Anda di halaman 1dari 14

MENGIDENTIFIKASI FONEM

Dosen Pengampu:

Heny Friantary M. Pd

Disusun oleh:

Aziza Yuri Darazti (2111290015)

Echa Shefty Herlyna (2111290016)

Juance Suhada (2111290035)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU

2021
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. atas
segala rida dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah. Selawat serta
salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa
perubahan yang tak terhingga dalam kehidupan ini.

Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu Heny
Friantary, M. Pd sebagai dosen pengampu pada mata kuliah Linguistik Umum yang
telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.

Makalah ini berjudul “Mengidentifikasi Fonem.” Dalam makalah ini kami


akan membahas mengenai ‘Identifikasi fonem, alofon, klasifikasi fonem, khazana
fonem, perubahan fonem, asimilasi dan disimilasi, netralisasi dan arkifonem, umlaut,
ablaut, dan harmoni vokal, kontraksi, metatesis dan epentesis, serta fonem dan
grafem.’

Kami menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari


kesempurnaan. Masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Namun, penulis
berharap tulisan ini dapat memberi manfaat untuk pembaca, terutama dalam
menambah pengetahuan tentang kalimat efektif kritik dan saran yang bersifat
membangun diharapkan untuk penyempurnaan penyusunan makalah di masa yang
akan datang.

Bengkulu, September 2021

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar .......................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................... ii

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2

2.1 Identifikasi Fonem ....................................................... .................. 2


2.2 Alofon ............................................................................................. 2
2.3 Klasifikasi Fonem ............................................................................ 3
2.4 Khazana Fonem ............................................................................... 3
2.5 Perubahan Fonem ............................................................................ 3
2.6 Asimilasi dan Disimilasi .................................................................. 4
2.8 Netralisasi dan Arkifonem ................................................................ 5
2.8 Umlaut, Ablaut, dan Harmoni Vokal ................................................. 6
2.9 Kontraksi ...........................................................................................7
2.10 Metatesis dan Epetesis ..................................................................7
2.11 Fonem dan Grafem........................................................................ 8

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 9

3. 1 Kesimpulan .......................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fonemik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa dengan
memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Sebagai mana diketahui bahwa fonemik secara fungsional bertentangan dengan fonetik,
karena fonemik mengkhususkan perhatiannya pada makna yang ditimbulkan oleh sebuah
bunyi bahasa ketika dituturkan sedangkan fonetik hanya memfokuskan bagaimana bunyi
bahasa dapat dituturkan secara benar baik dari segi cara maupun dari segi tempat
artikulasinya.

Dalam bidang fonemik kita akan mempelajari tentang perbedaan makna yang
ditimbulkan oleh perbedaan cara penuturan dalam suatu bunyi bahasa. Hal ini sangat penting
karena dalam pembelajaran bahasa khususnya bahasa Indonesia kita akan dihadapkan pada
berbagai masalah bunyi-bunyi bahasa yang secara sepintas sama akan tetapi sangat berbeda
dari segi makna yang ditimbulkannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Fonem?
2. Apa saja yang dibahas dalam Fonem?
3. Bagaimana memahami Fonem?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Memahami pengertian Fonem
2. Mengetahui apa saja materi yang terdapat dalam fonem
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Identifikasi Fonem


Identifikasi fonem adalah proses mengetahui suatu bunyi fonem atau
bukan. Sebelumnya harus dicari satuan bahasa, biasanya sebuah kata yang
mengandung bunyi tersebut, lalu membedakan satu bunyi bahasa lain yang mirip
dengan satuan bahasa pertama. Kalau ternyata kedua satuan bahasa itu berbeda
maknanya, maka berarti bunyi itu adalah fonem. Fonem ada yang memiliki beban
fungsional yang tinggi dan yang rendah. Disebut tinggi karena banyak ditemui
pasangan minimal yang mengandung fonem tersebut.

