Tentang:
Ilmu Al- Sharf ( Morfology/ ))علم الصرف مورفولوجيا
Oleh Kelompok 5 :
Lolla Novita (2030102027)
Dosen Pengampu :
Dr. Akhyar Hanif. M. Ag
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, produktif, dinamis,
beragam, dan manusiawi (Abdul Chaer, 1995: 14-18). Sebagai sebuah sistem, bahasa pada
dasarnya memberi kendala pada penuturnya. Dengan demikian, bahasa pada gilirannya
pantas diteliti, karena kendala-kendala yang dihadapi oleh penutur suatu bahasa
memerlukaan penanganan dan pencerahan. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
mempunyai tanggung jawab keilmuan kepada peserta didik dalam memberikan kaidah
berbahasa yang baik dan benar. Materi pembelajaran yang disajikan hendaknya
mencerminkan kazanah bahasa Indonesia yang selaras dan sejalan dengan perkembangan
peradaban rakyat Indonesia. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya juga
melakukan pengkajian terhadap berbagai persoalan terhadap perkembangan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Salah satu bidang pengkajian bahasa Indonesia yang cukup menarik adalah bidang
tata bentukan atau morfologi. Bidang ini menarik untuk dikaji karena perkembangan kata-
kata baru yang muncul dalam pemakaian bahasa sering berbenturan dengan kaidah-kaidah
yang ada pada bidang tata bentukan ini. Oleh karena itu perlu dikaji ruang lingkup tata
bentukan ini agar ketidaksesuaian antara kata-kata yang digunakan oleh para pemakai
bahasa dengan kaidah tersebut tidak menimbulkan kesalahan sampai pada tataran makna.
Jika terjadi kesalahan sampai pada tataran makna, hal itu akan mengganggu komunikasi
yang berlangsung. Bila terjadi gangguan pada kegiatan komunikasi maka gugurlah fungsi
utama bahasa yaitu sebagai alatkomunikasi. Hal ini tidak boleh terjadi.
Salah satu gejala dalam bidang tata bentukan kata dalam bahasa Indonesia yang
memiliki peluang permasalahan dan menarik untuk dikaji adalah proses morfofonemik
atau morfofonemis. Permasalahan dalam morfonemik cukup variatif, pertemuan antara
morfem dasar dengan berbagai afiks sering menimbulkan variasi-variasi yang kadang
membingungkan para pemakai bahasa. Sering timbul pertanyaan dari pemakai bahasa,
manakah bentukan kata yang sesuai dengan kaidah morfologi. Dan, yang menarik adalah
munculnya pendapat yang berbeda dari ahli bahasa yang satu dengan ahli bahasa yang
lain. Fenomena itulah yang menarik bagi kami untuk melakukan pengkajian dan
memaparkan masalah tentang pengertian morfologi dan morfofonemik ini dalam makalah
ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Fungsi Morfologi
a) Untuk mengetahui bagaimana perubahan-perubahan bentuk kata, baik dari
fungsi gramatik maupun semantic.
b) Mengetahui bagaimana seluk-beluk kata
c) mengetahui bagaimana suatu arti yang timbul akibat peristiwa gramatik
d) Mempelajari peristiwa-peristiwa umum, peristiwa yang berturut-turut terjadi,
atau dengan kata lain sebagai sistem dalam bahasa
3. Tujuan Morfologi
a) Membahas masalah morfem dan kata
b) Membahas masalah unit-unit gramatikal
c) Membahas masalah prinsip pengenalan morfem
d) Membahas masalah klasifikasi morfem
e) Membahas masalah proses morfologis
f) Membahas masalah morfofonemik
g) Membahas masalah fungsi dan makna afiksasi
h) Membahas masalah kategori kata
Morfologi atau tata bentuk ada pula yang menyebutnya morphemics adalah
bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal
(Verhaar, 1984 : 52). Dengan perkataan lain, morfologi mempelajari dan
menganalisis struktur, bentuk, dan klasifikasi kata-kata. Dalam linguistik bahasa
Arab, morfologi ini disebut tasrif, yaitu perubahan suatu bentuk (asal) kata menjadi
bermacam-macam bentuk untuk mendapatkan makna yang berbeda (baru). Tanpa
perubahan bentuk ini, maka yang berbeda tidak akan terbentuk (Alwasilah, 1983 :
101)
Untuk memperjelas pengertian di atas, perhatikanlah contoh-contoh berikut
dari segi struktur atau unsur-unsur yang membentuknya.
a) Makan
Makanan
Dimakan
Termakan
Makan-makan
b) Main
Mainan
Bermain
Main-main
Bermain-main
Contoh-contoh yang terpampang di atas, semuanya disebut kata.
Namun demikian, struktur kata-kata tersebut berbeda-beda. Kata makan terdiri
atas satu bentuk bermakna. Kata makanan, dimakan, dan termakan masing-
masing terdiri atas dua bentuk bermakna yaitu –an, di-, ter- dengan makan.
Kata makan-makan terdiri atas dua bentuk bermakna makan dan makan.
Rumah makan pun terdiri atas dua bentuk bermakan rumah dan makan. Kata
main, sama dengan kata makan terdiri atas satu bentuk bermakna, sedangkan
kata mainan, bermain, main-mainan, permainan, memainkan masing-masing
terdiri atas dua buah bentuk bermakna yakni –an, ber-, main, per-an, me-kan
dengan main. Kata bermain-main terdiri atas tiga bentuk bermakna ber-, main,
dan main.
