Anda di halaman 1dari 8

FONOLOGI BAHASA ARAB

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah


Pengantar Linguistik Arab
Dosen Pengampu: Dr. Mauidlotun Nisa’, S.Pd.I., M.Hum.

Disusun Oleh:
Kelompok 6

Muhammad Rizqi 11210240000087


Rafi Naufal Azmi 11210240000077
Zahra Nurhaliza 11210240000098

JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
A. PENDAHULUAN

Bahasa merupakan objek kajian linguistik yang memiliki peran penting dalam
kehidupan manusia. Bahasa adalah fenomena yang menghubungkan dunia makna dan dunia
bunyi. Lalu, sebagai penghubung di antara kedua dunia itu, bahasa dibangun oleh tiga
komponen, yaitu komponen leksikon, komponen gramatika, dan komponen fonologi. Kalau
bahasa itu merupakan satu sistem, maka sistem bahasa itu memiliki tiga buah subsistem, yaitu
subsistem leksikon, subsistem gramatika, dan subsistem fonologi. Ketiga subsistem ini terikat
pula dengan dunia pragmatik atau dunia konteks. Komponen leksikon dengan satuannya
yang disebut leksem yang merupakan wadah penampung makna secara leksikal, juga bersifat
abstrak. Komponen leksikon ini kemudian diolah oleh komponen gramatika menjadi
satuan-satuan yang tidak lagi bermakna leksikal, melainkan bermakna gramatikal.

Komponen gramatika atau subsistem gramatika terbagi lagi menjadi dua subsistem,
yaitu subsistem morfologi dan subsistem sintaksis. Dalam hal ini, subsistem morfologi
bertugas mengolah komponen leksikon menjadi "kata" yang bersifat gramatikal. Sedangkan
subsistem sintaksis mengolah kata-kata hasil olahan subsistem morfologi itu menjadi
satuan-satuan sintaksis. Satuan-satuan sintaksis ini akan diolah oleh subsistem fonologi
menjadi wujud wujud fisis dalam dunia bunyi, yang bersifat konkret karena dapat diamati
secara empiris melalui pendengaran.1

Langkah utama yang perlu dilakukan dalam mengkaji linguistik Arab adalah meneliti
bunyi- bunyi bahasa yang keluar dari alat ucap, kemudian dilanjutkan dengan studi analisis
morfologi, sintaksis dan seterusnya. Oleh karena itu pada makalah ini, pemakalah berfokus
menjelaskan tentang fonologi dan seputarnya. Fonologi merupakan materi dasar dalam kajian
linguistik yang membicarakan persoalan- persoalan tentang bunyi-bunyi bahasa yang
diujarkan lewat alat ucap, baik bunyi bahasa yang memperdulikan arti (fonemik) maupun
tidak (fonetik). Bunyi-bunyi bahasa yang diujarkan akan menghasilkan beribu-ribu kata yang
bervarian dan bermakna. Demikian pula dari rangkaian kata-kata yang tersusun akan
menghasilkan beribu ribu kalimat higga menjadi bahasa yang kompleks.

1
Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses, Cet. 1 (Jakarta: Rineka Cipta, 2009).
B. PEMBAHASAN

Pengertian Fonologi

Istilah fonologi berasal dari bahasa Yunani yaitu phone = ‘bunyi’, dan logos = ‘ilmu’.
Secara harfiah, fonologi adalah ilmu bunyi. Fonologi merupakan bagian dari ilmu bahasa
yang mengkaji bunyi.2 Dan fonologi menurut KBBI yaitu bidang linguistik yang menyelidiki
bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.3

