Anda di halaman 1dari 9

BENTUK DAN WUJUD MORFEM

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Subandi, M. Litt.
Cicik Arista, S. Pd, M.TCSOL

Disusun Oleh Kelompok II :


1. Dhiyan Widi Indah P. (18020774050)
2. Frydha Dini Eka Novitha P. (18020774052)
3. Yorri Didit Setyadi (18020774069)
4. Amalia Roisita Rani (18020774074)
5. Nafisah Laulina (18020774076)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA MANDARIN
PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN
2018
BENTUK DAN WUJUD MORFEM

Abstrak
Morfologi berasal dari bahasa Inggris morphology yang terdiri dari kata morpheme +
logos. Morph artinya bentuk, logos artinya ilmu. Dalam morfologi meliputi unsur morfem
(termasuk morfem terikat dan morfem bebas) dan morfo-fonemik. Jadi morfologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang bentuk-bentuk kata dan pembentukan kata. Manusia
berkomunikasi menggunakan bahasa dalam melakukan kegiatan bersosialisasi antar manusia.
Dalam bahasa ada suatu bentuk kalimat yang diucapkan dalam berkomunikasi. suatu unsur
terkecil dari kalimat adalah morfem dalam pembahasan makalah ini adalah mengupas
pengertian dan bagian – bagian morfem.
Kata Kunci : Morfem, morfologi, bahasa, kalimat

1. Pendahuluan.
Morfem berasal dari kata “morphe” yang berarti bentuk kata dan “ema” yang
berarti membedakan arti. Jadi sederhananya, morfem itu satuan gramatikal terkecil yang
memiliki makna. Dengan kata terkecil berarti “satuan” itu tidak dapat dianalisis menjadi
lebih kecil lagi tanpa merusak maknanya. Contoh : Bentuk berpakaian dapat dianalisis
kedalam satuan-satuan terkecil. Menjadi {ber-}, {pakai}, {-an}. Ketiganya adalah
morfem di mana {ber-} adalah morfem prefiks, {pakai} adalah morfem dasar, dan {-an}
adalah morfem sufiks. Ketiganya juga memiliki makna. Morfem {ber-} dan morfem {-
an} memiliki makna gramatikal, sedangkan morfem {pakai} memiliki makna leksikal.
Untuk menentukan sebuah satuan bentuk suatu morfem atau bukan kita harus
membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain.
Satuan bahasa merupakan komposit antara bentuk dan makna. Oleh karena itu, untuk
menetapkan sebuah bentuk suatu morfem atau bukan didasarkan pada kriteria bentuk dan
makna itu. Hal-hal berikut dapat dijadikan acuan untuk menentukan morfem dan bukan
morfem. Sedangkan fonem adalah bunyi dari huruf, dan huruf adalah lambang dari
bunyi. Jadi, fonem sama dengan bunyi, sedangkan huruf adalah lambang.

2. Pengertian Morfologi dan Morfem


Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani. Morphe berarti bentuk dan dan
logos berarti ilmu. Jadi, morfologi memiliki makna ilmu tentang bentuk sehingga dapat

1
dikatakan bahwa morfologi mempelajari tentang seluk-beluk bentuk kata. Objek kajian
morfologi adalah morfem. Chaer menyatakan morfem adalah bentuk kata terkecil yang
berulang-ulang dan mempunyai makna (2003:147). Artinya, Morfem adalah satuan
bahasa yang turut serta dalam pembentukan kata dan memiliki makna. Morfem dapat
juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata. Misalnya kata [kedua] memiliki
dua morfem yaitu [ke] dan [dua]. [Dua] merupakan kata dasar yang diikuti oleh morfem
[ke] menyebabkan perubahan arti pada kata dua.

