Anda di halaman 1dari 21

Makalah Semantik jenis Makna

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Bahasa merupakan
alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada setiap perkataan yang
diucapkan. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan dikaji dengan
menggunakan perbagai pendekatan untuk mengkajinya. Antara lain pendekatan yang dapat
digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan makna. Semantik merupakan salah satu
bidang linguistik yang mempelajari tentang makna.
Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau lambang (sign).
“Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog Perancis bernama Michel Breal pada
tahun 1883. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang
linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya.
Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti,
yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer, 1994:
2).
Bidang studi linguistik yang objek penelitiannya makna bahasa merupakan satu tataran
linguistik. Semantik dengan objeknya yaitu makna, berada di seluruh atau disemua tataran yang
bangun-membangun ini : makna berada didalam tataran fonologi, morfologi dan sintaksis.
Semantik bukan satu tataran dalam arti unsur pembangun satuan lain yang lebih besar, melainkan
unsur yang berada pada semua tataran itu, meski sifat kehadiranya pada tiap tataran itu tidak
sama.
Bahasa merupakan media komunikasi yang paling efektif yang dipergunakan oleh manusia
untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Bahasa yang digunakan dalam berinteraksi pada
keseharian kita sangat bervariasi bentuknya, baik dilihat dari fungsi maupun bentuknya. Tataran
penggunaan bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat dalam berinteraksi tentunya tidak lepas
dari penggunaan kata atau kalimat yang bermuara pada makna, yang merupakan ruang lingkup
dari semantik.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian hakikat makna?
2.      Apa saja jenis makna?

1.3    Tujuan Masalah
1.      Mengetahui pengertian hakikat makna.
2.      Mengetahui jenis-jenis makna.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Makna


Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang mempelajari tentang makna.
Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan
bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut
selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda,
2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian.
Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :
1. maksud pembicara;
2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok
manusia;
3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan
semua hal yang ditunjukkannya, dan
4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).
Menurut teori yang dikembangkan dari pandangan Ferdinand de Saussure, makna adalah
’pengertian’ atau ’konsep’ yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda-linguistik. Menurut de
Saussure, setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu (1) yang diartikan
(Perancis: signifie, Inggris: signified) dan (2) yang mengartikan (Perancis: signifiant,
Inggris: signifier). Yang diartikan (signifie, signified) sebenarnya tidak lain dari pada konsep atau
makna dari sesuatu tanda-bunyi. Sedangkan yang mengartikan (signifiant atau signifier) adalah
bunyi-bunyi yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Dengan kata lain,
setiap tanda-linguistik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah
unsur dalam-bahasa (intralingual) yang biasanya merujuk atau mengacu kepada sesuatu referen
yang merupakan unsur luar-bahasa (ekstralingual).
Dalam analisis semantik juga harus disadari, karena bahasa itu bersifat unik, dan
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan masalah budaya maka, analisis suatu bahasa
hanya berlaku untuk bahasa itu saja, tetapi tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa
lain. Umpamanya, kata ikan dalam bahasa Indonesia merujuk pada jenis binatang yang hidup
dalam air dan biasa dimakan sebagai lauk; dan dalam bahasa Inggris separan dengan fish. Tetapi
kata iwak dalam bahasa Jawa bukan hanya berarti ‘ikan’ atau ‘fish’, melainkan juga berarti
daging yang digunakan sebagai lauk.
Di dalam penggunaannya dalam penuturan yang nyata makna kata atau leksem
seringkali, dan mungkin juga biasanya, terlepas dari pengertian atau konsep dasarnya dan juga
dari acuannya. Contohya : Dasar buaya ibunya sendiri ditipunya. Oeh karena itu, banyak pakar
mengatakan bahwa kita baru dapat menentukan makna sebuah kata apabila kata itu sudah berada
dalam konteks kalimatnya.

