Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

RELASI MAKNA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

NAMA : SUKAMAWATI

FAKULTAS FKIP

PROGRAM BAHASA INDONESIA

UNIVERSITAS IQRA BURU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Relasi

Makna dengan waktu yang telah ditentukan.

Dalam penyusunan Makalah Relasi Makna ini banyak pihak yang telah

membantu proses pembuatannya. Untuk itu kepada dosen, dan rekan-rekan yang

telah membantu menyelesaikan laporan ini saya ucapkan terima kasih.

Selain itu, saya juga menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun untuk tugas-tugas yang akan datang.

Mudah-mudahan Makalah Relasi Makna ini dapat menambah pengetahuan

dan bermanfaat bagi kita semua.

Namlea, 09 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................3

C. Tujuan...................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4

A. Pengertian Makna.................................................................................4

B. Jenis-Jenis Relasi Makna......................................................................4

C. Contoh Relasi Makna...........................................................................12

BAB III PENUTUP.........................................................................................17

A. Kesimpulan...........................................................................................17

B. Saran.....................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia.

Bahasamerupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna

pada setiap perkataan yang diucapkan. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa

sentiasa dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan untuk

mengkajinya. Antara lain pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa

ialah pendekatan makna. Semantik merupakan salah satu bidang linguistik yang

mempelajari tentang makna.

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau

lambang (sign). “Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog Perancis

bernama Michel Breal pada tahun 1883. Kata semantik kemudian disepakati sebagai

istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda

linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh karena itu, kata semantik dapat

diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga

tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer, 1994: 2).

Dalam suatu bahasa, makna kata saling berhubungan, hubungan ini disebut

Relasi makna. Relasi makna dapat berwujud bermacam – macam. Dalam setiap

bahasa, termasuk bahasa indonesia, seringkali kita temui adanya hubungan

kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya

dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi. Hubungan atau relasi kemaknaan ini

mungkin menyangkut hal kesamaan makna ( sinonim), kebalikan makna ( Antonim),

iv
kegandaan makna ( polisemi dan Ambiguitas ), ketercakupan makna (Hiponimi ),

kelainan makna ( Honimi),kelebihan makna (Redundansi ), dan sebagainya.

Perkembangan dalam bidang ilmu dan kemajuan dalam bidang teknologi

dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah kata. Di sini sebuah kata

yang tadinya mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana, tetap

digunakan walaupun konsep makna yang dikandung telah berubah sebagai akibat

dari pandangan baru. Makna sebagai unsur bahasa merupakan salah satu unsur yang

memiliki potensi untuk berubah karena makna berkaitan dengan konsep-konsep dan

pikiran manusia yang tidak pernah berhenti. Perubahan makna terjadi dipengaruhi

oleh beberapa sebab serta terdapat berbagai jenis perubahan makna diantaranya

yaitu,meluas menyempit,perubahan total,membaik, memburuk.

Drs. Abdul Chear (1989 : 82) mengemukan bahwa Relasi Makna merupakan

hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa

yang lainnya lagi.Menurut Mansoer Pateda (2001:79) bahwa istilah makna

merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu

menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Ada beberapa jenis makna, antara lain

makna leksikal, makna gramatikal, makna denotasi, dan makna konotasi. Selain itu,

ada juga yang disebut relasi makna yaitu Relasi makna adalah hubungan semantik

yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lain.

J.W.M Verhaar(1981:9) Mengemukakan bahwa semantik (inggris:

semantics) berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang

menyelidiki makna atau arti. Lehrer(1974: 1) Semantik adalah studi tentang makna.

Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas, karena turut

v
menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan

dengan psikologi, filsafat dan antropologi.

B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian relasi makna?

b. Apa saja jenis-jenis relasi makna?

c. Apa pengertian dari masing-masing jenis relasi makna?

d. Bagaimana contoh dari masing-masing jenis relasi makna?

C. Tujuan

a. Mengetahui pengertian dari relasi makna.

b. Mengetahui jenis-jenis relasi makna.

c. Mengetahui pengertian dari masing-masing jenis relasi makna.

d. Mengetahui contoh dari masing-masing relasi makna.

vi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Makna

Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang mempelajari tentang

makna. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79)

mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang

membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat.

Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna

adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de

Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna

sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda

linguistik.

Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa indonesia, sering kali kita temui

hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau setuan bahasa

lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi. Berikut ini akan dibicarakan

masalah tersebut satu persatu.

