Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FONOLOGI BAHASA ARAB

Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Ilmu Lughah Al‟Arabiyyah.

Dosen Pengampu :
Dr. Ade Nandang S, M.Ag
Dr. Abdul Kosim, M.Ag

Disusun Oleh Kelompok 5 :

M. Bayan Haqin Nazilie (1182030077)

Nurul Azizah (1182030099)

Nurul Fitri Ramdhaniah (1182030100)

Putri Raviyani (1182030105)

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan sarana atau alat yang digunakan oleh kita semua sebagai umat
manusia sebagai alat komunikasi. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Ibnu Jinni
bahwa bahasa merupakan ujaran atau bunyi yang digunakan oleh sekelompok masyarakat
tertentu untuk mengungkapkan keinginan atau pikiran yang ada diantara mereka. Jika dilihat
dari pengertian Ibnu Jinni tersebut sangat berpengaruh sekali dalam lingkungan masyarakat
sebagai alat komunikasi untuk tetap menjalankan kehidupan sosial.
Belajar berbahasa tidak cukup hanya sekedar teori, akan tetapi lebih dari itu, belajar
berbahasa adalah belajar bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut baik secara verbal
maupun non-verbal, sehingga fungsi dari bahasa sebagai alat komunikasi dan penyampai
pesan akan lebih optimal. Ketika seseorang sedang belajar berbahasa namun materi yang
dipelajari terfokus hanya pada aspek teoritik saja maka sejatinya hal tersebut bukan
merupakan belajar berbahasa akan tetapi dia sedang belajar tentang bahasa tersebut.
Kaitannya dengan pembelajaran bahasa asing salah satunya ialah belajar bahasa Arab, maka
aspek yang ditekankan adalah latihan penggunaan bahasa yang dipelajari sesuai dengan
objeknya, yaitu dengan cara berbicara menggunakan bahasa tersebut secara terus menerus
kapan pun dan dalam situasi apapun.
.Mempelajari bahasa tentu harus dianalisis pula bagaimana dan dari mana sumber
bahasa itu berasal, dalam mempelajari fonologi ini tentu akan dibahas bagaimana suatu kata
atau bahasa itu dapat menghasilkan makna, yang mana makna itu berasal dari bunyi yang
dihasilkan. Tentu seperti yang kita ketahui lewat bunyi, ada yang menghasilkan makna dan
ada pula yang tidak menghasilkan makna sama sekali. Oleh karena itu penting sekali bagi
kita semua para pecinta bahasa untuk meneliti hal ini dalam kajian Fonologi, khususnya bagi
kita sebagai mahasiswa program studi pendidikan bahasa Arab dan sebagai calon pendidik
dibidang bahasa.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan fonologi?

2. Apa yang dimaksud dengan fonem?

3. Bagaimana identifikasi dari fonem dan aoa klasifikasinya?

4. Apa yang dimaksud fonetik? Sebutkan macam-macamnya!

5. Jelaskan mengenai konsonan dan klasifikasinya!

C. Tujuan dan Manfaat Pembahasan

1. Menjelaskan pengertian fonologi, fonetik, dan fon.

2. Memahami identifikasi fonem.

3. Memahami klasifikasi fonem.

4. Menyebutkan macam-macam fonetik.

5. Memahami konsonan dan klasifikasinya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fonologi
Kata fonologi (bahasa Indonesia) diserap dari bahasa Inggris, yaitu “phonology” yang
artinya sama dengan arti yang terdapat dalam bahasa Indonesia, yaitu “Bidang ilmu
linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.” Pada awal
pertumbuhan linguistik istilah bidang linguistik ini disebut dengen fonemik, sementara
dewasa ini lebih sering diistilahkan dengan fonologi.