2.2 Jenis Makna


            Jenis atau tipe makna itu memang dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan
sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan
makna gramatikal, berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata/leksem dapat dibedakan
adanya makna referensial dan makna nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada
sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif dan makna konotatif, berdasarkan
ketepatan maknanya dikenal adanya makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna
khusus. Lalu berdasarkan kriteria lain atau sudut pandang lain dapat disebutkan adanya makna-
makna asosiatif, kolokatif, reflektif, idiomatik, dan sebagainya.
Berikut ini akan dipaparkan jenis-jenis makna tersebut :
1.    Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
a.      Makna Leksikal
Adalah bentuk ajektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosakata,
pembendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang
bermakna. Kalau leksikon kita samakan dengan kosakata atau perbendaharaan kata, makna
leksem dapat kita samakan dengan kata. Dengan demikian, makna leksikal dapat diartikan
sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Dapat pula dikatakan
makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil
observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita.
Contoh : kata kepala dalam kalimat kepalanya hancur kena pecahan granat adalah makna
leksikal, tetapi dalam kalimat Rapornya ditahan kepala sekolah karena ia belum membayar uang
SPP adalah bukan bermakna leksikal. Kata memetik dalam kalimat ibu memetik sekuntum
mawar adalah bermakna leksikal.
Kalau disimak contoh-contoh diatas dapat disimpulkan bahwa makna leksikal dari suatu
kata adalah gambaran yang nyata tentang suatu konsep seperti yang dilambangkan kata itu.

b.      Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang menyangkut hubungan intra bahasa, atau makna
yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat. Di dalam semantik
makna gramatikal dibedakan dari makna leksikal. Sejalan dengan pemahaman makna
(sense ‘pengertian’; ‘makna’) dibedakan dari arti (meaning ‘arti’). Makna merupakan pertautan
yang ada antara satuan bahasa, dapat dihubungkan dengan makna gramatikal, sedangkan arti
adalah pengertian satuan kata sebagai unsur yang dihubungkan. Makna leksikal dapat berubah ke
dalam makna gramtikal secara operasional.

2.    Makna Referensial dan Makna Nonreferensial


a.      Makna Referensial
Makna referensial yaitu sesuatu diluar bahasa yang diacu oleh kata itu maka kata tersebut
disebut kata bermakna referensial. Misalnya kata meja dan kursi termasuk kata yang bermakna
referensial karena keduanya mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang
disebut meja dan kursi.
Contoh lain :  Orang itu menampar orang
                                                   1                                  2

Pada contoh diatas bahwa orang1 dibedakan maknanya dari orang2 karena orang1sebagai pelaku
(agentif) dan orang2 sebagai pengalam (yang mengalami makna yang diungkapkan verba), hal
tersebut menunjukkan makna kategori yang berbeda, tetapi makna referensi mengacu kepada
konsep yang sama (orang = manusia).
b.      Makna Nonreferensial
Makna nonreferensial adalah sebuah kata yang tidak mempunyai referen (acuan). Seperti
kata preposisi dan konjungsi, juga kata tugas lainnya. Dalam hal ini kata preposisi dan konjungsi
serta kata tugas lainnya hanya memiliki fungsi atau tugas tapi tidak memiliki makna.
Berkenaan dengan bahasan ini ada sejumlah kata yang disebut kata-kata deiktis, yaitu kata
yang acuannya tidak menetap pada satu wujud, melainkan dapat berpindah dari wujud yang satu
kepada wujud yang lain. Yang termasuk kata-kata deiktis yaitu: dia, saya, kamu, di sini, di sana,
di situ, sekarang, besok, nanti, ini, itu.
Contoh lain referen kata di sini dalam ketiga kalimat berikut
(a)    Tadi dia duduk di sini
(b)   ”Hujan terjadi hampir setiap hari di sini”, kata walikota Bogor.
(c)    Di sini, di Indonesia, hal seperti itu sering terjadi.