B. Jenis-Jenis Relasi Makna

Relasi makna dapat berwujud macam-macam. Berikut ini diuraikan beberapa

wujud relasi makna.

a. Sinonim

Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu onoma

yang berarti nama, dan syn yang berarti dengan. Maka secara harfiah kata

sinonim berarti nama lain untuk benda atau hal yang sama. Secara semantik

vii
Verhaar (1978) mendefinisikan sebagai ungkapan (bisa berupa frase atau

kalimat ) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain.

Ketidakmungkinan kita untuk menukar sebuah kata dengan kata lain yang:

1. Faktor waktu. Misalnya kata hulubalang bersinonim dengan kata komandan.

Namun keduanya tidak mudah dipertukarkan karena kata hulubalang hanya

cocok untuk situasi kuno,klasik atau arkais. Sedangkan kata komandan hanya

cocok untuk situasi masa kini (modrn).

2. Faktor tempat atau daerah. Misalnya kata saya dengan beta adalah bersinonim.

Tetapi kata beta hanya cocok untuk digunakan dalam konteks pemakaian bahasa

indonesia timur ( Maluku ) ; sedangkan kata saya dapat digunakan secara umum

di mana saja.

3. Faktor sosial. Misalnya kata aku dan saya adalah dua buah kata yang bersinonim

; tetapi kata aku hanya dapat digunakan untuk teman sebaya dan tidak dapat

digunkan kepada orang yang lebih tua.

Mengenai sinonim ada beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai

berikut :

1) Tidak semua kata dalam bahasa indonesia mempunyai sinonim. Misalnya kata

beras ,salju, batu, dan kuning tidak memiliki sinonim.

2) Ada kata- kata yang bersinonom pada bentuk dasar tetapi tidak pada bentuk

kejadian. Misal kata benar bersinonim dengan kata betul; tetapi kata kebenaran

tidak bersinonim dengan kata kebetulan.

3) Ada kata – kata yang tidak mempunyai sinonim padabentuk dasar tetapi

memiliki sinonim pada bentuk jadian. Misalnya kata jemur tidak mempunyai

viii
sinonim tetapi kata menjemur mempunyai sinonim, yaitu mengeringkan dan

berjemur bersinonim dengan berpanas.

4) Ada kata- kata yang dalam arti sebenarnya tidak mempunyai sinonim , tetapi

dalam hati kiasan justru mempunyai sinonim. Misalnya kata hitam dalam makna

sebenarnya tidak ada sinonimnya, tetapi dalam arti kiasan ada sinonimnya

gelap,mesum. Menurut Abdul chaer(1994 : 82 ).

Sinonim adalah relasi makna antara kata ( frase atau kalimat ) yang maknanya

sama atau mirip. Ada beberapa hal yang menyebabkan munculnya kata- kata

bersinonimi, seperti kata – kata yang berasal dari bahasa daerah, bahasa

nasional, dan bahasa asing. Misalnya penyakit kencing manis dengan diabetes,

telepon genggam dengan handphone. Menurut Hasnah Faizah linguistik umum

(2010 :74 )Sinonimi adalah hubungan antara bentuk bahasa yang mirip atau

sama maknanya. KBBI (2003 : 1072).

b. Antonim dan Oposisi

Kata antonimi berasal dari kata Yunani kuno, yaitu onoma yang artinya nama,

dan anti yang artinya melawan. Maka secara harfiah antonim berarti nama lain

untuk benda lain pula. Secara semantik Verhaar (1978 ) mendefinisikan sebagai ;

Ungkapan biasanya berupa kata ,tetapi dapat pula berupa frase atau kalimat )yang

maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. misalnya dengan kata

bagus adalah berantonimi dengan kata buruk ; kata besar adalah beratonimi

dengan kata kecil, dan kata membeli berantonimi dengan kata menjual.Dalam

buku- buku pelajaran bahasa indonesia, antonimi biasanya disebut lawan

kata.banyak orang yang tidak setuju dengan iistilah ini sebab pada hakekat nya

yang berlawanan bukan kata-kata itu, melainkan makna dari kata-kata itu.

ix
Sehubungan dengan ini banyak pula yang menyebutkan oposisi makna. Dengan

istilah oposisi, maka bisa tercakup dari konsep yang betul- betul berlawanan

sampai kepada yang hanya bersifat kontras saja. Kata hidup dan mati, seperti

sudah dibicarakan diatas, bisa menjadi contoh berlawanan.