Dalam literatur-literatur berbahasa Arab, fonologi disebut dengan ‫فْىىىخُا‬ sebagai

serapan dari bahasa Inggris (phonology). Namun, sering juga dipakai istilah “ ٌ‫عي‬
ًَُ‫ ” األصىاخ اىرْظ‬atau “ ‫ ” عيٌ وظائف األصىاخ‬sebagai hasil terjemahan dari hakekat
fonologi itu sendiri.
Menurut Brog sebagaimana dikutip Umar bahwa fonologi adalah:

‫رىل اىفشع ٍِ عيٌ اىيغح اىزٌ َعاىح اىظىاهش اىصىذُح ٍِ ّاحُح وظُفرها اىيغىَح‬
Menurut Verhaar, fonologi adalah “Bidang khusus dalam linguistik yang mengamati
bunyi-bunyi suatu bahasa tertentu menurut fungsinya untuk membedakan makna leksikal
dalam bahasa tersebut.”1
Jadi fonologi itu ialah materi dasar dalam linguistik sebelum morfologi, sintaksis, dan
seterusnya. Adapun fonologi itu sendiri ialah mebahas mengenai bunyi-bunyi bahasa yang
diujarkan oleh alat ucap yang akan menghasilkan banyak kata dan beragam makna. Bunyi
sebagai obyek penelitian fenotik disebut dengan fon. Sementara bunyi sebagai obyek
penelitian fonologi disebut dengan fonem.2
Menurut Umar, fonem adalah:

‫اىىحذج اىَرَُض اىصغشي اىريً ََنِ ذدضئ سيسيح اىرعثُش إىُها‬


Menurut Gorys Keraf dalam Rahlina Musykar (1999) fonem adalah kesatuan yang
terkecil yang terjadi dari bunyi-bunyi ujaran yang dapat membedakan makna.”

1
Moch. Mu'izzuddin. Analisis Fonologi Bahasa Arab ; Tinjauan Linguistik Modern. Jurnal Al-Qalam Vol. 19 No.
93 hal 67
2
Dr. H. Sakholid Nasution, S.Ag, 2017. Pengantar Linguistik Bahasa Arab. Sidoarjo : CV. Lisan Arabi hal 92

3
Verhaar mengatakan, fonem adalah satuan bunyi yang mempunyai fungsi untuk
membedakan kata dari kata yang lain. Samsuri mengatakan, bahwa fonem adalah bunyi-
bunyi yang membedakan arti atau pengertian.
Bisa kita tarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan fonem ialah satuan terkecil
yang membahas bunyi untuk membedakan arti kata atau kalimat dan maknanya. Sedangkan
yang dimaksud dengan fon ialah kebalikan dari fonem, yaitu tidak mempermasalahkan
berfungsi atau tidaknya perbedaan makna dan kata atau kalimat.

B. Fonem
a. Identifikasi Fonem
Identifikasi fonem adalah upaya atau proses untuk mengetahui sebuah bunyi
termasuk fonem atau tidak. Proses dilakukan dengan mencari sebuah satuan bahasa
(sebuah kata) yang mengandung bunyi, lalu membandingkannya dengan satuan
bahasa yang lain yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama. Kalau keduanya
ternyata berbeda makna, maka dapat ditentukan bunyi itu adalah fonem.
Dalam bahasa Indonesia misalnya, kata larang dibandingkan dengan kata lalang.
Keduanya memilki kemiripan bunyi bahkan jumlah bunyi nya sama (6 bunyi).
Perbedaan antara kedua hanya antara bunyi /r/ pada kata pertama dan bunyi /l/ pada
kata kedua. Perbedaan kedua bunyi ternyata dapat membedakan arti. Oleh karena itu,
dalam bahasa Indonesia, /r/ dan / l /adalah fonem, karena berfungsi dalam
membedakan makna.
Perlu diperhatikan, bahwa identifikasi sebuah fonem hanya berlaku dalam satu
bahasa tertentu saja. Seperti dalam bahasa Mandarin (China) ada fonem /t/ dan fonem
/th/ karena ada pasangan minimalnya, yaitu kata /tin/ yang artinya „paku‟ dan kata