Pada kalimat (a) kata di sini menunjukan tempat tertentu yang sempit sekali. Mungkin bisa
dimaksudkan sebuah bangku, atau hanya pada sepotong tempat dari sebuah bangku. Pada
kalimat (b) di sini menunjuk pada sebuah tempat yang lebih luas yaitu kota Bogor. Sedangkan
pada kalimat (c) di sini merujuk pada daerah yang meliputi seluruh wilayah Indonesia. Jadi dari
ketiga macam contoh diatas referennya tidak sama oleh karena itu disebut makna nonreferensial.

3.    Makna Denotatif dan Makna Konotatif


a.      Makna Denotaif
Pembedaan makna denotatif dan konotatif didasarkan pada ada atau tidak adanya “nilai
rasa” pada sebuah kata. Setiap kata, terutama yang disebut penuh, mempunyai makna denotatif,
tetapi tidak setiap kata itu mempunyai makna konotatif.

Makna denotatif (sering juga disebut makna denotasional,makna konseptual, atau makna


kognitif karena dilihat dari sudut yang lain) pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab
makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi
menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Jadi, makna
denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif. Lalu karena itu makna denotasi
sering disebut sebagai “makna sebenarnya” umpamanya kata perempuan dan wanita. Kedua kata
ini mempunyai makna denotasi yang sama, yaitu manusia dewasa bukan laki-laki. Begitu juga
kata gadis dan perawan, kata istri dan bini. Kata gadis dan perawan memiliki makna denotasi
yang sama, yaitu wanita yang belum bersuami atau belum pernah bersetubuh, sedangkan kata
istri dan bini memiliki makna denotasi yang sama, yaitu wanita yang mempunyai suami.

b.      Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa, tambahan-
tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman, dan kriteria-kriteria tambahan yang
dikenakan pada sebuah makna konseptual. Seperti kata kursi, kursi disini bukan lagi tempat
duduk, melaikan suatu jabatan atau kedudukan yang ditempati oleh seseorang. Kursi diartikan
sebagai tempat duduk mengandung makna lugas atau makna denotatif. Kursi yang diartikan
suatu jabatan atau kedudukan yang diperoleh seseorang mengandung makna kiasan atau makna
konotatif.

4.    Makna Kata dan Makna Istilah

Pembedaan adanya makna kata dan makna istilah berdasarkan ketepatan makna kata itu dalam
penggunannya secara umum dan secara khusus. Dalam penggunaan bahasa secara umum
acapkali kata-kata itu digunakan secara tidak cermat sehingga maknanya bersifat umum. Tetapi
dalam penggunaan secara khusus, dalam bidang tertentu, kata-kata itu digunakan secara cermat
sehingga maknanya pun menjadi tepat.

Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan di dalam suatu kalimat. Kalau lepas
dari konteks kalimat, makna kata itu menjadi umum dan kabur. Berbeda dengan kata yang
maknanya masih bersifat umum, maka ‘istilah’ memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketepatan
dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau
keilmuan tertentu.

Perbedaan antara makna kata dan istilah dapat dilihat dari contoh berikut :
(1) Tangannya luka kena pecahan kaca.
(2) Lengannya luka kena pecahan kaca.

Kata tangan dan lengan pada kedua kalimat di atas adalah bersinonim atau bermakna sama.


Namun dalam bidang kedokteran kedua kata itu memiliki makna yang
berbeda.Tangan bermakna bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan;
sedangkan lenganadalah bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu.

5.    Makna Konseptual dan Makna Asosiatif


Leech (1976) membedakan makna atas makna konseptual dan makna asosiatif.
a.      Makna Konseptual
Makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang sesuai
dengan referennnya, dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun. Jadi,
sebenarnya makna konseptual ini sama dengan makna referensial, makna leksikal, dan makna
denotatif.

