Anda di halaman 1dari 15

Makalah : Analisis Bunyi Bahasa

Pada Kata-Kata Gaul di Media Sosial

Diajukan untuk memenuhi tugas UAS Mata Kuliah Fonologi

Dosen Pengampu :

Dr. Lukman Fahmi, S.Ag, M. Pd

Disusun Oleh

Ahmad Fatih Fridani Rizqi

NIM : 03010422002

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,

sehingga saya mampu menyelesaikan makalah berjudul “Analisis Bunyi Bahasa

Pada Kata-Kata Gaul di Media Sosial” sebagai tugas untuk memenuhi UAS dari

mata kuliah fonologi. Bersamaan dengan ridho dan inayah yang dikaruniai oleh

Allah SWT pula, saya memiliki kehendak ataupun kemauan dalam menyelesaikan

makalah ini.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada

banyak pihak, terlebih untuk Bapak Dosen pengampu mata kuliah fonologi di

Kelas yaitu Dr. Lukman Fahmi, S.Ag, M. Pd. Karena berkat beliau lah, saya

masih berkesempatan dalam menyelesaikan tugas UAS berbentuk makalah ini.

Tidak lupa pula kepada seluruh teman-teman mahasiswa yang turut serta

mendukung dan memberikan semangat dalam proses tersebut.

Surabaya, 2023

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................6
1.3 Tujuan Pembelajaran............................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................7
2.1 Bunyi Bahasa..........................................................................................................7
2.2 Klasifikasi Bunyi Bahasa.......................................................................................8
2.2.1 Vokal.............................................................................................................8
2.2.2 Konsonan......................................................................................................8
2.3 Perubahan Bunyi Pada Bahasa Gaul...................................................................10
BAB III PENUTUP........................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah sebuah alat komunikasi yang digunakan oleh setiap

manusia dalam ber-interaksi, dengan dibatasi oleh status regional dimana

setiap daerah memiliki bahasanya masing-masing. Selain sebagai alat

komunikasi, bahasa juga menjadi sebuah simbol dari identitas suatu kelompok

tertentu. Di Indonesia sendiri, bahasa yang digunakan sebagai bahasa

persatuan ialah Bahasa Indonesia. Artinya, tiap golongan yang sama akan

menggunakan bahasa yang sama pula dalam berkomunikasi (Lapoliwa, 1988).

Seiiring dengan bertambahnya tahun, banyak sekali penyerapan bahasa-

bahasa baru yang kemudian dilegalkan dalam KBBI, sehingga sah menjadi

kosa kata yang baku. Pola penerapan bahasa Indonesia yang murni, seiiring

pula mengalami degradasi, baik dalam pemahamannya ataupun

penggunaannya. Apalagi dengan berkembangnya media digital, orang-orang

semakin seenaknya saja dalam berbahasa.

Banyak sekali bentuk kata atau kalimat, yang mereka anggap sebagai

bahasa gaul, menjadi bahasa yang sifatnya lumrah dan umum dipakai pada

sehari-hari. Hal ini justru akan menghilangkan kemurnian dari bahasa

Indonesia itu sendiri, sehingga akan terjadi degradasi dalam penerapannya.

Maka dari itu, dengan makalah ini diharapkan akan mengembalikan struktur

atau pola berbahasa yang benar, dengan menganalisis berbagai penerapan

bunyi bahasa pada kata-kata gaul yang biasa dipakai di Media Sosial.

4
Tidak hanya di Media sosial, pada lingkungan masyarakat sendiri pun hari

ini bahasa gaul sudah sangat lumrah digunakan. Di Kalangan remaja sekarang,

pola perubahan tersebut sangat lah terlihat. Banyak faktor yang menyebabkan

hal tersebut terjadi, salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada dimensi

atau cara berbahasa masyarakat Indonesia adalah digitalisasi. Akulturasi yang

ada didalamnya, tidak hanya menyeret kebudayaan, melainkan juga

kebahasaan.

Dengan demikian, para pembaca dapat menyudutkan antara bahasa yang

murni dengan bahasa gaul sebagai bentuk analogi kebahasaan, yang dibahas

dalam kajian fonologi. Akan sangat memungkinkan didalam pengucapannya,

terdapat perubahan bunyi yang tidak sama dengan bunyi bahasa yang murni.

Sebab pada hakikatnya, bahasa adalah bentuk penyampaian perasaan atau

gagasan yang membutuhkan tanda dan bunyi (Siminto, 2013).

5
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari bunyi bahasa?

