Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ILMU AL-LUGHAH AL-‘AM

Tentang:
Ilmu Al- Sharf ( Morfology/ ‫))علم الصرف مورفولوجيا‬

Oleh Kelompok 5 :
Lolla Novita (2030102027)

Dosen Pengampu :
Dr. Akhyar Hanif. M. Ag

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR
2022/ 1444 H
BAB I
PENDAHULUAN

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, produktif, dinamis,
beragam, dan manusiawi (Abdul Chaer, 1995: 14-18). Sebagai sebuah sistem, bahasa pada
dasarnya memberi kendala pada penuturnya. Dengan demikian, bahasa pada gilirannya
pantas diteliti, karena kendala-kendala yang dihadapi oleh penutur suatu bahasa
memerlukaan penanganan dan pencerahan. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
mempunyai tanggung jawab keilmuan kepada peserta didik dalam memberikan kaidah
berbahasa yang baik dan benar. Materi pembelajaran yang disajikan hendaknya
mencerminkan kazanah bahasa Indonesia yang selaras dan sejalan dengan perkembangan
peradaban rakyat Indonesia. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya juga
melakukan pengkajian terhadap berbagai persoalan terhadap perkembangan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar.

Salah satu bidang pengkajian bahasa Indonesia yang cukup menarik adalah bidang
tata bentukan atau morfologi. Bidang ini menarik untuk dikaji karena perkembangan kata-
kata baru yang muncul dalam pemakaian bahasa sering berbenturan dengan kaidah-kaidah
yang ada pada bidang tata bentukan ini. Oleh karena itu perlu dikaji ruang lingkup tata
bentukan ini agar ketidaksesuaian antara kata-kata yang digunakan oleh para pemakai
bahasa dengan kaidah tersebut tidak menimbulkan kesalahan sampai pada tataran makna.
Jika terjadi kesalahan sampai pada tataran makna, hal itu akan mengganggu komunikasi
yang berlangsung. Bila terjadi gangguan pada kegiatan komunikasi maka gugurlah fungsi
utama bahasa yaitu sebagai alatkomunikasi. Hal ini tidak boleh terjadi.
            Salah satu gejala dalam bidang tata bentukan kata dalam bahasa Indonesia yang
memiliki peluang permasalahan dan menarik untuk dikaji adalah proses morfofonemik
atau morfofonemis. Permasalahan dalam morfonemik cukup variatif, pertemuan antara
morfem dasar dengan berbagai afiks sering menimbulkan variasi-variasi yang kadang
membingungkan para pemakai bahasa. Sering timbul pertanyaan dari pemakai bahasa,
manakah bentukan kata yang sesuai dengan kaidah morfologi. Dan, yang menarik adalah
munculnya pendapat yang berbeda dari ahli bahasa yang satu dengan ahli bahasa yang
lain. Fenomena itulah yang menarik bagi kami untuk melakukan pengkajian dan
memaparkan masalah tentang pengertian morfologi dan morfofonemik ini dalam makalah
ini.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Sharf/Morfology


Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan
dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk
kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata
Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik
maupun fungsi semantik.
Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari
bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk
dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphe dan logos ialah bunyi
yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna
unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah
bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta
perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek
pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan
dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Morfologi juga mempelajari arti yang timbul sebagai akibat peristiwa
gramatik, yang biasa disebut arti gramatikal atau makna. Satuan yang paling kecil
dipelajari oleh morfologi adalah morfem, sedangkan yang paling besar berupa kata.
morfologi hanya Mempelajari peristiwa-peristiwa yang umum, peristiwa yang
berturut-turut terjadi, yang bisa dikatakan merupakan sistem dalam bahasa.
Peristiwa perubahan bentuk misalnya pada perubahan kata dari jala menjadi
jalan pada kata berjalan, dan perubahan dari kata aku menjadi saya, serta perubahan
kata dari tahun menjadi tuhan boleh dikatakan hanya terjadi pada kata tersebut. Oleh
karena itu, peristiwa tersebut tidak bisa disebut sebagai peristiwa umum, tentu saja
bukan termasuk dalam bidang morfologi, melainkan termasuk dalam ilmu yang biasa
disebut etimologi, yaitu ilmu yang mempelajari seluk-beluk asal sesuatu kata secara
khusus.
Dalam bahasa Indonesia mempunyai berbagai bentuk. Kata sedih, gembira,
dan senang merupakan  satu  morfem. Kata bersedih, bergembira, dan bersenang
merupakan dua morfem, yaitu morfem ber- sebagai afiks, dam morfem sedih
merupakan bentuk dasarnya begitu juga dengan morfem bergembira dan bersenang
terdiri dari dua morfem. Kata senang-senang terdiri dari dua morfem yaitu morfem
senang sebagai bentuk dasar dan diikuti oleh senang sebagai morfem ulang. Semua
yang berhubungan denngan bentuk kata tersebut yang menjadi objek dari suatu ilmu
disebut dengan morfologi.
Perubahan-perubahan  bentuk kata menyebabkan adanya perubahan golongan
dan arti kata. Golongan kata sedih tidak sama dengan golongan kata bersedih. Kata
sedih termasuk golongan kata adjektiva, sedangkan kata bersedih termasuk verba
deadjektiva. Di segi arti, kata-kata senang, bersenang, dan senang-senang semuanya
mempunyai arti yang berbeda-beda. Demikian pula dengan kata sedih dan gembira.
Perbedaan atau perubahan golongan dan arti kata tersebut disebabkan oleh perubahan
bentuk kata. Karena itu, selain menyelidiki bidangnya yang utama dalam seluk-beluk
bentuk kata, morfologi juga menyelidiki kemungkinan adanya perubahan golongan
dan arti kata yang timbul sebagai akibat perubahan bentuk kata.
Intinya adalah jika syntax membahas tentang bagaimana kata-kata disusun
dalam sebuah kalimat, maka morphology membahas bentuk kata-kata tersebut. Di sini
dikemukakan bahwa pembicaraan tentang satuan gramatik yang salah satu dari
unsurnya berupa afiks dibahas dalam bidang morfologi, dan pembicaraan tentang kata
majemuk juga dibicarakan dalam bidang morfologi mengingat bahwa kata majemuk
masih termasuk golongan kata.
1. Definisi Morfologi Menurut Beberapa Ahli
a) Morfologi adalah ilmu bahasa tentang seluk-beluk bentuk kata (struktur kata)
Sumber: Zaenal Arifin dan Juaiyah “Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi”
b) Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan
  

dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Sumber: J. W. M. Verhaar “Asas-


Asas Linguistik Umum”
c) Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian
kata secara gramatikal. Sumber: J. W M. Verhaar “Pengantar Linguistik”
d)   Menurut Ramlan (1978:2) Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang
membicarakan atau mempelajari seluk beluk struktur kata serta pengaruh
perubahan-perubahan struktur kata terhadap golongan dan arti kata.
e)   Menurut Nida (1974: 1) menyatakan bahwa morfologi adalah suatu kajian
tentang morfem-morfem dan penyusunan morfem dalam rangka pembentukan
kata. Sumber: Syahwin Nikelas “Pengantar Linguistik Untuk Guru Bahasa”
f)   Menurut Cristal ( 198 : 232 – 233 ), morfologi adalah cabang tata bahasa
yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui pengguanaan
morfem. Morfologi pada umumnya dibagi ke dalam dua bidang : yakni telaah
infleksi (inflectional morfhology ). Dan telaah pembentukan kata (lexical or
derivational morphology). Analisi morfemik  bagian dari telaah linguistik
sikronis ; analisis morfologis diterapkan terhadap telaah historis. Analisis
morfologis dilakukan dalam berbagai bentuk. Satu pendekatan membuat
telaah distribusional morfem dan varian morfemis yang muncul dalam kata
( analisis susunan morfotaktis ). Suatu model pemerian yang memandang
hubungan antara kata – kata sebagai proses derivasi. Dalam linguistic
generative, morfologi dan sintaksis tidak dilihat sebagai dua tingkat terpisah ;
kaidah – kaidah dari tata bahasa berlaku bagi struktur kata, seperti halnya
terhadap frasa dan kalimat, dan konsep – konsep morfologis hanya muncul
sebagai titik dimana output komponen sintaksis harus diberikan representasi
fonologi melalui kaidah – kaidah morfofonologis.
g)   Menurut Bauer ( 1983 : 33 ), morfologi membahas struktur internal bentuk
kata. Dalam morfologi, analisis membagi bentuk kata ke dalam formatif
komponennya, dan berusaha untuk menjelaskan kemunculan setiap formatif.
Morfologi dapat dibagi ke dalam dua cabang utama, yaitu morfologi
infleksional dan pembentukan kata yang disebut morfologis leksikal.
Morfologi infleksional membahas leksem – leksem baru dari pemajemukan
kata ( komposisi ).  Deriviasi berurusan dengan pembentukan leksem baru dari
dua atau lebih sistem potensial. Derivasi kadang – kadang juga dibagi ke
dalam derivasi mempertahankan kelas (class-maintaining
derivation) dan derivasi perubahan kelas (class-changing derivation).
h) Menurut rumandji ( 1993:2), morfologi mengcakup kata, bagiannya, dan
prosesnya. Menurut O’ Grady dan Dobrovolsky (1989:89-90), morofologi
adalah komponen tata bahasa generative tranformasional (TTG) yang
membicarakan struktur internal kata.
Teori morfologi umum yang berurusan dengan pembahasan secara tepat
mengenai jenis-jenis kaidah morfologi yang dapat ditemukan dalam bahasa –
bahasa alamiah. Morfologi khusus merupakan seperangkat kaidah yang
mempunyai fungsi ganda. Pertama, kaidah – kaidah ini berurusan dengan
pembentukan kata baru. Kedua, kaidah – kaidah ini mewakili pengetahuan penutur
asli yang tidak disadari tentang struktur internal kata yang sudah ada dalam
bahasanya.