Berdasarkan contoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa bentuk-
bentuk tersebut dapat berubah karena terjadi suatu proses. Kata makan dapat
berubah menjadi makanan, dimakan, termakan karena masing-masing adanya
penambahan –an, di-, dan ter-, dapat pula menjadi makan-makan karena
adanya pengulangan, dapat pula menjadi rumah makan karena penggabungan
dengan rumah. Perubahan bentuk atau struktur kata tersebut dapat pula diikuti
oleh perubahan jenis atau makna kata. Kata makan termasuk jenis atau
golongan kata kerja sedangkan makanan termasuk jenis atau golongan kata
benda. Dari segi makna kata makan maknanya ‘memasukan sesuatu melalui
mulut’, sedangkan makanan maknanya ‘semua benda yang dapat dimakan’.
Seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur
kata terhadap golongan dan arti atau makna kata seperti contoh di atas itulah
yang dipelajari oleh bidang morfologi (Ramlan, 1983 : 3).
a. Tanda
b. Menandai
c. Tanda tangan
d. Dari bandung
Satuan tanda merupakan sebuah bentuk bebas karena tidak dapat dibagi
menjadi satuan-satuan bebas lainnya. Satuan menandai tidak dapat dibagi menjadi
bentuk bebas. Tetapi perhatikan bentuk atau satuan tanda tangan dapat dibagi
menjadi dua satuan yakni tanda dan tangan. Namun kalau diteliti lebih jauh,
sebenarnya satuan tanda tangan memiliki satu kesatuan yang utuh atau padu.
Dengan perkataan lain, tanda tangan memiliki sifat sebuah kata yang
membedakan dirinya dari frase (Ramlan, 1983 : 28; Prawirasumantri, 1985 : 129).
Bentuk-bentuk atau satuan-satuan yang setipe itu tidak mungkin dipisahkan atau
dibalikkan menjadi tangan tanda atau dipisahkan satuan lain tanda itu tangan.
Bentuk atau satuan sepeti itu dalam hubungannya keluar selalu merupakan satu
kesatuan dari. Satuan itu bukan merupakan bentuk bebas seperti contoh lainnya di,
ke, daripada- tetapi secara gramatis memiliki sifat bebas. Satuan-satuan seperti
contoh di atas dari nomor 1 sampai dengan 4 di sebut kata.
Berdasarkan penjelasan di atas, nyatalah bahwa kata dapat terdiri atas satu
morfem atau lebih. Kata-kata seperti: duduk, makan, tidur, meja masing-masing
terdiri atas sebuah morfem, sedangkan penduduk, makanan, meja makan, kaki
tangan masing-masing terdiri atas dua buah morfem. Kata-kata yang terdiri atas
satu morfem disebut kata bermorfem tunggal atau kata monomorfemis
(monomorphemic word) dan kata-kata yang terdiri atas dua morfem atau lebih
disebut kata bermorfem jamak atau kata polimorfemis (polymorphemic word)
(Verhaar, 1984 : 54).
Dari paparan di atas dapatlah ditarik suatu ciri kata. Ciri kata pada dasarnya
mencakup dua hal yaitu: (1) kata merupakan suatu kesatuan penuh dan komplit
dalam sebuah ujaran bahasa, dan (2) kata dapat ditersendirikan yakni bahwa
sebuah kata dalam kalimat dapat dipisahkan dari yang lain dan dapat dipindahkan
(Parera, 1980 : 10).
D. Deretan Morfology
Paradigma yaitu daftar lengkap perubahan afiksasi yang mungkin dengan
morfem asal yang sama (Verhaar, 1984:65). Morfem asal itu mungkin mengalami
perubahan bentuk akibat afiksasi (Sitindoan, 1984:68). Pengertian paradigma sama
maknanya dengan deretan morfologi seperti yang diungkapkan Ramlan (1983:28)
yaitu suatu deretan atau daftar yang memuat kata-kata yang berhubungan dalam
bentuk dan artinya deretan morfologi ini akan berguna dalam menentukan sebuah
morfem.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari sedikit penjelasan di atas tentang pengertian Morfologi dan Morfofonemik
beserta pokok bahasan lain yang terkandung dalam pengertian Morfologi dan
Morfofonemik, dapat ditarik sedikit kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengertian Morfologi adalah ilmu yang mempelajari dan menganalisis struktur,
bentuk, dan klasifikasi kata-kata
2. Di dalam ilmu morfologi kita bisa membahas pengertian morfem, morf, alomorf,
morfem dan kata, deretan morfologi, kata dasar dan dasar kata dan hierarki kata
(tingkatan-tingkatan dalam kata)
3. Pengertian morfofonemik adalah cabang linguistik yang mempelajari perubahan
bunyi yang diakibatkan oleh adanya pengelompokkan morfem.
4. Di dalam morfofonemik kita bisa membahas tentang perubahan-perubahan fonem
yang disebabkan hubungan dua morfem atau lebih serta pemberian tanda-tandanya.
B. SARAN
Setiap kajian bahasa perlu adanya peninjauan kembali guna memperoleh hasil
yang optimal sehingga tidak ada lagi kesalahan yang ditimbulkan oleh pola
morfofonemis. Definisi tidak akan mampu menjawab keseluruhan dari kajian
morfologis tetapi jauh darinya hubungan morfologi dengan semantik sangat erat
sehingga pengertian tersebut perlu direvisi.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwoko, Tri adi. 2003. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta : Andioffset.
Verhaar, J.W.M. 1999. Asas – Asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gajah Mada Univesitiy
press.