Lebih jauh, berdasarkan sifatnya, oposisi ini dapat dibedakan menjadi :

1) Oposisi Mutlak

Disini terdapat pertentangan makna secara mutlak. Umpamanya antara kata hidup

dan mati.diantara hidup dan mati terdapat makna yang mutlak,sebab sesuatu yang

hidup tentu tidak (belum ) mati; sedangkan sesuatu yang mati tentu sudah tidak

hidup lagi. Contoh lain dari oposisi mutlak ini adalah kata gerak dan diam;

Sesuatu yang (ber) gerak tentu tiada dalam keadaan diam; dan sesuatu yang diam

tentu tidak dalam keadaan (ber ) gerak. Kedua proses ini tidak dapat berlangsung

bersamaan, tetapi secara bergantian.

2) Oposisi Kutub

Disini terdapat pertentangan tidak bersifat mutlak, melainkan bersifat gradasi.

Artinya terdapat tingkat- tingkat makna pada kata- kata tersebut, misalnya kata

kaya dan miskin adalah dua buah kata yang beroposisi kutub. Pertentangan antara

kaya dan miskin tidak mutlak. Orang yang tidak kaya belum tentu merasa miskin,

dan begitu juga orang yang tidak kaya belum tentu merasa miskin, dan begitu

juga orang yang tidak miskin belom tentu merasa kaya. Bagi orang yang biasa

berpendapatan satu bulan sepuluh juta, dan tiba – tiba berpengahasilan tidk lebih

satu juta rupiah, sudah merasa dirinya miskin. Sebaliknya orang yang setiap hari

hanya berpenghasilan seratus ribu, tiba – tiba tiba – tiba berpenghasilan lima

ratus ribu, sudah merasa dirinya kaya.

x
3) Oposisi Hubungan

Makna kata – kata yyang beroposisi hubungan ( relasional ) ini bersifat saling

melengkapi. Artinya, kehadiran kata yang satu karena ada kata yang lain yang

menjadi oposisinya. Tanpa kehadiran keduanya maka oposisi ini tidak ada.

Umpamanya, kata menjual beroposisi dengan kata membeli. Kata menjual dan

membeli walaupun maknanya berlawanan, tetapi proses kajiannya berlaku

serempak. Proses menjual dan membeli terjadi pada waktu bersamaan, sehingga

dapat dikatakan tak ada proses menjual jika tak ada prose membeli.

4) Oposisi Hierarkial

Makna kata- kata yang beroposisi hierarkial ini menyatakan suatu deret jenjang

tingkatan. Oleh karena itu kata- kata yang beroposisi hierarkial ini adalah kata –

kata yang berupa nama satuan ukuran (berat, panjang dan isi ). Umpamanya kata

meter beroposisi hierarkial dengan kata kilometer karena berada dalam deretan

nama satuan yang menyatakan ukuran panjang. Menurut abdul chaer (1994 :88 ).

Antomini atau oposisi merupakan relasi antar kata yang bertentangan atau

berkebalikan maknanya. Istilah antomini digunakan untuk oposisi makna dalam

pasangan leksikal bertaraf, seperti panas dan dingin. Antomini ini disebut bertaraf

karena antara panas dan dingin masih ada kata-kata lain seperti hangat dan suam-

suam kuku. Menurut Hasana faizah linguitik umum (2010:74).

Antonim adalah pasangan leksikal yang tidak dijenjangkan. Misalnya tinggi dan

rendah tidak tinggi tidak berarti rendah. KBBI (2003 : 58 ).

c. Homonimi, Homofoni, Homografi

xi
Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani kuno onoma yang artinya nama dan

homo yang artinya sama. Secara harfiah homonimi dapat diartikan sebagai nama

sama untuk benda atau hal lain. secara semantik ,Verhaar (1978) memberi

definisi homonimi sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat ) tetapi

maknanya tidak sama. Umpamanya antara kata pacar yang berarti inai dengan

pacar yang berarti kekasih. Dan antara kata bisa yang berarti racun ular dengan

kata bisa yang berarti sanggup, dapat.