2.  Fungsi Morfologi
a) Untuk mengetahui bagaimana perubahan-perubahan bentuk kata, baik dari
fungsi gramatik maupun semantic.
b)   Mengetahui bagaimana seluk-beluk kata
c)  mengetahui bagaimana suatu arti yang timbul akibat peristiwa gramatik
d) Mempelajari peristiwa-peristiwa umum, peristiwa yang berturut-turut terjadi,
atau dengan kata lain sebagai sistem dalam bahasa

3. Tujuan Morfologi
a) Membahas masalah morfem dan kata
b) Membahas masalah unit-unit gramatikal
c) Membahas masalah prinsip pengenalan morfem
d) Membahas masalah klasifikasi morfem
e) Membahas masalah proses morfologis
f) Membahas masalah morfofonemik
g) Membahas masalah fungsi dan makna afiksasi
h) Membahas masalah kategori kata
Morfologi atau tata bentuk ada pula yang menyebutnya morphemics adalah
bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal
(Verhaar, 1984 : 52). Dengan perkataan lain, morfologi mempelajari dan
menganalisis struktur, bentuk, dan klasifikasi kata-kata. Dalam linguistik bahasa
Arab, morfologi ini disebut tasrif, yaitu perubahan suatu bentuk (asal) kata menjadi
bermacam-macam bentuk untuk mendapatkan makna yang berbeda (baru). Tanpa
perubahan bentuk ini, maka yang berbeda tidak akan terbentuk (Alwasilah, 1983 :
101)
Untuk memperjelas pengertian di atas, perhatikanlah contoh-contoh berikut
dari segi struktur atau unsur-unsur yang membentuknya.
a) Makan
Makanan
Dimakan
Termakan
Makan-makan
b) Main
Mainan
Bermain
Main-main
Bermain-main
Contoh-contoh yang terpampang di atas, semuanya disebut kata.
Namun demikian, struktur kata-kata tersebut berbeda-beda. Kata makan terdiri
atas satu bentuk bermakna. Kata makanan, dimakan, dan termakan masing-
masing terdiri atas dua bentuk bermakna yaitu –an, di-, ter- dengan makan.
Kata makan-makan terdiri atas dua bentuk bermakna makan dan makan.
Rumah makan pun terdiri atas dua bentuk bermakan rumah dan makan. Kata
main, sama dengan kata makan terdiri atas satu bentuk bermakna, sedangkan
kata mainan, bermain, main-mainan, permainan, memainkan masing-masing
terdiri atas dua buah bentuk bermakna yakni –an, ber-, main, per-an, me-kan
dengan main. Kata bermain-main terdiri atas tiga bentuk bermakna ber-, main,
dan main.
            Berdasarkan contoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa bentuk-
bentuk tersebut dapat berubah karena terjadi suatu proses. Kata makan dapat
berubah menjadi makanan, dimakan, termakan karena masing-masing adanya
penambahan –an, di-, dan ter-, dapat pula menjadi makan-makan karena
adanya pengulangan, dapat pula menjadi rumah makan karena penggabungan
dengan rumah. Perubahan bentuk atau struktur kata tersebut dapat pula diikuti
oleh perubahan jenis atau makna kata. Kata makan termasuk jenis atau
golongan kata kerja sedangkan makanan termasuk jenis atau golongan kata
benda. Dari segi makna kata makan maknanya ‘memasukan sesuatu melalui
mulut’, sedangkan makanan maknanya ‘semua benda yang dapat dimakan’.
            Seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur
kata terhadap golongan dan arti atau makna kata seperti contoh di atas itulah
yang dipelajari oleh bidang morfologi (Ramlan, 1983 : 3).

