoh diftong daam bahasa Indonesia adalah
[au] pada kerbau.

10
Diftong sering dibedakan berdasarkan letak atau posisi unsur-unsurnya sehingga
dibedakan adanya:
1. diftong naik
2. diftong turun.
 Diftong naik karena bunyi pertama posisinya lebih rendah dari posisis bunyi yang kedua.
 Diftong turun karena posisibuyi pertama lebih tiggi dari posisi yang kedua.

3 Klasifikasi Konsonan
Bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan 3 patokan yaitu posisi pita suara,
tempat artikulasi, cara artikulasi
Berdasarkan tempat artikulasi ;
1. Bilabial yaitu konsoan yang terjadi pada kedua belah bibir atas. Contoh. Bunyi [b],[p],[m]. b]
dan [p] adalah bunyi oral yaitu dikelarkan melalui rongga mulut, dan bunyi [m ] adalah bunyi
nasal yatu bunyi yang dikeluarkan melalui rongga hidung.
2. Labiodental yakni konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas. Contoh, bunyi [f] dan
[v]
3. Aminoalveolar yakni konsonan yang terjadi pada daun lidah dn gusi. Contohya, bunyi [t] dan
[d]
4. Dorsvelar yakni konsonan yang terjad pada pangkal lidah dan velum. Contohnya, bunyi [k]
dan [g]
Berdasarkan cara artikulasinya dibedakan atas :
1. hambat, contohnya, bunyi [p] [b] [t] [d] [k] [g]
2. geseran , contohnya bunyi [f] [s] [z]
3. paduan, contohya, bunyi [c] [j]
4. senggauan, contohnya, bunyi [m] [n] [ŋ]
5. getaran, contohnya, bunyi [r]
6. sampingan , contohnya, bunyi [l]
7. hampiran, contohnya, [w] [y]

11
BAB III PENUTUP

A. Simpulan
Fonetik adalah bidang linguisti yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan
apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Menurut urutan
jenisnya fonetik dibagi menjadi tiga, yaitu: Fonetik Artikulatoratis, disebut juga fonetik organis
atau fisiologis yaitu mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam
menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklarifikasikan. Fonetik Akustik,
yaitu mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisik atau fenomena alam, bunyi-bunyi itu
diselidiki frekuensi getarannya, intensitasnya dan timbrenya. Fonetik Auditoris, yang
mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita. Dan dari
ketiga jenis fonetik ini yang palimg dominan dalam dunia linguistic adalah Fonetik
Artikulatoratis, sedangkan Fonetik Auditoris lebih dengan bidang kedokteran, yaitu neurology,
dan Fonetik Akustik lebih berkenaan dengan fisika.
Objek penelitian fonetik adalah fon, yaitu bunyi bahasa yang pada umumnya tanpa
memperlihatkan apakah bunyi tersebut itu mempunyai fungsi sebagai pembeda makna kata atau
tidak, sebaliknya objek penelitian fonemik adalah fonem, yaitu bunyi bahasa yang dapat atau
berfungsi membedakan makna kata.
B. Saran
Untuk mengetahui apakah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari sebuah satuan
bahasa, biasanya sebuah kata, yang mengandung bunyi tersebut lalu membandingkan dengan
satuan bahasa yang pertama, kalau ternyata kedua satuan bahasa tersebut berbeda maknanya,
maka benar bunyi tersebut adalah sebuah fonem, karena ia bisa atau berfungsi membedakan
makna kedua satuan bahasa itu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan (Peny.) 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Alwi, Hasan, dkk, 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa dan Anton M. Moeliono.


1998. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.

Baskoro, Suryo. 2000. Fonologi. Yogyakarta:Program pasca sarjana UGM.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Bandung: Rineka Cipta

Depdikbud. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Depdiknas. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka

Givon, Talmy. 1979. On Understanding Grammar. New York: Acade-mic Press.

Jones, Daniel. 1958. The Pronunciation of English. Cambridge: Great Britain at The University
Press.

Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.

Lass, Roger. 1988. Fonologi (Terj.) Warsono. Cambridge: Cambridge University Press.

Lass, Roger. 1991. Fonologi (Terj.) Warsono. Cambridge: Cambridge University Press.

Lyons, John. 1968. Introduction to Theoretical Linguistics. Cambridge: Cambridge University


Press.

Marsono, 1986. Fonetik. Yogyakarta: UGM Press.

13
Marsono. 1986. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Parera, Jos Daniel. 1983. Fonetik dan Fonemik. Ende, Flores: Nusa Indah.

Robins, R.H., 1992, Linguistik Umum Sebuah Pengantar terjemahan Soenarjati Djajanegara
General Linguistics. Seri ILDEP Ke-62. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Samsuri. 1978. Analisa Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Samsuri. 1994. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga

Santoso, Puji. 2004. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Pusat Penerbitan
UT

Saussure, Ferdinand de, 1988, Pengantar Linguistik Umum. terjemahan Rahayu S. Hidayat
Cours de Linguistique Generale. Seri ILDEP Ke-35. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soeparno.1993. Dasar-dasar linguistik. Yogyakarta:mitra gama widya.

Spat, C. 1989. Bahasa Melayu: Tata Bahasa Selayang Pandang. terjemahan A. Ikram Maleische
Taal: Overzicht van de Grammatica. Seri ILDEP, Jakarta: Balai Pustaka.

Sudarno. 1990. Morfofonemik Bahasa Indonesia. Jakarta: Arikha Media Cipta.

Suhendra, Yusuf. 1998. Fonemik dan Fonologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suparno dan Ola. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Depdiknas.

Supriyadi, dkk. 1992. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 4. Jakarta : Depdiknas

Verhaar, J. W. M. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

Yakop Colin and John Clark, 1991. Introduction to Phonetics and Phonemics. Cambridge: Basil
Black Well, Ltd.

Yudi Cahyono, Bambang. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Erlangga.

14

Anda mungkin juga menyukai