Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di dunia ini terdapat beribu-ribu bahasa dan di Indonesia terdapat beratus ratus bahasa.
Walaupun banyak bahasa, masing-masing mempunyai ciri tertentu. Dengan perkataan lain
terdapat ciri kesemestaan dalam semua bahasa yang kita sebut kesemestaan bahasa atau
universalia bahasa (language universals).
Salah satu dari ciri-ciri kesemestaan bahasa itu adalah "semua bahasa mempunyai tata
bahasa atau grammar", dan diantara point point yang terdapat di dalam grammar, salah satunya
yang akan penulis bahas dalam makalah ini adalah morfologi beserta prosesnya, yaitu ilmu
yang menelaah satuan-satuan gramatik (kata dan morfem)
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti ‘bentuk’ dan kata
logi yang berarti ilmu mengenai bentuk. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti ilmu
mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata, sedangkan di dalam kajian biologi morfologi
berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk sel-sel tumbuhan atau jasad-jasad hidup. Memang selain
bidang kajian linguistik, di dalam kajian biologi ada juga digunakan istilah morfologi.
Kesamaannya, sama-sama mengkaji tentang bentuk.
Kalau dikatakan morfologi membicarakan masalah bentuk-bentuk dan pembentukan
kata, maka semua satuan bentuk sebelum menjadi kata, yakni morfem dengan segala bentuk
dan jenisnya perlu dibicarakan. Lalu, pembicaraan mengenai pembentukan kata akan
melibatkan pembicaraan mengenai komponen atau unsure pembentukan kata itu, yaitu
morfem, baik morfem dasar maupun morfem afiks, dengan berbagai alat proses pembentukan
kata itu, yaitu afiks dalam proses afiksasi, duplikasi ataupun pengulangan dalam proses
pembentukan kata melalui proses reduplikasi, penggabungan dalam proses pembentukan kata
melalui komposisi, dan sebagainya. Jadi, ujung dari proses morfologi adalah terbentuknya kata
dalam bentuk dan makna sesuai keperluan dalam satu tindak pertuturan.

1
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari proses morfologis ?
2. Bagaimana ciri suatu kata yang mengalami morfologis ?
3. Bagaimanakah macam-macam proses morfologis ?
4. Bagaimana proses morfologis dalam bahasa Arab ?

C. TUJUAN
Tujuan dan manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dari proses morfologis
2. Mengetahui ciri suatu kata yang mengalami morfologis
3. Mengetahui macam-macam proses morfologis
4. Mengetahui proses morfologis dalam bahasa Arab

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Morfologis
Proses morfologis adalah suatu proses pembentukan kata dengan cara menghubungkan
satu morfem dengan morfem yang lain atau proses yang mengubah leksem menjadi sebuah
kata. Pada hakikatnya setiap bahasa memiliki ciri tersendiri dalam proses pembentukan
kata (word formation). Berdasarkan strukturnya, suatu kata dapat digolongkan atas dua
macam, yaitu kata yang bermorfem tunggal atau monomorfemis dan kata yang bermorfem lebih
dari satu atau polimorfemis. Suatu kata yang monomorfemis tidak akan mengalami peristiwa
pembentukan sebelumnya, sebab morfem itu merupakan satu-satunya unsur atau anggota kata.
Bentuk pergi pada kalimat Dia akan pergi ke sekolah adalah kata, dan kata itu terdiri atas satu
morfem, yaitu morfem {pergi}. Dari morfem {pergi} menjadi kata pergi sama sekali tidak
mengalami peristiwa pembentukan. Akan tetapi, ini berbeda dengan suatu kata yang
polimorfemis. Morfem-morfem yang menjadi anggota kata ini mnegalami peristiwa
pembentukan sebelumnya. Peristiwa pembentukan ini biasanya disebut proses morfologis.

Kita tentunya sepakat bahwa kata menulis misalnya, terdiri atas morfem {meN-} dan {tulis},
kata pembangunan terdiri atas morfem{peN-an} dan {bangun}, kata murid-murid terdiri atas
morfem {murid} dan morfem {ulang}, dan kata gelap gulita terdiri atas morfem {gelap} dan
{gulita}. Penggabungan morfem {meN-} dan {tulis} menjadi kata menulis, morfem {peN-an}
dan {bangun} menjadi pembangunan, morfem {murid} dan morfem {ulang} menjadi murid-
murid, dan morfem {gelap} dan {gulita} menjadi gelap gulita, itulah yang disebut proses
morfologis. Jadi, berdasarkan contoh di atas dapat dirumuskan bahwa proses morfologis adalah
peristiwa penggabungan mofem satu dengan mofem yang lain menjadi kata.1