2. Apa saja macam-macam bunyi bahasa?

3. Bagaimana bentuk perubahan bunyi bahasa yang ada pada kata-kata gaul?

1.3 Tujuan Pembelajaran

1. Pembaca dapat mengetahui pengertian bunyi bahasa.

2. Pembaca dapat mengetahui klasifikasi bunyi bahasa.

3. Pembaca dapat menjabarkan pola atau bentuk perubahan dari bunyi bahasa

yang ada pada kata-kata gaul.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bunyi Bahasa

Bunyi bahasa adalah satuan unsur bahasa terkecil, yang menggunakan

getaran serta udara dengan melibatkan mulut dalam menciptakan sebuah suara

tertentu (Murhima, 2018) Artinya, setiap bunyi bahasa yang dihasilkan sebab

keluarnya dari mulut, bergantung pada proses pengolahan gelombang bunyi

yang dihasilkan. Proses penciptaan bunyi bahasa ini, menjadi substansi dari

suatu subjek atau penghasil suara itu sendiri. Maka dari itu, objek dari proses

ini adalah telinga si Pendengar, yang kemudian menangkap dan memberi

makna pada apa yang disampaikan oleh penutur bunyi bahasa tersebut.

Dalam kajian fonologi, bunyi bahasa disebut fon yang merupakan

terjemahan dari bahasa Inggris phone sebagai bunyi. Selain sebagai simbol

atau tanda bunyi, fon juga berperan sebagai pembeda arti pada setiap fonem

yang ia duduki. Fonem sendiri, memiliki arti sebagai bentuk satuan bahasa

terkecil yang didalamnya terdapat sebuah fon dan bersifat fungsional

(Fonologi & Indonesia, n.d.).

Komunikasi antar manusia, seyogyanya akan melibatkan mulut atau lisan

mereka. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa dalam tulisan pun,

komunikasi masih dapat digelar. Perbedaannya, komunikasi yang

menggunakan tulisan tidak mungkin melibatkan alat ucap. Dengan demikian,

dapat dimengerti bahwa bunyi bahasa dapat dilihat dari bentuk yang seperti

apapun. Lisan ataupun tulisan, sama-sama melibatkan bunyi bahasa dalam

mengaplikasikannya pada unsur-unsur kebahasaan.

7
2.2 Klasifikasi Bunyi Bahasa

Pada dasarnya, bunyi bahasa melibatkan tiga faktor utama dalam proses

pembentukannya. Diantaranya yaitu, tenaga atau udara, alat ucap dengan

getarannya dan ronga yang berperan dalam mengubah pola suara yang

dihasilkan. Dengan demikian, proses pembentukan bunyi bahasa tidak selalu

menghasilkan suara yang sama. Hasil dari proses tersebut yang kemudian

menciptakan perbedaan bunyi atau bisa disederhanakan sebagai bentuk

klasifikasi bunyi bahasa (Murhima, 2018).

2.2.1 Vokal

Bunyi bahasa yang tidak mengalami hambatan pada arus udara yang

masuk, sehingga tidak menutup kembali adanya artikulasi pada

pembentukan bunyi vokal. Vokal dibagi menjadi dua, yaitu Vokal

tunggal  (monoftong) yang meliputi a, i, u, e, o dan Vokal rangkap

(diftong) yang meliputi ai, ae, au dan oi.

2.2.2 Konsonan

Bunyi bahasa yang arus udaranya mengalami rintangan dan

kualitasnya ditentukan oleh keadaan pita suara (merapat atau

merenggang - bersuara atau tak bersuara), penyentuhan atau pendekatan

berbagai alat ucap/artikulator (bibir, gigi, gusi, lidah, langit-langit) dan

cara alat ucap tersebut bersentuhan/berdekatan. Contoh konsonan antara

lain, ialah : b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.

Sebagaimana vokal rangkap, konsonan juga memiliki versinya yang

rangkap. Konsonan rangkap biasanya disebut dengan kluster, terletak

pada kata drama, tradisi, film, modern, dan lain sebagainya.

8
Diantara keduanya, vokal maupun konsonan membutuhkan proses pada

pembentukan bunyi atau suaranya. Alat ucap menjadi faktor terpenting atas

munculnya bunyi bahasa, maka tidak heran apabila setiap komunikasi yang

bersifat lisan, perlu menggunakan mulut. Bunyi vokal memerlukan getaran

udara, yang kemudian masuk ke dalam rongga mulut dan sebab pompaan

paru-paru ia berhasil bertemu dengan pita suara (Helmanita, 2016).