2.2 Alofon

Alofon adalah variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan arti kata.
Alofon adalah bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari fonem. Pendistribusian
alofon terbagi menjadi dua yakni bersifat komplementer dan bersifat bebas. Yang
disebut bersifat komplementer adalah distribusi saling melengkapi distribusi yang
tidak dapat dipisahkan meskipun dipisahkan juga tidak akan menimbulkan
perubahan makna. Yang dimaksud bersifat pendistribusian bebas adalah alofon-
alofon itu dapat digunakan tanpa persyaratan lingkungan bunyi tertentu. Kalau
diperhatikan bahwa alofon merupakan realisasi dari fonem maka dapat dikatakan
bahwa fonem bersifat abstrak karena fonem itu hanyalah abstraksi dari alofon
atau alofon-alofon lain. Dengan kata lain yang nyata dalam bahasa adalah alofon.
2.3 Klasifikasi Fonem
A. Fonem Vokal

Dalam ilmu fonologis, fonem vokal disebut sebagai bunyi vokoid. Menurut Muslich
(2013-46), bunyi vokoid yaitu bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau
penutupan pada daerah artikulasi. Adapun menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
(2003:50) Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan
kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor tinggi rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang
dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal in Jadi dapat disimpulkan bahwa vokal
adalah bunyi bahasa yang tidak mengalami penyempitan rongga udara dan dipegaruhi oleh
alat ucap manusia.

B. Fonem Konsonan

Fonem konsonan dalam fonologi disebut bunyi kantoid Menurut Muslich


(2013:48), bunyi kontoid yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan
penyempitan atau penutupan pada daerah artikulatoris. "Bunyi konsonan dibuat
dengan cara yang berbeda, Pada pelafalan konsonan, ada tiga faktor yang terlibat
keadaan pita suara, penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap, dan cara alat
ucap itu bersentuhan atau berdekatan (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia,
2003:50) 3.2.3 Transkripsi Fonetis

Transkripsi fonetis adalah perekaman bunyi dalam bentuk lambang tulis lambang
bunyi atau lambang fonetis (fonetik symbol) yang sering dipakai adalah lambing bunyi yang
ditetapkan oleh The International Ponetic Assosiation (IPA). yaitu persatuan para guru bahasa
yang berdiri sejak akhir abad ke-19, yang didirikan untuk mempopulerkan metode baru
dalam pengajaran bahasa lisan (Muslich, 2013:42) Berikut ini tabel rincian secara jelas
tentang transkripsi fonetis menurut IPA.

2.4 Khazana Fonem

Khazanah fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa.
Banyaknya jumlah fonem dalam suatu bahasa tidaklah sama dengan bahasa lain. Hal ini bisa
dibuktikan dengan penelitian beberapa pakar yang menyatakan banyaknya fonem di Hawai
yang berjumlah 13 buah tidaklah sama dengan jumlah fonem di arab yang hanya memiliki 3
buah.

2.5 Perubahan Fonem

Perubahan fonem adalah berubahnya suatu fonem pada morfem akibat


pertemuan antara morfem dengan morfem lainnya. Berikut beberapa proses
perubahan fonem dalam penelitian ini sebagai berikut.
Dengan kata lain, perubahan tersebut disebut perubahan fonemis. Jenis-jenis
perubahan bunyi tersebut berupa asimilasi, diismlasi, modifikasi vokal,
netralisasi, zeroisasi, metatesis, diftongisasi, monoflongisasi, dan anaptiksis.
Adapun uraian jenis- jenis perubahan fonem.
Fonem dapat di bagi menjadi empat & beserta contohnya yaitu:
1. Vokal= bunyi bahasa,arus udara, tidak mengalami halangan.
Contoh:vokal/a/dan/i=api=termasuk vokal rendah, diucapka inin dengan lidah
mendatar
2.Konsonan=bunyi bahasa yang ketika dihasilkan mengalami hambatan saat
keluar dari paru-paru dgn artikulasi tertentu.
Contoh:batu/batu./besar/besar./=pelafalannya bibir bawah dan atas rapat, udara
dari paru-paru tertahan sebelum kerapatan di lepas.
3.diflong=vokal rangkap (berubah kualitasnya).
Contoh:/au/=harimau,suku kata mau tidak bisa di pisah menjadi ma-u tapi harus
di baca ma-uw=itu disebut diftong.
4.kluster=gugus konsonan

Contoh:/PS/=psikologi=biasanya gugus konsonan dapat dari sarapan Bahasa Inggris.

