Anda di halaman 1dari 14

PENGENALAN MORFOLOGI

“MAKALAH”

Untuk Mememnuhi Tugas Mata Kuliah :

Morfologi

Yang diampu oleh:

Reni Maisatus Sagita, M.Pd.

Disusun Oleh:

Nama: NIM:

Himatul Fadhilah (1988201004)


Muhamad Ibdaus Sobirin (1988201018)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
Oktober 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang mana telah memberikan
rahmat dan karunianya pada penyusun. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pengenalan Morfologi”, untuk memenuhi tugas mata
kuliah Morfologi.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terimakasih kepada:

1. Reni Maisatus Sagita, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah


Morfologi.
2. Kelompok satu dan teman-teman Universitas Nahdlatul Ulama Blitar
progam studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah membatu
menyelesaikan tugas ini.

Kelompok satu menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan yang terdapat di dalamnya, untuk itu penyusun sangat mengharapkan
adanya kritikan dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini berguna dan
bermanfaat bagi para pembaca dan peneliti selanjutnya.

Blitar, 15 Oktober 2020


Penyusun

Kelompok Satu

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………….........………….....................i

DAFTAR ISI………………………….…………………….…………………...ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang………………………………………………….……..1

1.2 RumusanMasalah………………………………………………..........1

1.3 Tujuan ……………………………………………………………......1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Morfologi............................................................................ 2

2.2 Objek Kajian Morfologi....................................................................... 3

2.3 Hubungan Morfologi Dengan Subsistem Bahasa Lain........................ 5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………....…………………. 8

3.2 Saran……………………………………………………...……….... 9

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….....…....10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang dipakai manusia untuk
tujuan komunikasi. Bahasa Indonesia adalah bahasa kebangsaan Indonesia,
kemampuan berbahasa Indonesia adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi
masyarakat Indonesia, tidak terkecuali murid sekolah dasar. Dalam bidang
pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar, bahasa Indonesia merupakan mata
pelajaran pokok. Salah satu tujuan pokoknya adalah murid mampu dan terampil
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah mengalami proses belajar
mengajar di sekolah. Keterampilan berbahasa itu meliputi kemampuan membaca,
menulis, mendengarkan (menyimak), dan berbicara. Dalam proses pemerolehan
dan penggunaannya, keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan (tidak
terpisah satu sama lain).
Banyak kajian teori mengenai bahasa ini. Salah satunya kajian tentang
morfologi. Namun, pada umumnya teori dengan bukti lapangan seringnya tidak
berjalan berdampingan. Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk menyusun
makalah ini agar dapat membantu penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya untuk mengetahui materi mengenai morfologi bahasa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud pengertian Morfologi?
1.2.2 Apa objek kajian Morfoligi?
1.2.3 Bagaimana hubungan Morfologi dengan subsistem bahasa lain?
1.3 Tujuan
1.3.1 Agar mengetahui pengertian Morfologi
1.3.2 Agar mengetahui objek kajian Morfologi
1.3.3 Agar mengetahui hubungan Morfologi dengan subsistem bahasa lain?
1.3.4

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Morfologi
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti
bentuk dan kata logi yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah kata morfologi berarti
ilmu mengenai bentuk. Morfologi merupakan suatu cabang linguistik yang
mempelajari tentang susunan kata atau pembentukan kata. Menurut Ralibi (dalam
Mulyana, 2007: 5), secara etimologis istilah morfologi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu berasal dari gabungan kata morphe yang berarti ‘bentuk’, dan logos
yang artinya ‘ilmu’. Chaer (2008: 3) berpendapat bahwa morfologi merupakan
ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukannya. . Menurut Ramlan pengertian
morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk bentuk
kata serta perubahan bentuk kata serta perubahan bentuk kata terhadap arti dan
golongan kata
Pada kamus linguistik (Kridalaksana, 2008: 159), pengertian morfologi
adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya
atau bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata yaitu
morfem. Nurhayati dan Siti Mulyani (2006: 62), menyatakan morfologi adalah
ilmu yang membicarakan kata dan proses pengubahannya. Berbagai pengertian
morfologi tersebut menjadi acuan peneliti dalam mendefinisikan arti morfologi
yaitu sebagai bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk kata meliputi
pembentukan atau perubahannya, yang mencakup kata dan bagian-bagian kata
atau morfem. Bentuk kata yaitu
a. Kata dasar, contohnya sepeda
b. Kata berimbuhan, contoh berepeda
c. Kata majemuk, contohnya sapu tangan
d. Kata ulang, contohnya berbondong-bondong
Pembagaian bentuk kata menurut C.A. Mees yang berkebangsaan Belanda
terdiri dari:
a) Kata benda
b) Kata kerja
c) Kata sifat

2
d) Kata ganti
e) Kata bilangan
f) Kata depan
g) Kata sandang
h) Kata Sambung
i) Kata seru
j) Kata keterangan.