Sedangkan menurut Moch. Syarif hidayatullah “Bila fonetik mengkaji bunyi bahasa
berdasar aspek fisiknya saja, maka fonologi mengkaji bunyi bahasa berdasar fungsinya
sebagai pembeda makna dan terkait dengan bahasa tertentu. Dalam fonologi, yang
diperhatikan adalah perbedaan yang fungsional yang berguna untuk membedakan makna.
Dengan kata lain, fonologi adalah kajian tentang bunyi bahasa dilihat dari segi fungsinya
dalam sistem komunikasi linguistik dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai
pembeda makna. Jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut disebut fonem. Jika
tidak, hanya disebut fon. Fonologi boleh disebut sebagai ilmu bunyi yang fungsional.
Fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa.4

Terdapat perbedaan dalam membagi ilmu fonologi oleh para linguis. Ada yang
menganggap ilmu fonologi adalah ilmu bunyi secara umum dan memiliki dua pembagian
yaitu fonetik (ilmu bunyi tanpa ada kaitan dengan makna) dan fonemik (ilmu bunyi berkaitan
dengan makna). Ada pula yang mengartikan fonologi sama dengan fonemik sehingga
pembahasannya hanya terkait bunyi yang memiliki makna saja. Kali ini kita akan membahas
fonologi dengan pengertian sebagai fonemik yaitu ilmu bunyi yang berkaitan dengan makna.

Bidang Kajian Fonologi :

A. Fonem (Fu:ni:m)

Pada tiap bahasa, orang secara tidak sadar mengelompokkan berbagai bunyi yang
diucapkannya ke dalam satuan-satuan fungsional terkecil yang disebut fonem. Fonem
(phoneme) menurut Bloomfield (1933: 77) adalah satuan ciri bunyi distingtif terkecil. Dalam
linguistik Arab, fonem disebut al-wahdah ash-shautiyyah (Syahin, 1984: 115). Singkat nya,
fonem adalah abstraksi dari bunyi-bunyi bahasa. Meski berbeda antara fonem dan bunyi
bahasa, fonem diberi nama sesuai dengan nama salah satu bunyi bahasa yang
merealisasikannya. Lambang yang digunakannya pun sama dengan yang digunakan untuk
melambang kan bunyi bahasa. Bedanya, lambang fonem diletakkan di antara dua garis miring
(/.../), sedangkan lambang bunyi diletakkan dalam tanda kurung siku ([...]).

2
Lina Marlina, Pengantar Ilmu Ashwat (Bandung: Fajar Media, 2019), 19.
3
Pusat Bahasa, KBBI (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
4
Moch. Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab (Jakarta: Grasindo, 2017), 50.
Sebagaimana sudah disebutkan, jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi itu disebut
fonem. Jadi fonem bisa diartikan sebagai bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi
membedakan.5

B. Alofon (Mutaghayyir Shauti:)

Alofon adalah keseluruhan realisasi pengucapan fonem Artinya, banyak mempunyai


kesamaan dalam pengucapannya. Alofon suatu fonem dapat juga menunjukkan ciri
hubungan yang disebut bervariasi bebas. Alofon alofon demikian dapat dipertukarkan di
tempat yang sama. Hal ini dapat terjadi terutama karena alat ucap manusia pada dasarnya
tidak mampu melafalkan dua bunyi yang benar benar sama berturut turut Ciri alofon alofon
sebuah fonem adalah, pertama, mempunyai kemiripan fonetis Artinya, mempunyai banyak
kesamaan dalam pengucapannya, kedua, berdistribusi komplementer atau bervariasi bebas
Contoh alofon dalam bahasa Arab adalah fonem /‫ق‬/ yang bisa berdistribusi menjadi bunyi
(g) kata qala 'mengatakan' dan bunyi (q) pada kata maqtal ‘tempat pembunuhan'. Fonem/‫ب‬/
juga bisa berdistribusi menjadi bunyi (p) pada kata ba:ba: ‘ayah’, bunyi (b) pada kata bait
‘rumah’, dan bunyi (b) pada kata ba:b ‘pintu’.

C. Fonotaktik (Dira:sah Tata:bu' Al-Fu:ni:ma:t)

Fonotaktik merupakan urutan fonem yang dimungkinkan dalam satu bahasa.