Vokal diklafikasikan sebagai bentuk dari bunyi bahasa yang berdasarkan

posisi lidah mulut, sedangkan konsonan diklasifikasikan sebagai bentuk bunyi

bahasa yang posisinya berdasarkan pada pita suara, tempat artikulasi dan cara

artikulasi. Perbedaan dari keduanya terlihat rumit, namun mudah

dipraktekkan. Setiap konsonan, membutuhkan vokal untuk menciptakan

sebuah fonem. Misalnya pada fonem {Bubur}, perlu adanya pencampuran

antara konsonan {b} dan vokal {u}, yang diakhiri kembali oleh konsonan

berbunyi {r}. Itu berarti kedua bunyi bahasa tersebut, memiliki keterkaitan

yang sangat erat dalam pengaplikasiannya.

9
2.3 Perubahan Bunyi Pada Bahasa Gaul

Dapat disepakati bersama, bahwa bahasa gaul adalah sejumlah kata yang

menyimpang atau tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan yang dilazimkan.

Artinya, bahasa gaul adalah bahasa yang tumbuh berdasarkan gagasan atau ide

dari sekian orang, yang tidak berlandaskan pada kaidah Ejaan Yang

Diperbaharui (EYD), atau bahkan KBBI sekalipun (Rahmayani, 2022).

Pergeseran minat dari berbahasa Indonesia yang benar kepada bahasa gaul,

lazim terjadi pada kalangan remaja. Tidak ada bukti yang pasti, terkait sebab

dari degradasi penggunaan bahasa Indonenesia di Kalangan mereka. Jelasnya,

digitalisasi adalah faktor utama pada perubahan tersebut. Remaja kini

seringkali mengusulkan kata-kata baru di Media sosial, yang kemudian

dibenarkan oleh remaja-remaja lain, hingga pada akhirnya digunakan oleh

hampir seluruh remaja di Indonesia.

Pola penggunaan bahasa gaul tersebut, tidak hanya sebagai bentuk

modifikasi dari bahasa Indonesia yang murni, bahasa-bahasa gaul tersebut

juga berasal dari proses penyerapan istilah-istilah populer. Hari ini, orang-

orang tidak lagi berucap ‘bosan’ saat berada pada kondisi atau keadaan yang

jenuh, melainkan berganti istilahnya menjadi gabut. Berdasarkan pada unsur

pembentukan katanya, gabut adalah singkatan dari ‘gaji buta’. Lalu, apa

kaitannya gaji buta dengan keadaan seseorang ketika jenuh? Dengan

demikian, perubahan kata pada bahasa gaul tidak hanya menggantikan unsur

tekstualnya saja, makna struktural atau makna secara kontekstualnya pun turut

berganti (Azizah, 2019).

10
Perubahan bunyi yang terjadi pada bahasa gaul, bersifat objektif. Tidak

semua kata yang dikategorikan sebagai bahasa gaul dapat berubah, baik secara

tekstual maupun kontekstualnya. Sebab, proses perubahan bunyi yang ada

pada bahasa gaul, bergantung pada bahasa asalnya yang bersifat murni.

Dengan berlandaskan pada kajian fonetik, akan lebih mudah menjabarkan

bagaimana proses perubahan bunyi pada bahasa gaul itu terjadi.

Coba kita lihat pada beberapa bahasa gaul yang seringkali muncul pada

media sosial tiktok berikut;

“Se(7) gasi?”

Angka 7 setelah fonem se, apabila dituliskan dengan berbentuk huruf

membentuk fonem tujuh. Sedangkan kalimat tersebut, secara kontesktual

bermakna permintaan persetujuan pada suatu hal tertentu. Bisa kita jabarkan

kalimat yang dimaksud, sebagai berikut;

“Kalian set(u)j(u) tidak?”

Dapat disimpulkan bahwa bunyi vokal (u) pada kalimat pertama dengan

kalimat kedua memiliki perubahan. Kalimat pertama, menggunakan fonem

(se-tujuh). Sedangkan kalimat kedua, menggunakan fonem (setuju). Keduanya

sama-sama menggunakan fon atau bunyi vokal (u), yang membedakan adalah

fon setelahnya. Pada kalimat pertama setelah fon (u), terdapat fon atau bunyi

konsonan (h). Terdapat perubahan bunyi bahasa, baik berupa fon vokal

ataupun konsonan pada masing-masing fonem.

11
Perubahan bunyi pada bahasa gaul yang lain, kita bisa menemukannya di

kalimat yang terposting pada akun twitter @sosmedkeras yang diposting pada

tanggal 10 Juli 2023 berikut;

“Sarannya gaes”

Fonem {gaes} pada kalimat tersebut, bermakna teman-teman dengan

maksud panggilan secara menyeluruh. Artinya, tidak hanya satu orang saja

yang dipanggil. Sebenarnya, kata tersebut merupakan penyerapan kata asing

yang berasal dari bahasa Inggris yaitu guys. Hal ini membuktikan bahwa

bahasa gaul tidak hanya bentuk modifikasi dari bahasa Indonesia semata,

melainkan juga sebab adanya penyerapan bahasa asing yang kemudian

dilazimkan menjadi bahasa gaul.