Perbedaan golongan arti kata – kata tidak lain disebabkan oleh perubahan
bentuk kata. Karena itu, maka morfologi, disamping bidangnya yang utama
menyelidiki seluk beluk bentuk kata, juga menyelidiki kemungkinan adanya
perubahan golongan arti kata yang timbul sebagai akibat perubahan bentuk kata.
Arti kata ini misalnya, bersepeda dan sepeda, yang berarti sepeda, artinya benda
yang mmilki roda dua yang dijalankan dengan cara dikayuh. serta bersepeda,
artinya kegiatan menggunakan sepeda. Jadi arti kata hanya mengartikan kata
tesebut. juga bisa dilihat dari sepeda dan bersepeda dengan diberi imbuhan maka
kata sepeda dan bersepeda pun menjadi beda. Jos Daniel Perera meberi batasan
morfologis (proses), yaitu Morfemis adalah proses perubahan dari golongan kata
yang satu lalu berubah menjadi golongan kata yang lain akan tetapi dengan kata
dasar yang sama. misalnya sepeda menjadi bersepeda arti (sanksekerta) hanya
untuk kata dasar (sepeda), makna (arab), untuk menunjukan arti – arti imbuhan
gramatikal, contohnya bersepeda dll.

2.2 Objek Kajian Morfologi


Objek kajian morfologi adalah satuan-satuan morfologi, proses-proses
morfologi, dan alat-alat dalam proses morfologi itu. Satuan morfologi adalah
morfem (akar atau afiks) dan kata. Proses morfologi melibatkan komponen, antara
lain: komponen dasar atau bentuk dasar, alat pembentuk (afiks, duplikasi,
komposisi), dan makna gramatikal (Chaer, 2008: 7). Berikut penjelasan mengenai
satuan morfologi dan proses morfologi.

3
a. Satuan Morfologi
Satuan morfologi berupa morfem (bebas dan afiks) dan kata. Morfem
adalah satuan gramatikal terkecil yang bermakna, dapat berupa akar (dasar) dan
dapat berupa afiks. Bedanya, akar dapat menjadi dasar dalam pembentukan kata,
sedangkan afiks tidak dapat; akar memiliki makna leksikal sedangkan afiks hanya
menjadi penyebab terjadinya makna gramatikal. Contoh satuan morfologi yang
berupa morfem dasar yaitu pasah, undhuk, emal, dll. Adapun contoh morfem yang
berupa afiks yaitu N-, di-, na-, dll. Kata adalah satuan gramatikal yang terjadi
sebagai hasil dari proses morfologis. Apabila dalam tataran morfologi, kata
merupakan satuan terbesar, akan tetapi dalam tataran sintaksis merupakan satuan
terkecil. Contoh kata pada istilah pertukangan kayu antara lain: dirancap, ambal,
tondhan, dll.
Dasar atau bentuk dasar merupakan bentuk yang mengalami proses
morfologis. Bentuk dasar tersebut dapat berupa monomorfemis maupun
polimorfemis. Alat pembentuk kata dapat berupa afiks dalam proses afiksasi,
pengulangan dalam proses reduplikasi, dan berupa penggabungan yang berupa
frase. Makna gramatikal merupakan makna yang muncul dalam proses gramatikal.
Berbeda dengan makna gramatikal, makna leksikal yaitu makna yang dimiliki
oleh sebuah leksem. Makna gramatikal memiliki hubungan dengan komponen
makna leksikal pada setiap bentuk dasar atau akar.
Charles F. Hockett (dalam Mulyana, 2007: 11), menyatakan bahwa
morfem adalah satuan gramatik, terdiri atas unsur-unsur bermakna dalam suatu
bahasa. Sejalan dengan pernyataan di atas, morfem dapat disebut sebagai satuan
kebahasaan terkecil, tidak dapat lagi menjadi bagian yang lebih kecil, yang terdiri
atas deretan fonem, membentuk sebuah struktur dan makna gramatik tertentu.

b. Proses Morfologi
Proses morfologi dikenal juga dengan sebutan proses morfemis atau
proses gramatikal. Pengertian dari proses morfologi adalah pembentukan kata
dengan afiks (Chaer, 2003: 177). Maksud dari penjelasan Chaer adalah
pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam
proses afiksasi), pengulangan atau reduplikasi, penggabungan atau proses

