Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP DASAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

OLEH:

KELOMPOK 1

NABILA SRIWAHYUNI :A1G123128


WA ODE ANGGUN SAWAN. S :A1G123142
HERLITA PATALLE :A1G123118
NURMULA BANARA :A1G123134
DIASTUTI :A1G123114
DITONG PRATAMA NAIM :A1G123115
IKSHAN RAMADHAN :A1G123120

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Pertama – tama kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas Rahmat-Nya dan karunianya ,
kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah Konsep Dasar Bahasa dan Sastra indonesia yang telah membimbing kami dalam
pengerjaan tukas makalah kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
kami yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data atau materi dalam
makalah ini.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini ada kesalahan yang belum kami ketahui. Maka dari itu
kami perlu saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya makalah yang
sempurna.

Kendari, 22 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN

A. Struktur Fonologi
a. Pengertian Fonologi
b. Manfaat Fonologi dalam Penyusunan Bahasa.
c. Sistem fonologi dan alat ucap
B. Jenis-jenis fonem
a. Vokal
b. Diftong
c. Konsonan
d. Kluster
C. Ilmu- ilmu yang tercakup dalam fonologi
a. Fonetik
b. fonemik

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak masyarakat yang memakai bahasa
Indonesia tetapi tuturan atau ucapan daerahnya terbawa ke dalam tuturan bahasa
Indonesia. Tidak sedikit seseorang yang berbicara dalam bahasa Indonesia, tetapi
dengan lafal atau intonasi Jawa, Batak, Bugis, Sunda dan lain-lain. Hal ini
dimungkinkan karena sebagian besar bangsa Indonesia memosisikan bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua. Sedangkan bahasa pertamanya adalah bahasa daerah masing-
masing. Bahasa Indonesia hanya digunakan dalam komunikasi tertentu, seperti dalam
kegiatan-kegiatan resmi.
Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di Sekolah Dasar,
istilah yang dikenal dan lazim digunakan guru adalah istilah “huruf” walaupun yang
dimaksud adalah “fonem”. Mengingat keduanya merupakan istilah yang berbeda, untuk
efektifnya pembelajaran, tentu perlu diadakan penyesuaian dalam segi penerapannya.
Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal atau fonem baku dalam bahasa
Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itu dikurangi jika
mungkin diusahakan dihilangkan.
Mempelajari struktur fonologi bahasa Indonesia, dapat menjadikan pemahaman
terhadap pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari,
juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan bahasa siswa sehingga logat
daerah tidak tercampur dengan bahasa Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut maka makalah ini berisi penjelasan lebih lanjut
tentang struktur fonologi bahasa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berikut perumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan fonologi?
2. Apa manfaat fonologi dalam penyusunan Bahasa?
3. Bagaimanakah sistem fonologi dan alat ucap?
4. Menjelaskan jenis- jenis fenom?
5. Bagiamana ilmu- ilmu yang tercakup dalam fonologi?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian fonologi
2. Mengetahui manfaat fonologi dalam penyusunan bahasa
3. Mengetahui sistem fonologi dan alat ucap
4. Mengetahui jenis – jenis fenom
5. Mengetahui ilmu – ilmu yang tercakup dalam fonologi
BAB II