2.6 Asimilasi dan Disimilasi


A. Asimilasi

Asimilasi merupakan proses perubahan bunyi yang mengakibatkan suatu


bunyi menjadi mirip atau sama dengan bunyi lain di dekatnya. Perubahan
bunyi asimilasi ini didikotomikan menjadi tiga, yaitu total-partial, contact-
distant dan regressive-progressive.
1.Perubahan asimilasi total adalah perubahan bunyi menjadi identik atau sama
dengan.

2.Perubahan parsial (sebagian) adalah perubahan bunyi asimilasi dengan


mengakuisisi beberapa ciri bunyi yang diikuti, tetapi tidak menjadi
sepenuhnya identik.

3.Perubahan asimilasi regresif terjadi jika perubahan bunyi berupa bunyi


yang berubah berada pada posisi lebih awal (lebih kiri) dari bunyi yang
menyebabkan terjadinya perubahan bunyi asimilasi.

B. Disimilasi
Disimilasi adalah perubahan bunyi yang terjadi jika dua bunyi yang
sama/ mirip berubah menjadi tidak sama atau berbeda.
Contoh perubahan disimilasi

No. Kata asal Setelah terjadi Arti


disimilasi
1. Chimney (English) Chim(b)ley (dialect Cerobong asap
in English)
2. Afshah (Arab) Absah (Indonesia) Sah
3. Sajjana (Sansekerta) Sarjana

2.7 Netralisasi dan Arkifonem

Netralisasi ialah hilangnya kontras antara dua buah fonem yang berbeda.
Misalnya, bunyi [b] pada kata jawab bisa dilafalkan sebagai bunyi [p] dan
juga sebagai [b], sehingga kata jawab itu bisa dilafalkan sebagai [jawab] dan
[jawap]. Hal seperti ini di dalam kajian fonemik disebut arkifonem, e yakni
dua buah fonem yang kehilangan kontrasnya. Sebagai arkifonem kedua fonem
itu dilambangkan sebagai fonem B ditulis huruf capital. Kenapa fonem B
bukan p? karena apabila diberi proses afiksasi dengan sufiks {-an}, fonem
bnya itu akan muncul kembali jadi {jawab} + {-an} → [ja.wa.ban].

Arkifonem adalah hilangnya kekontrasan dua fonem yang berbeda pada posisi
yang sama, misalnya [b] dan [p] pada kata jawab dan jawap, sebab dan sebap,
lembab dan lembap.
Netralisasi merupakan suatu proses fonologis yang menghilangkan perbedaan
fonologis dalam lingkungan tertentu sehing- ga segmen-segmen yang berbeda
(kontras) dalam suatu lingkungan akan mempunyai representasi yang sama
dalam lingkungan netralisasi
2.8 umlaut, ablaut, dan Harmoni vokal
Umlaut adalah sebuah bentuk asimilasi atau harmoni vokal. Ini adalah sebuah
proses untuk mengubah sebuah vokal direalisasikan secara mirip dengan
bunyi di dekatnya. Jika sebuah kata memuat dua vokal, sementara vokal yang
pertama direalisasikan di belakang mulut dan yang kedua di depan, maka
diperlukan lebih banyak usaha untuk mengucapkan kata ini daripada jika
kedua vokal ini berdekatan realisasinya. Oleh karena itu sebuah
perkembangan linguistik terjadi untuk membuat kedua vokal ini direalisasikan
secara berdekatan.