b.      Makna Asosiatif
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya
hubungan kata itu dengan keadaan diluar bahasa. Misalnya, kata melati berasosiasi dengan
makna ‘suci’, atau ‘kesucian’, kata merah berasosiasi dengan makna ‘berani’ atau juga ‘dengan
golongan komunis’. Makna asosiatif ini sesungguhnya sama dengan perlambang-perlambang
yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain. Maka
dengan demikian, dapat dikatakan melati digunakan sebagai perlambang “kesucian”, marah
digunakan sebagai perlambang “keberanian”, dan dalam dunia politik digunakan sebagai
lambang golongan komunis.
Disamping itu kedalamnya termasuk juga makna-makna lain seperti makna stilistika,
makna afektif, dan makna kolokatif.
Makna stilistika berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehubungan dengan adanya
perbedaan sosial dan bidang kegiatan didalam masyarakat. Karena itulah dibedakan makna kata
rumah, pondok, istana, keraton, kediaman, tempat tinggal, dan residensi.
Makna afektif berkenaan dengan perasaan pembicara pemakai bahasa secara pribadi, baik
terhadap lawan bicara maupun terhadap objek yang dibicarakan. Makna afektif lebih terasa
secara lisan dari pada secara tertulis. Contoh “tutup mulut kalian!” bentaknya kepada kami.
Makna kolokatif berkenaan dengan makna kata dalam kaitannya dengan makna kata lain
yang mempunyai “tempat” yang sama dalam sebuah frase. Misalnya kita dapat mengatakan
gadis itu cantik, bunga itu indah, dan pemuda itu tampan. Demikian juga dengan kata laju, deras,
kencang, cepat, dan lancar yang mempunyai makna yang sama, tetapi pasti mempunyai kolokasi
yang berbeda. kita bisa mengatakan hujan deras, dan berlari dengan cepat, namun tidak bisa
sebaliknya hujan cepat, dan berlari dengan deras.

6.    Makna Idiomatikal dan Peribahasa


a.      Makna Idiom
Makna idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat ”diramalkan” dari makna
unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. Idiom adalah satuan-satuan
bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat ‘diramalkan’ dari
makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Misalnya,
menurut kaidah gramatikal kata-kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan
kebimbingan memiliki makna hal yang disebut bentuk dasarnya. Tetapi kata kemaluan tidak
memiliki makna seperti itu. Begitu juga frase rumah kayu bermakna ‘rumah yang terbuat dari
kayu’; tetapi frase rumah batu selain bermakna gramatikal ‘rumah yang terbuat dari batu’, juga
memiliki makna lain yaitu ‘pegadaian’ atau ‘rumah gadai’. Ada dua macam bentuk idiom dalam
bahasa indonesia yaitu: idiom penuh dan idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsur-
unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna.  Idiom ada dua
macam, yaitu:

1.      idiom penuh. Idiom penuh adalah idiom yang semua unsur-unsurnya sudah melebur menjadi
satu kesatuan, sehingga makna yang dimiliki berasal dari seluruh kesatuan itu. Contohnya meja
hijaudan membanting tulang.
2. Idiom sebagian. Idiom sebagian adalah idiom yang salah satu unsurnya masih
memiliki makna leksikalnya sendiri. Misalnya buku putih, daftar hitam, dan koran
kuning.

b.      Peribahasa
peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-
unsurnya karena adanya ”asosiasi” antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa.
Umpamanya peribahasa Seperti anjing dengan kucing yang bermakna ’dikatakan ihwal dua
orang yang tidak pernah akur’. Makna ini memiliki asosiasi, bahwa binatang yang namanya
anjing dan kucing jika bertemu memang selalu berkelahi, dan tidak pernah damai.

7.    Makna Kias
Dalam kamus umum bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta ada digunakan istilah
arti kiasan. Penggunaan istilah arti kiasan ini sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Semua bentuk
bahasa (kata, frase, maupun kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti
konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan. Contohnya, putri malam dalam
arti bulan, raja siang dalam arti matahari, kapal padang pasir dalam arti unta, pencakar langit
dalam arti gedung bertingkat tinggi, bunga desa dalam arti gadis cantik semuanya mempunyai
arti kiasan.