PEMBAHASAAN

A. Struktur Fonologi
a. Pengertian Fonologi.
Sebelum diuraikan mengenai fonologi, terlebih dahulu dibahas
mengenai struktur. Struktur adalah penyusunan atau penggabungan unsur-unsur
bahasa menjadi suatu bahasa yang berpola.
Secara etimologi kata fonologi berasal dari gabungan kata fon yang berarti
‘bunyi‘ dan logi yang berarti ‘ilmu’. Sebagai sebuah ilmu, fonologi lazim
diartikan sebagai bagian dari kajian linguistik yang mempelajari, membahas,
membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh
alat-alat ucap manusia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa
fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi–bunyi bahasa
menurut fungsinya. Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik,
fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa
menurut fungsinya. Dengan demikian, fonologi adalah sistem bunyi dalam
bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang
bunyi bahasa.
b. Manfaat Fonologi dalam Penyusunan Bahasa.
Ejaan adalah peraturan penggambaran atau pelambangan bunyi ujar
suatu bahasa. Karena bunyi ujar adalah dua unsur, yaitu segmental dan
suprasegmental, ejaan menggambarkan atau melambangkan kedua unsur bunyi
tersebut.
Perlambangan unsur segmental bunyi ujar tidak hanya bagaimana
melambangkan bunyi-bunyi ujar dalam bentuk tulisan atau huruf, tetapi juga
bagaimana menuliskan bunyi-bunyi ujar dalam bentuk kata, frase, klausa, dan
kalimat, bagaimana memenggal suku kata, bagaimana menuliskan singkatan,
nama orang, lambang-lambang teknis keilmuan dan sebagainya. Perlambangan
unsur suprasegmental bunyi ujar menyangkut bagaimana melambangkan
tekanan, nada, durasi, jeda dan intonasi. Perlambangan unsur suprasegmental
ini dikenal dengan istilah tanda baca.
Tata cara penulisan bunyi ujar ini bisa memanfaatkan hasil kajian
fonologi, terutama hasil kajian fonemik terhadap bahasa yang bersangkutan.
Oleh karena itu, hasil kajian fonemik terhadap ejaan suatu bahasa disebut ejaan
fonemis.
c. Sistem Fonologi dan Alat Ucap
Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah fonem, yang terdiri
atas:
1) fonem vokal 6 buah (a, i. u, e, dan o).
2) fonem diftong 3 buah.
3) fonem konsonan 23 buah (p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, η, s, h, r, l, w,
dan y
Bentuk-bentuk fonem suatu bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
dibahas dalam bidang fonetik. Terkait dengan hal itu, Samsuri (1994)
menyatakan secara fonetis bahasa dapat dipelajari secara teoritis dengan tiga
cara, yaitu:
1. Bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia.
2. Bagaimana arus bunyi yang telah keluar dari rongga mulut atau rongga
hidung di pembicara merupakan gelombang-gelombang bunyi udara.
3. Bagaimana bunyi itu di inderakan melalui alat pendengaran dan syaraf
si pendengar.
Alat ucap dibagi menjadi dua macam:
1. Artikulator adalah 0rgan pada tubuh manusia yang berfungsi dalam
pengucapan bunyi bahasa
2. Titik Artikulasi adalah titik atau daerah pada bagian alat ucap yang dapat
disentuh atau didekati.
Fonem-fonem yang dihasilkan karena gerakan organ-organ bicara terhadap
aliran udara dari paru-paru sewaktu seseorang mengucapkannya. Jika bunyi
ujaran yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan, maka bunyi atau
fonem yang dihasilkan adalah vokal. Selanjutnya jika bunyi ujaran ketika udara
keluar dari paru-paru mendapat halangan, maka terjadilah bunyi konsonan.
B. Jenis-jenis Fonem
Fonem merupakan satuan linguistik yang membedakan makna. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah satuan bunyi terkecil yang mampu
menunjukkan kontras warna ( misalnya /i/ dan /u/ adalah fonem karena membedakan
makna kata busa dan bisa, /b/ dan /p/ adalah dua fenom yang berbeda karena baku dan
paku beda maknanya.
Supriyadi (1992) berpendapat bahwa yang dimaksud fonem adalah satuan
kebahasaan yang terkecil. Santoso (2004) menyatakan bahwa fonem adalah setiap
bunyi ujaran dalam satu bahasa mempunyai fungsi membedakan arti. Bunyi ujaran
yang membedakan arti ini disebut fonem. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena
belum mengandung arti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) tertulis bahwa
yang dimaksud fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras
makna. Misalnya /b/ dan /p/ adalah dua fonem yang berbeda karenabara dan para beda
maknanya. Contoh lain: mari, lari, dari, tari, sari jika satu unsur diganti dengan unsur
lain, maka akan membawa akibat yang besar yakni perubahan makna.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang
bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem
tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti.
Fonem secara garis besar terbagi vokal dan konsonan, selain itu terdapat diftong
dan kluster. Agar lebih jelas simak penjelasan berikut ini :
a. Vokal
Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh suara tanpa hambatan.
Vokal merupakan bunyi yang sonoritasnya (kenyaringan) tinggi vokal menurut
Kamus
Besar bahasa Indonesia (KBBI) memiliki beberapa pengertian, dengan hal ini
yang di maksud dengan Vokal adalah:
 Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh arus udara dari paru-paru melalui
pita suara dan penyempitan pada saluran suara di atas glotis
 Satuan fonologis yang diwujudkan dalam lafal tanpa pergeseran, seperti
[a], [i], [u], [e], [o]