3. Identifikasi Morfem
Sebuah satuan bentuk adalah morfem jika bentuk tersebut dapat hadir berulang-
ulang dalam bentuk yang lain. Sebagai contoh bentuk [ke kampus] kita dapat
membandingkan dalam bentuk lain, seperti [ke pasar] dan [ke dapur]. Semua bentuk [ke]
pada contoh tersebut dapat diartikan sebagai satuan tersendiri dan yang mempunyai
makna yang sama.
Namun, bentuk [ke] pada ke pasar dan bentuk [ke] pada ketiga memiliki makna
yang berbeda. Makna [ke] pada ke pasar tersebut menyatakan arah atau tujuan.
Sedangkan makna [ke] pada ketiga menyatakan tingkatan. Sehingga dapat disimpulkan
[ke] merupakan morfem yang berbeda meskipun bentuknya sama. Jadi, sebuah morfem
memiliki ciri atau identitas yaitu kesamaan arti dan bentuk.

4. Morf dan Alamorf


Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama. Morf
adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya (misal: {i}
pada pakai) sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui
statusnya atau biasa dikatakan bahwa anggota satu morfem yang wujudnya berbeda,
tetapi yang mempunyai fungsi dan makna yang sama (misal: {me- dan makan} pada
memakan). Bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada bentuk dasar yang fonem
awalnya konsonan /I/ dan /r/; bentuk mem- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya
konsonan /b/ dan juga /p/; bentuk men- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /d/
dan juga /t/; bentuk meny- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /s/; bentuk meng-
berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya, antara lain konsonan /g/ dan /k/; dan bentuk
menge- berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku.

2
5. Klasifikasi Morfem
Morfem Bebas dan Terikat
Berdasarkan kebebasannya, morfem dibedakan menjadi morfem bebas dan
morfem terikat. Robins menyebutkan bahwa, morfem bebas adalah morfem yang dapat
menjadi sebuah kata (bentuk bebas) (1992 : 241). Yang artinya morfem bebas adalah
morfem yang dapat berdiri sendiri dan memiliki makna. Semua kata dasar dari kata kerja
merupakan morfem bebas. Dalam bahasa Indonesia, misalnya lukis, meja, makan, rumah,
dan pergi adalah contoh dari morfem bebas. Apabila bentuk tersebut dipecah lagi,
sehingga menjadi lu– kis, me– ja, ma– kan, ru– mah, per– gi, maka bentuk [per–] dan
bentuk [gi] tidak mempunyai arti. Begitupun dengan morfem yang lain. Maka, morfem
tersebut dikatakan morfem bebas ketika kita dapat menggunakan morfem-morfem
tersebut tanpa harus menggabungkannya dengan morfem lain. Sedangkan morfem terikat
adalah morfem yang tidak bisa berdiri sendiri karena harus melekat pada morfem yang
lain dan tidak memiliki arti. Makna morfem terikat baru jelas setelah morfem tersebut
digabungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan/afiks dalam bahasa Indonesia
(awalan/prefiks, sisipan/infiks, akhiran/sufiks, serta kombinasi awalan dan
akhiran/konfiks) tergolong sebagai morfem terikat.

Morfem Utuh dan Morfem Terbagi


Berdasarkan bentuk keutuhan yang dimiliki, morfem dibedakan antara morfem
utuh dan morfem terbagi. Yaitu ketika menentukan apakah morfem tersebut sebagai satu
kesatuan yang utuh atau termasuk dalam dua bagian yang terpisah atau terbagi karena
disisipi oleh morfem lain. Morfem utuh yaitu morfem yang merupakan satu kesatuan
yang utuh. Semua morfem bebas adalah termasuk morfem utuh, seperti (meja), (kursi),
(kecil), (laut), dan lain sebagainya. Begitu juga dengan sebagian morfem terikat juga
termasuk morfem utuh, seperti (ter-), (ber-), (henti), dan (juang). Sedangkan morfem
terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah atau disipi
morfem lain. Salah satu contoh yaitu, kesatuan. Dalam kata “kesatuan” terdapat satu
morfem utuh, yaitu (satu) dan satu morfem terbagi, yaitu (ke-/-an). Semua konfiks
(kombinasi awalan dan akhiran) dalam bahasa Indonesia termasuk morfem terbagi.

Segmental dan Suprasegmental


Perbedaan morfem segmental dan morfem suprasegmental berdasarkan jenis
fonem yang dibentuknya. morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-
fonem segmental. jadi, morfem yang berbentuk bunyi adalah morfem segmental.