/thin) yang berarti „mendengar‟.Dalam bahasa Arab ada fonem /‫خ‬/ dan /‫ط‬/, pasangan

minimalnya seperti kata /‫فاذش‬/ yang berarti „yang hangat-hangat kuku‟ dan kata /‫فاطش‬/

yang berarti „yang menciptakan‟. Demikian seterusnya.3

b. Klasifikasi Fonem
1) Fonem segmental
3
Dr. H. Sakholid Nasution, S.Ag, 2017. Pengantar Linguistik Bahasa Arab. Sidoarjo : CV. Lisan Arabi

4
Yaitu bunyi konsonan dan bunyi vocal. Disebut segmental karena fonem

tersebut isa dipecah lagi menjadi unit-unit terkecil, seperti dalam kata (‫ )مرة‬yang

bisa dipecah menjadi komponen terkecilnya yaitu :

(‫فرحح‬ + ‫ ب‬+ ‫ فرحح‬+ ‫ خ‬+ ‫ فرحح‬+ ‫)ك‬

Fonem ini disebut juga fonem bersusun (‫فرحح‬ + ‫ ب‬+ ‫ فرحح‬+ ‫ خ‬+ ‫ فرحح‬+ ‫)ك‬
karena fonem ini berada dalam sebuah ungkapan dengan bentuk bersusun

sehingga membentuk sebuah ungkapan, seperti kata tadi ( + ‫ خ‬+ ‫ فرحح‬+ ‫ك‬
‫ فرحح‬+ ‫ ب‬+ ‫ )فرحح‬menjadi (‫ ب‬+ ‫ خ‬+ ‫)ك‬. (menulis), menjadi (me+nu+lis),
menjadi (m+e+n+u+l+i+s).

2) Fonem suprasegmental
Yaitu fonem yang menyertai bunyi segmental. Disebut juga fonem
suprasusun, yang termasuk fonem suprasegmental diantaranya yaitu tekanan,
nada, intonasi, jeda. Seperti dalam contoh berikut ini berbeda maknanya
disebabkan karena bedanya jeda terhadap kalimat tersebut,

(‫ اىَذسسح اىدذَذج (" اىدذَذج " وصف ىيَذسسح‬+‫ٍذَش‬


(‫ اىدذَذج (" اىدذَذج " وصف ىيَذَش‬+ ‫ٍذَشاىَذسسح‬
Anak + pejabat yang nakal (“ yang nakal “ merupakan sifat untuk pejabat)
Anak pejabat + yang nakal (“ yang nakal “ merupakan sifat untuk anak pejabat).4

C. Fonetik
a. Pengertian Fonetik
Secara etimologi, fonetik (bahasa Indonesia) diserap dari bahasa Inggris yaitu
phonetics yang berarti bidang linguistik yang membahas tentang pengucapan
(penghasilan) bunyi suara, atau singkatnya system bunyi suatu bahasa.5 Secara

4
Dr. Lina Marlina, M.Ag. 2019. Pengantar Ilmu Ashwat. Bandung : Fajar Media
5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995, Cet.
Ke-4, h. 279.

5
terminologi, Samsuri menyebutkan fonetik adalah suatu studi tentang bunyi-bunyi
ujar.6 Mukhtar menyebutkan bahwa fonetik adalah:

‫اىعيٌ اىزٌ َذسط وَحيو وَصْف األصىاخ اىنالٍُح ٍِ غُش إشاسج إىً ذطىسها‬
.‫ وإَّا فقط تاإلشاسج إىً مُفُح إّراخها وإّرقاىها واسرقثاىها‬،ٍ‫اىراسَخ‬

“Ilmu yang mempelajari, menganalisis dan mengklasifikasikan suara (huruf) tanpa


dikaitkan dengan perkembangan historisnya, dan hanya membahas tentang cara
memproduksi, menyampaikan dan menerima suara (huruf).”