Vokal dibagi menjadi dua, yaitu vokal tunggal (monoftong) yang meliputi a, i,
u, e, o dan vokal rangkap (diftong), yang meliputi ai, au, oi. Vokal dapat
dibedakan berdasarkan tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak,
striktur (stricture), dan bentuk bibir.

1. Berdasarkan tinggi rendahnya lidah.


Vokal tinggi : [i, u]
Vokal madya : [e, ǝ, ԑ, o, ɔ]
Vokal rendah : [a, ɑ]
2. Berdasarkan bagian lidah yang bergerak
 Vokal depan, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan turun naiknya
lidah bagian depan, misalnya: [i, e, ԑ, a]
 Vokal tengah, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan lidah bagian
tengah, misalnya: [ǝ]
 Vokal belakang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan turun naiknya
lidah bagian belakang (pangkal lidah), misalnya: [u, o, ɔ, ɑ].
3. Berdasarkan striktur (stricture).
Striktur merupakan hubungan posisi antara artikulator aktif yaitu lidah
dan artikulator pasif yaitu langit-langit. Dengan demikian, striktur vokal
ditentukan oleh jarak lidah dengan langit-langit.
Berdasarkan strikturnya, vokal dibedakan menjadi vokal tertutup, vokal
semi-tertutup, vokal semi-terbuka, dan vokal terbuka.
 Vokal tertutup
Close vowels atau vokal tertutup adalah vokal yang dibentuk dengan
posisi lidah yang diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit.
Yang termasuk vokal tertutup adalah fonem [i] dan [u]
 Vokal semi-tertutup
Half-close atau vokal semi-tertutup adalah vokal yang dibentuk dengan
posisi lidah yang diangkat sepertiga di bawah tertutup atau dua pertiga
di atas vokal yang paling rendah. Yang termasuk vokal semi-tertutup
adalah fonem [e] dan [o].
 Vokal semi-terbuka
Half-open atau vokal semi-terbuka adalah vokal yang dibentuk dengan
posisi lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas vokal yang
paling rendah atau dua pertiga di bawah vokal tertutup. Yang termasuk
vokal semi-terbuka adalah fonem [ԑ] dan [ɔ]
 Vokal terbuka
Open vowels atau vokal terbuka adalah vokal yang dibentuk dengan
posisi lidah serendah mungkin, kira-kira pada garis yang
menghubungkan antara vokal [a] dan [ɑ]. Dengan demikian kedua
fonem tersebut merupakan vokal terbuka.
4. Berdasarkan bentuk bibir
 Vokal bulat : yaitu diucapan dengan bentuk bibir bulat. Terbuka bulat
contohnya [ɔ], tertutup bulat contohnya [u]
 Vokal netral: yaitu diucapkan dengan bentuk bibir dalam posisi netral.
Misalnya vokal [ɑ].
 Vokal tak bulat: yaitu yang diucapkan dengan bentuk bibir terbentang
lebar. Misalnya vokal: [i, e, ǝ, ԑ, a
b. Diftong
Diftong menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bunyi vokal
rangkap yang tergolong dalam satu suku kata (seperti ai dalam kata rantai, au
dalam kata imbau). Diftong terbagi menjadi diftong naik (rising dipthtongs),
diftong turun (falling diphtongs) dan diftong memusat (centring diphtongs).
1. Diftong naik (rising diphtongs)
Diftong naik (rising dipthtongs) adalah vokal yang diucapkan dengan
posisi lidahvokal kedua lebih tinggi daripada yang pertama. Diftong ini juga