8.    Makna Sempit
makna sempit (narrowed meaning) adalah makna yang lebih sempit dari keseluruhan ujaran.
Makna yang asalnya lebih luas dapat menyempit, karena dibatasi. Bloomfield mengemukakan
adanya makna sempit dan makna luas dalam perubahan makna ujaran. Perubahan makna suatu
bentuk ujaran secara semantik berhubungan, tetapi ada juga yang menduga bahwa perubahan
terjadi dan seolah-olah bentuk ujaran hanya menjadi objek yang relatif permanen.

9.    Makna Luas
Makna luas adalah makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang
diperkirakan. Kata-kata yang berkonsep memiliki makna luas dapat muncul dari makna yang
sempit. Kata-kata yang memiliki makna luas digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau ide
yang umum.

10.    Makna Konstruksi
Makna konstruksi adalah makna yang terdapat didalam konstruksi, makna milik yang
diungkapkan dengan urutan kata didalam bahasa Indonesia. Makna milik dapat diungkapkan
melalui enklitik sebagai akhiran yang menunjukan kepunyaan.

Contohnya :    perempuan itu ibu saya


            Itu ibu saya
Rumahnya jauh dari sini
Dimana rumahmu

11.    Makna Proposisi
Makna proposisi adalah makna yang muncul bila kita membatasi pengertian tentang
sesuatu. Kata-kata dengan makna proposisi kita dapatkan dibidang matematika. Makna proposisi
mengandung pula saran, hal, rencana, yang dapat dipahami, melalui konteks.

12.    Makna Piktorial
Makna piktorial adalah makna suatu kata yang berhubungan dengan perasaan pendengar
atau pembaca. Misalnya, pada situasi makan kita berbicara tentang sesuatu yang menjijikan dan
menimbulkan perasaan jijik bagi si pendengar, sehingga ia menghentikan kegiatan (aktivitas)
makan.
Perasaan muncul segera setelah mendengar atau membaca suatu ekspresi yang
menjijikan, atau perasaan benci. Perasaan dapat pula berupa perasaan gembira di samping
perasaan yang disebutkan diatas.
Contoh :
1.    Kenapa kau sebut nama dia.
2.    Kakus itu kotor sekali.
3.    Ah, konyol.
4.    Ia tinggal di gang yang becek itu.

13.    Makna Idesional
Makna idesional adalah makna yang muncul sebagai akibat penggunaan kata yang berkonsep.
Kata yang dapat dicari konsepnya atau ide yang terkandung didalam satuan kata-kata, baik
bentuk dasar maupun turunan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada
setiap perkataan yang diucapkan. Semantik merupakan salah satu bidang linguistik yang
mempelajari tentang makna. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Dalam Kamus
Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :
1. maksud pembicara;
2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok
manusia;
3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan
semua hal yang ditunjukkannya,dan
4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).
            Pada kajian semantik ini kita dapat mengetahui tentang hakikat makna, jenis-jenis makna
(makna leksikal, makna gramatikal dan kontekstual, makna referensial dan nonreferensial,
makna konotatif dan denotatif, makna istilah dan makna kata, makna konseptual dan asosiatif,
makna Idiom dan Peribahasa, makna konotatif, makna stilistika, makna afektif, makna kolokatif,
makna spesifik, dan makna tematikal).

3.2 Saran
Saran ini ditujukan agar sesorang bisa mengetahui apa saja jenis-jenis makna dan apa saja
yang terdapat didalam makna.
Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 2 Pemahaman Ilmu makna. Bandung :


       Refika Aditama

Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Pengantar Kearah Ilmu Makna. Bandung :


       Refika Aditama.

https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/31/jenis-jenis-makna-dan-perubahannya/

https://dimasyuniantoherbowo.blogspot.co.id/search?q=jenis+makna

http://nuurbastra.blogspot.co.id/2013/10/bab-i-pendahuluan-1.html
JENIS – JENIS MAKNA”
Makna Konseptual, Asosiatif, Idiomatikal, Pribahasa, Kolusi, Ilokusi Dan Perlokusi

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “SEMANTIK”
 