Fonotaktik berisi urutan dan kombinasi bunyi yang terdapat di setiap bahasa. Tidak ada
bahasa di dunia yang tidak mengenal fonotaktik. Setiap bahasa memiliki syarat tersendiri
dalam penggabungan fonem. Meskipun demikian, tidak semua fonem dapat melekat dengan
fonem lain. Fonem-fonem itu berfungsi untuk membentuk mortem. kata, dan kemudian
kalimat Dasar fonotaktik adalah struktur suku kata pada satu bahasa.
Fonotaktik mempunyai tiga tingkatan pembahasan, yaitu kalimat, kelompok suku
kata, dan suku kata. Fonotaktik dibentuk dari kalimat yang dihasilkan dari modulasi di
dalam kalimat. Modulasi merupakan unsur prosodi yang terdiri dari intonasi dan tekanan.
Proses fonotaktik merupakan pembagian kalimat ke dalam unsur bawahan langsung Seperti
kelompok-kelompok suku kata yang akan menjadi suku kata. Suku kata itu kemudian
mengurai menjadi aksen dan dasar silabis. Analisis tersebut berguna untuk mengkaji bahasa
yang mempunyai hubungan sintagmatis antara suku kata dan antaraksen dan dasar kata.
Fonotaktik juga ditentukan oleh pembagian suku kata yang terdiri dari bunyi
konsonan. Kelompok konsonan dibagi menjadi konsonan tunggal. Syarat untuk proses
tersebut adalah bentuk konsonan merupakan bagian dari kelompok yang juga muncul di
dalam suku kata lain yang terpisah. Selain konsonan, bunyi vokal juga memegang peranan
penting di dalam analisis fonotaktik.
Dalam hal fonotaktik, semua suka kata dalam bahasa Arab dimulai dengan
konsonan. Holes (1995: 49) membaginya menjadi suku kata terbuka (yang berakhiran
dengan vokal) dan suku kata tertutup (yang berakhiran dengan konsonan). Bahasa Arab
mempunyai pola suku kata terbuka KV atau KV, sementara suku kata tertutup KVK, KV:K,
KVKK, atau KV:KK). Dalam bahasa lisan, suku kata bahasa Arab hanya KV, KV:, dan
5
Moch. Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab (Jakarta: Grasindo, 2017), 51.
KVK. Pada kasus-kasus tertentu, suku kata KV:K atau KVKK tidak ditempatkan di posisi
akhir kata, untuk kepentingan pembeda gramatikal Contohnya sebagai berikut.

mu/mats/tsilu: + al/sya/ri/ah 'perwakilan perusahaan’ (jamak)


berbeda dengan:
mu/mats/tsilu + al/sya/ri/ah 'wakil perusahaan' (tunggal)

Penguraian dan pembagian unsur-unsur di dalam teks berhubungan dengan bentuk


dan makna (content dan expression) bahasa. Bentuk bahasa dapat merubah makna jika ada
bentuk lain yang ditambahkan dengan bentuk awal bahasa tersebut. Contoh dalam bahasa
Arab seperti pada kata na/zal 'turun' (intransitif) dan naz/zal 'menurunkan' (transitif).
Dengan kata lain, kelompok suku kata terdiri dari tekanan kata dan suku kata. Akan tetapi,
tekanan kata berbeda dengan aksen kata. Dalam bahasa yang mengenal tekanan kata, ada
gejala yang memperlihatkan hubungan antara satuan fonotaktik dengan makna kata.

D. Morfofonemik

Morfofonemik atau bisa juga disebut sebagai morfofonologi, adalah struktur


bahasa yang menggambarkan pola fonologis, dari morfem, termasuk di dalamnya
penambahan, pengurangan, penggantian fonem, atau perubahan tekanan yang
menentukan bangun morfem. Proses morfofonemik ini ada 4, yaitu:

1) Alternasi

Proses Alternasi merupakan suatu proses yang memperlihatkan perubahan-perubahan


bentuk pada bahasa. Dalam Bahasa Arab, proses ini dapat dilihat ketika konsonan
apiko alveolar /n/ berubah menjadi konsonan bilabial /m/ apabila diikuti konsonan
hambat bilabial /b// seperti dalam kata mim ba’d yang terdiri dari fonem /min/ dan
/ba’d/.

2) Netralisasi

Proses penggabungan antara dua fonem dalam lingkungan tertentu. Dalam Bahasa
Arab, vokal panjang ketika dibaca jeda (waqf), maka akan berubah menjadi vokal
pendek. Contohnya pada frasa al-duwal-kubra: ‘negara-negara superpower’ bila
dibaca waqf al-duwal al- kubra

3) Asimilasi

Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain
sebagai akibat dari bunyi yang terdapat di lingkungannya, sehingga bunyi itu menjadi
sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya.
Menurut Abercrombie (1974:133-139) asimilasi dapat terjadi berdasarkan tiga
faktor:getaran pita suara, pergerakan velum, dan perpindahan daerah artikulasi.
Contoh dalam Bahasa Arab, yaitu pola ‫ افتعل‬dari verba ‫ ضرب‬adalah ‫ اضطرب‬bukan
‫ اضترب‬.

4) Disimilasi

Berbeda dengan Asimilasi, Disimilasi merupakan proses yang merubah dua fonem
yang sama (berdekatan atau tidak) menjadi fonem yang lain. Contoh dalam Bahasa
Arab yaitu pada kata absah (<‫ ) افصح‬dan jamhur (< ‫ ) جمهور‬Pada kata afshah yang
berubah menjadi absah terjadi disimilasi dari bunyi / f/ yang merupakan bunyi geser
menjadi bunyi /b/ sehingga menjadi tidak serupa dengan bunyi /s/ yang mengikutinya
yang juga merupakan bunyi geser. Perubahan dari /f/ menjadi /b/ juga merupakan
penguatan bunyi. Pada contoh yang kedua kata jumhur yang berubah menjadi jamhur,
vokal /u/ berubah menjadi vokal /a/ sehingga menjadi tidak serupa dengan vokal lain
dalam kata tersebut, yakni /u/.

E. Bunyi Suprasegmental

Ujaran merupakan sebuah runtunan bunyi yang sambung-menyambung ,


terus-menerus, diselang-selingi dengan jeda singkat, disertai dengan keras lembutnya
bunyi, tinggi rendahnya bunyi, panjang-pendeknya bunyi, dan lain sebagainya. Dalam arus
ujaran tersebut terdapat bunyi yang dapat disegmentasi, bunyi ini disebut sebagai bunyi
segmental, atau bunyi yang secara jelas bisa kita pilah-pilah ke dalam satuan yang lebih
kecil, kemudian terdapat pula bunyi yang tidak dapat disegmentasikan,karena kehadiran
bunyi ini selalu mengiringi, menindihi atau menemani bunyi segmental, bunyi ini disebut
juga sebagai bunyi suprasegmental. Unsur-unsur pada bunyi ini dibagi menjadi durasi,
nada, tekanan, dan jeda.
1. Durasi (Thu:l al-Shaut)
Durasi adalah panjang waktu relatif dipertahankannya alat-alat ucap pada satu
posisi. dalam tulisan fonetik, tanda seperti : dan :: (length) dipakai sebagai pertanda
panjang, durasi ini di dalam Bahasa Arab bisa membedakan makna, misal pada kata
ka:taba, pengucapan konsonan [k] dengan menggunakan rentang waktu, dengan
kataba tanpa menggunakan rentang waktu, sudah memiliki makna yang berbeda, kata
pertama memiliki makna ‘saling menulis surat’, dan arti kata kedua yaitu ‘menulis’.

2. Nada (Tanghi:m)
Nada berkaitan dengan tinggi rendahnya sebuah bunyi diucapkan dalam ujaran
atau disebut juga irama dalam berbicara, bila suatu bunyi segmental diucapkan dengan
frekuensi getaran yang cukup tinggi maka akan menghasilkan nada yang tinggi, pun
sebaliknya, apabila bunyi diucapkan dengan frekuensi getaran yang rendah, maka
akan menghasilkan nada yang rendah pula. Nada ini bisa bersifat fonemis atau
morfemis pada bahasa-bahasa tertentu. Nada yang menyertai bunyi segmental di
dalam kalimat disebut intonasi. Dalam hal ini variasi nada biasanya dibedakan
menjadi empat.
a) Nada rendah ditandai dengan angka 1

b) Nada sedang ditandai dengan angka 2

c) Nada tinggi ditandai dengan angka 3

d) Nada sangat tinggi ditandai dengan angka 4

3. Tekanan
tekanan merupakan unsur bunyi suprasegmental yang berkaitan dengan keras
lunaknya bunyi, bunyi yang diucapkan dengan arus yang kuat menyebabkan
amplitudo melebar, situasi ini dibarengi dengan tekanan yang keras, sebaliknya,
sebuah bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang tidak kuat sehingga
amplitudonya menyempit, maka pada situasi ini pula pastinya dibarengi dengan
tekanan atau bunyi yang lunak. Adapun tekanan yang lazim dipakai dalam bahasa
nada dapat dibedakan menjadi lima, yaitu:

1) Tekanan naik, yaitu nada yang meninggi ditandai dengan (…’),

2) Tekanan datar ditandai dengan {..-.}

3) Tekanan turun, yaitu nada yang merendah, ditandai dengan {.’..}

4) Tekanan turun naik, yaitu nada yang merendah kemudian meninggi, yang
ditandai dengan {..^.}

5) Tekanan naik turun, yaitu nada yang meninggi kemudian merendah,


ditandai dengan {.^..}

4. Jeda
Jeda merupakan suatu hal yang berkaitan dengan perhentian bunyi dalam bahasa,
Sebagai akibatnya, akan terjadi kesenyapan di antara bunyi-bunyi yang terputus itu.
Kesenyapan itu bisa berapa di posisi awal, tengah, dan akhir ujaran. menurut
tempatnya, jeda dapat dibedakan menjadi empat dan biasanya ditandai sebagai
berikut.

1) Jeda antarsuku kata ditandai dengan {+}

2) Jeda antarkata di dalam frase ditandai dengan {/}

3) Jeda antarfrase dalam klausa ditandai dengan {//}

4) Jeda antarkalimat dalam wacana ditandai dengan {#)


KESIMPULAN

1. Fonologi adalah kajian tentang bunyi bahasa dilihat dari segi fungsinya dalam sistem
komunikasi linguistik dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda
makna.

2. Bidang kajian fonologi terbagi menjadi enam, di antaranya: fonem, alofon, fonotaktik,
morfofonemik, dan bunyi suprasegmental dan segmental.

a. Fonem, yaitu bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan.


b. Alofon yaitu keseluruhan realisasi pengucapan fonem.
c. Fonotaktik merupakan urutan fonem yang dimungkinkan dalam satu bahasa.
d. Morfofonemik merupakan struktur bahasa yang menggambarkan pola fonologis, dari
morfem.
e. Bunyi suprasegmental adalah bunyi yang menyertai bunyi segmental, antara lain
berupa durasi, nada, tekanan, dan jeda.

3. Berdasarkan sifat kajiannya, fonologi terbagi menjadi fonetik dan fonemik. Keduanya
menggunakan bunyi sebagai objek penelitiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Cet. 1. Jakarta: Rineka Cipta,
2009.
Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2014
Hidayatullah, Moch. Syarif. Cakrawala Linguistik Arab. Jakarta: Grasindo, 2017.
Marlina, Lina. Pengantar Ilmu Ashwat. Bandung: Fajar Media, 2019.
Pusat Bahasa. KBBI. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Anda mungkin juga menyukai