Disusun Oleh:
Kelompok 6
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
A. PENDAHULUAN
Bahasa merupakan objek kajian linguistik yang memiliki peran penting dalam
kehidupan manusia. Bahasa adalah fenomena yang menghubungkan dunia makna dan dunia
bunyi. Lalu, sebagai penghubung di antara kedua dunia itu, bahasa dibangun oleh tiga
komponen, yaitu komponen leksikon, komponen gramatika, dan komponen fonologi. Kalau
bahasa itu merupakan satu sistem, maka sistem bahasa itu memiliki tiga buah subsistem, yaitu
subsistem leksikon, subsistem gramatika, dan subsistem fonologi. Ketiga subsistem ini terikat
pula dengan dunia pragmatik atau dunia konteks. Komponen leksikon dengan satuannya
yang disebut leksem yang merupakan wadah penampung makna secara leksikal, juga bersifat
abstrak. Komponen leksikon ini kemudian diolah oleh komponen gramatika menjadi
satuan-satuan yang tidak lagi bermakna leksikal, melainkan bermakna gramatikal.
Komponen gramatika atau subsistem gramatika terbagi lagi menjadi dua subsistem,
yaitu subsistem morfologi dan subsistem sintaksis. Dalam hal ini, subsistem morfologi
bertugas mengolah komponen leksikon menjadi "kata" yang bersifat gramatikal. Sedangkan
subsistem sintaksis mengolah kata-kata hasil olahan subsistem morfologi itu menjadi
satuan-satuan sintaksis. Satuan-satuan sintaksis ini akan diolah oleh subsistem fonologi
menjadi wujud wujud fisis dalam dunia bunyi, yang bersifat konkret karena dapat diamati
secara empiris melalui pendengaran.1
Langkah utama yang perlu dilakukan dalam mengkaji linguistik Arab adalah meneliti
bunyi- bunyi bahasa yang keluar dari alat ucap, kemudian dilanjutkan dengan studi analisis
morfologi, sintaksis dan seterusnya. Oleh karena itu pada makalah ini, pemakalah berfokus
menjelaskan tentang fonologi dan seputarnya. Fonologi merupakan materi dasar dalam kajian
linguistik yang membicarakan persoalan- persoalan tentang bunyi-bunyi bahasa yang
diujarkan lewat alat ucap, baik bunyi bahasa yang memperdulikan arti (fonemik) maupun
tidak (fonetik). Bunyi-bunyi bahasa yang diujarkan akan menghasilkan beribu-ribu kata yang
bervarian dan bermakna. Demikian pula dari rangkaian kata-kata yang tersusun akan
menghasilkan beribu ribu kalimat higga menjadi bahasa yang kompleks.
1
Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses, Cet. 1 (Jakarta: Rineka Cipta, 2009).
B. PEMBAHASAN
Pengertian Fonologi
Istilah fonologi berasal dari bahasa Yunani yaitu phone = ‘bunyi’, dan logos = ‘ilmu’.
Secara harfiah, fonologi adalah ilmu bunyi. Fonologi merupakan bagian dari ilmu bahasa
yang mengkaji bunyi.2 Dan fonologi menurut KBBI yaitu bidang linguistik yang menyelidiki
bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.3
Sedangkan menurut Moch. Syarif hidayatullah “Bila fonetik mengkaji bunyi bahasa
berdasar aspek fisiknya saja, maka fonologi mengkaji bunyi bahasa berdasar fungsinya
sebagai pembeda makna dan terkait dengan bahasa tertentu. Dalam fonologi, yang
diperhatikan adalah perbedaan yang fungsional yang berguna untuk membedakan makna.
Dengan kata lain, fonologi adalah kajian tentang bunyi bahasa dilihat dari segi fungsinya
dalam sistem komunikasi linguistik dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai
pembeda makna. Jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut disebut fonem. Jika
tidak, hanya disebut fon. Fonologi boleh disebut sebagai ilmu bunyi yang fungsional.
Fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa.4
Terdapat perbedaan dalam membagi ilmu fonologi oleh para linguis. Ada yang
menganggap ilmu fonologi adalah ilmu bunyi secara umum dan memiliki dua pembagian
yaitu fonetik (ilmu bunyi tanpa ada kaitan dengan makna) dan fonemik (ilmu bunyi berkaitan
dengan makna). Ada pula yang mengartikan fonologi sama dengan fonemik sehingga
pembahasannya hanya terkait bunyi yang memiliki makna saja. Kali ini kita akan membahas
fonologi dengan pengertian sebagai fonemik yaitu ilmu bunyi yang berkaitan dengan makna.
A. Fonem (Fu:ni:m)
Pada tiap bahasa, orang secara tidak sadar mengelompokkan berbagai bunyi yang
diucapkannya ke dalam satuan-satuan fungsional terkecil yang disebut fonem. Fonem
(phoneme) menurut Bloomfield (1933: 77) adalah satuan ciri bunyi distingtif terkecil. Dalam
linguistik Arab, fonem disebut al-wahdah ash-shautiyyah (Syahin, 1984: 115). Singkat nya,
fonem adalah abstraksi dari bunyi-bunyi bahasa. Meski berbeda antara fonem dan bunyi
bahasa, fonem diberi nama sesuai dengan nama salah satu bunyi bahasa yang
merealisasikannya. Lambang yang digunakannya pun sama dengan yang digunakan untuk
melambang kan bunyi bahasa. Bedanya, lambang fonem diletakkan di antara dua garis miring
(/.../), sedangkan lambang bunyi diletakkan dalam tanda kurung siku ([...]).