Umlaut dalam bahasa Jermanik adalah sebuah gejala linguistik ketika sebuah
vokal belakang berubah menjadi vokal depan. Gejala ini juga disebut dengan
nama umlaut i atau mutasi.

Ablaut adalah perubahan vokal untuk menandai berbagai fungsi gramatikal


dalam linguistik.[1] Misalkan dalam verbum atau kata kerja dalam modus
waktu yang berbeda-beda to sink, sank, sunk dalam bahasa Inggris yang
artinya adalah:
1. tenggelam, waktu sekarang presens
2. tenggelam, waktu dulu yang berlanjut imperfektum
3. tenggelam, waktu dulu yang tak berlanjut perfektum

Kamus Definisi
Bahasa Indonesia (KBBI) ? ablaut : ab.la.ut [n Ling] perubahan vokal
untuk menandai pelbagai fungsi gramatikal,
misal untuk mengungkapkan perubahan
kala, aspek, jumlah, dsb (seperti dalam
bahasa Inggris drink, drank, drunk)
Definisi ? ablaut : perubahan vokal untuk menandai
fungsi gramatikal.

2.9 Kontraksi

Kontraksi adalah pemendekan suatu kata, suku kata, atau gabungan kata dengan cara
penghilangan huruf yang melambangkan fon di dalam kata tersebut. Dalam tata bahasa
tradisional, kontraksi dapat mengakibatkan pembentukan kata baru dari kata yang disingkat
tersebut. Hal ini umum terjadi terutama untuk tujuan memudahkan dan mempercepat
pengucapan suatu kata dalam percakapan sehingga terdengar lancar dan luwes. Meskipun
sama-sama berbentuk penyingkatan dan dapat menghasilkan bentuk baru, kontraksi tidak
boleh dikacaukan pengertiannya dengan akronim karena memiliki hasil bentukan yang
berbeda.

Contoh

Contoh dalam bahasa Indonesia Dalam bahasa Indonesia, kontraksi banyak terjadi
pada bahasa tuturan ragam nonformal. Hal ini disebabkan karena dalam tuturan nonformal
atau tuturan sehari-hari, para penutur ingin berbicara secepat mungkin dan sehemat tenaga
mungkin. Penyingkatan-penyingkatan tersebut muncul misalanya pada kata-kata berikut ini.

Bentuk Asli Penghilangan Bentuk Hasil Contoh


yang Terjadi Kontraks Kalimat
kenapa hilang suku napa beliin
kata [ke] sekalian napa?

nggak hilang fon [ng] gak udah gak


jadi kok

2.10 Metatesis dan Epitesis


Yang dimaksud dengan metatesis yaitu mengubah urutan fonem yang berada dalam
satu kata dalam bentuk lain dari fonem yang sama. Contoh metatesis : Pada kata batu,
fonem /b/, /a/, /t/, dan /u/ dapat berubah menjadi bentuk kata lain, seperti : buta, tuba, dan
tabu.

A. Metatesis:

berasal dari kata meta,yang berarti ’perubahan’ dan tithema, yang berarti ‘tempat’.
Metatesis dapat terjadi secara sinkronik (terjadi pada masa tertentu) dan dapat terjadi secara
diakronik (melalui proses sejarah)

Contohnya: Kerikil menjadi kelikir, jalur menjadi lajur, brantas menjadi bantras.

B. Epitesis

Epentesis (bahasa. Yunani Kuno: epenthesis) adalah penyisipan bunyi atau huruf ke
dalam kata, terutama kata pinjaman untuk memudahkan pelafalan atau menyesuaikan dengan
pola fonologis bahasa peminjam, misalnya penyisipan /e/ pada kata "kelas" (Kridalaksana,
2008).

Berdasarkan jenis bunyi atau huruf yang ditambahkan, epentesis dibagi menjadi
ekskresensi (bhs. Inggris: excrescence), yang menambahkan konsonan, dan anaptiksis
(bahasa Inggris: anaptyxis), yang menambahkan vokal.