Fonem {gaes} dengan fonem {guys} secara fonetik, berbunyi samam yaitu

menggunakan diftong {ae}. Meskipun secara fonem ataupun difotngnya

berbeda, namun keduanya memiliki makna yang sama, yaitu panggilan kepada

teman-teman secara menyeluruh. Dalam bahasa Inggris, guys berarti teman-

teman. Akhirnya, kata tersebut dimodifikasi menjadi gaes, sesuai dengan

pengucapan diftongnya, yaitu diftong {ae}.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bunyi bahasa adalah satuan unsur bahasa terkecil, yang menggunakan

getaran serta udara dengan melibatkan mulut dalam menciptakan sebuah suara

tertentu (Murhima, 2018) Artinya, setiap bunyi bahasa yang dihasilkan sebab

keluarnya dari mulut, bergantung pada proses pengolahan gelombang bunyi

yang dihasilkan. Proses penciptaan bunyi bahasa ini, menjadi substansi dari

suatu subjek atau penghasil suara itu sendiri. Maka dari itu, objek dari proses

ini adalah telinga si Pendengar, yang kemudian menangkap dan memberi

makna pada apa yang disampaikan oleh penutur bunyi bahasa tersebut.

Dalam kajian fonologi, bunyi bahasa disebut fon yang merupakan

terjemahan dari bahasa Inggris phone sebagai bunyi. Selain sebagai simbol

atau tanda bunyi, fon juga berperan sebagai pembeda arti pada setiap fonem

yang ia duduki. Fonem sendiri, memiliki arti sebagai bentuk satuan bahasa

terkecil yang didalamnya terdapat sebuah fon dan bersifat fungsional

(Fonologi & Indonesia, n.d.). Pergeseran minat dari berbahasa Indonesia yang

benar kepada bahasa gaul, lazim terjadi pada kalangan remaja. Tidak ada bukti

yang pasti, terkait sebab dari degradasi penggunaan bahasa Indonenesia di

Kalangan mereka. Jelasnya, digitalisasi adalah faktor utama pada perubahan

tersebut. Remaja kini seringkali mengusulkan kata-kata baru di Media sosial,

yang kemudian dibenarkan oleh remaja-remaja lain, hingga pada akhirnya

digunakan oleh hampir seluruh remaja di Indonesia.

13
Berdasarkan pada pembahasan diatas, dapat disimpulkan pula bahwa

setiap perubahan bunyi bahasa terdapat faktor atau unsur-unsur pendorong

dari perubahan itu sendiri. Disamping itu, bahasa gaul tidak hanya

memodifikasi bahasa Indonesia, terdapat proses penyerapan bahasa asing yang

kemudian menyangkut pautkan fonem diantara keduanya, hingga

berkesinambungan secara tesktual ataupun secara kontekstual.

Bunyi bahasa adalah bentuk getaran yang berperan sebagai tanda pada

suatu fonem, yang menghasilkan makna tertentu. Dengan demikian, proses

pembentukan bunyi bahasa tidak selalu menghasilkan suara yang sama. Hasil

dari proses tersebut, yang kemudian menciptakan perbedaan bunyi atau bisa

disederhanakan sebagai bentuk klasifikasi bunyi bahasa (Murhima, 2018).

14
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, A. R. (2019). Volume 5 nomor 2, september 2019 33. Jurnal SKRIPTA:

Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia, 5(2), 33–39.

Fonologi, A., & Indonesia, B. (n.d.). ( Sejarah Fonologi , Fonetik , Fonemik )

Felta Lafamane.

Helmanita, K. (2016). ~ Pengantar Linguistik~. 11140240000052.

Lapoliwa, H. (1988). Pengantar fonologi I : fonetik. 113.

Murhima. (2018). Pengertian Bunyi Bahasa. Jurnal Pendidikan, 3(1), 1–15.

Rahmayani, V. A. (2022). Proses Perubahan Bunyi dan Bentuk Kosakata Ragam

Gaul pada Akun Twitter@ txtdrjkt. Jurnal Skripsi Mahasiswa, 1.

http://eprints.undip.ac.id/84019/

Siminto. (2013). Daftar Isi (Vol. 1). Cipta Prima Nusantara.

15

Anda mungkin juga menyukai