B. Pengertian Morf, Morfem dan Alomorf


Morfem adalah bentuk yang paling kecil yang tidak mempunyai bentuk lain sebagai
unsurnya. Banyak morfem yang hanya mempunyai satu struktur yakni jumlah maupun urutan
fonemnya selalu tetap. Di lain pihak, banyak morfem yang mempunyai beberapa struktur
fonologis, misalnya morfem peN- mempunyai struktur-struktur fonologis pe-, pem-, pen-,
peng-, peny-, dan penge-, seperti terlihat pada kata-kata: pelari, pembimbing, pendengar,
penguji, penyakit, dan pengecat. Satuan-satuan pe-, pem-, peng-, peny-, dan penge- masing-
masing disebut morf yang semuanya alomorf dari morfem peN- (Ramlan, 1983 : 27). Jadi
dapatlah dikatakan bahwa morfem peN- mempunyai morf-morf pe-, pem-, pen-, peng-, peny-,
dan penge- sebagai alomorfnya.
 Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa alomorf itu merupakan
variasi bentuk suatu morfem. Keraf (1982 : 51) mengatakan bahwa variasi itu
disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang dimasukinya. Maksudnya, bergantung
kepada jenis fonem awal sebuah satuan yang dilekati oleh morfem tersebut.
Perubahan /N/ itu harus homogen. Sebagai contoh /N/ akan menjadi /m/ apabila
dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali fonem /b/. Fonem /m/ dan /b/ sama-sama
bunyi bilabial. Jadi yang dimaksud dengan Morf adalah nama untuk semua bentuk yang
belum diketahui statusnya, sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau
sudah diketahui status morfemnya.

C. Morfem dan Kata


Yang dimaksud dengan kata dalam pembicaraan ini ialah satuan gramatikal
bebas yang terkecil. Kata disusun oleh satu atau beberapa morfem. Kata bermorfem
satu disebut kata monomorfemis, sedangkan kata bermorfem lebih dari satu disebut
kata polimorfemis. Dalam kalimat “amin sedang mempelajari soal itu”, misalnya,
terdapat empat kata monomorfemis, yaitu Amin, sedang, soal dan itu, dan satu kata
polimorfemis, yakni mempelajari. Penggolongan kata menjadi jenis monomorfemis
dan polimorfemis adalah penggolongan berdasarkan jumlah morfem yang menyusun
kata.
            Kata polimorfemis dapat dilihat sebagai hasil proses morfologis yang berupa
perangkaian morfem. Kata seperti amin, sedang, soal dan itu dapat dianggap tidak
mengalami proses morfologis, sedangkan kata seperti mempelajari dan persoalan
merupakan kata hasil suatu proses morfologis.
Salah satu contoh proses morfologis adalah pengimbuhan atau afiksasi
(penambahan afiks). Penambahan afiks dapat dilakukan di depan, di tengah, di
belakang atau di depan dan belakang morfem dasar. Afiks yang ditambahkan di depan
disebut awalan atau prefiks, yang di tengah disebut sisipan atau infiks, yang di
belakang disebut akhiran atau sufiks, yang di depan dan belakang disebut apitan,
sirkumfiks atau konfiks.
1) Contohnya adalah sebagai berikut :
a. Prefiks : berkata, merasa, perasa, serasa, terasing
b. Infiks gerigi, gemuruh, gelosok, serulin
c. Sufiks : tulisi, tuliskan, tulisan
d. Sirkumfiks : pernyataan, persatuan, kesatuan
e. Afiks selalu merupakan morfem terikat, sedangkan morfem dasar dapat
berupa morfem bebas atau morfem terikat. Berikut ini beberapa contoh
morfem dasar yang terikat : aju, cantum, elak, genang, giru, huni, imbang,
jelma, jenak, kitar, lancing, paut.