4
komposisi, serta pemendekan atau proses akronimisasi. Parera (2007: 18),
berpendapat bahwa proses morfemis merupakan suatu proses pembentukan kata
bermorfem jamak. Proses ini disebut proses morfemis karena proses ini bermakna
dan berfungsi sebagai pelengkap makna leksikal yang dimiliki oleh sebuah bentuk
dasar.
Berdasarkan penjelasan di atas, proses morfologi dapat diartikan sebagai
suatu proses pembentukan kata, yang berasal dari penggabungan dua morfem
atau lebih. Proses tersebut melibatkan tiga komponen, yaitu bentuk dasar, alat
pembentuk (afiks, perulangan), serta makna gramatikal.
c. Alat Proses Morfologi

Dalam proses morfologi, dasar atau bentuk dasar merupakan bentuk yang
mengalami proses morfologi. Dasar ini dapat berupa bentuk polimorfemis (bentuk
berimbuhan, bentuk ulang, atau bentuk gabungan). Alat pembentuk kata dapat
berupa afiks dalam proses afiksasi, dapat berupa pengulangan dalam proses
reduplikasi, dan berupa penggabungan dalam proses komposisi.
2.3 Hubungan Morfologi Dengan Subsistem Bahasa Lain

Jika berbicara tentang Morfologi, tentu saja pasti terdapat sangkut paut
terhadap ilmu kebahasaan lainnya entah itu fonologi, sintaksis, semantik ataupun
leksikologi. Berikut adalah hubungan bidang morfologi dengan ilmu kebahasaan
lainnya:
a) Hubungan Morfologi dengan Fonologi
Morfologi bagian dari kajian lingustik Morfologi mempelajari seluk beluk
bentuk kata. Sedangkan fonologi Mempelejarai bunyi-bunyi bahasa menurut
fungsinya. Bidang morfologi yang kosentrasinya pada tataran struktur internal
kata sering memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan
morfem dasar {pukul} diucapkan secara bervariasi antara [pukUl] dan [pUkUl]
serta diucapkan [pukulan] setelah mendapat proses morfologis dengan penambahan
morfem sufiks {-an}. Di dalam bidang morfologi terdapat Morfofonemik atau
Morfofonologi, yaitu peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses
morfologis. Perubahan fonem padam proses morfofonemik ini dapat berwujud:
(1) pemunculan fonem, (2) pelepasan fonem, (3) peluluhan fonem, (4) perubahan
fonem dan (5) pergeseran fonem.

6
b) Hubungan Morfologi dengan Sintaksis
Morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara
tradisional disebut dengan tata bahasa atau gramatika. Di dalam bidang sintaksis,
munculah istilah Morfosintaksis yang merupakan gabungan dari morfologi dan
sintaksis. Sementara sintaksis  menyelidiki struktur satuan bahasa yang lebih
besar dari kata, mulai dari frase hingga kalimat. Dengan kata lain, sintaksis
merupakan studi gramatikal struktur antarkata, atau tegasnya menyelidiki seluk-
beluk frase, klausa, kalimat, dan wacana. Jadi, kata dalam morfologi merupakan
satuan yang paling besar sedangkan dalam sintaksis merupakan satuan yang
paling kecil.  Perhatikan kalimat di bawah ini!
Gadis itu memamerkan baju baru.
Struktur intern setiap kata pada kalimat di atas dibicarakan dalam morfologi,
misalnya:
-kata gadis terdiri dari satu morfem,
-kata itu terdiri dari satu morfem,
-kata memamerkan terdiri dari tiga morfem, yaitu:
meN-, pamer, dan –kan,
kata baju terdiri dari satu morfem, dan kata baru terdiri dari satu morfem.
Struktur antar kata dalam kalimat di atas dibicarakan dalam bidang sintaksis,
misalnya:
-frase gadis itu sebagai subjek,
-kata memamerkan sebagai predikat, dan
-frase baju baru sebagai subjek.
Jika dilihat dari unsur-unsurnya yang berupa kata atau pokok kata , tentu
saja kata  majemuk seperti di atas itu termasuk bidang sintaksis, tetapi jika dilihat
bahwa satuan-satuan itu mempunyai sifat sebagai kata maka tentu saja
pembicaraannya termasuk morfologi.
c) Hubungan Morfologi dengan Semantik
Morfologi yaitu cabang ilmu bahasa yang membahas tentang kata.
Contohnya: 1. Exis Eksis, 2. EXSIS EKSIS.

