Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PROSES KOMPOSISI ATAU PEMAJEMUKAN


Disusun untuk memenuhi salah satu
Tugas mata kuliah Morfologi Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Asdarina, M.Pd

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

Nama : Intan Cahyani NIM : 030200027

Nama : Nurhikmah Hidayat NIM : 030200019

Nama : Muhammad Guntur NIM : 030200030

Nama : Ambia NIM : 03020000

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

MUTIARA BANTEN

TAHUN 2022

Jalan Stadion Badak No. 02 Kuranten Pandeglang Banten


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat iman dan ihsan,
nikmat kesehatan dan kemudahan dalam mengerjakan makalah ini yang berjudul “Proses
Komposisi atau Pemajemukan” sehingga selesai pada waktu yang ditentukan.

Penyusunan makalah ini guna menambah ilmu dan wawasan bagi para pembaca,
pendengar sekaligus penulis sehingga dapat menghasilkan perubahan yang lebih baik lagi
pada masa mendatang. Makalah ini pun disusun guna untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah “Morfologi Bahasa Indonesia”.

Terimakasih tak lupa saya ucapkan kepada Orang Tua yang sudah mendukung secara
moral dan materi, serta kepada teman-teman yang sudah memberikan saran sehingga penulis
merasa terbantu dalam penyusunan makalah ini.

Pandeglang, Februari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Morfologi adalah ilmu bahasa yang memperbincangkan proses pembentukan
kata. Di dalam bahasa Indonesia, ada tiga cara pengembangan pembentukan kata,
yaitu afiksasi, reduplikasi dan komposisi. Komposisi sebagai unsur pembentukan
kata lebih dikenal dengan pemajemukan atau kata majemuk. Pemajemukan, yaitu
proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan bentuk dasar yang satu
dengan bentuk dasar yang lain sehingga menghasilkan kata majemuk yang memiliki
makna baru.
Dalam pemajemukan sering terjadi permasalahan, baik dalam perlakuan
terhadap kata majemuk maupun kerancuannya dengan bentuk yang lain (dalam hal
ini adalah frasa, idiom, dan reduplikasi berubah bunyi). Oleh karena itu, penulis
menyusun makalah yang membahas perlakuan terhadap pemajemukan (komposisi)
yaitu proses penggabungan dua leksem atau lebih.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian komposisi atau pemajemukan?
2. Apa saja ciri-ciri kata majemuk atau komposisi?
3. Apa saja jenis-jenis kata majemuk atau komposisi?
4. Bagaimana urutan proses dalam komposisi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian komposisi atau pemajemukan.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri kata majemuk atau komposisi.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis kata majemuk atau komposisi.
4. Untuk mengetahui urutan proses dalam komposisi atau pemajemukan.

D. Manfaat Penulisan
Penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca atau pendengar
dan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk pengerjaan tugas morfologi
bahasa Indonesia serta dapat menambah wawasan pembaca mengenai proses
komposisi atau pemajemukan.
E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan, berisi pengertian, ciri-ciri, jenis-jenis, dan proses dalam
komposisi atau pemajemukan.
Bab III Penutup, berisi kesimpulan dan saran yang dapat menjawab
permasalahan mengenai proses komposisi atau pemajemukan.
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Komposisi atau Pemajemukan


Komposisi disebut juga pemajemukan atau perpaduan. Komposisi ialah proses
penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk suatu kata. Hasil proses ini
bisa disebut paduan leksem, kompositum atau kata majemuk.
Menurut para ahli pengertian komposisi atau pemajemukan yaitu antara lain:
1. Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan dua
buah kata yang menimbulkan suatu kata baru (M. Ramlan, 1985 ).
2. Pemajemukan adalah proses pembentukan suatu konstruksi melalui
penggabungan 2 morfem / kata atau lebih (Samsuri, 1978 ).
3. Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan
morfem dasar yang hasil keseluruhannya berstatus sebagai kata yang
mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik yang khusus menurut
kaidah bahasa yang bukan pemajemukan (Harimurti Kridalaksana, 1982 )
4. Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan
morfem dengan kata, atau kata dengan kata yang menimbulkan pengertian
baru yang khusus (TBBI, 1988 : 168)
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemajemukan kata adalah
proses penggabungan kata dengan kata, kata dengan pokok kata, atau pokok kata
dengan pokok kata yang menghasilkan makna baru secara khusus.