1
Muslich, Masnur, Tata Bentuk Bahasa Indonesia: kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010) Cet. 3, hal. 32

3
B. Ciri Suatu Kata yang Mengalami Proses Morfologis

Menurut Muslich, 2010. Ciri-ciri kata yang mengalami yang mengalami proses
morfologis adalah sebagai berikut:

1. Berfungsi sebagai tempat penggabungan dan sebagai penggabung


2. Bentuk dasar tidak selalu bermorfem tunggal, tetapi mungkin berupa morfem
kompleks.
3. Dilihat dari wujudnya, bentuk dasar dapat berupa kelompok kata.
4. Penggabungan atau perpaduan morfem mengalami perubahan arti
5. Perpaduan bentuk dasar dan afiks.

C. Macam-macam Proses Morfologis

Dalam bahasa Indonesia, peristiwa pembentukan ada tiga macam, yaitu:

1) Pembentukan kata dengan menambahkan morfem afiks pada bentuk dasar,


2) Pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar, dan
3) Penggabungan kata dengan menggabungkan dua atau lebih bentuk dasar (pemajemukan).

Hasil pembentukan kata model pertama terlihat pada kata, misalnya menulis,
pembangunan, dan makanan. Kata menulis terbentuk dari bentuk dasar tulis dan morfem
imbuhan {meN-}, kata pembangunan terbentuk dari bentuk dasar bangun dan morfem
imbuhan {peN-an}, dan kata makanan terbentuk dari bentuk dasar makan dan morfem ibuhan
{-an}.

Hasil pembentukan kata model kedua terlihat pada kata, misalnya murid-murid,
mencari-cari, memukul-mukul yang terbentuk dari bentuk dasar murid, mencari, dan memukul
dengan morfem {ulang}; kata diberi-berikan dibentuk dari bentuk dasar diberikan dan morfem
{ulang}.

Hasil pembentukan kata model ketiga terlihat pada kata, misalnya meja hijau, tinggal
landas, tempat gelap, dan mata kaki. Kaki meja hijau terbentuk dari bentuk dasar meja dan
hijau; kata tinggal landas terbentuk dari bentuk dasar tinggal dan landas; kata tempat gelap
terbentuk dari bentuk dasar tempat dan gelap; dan, kata mata kaki terbentuk dari bentuk dasar
mata dan kaki.

4
Dari uraian di atas, terlihat bahwa berdasarkan proses pembentukannya, dalam bahasa
Indonesia terdapat kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk.2

D. Proses Morfologis Dalam Bahasa Arab

Pada pembahasan ini akan diketengahkan proses pembentukan kata dalam bahasa Arab,
sebagai contohnya dengan menganalisa proses morfologis dari akar kata “K-T-B” ( ). Untuk
lebih jelasnya akan diilustrasikan dengan bagan seperti dibawah ini:

Sebagai contoh pada pembahasan ini dari akarkata ‫ كتتتت تتتت‬/KT-B/ diawali dengan
menetapkan makna yang dikehendaki. Penetapan makna berimplikasi pada pemberian bunyi
pada konsonan ‫ كتت تتت‬/K-T-B/. Bila dimaksudkan sebagai pangkal untuk mengawali proses
morfologis, maka makna yang dilekatkan adalah verba kala lampau, sehingga akarkata ‫ك‬
(K-T-B) diberi tanda

Bunyi sebagai berikut: ََ‫ ك‬/KATAB/ mengikuti pola vokal a-a pada stemnya atau
dengan mengikuti pola /fa’ala/. Hal ini disebabkan karena verba kala lampau dalam bahasa
Arab selalu dijadikan pangkal awal dari proses morfologis dan secara umum pola /fa’ala/
mendefinisikan sebuah tindakan transitif maupun intransitive yang dilakukan oleh seorang

2
Ibid., hal. 35

5
pelaku. Kata ََ‫ ك‬/KATAB/ kemudian disebut sebagai radikal karena telah memiliki unsur
makna dasar yang bersifat bebas yaitu “menulis”.