   Disusun oleh :
Kelompok 4
Nama              : 
  Madropik
  Ikbaludin
  Muhamad Fajar Ramdan
  Siti Nurjanah
  Sri Rahayu
  Tatu Arini
Kelas               :  B
Semester        :  V
Jurusan           :  Diksatrasiada

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MATHLA’UL  ANWAR (BANTEN)
TAHUN AKADEMIK
2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji  Syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT, atas karunianya. Sehingga
makalah ini dapat saya selesaikan. Makalah ini merupakan syarat untuk melengkapi nilai tugas
Mata Kuliah “Semantik”
Keberhasilan makalah ini tidak lain juga disertai referensi-referensi serta bantuan dari
pihak-pihak yang bersangkutan. Makalah ini juga masih memiliki kekurangan dan kesalahan,baik
dalam penyampaian materi atau dalam penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah ini juga
dimaksudkan untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai materi ini.
Sehingga kriitik dan saran yang membangun yang sangat saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

  Cikaliung,  November  2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA  PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB  I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang....................................................................................................... 1
1.2      Rumusan Masalah.................................................................................................
1.3      Batasan Masalah...................................................................................................
1.4      Tujuan Penulisan..................................................................................................
1.5      Manfaat Masalah...................................................................................................
1.6      Sistematika Penulisan.........................................................................................

BAB  II 
PEMBAHASAN JENIS – JENIS MAKNA

2.1      Makna Konseptual dan Makna Asosiatif.........................................................


2.2      Makna Idiomatikal dan Makna Pribahasa.....................................................
2.3      Makna Kias dan Makna Lokusi.........................................................................
2.4      Makna Ilokusi dan Perlokusi.............................................................................

BAB III
PENUTUP

3.1      Kesimpulan.............................................................................................................
3.2      Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Bahasa Indonesia semakin berkambang seiring dengan berkembangnya zaman. Sekarang


dalam mempelajarinya, anak SD pun sudah diberi materi yang sebenarnya, dulu diberikan kepada
anak SMP. Meskipun demikian, tetapi yang diberikan ketika SD itu adalah hanya materi dasar-
dasarnya saja dan belum terlalu mendalam. Sebenarnya, materinya itu adalah sama saja mulai dari
SD diulang lagi di SMP, diulang lagi di SMA, dan diulang lagi sampai ke Perguruan Tinggi. Tetapi,
tingkat kesulitan atau tingkat pendalaman materinya berbeda.
Sekarang kita belajar Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Mengenai tentang jenis-jenis makna
dalam Bahasa Indonesia, yang pasti pembahasan materinya akan lebih rinci dan lebih mendalam.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan disebutkan jenis-jenis makna dalam Bahasa Indonesia.

1.2       Rumusan Masalah

Dalam pembahasan makalah ini kami akan fokuskan pada masalah Jenis-jenis Makna II ”Makna
Konseptual, Asosiasi, Idiomatikal, Pribahasa, Kias dan Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi, Perlokusi”

1.3       Batasan Masalah

Dalam makalah ini kami akan membatasi pada ruang lingkup “ Jenis-jenis Makna”

1.4       Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Jenis – jenis Makna, begitupulah tujuan
makalah ini sebagai bahan referensi dan bahan diskusi kelompok IV ( Empat ) Kelas B Semester V Maka
Kuliah “SEMANTIK”

1.5       Manfaat penulisan

1.5.1   Agar kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan makna leksikal, gramatikal, denotasi,
konotasi dan sebagainya.
1.5.2   Agar kita dapat mengetahui perbedaan-perbedaannya.

1.5.3   Agar kita dapat mengetahui contoh-contohnya dan bisa mengidentifikasi apabila kita menemukan suatu
kalimat dalam suatu bacaan.