disebut diftong menutup (closing diphtongs). Bahasa Indonesia memiliki tiga
jenis diftong naik, yaitu:
Diftong naik-menutup-maju [aI], misalnya pakai, tupai.
Diftong naik-menutup-maju [oi], misalnya amboi, sepoi-sepoi.
Diftong naik-menutup-mundur [aU], misalnya kacau, saudara.
Dalam bahasa Indonesia, hanya terdapat jenis diftong naik saja, sedangkan jenis
diftong yang lain tidak ada.
2. Diftong turun (falling diphtongs)
Diftong turun (falling diphtongs) adalah kebalikan dari diftong naik,
yaitu ketika posisi lidah vokal kedua lebih rendah dari vokal pertama. Contoh
diftong turun pada bahasa Inggris, diftong [iǝ] pada kata ear.
3. Diftong memusat
Diftong memusat adalah vokal yang diucapkan dengan menggerakkan
lidah ke vokal tengah sentral. Diftong memusat terdiri dari diftong naik-
menutup-memusat [ɔǝ] misalnya more [mǝɔ] dan diftong naik-menutup-
memusat [ɛ ], misalnya dalam: there [ðɛ ].
c. Konsonan
Konsonan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),Bunyi
bahasa yang dihasilkan dengan menghambat aliran udara pada salah satu tempat
di saluran suara di atas glotis. Bunyi bahasa yang dapat berada pada tepi suku
kata dan tidak sebagai inti suku kata Fonem yang mewakili suatu bunyi kontoid.
Secara umum, konsonan dapat diartikan sebagai fonem yang dihasilkan dengan
menghambat udara pada sebagian alat bicara. Konsonan menurut Marsono
(1999:60) konsonan dapat dibedakan berdasarkan:
Cara dihambat (cara artikulasi)
Tempat hambatan (tempat artikulasi)
Hubungan posisional antara artikulator aktif dan artikulator pasif
Bergetar tidaknya pita suara.
Agar lebih jelas, berikut ini jenis-jenis konsonan tersebut:
1. Konsonan Hambat Letup
Konsonan hambat letup adalah konsonan arus udara dihambat
secara penuh dan dilepaskan secara tiba-tiba. Berdasarjan tempat
hambatan atau artikulasinya, konsonan hambat letup dapat dibedakan
menjadi:
Konsonan hambat letup bilabial : [p, b]
Konsonan hambat letup apiko dental : [t, d]
Konsonan hambat letup apiko alveolar : [t, d]
Konsonan hambat letup apiko-palatal : [t, d]
Konsonan hambat letup medio palatal : [c, j]
Konsonan hambat letup dorso velar : [k, g]
Konsonan hamzah (glottal plosive, glottal stop) : (?)
Konsonan geser atau frikatif: [f, v, s, z, x]
2. Konsonan Nasal
Nasal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
merupakan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan mengeluarkan udara
melalui hidung.
Dengan demikian, konsonan nasal dapat diartikan sebagai
konsonan yang dibentuk dengan menutup jalan udara secara rapat dari
paru-paru melalui rongga mulut, anak tekak dan langit-langit lunak
diturunkan sehingga udara akan dikeluarkan melalui rongga hidung.
Berdasarkan tempat artikulasinya, konsonan nasal dapat dibedakan
menjadi:
Nasal bilabial : [m]
Nasal apiko-alveolar : [n]
Nasal medio-palatal : [ñ]
Nasal dorso-velar : [ŋ]
Konsonan sampingan/lateral : [l]
3. Konsonan Paduan
Konsonan paduan adalah konsonan yang terbentuk dengan