Homofoni sebetulnya sama saja dengan homonimi karena realisasi bentuk-

bentuk bahasa adalah berupa bunyi. Jadi, kata bisa yang berarti racun dan kata

bisa yang berarti sanggup, dapat selain dari bentuk yang homonimi adalah bentuk

yang homofoni, dan juga homografi karena tulisannya juga sama. Namun, dalam

bahasa indonesia ada sejumlah kata yang homofon tetapi ditulis dengan ejaan

yang berbeda karena ingin menjelas perbedaan makna. Menurut Abdul chaer

(1994 -193 )

Homonimi yaitu relasi makna antarkata yang ditulis sama dan dilapalkan sama,

tetapi maknanya berbeda. Kata- kata yang ditulis sama tetapi maknanya berbeda

disebut homografi, sedangkan kata yang dilafalkan sama tetapi berbeda makna

disebut homofom.misalnya kata tahu ( makanan) dan berhomografi tahu

(paham ). Sedangkan kata yang homofom kata masa (waktu ) berhomofoni

dengan massa (jumlah besar yang menjadi satu kesatuan ). Menurut Hasnah

Faizah linguistik umum (2010 : 73 ).

Homonimi adalah hubungan antara dua kata yang ditulis dan lafalkan dengan

cara sama, tetapi tidak mempunyai makna yang sama. Homofoni adalah kata

xii
yang sama lafalnya dengan kata lain tetapi berbeda ejaan dan maknanya.

Misalnya, masa dan massa, sangsi dan sanksi ). KBBI (2003 :407 )

d. Hoponimi dan Hipernimi

Kata hiponimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti

nama dan hypo berarti di bawah. Jadi, secara harfiah berarti nama yang termasuk

dibawah nama lain. berupa tetapi kiranya kiranya dapat juga berupa frase atau

kalimat ) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu

ungkapan lain. misalnya kata tongkol ber hoponim terhadap kata ikan sebab

makna kata tongkol berada atau termasuk makna pada kata ikan. Tongkol

memang ikan tapi ikan bukan hanya tongkol melainkan juga termasuk bandeng,

tenggiri, teri, mujair,cengkalang dan sebagainya.

Konsep hiponimi dan hipernimimengandaikan adanya kelas bawahan dan

kelas atasan, adanya makna sebuah kata yang berbeda dibawah makna atau kata

lain. karena itu ada kemungkinan sebuah kata yang merupakan hipernimi

terhadap sejumlah kata lain, akann menjadi hiponim terhadap kata lain yang

hierarkial berada diatasnya. Misalnya kata ikan yang merupakan hipernimi

terhadap kata tongkol,bandeng, cakalang, dan mujair akan menjadi hiponimi

terhadap kata binatang , sebab yang termasuk binatang bukan hanya ikan tetapi

juga kambing,monyet, gajah dan sebagainya. Selanjutnya kata binatang inipun

merupakan hiponimi terhadap kata makluk, sebab kata makluk bukan hanya

binatang tetapi juga manusia. Menurut Abdul chaer (1994 : 98

Hiponimi adalah relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna

spesifik dalam makna generik, seperti makna anggrek dalam makna bunga,

xiii
makna kucing dalam makna binatang, anggrek,mawar,tulip berhiponimi dengan

bunga. Sedangkan kucing, anjing,kambing,dan kuda berhiponimi dengan

binatang. Menurut Hasnah Faizah linguitik umum (2010 : 75 )

Hiponimi adalah hubungan antara makna spesifik dan makna generik.

Misalnya kucing, anjing, kambing disebut homonimdari hewan. KBBI (2003 :

404 )

e. Polisemi

Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa ( terutama kata juga frase)

yang memiliki makna lebih dari satu. Umpamanya kata kepala dalam bahasa

indonesia memiliki makna (1) bagian tubuh dari leher keatas separti terdapat pada

manusia dan hewan, (2) bagian dari suatu yang terletak disebelah atas atau depan

atau merupakan hal yang penting atau terutama seperti pada kepala meja, dan

kepala kereta api, (3) pemimpin atau ketua seperti pada kepala sekolah, kepala

kantor, dan kepala stsiun, (4) jiwa atau orang seperti dalam kalimat setiap kepala

menerima bantuan Rp 500.00 ,dan (5) akal budi seperti dalam kalimat. Badannya

besar tetapi kepalanya kosong. Menururut Abdul chaer (1994 : 101 )

Polisemi berkaitan dengan kata atau frasa yang berhubungan. Hubungan antar

makna ini disebut polisemi. Sebuah kata atau satuan ujaran disebut polisemi jika

kata itu mempunyai makna lebih dari satu. Misalnya, kata kepala yang setidaknya

mempunyai makna (a) bagian tubuh manusia; (b) ketua atau pimpinan; (c)

sesuatu yang berbentuk bulat,dan (d) sesuatu yang berada pada sebelah atas.