1.6       Sistematika Penulisan

JUDUL, KATA PENGANTAR, DAFTAR ISI, BAB I PENDAHULUAN, Latar Belakang, Rumusan Masalah, Batasan
Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Sistematika Penulisan. BAB II PEMBAHASAN, BAB III
PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA

BAB II
JENIS – JENIS MAKNA

Bahasa pada dasarnya digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidupan
bermasyarakat, maka makna bahasa pun sangat bermacam-macam bila dilihat dari beberapa
kriteria dan sudut pandang. Jenis makna itu sendiri menurut Chaer (2009:59) dalam buku
“Pengantar Semantik Bahasa Indonesia”, dibagi menjadi tujuh jenis makna, di antaranya:
1.         Berdasarkan jenis semantiknya dibedakan menjadi makna leksikal dan makna gramatikal.
2.         Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem dibedakan menjadi makna
referensial dan makna nonreferensial.
3.         Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata atau leksem dibedakan menjadi makna
denotasi dan makna konotasi.
4.         Berdasarkan ketepatan maknanya dibedakan menjadi makna kata dan makna istilah atau makna
umum dan makna khusus.
5.         Berdasarkan ada atau tidak adanya hubungan (asosiasi, refleksi) makna sebuah kata dengan makna
kata lain dibagi menjadi makna konseptual dan makna asosiatif.
6.         Berdasarkan bisa atau tidaknya diramalkan atau ditelusuri, baik secara leksikal maupun gramatikal
dibagi menjadi makna idiomatikal dan peribahasa.
7.         Berdasarkan kata atau leksem yang tidak memiliki arti sebenarnya, yaitu oposisi dari makna
sebenarnya disebut makna kias.

Berikut ini akan dibahas tentang jenis-jenis makna II

2.1      Makna Konseptual dan Makna Asosiatif


2.1.1        Makna Konseptual adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya
hubungan kata tersebut dengan konsep. Makna konseptual itu adalah makna yang sesuai dengan
konsepnya, makna yang sesuai dengan referennya, dan makna yang bebas dari asosiasi atau
hubungan apapun. Jadi, sebenarnya makna konseptual ini sama dengan makna referensial, makna
leksikal, dan makna denotatif.
Contohnya : kata kursi memiliki makna konseptual ’sebuah tempat yang digunakan untuk
duduk’, kataamplop memliki makna ’sampul surat’.

2.1.2  Makna Asosiatif  adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya
hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa.  Makna asosiatif ini sebenarnya
sama dengan perlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk

menyatakan suatu konsep lain yang mempunyai kemiripan dengan sifat, keadaan atau ciri yang ada
pada konsep asal kata atau leksem tersebut.
Contoh: kata kursi berasosiasi dengan ’kekuasaan’; kata amplop berasosiasi dengan ’uang suap’.

Menurut Leech (dalam Chaer 2009:72), menyatakan  makna asosiatif dibagi menjadi lima


macam, antara lain:

2.1.2.1  Makna konotatif
Makna konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan
merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.

2.1.2.2  Makna stilistik
Makna stilistika ini berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehubungan dengan adanya perbedaan
sosial dan bidang kegiatan di dalam masyarakat.

2.1.2.3  Makna afektif
Makna afektif adalah makna yang berkenaan dengan perasaan pembicara terhadap lawan bicara
atau terhadap objek yang dibicarakan

2.1.2.4  Makna refleksi


Makna refleksi adalah makna yang muncul oleh penutur pada saat merespon apa yang dia lihat.
2.1.2.5  Makna kolokatif
Makna kolokatif adalah makna yang berkenaan dengan ciri-ciri makna tertentu yang dimliki sebuah
kata dari sejumlah kata-kata yang bersinonim, sehingga kata tersebut hanya cocok untuk
digunakan berpasangan dengan kata tertentu lainnya.

2.2      Makna Idiomatikal dan Makna Peribahasa

2.2.1         Makna Idiom adalah makna yang tidak dapat “diramalkan” dari makna unsur-unsurnya
baik secara leksikal maupun gramatikal. Idiom dibedakan menjadi dua yaitu, idiom penuh dan
idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang semua unsurnya sudah melebur menjadi satu
kesatuan sehingga makna yang dimiliki berasal dari seluruh kesatuan itu. Contohnya: banting
tulang artinya ’bekerja keras’, meja hijau artinya ’pengadilan’. Sedangkan idiom sebagian adalah
idiom yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikalnya sendiri. Contoh: daftar
hitam artinya ’daftar yang berisi nama-nama orang yang dicurigai atau dianggap bersalah’.