menghambat arus udara dari paru-paru secara penuh dan kemudian
dilepaskan pelan-pelan.Ujung lidah dan gusi merupakan tempat
artikulasi konsonan ini. Konsonan yang dihasilkan adalah paduan
apiko-prepalatal seperti dalam kata bahasa Inggris riches.
4. Konsonan Sampingan (laterals)
Konsonan sampingan merupakan konsonan yang dibentuk
dengan menghambat rapat arus udara dari tengah rongga mulut
sehingga udara keluar dari samping. Konsonan yang dihasilkan
disebut sampingan apiko alveolar: [l]
5. Konsonan Frikatif atau Geseran
Konsonan geseran merupakan konsonan yang dihasilkan dengan
menyempitkan arus udara dari paru-paru. Berdasarkan tempat
artikulasinya, konsonan ini dibagi menjadi:
Konsonan geseran labio dental: [f,v]
Konsonan geseran apiko-dental: [Ө,
Konsonan geseran apiko-palatal: [r]
Konsonan geseran lamino-alveolar: [s,z]
Konsonan geseran dorso-velar: [x] pada [khilaf]
Konsonan geseran laringal: [h]
6. Konsona Getar/trill
Konsonan getar merupakan konsonan yang dibentuk dengan
menghambat udara dari paru-paru dengan cepat dan berulang-ulang.
Berdasarkan tempat artikulasinya, konsonan getar terbagi menjadi:
Konsonan getar apiko-alveolar: [r]
Konsonan getar uvular: [R] dalam bahasa Prancis.
7. Konsonan Sentuhan
Konsonan sentuhan merupakan konsonan yang dibentuk dengan
menghambat udara dari paru-paru satu kali. Konsonan sentuhan hampir
sama dengan dengan konsonan getar, bedanya konsonan sentuhan
hanya satu kali. Dalam bahasa Indonesia tidak ada konsonan sentuhan.
8. Konsonan Sentuhan Kuat
Konsonan sentuhan kuat sama seperti konsonan sentuhan, hanya
saja konsonan sentuhan diserta ancang-angcang sehingga sentuhan
antara artikulator pasif dengan aktif lebih kuat. Dalam bahasa
Indonesia tidak ada konsonan sentuhan kuat.
9. Semi-vokal
Semi vokal merupakan konsonan yang ketika diartikulasikan
belum membentuk konsonan murni. Berdasarkan termpat artikulasinya,
semi-vokal dibagi menjadi:
Semi-vokal bilabial dan labio dental: [w]
semi-vokal medio-palatal: [y]
d. Kluster
Bunyi kluster/ konsonan rangkap(dua atau lebih) merupakan bagian dari
struktur fonetis atau fonotaktis yang disadari oleh penuturnya. Oleh karena itu,
pengucapan pun harus sesuai dengan struktur fonetis tersebut. Salah
pengucapan akan berdampak pada pembedaan makna. Kluster dalam bahasa
Indonesia sebagai akibat pengaruh stuktur fonetis unsur serapan. Namun, pada
umumnya kluster bahasa Indonesia seputar kombinasi berikut:
a) Jika Kluster terdiri atas dua kontoid,yang berlaku adalah:
a. Kontoid pertama hanyalah sekitar [p],[b],[k]
b. Kontoid kedua hanyalah sekitar [l],[r],[w]
Contoh:
[p] pada [pleonasme], [gr] pada [grafik’], [b] pada [ gamblan],
[fr] pada [frustasi], [k] pada [klinik], [sr] pada [pasrah].
b) Jika kluster terdiri atas tiga kontoid,yang berlaku adalah:
a. Kontoid pertama selalu[s]
b. Kontoid kedua[t] atau[p]
c. Kontoid ketiga [r] atau[l]
Contoh:
a. [str] pada [strategi]
b. [spr] pada [sprinter]
c. [skr] pada [skripsi]
d. [skl] pada [sklerosis]