B. Ciri-Ciri Kata Komposisi atau Majemuk


Menurut Harimurti Kridalaksana (2010: 75)  ada 3 ciri-ciri yang dapat membedakan
kata majemuk dari frase. Ciri-ciri itu ialah :
1. Ketatersisipan
Ketaktersisipan artinya diantara komponen-komponen kompositum
tidak dapat disisipi apa pun. Misalnya : Buta warna, alih nama, diam diri, dll.
Sedangkan alat negara merupakan frase karena dapat disisipi partikel dari,
menjadi alat dari negara.
2. Ketakterluasan
Ketakterluasan artinya komponen kompositum itu masing-masing
tidak dapat diafiksasikan atau dimodifikasikan. Perluasan bagi kompositum
hanya mungkin untuk semua komponennya sekaligus. Misalnya komponen
kereta api dapat dimodifikasi menjadi perkeretaapian.
3. Ketakterbalikan
Ketakterbalikan artinya komponen kompositum tidak dapat
dipertukarkan. Gabungan seperti bapak ibu, pulang pergi, dan lebih
kurang bukanlah kompositum, melainkan frase koordinatif karena dapat
dibalikkan (gabungan kata semacam ini memberi kesempatan kepada penutur
untuk memilih mana yang akan didahulukan). Konstruksi seperti arif
bijaksana,hutan belantara, bujuk rayu bukanlah frase melainkan kompositum
karena tidak dapat dibalik menjadi bijaksana arif, belantara hutan, rayu
bujuk.
Sedangkan menurut Ramlan (2009: 62) ciri-ciri kata majemuk adalah sebagai berikut:
1. Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata.
Pokok kata ialah satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri
dalam tuturan biasa dan secara gramatik tidak memiliki sifat bebas, yang
dapat di jadikan bentuk dasar bagi sesuatu kata. Misalnya: juang, temu,
lomba, tempur, tahan, dan masih banyak lagi.
Satuan gramatik yang unsurnya berupa kata dan pokok kata, atau kata
semua, berdasarkan ciri ini, merupakan kata majemuk. Unsur yang berupa
kata dan pokok kata misalnya :kolam renang, pasukan tempur, barisan
tempur, medan tempur, brigade tempur, daya tempur, lomba lari, tenaga
kerjadan masih banyak lagi. Sedangkan unsur yang berupa kata yaitu kolam,
pasukan, barisan, medan, brigade, daya, lari, kamar, jam, waktu, tenaga dan
masa. Dan untuk kata majemuk yang terdiri dari pokok kata semua
misalnya terima kasih, lomba tari, lomba rias, lomba nyanyi, lomba renang,
tanggung jawab, simpan pinjam, jual beli, dan sebagainya.
2. Unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan, atau tidak mungkin diubah
strukturnya.
Misalnya :
Ia menjadi kaki tangan musuh.
Ia menjadi kaki dan tangan musuh.
Kaki dan tangannya sudah tidak ada.
Dari kalimat di atas terlihat bahwa  kaki tangan merupakan kata
majemuk karena kedua unsurnya tidak mungkin di pisahkan. Satuan anak
buah berbeda dengan anak orangsekalipun unsurnya sama, berupa kata
nominal semua. Padaanak orang unsur anak dan orang dapat dipisahkan, atau
dapat diubah struktunya. Tetapi unsur-unsur pada anak buah tidak dapat
dipisahkan dan juga tidak dapat diubah strukturnya. Demikianlah dapat
disimpulkan bahwa anak buahadalah kata majemuk, sedangkan anak
orang adalah frase. Berikut beberapa contoh kata majemuk berdasar ciri
ini :ruang makan, baju dalam, daun pintu, mata pencaharian, pejabat tinggi,
kapal terbang, anak timbangan, dan lain-lain.
3. Salah satu atau semua unsurnya berupa morfem unik.
Morfem unik yaitu morfem yang hanya mampu berkombinasi dengan
satu   satuan tertentu. Ada beberapa kata majemuk yang salah satu dari
unsurnya berupa morfem unik. Misalnya simpang siur. Kata majemuk ini
terdiri dari unsursimpang yang bukan merupakan morfem unik karena di
samping simpang siur terdapat pula kata menyimpang, persimpangan,
simpang lima dan unsur siur yang merupakan morfem unik karena satuan ini
tidak dapat berkombinasi dengan satuan lain kecuali simpang. Contoh lain,
misalnyasunyi senyap, gelap gulita, terang benderang, dengan senyap,
gulita, dan benderang sebagai morfem unik.   