Anaptiksis dikenal juga dengan istilah swarabakti, dari bahasa Sanskerta svarabhakti.
Berdasarkan lokasi penambahan, epentesis pada awal kata disebut protesis, misalnya "mpu"
menjadi "empu", sedangkan epentesis pada akhir kata disebut paragog, misalnya "adi"
menjadi "adik".

Tulisan ini berupaya mengupas fenomena epentesis dalam bahasa Indonesia,


khususnya swarabakti, yang antara lain mencakup usul perubahan entri KBBI untuk berbagai
definisi yang terkait, kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia saat ini, serta usul
perubahan kaidah tersebu

2.11 Fonem dan Grafem


A. Fonem

Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan arti. ... Konsonan
adalah bunyi ujaran yang dihasilkan dari paru-paru dan mengalami rintangan saat keluarnya.
Contoh konsonan antara lain p, b, m, w, f, v, t, d, n, c, j, k, g, h. Konsonan rangkap disebut
kluster.

Contoh:

harus – arus ? /h/ adalah fonem karena membedakan arti kata harus dan arus

Fonem dalam bahasa Indonesia terdiri atas vokal dan konsonan. Vokal adalah bunyi
ujaran yang tidak mendapatkan rintangan saat dikeluarkan dari paru-paru.

Vokal dibagi menjadi dua, yaitu vokal tunggal (monoftong) yang meliputi a, i, u, e, o
dan vokal rangkap (diftong), yang meliputi ai, au, oi.

Konsonan adalah bunyi ujaran yang dihasilkan dari paru-paru dan mengalami
rintangan saat keluarnya. Contoh konsonan antara lain p, b, m, w, f, v, t, d, n, c, j, k, g, h.
Konsonan rangkap disebut kluster. Contoh kluster pada kata drama, tradisi, film, modern.

2.11 Grafem:

Grafem (bahasa Yunani: γράφω, gráphō, "menulis") adalah satuan unit terkecil
sebagai pembeda dalam sebuah sistem aksara. Contoh grafem antara lain adalah huruf,
logogram, angka, tanda baca, serta simbol dari sistem penulisan lain.

Lambang huruf, grafem merujuk ke huruf atau gabungan huruf sebagai atuan
pelambang fonem di dalam satu ejaan.

Contoh : kata tanggal terdiri dari tujuh huruf, yaitu t-a-n-g-g-a-l, tetapi grafemnya
hanya enam, yaitu <t>, <a>, <ng>, <g>, <a>, <l>.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan fungsional.

Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat
fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna. Varian fonem
berdasarkan posisi dalam kata, misal fonem pertama pada kata makan dan makna secara
fonetis berbeda. Variasi suatu fonem yang tidak membedakan arti dinamakan alofon.

Dalam bidang fonemik kita akan mempelajari tentang perbedaan makna yang
ditimbulkan oleh perbedaan cara penuturan dalam suatu bunyi bahasa. Terdapat beberapa
identifikasi fonem seperti alofon, klasifikasi, khazana, dan perubahan fonem, disimilasi dan
asimilasi, netralisasi dan arkiofonem, umlaut, ablaut, dan harmoni vokal, kontraksi, metatesis
dan epitesis, fonem dan grafem
3.2 Saran

Tulisan ini dapat digunakan sebagai pengayaan untuk menambah pengetahuan dan
mendapatkan informasi tentang apa yang telah di diskusikan dan menggunakan informasi
tersebut bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi kami khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.situsbahasa.com/2018/08/perubahan-bunyi-asimilasi-dan-
disimilasi.html?m=0

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://text-
id.123dok.com/document/wye87oo0y-pelepasan-fonem-dan-kontraksi-disimilasi-metatesis-
penambahan-
fonem.html&ved=2ahUKEwi5kZi1oa7zAhWr6XMBHb03DhUQFnoECDIQAQ&usg=AOv
Vaw3JrBC-DnlCyhjOCAcN0TbS&cshid=1633264953805

http://eprints.binadarma.ac.id/1853/

Muslih, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta:Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai