Dosen Pengampu:
Heny Friantary M. Pd
Disusun oleh:
2021
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. atas
segala rida dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah. Selawat serta
salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa
perubahan yang tak terhingga dalam kehidupan ini.
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu Heny
Friantary, M. Pd sebagai dosen pengampu pada mata kuliah Linguistik Umum yang
telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Penulis
Daftar Isi
3. 1 Kesimpulan .......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
Fonemik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa dengan
memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Sebagai mana diketahui bahwa fonemik secara fungsional bertentangan dengan fonetik,
karena fonemik mengkhususkan perhatiannya pada makna yang ditimbulkan oleh sebuah
bunyi bahasa ketika dituturkan sedangkan fonetik hanya memfokuskan bagaimana bunyi
bahasa dapat dituturkan secara benar baik dari segi cara maupun dari segi tempat
artikulasinya.
Dalam bidang fonemik kita akan mempelajari tentang perbedaan makna yang
ditimbulkan oleh perbedaan cara penuturan dalam suatu bunyi bahasa. Hal ini sangat penting
karena dalam pembelajaran bahasa khususnya bahasa Indonesia kita akan dihadapkan pada
berbagai masalah bunyi-bunyi bahasa yang secara sepintas sama akan tetapi sangat berbeda
dari segi makna yang ditimbulkannya.
PEMBAHASAN
2.2 Alofon
Alofon adalah variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan arti kata.
Alofon adalah bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari fonem. Pendistribusian
alofon terbagi menjadi dua yakni bersifat komplementer dan bersifat bebas. Yang
disebut bersifat komplementer adalah distribusi saling melengkapi distribusi yang
tidak dapat dipisahkan meskipun dipisahkan juga tidak akan menimbulkan
perubahan makna. Yang dimaksud bersifat pendistribusian bebas adalah alofon-
alofon itu dapat digunakan tanpa persyaratan lingkungan bunyi tertentu. Kalau
diperhatikan bahwa alofon merupakan realisasi dari fonem maka dapat dikatakan
bahwa fonem bersifat abstrak karena fonem itu hanyalah abstraksi dari alofon
atau alofon-alofon lain. Dengan kata lain yang nyata dalam bahasa adalah alofon.
2.3 Klasifikasi Fonem
A. Fonem Vokal
Dalam ilmu fonologis, fonem vokal disebut sebagai bunyi vokoid. Menurut Muslich
(2013-46), bunyi vokoid yaitu bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau
penutupan pada daerah artikulasi. Adapun menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
(2003:50) Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan
kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor tinggi rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang
dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal in Jadi dapat disimpulkan bahwa vokal
adalah bunyi bahasa yang tidak mengalami penyempitan rongga udara dan dipegaruhi oleh
alat ucap manusia.
B. Fonem Konsonan
Transkripsi fonetis adalah perekaman bunyi dalam bentuk lambang tulis lambang
bunyi atau lambang fonetis (fonetik symbol) yang sering dipakai adalah lambing bunyi yang
ditetapkan oleh The International Ponetic Assosiation (IPA). yaitu persatuan para guru bahasa
yang berdiri sejak akhir abad ke-19, yang didirikan untuk mempopulerkan metode baru
dalam pengajaran bahasa lisan (Muslich, 2013:42) Berikut ini tabel rincian secara jelas
tentang transkripsi fonetis menurut IPA.
Khazanah fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa.
Banyaknya jumlah fonem dalam suatu bahasa tidaklah sama dengan bahasa lain. Hal ini bisa
dibuktikan dengan penelitian beberapa pakar yang menyatakan banyaknya fonem di Hawai
yang berjumlah 13 buah tidaklah sama dengan jumlah fonem di arab yang hanya memiliki 3
buah.
B. Disimilasi
Disimilasi adalah perubahan bunyi yang terjadi jika dua bunyi yang
sama/ mirip berubah menjadi tidak sama atau berbeda.
Contoh perubahan disimilasi
Netralisasi ialah hilangnya kontras antara dua buah fonem yang berbeda.
Misalnya, bunyi [b] pada kata jawab bisa dilafalkan sebagai bunyi [p] dan
juga sebagai [b], sehingga kata jawab itu bisa dilafalkan sebagai [jawab] dan
[jawap]. Hal seperti ini di dalam kajian fonemik disebut arkifonem, e yakni
dua buah fonem yang kehilangan kontrasnya. Sebagai arkifonem kedua fonem
itu dilambangkan sebagai fonem B ditulis huruf capital. Kenapa fonem B
bukan p? karena apabila diberi proses afiksasi dengan sufiks {-an}, fonem
bnya itu akan muncul kembali jadi {jawab} + {-an} → [ja.wa.ban].
Arkifonem adalah hilangnya kekontrasan dua fonem yang berbeda pada posisi
yang sama, misalnya [b] dan [p] pada kata jawab dan jawap, sebab dan sebap,
lembab dan lembap.
Netralisasi merupakan suatu proses fonologis yang menghilangkan perbedaan
fonologis dalam lingkungan tertentu sehing- ga segmen-segmen yang berbeda
(kontras) dalam suatu lingkungan akan mempunyai representasi yang sama
dalam lingkungan netralisasi
2.8 umlaut, ablaut, dan Harmoni vokal
Umlaut adalah sebuah bentuk asimilasi atau harmoni vokal. Ini adalah sebuah
proses untuk mengubah sebuah vokal direalisasikan secara mirip dengan
bunyi di dekatnya. Jika sebuah kata memuat dua vokal, sementara vokal yang
pertama direalisasikan di belakang mulut dan yang kedua di depan, maka
diperlukan lebih banyak usaha untuk mengucapkan kata ini daripada jika
kedua vokal ini berdekatan realisasinya. Oleh karena itu sebuah
perkembangan linguistik terjadi untuk membuat kedua vokal ini direalisasikan
secara berdekatan.
Umlaut dalam bahasa Jermanik adalah sebuah gejala linguistik ketika sebuah
vokal belakang berubah menjadi vokal depan. Gejala ini juga disebut dengan
nama umlaut i atau mutasi.
Kamus Definisi
Bahasa Indonesia (KBBI) ? ablaut : ab.la.ut [n Ling] perubahan vokal
untuk menandai pelbagai fungsi gramatikal,
misal untuk mengungkapkan perubahan
kala, aspek, jumlah, dsb (seperti dalam
bahasa Inggris drink, drank, drunk)
Definisi ? ablaut : perubahan vokal untuk menandai
fungsi gramatikal.
2.9 Kontraksi
Kontraksi adalah pemendekan suatu kata, suku kata, atau gabungan kata dengan cara
penghilangan huruf yang melambangkan fon di dalam kata tersebut. Dalam tata bahasa
tradisional, kontraksi dapat mengakibatkan pembentukan kata baru dari kata yang disingkat
tersebut. Hal ini umum terjadi terutama untuk tujuan memudahkan dan mempercepat
pengucapan suatu kata dalam percakapan sehingga terdengar lancar dan luwes. Meskipun
sama-sama berbentuk penyingkatan dan dapat menghasilkan bentuk baru, kontraksi tidak
boleh dikacaukan pengertiannya dengan akronim karena memiliki hasil bentukan yang
berbeda.
Contoh
Contoh dalam bahasa Indonesia Dalam bahasa Indonesia, kontraksi banyak terjadi
pada bahasa tuturan ragam nonformal. Hal ini disebabkan karena dalam tuturan nonformal
atau tuturan sehari-hari, para penutur ingin berbicara secepat mungkin dan sehemat tenaga
mungkin. Penyingkatan-penyingkatan tersebut muncul misalanya pada kata-kata berikut ini.
A. Metatesis:
berasal dari kata meta,yang berarti ’perubahan’ dan tithema, yang berarti ‘tempat’.
Metatesis dapat terjadi secara sinkronik (terjadi pada masa tertentu) dan dapat terjadi secara
diakronik (melalui proses sejarah)
Contohnya: Kerikil menjadi kelikir, jalur menjadi lajur, brantas menjadi bantras.