Menurut Hasnah Faizah linguitik umum (2010 : 73 )

Polisemi adalah bentuk bahasa (kata,frasa dsb) yang mempunyai makna lebih

dari satu. KBBI (2003: 886 )

xiv
f. Ambiguitas

Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna

ganda atau mendua arti. Kegandaan makna dalam ambiguitas berasal dari satuan

gramatikal yang paling besar, yaitu frase atau kalimat, dan terjadi akibat

penafsiran struktur gramatikal yang berbeda. Umpamanya, frase buku sejarah

baru, dapat ditafsirkan sebagai (1) buku sejarah itu batu terbit, atau (2) buku itu

berisi sejarah zaman baru. Menurut Abdul chaer (1994 :104)

Ambiguitas yaitu sifat atau hal yang bermakna dua, kemungkinan yang

mempunyai dua pengertian,kemungkinan adanya makna lebih dari satu,

gabungan kata atau kalimat. KBBI (2003 : 36 )

g. Redundansi

Istilah redundansi sering diartikan sebagai berlebih- lebihan pemakaian unsur

segmental dalam suatu bentuk ujaran. Umpamanya, kalimat Bola ditendang Si

udin. Pemakaian kata oleh pada kalimat kedua dianggap sesuatu yang redundansi,

yang berlebih- lebihan dan yang sebenarnya tidak perlu.

Secara semantik masalah redundansi sebetulnya tidak ada, sebab salah satu

prinsip dasar semantik adalah bila bentuk berbeda maka maknapun akan

berbeda. Jadi kalimat Bola ditentang Si Udin berbeda maknanya dengan Bola

ditendang oleh Si Udin. Pemakaian kata oleh pada kalimat kedua akan lebih

menonjolkan makna pelaku (agentif ) dari pada kalimat pertama yang tanpa kata

oleh. Menurut Abdul chaer (1994 : 105 )

C. Contoh Relasi Makna

1. Sinonim atau Sinonimi, Contohnya:

Betul = Benar

xv
Buruk =  Jelek

Laris =  Laku

Dahaga  = haus

Datang    = tiba

Pintar = pandai

Usang   = lama

Hancur = musnah

Pulang = kembali = balik

Masyarakat = rakyat = warga

Hadiah = pemberian

Dari contoh diatas dapat dilihat kata – kata bersinonim, dan tidak semua

sinonim bisa dipertukarkan begitu saja.

Contoh kalimat :

Anjing meninggal ditabrak mobil

Kata meninggal pada kalimat di atas tidak tepat, karena kata meninggal lebih

tepat ditujukan kepada manusia, atau kata meninggal diganti dengan kata

mati. Yang lebih tepatnya anjing mati ditabrak mobil. Jadi kata sinonim bisa

digunakan sesuai dengan kepada siapa yang ditujukan pembicaraan tersebut.

2. Antonimi dan oposisi

Antonimi sering disebut dengan lawan kata, maksudnya maknanya kebalikan

dari makna ungkapan lain.

Contoh :

Jujur    = bohong

Tipis    = tebal

xvi
Rajin   = malas

Pintar  = bodoh

Mahal  = murah

Kaya   = miskin

Surga   =  neraka

Gila     = waras

            Lebih jauh, berdasarkan sifatnya, oposisi dapat dibedakan menjadi :

a. Oposisi Mutlak

Disini terdapat pertentangan makna secara mutlak. Umpamanya kata masuk

dan keluar. Diantara masuk dan keluar terdapat makna yang mutlak, sebab

sesuatu yang masuk tentu tidak ( belum ) keluar ; sedangkan sesuatu yang

keluar tentu sudah masuk. Misalnya naik dan turun. Diantara naik dan turun

terdapat makna yang mutlak, sebab sesuatu yang naik tentu tidak (belum)

turun; sedangkan sesuatu yang turun tentu sudah naik.kedua proses ini tidak

dapat berlangsung bersamaan, tetapi secara bergantian.

b. Oposisi Kutub

Makna kata yang termasuk oposisi kutub ini pertentangan tidak bersifat

mutlak, melainkan bersifat gradisi, artinya terdapat tingkat – tingkat makna

pada kata tersebut. Misalnya kata kaya dan miskin adalah dua buah kata yang

beroposisi kutub. Pertentangan antara kaya dan miskin tidak mutlak. Orang

yang tidak kaya belum tentu merasa miskin, dan begitu juga orang yang tidak

miskin belom tentu merasa kaya. Bila orang yang biasa berpendapatan satu

bulan enam juta , lalu tiba – tiba menjadi satu juta rupiah, sudah merasa

dirinya miskin, sebaliknya orang seseorang yang setiap bulan hanya

xvii
berpenghasilan Rp 100.000 ,lalu tiba- tiba berpenghasilan Rp 500.000 sudah

merasa dirinya kaya.