Pada proses selanjutnya, dari kata َ‫ كتتتتتَ تتتتت‬/KATAB/ dapat diinfleksikan atau
diderivasikan dalam bentuk kata lain melalui afiksasi. Sebagai contoh kata َ‫ كَ تتت‬/KATAB/
‘menulis’ bila diinfleksikan untuk menyatakan relasi sintaksis dengan persona orang ketiga
tunggal maskulin pada kala yang sama, maka kata َ‫ كتَ تتت‬/KATAB/ dikonjugasikan dengan
memberi vokal /a/ di akhir konsonan menjadi َ ََ‫ ك‬/KATAB-A/ ‘dia (lk.) telah datang’. Bunyi
vokal /a/ sebagai penanda subyek mengandung makna bahwa subyek adalah orang ketiga, laki-
laki tunggal. Sedangkan bila diinfleksikan untuk menyatakan relasi sintaksis dengan persona
tunggal maskulin pada

kala sekarang, maka kata ََ‫( َك‬KATAB) dikonjugasikan melalui afiksasi dengan huruf
“ ‫ ”ي‬sebagai prefiks dan merubah bunyi vokal konsonsan akhir menjadi /u/ mengikuti pola

َُ ُ‫ ي ْفع‬/ ya-f’ul-u/, sehingga menjadi َُ ُ ‫ ي ْك‬/YA-KTUB-U/ ‘dia (lk.) sedang


vokal pada stem ‫ل‬
belajar’. Konstitusi silabis “ya” sebagai penanda subyek mengandung makna bahwa subyek
adalah orang ketiga, laki-laki dan tunggal yang dilekatkan pada verba berkala kini (present)
dan mendatang (future). Adapun bunyi vokal /u/ diakhir konsonan sebagai penanda modus,
yang menunjukkan bahwa verba imperfektif tersebut bermodus indikatif. Untuk lebih jelasnya
dapat diilustrasikan dengan bagan berikut:

6
Sedangkan bentuk derivasi kata َ َ‫ ك‬/KATAB/ dapat berupa bentuk mazid ataupun
menjadikannya kata berkategori atau berkelas kata lain (deverbalisasi). Sebagai contoh bila
kata ََ‫ ك‬/KATAB/ diderivasikan untuk menunjukkan perbuatan yang bermakna timbal balik
(reciprocity) atau dalam bahasa Arab disebut ‫ مشاركة‬musya > rakah, maka kata ََ‫ ك‬/KATAB/
diafiksasikan dengan afiks berupa infiks vokalis /a/ sehingga terdapat vokal panjang diantara
radikal maka berubah menjadi َ َ‫ كَات‬/KA:TABA/ (Wright 1979: 42). Contoh berikutnya, bila

kata َ‫ كَ تتت‬/KATAB/ diderivasikan untuk menunjukkan tempat perbuatan, maka kata َ‫كَ تتت‬
/KATAB/ diafiksasikan dengan prefiks berupa konsonan formatif ‫ م‬/m/ dengan bunyi vokal /a/

dan merubah bunyi vokal menjadi pasif pada konsonan tengah serta merubah bunyi konsonan
akhir menjadi /-un/, sehingga berubah menjadi َ ‫ م ْك‬/MA-KTAB-UN/.

Prefiks berupa konsonan formatif ‫ م‬/m/ dengan bunyi vokal /a/ menandai kelas kata
nomina loci et temporasis yaitu kontras dengan konsonan formatif prefiks berupa konsonan
formatif /m/ dengan bunyi vokal /i/ menandai kelas kata nomina instrumental. Sedangkan bunyi
/un/ atau disebut harakat tanwin pada konsonan akhir sebagai penanda kata tersebut berkategori
nomina tak definit. Lebih jelasnya dalam bagan berikut ini: 3

3
Fathoni, Hanif, “Pembentukan Kata Dalam Bahasa Arab: Sebuah Analisis Morfologis K-T-
B”, Jurnal At-Ta’dib, vol. 8, (2013) hal. 52-56

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Proses morfologi ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan
bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya itu mungkin berupa kata, seperti pada kata terjauh yang
dibentuk dari kata jauh, kata menggergaji yang dibentuk dari kata gergaji. Rumah-rumah yang
dibentuk dari kata rumah, kata berjalan-jalan yang dibentuk dari kata berjalan, mungkin berupa
pokok kata, misalnya bertemu yang dibentuk dari pokok kata temu. Dari uraian diatas jelaslah
bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa proses morfologik diantaranya pembubuhan
afiks, proses pengulangan, proses komposisi, proses akronimisasi, dan konversi.
Dengan ringkas dapatlah dikatakan bahwa morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa
yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-
perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan
bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Dari berbagai batasan tentang
morfologi yang dikemukakan oleh ahli-ahli bahasa pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa
morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi
perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.

B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

Anda mungkin juga menyukai