B. Epitesis
Epentesis (bahasa. Yunani Kuno: epenthesis) adalah penyisipan bunyi atau huruf ke
dalam kata, terutama kata pinjaman untuk memudahkan pelafalan atau menyesuaikan dengan
pola fonologis bahasa peminjam, misalnya penyisipan /e/ pada kata "kelas" (Kridalaksana,
2008).
Berdasarkan jenis bunyi atau huruf yang ditambahkan, epentesis dibagi menjadi
ekskresensi (bhs. Inggris: excrescence), yang menambahkan konsonan, dan anaptiksis
(bahasa Inggris: anaptyxis), yang menambahkan vokal.
Anaptiksis dikenal juga dengan istilah swarabakti, dari bahasa Sanskerta svarabhakti.
Berdasarkan lokasi penambahan, epentesis pada awal kata disebut protesis, misalnya "mpu"
menjadi "empu", sedangkan epentesis pada akhir kata disebut paragog, misalnya "adi"
menjadi "adik".
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan arti. ... Konsonan
adalah bunyi ujaran yang dihasilkan dari paru-paru dan mengalami rintangan saat keluarnya.
Contoh konsonan antara lain p, b, m, w, f, v, t, d, n, c, j, k, g, h. Konsonan rangkap disebut
kluster.
Contoh:
harus – arus ? /h/ adalah fonem karena membedakan arti kata harus dan arus
Fonem dalam bahasa Indonesia terdiri atas vokal dan konsonan. Vokal adalah bunyi
ujaran yang tidak mendapatkan rintangan saat dikeluarkan dari paru-paru.
Vokal dibagi menjadi dua, yaitu vokal tunggal (monoftong) yang meliputi a, i, u, e, o
dan vokal rangkap (diftong), yang meliputi ai, au, oi.
Konsonan adalah bunyi ujaran yang dihasilkan dari paru-paru dan mengalami
rintangan saat keluarnya. Contoh konsonan antara lain p, b, m, w, f, v, t, d, n, c, j, k, g, h.
Konsonan rangkap disebut kluster. Contoh kluster pada kata drama, tradisi, film, modern.
2.11 Grafem:
Grafem (bahasa Yunani: γράφω, gráphō, "menulis") adalah satuan unit terkecil
sebagai pembeda dalam sebuah sistem aksara. Contoh grafem antara lain adalah huruf,
logogram, angka, tanda baca, serta simbol dari sistem penulisan lain.
Lambang huruf, grafem merujuk ke huruf atau gabungan huruf sebagai atuan
pelambang fonem di dalam satu ejaan.
Contoh : kata tanggal terdiri dari tujuh huruf, yaitu t-a-n-g-g-a-l, tetapi grafemnya
hanya enam, yaitu <t>, <a>, <ng>, <g>, <a>, <l>.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat
fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna. Varian fonem
berdasarkan posisi dalam kata, misal fonem pertama pada kata makan dan makna secara
fonetis berbeda. Variasi suatu fonem yang tidak membedakan arti dinamakan alofon.
Dalam bidang fonemik kita akan mempelajari tentang perbedaan makna yang
ditimbulkan oleh perbedaan cara penuturan dalam suatu bunyi bahasa. Terdapat beberapa
identifikasi fonem seperti alofon, klasifikasi, khazana, dan perubahan fonem, disimilasi dan
asimilasi, netralisasi dan arkiofonem, umlaut, ablaut, dan harmoni vokal, kontraksi, metatesis
dan epitesis, fonem dan grafem
3.2 Saran
Tulisan ini dapat digunakan sebagai pengayaan untuk menambah pengetahuan dan
mendapatkan informasi tentang apa yang telah di diskusikan dan menggunakan informasi
tersebut bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi kami khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.situsbahasa.com/2018/08/perubahan-bunyi-asimilasi-dan-
disimilasi.html?m=0
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://text-
id.123dok.com/document/wye87oo0y-pelepasan-fonem-dan-kontraksi-disimilasi-metatesis-
penambahan-
fonem.html&ved=2ahUKEwi5kZi1oa7zAhWr6XMBHb03DhUQFnoECDIQAQ&usg=AOv
Vaw3JrBC-DnlCyhjOCAcN0TbS&cshid=1633264953805
http://eprints.binadarma.ac.id/1853/