Menurut Verhaar, fonetik adalah cabang ilmu linguistik mempelajari dan meniliti
dasar-dasar fisik bunyi-bunyi bahasa.
Penyelidikan bunyi-bunyi tanpa memperhatikan fungsinya dalam membedakan
makna disebut fonetik, dan bunyi sebagai objek penelitian fonetik disebut fon.
Sementara penyelidikan bunyi-bunyi yang membedakan makna disebut dengan
fonologi, dan bunyi sebagai objek penelitian fonologi disebut fonem.

b. Macam-macam Fonetik
Fonetik dibagi menjadi 2 bagian:
1. Fonetik Artikulatoris
Meneliti alat-alat organik manakah yang kita pakai untuk menghasilkan
bunyi bahasa. Bila kita bicara, kita akan menghasilkan bunyi bahasa. Tentu saja
kita bias menghasilkan bunyi-bunyi yang lain, seperti berteriak, bersin, batuk dan
lain sebagainya.
2. Fonetik Akustik
Menyelidiki bunyi bahasa menurut aspek-aspek fisiknya sebagai getaran
suara. Atau dengan kata lain, ilmu yang mempelajari gelombang suara bagaimana
mereka didengarkan oleh telinga manusia.

6
Samsuri, Analisis Bahasa, (Jakarta: Erlangga, 1987), h. 91.

6
c. Vocal
Dalam bahasa Inggris istilah vocal disebut vowelws, dan dalam bahasa Prancis
voyelle, begitu juga dalam pelajaran bunyi bahasa Arab, bunyi vocal mempunyai

istilah yang sangat beragam, seperti (‫اىَصىذد‬ , ‫ أصىاخ‬, ‫)اىصىائد‬


Secara istilah kata sowait, ada kata juga istilah yang lebih popular dalam dunia
ilmu bunyi bahasa Arab, disebabkan karena banyak digunakannya kata itu oleh

ulama-ulama ashwat, yaitu kata al-harokat (‫)اىحشماخ‬. Disebut al-harakat karena

sebagaimana yang dikutip oleh Kamal Basyar dari pendapatnya Ibnu Jinni, yaitu
karena bunyi vocal biasa menjadikan huruf dapat bergerak (dilafalkan). Bunyi huruf

ba (‫ )ب‬tidak bisa dilafalkan tanpa adanya harakat, namun ketika huruf ba tersebut

diikuti oleh salah satu harokat (fathah, dhomah, atau kasroh) maka huru tersebut
menjadi hidup dan bias dilafalkan (ba.bi, bu).
Bunyi vocal dapat diketahui dan didefinisikan karena bunyi vocal tersebut
merupakan bunyi yang ketika dilafalkan udara bergerak secara tiba-tiba dari paru-paru
melewati laring selanjutnya menempati tempat berjalannya udara, baik dalam
tenggorokan, mulut dan tidak terdapat hambatan yang dapat menyebabkan tempat
keluarnya udara tersebut menyempit seperti halnya yang terjadi dalam bunyi rikhwah
(gesekan), atau nafas terperangkat dan tidak bisa keluar seperti halnya yang terjadi
dalam bunyi syidah (letupan). (Annis 1999 : 26)
Pengertian yang lebih akurat mengenai bunyi vocal sebagaimana yang
dikemukakan oleh (Muhammad 1998 M : 91) yaitu bunyi-bunyi jelas, yang ketika
dilafalkan udara keluar secara terus menerus dari hulu kerongkongan dan mulut
tersebut, yang dapat menyebabkan terhalang keluarnya udara atau menyebabkan
gesekan ketika didengar.
Perbedaan bunyi vocal dengan konsonan adalah sebagai berikut :
1. Bunyi vocal lebih jelas dari pada konsonan ketika didengar
2. Diseluruh bahasa jumlah bunyi vocal lebih sedikit dari pada konsonan
3. Vocal tidak mempunyai makhroj huruf tertentu seperti halnya konsonan
4. Bunyi vocal tidak mempunyai sifat huruf tertentu, yaitu dari segi bagaimana
cara keluarnya udara dari paru-paru. Sewaktu-waktu bunyi vocal bercabang
dari standar sifatnya sendiri pada sifat lain seperti pada letupan, gesekan,
pengulangan, sampingan, dan khoisyum (keluarnya huruf dari hidung).