3
Contohnya, ketika nomina yang dibunyikan tersebut atau fonem, bisa dibagi menjadi tiga
suku kata: bah-ha-sa. Atau dibagi menjadi lebih kecil lagi: b-a-h-a-s-a.
Morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur
suprasegmental. seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya. seperti bahasa mandarin
si cina, di setiap verba selalu disertai dengan petunjuk kala (tense) yang berupa nada.
seperti nada turun, nada naik, nada datar, dan nada turun naik.
Bahasa Burma, China, dan Thai mempunyai morfem segmental-suprasegmental
yang menyebabkan keempat morfem itu bermakna. artinya morfem itu dibangun oleh
unsur segmental dan suprasegmental sekaligus secara bersama-sama. jadi, kata yang
sama dengan nada yang berbeda dapat bermakna berbeda juga.

Morfem Beralamorf Zero


Lambangnya berupa Ø , yaitu morfem yang satu alomorfnya tidak berwujud
bunyi segmental maupun berupa polsodi (unsur suprasegmental), melainkan berupa
kekosongan. bisa dikatakan bahwa (morfem beralomorf zero) merupakan salah satu
alomorf dari morfem penanda jamak dalam bahasa inggris dan tidak berlaku pada bahasa
Indonesia. Contohnya, bentuk tunggal dari pencil adalah pencil dan bentuk jamaknya
adalah pencils. Bentuk tunggal sheep adalah sheep dan bentuk jamaknya adalah sheep.
Bentuk jamak dari pencils terdiri dari dua morfem yaitu pencil dan –s, sedangkan bentuk
jamak untuk sheep adalah morfem sheep dan morfem Ø. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa Ø adalah salah satu alomorf dari morfem penanda jamak dalam
bahasa inggris.

Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tidak Bermakna Leksikal


Morfem yang bermakna Leksikal yang dimaksud morfem bermakna leksikal
adalah kata yang mempunyai kata dasar dan makna asli. Misalnya, dalam Bahasa
Indonesia, morfem – morfem seperti {kuda}, {pergi}, {lari}, dan {merah} adalah
morfem bermakna leksikal. Oleh karena itu, morfem – morfem seperti ini, sudah dapat
digunakan secara bebas, dan mempunyai kedudukan yang pokok di dalam kalimat.
Sebaliknya, morfem tak bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa – apa
pada dirinya sendiri. Morfem ini baru mempunyai makna dalam gabungannya dengan
morfem lain melalui proses morfologi. Yang biasa dimaksud dengan morfem tak
bermakna leksikal ini adalah morfem – morfem afiks, seperti {ber-}, {me-}, dan {ter-}.

4
Ada satu bentuk morfem lagi yang memiliki makna leksikal atau tidak, yaitu
morfem – morfem yang di dalam gramatikal . mempunyai kategori sebagai preposisi dan
konjungsi jelas , bukan afiks , dan jelas memiliki makna. Namun, kebebasannya dalam
peraturan juga terbatas, dan tidak seketat kebebasan morfem afiks, kedua jenis morfem
ini pun tidak pernah terlibat dalam proses morfologi, padahal afiks jelas terlibat dalam
proses morfologi, meskipun hanya sebagai pembentuk kata.