C. Jenis-Jenis Kata Komposisi atau Majemuk


1. Komposisi Nominal
Komposisi nominal adalah komposisi yang pada satuan klausa
berkategori nomina. Komposisi nominal dapat di bentuk dari dasar:
a. Nomina + nomina, seperti kakek nenek, meja kayu dan sate kambing.
b. Nomina + verba, seperti meja makan, buku ajar dan ruang tunggu.
c. Nomina + adjektifa, seperti guru muda, mobil kecil dan meja hijau.
d. Adverbia + nomina, seperti bukan uang, banyak buaya dan beberapa
murid.
Dalam kaitannya dengan semantik dapat dibedakan adanya lima macam
komposisi nomina sebagai berikut:
a. Komposisi Nominal Bermakna Gramatikal
Makna Gramatikal adalah makna yang muncul dalam proses
penggabungan dasar dengan dasar dalam pembentukkan sebuah
komposisi.
b. Komposisi Nominal Bermakna Idiomatik
Ada sejumlah komposisi nominal memiliki makna idiomatik,
baik berupa idiom penuh maupun berupa idiom sebagian. Yang
berupa idiom penuh artinya, seluruh koposisi itu memiliki makna
yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal.
Misalnya; buah bibir, dalam arti ‘ bahan pembicaraan orang ramai’.
Komposisi yang berupa idiom sebagian  adalah yang salah satu
unsurnya masih memiliki makna leksikalnya. seperti komposisi
daerah hitam, pakaian kebesaran, koran kuning, dan gaji buta.
c. Komposisi Nominal Bermakna Metaforis
Ada sejumlah kompsisi nominal yang salah satu unsurnya
digunakan secara metaforis, yakni dengan mengambil salah satu
komponen makna yang dimiliki unsur tersebut. Umpamanya unsur
kaki pada komposisi kaki gunung diberi makna metaforis dari
komponen makna kaki yaitu (+ terletak pada bagian bawah).
sedangkan pada komposisi kaki meja diberi makna metaforis dari
komponen  makna kaki, yaitu (+ penunjang berdirinya tubuh).
d. Komposisi Nominal Nama dan Istilah
Ada sejumlah komposisi nominal yang berupa nama atau
istilah. Sebagai nama atau istilah komposisi ini tidak bermakna
gramatikal, tidak bermakna idiomatik, juga tidak bermakna metaforis.
e. Komposisi Nominal dengan Advebia
Ada sejumlah komposisi nominal yang dibentuk dari kelas
adverbal dan kelas nominal. Makna komposisi jenis ini ditentukan
oleh makna leksikal dari kata adverbia itu. Adverbia yang
mendampingi nomina adalah, adverbia yang menyatakan negasi,
yaitu bukan, tiada dan tanpa; dan adverbia yang menyatakan jumlah,
yaitu beberapa, banyak, sedikit, sejumlah, jarang, dan kurang.
2. Komposisi Verbal
Komposisi Verbal adalah komposisi yang pada satuan klausa
berkategori verbal.
Komposisi verbal dapat dibentuk dari dasar;
a. Verba + verba, seperti menyanyi menari, datang menghadap, duduk
termenung, dan lari bersembunyi.
b. Verba + nomina, seperti gigit jari, membanting tulang, makan tangan,
dan lompat galah.
c. Verba + adjektifa, seperti lompat tinggi, lari cepat, berkata keras, dan
makan besar.
d. Adverbia + verba, seperti sudah makan, tidak datang, belum jumpa,
dan masih tidur.
Dalam kaitannya dengan semantik komposisi nomina bermakna gramatikal
dapat dibedakan sebagai berikut:
a. komposisi nomina bermakna gramatikal
Dalam proses pembentukkan komposisi verbal muncul beberapa
makna gramatikal, antara lain adalah makna yang menyatakan:
1) Gabungan Biasa, sehingga di antara kedua unsurnya dapat
disisipkan kata dan.
2) Gabungan mempertentangkan, sehingga di antara kedua
unsurnya dapat disisipkan kata atau.
b. Komposisi Verbal Bermakna Idiomatikal
            Ada sejumlah komposisi verbal yang bermakna idiomatikal,
makna yang tidak dapat ditelusuri atau diprediksi baik secara leksikal
maupun gramatikal.
Misalnya makan garam dalam arti ‘pengalaman’, makan krawat dalam
arti ‘sangat miskin’ gigit jari dalam arti ‘tidak mendapat apa-apa’,
mengukir langit dalam arti ‘mengkhayal’, pulang nama dalam arti ‘
meninggal di tempat lain’.
c. Komposisi Verbal dengan Adverbia
Verba sebagai pengsisi fungsi predikat dalam sebuah klausa seringkali
didampingi oleh sebuah adverbia atau lebih. Adverbia pendamping
verba adalah;
1) Adverbia negasi: tidak, tak, dan tanpa.
2)   Adverbia kala : sudah, sedang, tengah lagi, dan akan.
3)   Adverbia keselesaian : sudah, sedang, tengah lagi, dan belum.
4)   Adverbia aspektual : boleh, wajib, harus, dapat, ingin, dan
mau.
5) Adverbia frekuensi: sering, jarang, pernah, dan acapkali.
6) Adverbia kemungkinan: mungkin, pasti, barang kali, dan boleh
jadi.
            Sebuah verba dalam statusnya sebagai pengsisi fungsi predikat
dalam sebuah klausa bisa didampingi oleh sebuah adverbia tertentu,
tetapi bisa juga didampingi oleh dua verba adverbia atau lebih.
3. Komposisi Ajektival
Komposisi ajektival adalah komposisi yang pada satuan klausa,
berkategori ajektiva. Komposisi ajektival dapat dibentuk dari dasar;
a. ajektifa + ajektifa, seperti tua muda, besar kecil dan putih baru.
b.   ajektifa + nomina, seperti merah darah, keras hati dan biru laut.
c. ajektifa + verba, seperti takut pulang, malu bertanya dan berani
pulang.
d. adverbia + ajektifa, seperti tidak berani, sangat indah dan agak
nakal.

D. Proses Dalam Komposisi atau Majemuk

Anda mungkin juga menyukai