7
5. Bunyi vocal jelas karena adanya kebutuhan (keadaan darurat), adapun bunyi
konsonan terkadang jelas juga terkadang samar.
6. Ketika melafalkan bunyi vocal tidak terjadinya hambatan terhadap udara yang
melewat atau keluar dari paru-paru, berbeda dengan bunyi konsonan yang
ketika dilafalkan terkadang terjadinya hambatan terhadap udara (udara
terperangkap).
Terdapat tiga bunyi vocal pokok dalam Bahasa arab , yaitu kasrah, dhomah, dan
fathah. Penamaan terhadap ketiga bunyi vocal ini dikemukakan atas inovasi seorang
pelopor ahli bunyi bahasa Arab yang jenius yaitu Abu Aswad Ad-Duali, yang telah
menentukan kriteria atau standar untuk spesifikasi bunyi vocal bahasa Arab.
Berdasarkan kedua mulutnya, Abu Aswad berkata “ Saya akan membaca Al-Qur‟an,
dan jika kedua mulutku terbuka saat mengucapkan suatu huruf maka simpanlah tanda
titik diatas huruf tersbut, dan jika kedua mulutku mendekap (bibir bawah dan atas
merangkap, monyong) maka berikanlah tanda titik di atas sisi kiri huruf tersebut.
(Basyar, 2000 M : 22). Perbuatan yang dilakukan Abu Aswad ini untuk membedakan
diantara bunyi vocal, berdasarkan keadaan mulut tersebut, vocal fathah karena
terbukanya kedua mulut, dan kasrah karena melebar dan terbuka lebarnya mulut, dan
dhammah karena terhimpunnya mulut. Maka dari itu, bunyi vocal disebut juga (As-
Showait) yaitu fathah, dhammah, dan kasrah.
Untuk bunyi vocal ini diberikan kode atau tanda yang simple yaitu () tanda ini
merupakan inovasi dari seorang jenius yaitu Syekh Kholil bin Ahmad Al-Farohidi, ia
berpendapat bahwa sesungguhnya bunyi vocal yang pendek hakikatnya merupakan
sebagian huruf mad (vocal panjang) dari segi pelafalannya. Yakni bahwasanya bunyi
vocal panjang dan vocal pendek merupakan representasi dari bagaimana cara
melafalkannya, dan kedua vocal tersebut hanya berbeda dari segi durasi atau lamanya
pelafalan, karena dalam kedua vocal terssebut terdapat hubungan individu –
keseluruhan. Fathah setelah alif, kasrah setelah ya, dan dhomah setelah wau. Maka
berdasarkan hubungan ini maka wajib dalam penulisan harokat (vocal) diambil dari
bagian suatu huruf atau dari satu huruf secara utuh. Maka berdasarkan hal ini, tanda
atau ciri untuk vocal pendek adalah () akan tetapi perlu diperhatikan, bahwasanya
tanda ini diambil dari huruf mad jadi hanya bertindak sebagai tanda, kode, yang
tertulis saja, bukan dzat atau bentuk vocal itu sendiri. Bunyi vocal berbeda dengan
tanda atau ciri vocal itu sendiri, adapun vocal yaitu fathah, dhomah, dan kasroh, kalua
tanda atau ciri vocal yaitu ().

8
Adapun harakat panjang untuk bunyi vocal yang tiga tadi yaitu fathah panjang
(Al-Alif Al-Madd), kasrah panjang (Al-Ya Al-Madd), dan dhomah panjang (Al-wau Al-
Madd). Ibnu Jinni mengisyaratkan terhadap ketiga vocal panjang ini pada tiga huruf

yaitu (ٌ ,‫ و‬,‫)أ‬ yaitu huruf yang meluas makhroj hurufnya sehingga udara tidak

