Anda di halaman 1dari 7

BAHASA DAN FAKTOR LUAR BAHASA

      Disebutkan bahwa objek kajian linguistik mikro adalah struktur intem bahasa atau sosok

bahasaitu sendiri, sedangkan kajian makro adalah bahasa dalam hubungannya dengan faktor-

fktor diluar bahasa, yaitu menjadi objek kajian linguistik mikro, yaitu dengan melihat ciri-ciri

yang merupakan hal yang hakiki dari bahasa itu. Yang dimaksud dengan faktor-faktor luar

bahasa itu tidak lain dari pada segala hal yang berkaitan dengan kegiatan manusia didalam

masyarakat, sebab tidak ada kegiatan yang tanpa berhubungan didalam masyarakat, sebab tidak

ada kegiatan yang tanpa berhubungan dengan bahasa. Oleh karena itu, hal-hal yang menjadi

objek kajian makro itu sangat luas dan beragam. Yang memang erat kaitannya dengan bahasa

adalah masalah bahasa dalam kaitannya dengan kegiatan sosial di dalam masyarakat atau lebih

jelasnnya, hubungan bahasa dengan masyarakat itu

Masyarakat Bahasa

       Kata masyarakat biasanya diartikan sebagai sekelompok orang(dalam jumlah yang

banyaknya relatif), yang merasa sebangsa, seketurunan, sewilayah tempat tinggal, atau yang

mempunyai kepentingan sosial yang sama. Masyarkat bahasa adalah sekelompok orang yang

merasa menggunakan bahasa yang sama. Dengan asa sekelompok orang yang merasa sama-sama

menggunakan bahasa Sunda, maka bisa dikatakan mereka adalah masyarakat bahasa Sunda.

Karena titik berat pengertian masyarakat bahasa pada “merasa menggunakan bhasa yang sama”,

maka konsep masyarakat bahasa dapat menjadi luas dan dapat menjadi sempit. Masyarkat bahasa

Baduy dan masyarakat bahasa Osing (dziJawa Timur) tentu saja sangat sedikit atau sempit,

masyarakat bahasa Jawa dan masyarakat bahasa sunda tentu lebih luas.
       Secara linguistik bahasa Indonesia dan Malaysia adalah bahasa yang sama, Karena kedua

bahasa itu banyak sekali persamaannya, sehingga orang Malaysia dapat mengerti dengan baik

akan bahasa Indonesia, dan sebaliknya orang Indonesia dapat pula mengerti bahasa Malaysia.

Variasi dan Status Bahasa Sosial

       Dalam beberapa masyarakat tertentu ada semacam kesepakatan untuk membedakan adanya

2 macam variasi bahasa yang dibedakan berdasarkan status pemikirannya. Yang pertama adalah

variasi bahasa tinggi(biasa disingkat variasi bahasa T), dan yang lain variasi bhasa

rendah(biasanya dsisngkat R). Variasi T digunakan dalam situasi resmi, seperti pidato singkat,

bahasa pengantar dalam pendidikan, khotbah, surat-menyurat resmi, dan buku pelajaran. Varasi

bahasa R digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti dirumah, diwarung, dijalan, dalam

surat-menyurat pribadi, dan catatan untuk sendiri.

Variasi bahasa T dan R ini biasanya mempunyai kosa kata masing-masing yang berbeda.

Contoh:

Bahasa Yunani

Ragam T                                                       Ragam R                                     

Ikos                                                                spiti                            rumah

Idhor                                                               nero                              air

Inos                                                                krasi                          anggur

Penggunaan Bahasa

        Hymes (1974) seorang pakar linguistik mengatakan, bahwa suatu komunikasi dengan

menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsur, yang diakronimkan menjadi

SPEAKING, yakni:

           Setting and Scene


Unsur yang berkenaan dengan tempat dan waktu yang terjadinya percakapan. Umpamanya

percakapan yang terjadi di kantin sekolah pada waktu jam istirahat tentu berbeda dengan yang

terjadi dikelas ketika pelajaran sedang berlangsung.

    Participants

           Orang-orang yang terlibat dalam percakapan. Umpamanya, antara ali murid kelas dua

SMA dengan Pak Ahmad gurunya.

   Ends

            Maksud dan hasil percakapan. Misalnya, seorang guru bertujuan menerapkan pelajaran

bahasa Indonesia secara menarik tetapi hasil yang didapat adalah sebaliknya, murid-murid bosan

karena mereka tidak berminat mengikuti pelajaran bahasa.

 Act Sequences

           Hal yang menunjukkan pada bentuk dan isi percakapan. Misalnya dalam kalimat:

   Dia berkata dalam hati. “Mudah-mudahan lamaranku diterima dengan baik

 Dia berkata dalam hati. “Mudah-mudahan lamarannya diterima dengan baik

             Perkataan “Mudah-mudahan lamaranku diterima dengan baik” pada kaliat (a) adalah

bentuk percakapan sedangkan kalimat (b) adalah contoh isi percakapan.

 5  Key

          Yang menunjukkan pada cara atau semangat dalam melaksanakan percakapan.

    Instrumentalities

          Yang menunjukkan pada jalur percakapan, apakah secara lisan atau bukan.

 Norms

           Yang menunjukkan pada norma perilaku peserta perckapan.


    Genres

            Yang menunjukkan pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan

Kontak Bahasa

     Kontak bahasa adalah saling pengaruh antara berbagai bahasa karena para bahasawan saling

bertemu (kamus linguistik). Dalam masyarakat yang terbuka, artinya yang para anggotanya dapat

menerima kedatangan anggota dari masyarakt lain, baik dari satu atau lebih dari satu masyarakat,

akan terjadilah apa yang disebut kontak bahasa. Adanya kontak bahasa ini adalah terjadinya atau

terdapatnya yang disebut biliualisme (2 bahasa atau lebih) dan multingualisme ( lebih dari 2

babahsa) dengan berbagai macam kasusnya, seperti interferensi, integrasi, dan campur code.