2). Morfem dengan Kata

Perhatikanlah satuan-satuan gramatik berikut ini :

a. Tanda
b. Menandai
c. Tanda tangan
d. Dari bandung
Satuan tanda merupakan sebuah bentuk bebas karena tidak dapat dibagi
menjadi satuan-satuan bebas lainnya. Satuan menandai tidak dapat dibagi menjadi
bentuk bebas. Tetapi perhatikan bentuk atau satuan tanda tangan dapat dibagi
menjadi dua satuan yakni tanda dan tangan. Namun kalau diteliti lebih jauh,
sebenarnya satuan tanda tangan memiliki satu kesatuan yang utuh atau padu.
Dengan perkataan lain, tanda tangan memiliki sifat sebuah kata yang
membedakan dirinya dari frase (Ramlan, 1983 : 28; Prawirasumantri, 1985 : 129).
Bentuk-bentuk atau satuan-satuan yang setipe itu tidak mungkin dipisahkan atau
dibalikkan menjadi tangan tanda atau dipisahkan satuan lain tanda itu tangan.
Bentuk atau satuan sepeti itu dalam hubungannya keluar selalu merupakan satu
kesatuan dari. Satuan itu bukan merupakan bentuk bebas seperti contoh lainnya di,
ke, daripada- tetapi secara gramatis memiliki sifat bebas. Satuan-satuan seperti
contoh di atas dari nomor 1 sampai dengan 4 di sebut kata.
 Berdasarkan penjelasan di atas, nyatalah bahwa kata dapat terdiri atas satu
morfem atau lebih. Kata-kata seperti: duduk, makan, tidur, meja masing-masing
terdiri atas sebuah morfem, sedangkan penduduk, makanan, meja makan, kaki
tangan masing-masing terdiri atas dua buah morfem. Kata-kata yang terdiri atas
satu morfem disebut kata bermorfem tunggal atau kata monomorfemis
(monomorphemic word) dan kata-kata yang terdiri atas dua morfem atau lebih
disebut kata bermorfem jamak atau kata polimorfemis (polymorphemic word)
(Verhaar, 1984 : 54).
Dari paparan di atas dapatlah ditarik suatu ciri kata. Ciri kata pada dasarnya
mencakup dua hal yaitu: (1) kata merupakan suatu kesatuan penuh dan komplit
dalam sebuah ujaran bahasa, dan (2) kata dapat ditersendirikan yakni bahwa
sebuah kata dalam kalimat dapat dipisahkan dari yang lain dan dapat dipindahkan
(Parera, 1980 : 10).
D. Deretan Morfology
Paradigma yaitu daftar lengkap perubahan afiksasi yang mungkin dengan
morfem asal yang sama (Verhaar, 1984:65). Morfem asal itu mungkin mengalami
perubahan bentuk akibat afiksasi (Sitindoan, 1984:68). Pengertian paradigma sama
maknanya dengan deretan morfologi seperti yang diungkapkan Ramlan (1983:28)
yaitu suatu deretan atau daftar yang memuat kata-kata yang berhubungan dalam
bentuk dan artinya deretan morfologi ini akan berguna dalam menentukan sebuah
morfem.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Dari sedikit penjelasan di atas tentang pengertian Morfologi dan Morfofonemik
beserta pokok bahasan lain yang terkandung dalam pengertian Morfologi dan
Morfofonemik, dapat ditarik sedikit kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengertian Morfologi adalah ilmu yang mempelajari dan menganalisis struktur,
bentuk, dan klasifikasi kata-kata
2. Di dalam ilmu morfologi kita bisa membahas pengertian morfem, morf, alomorf,
morfem dan kata, deretan morfologi, kata dasar dan dasar kata dan hierarki kata
(tingkatan-tingkatan dalam kata)
3. Pengertian morfofonemik adalah cabang linguistik yang mempelajari perubahan
bunyi yang diakibatkan oleh adanya pengelompokkan morfem.
4. Di dalam morfofonemik kita bisa membahas tentang perubahan-perubahan fonem
yang disebabkan hubungan dua morfem atau lebih serta pemberian tanda-tandanya.

B. SARAN
Setiap kajian bahasa perlu adanya peninjauan kembali guna memperoleh hasil
yang optimal sehingga tidak ada lagi kesalahan yang ditimbulkan oleh pola
morfofonemis. Definisi tidak akan mampu menjawab keseluruhan dari kajian
morfologis tetapi jauh darinya hubungan morfologi dengan semantik sangat erat
sehingga pengertian tersebut   perlu direvisi. 
DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung : Pustaka Prima.


Chear, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rieneka Cipta.
Elson, Benjamin dan Verma Pickett. 1962. An Introduction to Morphology and
Sintax.  California : Santa Ana.
Ogrady, wiliam ; micheal dobrovolsky ; Mark Aronoff. 000. Contemporary
linguistics an introduction.
Rahardi, R. Kunjana Dr. M.Hum. 2005. Pragmatik Kesatuan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta : Erlangga.

Sarwoko, Tri adi. 2003. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta : Andioffset.

Verhaar, J.W.M. 1999. Asas – Asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gajah Mada Univesitiy
press.

Anda mungkin juga menyukai