terputus ketika melafalkannya (Basyar 2000 M : 221).7

d. Konsonan
(a) Pengertian

Konsonan (‫ )صىاٍد\حشوف‬adalah kondisi penyumbatan dalam keluar

pengucapannya atau bunyi bahasa yang dihasilkan dengan menghambat aliran


udara pada salah satu tempat disaluran suara
Bisa juga diartikan dengan bunyi letupan, bunyi geseran, bunyi bersuara,
atau bisa juga dengan bunyi tidak beruara. Yang termasuk konsonan juga adalah
semua bunyi yang udaranya keluar dari hidung ketika artikulasi atau bunyi yang
udaranya keluar dari samping kiri atau kanan mulut.
Konsonan atau huruf mati adalah fonem yang bukan vokal atau dengan
kata lain direalisasikan dengan obstruksi (hambatan). Jadi aliran udara yang
melewati mulut dihambat pada tempat-tempat artikulasi.

(b) Klasifikasi
Sebagian pakar fonetik bahasa Arab merinci makhraj konsonan menurut
makhrajnya menjadi sebelas macam:

7
Dr. Lina Marlina, M.Ag. 2019. Pengantar Ilmu Ashwat. Bandung : Fajar Media

9
1. Konsonan (‫)شفىَح‬, yang terdiri dari ‫و‬ ً‫ب‬
2. Konsonan (‫أسْاُّح‬-‫)شفىَح‬, yaitu huruf ‫ف‬

3. Konsonan (‫اإلسْاُّح‬ ُِ‫ )ت‬yang terdiri dari ‫ز ر ظ‬


4. Konsonan (‫ىثىَح‬ -‫ )أسْاُّح‬yang terdiri dari ُ ‫خ ط د ض ه‬
5. Konsonan (‫ )ىثىَح‬yang terdiri dari ‫ص‬ ‫صسط‬
6. Konsonan (‫حْنُح‬-‫ )ىثىَح‬yang terdiri dari ‫ج‬ ‫ش‬
7. Konsonan (‫ )طثقُح‬yaitu huruf ٌ

8. Konsonan (‫ )حْنُح‬yang terdiri dari ‫خ‬ ‫كغ‬


9. Konsonan (‫ )ىهىَح‬yaitu huruf ‫ق‬

10. Konsonan (‫ )حيقىح‬yang terdiri dari ‫ذ‬ ‫ع‬


11. Konsonan (‫ )حْدشَح‬yang terdiri dari ٓ ‫ء‬

Klasifikasi konsonan menurut pengartikulasiannya:

1. Konsonan letupan (‫اإلّفداسَح‬ ‫)األصىاخ‬


10
Adalah bunyi yang ketika diartikulasikan menjadi hambatan kuat dari
organ bicara dan tidak terdapat jalan keluar udara, baik dari hidung atau
samping kiri dan kanan mulut sehingga udara terkepung dibelakang

organ bicara tersebut. ‫ء‬-‫غ‬-‫ق‬-‫ك‬-‫د‬-‫ط‬-‫خ‬-‫ب‬


2. Konsonan geseran (‫اإلحرنامُح‬ ‫)األصىاخ‬
Adalah bunyi yang yang ketika diartikulasikan organ bicara tidak
merapat, tetapi member peluang untuk udara agar dapat lewat dengan
leluasa di areal itu meskipun harus mengakibatkan terjadinya semacam

getaran. ٓ -‫ ع‬- ‫ ذ‬-‫ غ‬- ‫ خ‬-‫ ص‬-‫ ش‬- ‫ ص‬- ‫ ظ‬-‫ ر‬- ‫ ز‬- ‫ف‬
3. Konsonan gabungan (‫اىَشمثح‬ ‫)األصىاخ‬
Adalah bunyi yang ketika diartikulasikan udara yang datang dari paru-
paru mendapat hambatan kuat dari organ bicara, tetapi ketika organ
bicara tersebut memberikan kesempatan untuk lewatnya udara, hal
tersebut dapat terjadi secara cepat sehingga tidak terjadi semacam