6
Dari contoh no 2 secara bahasa itu salah, tetapi secara sastranya itu benar.
Perbedaan bahasa dengan sastra yaitu, bahasa berdasarkan proses sedangkan
sastra berdasarkan historis atau sejarah. Jadi, hubungan semantik dengan
morfologi yaitu dimana kata tersebut mempunyai makna tersendiri. Morfologi
menyelidiki struktur intern kata. Satuan yang paling kecil yang diselidiki
oleh morfologi adalah morfem, sedangkan yang paling besar berupa kata.
d) Hubungan Morfologi dengan Leksikologi
Sama-sama mempelajari arti kata. Perbedaannya ialah bahwa morfologi
mempelajari arti yang timbul sebagai akibat peristiwa gramatik (arti gramatik)
atau makna, sedangkan Leksi kologi mempelajari arti yang lebih kurang tetap
terkandung pada kata, atau yang lazim disebut sebagai arti leksikal .
Contoh:
Rumah = Bangunan untuk tempat tinggal
Berumah = ‘Mempunyai rumah’, ‘diam’, ‘tinggal’
Pada contoh arti leksikal dan pemakian kata tersebut dibicarakan dalam
leksikologi. Ada persamaan antara leksikologi dengan morfologi, yaitu
mempelajari masalah arti, namun terdapat perbedaan diantara keduanya itu.
e) Hubungan Morfologi dengan Leksikografi
            Leksikografi memperlajari seluk beluk kata, yaitu mempelajari
perbendaharaan kata dalam suatu bahasa, mempelajari pemakaian makna kata
serta artinya seperti dipakai oleh masyarakat. Leksikografi dan morfologi
mempelajari masalah arti, tetapi morfologi mempelajari arti yang timbul sebagai
akibat peristiwa gramatik, sedangkan leksikografi mempelajari arti yang
terkandung dalam kata, atau disebut arti leksikal.
f) Hubungan Morfologi dan Etimologi
            Morfologi dan etimologi sama sama menyelidiki seluk beluk bentuk kata.
Tetapi morfologi hanya menyelidiki peristiwa peristiwa umum, peristiwa yang
berturut-turut terjadi, yang dapat dikatakan merupakan system dalam bahasa.
Sedangkan etimologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk asal sesuatu kata
secara khusus.

7
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti
bentuk dan kata logi yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah kata morfologi berarti
ilmu mengenai bentuk. Morfologi merupakan suatu cabang linguistik yang
mempelajari tentang susunan kata atau pembentukan kata.
Objek kajian morfologi adalah satuan-satuan morfologi, proses-proses
morfologi, dan alat-alat dalam proses morfologi itu. Satuan morfologi adalah
morfem (akar atau afiks) dan kata.
a) Hubungan Morfologi dengan Fonologi
Morfologi bagian dari kajian lingustik Morfologi mempelajari seluk beluk bentuk
kata. Sedangkan fonologi Mempelejarai bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
b) Hubungan Morfologi dengan Sintaksis
Morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara
tradisional disebut dengan tata bahasa atau gramatika. Di dalam bidang sintaksis,
munculah istilah Morfosintaksis yang merupakan gabungan dari morfologi dan
sintaksis.
c) Hubungan Morfologi dengan Semantik
Jadi, hubungan semantik dengan morfologi yaitu dimana kata tersebut
mempunyai makna tersendiri. Morfologi menyelidiki struktur intern kata. Satuan
yang paling kecil yang diselidiki oleh morfologi adalah morfem, sedangkan yang
paling besar berupa kata.
d) Hubungan Morfologi dengan Leksikologi
Sama-sama mempelajari arti kata. Perbedaannya ialah bahwa morfologi
mempelajari arti yang timbul sebagai akibat peristiwa gramatik (arti gramatik)
atau makna, sedangkan Leksikologi mempelajari arti yang lebih kurang tetap
terkandung pada kata, atau yang lazim disebut sebagai arti leksikal
e) Hubungan Morfologi dengan Leksikografi

8
Leksikografi dan morfologi mempelajari masalah arti, tetapi morfologi
mempelajari arti yang timbul sebagai akibat peristiwa gramatik, sedangkan
leksikografi mempelajari arti yang terkandung dalam kata, atau disebut arti
leksikal.
f) Hubungan Morfologi dan Etimologi
Morfologi dan etimologi sama sama menyelidiki seluk beluk bentuk kata.
Tetapi morfologi hanya menyelidiki peristiwa peristiwa umum, peristiwa yang
berturut-turut terjadi, yang dapat dikatakan merupakan system dalam bahasa.
Sedangkan etimologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk asal sesuatu kata
secara khusus.

3.2 Saran

Kami menyadari, dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan.


Oleh karena itu, kami sebagai penyusun berharap agar ada kritik dan saran dari
semua pihak terutama dosen. Kami hanyalah manusia biasa. Jika ada kesalahan,
itu datangnya dari kami sendiri. Dan jika ada kebenaran, itu datangnya dari Allah
swt.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sutawijaya, Alam. 1996. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Alwi, Hasan, dkk (peny). 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi
ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Resmini, Novi, dkk. 2006. Kebahasaan (Fanologi, Morfologi dan Semantik).


Bandung: UPI PRESS.

Chaer, Abdul. 2015. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Rineka Cipta

10

Anda mungkin juga menyukai