2
Lina Marlina, Pengantar Ilmu Ashwat (Bandung: Fajar Media, 2019), 19.
3
Pusat Bahasa, KBBI (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
4
Moch. Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab (Jakarta: Grasindo, 2017), 50.
Sebagaimana sudah disebutkan, jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi itu disebut
fonem. Jadi fonem bisa diartikan sebagai bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi
membedakan.5
D. Morfofonemik
1) Alternasi
2) Netralisasi
Proses penggabungan antara dua fonem dalam lingkungan tertentu. Dalam Bahasa
Arab, vokal panjang ketika dibaca jeda (waqf), maka akan berubah menjadi vokal
pendek. Contohnya pada frasa al-duwal-kubra: ‘negara-negara superpower’ bila
dibaca waqf al-duwal al- kubra
3) Asimilasi
Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain
sebagai akibat dari bunyi yang terdapat di lingkungannya, sehingga bunyi itu menjadi
sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya.
Menurut Abercrombie (1974:133-139) asimilasi dapat terjadi berdasarkan tiga
faktor:getaran pita suara, pergerakan velum, dan perpindahan daerah artikulasi.
Contoh dalam Bahasa Arab, yaitu pola افتعلdari verba ضربadalah اضطربbukan
اضترب.
4) Disimilasi
Berbeda dengan Asimilasi, Disimilasi merupakan proses yang merubah dua fonem
yang sama (berdekatan atau tidak) menjadi fonem yang lain. Contoh dalam Bahasa
Arab yaitu pada kata absah (< ) افصحdan jamhur (< ) جمهورPada kata afshah yang
berubah menjadi absah terjadi disimilasi dari bunyi / f/ yang merupakan bunyi geser
menjadi bunyi /b/ sehingga menjadi tidak serupa dengan bunyi /s/ yang mengikutinya
yang juga merupakan bunyi geser. Perubahan dari /f/ menjadi /b/ juga merupakan
penguatan bunyi. Pada contoh yang kedua kata jumhur yang berubah menjadi jamhur,
vokal /u/ berubah menjadi vokal /a/ sehingga menjadi tidak serupa dengan vokal lain
dalam kata tersebut, yakni /u/.
E. Bunyi Suprasegmental
2. Nada (Tanghi:m)
Nada berkaitan dengan tinggi rendahnya sebuah bunyi diucapkan dalam ujaran
atau disebut juga irama dalam berbicara, bila suatu bunyi segmental diucapkan dengan
frekuensi getaran yang cukup tinggi maka akan menghasilkan nada yang tinggi, pun
sebaliknya, apabila bunyi diucapkan dengan frekuensi getaran yang rendah, maka
akan menghasilkan nada yang rendah pula. Nada ini bisa bersifat fonemis atau
morfemis pada bahasa-bahasa tertentu. Nada yang menyertai bunyi segmental di
dalam kalimat disebut intonasi. Dalam hal ini variasi nada biasanya dibedakan
menjadi empat.
a) Nada rendah ditandai dengan angka 1
3. Tekanan
tekanan merupakan unsur bunyi suprasegmental yang berkaitan dengan keras
lunaknya bunyi, bunyi yang diucapkan dengan arus yang kuat menyebabkan
amplitudo melebar, situasi ini dibarengi dengan tekanan yang keras, sebaliknya,
sebuah bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang tidak kuat sehingga
amplitudonya menyempit, maka pada situasi ini pula pastinya dibarengi dengan
tekanan atau bunyi yang lunak. Adapun tekanan yang lazim dipakai dalam bahasa
nada dapat dibedakan menjadi lima, yaitu:
4) Tekanan turun naik, yaitu nada yang merendah kemudian meninggi, yang
ditandai dengan {..^.}
4. Jeda
Jeda merupakan suatu hal yang berkaitan dengan perhentian bunyi dalam bahasa,
Sebagai akibatnya, akan terjadi kesenyapan di antara bunyi-bunyi yang terputus itu.
Kesenyapan itu bisa berapa di posisi awal, tengah, dan akhir ujaran. menurut
tempatnya, jeda dapat dibedakan menjadi empat dan biasanya ditandai sebagai
berikut.
1. Fonologi adalah kajian tentang bunyi bahasa dilihat dari segi fungsinya dalam sistem
komunikasi linguistik dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda
makna.
2. Bidang kajian fonologi terbagi menjadi enam, di antaranya: fonem, alofon, fonotaktik,
morfofonemik, dan bunyi suprasegmental dan segmental.
3. Berdasarkan sifat kajiannya, fonologi terbagi menjadi fonetik dan fonemik. Keduanya
menggunakan bunyi sebagai objek penelitiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Cet. 1. Jakarta: Rineka Cipta,
2009.
Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2014
Hidayatullah, Moch. Syarif. Cakrawala Linguistik Arab. Jakarta: Grasindo, 2017.
Marlina, Lina. Pengantar Ilmu Ashwat. Bandung: Fajar Media, 2019.
Pusat Bahasa. KBBI. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008.