2.2.2        Makna Peribahasa adalah makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-
unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dengan makna sebagai peribahasa.
Contohnya: besar pasak dari pada tiang artinya ‘besar pengeluaran dari pada pendapatan’. Makna
pribahasa ini bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka bisanya juga disebut
dengan nama perumpamaan. Kata yang sering digunakan dalam peribahasa yaitu kata
seperti, bagai, bak, laksana, umpama, tetapi ada juga peribahasa yang tidak menggunakan kata-kata
tersebut namun kesan peribahasanya tetap tampak.

3.1      Makna Kias dan Makna Kolusi


3.1.1    Makna Kias
Makna kias adalah semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun kalimat) yang tidak merujuk
pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif). Misalnya,
kata putri malam dalam arti ‘bulan’, membanting tulang dalam arti ‘bekerja keras’, dan kata daki
dunia dalam arti ‘harta, uang’.

3.1.2        Makna Kolusi
Makna kolusi adalah makna seperti yang dinyatakan dalam ujaran, makna harfiah, atau makna apa
adanya.
Misalnya : Ketika seorang mahasiswa bertanya kepada kendek atau sopir angkutan umum “bang,
dari Alun-alun pandeglang ke kampus UNMA berapa?”
Maksudnya adalah keinginan tahu dari si penutur tentang berapa ongkosnya antara Alun-Alun
Pandeglang ke kampus.
4.1      Makna Ilokusi dan Makna Perlokusi
4.1.1    Makna Ilokusi
Makna ilokusi adalah makna seperti yang dipahami oleh pendengar.
seperti contoh dari Makna Kolusi, “bang, dari Alun-alun pandeglang ke kampus UNMA
berapa?” penutur memahami atas apa yang ditanyakan.

4.1.2    Makna Perlokusi


Makna perlokusi adalah makna seperti yang diinginkan oleh penutur.
Maksudnya adalah si penutur ingin tahu berapa harga dari Alun-Alun Pandeglang ke Kampus
UNMA. Seperti contoh “bang, dari Alun-alun pandeglang ke kampus UNMA berapa?”
 

BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
         Penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam pembahasan makalah ini tentang “Jenis – Jenis
Makna II” yang diantaranya ada beberapa jenis yaitu :
3.1.1     Makna Konseptual
3.1.2     Makna Asosiatif
3.1.3     Makna Idiomatikal
3.1.4     Makna Peribahasa
3.1.5     Makna Kias
3.1.6     Makna Lokusi
3.1.7     Makna Ilokusi dan
3.1.8     Makna Perlokusi

3.2      Saran
            Dalam pembuatan makalah ini penulis memberikan saran, agar dapat mendalami dan
memahami lagi dalam materi Semantik tentang “Jenis – Jenis Makna”

DAFTAR PUSTAKA

  Chaer, A. 2002. Pengantar Semantik Bahas Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta


  Keraf, G. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
http://bahasakebanggaan.blogspot.com/2003/01/jenis-jenis-makna.html
  http://faisnurul.blogspot.co.id/2011/01/jenis-makna-dalam-bahasa-indonesia.html
  http://impiandalamhati.blogspot.co.id/2011/03/makna-lokusi-ilokusi-dan-perlokusi-dan.html
  http://theoldguitar.blogspot.co.id/2014/10/contoh-tindak-tutur-lokusi-ilokusi-dan_19.html
  http://bahasadankesantunan.blogspot.co.id/2012/02/makna-lokusi-ilokusi-dan-perlokusi.html

 
Diposting oleh Unknown di 09.42 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi


ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Label: Kumpulan Makalah

Tidak ada komentar:


Posting Komentar

Anda mungkin juga menyukai