c. Oposisi Hubungan

Contoh memberi dan menerima walaupun maknanya berlawanan tapi

kejadiannya serempak. Proses memberi dan menerima terjadi pada waktu

bersamaan sehingga bisa dikatakan tidakkan ada proses memberi jika tidak

ada yang menerima.

d. Oposisi  majemuk

Oposisi majemuk ini beroposisi lebih dari sebuah kata. Misalnya kata utara

dengan kata selatan, dengan kata timur, dengan kata barat.

Kata – kata diatas lazim disebut oposisimajemuk.

3. Homonimi, Homofoni, Homografi

Misalnya kata bulan yang berarti waktu dalam 30 hari, dengan kata bulan

yang berarti nama satelit bumi. Contoh lain kata salak yang berarti buah,

dengan kata salak yang berarti gonggongan anjing. Contoh lain kata genting

yang berarti gawat, dengan kata genting yang berarti benda penutup rumah.

4. Hiponimi dan Hipernimi

Misalnya kata mawar berhiponim terhadap kata bunga, sebab makna kata

mawar termasuk makna kata bunga. Mawar memang bunga tapi bunga tidak

hanya mawar melainkan juga termasuk melati, tulip,anggrek,lidah buaya dan

sebagainya.

5. Polisemi

xviii
Misalnya kata darah dalam bahasa indonesia memiliki makna (1) hubungan

darah persaudaraan, (2) yang ada pada tubuh manusia. Jadi, darah pada

kalimat di atas memiliki makna lebih dari satu.

6. Ambiguitas

Umpamanya anak pejabat yang gemuk itu berasal dari surabaya. (1) yang

gemuk adalah pejabat, (2) yang gemuk adalah anak pejabat. Contoh lain ;

kucing makan tikus mati. (1) kucing memakan tikus yang mati, (2) kucing

memakan tikus yang masih hidup lalu tikus itu mati.

7. Redundansi

Umpamanya ibu membuat kue, maknanya tidak akan berubah bila dikatakan

kue dibuat oleh ibu. Pemakaian kata oleh pada kalimat yang kedua dianggap

sebagai sesuatu yang redundansi, yang sebenarnya tidak perlu. Contoh lain ;

petani mencangkul kebunnya, maknanya tidak akan berubah bila dikatakan 

petani sedang mencangkul kebunnya.

xix
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, makna kata saling

berhubungan, hubungan kata itu disebut relasi makna. Relasi makna dapat

berwujud bermacam- macam antara lainSinonim sering disebut dengan

persamaan kata.Antonimi sering disebut dengan lawan kata, Polisemi lazim

diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata, frase, ) yang memiliki makna

lebih dari satu. Homonimi adalah 2 buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya

“kebetulan” sama; maknanya tentu saja berbeda, karena masing-masing

merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan. Homofoni adalah adanya

kesamaan bunyi antara dua satuan ujaran tanpa memperhatikan ejaan.Homografi

mengacu pada bentuk ujaran yang sama ortografinya atau ejaannya tetapi ucapan

dan maknanya tidak sama.   Hifonimi adalah hubungan sematik antara sebuah

bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran yang

lain.Ambiguitas adalah hubungan sematik antara sebuah bentuk ujaran yang

maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran yang lain.Istilah redudansi

biasanya diartikan sebagai berlebih-lebihan penggunaan unsur segmental dalam

suatu bentuk ujaran.

B. Saran

xx
Semantik merupakan cabang linguistik yang penting dipelajari. Dengan

mempelajari semantik, kita akan tahu tentang makna-makna bahasa, karena

semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna. Maka dari itu penting

bagi kita untuk mempelajari ilmu semantik atau relasi makna.

DAFTAR PUSTAKA

http://resisusantiuir.blogspot.co.id/2013/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://asrulnazar.blogspot.co.id/2015/04/relasi-makna-perubahan-makna-dan-

medan.html

http://andrisyarifudin2.blogspot.co.id/2014/06/makalah-relasi-makna.html

http://nurhalimahsaja.blogspot.co.id/2013/03/relasi-makna-dalam-setiap.html

http://phianzsotoy.blogspot.co.id/2009/07/jenis-jenis-relasi-makna-dalam-

bahasa.html

xxi

Anda mungkin juga menyukai