letupan. ‫ج‬

Klasifikasi konsonan menurut posisi pita suara

1. Konsonan bersuara ( ‫اىَهدىسج‬ ‫)األصىاخ‬


Adalah bunyi yang terjadi ketika udara yang datang dari paru-paru
disambut oleh dua pita suara dengan kondisi bersentuhan (tidak merapat)
sehingga udara tetap saja bisa keluar masuk diantara kedua pita suara

tersebut. ً-ُ -‫ د‬-‫ ض‬-‫ ص‬-‫ ه‬-‫ س‬-‫ خ‬-ٌ -‫ و‬-‫ب‬


2. Konsonan tidak besuara (‫اىَهَىسح‬ ‫)األصىاخ‬
Konsonan yang terjadi karena tidak adanya hambatan udara yang datang
dari paru-paru karena kedua pita suara menyambutnya dengan kondisi
yang berjauhan sehingga udara dengan leluasa masuk tanpa

mengakibatkan adanya pergesekan antara dua pita suara tersebut. -‫ف‬


‫ ء‬-ٓ -‫ ذ‬-‫ ق‬-‫ خ‬-‫ ك‬-‫ ش‬-‫ ص‬-‫ ط‬-‫ ط‬-‫خ‬-‫ز‬

11
Klasifikasi konsonan menurut sumber arus udara
1. Konsonan dengan arus udara egresif (eksplosif)
Konsonan yang dalam pembentukannya menggunakan arus udara
pernapasan yang datang dari paru-paru, kemudian melewati saluran
udara seperti kerongkongan, lokasi pita suara, tenggorokan, rongga
mulut dan rongga hidung.
2. Konsonan dengan arus udara ingresif (implosif)
Konsonan yang dalam pembentukannya menggunakan arus udara yang

datang dari luar, kemudian dibentuk di tempat saluran udara. -‫ ض‬- ‫ص‬
‫ ظ‬-‫ط‬

(c) Bunyi-bunyi konsonan, Tempat keluar dan Sifat-sifatnya


1) Bunyi bunyi yang berasal dari mulut

a) ‫( ب‬Ba)
Shautan syiddah majhur yang terbentuk dengan cara lewatnya udara
melalui hanjarah lalu menggetarkan dua pita suara, kemudian melewati
tenggorokan sampai ke mulut dan tertahan di dua bibir.

b) ً (Mim)

Huruf mim diklasifikasikan pada bunyi huruf pertengahan antara syiddah


dan rakhwah. Bunyi huruf ini terbentuk dengan lewatnya udara melalui
hanjarah kemudian dua pita bergetar dan ketika udara sampai di mulut,
udara menuju ujung langit-langit dan menutup mulut maka udara berjalan
pada lubang hidung sedikit dan hampir tidak terdengar.

c) ‫ف‬ Fa

Termasuk bunyi rakhwah mahmus yang terbentuk dengan cara udara


melewati hanjarah tetapi tidak sampai menggetarkan dua pita suara.

2) Kelompok bunyi-bunyi yang dekat tempat keluarnya

a) ‫ ظ‬,‫ ز‬,‫( ر‬Dzal, Tsa, Dza)


Tempat keluarnya terfokus pada ujung lidah dan pangkal gigi depan bagian
atas.

12
b) ‫ ط‬,‫ خ‬,‫ ض‬,‫( د‬Dal, Dhadh, Ta, Tha)
Tempat keluar hurufnya sama, yakni al-syiddah (berat/kuat ketika
pengucapan)

c) ُ ,‫ س‬,‫ه‬ (Lam, Ra, Nun)

Tempat keluar hurufnya dengan al-dzaliqah (bunyi yang bermakhraj ujung


lidah yang fasih)

d) ‫ ص‬,‫ ص‬,‫ط‬ (Sin, Zay, Sha)

‫ص‬+‫ط‬ termasuk bunyi rakhw mahmus dan termasuk bunyi-bunyi ithbaq,

sedangakan ‫ ص‬termasuk bunyi rakhw majhur.