     Contoh pada tataran fonologi, misalnya, kalau penutus bahasa Jawa mengucapkan kata-kata

bahasa Indonesia yang mulai dengan /b/,/d/,/j/, dan /g/, maka konsosnan tersebut didahuluinya

dengan bunyi nasal yang homorgan. Jadi, kata Bogor akan diucapkan mBogor, kata Depok

dilafalkan menjadi kata nDepok dan kata gossip akan diucapkan nggosip.

     Kata dalam bahasa Indonesia yang sekarang dieja menjadi montir, riset, sopir, dan dongkrak

adalah contoh yang sudah berintegrasi. Umpamanya ketika A dan B sedang bercakap-cakap

dalam bahasa Indonesia datanglah C yang tidak mengerti bahasa Indonesia tetapi dapat

berbahasa Inggris (dan kebetulan A dan B dapat berbahasa Inggris), maka kemudian

digunakanlah bahasa Inggris.

3.3.5. Bahasa dan Budaya


    Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf (dan oleh karena itu disebut hipotesis Sapir-Whorf)

yang menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi kebudayaan. Atau dengan lebih jelas bahasa itu

mempengaruhi cara berfikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya. Umpamanya, karena

masyarakat Inggris berbudaya makan nasi, maka dalam bahasa Inggris tidak ada kata untuk

menyatakan padi, gabah, beras dan nasi. Yang ada kata rice untuk keempat konsep itu.

3.4 KLASIFIKASI BAHASA

     Sudah disebukan ahwa bahasa itu bersifat universal disamping juga unik. Jadi. Bahasa-bahasa

yang ada di dunia ini disamping ada kesamaannya ada juga perbedaannya, atau cirri khasnya

masing-masing. Klasifikasi dilakukan dengan melihat cirri yang ada pada setiap bahasa. Bahasa

yang mempunyai kesamaan cirri dimasukkan dalam satu kelompok. Menurut Grenberg

(1957:66) suatu klasifikasi yang baik harus memenuhi persyaratan nonarbitrer, ekshaustik dan

unik. Yang dimaksud dengan nonarbiter adalah bahwa criteria klasifikasi itu tidak boleh

semuanya, hanya harus ada satu kriteria. Dengan kriteria yang hanya satu ini, yang nonarbitrer,

maka hasilnya akan ekshaustik. Artinya, setelah klasifikasi dilakukan tidak ada lagi sisanya.

3.4.1.  Klasifikasi Bahasa

     Klasifikasi genetis, disebut juga klasifikasi geneologis, dilakukan berdasarkan gris keturunn

bahasa-bahasa itu. Artinya, suatu bahasa berasal atau diturunkan dari bahasa yang lebih tua.

Lalu, bahasa pecahan ini akan menurunkan pula bahasa-bahasa lain. Kemudian bahasa-bahasa

lain itu akan menurunkan lagi bahasa-bahasa pecahan berikutnya.


    Kalsifikasi genetis dilakukan berdasarkan kriteria bunyi dan arti, yaitu atas kesamaan

bentuk(bunyi) dan makna yang dikandungnya. Bahasa-bahasa yang memiliki sejumlah kesamaan

seperti itu dianggap berasal dari bhasa asal atau bahasa proto yang sama. Oleh karena itu,

klasifikasi genetid bisa dikatakan merupakan hasil pengerjaan linguistik historis komparatif

Klasifikasi Areal

     Klasifikasi areal dilakukan berdasarkan adanya hubungan timbal balik antara bahasa yang

satu dengan bahasa yang lain di dalam suatu areal atau wilayah, tanpa memperhatikan apakah

bahasa itu berkerabat secara genetic atau tidak. Yang terpenting adanya data pinjam-meminjam

yang meilputi pinjaman bentuk dan arti atau pinjaman bentuk saja, atau juga pinjaman arti saja.

     Usaha kalsifikasi berdasarkan areal ini pernah dilakukan oleh Wilhelm Schmidt(1868-1954)

dengan bukunya Die Sprachfamilien und Sprachenkreise er Enden yang dilampiri dengan peta.

Peta itu diperlihatkan distribusi geografis dari kelompk-kelompok bahasa yang penting, disertai

dengan cirri-ciri tertentu dari bahasa-bahasa tersebut.

Klasifikasi Sosiolinguistik

      Historisitas berkenaan dengan sejarah perkembangan bahasa atau sejarah pemakaian bahasa

itu. Kriteria standarisasi berkenaan dengan statusnya sebagai bahasa baku atau tidak baku, atau

statusnya dalam pemakaian formal atau tidak formal. Vitaitas berkenaan dengan apakah bahasa

itu mempunyai penutur yang menggunkannya dalam kegiatan sehari-hari secara aktif, atau tidak.

Sedangkan homogeny berkenaan dengan apakah leksikon dan tata bahasa itu diturunkan.
     Klasifikasi sosiolinguistik ini bukan satu-satunya kalsifikasi sosiolinguistik, sebab kita

mempersoalkan bagaimana, misalnya. Keadaan dan status bahasa-bahasa yang ada di Indonesia

dan di beberapa negara di kawasan Asia ynag begitu kompleks. Di Indonesia selain ada bhasa

Indonesia yang menjadi bahasa resmi, bahasa standarm, bahasa nasional, bahasa persatuan, dan

bahasa kesatuan, masih terdapt bahasa daerah, yang juga bis menjadi bersifat resmi pada situasi

yang bersifat kedaerahan

Anda mungkin juga menyukai