Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang lazim digunakan di negara
Indonesia. Perlu diketahui sebelumnya bahwa bahasa merupakan lambang bunyi
yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja
sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Achmad dkk, 2012: 3). Berangkat
dari hal tersebut maka bisa dikatakan bahwasanya bahasa ialah lambang bunyi yang
artbitrer dan digunakan sehari-hari sebagai sarana komunikasi.
Dalam bahasa Indonesia juga terdapat afiksasi yang lumrah digunakan dan
dibagi kedalam berbagai bentuk. Afiksasi adalah proses penambahan afiks pada
sebuah dasar atau bentuk dasar (Chaer, 2008: 177). Menurut Putrayasa (2010: 5)
afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan
afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks.
Afiks dalam bahasa Indonesia bisa dibagi menjadi afiks produktif dan non
produktif. Mengakar pada hal tersebut maka pada tulisan ini akan dibahas perihal
afiks produktif dan non produktif.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut maka penulis merumuskan rumusan seperti
berikut:
1. Apa itu afiks produktif?
2. Apa saja yang termasuk ke dalam afiks produktif?
3. Apa itu afiks non produktif?
4. Apa saja yang termasuk ke dalam afiks non produktif?
1.3 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini ialah sebagai sarana dalam menambah
wawasan serta ilmu. Selain itu penulisan tulisan ini juga sebagai salah satu tugas
mata kuliah Morfologi di program studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Udayana.

1.4 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penulisan tulisan ini ialah berangkat dari rumusan
masalah yang diangkat, yaitu:
1. Mengetahui apa itu afiks produktif
2. Mengetahui apa saja yang termasuk ke dalam afiks produktif.
3. Mengetahui apa itu afiks non produktif.
4. Mengetahui apa saja yang termasuk ke dalam afiks non produktif.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Afiksasi
Seperti yang sudah dipaparkan pada latar belakang bahwasanya afiksasi
adalah proses penambahan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar (Chaer, 2008:
177). Menurut Soegijo (1989: 19) afiksasi adalah proses morfologis dalam rangka
pembentukan kata-kata kompleks. Menurut Putrayasa (2010: 5) afiksasi atau
pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks
(imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Afiksasi
bisa dikatakan sebagai penambahan afiks dengan tujuan membentuk kata-kata yang
lebih kompleks.

2.2 Afiks
Menurut Ramlan (1997: 55) afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang di
dalam satu kata merupakan unsur yang bukan pokok kata, yang memiliki
kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata
baru. Selaras dengan pengertian dari Ramlan, afiks ialah bentuk kebahasaan terikat
yang hanya mempunyai arti gramatikal, yang merupakan unsur langsung suatu
kata, tetapi bukan merupakan bentuk dasar, yang memiliki kesanggupan untuk
membentuk kata baru (Muslich, 2009: 41). Berangkat dari pengertian di atas bisa
disimpulkan bahwa afiks adalah satuan gramatikal dalam kata, namun bukan
merupakan kata dasar yang mampu membentuk kata dasar baru.

2.3 Afiks Produktif dan Afiks Improduktif


Afiks yang produktif, ialah afiks yang memilki kesanggupan yang besar
untuk melekat pada kata-kata atau morfem-morfem lain, sebagaimana tampak
dalam distribusinya.
Afiks improduktif ialah afiks yang distribusinya terbatas pada kata-kata
atau morfem-morfem tertentu saja, tidak dapat digunakan lagi untuk membentuk
kata-kata baru.
Afiks produktif dan afiks improduktif dapat dilihat perbedaannya. Jika afiks
itu kemampuan melekatnya tinggi atau besar dalam membentuk kata-kata baru maka
afiks-afiks tersebut tergolong produktif, dan sebaliknya jika afiks-afiks itu
kemampuan melekatnya rendah, hanya mampu melekat pada bentuk dasar tertentu
saja maka afiks-afiks itu tergolong improduktif.

Contoh dari afiks produktif:


Prefiks Infiks Sufiks Simulfiks
meN-, ber-, di-, ter, - -kan, -an, -i, -wan ke-an, peN-an, per-
peN-, pe-, se-, per-, an, ber-an, se-nya
ke-, maha-,
Contoh kata dari afiks produktif:
Prefiks
meN- : menggambar, menghisap dan lain-lain.
ber- : bermain, berkuda dan lain-lain.
ter- : terlukis, tersapu, dan lain-lain.
peN- : pengasih, pengajar, dan lain-lain.
pe- : pesuruh, petinggi, dan lain-lain.
per- : perdaya, perbudak, dan lain-lain.
ke- : kesamping, keluar, dan lain-lain
maha- : mahakuasa, mahatahu, dan lain-lain.

Sufiks
-kan: ambilkan, dengarkan, dan lain-lain
-an: tumpuan, bulanan, dan lain-lain.
-i: turuti, cabuti, dan lain-lain.
-wan: rohaniawan, sastrawan, dan lain-lain.
Simulfiks
ke-an: ketuhanan, kemenangan, dan lain-lain.
peN-an: penciuman, penyamaran, dan lain-lain.
per-an : peraturan, percetakan, dan lain-lain.
ber-an: bersamaan, berlarian, dan lain-lain.
se-nya: selamanya, setahunya, dan lain-lain.

Contoh dari afiks improduktif:


Prefiks Infiks Sufiks Simulfiks
pra- -el-, -em-, -er- -wati, -is, -man, -
-da, -wi
Contoh kata dari afiks improduktif
Prefiks
pra-: prasejarah

Infiks
-el-: telunjuk, geletar, dan lain-lain.
-em-: gemetar, gemuruh, dan lain-lain.
-er-: seruling, gerigi, dan lain-lain.

Sufiks
-wati: biarawati, santriwati, dan lain-lain.
-is: teoritis, islamis, dan lain-lain.
-man: budiman, seniman, dan lain-lain.
-da: ananda, ayahanda, dan lain-lain.
-wi: manusiawi, duniawi, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Afiksasi bisa dikatakan sebagai penambahan afiks dengan tujuan membentuk
kata-kata yang lebih kompleks.
2. Afiks adalah satuan gramatikal dalam kata, namun bukan merupakan kata
dasar yang mampu membentuk kata dasar baru.
3. Afiks produktif dan afiks improduktif dapat dilihat perbedaannya. Jika afiks
itu kemampuan melekatnya tinggi atau besar dalam membentuk kata-kata
baru maka afiks-afiks tersebut tergolong produktif, dan sebaliknya jika afiks-
afiks itu kemampuan melekatnya rendah, hanya mampu melekat pada bentuk
dasar tertentu saja maka afiks-afiks itu tergolong improduktif.

3.2 Saran
Afiks sebagai salah satu ilmu dalam bahasa tentu sangat perlu dipelajari
sebagai salah satu sarana dalam menambah wawasan dan ilmu bahasa. Selain itu
penulis juga berharap agar semakin banyak lagi kajian perihal afiksasi ini.

Anda mungkin juga menyukai