C. Ilmu-Ilmu yang Tercakup dalam Fonologi.

Fonologi dalam tataran ilmu bahasa terdiri atas:


 Fonetik
Fonetik yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi ujaran yang
dipakai dalam tutur dan bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap. Menurut
Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar. Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonetik diartikan bidang
linguistik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah
sistem bunyi suatu bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonetik
adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat
ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan. Chaer (2007) membagi
urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu menjadi tiga jenis fonetik yaitu:
a. Fonetik artikulatoris.
Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis,
mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam
menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu
diklasifikasikan. Pembahasannya antara lain meliputi masalah alat-alat ucap
yang digunakan dalam memproduksi dalam bahasa itu, mekanisme arus
udara yang digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa, bagaimana bunyi
bahasa itu dibuat, mengenai klasifikasi bahasa yang dihasilkan serta apa
kriteria yang digunakan, mengenai silabel, dan juga mengenai unsur-unsur
atau ciri-ciri supresegmental, seperti tekanan, jeda, durasi dan nada.
b. Fonetik akustik.
Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau
fenomena alam. Objeknya adalah bunyi bahasa ketika merambat di udara,
antara lain membicarakan: gelombang bunyi beserta frekuensi dan
kecepatannya ketika merambat di udara, spektrum, tekanan, dan intensitas
bunyi. Juga mengenai skala desibel, resonansi, akustik produksi bunyi, serta
pengukuran akustik itu. Kajian fonetik akustik lebih mengarah kepada
kajian fisika daripada kajian linguistik, meskipun linguistik memiliki
kepentingan didalamnya.
c. Fonetik auditoris.
Fonetik auditoris mempelajari bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu
diterima oleh telinga, sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan dapat dipahami.
Dalam hal ini tentunya pambahasan mengenai struktur dan fungsi alat
dengar, yang disebut telinga itu bekerja. Bagaimana mekanisme penerimaan
bunyi bahasa itu, sehingga bisa dipahami. Oleh karena itu, kajian fonetik
auditoris lebih berkenaan dengan ilmu kedokteran, termasuk kajian
neurologi.
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia
lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan
dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau
diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan
bidang fisika yang dilakukan setelah bunyi-bunyi itu dihasilkan dan sedang
merambat di udara. Kajian mengenai frekuensi dan kecepatan gelombang
bunyi adalah kajian bidang fisika bukan bidang linguistik. Fonetik auditoris
berkenaan dengan bidang kedokteran daripada linguistik. Kajian mengenai
struktur dan fungsi telinga jelas merupakan bidang kedokteran.
 Fonemik.
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang
berfungsi sebagai pembeda makna. Terkait dengan pengertian tersebut, fonemik
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan: (1) Bidang linguistik
tentang sistem fonem. (2) Sistem fonem suatu bahasa. (3) Prosedur untuk
menentukan fonem suatu bahasa.
Jika dalam fonetik mempelajari berbagai macam bunyi yang dapat dihasilkan
oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka
dalam fonemik mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan,
bunyi ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan
arti.Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang
dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan
[u] dan [r], [a], [b] dan [u]. Jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi
yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r]. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam
bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

1. Fonologi adalah sistem bunyi dalam Bahasa Indonesia atau dapat di katakan
bahwa fonologi adalah ilmu tentang Bunyi bahasa
2. Manfaat dari fonologi dalam penyusunan Bahasa, bermanfaat untuk
bagaimana bunyi bunyi dalam bentuk tulisan dan huruf. Tata cara penulisan
bunyi bisa memanfaatkan kajian fonologi.
3. Sistem fonologi dan alat ucap, secara resmi fomen terdiri dari 32 buah fonem.
Samsuri (1994) menyatakan secara fenotis bahasa dapat dipelajari secara
teoritis. Alat ucap di bagi menjadi dua yaitu artikulator dan titik artikulasi.
4. Jenis- jenis fonem terdiri dari vokal, diftong, konsonan, kluster.
5. Ilmu ilmu yang Tercakup dalam Fonologi dalam tataran ilmu bahasa terdiri atas
fonetii dan fonemik.
DAFTAR PUSTAKA

https://blog.unnes.ac.id/ellenyolla/2015/11/19/contoh-makalah-struktur-fonologi-
bahasa-indonesia-2/

https://www.scribd.com/document/358218078/makalah-struktur-fonologi

http://muvidah2597.blogspot.com/2017/05/bunyi-vokal-konsonan-diftong-dan-
kluster.html?m=1

https://haloedukasi.com/fonem

Anda mungkin juga menyukai