3) Bunyi-bunyi pertengahan langit-langit

a) ‫( ش‬Syin)
Termasuk bunyi rakhw mahmus yang terbentuk ketika udara mengalir
melalui hanjarah dan tidak sampai menggetarkan dua pita suara.

b) ‫( ج‬Jim)
Termasuk bunyi majhur yang terbentuk melalui proses mengalirnya udara
melalui hanjarah dan menggetarkan dua pita suara.

4) Bunyi-bunyi pangkal langit

a) ‫ك‬ (Kaf)

Termasuk bunyi syadid mahmus terbentuk dengan cara mengalirnya udara


melalui hanjarah tetapi tidaksampai menggetarkan dua pita suara.

b) ‫( ق‬Qaf)
Termasuk bunyi syadid mahmus terbentuk dengan cara mengalirnya udara
melalui hanjarah dan tidak sampai menggetarkan dua pita suara ketika
sudah sampai pada pangkal mulut dekat uvula bahkan lebih dalam lagi
udara tertahan secara sempurna karena tertutup oleh pertemuan antara
pangkal lidah dengan pangkal langit-langit.

13
c) ٓ (Ha)

Ketika mengucapkan bunyi ha majhurah udara mengalir dan roatain dengan


jumlah yang banyak sehingga muncul bunyi gemersik berbarengan dengan
bergetarnya dua pita suara.

d) ‫ء‬ (Hamzah)

Merupakan bunyi syadid, ketika pengucapan bunyi hamzah dua pita suara
merapat sehingga tidak ada celah lagi udara mengalir dari hanjarah
kemudian pita suara terbuka dan keluarlah udara dan mengeluarkan bunyi
secara plosif.

5) Bunyi-bunyi ujung tenggorokan

a) ‫(خ‬Kha)
Termasuk bunyi mahmus yang terbentuk dengan cara mengalirnya udara
melalui hanjarah dan tidak sampai menggetarkan dua pita suara.

b) ‫(غ‬Ghin)
Merupakan bunyi rakhw majhur yang terbentuk dengan cara tidak jauh
berbeda dengan bunyi huruf kha hanya saja ghain termasuk bunyi-bunyi
majhurah.

c) ‫(ذ‬Ha)
Termasuk bunyi rakhw mahmus terbentuk dengan cara mengalirnya udara
melalui hanjarah dan tidak sampai menggetarkan dua pita suara.

d) ‫„(ع‬Ain)
Merupakan rakhw majhur cara melafalkannya sama seperti bunyi huruf ha
hanya saja pada huruf „ain dua pita suara bergetar.

14
BAB III

PENUTUPAN

1. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Fonologi itu penting sekali untuk dipelajari untuk
semua manusia dalam berbahasa, khususnya kita sebagai mahasiswa yang
mempelajari bahasa Arab dan sebagai calon pendidik agar bisa memberikan contoh
dan pelafalan yang benar dalam mengajarkan bahasa Arab. Tujuan dari mempelajari
fonologi ini ialah supaya kita semua tidak ada yang keliru dalam mengucapkan suatu
kata agar tidak terjadinya perbedaan makna. Adapun untuk teknik menganalisis
bunyi-bunyi tersebut kita pelajari lebih dalam lagi pada pembahasan Fonetik yang
membahas tentang penentuan batasan-batasan, kaidah-kaidah atau penegasan dalam
berbahasa.

2. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggungjawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan .

15
DAFTAR PUSTAKA

Kebudayaan, D. P. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Marlina, L. (2019). Pengantar Ilmu Ashwat. Bandung: Fajar Media.

Mu'izzuddin, M. (2002). Analisis Fonologi Bahasa Arab ; Tinjauan Linguistik Bahasa


Arab (Vol. 19). Jurnal Al-Qalam.

Nasution, S. (2017). Pengantar Linguistik Bahasa Arab. Sidoarjo: CV : Lisan Arabi.

Samsuri. (1987). Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

https://alikhlasjoerang.wordpress.com/2013/01/31/ayo-belajar-huruf-hijaiyyah/

16

Anda mungkin juga menyukai