Bentuk Asal dan Bentuk Dasar


Bentuk asal merupakan satuan yang paling kecil yang menjadi asal Sesuatu kata
kompleks. Misalnya kata berpakaian terbentuk dari bentuk asal pakai mendapat imbuhan
afiks –an menjadi pakaian, kemudian mendapat imbuhan afiks –ber menjadi berpakaian.
Bentuk dasar adalah satuan, baik tunggal maupun kompleks, yang menjadi dasar
bentukan bagi satuan yang lebih besar. Misalnya kata berpakaian, terbentuk dari bentuk
dasar pakaian dengan afiks ber- : selanjutnya kata pakaian terbentuk dari bentuk dasar
pakai dengan afiks –an . Kata berkesudahan terbentuk dari bentuk dasar kesudahan
dengan afiks ber-, dan selanjutnya kata kesudahan terbentuk dari bentuk dasar sudah
dengan afiks ke –an.
Bentuk asal selalu berupa bentuk tunggal, berbeda dengan bentuk dasar,
mungkin berupa bentuk dasar, mungkin berupa bentuk tunggal, misalnya pakai dalam
pakaian, sudah dalam kesudahan, rumah dalam perumahan, pergi dalam berpergian, kata
dalam berkata, dan mungkin pula berupa bentuk kompleks, misalnya pakaian dalam
berpakaian, kesudahan dalam berkesudahan, pemimpin dalam berpemimpin, dan
kepemimpinan, berangkat dalam keberangkatan, alasan dalam beralasan, berhasil dalam
keberhasilan, mengerti dalam dimengerti. tidak mampu dalam ketidakmampuan,
sandaran dalam bersandaran, sinambung dalam kesinambungan. Adapun contohnya
adalah sebagai berikut :
1. Contoh kata : memperjualbelikan
Bentuk asal : jual dan beli
Bentuk dasar : perjualbelikan, jual belikan, jual beli
2. Contoh bentuk dasar yang berupa bentuk tunggal : lamar pada melamar, buka pada
terbuka, kulit pada berkulit buat pada pembuatan, ajar pada pelajaran.
3. Contoh bentuk dasar yang berupa bentuk kompleks : terbelakang pada
keterbelakangan, terbaca pada keterbacaan, berada pada keberadaan.

5
Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (Stem), dan Akar (Root)
Sebuah morfem dasar dapat menjadi sebuah bentuk dasar atau dasar (base)
dalam suatu proses morfologi. Artinya, bisa diberi afiks tertentu dalam suatu proses
afiksasi, bisa diulang dalam suatu proses reduplikasi, atau bisa digabung dengan morfem
lain dalam suatu proses morfologi.
Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses
infleksi, atau proses pembubuhan afiks infleksi. Misalnya, dalam bahasa Inggris
kata books pangkalnya adalah book. Dalam bahasa Indonesia, kata menangisi pangkalnya
adalah tangisi. Akar atau (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat
dianalisis lebih jauh lagi. Misalnya, kata Inggris untouchables akarnya adalah touch.

6. Kesimpulan
Morfologi merupakan ilmu mempelajari tentang seluk-beluk bentuk kata. Objek
kajian morfologi adalah morfem. Morfem adalah satuan bahasa yang turut serta dalam
pembentukan kata dan memiliki makna. Morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari
pembentukan kata.
Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama. Morf
adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya. Sedangkan alomorf
adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya atau biasa dikatakan
bahwa anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan
makna yang sama.
Berdasarkan kebebasannya, morfem dibedakan menjadi morfem bebas dan
morfem terikat., morfem bebas adalah morfem yang dapat menjadi sebuah kata.
Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tidak bisa berdiri sendiri karena harus
melekat pada morfem yang lain dan tidak memiliki arti.
Berdasarkan bentuk keutuhan yang dimiliki, morfem dibedakan antara morfem
utuh dan morfem terbagi. Morfem utuh yaitu morfem yang merupakan satu kesatuan
yang utuh. Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah
bagian yang terpisah atau disipi morfem lain.
Berdasarkan jenis fonem yang dibentuknya. morfem segmental adalah morfem
yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental. Morfem suprasegmental adalah morfem
yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental.

6
Morfem beralamorf zero merupakan morfem yang satu alomorfnya tidak
berwujud bunyi segmental maupun berupa polsodi (unsur suprasegmental), melainkan
berupa kekosongan.
Morfem yang bermakna Leksikal adalah kata yang mempunyai kata dasar dan
makna asli. Sebaliknya, morfem tak bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa –
apa pada dirinya sendiri.
Bentuk asal merupakan satuan yang paling kecil yang menjadi asal suatu kata
kompleks. Bentuk dasar adalah satuan, baik tunggal maupun kompleks, yang menjadi
dasar bentukan bagi satuan yang lebih besar.
Sebuah morfem dasar dapat menjadi sebuah bentuk dasar atau dasar (base)
dalam suatu proses morfologi. Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk
dasar dalam proses infleksi, atau proses pembubuhan afiks infleksi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta

Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik. PT Gramedia Pustaka Utama

R.H. Robins. 1992. Linguistik Umum Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius

Verhaar. 2012. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta. Gajah Muda University Press.

Anda mungkin juga menyukai